Anda di halaman 1dari 11

TUGAS HARI 1

AGENDA 2 LATSAR CPNS KURIKULUM BERAKHLAK

BEDAH MODUL

1. BERORIENTASI PELAYANAN

2. AKUNTABEL

OLEH KELOMPOK 1

Anggota :

1. Tria Meilana,S.Pd
2. Ara Priyanti,S.Pd
3. Lehadisti,S.Pd
4. Erna Sutiarsih, S.Pd
5. Oktavia Wahyu Berliyanti,S.Kep.Ners

Dibuat untuk memenuhi tugas kelompok Agenda 2 hari ke-1 Latsar CPNS 2022

Tutor : Ike Yuliami, S,Pd, ME.


KONSEP LAYANAN PUBLIK

Layanan publik merupakan amanat dari UUD 1945 sebagai kebutuhan dasar dan hak
sipil setiap warga negara akan kebutuhan pelayanan barang publik, jasa dan administratif.
Pelayanan publik adalah sebuah rangkaian kegiatan untuk pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan dalam UU bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa
dan pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik tersebut.

Penyelenggara pelayanan publik yang dimaksud disini yaitu setiap institusi


penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang telah dibentuk berdasarkan UU
untuk melaksanakan kegiatan pelayanan publik dan badan hukum lain yang dibentuk semata-
mata untuk kegiatan pelayanan publik.

ASN sebagai penyelenggara pelayanan publik harus memahami betul fungsi dan
tugasnya, yakni sebagai pelayan publik dan memberikan pelayanan publik yang profesional
dan berkualitas, terapkan prinsip kejujuran didalam diri sendiri untuk tidak memungut
sepeserpun dari masyarakat yang membutuhkan pelayanan.

Sebagai ASN kita harus mempunyai prinsip-prinsip untuk merespon berbagai


kebutuhan pelayanan publik dalam lingkungan birokrasi. Prinsip-prinsip tersebut itu adalah
pemerintah harus melibatkan masyarakat untuk mengetahui pelayanan seperti apa yang
diperlukan oleh masyarakat. Kemudian tersedianya akses sebesar-besarnya bagi masyarakat
guna mengetahui apa saja yang terkait dengan pelayanan publik yang akan mereka terima.
Pelayanannya bisa dicontohkan seperti persyaratan, prosedur, biaya dan lain-lain.

Penyelenggara pelayanan publik harus dan wajib mendengar tuntutan dan kebutuhan
warga masyarakatnya baik dari segi manapun karena itu adalah masukan bagi penyelenggara
pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanan, masyarakat juga tidak boleh dibedak-
bedakan dalam segi apapun. Pelayanan yang diberikan juga harus murah dan mudah dalam
artian persyaratan yang dibutuhkan itu masuk akal dan mudah untuk dipenuhi, murah artinya
terjangkau oleh masyarakat.

Birokrasi kita masih harus terus diperbaiki, hal ini dikarenakan pandangan masyarakat
yang sering memandang negatif karena buruknya akses pelayanan publik untuk mereka.
Banyak yang berpendapat bahwa lingkungan birokrasi pelayanan publik ASN ini didalamnya
terdapat praktik korup, kolutif dan nepotis serta ketidakprofesionalan penanganan bahkan
anggapan “selalu dipersulit” bagi masyarakat itu cenderung masih tinggi sehingga kepuasan
masyarakat dalam bidang pelayanan publik sangat rendah. Maka dari itu, sebagai ASN kita
wujudkan pelayanan prima dan terus perbaiki birokrasi serta ubah pandangan masyarakat yang
negatif menjadi positif karena kepuasan mereka akan pelayanan yang kita berikan.

Jika kepuasan masyarakat terhadap kinerja ASN didalam pelayanan publik dapat kita
peroleh, maka dengan sendirinya akan menginformasikan kepada pihak lain akan kualitas
pelayanan dan diterima. Hal ini merupakan promosi kinerja dari masyarakat terhadap
organisasi penyedia pelayanan publik tentunya ini juga merupakan pandangan masyarakat
yang positif.

