Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH FORMULA DAN UMUR SIMPAN INOKULUM

Rhizobium sp. INDIGENOUS DENGAN BAHAN PEMBAWA NANO


TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI EDAMAME

Acc daftar semhas

Makalah Seminar Hasil

Oleh:
Aulia Rahmah
20170210093
Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2021
I. PENDAHULUAN
Kedelai Edamame merupakan salah satu jenis kedelai sayur Jepang yang
memiliki ukuran biji relatif lebih besar jika dibandingkan dengan kedelai varietas
lain serta memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, selain itu, kedelai
Edamame juga memiliki senyawa Phytic Acid yang lebih tinggi sehingga
memiliki bentuk tanaman yang lebih tinggi dan biji yang lebih besar (Pratama,
2020).
Kedelai Edamame memiliki produksi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kedelai varietas lain yaitu mencapai 3,5 ton/h sedangkan kedelai varietas
lain hanya mencapai 1,7-3,2 ton/h. Hal tersebut menjadikan potensi
pengembangan budidaya kedelai Edamame menjadi besar (Maya, 2020). Selain
itu, kedelai Edamame juga memiliki potensi ekspor yang besar. Jepang menjadi
salah satu negara dengan permintaan kedelai Edamame yang cukup tinggi yaitu
mencapai 50.000 ton/ha. Pada tahun 2020, Indonesia mampu mengekspor 6.790,7
ton kedelai Edamame segar beku ke Jepang. Jumlah tersebut setara dengan
13,58% dari jumlah total kebutuhan kedelai Edamame Jepang (Yordanio, 2015).
Rendahnya produksi kedelai Edamame di Indonesia dan tingginya permintaan
pasar global khususnya Jepang menjadikan kedelai Edamame memiliki potensi
yang besar untuk ditingkatkan produksinya baik dari segi kualitas maupun
kuantitas.
Kedelai Edamame menghasilkan biji yang lebih besar dibandingkan
dengan varietas biasa, namun kedelai varietas ini juga menyerap unsur hara dalam
tanah 3-4 kali lipat lebih banyak dibandingkan kedelai varietas lain. Biji
merupakan hasil utama kedelai Edamame, untuk menghasilkan biji dengan
kualitas baik, diperlukan unsur hara dalam jumlah besar. Pengaturan input unsur
hara sangat diperlukan agar tidak terjadi defisiensi unsur hara dalam tanah serta
mencegah kerusakan tanah. Unsur penyusun tubuh tanaman terdiri 4 unsur yaitu
Karbon, Hidrogen, Oksigen, yang tersedia dan dapat dimanfaatkan secara
langsung oleh tanaman, sedangkan unsur Nitrogen (N) tidak dapat dimanfaatkan
secara langsung oleh tanaman, meskipun 80% keberadaannya berada diudara
(Felix D. Dakora et al., 2008). Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah
dengan bantuan Rhizobium sp. bakteri penambat Nitrogen yang kompatibel
terhadap tanaman kedelai Edamame.
Rhizobium sp. bersimbiosis dengan akar tanaman membentuk nodul akar
yang dapat menambat Nitrogen di udara. Dalam keadaan yang kompatibel,
Rhizobium sp. bersimbiosis dengan akar tanaman dan mengikat N dengan
prosentase mencapai 50-75% dari kebutuhan Nitrogen pada tanaman (R. Sari &
Retno Prayudyaningsih, 2015)
Berdasarkan penelitian Ratna et al., (2015) menunjukkan bahwa
pemberian inokulum Rhizobium sp. 5 g/kg benih kedelai mampu menunjukkan
hasil terbaik pada parameter bobot kering nodul akar, jumlah nodul akar, tinggi
tanaman, jumlah daun dan luas daun. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Purwaningsih (2015) juga menyatakan bahwa inokulasi Rhizobium sp. pada
kedelai Wilis dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil.
Efektivitas Rhizobium sp. dalam menambat Nitrogen dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor salah satunya adalah bahan pembawa atau carrier.
Berdasarkan penelitian (Harsono, 2011), penggunaan carrier 100% gambut
mampu memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil panen isi polong kedelai

