Oleh:
Aulia Rahmah
20170210093
Program Studi Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2021
I. PENDAHULUAN
Kedelai Edamame merupakan salah satu jenis kedelai sayur Jepang yang
memiliki ukuran biji relatif lebih besar jika dibandingkan dengan kedelai varietas
lain serta memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, selain itu, kedelai
Edamame juga memiliki senyawa Phytic Acid yang lebih tinggi sehingga
memiliki bentuk tanaman yang lebih tinggi dan biji yang lebih besar (Pratama,
2020).
Kedelai Edamame memiliki produksi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kedelai varietas lain yaitu mencapai 3,5 ton/h sedangkan kedelai varietas
lain hanya mencapai 1,7-3,2 ton/h. Hal tersebut menjadikan potensi
pengembangan budidaya kedelai Edamame menjadi besar (Maya, 2020). Selain
itu, kedelai Edamame juga memiliki potensi ekspor yang besar. Jepang menjadi
salah satu negara dengan permintaan kedelai Edamame yang cukup tinggi yaitu
mencapai 50.000 ton/ha. Pada tahun 2020, Indonesia mampu mengekspor 6.790,7
ton kedelai Edamame segar beku ke Jepang. Jumlah tersebut setara dengan
13,58% dari jumlah total kebutuhan kedelai Edamame Jepang (Yordanio, 2015).
Rendahnya produksi kedelai Edamame di Indonesia dan tingginya permintaan
pasar global khususnya Jepang menjadikan kedelai Edamame memiliki potensi
yang besar untuk ditingkatkan produksinya baik dari segi kualitas maupun
kuantitas.
Kedelai Edamame menghasilkan biji yang lebih besar dibandingkan
dengan varietas biasa, namun kedelai varietas ini juga menyerap unsur hara dalam
tanah 3-4 kali lipat lebih banyak dibandingkan kedelai varietas lain. Biji
merupakan hasil utama kedelai Edamame, untuk menghasilkan biji dengan
kualitas baik, diperlukan unsur hara dalam jumlah besar. Pengaturan input unsur
hara sangat diperlukan agar tidak terjadi defisiensi unsur hara dalam tanah serta
mencegah kerusakan tanah. Unsur penyusun tubuh tanaman terdiri 4 unsur yaitu
Karbon, Hidrogen, Oksigen, yang tersedia dan dapat dimanfaatkan secara
langsung oleh tanaman, sedangkan unsur Nitrogen (N) tidak dapat dimanfaatkan
secara langsung oleh tanaman, meskipun 80% keberadaannya berada diudara
(Felix D. Dakora et al., 2008). Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah
dengan bantuan Rhizobium sp. bakteri penambat Nitrogen yang kompatibel
terhadap tanaman kedelai Edamame.
Rhizobium sp. bersimbiosis dengan akar tanaman membentuk nodul akar
yang dapat menambat Nitrogen di udara. Dalam keadaan yang kompatibel,
Rhizobium sp. bersimbiosis dengan akar tanaman dan mengikat N dengan
prosentase mencapai 50-75% dari kebutuhan Nitrogen pada tanaman (R. Sari &
Retno Prayudyaningsih, 2015)
Berdasarkan penelitian Ratna et al., (2015) menunjukkan bahwa
pemberian inokulum Rhizobium sp. 5 g/kg benih kedelai mampu menunjukkan
hasil terbaik pada parameter bobot kering nodul akar, jumlah nodul akar, tinggi
tanaman, jumlah daun dan luas daun. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Purwaningsih (2015) juga menyatakan bahwa inokulasi Rhizobium sp. pada
kedelai Wilis dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil.
Efektivitas Rhizobium sp. dalam menambat Nitrogen dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor salah satunya adalah bahan pembawa atau carrier.
Berdasarkan penelitian (Harsono, 2011), penggunaan carrier 100% gambut
mampu memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil panen isi polong kedelai
1
2
unit percobaan. Setiap unit percobaan terdiri dari 3 sampel, 2 korban dan 1
cadangan, sehingga total terdapat 108 tanaman. Hasil pengamatan dianalisis
dengan menggunakan sidik ragam atau Analysis Of Variance pada taraf α 5%.
Apabila ada perbedaan nyata antar perlakuan yang diujikan maka dilakukan uji
lanjut dengan menggunakan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test).
Cara penelitian meliputi: pembuatan nano gambut, nano tulang sapi dan
nano biochar, strerilisasi alat dan pembuatan media perbanyakan, peremajaan
kultur stok isolat Rhizobium sp. Indigenous, karakterisasi isolat Rhizobium sp.