Fungsi ASN sebagai pelaksana kebijakan, pelayanan publik, serta sebagai perekat
pemersatu bangsa yaitu harus melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh pejabat dalam
suatu kepegawaian tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Keprofesionalan
pemberian layanan, perencana, pelaksana dan pengawas penyelenggara tugas umum
pemerintahan sebagai peran ASN guna mempererat persatuan dan kesatuan NKRI.

Implementasi budaya yang berorientasi kepada pelayanan, ASN itu adalah seorang
Pelayan dan warga atau masyarakat atau warga negara adalah tuannya, sebagaimana contoh
ada penjual ada pembeli, dalam sebuah transaksi jual-beli, orang yang membeli adalah tuannya,
penjual adalah pelayannya. Gedung-gedung, fasilitas dan gaji adalah bentuk bentuk partisipasi
masyarakat untuk membayar pajak, maka dari itu, semua itu harus dipahami oleh setiap ASN
karena konsekuensinya kita adalah yang mengikuti kehendak masyarakat yang menggunakan
layanan. Apabila penerapan pelayanan publik yang kita kerjakan berkualitas, maka tujuan
untuk mencapai hal-hal yang strategis yang dicita-citakan bersama untuk kemajuan bagsa yang
akan datang dapat terwujud.

ASN harus berorientasi kepada nilai-nilai pelayanan publik, termasuk kepada kode etik
ASN sebagai pedoman untuk mengatur prilaku, hal-hal yang etis juga konflik kepentingan
sesuai dengan tujuan yang ada dalam masing-masing nilai. Terapkanlah rasa bangga terhadap
diri sendiri untuk menjalani pekerjaan sebagai ASN pelayan publik karena hal itu adalah modal
utama bagi kita. Sebagai pelayan, bekerja dengan tulus seoptimal mungkin dan mewujudkan
kepuasan masyarakat menjadi tujuan utama kita untuk medapatkan kebanggaan dalam diri kita,
sehingga kita dapat merubah paradigma negatif masyarakat akan birokrasi kita menjadi positif
karena telah kita layani dengan baik dan berkualitas.
BERORIENTASI PELAYANAN

ASN dalam melaksanaan tugas kedinasan dan kehidupan sehari – hari, memiliki sebuah
pedoman untuk berpikir atau bertindak. ASN harus berpedoman kepada : Nilai dasar. Kode
etik dan kode perilaku. Komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan
publik. Kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. Kualifikasi akademik,
jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas. Profesionalitas jabatan.

Setiap ASN harus berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan


masyarakat , panduan perilakunya adalah sebagai berikut : memahami dan memenuhi
kebutuhan masyarakat. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan. Melakukan perbaikan
tiada henti.

Seorang ASN dituntut untuk dapat memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Untuk memberikan kepuasan kepada pengguna layanan, ASN harus melakukan pelayanan
sebaik mungkin kepada pengguna layanan dengan perilaku sebagai berikut : Menyapa dan
memberi salam. Ramah dan senyum manis. Cepat dan tepat waktu. Mendengar dengan sabar
dan aktif. Penampilan yang rapi dan bangga akan penampilan.Terangkan apa yang Saudara
lakukan. Jangan lupa mengucapkan terima kasih. Perlakukan teman sekerja seperti pelanggan.
Mengingat nama pelanggan.

Dalam memberikan pelayanan publik, seorang aparatur sipil negara harus selalu
melakukan perbaikan tiada henti, baik dari peningkatan kompetensi maupun cara pelayanan.
Dalam memberikan layanan yang bermutu tidak boleh berhenti Ketika kebutuhan masyarakat
sudah terpenuhi melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan yang
diberikan dapat melebihi harapan pengguna layanan.