1
2

sebesar 31,4 polong isi/tanaman. Menurut Suryantini (2017) bahan pembawa


gambut+dolomit+arang mampu konsisten memberikan media tumbuh yang baik
bagi bakteri pelarut Phospat.
Efektivitas Rhizobium sp. juga dapat ditentukan oleh umur simpan dalam
carrier. Berdasarkan penelitian Argal et al.,(2015) penggunaan carrier lignite
(batu bara muda) mampu memperpanjang umur simpan isolat Rhizobium sp.
hingga umur 180 hari. Dengan jumlah bakteri pada hari ke-180 mencapai
0,75x105 CFU/g. Penggunaan carrier jenis lignite juga berpengaruh nyata
terhadap jumlah nodul, berat kering nodul, dan jumlah serapan Nitrogen jika
dibandingkan dengan penggunaan jenis lain (Triplett & Sadowsky, 1992). Bahan
pembawa (carrier) yang digunakan harus berukuran kecil, agar mampu menutupi
keseluruhan permukaan benih kedelai Edamame. Ukuran bahan pembawa
(carrier) diubah menjadi partikel kecil yang disebut nanopartikel. Kelebihan nano
partikel adalah kemampuan menembus ruang-ruang antar sel yang dapat ditembus
oleh partikel kolodial, serta nanopartikel fleksibel untuk dikombinasikan dengan
berbagai teknologi (Buzea et al., 2007). Diduga dengan pemberian inokulum
Rhizobium sp. Indigenous pada bahan pembawa nano gambut 90% + nano
biochar 5% + abu tulang sapi 5% yang disimpan selama 2 bulan dapat efektif
sebagai bahan pembawa serta mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil
kedelai Edamame.
Permasalahannya adalah bagaimana hubungan saling mempengaruhi
formulasi nano carrier dan umur simpan isolat Rhizobium sp. terhadap
pertumbuhan dan hasil kedelai Edamame. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan saling mempengaruhi antara formulasi nano carrier dan
umur simpan isolat Rhizobium sp. terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai
Edamame.

II. TATA CARA PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Bioteknologi dan Green House


Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Waktu pelaksanaan
dimulai pada bulan Juni-Desember 2020. Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah inokulum Rhizobium sp. Indigenous, biakan murni
Rhizobium sp., isolat B, E, F, benih kedelai Edamame, arang, kapur, nano gambut,
nano biochar, nano tulang, Urea, KCl, SP-36, aquadest, air steril, alkohol 96%,
media YMA (Yeast Manitol Agar) + Congo Red 1%, media miring YMA +
Congo Red 1%, media cair YMC (Yeast Manitol Cair). Alat-alat yang digunakan
adalah timbangan, cangkul, sekop, penggaris, ember, label, alat tulis, gunting,
colony counter, shaker, autoklaf, bunsen, tabung reaksi, petridish, jarum ose, pipet
ukur, timbangan analitik, drigalsky, mikroskop, mortar, kaca preparat.
Penelitian eksperimen dilakukan dengan menggunakan metode percobaan
Faktorial (2x3) yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAKL) :F1=
Formula inokulum Rhizobium sp. yang terdiri 2 aras yaitu: A = Nano Gambut
90%+Nano Biochar 5%+Nano Tulang5%,B = Gambut 50%+Arang 49%+Kapur
1% (Kontrol), F2= Umur Simpan yang terdiri dari 3 aras yaitu: P = Umur simpan
0 bulan, Q = Umur simpan 2 bulan, R = Umur simpan 4 bulan. Masing-masing
perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali ulangan, sehingga terdapat 18
3

unit percobaan. Setiap unit percobaan terdiri dari 3 sampel, 2 korban dan 1
cadangan, sehingga total terdapat 108 tanaman. Hasil pengamatan dianalisis
dengan menggunakan sidik ragam atau Analysis Of Variance pada taraf α 5%.
Apabila ada perbedaan nyata antar perlakuan yang diujikan maka dilakukan uji
lanjut dengan menggunakan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test).
Cara penelitian meliputi: pembuatan nano gambut, nano tulang sapi dan
nano biochar, strerilisasi alat dan pembuatan media perbanyakan, peremajaan
kultur stok isolat Rhizobium sp. Indigenous, karakterisasi isolat Rhizobium sp.
Indigenous, perbanyakan Rhizobium sp. Indigenous untuk inokulum, sterilisasi
bahan pembawa, pembuatan nano formula inokulum Rhizobium sp. Indigenous,
persiapan media tanam, aplikasi inokulum Rhizobium sp. Indigenous pada benih,
penanaman, pemeliharaan dan panen.
Parameter yang diamati meliputi :dinamika bakteri Rhizobium sp.
Indigenous, jumlah nodul, efektivitas nodul, diameter nodul, sebaran nodul, berat
nodul, panjang akar, poliferasi akar, bobot segar dan kering kaar, tinggi tanaman,
jumlah daun, bobot segar dan kering tajuk, jumlah polong setiap tanaman,
presentase polong isi, presentase polong hampa, bobot segar isi per tanaman, hasil
polong per satuan luas.
Hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam atau
Analysis Of Variance pada taraf α 5%. Apabila ada perbedaan nyata antar
perlakuan yang diujikan maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan
Duncan’s Multiple Range Test (DMRT).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Inokulum Rhizobium sp. Indigenous
1. Karakterisasi Isolat Rhizobium sp. Indigenous
Pada karakterisasi bentuk elevasi koloni bakteri Rhizobium sp. teramati
isolat B (Convex), isolat E (Conver pappilate) dan isolat F (Umbonate). Hal
tersebut sudah sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fauzi, 2020).
Bentuk tepi dari ketiga isolat pada isolat B (Entire), isolat E (Lobate) dan isolat F
(Lacerate). Hasil karakterisasi tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Fauzi, 2020). Bakteri Rhizobium sp. memiliki bentuk tepi Entire,
berwarna putih susu dan tidak transparan (E. Sari, Flatian, Sari, & Sulaeman,
2019). Struktur dalam koloni bakteri Rhizobium sp. Indigenous isolat B memiliki
struktur dalam Opaque, isolat E memiliki struktur dalam Finely granular dan
isolat F memiliki struktur dalam Filamentous. Bentuk sel pada ketiga isolat
Rhizobium sp. adalah basil (batang) serta memiliki sifat gram yang sama yaitu
nagatif (-)
2. Formulasi Nano Isolat Rhizobium sp. Indigenous
Hasil platting pada kombinasi perlakuan Nano gambut 90%+Nano Biochar
5%+Nano Tulang 5% dan simpan 0 bulan mencapai 108x107 CFU/ml sedangkan
untuk kombinasi Gambut 90%+Biochar 5%+Abu Tulang 5% dan simpan 0 bulan
mencapai 220 x107 CFU/ml. Perlakuan Nano gambut 90%+Nano Biochar 5%
+Nano Tulang 5% dan simpan 2 bulan mencapai 142,67x107 CFU/ml dan
4

