Anda di halaman 1dari 79

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... i

BAB 1 KONSEP SISTEM INFORMASI ............................................................ 1

BAB 2 PRINSIP PENGUJIAN SISTEM INFORMASI .................................... 12

BAB 3 STRATEGI PENGUJIAN SISTEM INFORMASI ............................... 17

BAB 4 METODE PENGUJIAN WHITE BOX .................................................. 21

BAB 5 METODE PENGUJIAN BLACK BOX .................................................. 25

BAB 6 PENGUJIAN SISTEM INFORMASI .................................................... 29

BAB 7 TYPE PENGUJIAN SISTEM INFORMASI (1) ................................... 34

BAB 8 TYPE PENGUJIAN SISTEM INFORMASI (2) ................................... 44

BAB 9 METODE SISTEM USABILITY SCALE ............................................ 51

BAB 10 METODE BOUNDARY ANALYSIS ................................................. 55

BAB 11 PERENCANAAN PENGUJIAN ......................................................... 59

BAB 12 CONTOH PENGUJIAN DAN PENGENDALIAN SISTEM ............. 67

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 76

i
BAB 1

KONSEP SISTEM INFORMASI

A. KONSEP SISTEM INFORMASI

Semua organisasi membutuhkan aliran informasi yang membantu manajer untuk

mengambil bermacam keputusan yang dibutuhkan. Aliran informasi ini diatur dan

diarahkan dalam suatu sistem informasi. Sistem informasi berperan dalam proses

pengambilan keputusan operasional harian sampai perencanaan jangka panjang. Sebelum

komputer ada, sistem informasi sudah menjadi kebutuhan organisasi. Ini berarti sistem

informasi tidak selamanya berbasis komputer. Namun dengan berkembangnya fungsi

komputer, sistem informasi saat ini umumnya didukung penuh oleh komputer. Dengan

demikian istilah sistem informasi lebih sering berarti sistem informasi berbasis komputer

[1].

Sistem informasi berbasis komputer mempunyai 6 bagian: hardware, software,

data/informasi, proseder, komunikasi dan orang. SI ditentukan dalam perusahaan

bergantung pada sifat dan struktur bisnisnya. Ini berarti SI bersifat modifikatif terhadap

kebutuhan organisasi [1].

Komponen prosedur dalam SI berkaitan dengan prosedur manual dan prosedur

berbasis komputer serta standar untuk mengolah data menjadi informasi yang berguna.

Suatu prosedur adalah urutan langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan satu atau

lebih aktifitas pengolahan informasi. Pengolahan informasi ini dapat dikerjakan dengan

pengguna, atau kombinasi pengguna dan staff TI. Suatu bisnis terdiri dari berbagai

macam prosedur yang digabungkan secara logis untuk membentuk suatu sistem. Sebagai

1
contoh sistem yang umumnya ada dalam suatu organisasi adalah sistem penggajian,

personalia, akuntansi, dan gudang [1].

Data mengalir dari bermacam sumber seperti: konsumen yang membeli produk

atau layanan, penjual yang menyediakan barang, bank, agen pemerintah, dan agen

asuransi. Sistem informasi membantu organisasi mengolah data tersebut menjadi

informasi yang lengkap dan berguna [1].

Contoh kasus: Sistem Informasi dalam Ekonomi Global pada Boehringer

Ingelheim Jerman. Boehringer Ingelhiem adalah satu dari 20 perusahaan farmasi terbesar

di dunia. Dengan pendapatan US$7.6 juta dan 32.000 pegawai di 60 negara, perusahaan

ini memiliki beberapa segmen seperti manufaktur dan pemasaran obat, produk industri

dan produk kesehatan hewan. Dengan ukuran yang begitu besar manajemen merasakan

kesulitan untuk mengambil keputusan berdasarkan informasi yang mengalir. Makin besar

perusahaan, makin lambat aliran informasi. Manajer tingkat atas mengambil keputusan

untuk menerapkan sistem informasi dari SAP, perusahaan software perusahaan besar.

