Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TID REVIEW JURNAL

Nama : Nurhikmah

NIM : 1941201100733

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

SEKOLAH TINGGI PERTANIAN

KUTAI TIMUR

2021
Optimasi Pola Tata Tanam di Daerah Irigasi Gembleng Kabupaten Banyuwangi
Menggunakan Program Dinamik

PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok terpenting makhluk hidup untuk
memenuhi kebutuhan secara berkelanjutan. Salah satunya adalah untuk pertumbuhan
tanaman, dengan menentukan kebutuhan air untuk tanaman dapat meningkatkan kualitas
produksi pangan. Namun pada kenyataanya jumlah ketersediaan air dan kebutuhan air sering
berbeda seiring perubahan periodenya. Oleh karena itu sudah sepantasnya sumberdaya air
tersebut dikelola secara maksimal sehingga potensi yang terkandung di dalamnya dapat
dimanfaatkan secara penuh untuk pertumbuhan tanaman. Daerah irigasi Bendung Gembleng
yang terletak di perbatasan antara Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi dengan Desa Parijatah
Wetan, Kecamatan Srono, Kabupaten Banyuwangi yang memiliki luasan baku sawah ± 1735
Ha. Ketika musim kemarau daerah irigasi Gembleng sering mengalami kekeringan dan
pembagian air tidak merata. Sehingga dibutuhkan cara pengolahan air yang tepat untuk dapat
memperhitungkan. Oleh karena itu, upaya optimasi menggunakan program dinamik
dilakukan untuk optimalisasi air irigasi sehingga dapat meningkatkan keuntungan hasil
panen. Program dinamik merupakan teknik matematis yang digunakan untuk membuat suatu
keputusan dari serangkaian keputusan yang terkait. Hal ini sesuai dengan permasalahan pola
tata tanam yang membutuhkan penyelesaian secara bertahap. Penerapan program dinamik
dilakukan untuk memperoleh kebutuhan air masing masing tanaman setiap musim tanam,
pola tata tanam maksimal, luas lahan optimal, dan keuntungan (RP) yang dihasilkan dari pola
tata tanam tersebut.

METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian Penelitian ini berlokasi di daerah irigasi Bendung Gembleng yang
terletak pada 8.362916° LS dan 114.253060° BT, di antara Desa Aliyan, Kecamatan
Rogojampi dan Desa Parijatah Wetan, Kecamatan Srono, Kabupaten Banyuwangi yang
memiliki luasan baku sawah ± 1735 Ha.
Pengumpulan data Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak
langsung, data tersebut sudah diolah terlebih dahulu oleh lembaga atau instansi yang
berwenang. Data Skunder dapat berupa arsip, dokumentasi penelitian terdahulu, literatur, dan
sebagainya. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait.
Berikut data sekunder yang di perlukan:
 Data Curah Hujan Data curah hujan diperlukan untuk mengetahui curah hujan
andalan dan curah hujan efektif yang digunakan untuk menentukan kebutuhan
air tanaman di daerah irigasi. Data curah hujan yang digunakan adalah curah
hujan tahun 2008-2017
 Data Debit Data debit diperlukan untuk mengetahui data debit yang ada pada
intake di daerah irigasi tersebut. Data debit yang digunakan data tahun 2008-
2017. Data di dapat dari Dinas Perairan Kabupaten Banyuwangi.
 Data Klimatologi Data klimatologi yang dibutuhkan berupa data
evaprotranspirasi, suhu/temperatur, kelembapan udara, kecepatan angin, dan
radiasi matahari. Data klimatologi yang digunakan tahun 2008-2017.
 Data Analisa Hasil Usaha Tani Data analisa usaha tani digunakan sebagai
variabel untuk mencari nilai keuntungan maksimum dalam perhitungan
optimasi . data yang digunakan tahun 2017.
 Data Rencana Tata Tanam Global (RTTG) Data RTTG yang di butuhkan
meliputi gambaran luasan area studi, pola tata tanam yang digunakan, dan
jadwal tanam setiap tahun.
 Skema Jaringan Data skema jaringan untuk mengetahui kodisi dan tataletak
bangunan bagi, sadap, ataupun bagi sadap, mengetahui debit yang dialirkan
dan mengetahui luas petak sawah yang dialiri.
Langkah-langkah pengolahan data Tahapan dalam pengolahan data pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengolah data curah hujan
2. Mengolah data debit andalan
3. Mengolah data klimatologi,
4. Menghitung besarnya kebutuhan air tanaman,
5. Menghitung kebutuhan air di sawah,
6. Menghitung kebutuhan air di intake,
7. Menghitung neraca air untuk menetukan apakah debit yang tersedia dapat
memenuhi kebutuhan,
8. Optimasi pola tata tanam
Tahapan perhitungan program dinamik Tahapan penyelesaian permasalahan optimasi
alokasi air pada Daerah Irigasi Gembleng sebagai berikut:
 Menghitung besarnya volume air yang dibutuhkan untuk masing masing
bangunan bagi, sadap, dan bagi sadap,
 Menghitung volume yang tersedia dari debit andalan yang dialirkas terus
menerus,
 Volume yang tersedia dan volume yang dibutuhkan, dihitung luas lahan yang
teraliri oleh debit yang ada pada tiap peroriode tanam pada masing masing
bangunan irigasi,
 Menentukan keuntungan sebagai fungsi debit yang merupakan keuntungan
dari debit yang dialirkan pada tiap bangunan,
 Hasil dari tahap pertama di tranformasikan ketahap selanjutnya, demikian
sampai akhir,
 Keuntungan maksimum yang didapat pada tahap terahir merupakan kebijakan
total secara keseluruhan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Ketersediaan air untuk pola tata tanam
Ketersediaan air untuk keperluan irigasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu ketersediaan air di lahan dan ketersediaan air di bangunan pengambilan
(Direktorat Jenderal Pengairan, 1986).
Analisa curah hujan
Data curah hujan yang didapat sebelum digunakan lebih dulu dilakukan pengujian
konsistensinya untuk mengetahui adanya perubahan data atau tidak dalam data tersebut.
Metode yang digunakan dalam pengujian menggunakan metode kurva masa ganda (double
mass curve). Data hujan yang digunakan merupakan data hujan tahunan dari tahun 2008
sampai tahun 2017.
Curah hujan andalan dan curah hujan efektif
Curah hujan andalan dihitung dengan tingkat keandalan yang telah ditentukan dan
disesuaikan dengan keandalan debit (Sosrodarsono, 1976: 204):
1. Debit air musim kering: debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 355 hari
dalam setahun. Probabilitas keandalan = 355/365 = 97,26% = 97%
2. Debit air rendah: debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 275 hari dalam
setahun. Probabilitas keandalan = 275/365 = 75,34% = 75%
3. Debit air normal: debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 185 hari dalam
setahun. Probabilitas keandalan = 185/365 = 50,68% = 51%
4. Debit air cukup (affluent): debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 95 hari
dalam setahun. Probabilitas keandalan = 95/365 = 26,03% = 26% Curah hujan
efektif tanaman padi adalah 70% dari curah hujan andalan. Curah hujan efektif
untuk palawija ditentukan berdasarkan evapotranspirasi potensial yang terjadi,
curah hujan rata-rata, dan ketersediaan air tanah yang siap dipakai (pendekatan
kedalaman perakaran).
Evaprotranspirasi potensial
Data yang digunakan dalam perhitungan evapotranspirasi merupakan data
klimatologi Stasiun Klimatologi Banyuwangi selama 10 tahun dari tahun 2008 sampai 20017.
Perhitungan evapotranspirasi potensial menggunakan metode Penman Modifikasi, langkah di
bawah merupakan contoh perhitungan nilai evapotranspirasi dengan Penman Modifikasi.
Kebutuhan air tanaman
Jumlah air yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan yang optimal tanpa
kekurangan air disebut Kebutuhan air tanaman, jumlah air tersebut dinyatakan dalam netto
kebutuhan air (netto from reqruitment, NFR).
Koefisien tanaman
Nilai koefisien tanaman (k) setipa tanaman berbeda-beda, besarnya berubah sesuai
dengan pertumbuhan tanaman itu sendiri.
Perkolasi
Daerah Irigasi Gembleng memiliki jenis tanah lempung dengan ciri warna hitam dan
mempunyai tampilan bongkah-bongkah yang pecah dengan nilai perkolasi sebesar 1,8
mm/hr. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat dihitung dengan menggunakan metode
Van de Goor dan Zijlstra (1986).
Pergantian lapisan air
Proses pergantian lapisan air hanya dilakukan untuk tanaman padi, sedangkan
palawija tidak diperlukan
Efisiensi irigasi
Besarnya efisiensi irigasi yang digunakan dalam perhitungan sebesar 65 %
Kebutuhan air irigasi
Kebutuhan air irigasi merupakan kebutuhan bersih air irigasi di lahan sawah seluas
petak tersier yang dibagi dengan besarnya nilai efisiensi saluran irigasi.

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan maka dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut :
a. Kebutuhan air irigasi untuk tanaman padi, padi dan palawija, dan palawija pada masing-
masing musim tanam adalah :
 tahun cukup adalah padi mh = 7,599 m3/dt, padi mk I = 7,93 m3/dt, palawija mk II =
5,35 M3/dt
 tahun normal adalah padi mh = 14,604 m3/dt, padi mk I = 8,997 m3/dt, palawija mk
II = 5,154 M3/dt
 tahun rendah adalah padi mh = 17,368 m3/dt, padi mk I = 7,642 m3/dt, palawija mk II
= 7,801 M3/dt m3
 tahun kering adalah padi mh = 18,302 m3/dt, padi mk I = 9,073 m3/dt, palawija mk II
=7,801 m3 /dt
b. Dengan penerapan program dinamik, di daerah irigasi Gembleng pola tanam yang
optimum adalah padi-padi/palawija-palawija
c. Luas lahan optimum yang dapat teraliri pada masing-masing bangunan sadap adalah:
 tahun cukup untuk padi 849 ha.
 tahun normal untuk padi 800 ha.
 tahun rendah untuk padi 897 ha.
 tahun kering untuk padi 1016 ha.
Sedangkan untuk keuntungan yang diperoleh dari debit yang dialirkan pada Daerah Irigasi
Gembleng yaitu:
1) Keuntungan sebesar Rp. 4.361.274.415,23 dengan peningkatan 23,28 % pada tahun
cukup.
2) Keuntungan sebesar Rp. 2.415.603.349,00 dengan peningkatan 11,9 % pada tahun
normal. 3) Keuntungan sebesar Rp. 2.864.355.024,00 dengan peningkatan 13,94 % pada
tahun rendah.
3) Keuntungan sebesar Rp. 2.950.463.487,00 dengan peningkatan 12,17 % pada tahun
kering

Anda mungkin juga menyukai