kombinasi perlakuan Gambut 90%+Biochar 5%+Abu Tulang 5% dan simpan 2


bulan mencapai 218,67x107 CFU/ml. Perlakuan Gambut 90%+Biochar 5%+Abu
Tulang 5% dan simpan 4 bulan mencapai 117x107 CFU/ml
B. Nodulasi Akar Kedelai Edamame
1. Jumlah Nodul
Jumlah Nodul
Perlakuan
Minggu ke-3 Minggu ke-6
Faktor 1 :
Formula Nano
5,67a 10,78a
Formula bukan nano 2,00a 5,78a
Faktor 2:
Simpan 0 bulan
3,50p 4,33p
Simpan 2 bulan 4,83p 7,50p
Simpan 4 bulan 3,16p 13,00p
Interaksi (-) (-)
Perlakuan 3,83x 8,27x
Kontrol 5,67x 6,00x

Berdasarkan hasil sidik ragam pada minggu ke-3 dan minggu ke-9 dapat
dilihat bahwa tidak ada interaksi antar perlakuan, tidak terdapat beda nyata antar
perlakuan dan pemberian perlakuan dan kontrol juga tidak terdapat beda nyata.
Berdasarkan hasil penelitian Prihastuti (2013) diketahui bahwa tanah gambut yang
berasal dari Rawa Pening mengandung C-organik rata-rata 11,65%, N-organik
rata-rata 1,03%, Nisbah C/N rata-rata 10,73%, P2O5 rata-rata 26,50 ppm.
2. Efektivitas Nodul
Efektivitas Nodul
Perlakuan Minggu ke-3 Minggu ke-6
Faktor 1
Formula Nano
1,11a 14,98a
Formula bukan Nano 0,00a 8,80a
Faktor 2
Simpan 0 bulan
0,00p 10,18p
Simpan 2 bulan 1,67p 13,29p
Simpan 4 bulan 0,00p 12,20p
Interaksi (-) (-)
Perlakuan 0,56x 11,75x
Kontrol 3,33x 6,06x

Seluruh perlakuan mampu membentuk nodul namun tidak ada yang


berinteraksi tidak memberikan beda nyata terhadap efektivitas nodul kedelai
Edamame. Pemberian perlakuan dengan kontrol tidak memberikan perbedaan
yang nyata.
3. Diameter Nodul
Diameter Nodul (mm)
Perlakuan
Minggu ke-3 Minggu ke-6
Faktor 1
Formula Nano 1,85a 3,00a
Formula bukan Nano 1,04a 2,70a
Faktor 2
Simpan 0 bulan 1,67p 2,82p
Simpan 2 bulan 1,10p 2,95p
Simpan 4 bulan 1,57p 2,79p
Interaksi (-) (-)
Perlakuan 1,45x 2,85x
Kontrol 1,74x 3,789x
Berdasarkan tabel sidik ragam, seluruh perlakuan mampu membentuk
nodul dan keseluruhan perlakuan juga tidak berinteraksi. Dapat dilihat bahwa
5

pada seluruh perlakuan tidak terdapat beda nyata terhadap diameter nodul. Pada
pemberian perlakuan dan kontrol tidak memberikan perbedaan yang nyata atau
dengan kata lain memberikan pengaruh yang sama.