Indigenous, perbanyakan Rhizobium sp. Indigenous untuk inokulum, sterilisasi
bahan pembawa, pembuatan nano formula inokulum Rhizobium sp. Indigenous,
persiapan media tanam, aplikasi inokulum Rhizobium sp. Indigenous pada benih,
penanaman, pemeliharaan dan panen.
Parameter yang diamati meliputi :dinamika bakteri Rhizobium sp.
Indigenous, jumlah nodul, efektivitas nodul, diameter nodul, sebaran nodul, berat
nodul, panjang akar, poliferasi akar, bobot segar dan kering kaar, tinggi tanaman,
jumlah daun, bobot segar dan kering tajuk, jumlah polong setiap tanaman,
presentase polong isi, presentase polong hampa, bobot segar isi per tanaman, hasil
polong per satuan luas.
Hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam atau
Analysis Of Variance pada taraf α 5%. Apabila ada perbedaan nyata antar
perlakuan yang diujikan maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan
Duncan’s Multiple Range Test (DMRT).
Berdasarkan hasil sidik ragam pada minggu ke-3 dan minggu ke-9 dapat
dilihat bahwa tidak ada interaksi antar perlakuan, tidak terdapat beda nyata antar
perlakuan dan pemberian perlakuan dan kontrol juga tidak terdapat beda nyata.
Berdasarkan hasil penelitian Prihastuti (2013) diketahui bahwa tanah gambut yang
berasal dari Rawa Pening mengandung C-organik rata-rata 11,65%, N-organik
rata-rata 1,03%, Nisbah C/N rata-rata 10,73%, P2O5 rata-rata 26,50 ppm.
2. Efektivitas Nodul
Efektivitas Nodul
Perlakuan Minggu ke-3 Minggu ke-6
Faktor 1
Formula Nano
1,11a 14,98a
Formula bukan Nano 0,00a 8,80a
Faktor 2
Simpan 0 bulan
0,00p 10,18p
Simpan 2 bulan 1,67p 13,29p
Simpan 4 bulan 0,00p 12,20p
Interaksi (-) (-)
Perlakuan 0,56x 11,75x
Kontrol 3,33x 6,06x
pada seluruh perlakuan tidak terdapat beda nyata terhadap diameter nodul. Pada
pemberian perlakuan dan kontrol tidak memberikan perbedaan yang nyata atau
dengan kata lain memberikan pengaruh yang sama.
4. Sebaran Nodul
Sebaran Nodul
Perlakuan
Minggu ke-3 Minggu ke-6
Faktor 1
Formula Nano 0,89a 1,11a
Formula bukan Nano 0,67a 0,78a
Faktor 2
Simpan 0 bulan 0,83p 0,83p
Simpan 2 bulan 0,67p 1,00p
Simpan 4 bulan 0,83p 1,00p
Interaksi (-) (-)
Perlakuan 0,78x 0,94x
Kontrol 1,00x 1,00x
Dapat dilihat bahwa perlakuan yang diberikan mampu membentuk nodul
dan tidak memberikan interaksi antar perlakuan. Pemberian perlakuan tidak
berbeda nyata terhadap sebaran nodul kedelai Edamame. pemberian perlakuan
dan kontrol juga tidak memberikan perbedaan yang nyata.
5. Berat Nodul
Tabel 1. Berat nodul minggu ke-3 Kedelai Edamame
Faktor 1
Seluruh perlakuan mampu membentuk nodul dan tidak ada interaksi antar
perlakuan yang diberikan terhadap parameter berat nodul pada perakaran kedelai
6
Edamame. Pengamatan minggu ke-6 dapat dilihat terdapat beda nyata antar
perlakuan.
Poliferasi Akar
Perlakuan
Minggu ke-3 Minggu ke-6 Minggu ke-9
Faktor 1
Formula Nano 2,11a 2,67a 3,00a
Formula bukan Nano 2,00a 2,56a 3,22a
Faktor 2
Simpan 0 bulan 2,00p 2,67p 3,00p
Simpan 2 bulan 2,00p 2,50p 3,16p
Simpan 4 bulan 2,16p 2,67p 3,16p
Interaksi (-) (-) (-)
Perlakuan 1,95x 2,61x 3,10x
Kontrol 2,00x 3,00x 3,00x
Keterangan: Rerata yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji F dengan α=5% (-) menunjukkan tidak ada
interaksi antar perlakuan.