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan memenuhi


tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan
publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan
layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.

Sebagai klien masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan


masyarakat. Citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani
dengan senyum, menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapih; melayani dengan
cepat dan tepat waktu; melayani dengan memberikan kemudahan bagi Anda untuk memilih
layanan yang tersedia; serta melayani dengan dengan kemampuan, keinginan dan tekad
memberikan pelayanan yang prima. Pemberian layanan bermutu tidak boleh berhenti.
KONSEP AKUNTABILITAS

Pada umumnya, kata akuntabilitas yang terlintas pada pemikiran setiap orang memiliki
makna yang sama dengan kata responsibilitas atau tanggung jawab. Padahal, makna dari kedua
kata tersebut terdapat perbedaan. Akuntabilitas mengacu pada kewajiban pertanggung jawaban
yang harus dicapai oleh setiap individu, kelompok, atau institusi yang sudah diberikan
kepercayaan untuk melaksanakan tugasnya, sedangkan responsibilitas merupakan kewajiban
untuk bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan wewenang yang sudah diterima
olehnya.

Nilai akuntabilitas sangat penting dalam penyelenggaraan pelayanan publik, khususnya


bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN). Hal ini didasarkan pada sebuah argumentasi bahwa
keberadaan suatu Negara tergantung pada masyarakatnya. Oleh karena itu, merupakan
tanggung jawab Negara untuk memberikan pelayanan yang baik dan bertanggung jawab.

Pada pertengahan tahun 2021, Aparatur Sipil Negara (ASN) diberikan amanah oleh
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) melalui
Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20
Tahun 2021 tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatur Sipil Negara
agar para ASN dapat mewujudkan perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN
BerAKHLAK dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Salah satu dari nilai-nilai dasar ASN
yang terdapat pada Core Values ASN BerAKHLAK adalah akuntabel. Dengan memiliki sifat
akuntabel, maka seorang ASN dapat diandalkan dalam suatu pekerjaan yang diberikan
kepadanya dan dianggap mampu mempertanggungjawabkan hasilnya.

Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang dianggap akuntabel yaitu mampu
bertanggung jawab secara penuh atas ide, pemikiran, tindakan, perkataan, dan emosi di tempat
kerja atau instansi tempat ia bekerja. Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang akuntabel
tidak akan melemparkan tanggung jawabnya kepada orang lain.