4. Sebaran Nodul
Sebaran Nodul
Perlakuan
Minggu ke-3 Minggu ke-6
Faktor 1
Formula Nano 0,89a 1,11a
Formula bukan Nano 0,67a 0,78a
Faktor 2
Simpan 0 bulan 0,83p 0,83p
Simpan 2 bulan 0,67p 1,00p
Simpan 4 bulan 0,83p 1,00p
Interaksi (-) (-)
Perlakuan 0,78x 0,94x
Kontrol 1,00x 1,00x
Dapat dilihat bahwa perlakuan yang diberikan mampu membentuk nodul
dan tidak memberikan interaksi antar perlakuan. Pemberian perlakuan tidak
berbeda nyata terhadap sebaran nodul kedelai Edamame. pemberian perlakuan
dan kontrol juga tidak memberikan perbedaan yang nyata.

5. Berat Nodul
Tabel 1. Berat nodul minggu ke-3 Kedelai Edamame

Berat Nodul (gram)


Perlakuan
Minggu ke-3 Minggu ke-6

Faktor 1

Formula Nano 0,021a 0,116a


Formula bukan Nano 0,004a 0,289a
Faktor 2
Simpan 0 bulan 0,017p 0,101b
Simpan 2 bulan 0,011p 0,381a
Simpan 4 bulan 0,009p 0,126ab
Interaksi (-) (-)
Perlakuan 0,0196x 0,2026x
Kontrol 0,052x 0,242x
Tabel 2. Berat Nodul minggu ke-6 Kedelai Edamame

Berat Nodul (gram)


Perlakuan
Formula A Formula B Rerata
Simpan 0 bulan 0.10b 0,10b 0.10
Simpan 2 bulan 0.12b 0,64a 0.38
Simpan 4 bulan 0.13b 0.12b 0.12
Rerata 0.11 0.29a (+)
Perlakuan 0,202x
Kontrol 0.2423x
Keterangan: Rerata yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji F dengan α=5% (-)
menunjukkan tidak ada interaksi antar perlakuan.

Seluruh perlakuan mampu membentuk nodul dan tidak ada interaksi antar
perlakuan yang diberikan terhadap parameter berat nodul pada perakaran kedelai
6

Edamame. Pengamatan minggu ke-6 dapat dilihat terdapat beda nyata antar
perlakuan.

C. Pertumbuhan Akar Kedelai Edamame


1. Panjang Akar
Tabel 3. Panjang Akar Tanaman Kedelai Edamame
Panjang Akar (cm)
Perlakuan
Minggu ke-3 Minggu ke-6 Minggu ke-9
Faktor 1
Formula Nano
28,78a 31,06a 33,67a
Formula bukan Nano 18,11a 25,94a 32,06a
Faktor 2
Simpan 0 bulan
25,58p 31,83p 35,583p
Simpan 2 bulan 18,33q 27,50p 32,17p
Simpan 4 bulan 21,91pq 26,16p 30,83p
Interaksi (-) (-) (-)
Perlakuan 22,54x 28,50x 32,86x
Kontrol 20,33x 31,67x 25,33x
Keterangan: Rerata yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji F dengan α=5% (-) menunjukkan
tidak ada interaksi antar perlakuan.
Berdasarkan hasil sidik ragam panjang akar pada minggu ke-3, minggu ke-
6 dan minggu ke-9 menunjukkan bahwa dari masing-masing pelakuan tidak
memberikan interaksi. Selain itu, tidak terdapat beda nyata pada keseluruan
perlakuan minggu ke-6 dan minggu ke-9.
2. Poliferasi Akar
Tabel 4.Rerata Poliferasi Akar Kedelai Edamame

Poliferasi Akar
Perlakuan
Minggu ke-3 Minggu ke-6 Minggu ke-9
Faktor 1
Formula Nano 2,11a 2,67a 3,00a
Formula bukan Nano 2,00a 2,56a 3,22a
Faktor 2
Simpan 0 bulan 2,00p 2,67p 3,00p
Simpan 2 bulan 2,00p 2,50p 3,16p
Simpan 4 bulan 2,16p 2,67p 3,16p
Interaksi (-) (-) (-)
Perlakuan 1,95x 2,61x 3,10x
Kontrol 2,00x 3,00x 3,00x
Keterangan: Rerata yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji F dengan α=5% (-) menunjukkan tidak ada
interaksi antar perlakuan.

Berdasarkan hasil sidik ragam, dapat dilihat bahwa keseluruhan perlakuan


tidak berinteraksi dan tidak menunjukkan beda nyata terhadap nilai poliferasi akar
tanaman kedelai Edamame. Pada pemberian perlakuan dan kontrol tidak berbeda
nyata pada Perakaran kedelai sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik, kimia dan
biologi tanah. Ketersediaan air tanah, kandungan unsur hara juga menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi proses perkembangan akar.
3. Bobot Akar
Tabel 5.Rerata Bobot Akar Kedelai Edamame

Bobot Segar Nodul (gram) Bobot Kering Nodul (gram)