(B)
Simpan 0 bulan (P) 36,59bc 39,38bc 37,99a
Simpan 2 bulan (Q) 37,66bc 31,45c 34,55a
Simpan 4 bulan (R) 39,11bc 42,70ab 40,90a
Rerata 37,79a 37,84a (+)
Perlakuan 37,81x
Kontrol 49,63y
Tabel 11. Rerata Presentase Polong Isi 2 Kedelai Edamame
Berdasarkan tabel 18 dapat dilihat bahwa terdapat interaksi dan beda nyata
antar perlakuan terhadap presentase polong hampa, namun memberikan beda
nyata antara perlakuan dan kontrol.
Pada tabel 19 tersaji rerata bobot segar isi per tanaman kedelai Edamame tidak
memberikan interaksi dan perbedaan nyata terhadap bobot segar isi per tanaman.
Namun memberikan beda nyata antara perlakuan dan kontrol.
5. Hasil Polong per Satuan Luas
Tabel 15. Rerata Hasil Polong per Satuan Luas
Pada tabel 20 dapat dilihat bahwa terdapat interaksi dan beda nyata antar
perlakuan terhadap hasil polong per satuan luas namun memberikan beda nyata
antara perlakuan dan kontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Argal, M. S., Rawat, A. K., Aher, S. B., & Rajput, P. S. (2015). Bioefficacy and shelf life of
Rhizobium leguminosarum loaded on different carriers . Applied Biological Research, 17(2),
125. https://doi.org/10.5958/0974-4517.2015.00017.8
11
Buzea, C., Pacheco, I. I., & Robbie, K. (2007). Nanomaterials and nanoparticles: Sources and
toxicity. Biointerphases, 2(4), MR17–MR71. https://doi.org/10.1116/1.2815690
Harsono, A. (2011). Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.
PERMANASARI, I., IRFAN, M., & ABIZAR, A. (2014). PERTUMBUHAN DAN HASIL
KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) DENGAN PEMBERIAN RHIZOBIUM DAN PUPUK
UREA PADA MEDIA GAMBUT. Jurnal Agroteknologi, 5(1), 29–34. Diambil dari
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/agroteknologi/article/view/1145
Pratama, R. (2020). Isolasi enzim bromelin dari bonggol nanas (ananas comosus l.) sebagai
koagulan dalam pembuatan tahu susu = Isolation of bromeline enzyme from pineapple
humps (ananas comosus l.) as a coagulant in making milk tofu.
Purwaningsih Bidang Mikrobiologi, S., Biologi-LIPI, P., & Jl Raya Jakarta-Bogor Km, B. (2015).
PENGARUH INOKULASI RHIZOBIUM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
KEDELAI (Glycine max L) VARIETAS WILIS DI RUMAH KACA [Effect of Rhizobium
Inoculation on The Growth of Glycine max L. Wilis variety in Green House]. In BERITA
BIOLOGI (Vol. 14). https://doi.org/10.14203/BERITABIOLOGI.V14I1.1867
Ratna, R., Sari, F., Aini, N., Lilik, D., Jurusan, S., Pertanian, B., & Pertanian, F. (2015). THE
EFFECT OF RHIZOBIUM AND ORGANIC MULCHES OF STRAW IN BLACK
SOYBEAN (Glycine max (L) Merril) VARIETIES DETAM 1. In Jurnal Produksi Tanaman
(Vol. 3). Brawijaya University. https://doi.org/10.21176/PROTAN.V3I8.251
Sari, E., Flatian, A. N., Sari, Z. I., & Sulaeman, E. (2019). ISOLASI DAN KARAKTERISASI
Rhizobium DARI Glycine max L. DAN Mimosa pudica Linn. EKOTONIA: Jurnal
Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi, 3(2), 55–62.
https://doi.org/10.33019/ekotonia.v3i2.760
Sari, R., Retno Prayudyaningsih Balai Penelitian Kehutanan Makassar Jl Perintis Kemerdekaan
Km, dan, & Selatan Kode pos, S. (2015). Rhizobium: Pemanfaatannya Sebagai Bakteri
Penambat Nitrogen Ramdana Sari dan Retno Prayudyaningsih Rhizobium:
PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAKTERI PENAMBAT NITROGEN. In Buletin Eboni
12
Suryantini, S. (2017). Formulasi Bahan Pembawa Pupuk Hayati Pelarut Fosfat untuk Kedelai di
Tanah Masam. Buletin Palawija, 14(1), 28–35.
https://doi.org/10.21082/bulpa.v14n1.2016.p28-35
Triplett, E. W., & Sadowsky, M. J. (1992). Genetics of Competition for Nodulation of Legumes.
Annual Review of Microbiology, 46(1), 399–422.
https://doi.org/10.1146/annurev.mi.46.100192.002151