Nilai dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) pada bagian Akuntabilitas adalah hal penting
yang harus dilakukan dan bukan merupakan hal yang mudah untuk diterapkan secara langsung,
karena membutuhkan proses untuk melakukannya. Selain itu, dibutuhkan juga adanya
pengendalian diri, sikap transparansi, keikhlasan, dan juga kejujuran dalam pelaksanaannya.
Pengendalian diri di sini maksudnya adalah sebisa mungkin tidak mengobral janji pada orang
lain, tidak mengambil pekerjaan yang sejak awal sudah dirasa tidak akan mampu dilakukan,
mampu menjaga sikap dan kata-kata agar tidak berlebihan.
Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang akuntabel hidupnya akan penuh dengan
integritas yang tinggi, semua yang dilakukannya, mulai dari tutur kata sampai dengan sikap
dan perilaku mampu dipertanggungjawabkan secara baik dan bisa diterima oleh akal sehat. Jika
sikap seperti ini mampu dilaksanakan dan dipertahankan, maka akan menimbulkan hal yang
positif bagi ASN tersebut karena kita akan tergambar baik pada benak orang lain atau
masyarakat sehingga kita akan mendapatkan reputasi (citra) yang baik, selain itu kita juga akan
mendapatkan kepercayaan dari orang lain sehingga kita memiliki kredibilitas yang baik yang
akan didapatkan. Hal ini tentunya sangat penting untuk kemajuan dan perkembangan karir
seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di masa yang akan datang.
Aspek-aspek akuntabilitas meliputi akuntabilitas adalah sebuah hubungan,
akuntabilitas berorientasi pada hasil (misalnya tanggung jawab, adil, inovatif), akuntabilitas
membutuhkan adanya laporan (misalnya laporan kinerja), akuntabilitas memerlukan
konsekuensi, dan akuntabilitas memperbaiki kinerja.
Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) sangat penting melaksanakan nilai dasar
akuntabilitas ini saat menjadi pelayan masyarakat. Ada tiga fungsi utama akuntabilitas publik,
yaitu untuk menyediakan kontrol demokratis, untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan
kekuasaan, serta untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
Akuntabilitas publik terdiri dari dua macam yaitu akuntabilitas vertikal dan
akuntabilitas horizontal. Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban seorang Aparatur
Sipil Negara (ASN) kepada otoritas yang lebih tinggi, sedangkan akuntabilitas horizontal
adalah pertanggungjawaban seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) kepada masyarakat luas.
Pada nilai dasar akuntabilitas terdapat lima tingkatan, yaitu akuntabilitas personal
(nilai-nilai yang ada pada diri seseorang), akuntabilitas individu (hubungan antara ASN dengan
instansinya), akuntabilitas kelompok (kinerja sebuah institusi yang dilakukan atas kerja sama
kelompok), akuntabilitas organisasi (hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai), dan
akuntabilitas stakeholder (pengguna layanan). Di mana tingkatan akuntabilitas terendah ada
pada akuntabilitas personal, sedangkan tingkatan akuntabilitas tertinggi ada pada akuntabilitas
stakeholder.
PANDUAN PERILAKU AKUNTABEL

Pada dasarnya, Akuntabilitas dan Integritas merupakan dua hal yang menjadi dasar
seseorang atau instansi baik pemerintahan ataupun non pemerintahan dalam melaksanan
tupoksinya. Sebuah sistem jika memiliki integritas yang baik akan mendorong terciptanya
akuntabilitas, integritas dan juga tranparansi. Integritas menjadi hal pokok yang harus dimiliki
oleh seorang pemimpin ataupun pegawai negara yang kemudian diikuti oleh Akuntabilitas. Jika
setiap individu yang ada di dalam sebuah lembaga atau instansi-instansi sudah memiliki
keduanya maka akan terciptalah sebuah sistem pemerintahan yang baik.

Integritas juga menjadi hal yang penting dalam pelaksanaan pemberantasan korupsi.
Seseorang dapat di katakan berintegritas apabila memiliki pribadi yang jujur dan memiliki
karakter yang kuat. Sehingga akan menangkal dirinya dari perbuatan korupsi. Agar terciptanya
sebuah pemerintahan yang bersih dari korupsi maka di perlukan kesadaran bersama dari
berbagai lapisan masyarakat untuk bertindak jujur dan berintegritas dalam menjalankan
fungsinya masing-masing.

Tindakan korupsi yang utama adalah di pengaruhi oleh sistem korup, sehingga
memaksa setiap individu mengikuti sistem tersebut. Ketika sistemnya sudah korup maka akan
mendorong perilaku pegawai di dalamnya untuk berbuat hal yang serupa. Oleh karena itu,
Komisi Pemberantasan Korupsi menggunakan tiga pilar dalam penindakan korupsi, yaitu
penindakan, perbaikan sistem, dan pendidikan. Penindakan dilakukan dalam upaya membuat
jera orang untuk melakukan korupsi, Perbaikan sistem dilakukan untuk membuat orang tidak
bisa melakukan korupsi, dan Pendidikan dilakukan dalam upaya membuat orang tidak mau
korupsi. Namun di samping itu semua, pemberantasan korupsi di negera ini tidak bisa
dilakukan hanya oleh aparat penegak hukum, akan tetapi peran serta masyarakat juga menjadi
hal yang sangat penting. Dan kita bisa memulai semuanya itu dari diri sendiri, dengan menjadi
teladan untuk orang-orang terdekat kita, keluarga, rekan kerja dan lingkungan masyarakat yang
nantinya akan berdampak lebih luas lagi dalam mencegah perilaku korupsi.