Perlakuan Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke-9 Minggu ke-3 Minggu ke-6 Minggu ke-9
3 6
Faktor 1
Formula Nano 1,88a 7,17a 8,93a 0,18a 0,30a 0,41a
Formula bukan 1,62a 6,29a 8,75a 0,10a 0,27a 0,50a
nano
Faktor 2
Simpan 0 bulan 1,54p 6,79p 9,10p 0,17p 0,28p 0,45p
Simpan 2 bulan 1,55p 5,88p 7,82p 0,11p 0,29p 0,37p
7

Simpan 4 bulan 2,15p 7,50p 9,60p 0,15p 0,27p 0,53p


Interaksi (-) (-) (-) (-) (-) (-)
Perlakuan 1,75x 6,72x 8,84x 0,14x 0,28x 0,45x
Kontrol 2,19x 8,07x 15,37x 0,17x 0,38x 0,6433x
Keterangan: Rerata yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji F dengan
α=5% (-) menunjukkan tidak ada interaksi antar perlakuan.

Berdasarkan tabel 10 yang telah dilakukan pada data hasil pengamatan,


keseluruhan perlakuan tidak ditemukan interaksi antar perlakuan serta tidak
berbeda nyata/ tidak memberikan pengaruh terhadap bobot segar akar dan bobot
kering akar. Sedangkan pada perlakuan dan kontrol juga tidak ditemukan beda
nyata.

D. Pertumbuhan Kedelai Edamame


Tabel 6. Rerata Pertumbuhan Kedelai Edamame

Bobot Segar Tajuk (gram) Bobot Kering Tajuk (gram)


Perlakuan Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke-9 Minggu ke-3 Minggu ke-6 Minggu ke-9
3 6
Faktor 1 18,941a 54,811a 119,60a 4,9522a 13,200a 40,344a
Formula Nano
Formula bukan 23,521a 47,876a 99,45a 5,6644a 11,660a 32,522a
nano
Faktor 2 24,537a 45,10a 103,54a 5,202a 9,485a 34,408a
Simpan 0 bulan
Simpan 2 bulan 19,488a 51,31a 101,00a 4,545a 13,752a 34,443a
Simpan 4 bulan 19,668a 57,62a 124,04a 6,178a 14,053a 40,448a
Interaksi (-) (-) (-) (-) (-) (-)
Kontrol 31,597x 66,56x 116,22x 8,177x 16,590x 39,893x
Keterangan: Rerata yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji F dengan α=5% (-)
menunjukkan tidak ada interaksi antar perlakuan.
1. Tinggi Tanaman
Tabel 7. Tinggi Tanaman Kedelai Edamame

Tinggi Tanaman (cm)


Perlakuan
Formula Nano (A) Formula Bukan Nano (B) Rata-rata
Simpan 0 bulan (P) 51.61a 51.92a 51,76
Simpan 2 bulan (Q) 50.77a 50.55a 50,66
Simpan 4 bulan (R) 52.05a 41.73c 46,90
Rata-rata 51,48 48,07 (+)
Perlakuan 49,77x
Kontrol 44.67y
Keterangan: Rerata yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji F dengan α=5% (-)
menunjukkan tidak ada interaksi antar perlakuan
Berdasarkan hasil sidik ragam pada tabel 12, dapat dilihat bahwa pada
parameter tinggi terdapat interaksi da berbeda nyata antar perlakuan. Pemberian
kombinasi perlakuan Nano gambut 90%+Nano Biochar 5%+Nano Tulang 5% dan
simpan 0 bulan, 2 bulan dan 4 bulan mampu menghasilkan tinggi tanaman yang
baik. Sedangkan pada kombinasi perlakuan Gambut 90%+Biochar 5%+Abu
Tulang 5% dan umur simpan 4 bulan memberikan perngaruh yang paling rendah
terhadap tinggi tanaman. Jika dibandingkan dengan kontrol, pemberian perlakuan
berbeda nyata. Secara umum pertumbuhan tanaman terdiri dari 2 yaitu, vegetatif
(awal pertumbuhan hingga berbunga) dan generatif (pembentukan bunga, buah
dan biji) (Permanasari et al., 2014)
2. Jumlah Daun
Tabel 8. Jumlah Daun Kedelai Edamame
Jumlah Daun (helai)
Perlakuan
Formula Nano (A) Formula Bukan Nano (B) Rata-rata
Simpan 0 bulan (P) 59,87a 53,78b 113,65
Simpan 2 bulan (Q) 52,57b 53,67b 53,12
8