Mekanisme Akuntabilitas setiap organisasi berbeda-beda. Contohnya yaitu adanya


sistem penilaian kerja dan penggunaan finger print untuk absensi pegawai agar pegawai
disiplin. Mekanisme akuntabilitas harus mengandung beberapa dimensi yaitu Dimensi
akuntabilitas kejujuran dan hukum artinya harus taat dan patuh terhadap hukum. Dimensi
Akuntabilitas proses artinya prosedur yang di gunakan cukup baik, dengan memberikan
pelayanan yang cepat, responsif, dan murah. Dimensi Akuntabilitas program artinya program
yang dibuat harus efektif dan eifisen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dimensi
Akuntabilitas Kebijakan berkaitan dengan pertanggung jawaban pemerintah atas kebijakan
yang di ambil oleh DPR dan masyarakat luas.
Mekanisme Akuntabilitas Birokrasi di Indonesia menggunakan beberapa alat, yang
pertama yaitu Perencanaan strategis jangka panjang, menengah dan tahunan untuk setiap
SKPD dan SKP untuk setiap PNS. Kedua yaitu Kontrak Kinerja berupa kesepakatan kerja yang
dibuat setiap tahun. Ketiga laporan kinerja yaitu berupa Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP).
Untuk terwujudnya sistem lembaga yang akuntabel maka perlu di ciptakan lingkungan
kerja yang akuntabel. Pertama, dimulai dari pimpinan selaku atasan yang memberikan teladan
atau contoh yang baik kepada bawahannya. Selain itu juga seorang pemimpin harus memiliki
komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan. Kedua adanya Transparansi. Transparansi dapat
mendorong adanya komunikasi dan memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang buruk.
Ketiga yaitu Integritas. Integritas dapat memberikan kepercayaan publik. Keempat yaitu
Tanggung Jawab, artinya setiap individu atau lembaga bertanggung jawab atas setiap
tindakan/keputusan yang dibuat. Kelima Keadilan, keadilan harus di jaga dan dipelihara agar
kredibilitas dan kinerja pegawai selalu optimal. Keenam yaitu Kepercayaan, akuntabilitas
muncul karena adanya hal-hal yang dapat dipercaya. Ketujuh yaitu keseimbangan, artinya
akuntabilitas dan kewenangan serta harapan dan kapasitas harus seimbang dan setiap individu
harus menggunakan kewenangannya untuk meningkatkan kinerja. Kedelapan yaitu Kejelasan
artinya harus memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang
diharapkan. Kesembilan konsistensi yaitu penerapan setiap kebijakan harus konsisten agar
kredibilits organisasi / lembaga tetap terjaga. Adapun 5 langkah yang harus dilakukan dalam
membuat framework akuntabilitas yaitu dengan menentukan tujuan, melakukan perencanaan,
melakukan implementasi, memberikan laporan secara lengkap dan melakukan evaluasi hasil.
Hal yang dapat mempengaruhi akunatibilitas sebuah lembaga selain korupsi yaitu
adanya Konflik kepentingan, yang biasanya terjadi karena seseorang memliki kepentingan
pribadi dan menggunakan jabatannya untuk hal itu. Ada 2 jenis konflik kepentingan, yaitu
konflik kepentingan keuangan dan non keuangan. Selanjutnya yaitu adanya Gratifikasi.
Gratifikasi adalah pemberian baik dalam bentuk uang, barang atau fasilitas yang diberikan
secara Cuma-cuma. Gratifikasi merupakan imbalan yang diberikan tanpa adanya kesepakatan.
Untuk menangkal semuanya itu maka kita sebagai PNS harus membangun pola pikir anti
korupsi yang berlandaskan transparansi, akuntabilitas, dan integritas.
AKUNTABEL DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAHAN

Akuntabilitas kontek yaitu meliputi keterbukaan informasi. Terdapat prinsip-prinsip


keterbukaan dan ketersediaan informasi yaitu meliputi maximum access limited examption
pada prinsipnya semua informasi bersifat terbuka dan bisa di akses masyarakat, suatu informasi
dapat di kecualikan hanya karna apabila di buka informasi tersebut merugikan kepentingan
publik, pengecualian itu juga bersifat terbatas dalam arti hanya informasi tertentu yang di
batasi. Ke dua permintaan tidak perlu di sertai alasan akses informasi merupakan hak setiap
orang. Konsekwensi dari rumusan ini adalah setiap orang bisa mengakses informasi tanpa harus
di sertai alasan untuk apadi perlukan. Mekanisme yang sederhana, murah dan cepat. Nilai dan
daya guna suatu informasi sangat di tentukan oleh konteks waktu. Yang ke tiga informasi harus
utuh dan benar, informasi yang di berikan kepada pemohon harus utuh dan benar jika informasi
tersebut tidak utuh dan benar di kwatirkan menyesatkan pemohon. Selanjutnya informasi
proaktif dimana badan publik di bebani kewajiban untuk menyampaikan jenis informasi
tertentu untuk di ketahui publik. Yang terakhir perlindungan pejabat beritikad baik. Perlu
adanya jaminan dalam perundang-undangan bahwa pejabat yang beritikad baik harus
dilindungi.
Aparat pemerintah di tuntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang baik
untuk publik, hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi yang berfungsi
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sayangnya etika pelayanan publik di indonesia
belum begitu diperhatikan. Buruknya etika para aparatur pemerintah Indonesia dapat terlihat
dari masih banyaknya keluhan oleh masyarakat. Praktek kecurangan dan perilaku korup terjadi
karena adanya peluang, insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan dan rasionalisasi.
Sebagai ASN yang amanah penggunaan sumber daya milik negara harus di gunakan
dan di manfaatkan sebaik-baiknya, tidak boleh menggunakan dan menggunakan fasilitas
pemerintah untuk kepentingan pribadi contoh mobil inventaris kantor di ganti plat menjadi plat
hitam untuk pergi mudik atau pun bertamasya bersama keluarga.
Aparatur dapat menjelaskan semua aktifitasnya dengan memberikan data dan informasi
yang akurat terhadap apa yang telah mereka laksanakan, sedang laksanakan dan akan
dilaksanakan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah akses dan distribusi dari data dan
informasi yang telah dikumpulkan tersebut, sehingga pengguna mudah untuk mendapatkan
informasi tersebut. Informasi dan data yang di simpan dan di kumpulkan serta di laporkan
tersebut harus relevant, reliable, understable serta comparable, sehingga dapat di gunakan
sebagaimana mestinya oleh pengambil keputusan dan dapat menunjukkan akuntabilitas publik.
Fondasi paling utama dari unsur pegawai ataupun pejabat negara adalah integritas.
Dengan integritas yang tinggi, dimensi aturan akan dapat dilihat dengan lurus dan jelas. Tanpa
integritas, aturan hanya akan dipandang sebatas dokumen dan berpotensi dipersepsikan sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi. Membangun budaya anti korupsi di organisasi pemerintah
terdapat beberapa langkah yaitu penyusunan kerangka kebijakan, identifikasi situasi konflik
kepentingan penyusunan strategi penanganan konflik kepentingan. Serta penyiapan
serangkaian tindakan untuk menangani konflik kepentingan.

Lampiran Tugas Video Bedah Modul Kelompok 1 :


https://drive.google.com/file/d/12gMhz1gsOx-
HINkclh0ZE3bg12Tm8sHa/view?usp=drivesdk

Anda mungkin juga menyukai