Simpan 4 bulan (R) 60,00a 53,67b 56,83


Rata-rata 57,48 53,70 (+)
Perlakuan 55,59x
Kontrol 60.00y
Keterangan: Rerata yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji F dengan α=5% (-)
menunjukkan tidak ada interaksi antar perlakuan
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 6.3.b) disajikan pada tabel 13
dapat dilihat bahwa keseluruhan memberikan interaksi dan beda nyata dari
pengamatan minggu ke-1 hingga minggu ke-9. Sedangkan jika dibandingkan
dengan kontrol, pemberian perlakuan juga memberikan beda nyata.
3. Bobot Segar Tajuk
Berdasarkan tabel 11, dapat dilihat bahwa tidak terdapat interaksi antar
perlakuan serta tidak terdapat beda nyata antar perlakuan terhadap bobot segar
tajuk tanaman kedelai Edamame. Pemberian perlakuan memberikan pengaruh
yang sama terhadap bobot segar tajuk. Perlakuan macam formula carrier
Rhizobium sp. Indigenous dan umur simpan Rhizobium sp. tidak memberikan
pengaruh terhadap bobot segar tajuk.
4. Bobot Kering Tajuk
Berdasarkan tabel 11 menunjukkan tidak ada interaksi antar perlakuan dan
tidak ada beda nyata antar perlakuan terhadap bobot kering tajuk tanaman kedelai
Edamame. Sedangkan pada pemberian perlakuan dan kontrol minggu ke-3
memberikan beda nyata dan pada minggu ke-6 dan minggu ke-9 tidak
memberikan beda nyata. Hasil fotosintat akan sangat mempengaruhi bobot kering
akar. Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap aktifitas bakteri Rhizobium
sp. Indigenous pada daerah perakaran dengan kelembaban tinggi maupun rendah
dapat mempengeruhi simbiosis antara tanaman legum dan Rhizobium sp. Pada
kondisi kekeringan daya hidup Rhizobium sp. menurun secara drastis.
E. Hasil Kedelai Edamame
1. Jumlah Polong Setiap Tanaman
Tabel 9. Rerata Jumlah Polong Kedelai Edamame
Jumlah Polong Setiap Tanaman (polong)
Perlakuan
Formula A Formula B Rerata
Simpan 0 bulan 38,00a 30,89a 34,44a
Simpan 2 bulan 37,11a 36,44a 36,77a
Simpan 4 bulan 39,55a 37,33a 38,44a
Rerata 38,22a 34,88a (-)
Perlakuan 36,55x
Kontrol 21,443y
Keterangan: Rerata yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji F dengan α=5% (-)
menunjukkan tidak ada interaksi antar perlakuan.
Formula A = Nano gambut 90%+Nano Biochar 5%+Nano Tulang 5%
Formula B = Gambut 90%+Biochar 5%+Abu Tulang 5%
Pada tabel 14 dapat dilihat bahwa tidak terjadi interaksi dan beda nyata
antar perlakuan yang diberikan terhadap jumlah polong yang terbentuk . Pada
kedua formula menggunakan bahan gambut yang telah diketahui kandungan unsur
hara yang baik bagi bakteri. Sehingga mampu mempertahankan populasi bakteri
Rhizobium sp. yang mampu menambat Nitrogen.
2. Presentase Polong Isi
Tabel 10. Rerata Presentase Polong Isi 1 Kedelai Edamame

Perlakuan Presentase Polong Isi 1 (%)


Formula Nano (A) Formula Bukan Nano Rerata
9

(B)
Simpan 0 bulan (P) 36,59bc 39,38bc 37,99a
Simpan 2 bulan (Q) 37,66bc 31,45c 34,55a
Simpan 4 bulan (R) 39,11bc 42,70ab 40,90a
Rerata 37,79a 37,84a (+)
Perlakuan 37,81x
Kontrol 49,63y
Tabel 11. Rerata Presentase Polong Isi 2 Kedelai Edamame

Presentase Polong Isi 2 (%)


Perlakuan
Formula Nano (A) Formula Bukan Nano (B) Rata-rata
Simpan 0 bulan (P) 52,17a 47,06ab 49,61a
Simpan 2 bulan (Q) 52,76a 53,72a 49,61a
Simpan 4 bulan (R) 52,56a 51,67a 52,11a
Rata-rata 52,50a 50,81a (-)
Perlakuan 51,65x
Kontrol 40,72y
Tabel 12. Rerata Presentase Polong Isi 3 Kedelai Edamame

Presentase Polong Isi 3 (%)


Perlakuan
Formula Nano (A) Formula Bukan Nano (B) Rata-rata
Simpan 0 bulan P 7,773a 5,390ab 6,582a
Simpan 2 bulan Q 6,840ab 7,647a 7,243a
Simpan 4 bulan R 5,007ab 3,613ab 4,310a
Rata-rata 6,540a 5,550a (+)
Perlakuan 6,04x
Kontrol 2,27y
Keterangan: Rerata yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji F dengan α=5% (-)
menunjukkan tidak ada interaksi antar perlakuan.

Berdasarkan tabel 15 dilihat pada kombinasi perlakuan yang diberikan,


diketahui bahwa terjadi interaksi dan beda nyata antar perlakuan yang diberikan.
Menurut Jati (2018) pembentukan polong dipengaruhi oleh ketersediaan air dan
unsur hara Nitrogen. Berdasarkan tabel 16 dapat dilihat bahwa antar perlakuan
tidak memberikan interaksi dan beda yang nyata terhadap preentase polong isi 2
pada kedelai Edamame. Berdasarkan tabel 17 dapat dilihat bahwa pemberian
perlakuan memberikan interaksi dan beda nyata terhadap presentase polong isi 3

3. Presentase Polong Hampa


Tabel 13. Presentase Polong Hampa Kedelai Edamame

Presentase Polong Hampa (%)


Perlakuan
Formula Nano (A) Formula Bukan Nano (B) Rata-rata
Simpan 0 bulan (P) 3,457b 8,163a 5,810a
Simpan 2 bulan (Q) 2,727b 7,180a 4,953ab
Simpan 4 bulan (R) 3,310b 2,017b 2,663b
Rata-rata 3,1644b 5,7867a (+)
Perlakuan 4,47x
Kontrol 7,36y
Keterangan: Rerata yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji F dengan α=5% (-)
menunjukkan tidak ada interaksi antar perlakuan.

Berdasarkan tabel 18 dapat dilihat bahwa terdapat interaksi dan beda nyata
antar perlakuan terhadap presentase polong hampa, namun memberikan beda
nyata antara perlakuan dan kontrol.

4. Bobot Segar Isi per Tanaman


Tabel 14. Rerata Bobot Segar Isi per Tanaman Kedelai Edamame
10

Bobot Segar isi per Tanaman (gram)


Perlakuan
Formula Nano (A) Formula Bukan Nano (B) Rata-rata
Simpan 0 bulan (P) 104,73a 73,47ab 89,102a
Simpan 2 bulan (Q) 92,54a 96,70a 94,622a
Simpan 4 bulan (R) 103,23a 97,04a 100,135a
Rata-rata 100,166a 89,073a (-)
Perlakuan 94,61x
Kontrol 50.25y
Keterangan: Rerata yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji F dengan α=5% (-)
menunjukkan tidak ada interaksi antar perlakuan.

Pada tabel 19 tersaji rerata bobot segar isi per tanaman kedelai Edamame tidak
memberikan interaksi dan perbedaan nyata terhadap bobot segar isi per tanaman.
Namun memberikan beda nyata antara perlakuan dan kontrol.
5. Hasil Polong per Satuan Luas
Tabel 15. Rerata Hasil Polong per Satuan Luas

Hasil Kedelai Edamame per Satuan Luas (ton/)


Perlakuan
Formula Nano (A) Formula Bukan Nano (B) Rata-rata
Simpan 0 bulan (P) 19,56a 13,44bc 16,50a
Simpan 2 bulan (Q) 16,31ab 17,37ab 16,84a
Simpan 4 bulan (R) 17,75ab 17,25ab 17,50a
Rata-rata 17,87a 16,02a (+)
Perlakuan 16,94x
Kontrol 9,313y
Keterangan: Rerata yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji F dengan α=5% (-)
menunjukkan tidak ada interaksi antar perlakuan.

Pada tabel 20 dapat dilihat bahwa terdapat interaksi dan beda nyata antar
perlakuan terhadap hasil polong per satuan luas namun memberikan beda nyata
antara perlakuan dan kontrol.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
1. Berbagai macam kombinasi formula nano Rhizobium sp. dan umur simpan
isolat Rhizobium sp. Indigenous efektif terhadap pertumbuhan tanaman dan
dapat meningkatkan hasil kedelai Edamame.
2. Pemberian perlakuan formula Nano gambut 90%+Nano Biochar 5%+Nano
Tulang 5% mampu mempengaruhi jumlah nodul, efektivitas nodul, sebaran
nodul, tinggi tanaman, bobot segar dan kering tanaman serta hasil panen
kedelai Edamame.
3. Pemberian perlakuan simpan 0 bulan mempengaruhi hasil panen kedelai
Edamame mencapai 19,563 ton/h , sedangkan pada perlakuan simpan 4 bulan
memberikan pengaruh terhadap jumlah nodul, sebaran nodul, poliferasi akar,
bobot segar dan kering tanaman
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai Rhizobium sp. Indigenous tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Argal, M. S., Rawat, A. K., Aher, S. B., & Rajput, P. S. (2015). Bioefficacy and shelf life of
Rhizobium leguminosarum loaded on different carriers . Applied Biological Research, 17(2),
125. https://doi.org/10.5958/0974-4517.2015.00017.8
11

Buzea, C., Pacheco, I. I., & Robbie, K. (2007). Nanomaterials and nanoparticles: Sources and
toxicity. Biointerphases, 2(4), MR17–MR71. https://doi.org/10.1116/1.2815690

FAUZI, R. (2020). ISOLASI, KARAKTERISASI DAN RE-INOKULASI ISOLAT Rhizobium


INDIGENOUS REGOSOL DARI NODUL AKAR KEDELAI EDAMAME. Diambil dari
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/31350

Felix D. Dakora, Samson B. M. Chimphango, Alex J. Valentine, Claudine Elmerich, W. E. N.


(2008). Biological Nitrogen Fixation: Towards Poverty Alleviation through ... - Google
Buku. Diambil 4 Januari 2021, dari https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=0VBlUBqMWk4C&oi=fnd&pg=PR25&dq=Dakora,+F.D.,+S.B.M.
+Chimpango,+A.J.+Valentine,+C.+Elmerich,+%26+W.E.+Newton.+(2008).
+Biological+Nitrogen+Fixation:
+Towards+Poverty+Alleviation+through+Sustainable+Agriculture.+N

Harsono, A. (2011). Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.

Jati, F. A. K. (2018). Pembentukan Polong Kedelai [Glycine Max(L.)Merrs] Dengan Peningkatan


Fotoperiode DanPemberian Bahan Organik.

Maya, S. D. (2020). EFEKTIVITAS PEMBERIAN KONSENTRASI ASAP CAIR DENGAN


KOMPOS AZOLLA TERHADAP SERANGAN HAMA UTAMA SERTA PERTUMBUHAN
DAN HASIL KEDELAI EDAMAME.

PERMANASARI, I., IRFAN, M., & ABIZAR, A. (2014). PERTUMBUHAN DAN HASIL
KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) DENGAN PEMBERIAN RHIZOBIUM DAN PUPUK
UREA PADA MEDIA GAMBUT. Jurnal Agroteknologi, 5(1), 29–34. Diambil dari
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/agroteknologi/article/view/1145

Pratama, R. (2020). Isolasi enzim bromelin dari bonggol nanas (ananas comosus l.) sebagai
koagulan dalam pembuatan tahu susu = Isolation of bromeline enzyme from pineapple
humps (ananas comosus l.) as a coagulant in making milk tofu.

Prihastuti. (2013). KARAKTERISTIK GAMBUT RAWA PENING DAN POTENSINYA


SEBAGAI BAHAN PEMBAWA MIKROBA [The Characteristics of Rawa Pening Peat
Soils and Their Potency as a Microbial Carrier]. In Berita Biologi (Vol. 12).
https://doi.org/10.14203/BERITABIOLOGI.V12I3.640

Purwaningsih Bidang Mikrobiologi, S., Biologi-LIPI, P., & Jl Raya Jakarta-Bogor Km, B. (2015).
PENGARUH INOKULASI RHIZOBIUM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
KEDELAI (Glycine max L) VARIETAS WILIS DI RUMAH KACA [Effect of Rhizobium
Inoculation on The Growth of Glycine max L. Wilis variety in Green House]. In BERITA
BIOLOGI (Vol. 14). https://doi.org/10.14203/BERITABIOLOGI.V14I1.1867

Ratna, R., Sari, F., Aini, N., Lilik, D., Jurusan, S., Pertanian, B., & Pertanian, F. (2015). THE
EFFECT OF RHIZOBIUM AND ORGANIC MULCHES OF STRAW IN BLACK
SOYBEAN (Glycine max (L) Merril) VARIETIES DETAM 1. In Jurnal Produksi Tanaman
(Vol. 3). Brawijaya University. https://doi.org/10.21176/PROTAN.V3I8.251

Sari, E., Flatian, A. N., Sari, Z. I., & Sulaeman, E. (2019). ISOLASI DAN KARAKTERISASI
Rhizobium DARI Glycine max L. DAN Mimosa pudica Linn. EKOTONIA: Jurnal
Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi, 3(2), 55–62.
https://doi.org/10.33019/ekotonia.v3i2.760

Sari, R., Retno Prayudyaningsih Balai Penelitian Kehutanan Makassar Jl Perintis Kemerdekaan
Km, dan, & Selatan Kode pos, S. (2015). Rhizobium: Pemanfaatannya Sebagai Bakteri
Penambat Nitrogen Ramdana Sari dan Retno Prayudyaningsih Rhizobium:
PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAKTERI PENAMBAT NITROGEN. In Buletin Eboni
12

(Vol. 12). https://doi.org/10.20886/BULEBONI.5054

Suryantini, S. (2017). Formulasi Bahan Pembawa Pupuk Hayati Pelarut Fosfat untuk Kedelai di
Tanah Masam. Buletin Palawija, 14(1), 28–35.
https://doi.org/10.21082/bulpa.v14n1.2016.p28-35

Triplett, E. W., & Sadowsky, M. J. (1992). Genetics of Competition for Nodulation of Legumes.
Annual Review of Microbiology, 46(1), 399–422.
https://doi.org/10.1146/annurev.mi.46.100192.002151

Yordanio, J. (2015). STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) PADA PT MITRATANI DUA


TUJUH QUALITY CONTROL ANALYSIS OF FROZEN EDAMAME USING STATISTICAL
PROCESS CONTROL (SPC) IN PT MITRATANI DUA TUJUH. Diambil dari
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/66194
13

Anda mungkin juga menyukai