Diperlukan 14 bulan untuk menerapkan sistem baru dan melatih para staff menggunakan

sistem tersebut [1].

Pada akhirnya investasi siste informasi ini berbuah baik. Software tersebut

menyediakan sistem standar yang digunakan oleh semua segmen bisnis Boehringer dan

informasi disajikan melalui web yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun. Dengan

sistem, Boehringer mampu menyediakan laporan bulanan dalam waktu 2 jam tiap

bulannya. Sistem tersebut juga memudahkan bagian keuangan untuk melihat

produktifitas dan update laporan setiap kali dibutuhkan [1].

2
Pemanfaatan sistem informasi tidak sampai disitu saja. Boehringer menyediakan

sistem informasi bergerak untuk 1/3 pekerjanya yang bekerja di luar kantor. Dengan

sistem informasi tersebut, informasi penjualan terkini dapat diakses dan diperbarui

dimanapun [1].

B. MANAJEMEN

Umumnya manajemen mengacu pada individu-individu dalam organisasi yang

bertanggung jawab untuk memimpin dan mengarahkan perencanaan, pengelolaan,

penyediaan staff, pengawasan dan pengendalian aktifitas bisnis. Kelima fungsi ini adalah

tugas utama manajemen yang dalam penjelasan lebih rinci adalah [1]:

1. Perencanaan kegiatan manajer untuk menentukan tujuan dan membangun rencana

jangka panjang dan pendek untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

2. Pengelolaan struktur organisasi, standar dan prosedur kerja, rancangan kebijakan

untuk melakukan aktifitas bisnis.

3. Penyediaan staff adalah tanggung jawab untuk identifikasi kebutuhan staff,

rekrutmen, pelatihan dan penempatan.

4. Pengawasan mengarah ke pendampingan, bimbingan dan pengawasan terhadap

pekerja atau staff. Ini untuk membuat mereka selalu termotivasi, produktif dan

menghasilkan produk yang sesuai dengan kualitas yang ditentukan.

5. Pengendalian adalah tanggung jawab untuk memonitor kinerja organisasi dan

ekonomi perusahaan serta lingkungan perusahaan sehingga langkah yang diambil

meningkatkan kinerja dan keuntungan perusahaan.

3
Setiap fungsi-fungsi di atas melibatkan pengambilan keputusan, dan informasi

dibutuhkan untuk dapat mengambil keputusan yang tepat. Untuk itu manajemen

menentukan sistem informasi dan sub sistemnya. Sistem informasi bisnis untuk

mendukung aktifitas-aktifitas bisnis di atas berkembang dari masa ke masa. Tingkat

keterlibatan sistem informasi bisnis berbasis komputer makin lama makin luas dan dalam.

Beberapa sistem informasi bisnis yang umum diimplementasikan dalam organisasi adalah

transaction processing system, management information system dan decision support

system [1].

C. TRANSACTION PROCESSING SYSTEM (TPS)

TPS adalah bisnis proses pertama yang dikomputerisasi dan tanpa IS, pencatatan

dan pengolahan transaksi bisnis akan menghabiskan banyak waktu. TPS juga

menyediakan data untuk pekerja pada bisnis proses lain seperti MIS dan DSS serta IS

khusus. TPS melayani kebutuhan dasar dari sistem lain [1].

TPS melakukan operasi rutin seperti pemesanan dan pembayaran yang terjadi

harian atau mingguan. Jumlah dukungan untuk pengambilan keputusan di TPS sangat

rendah. Sistem ini membutuhkan dan menghasilkan banyak data masukan dan keluaran

banyak tanpa pemrosesan yang rumit [1].

Contoh dari kegiatan TPS adalah transaksi penjualan, transaksi peminjaman

VCD, transaksi peminjaman dan pengembalian buku di perpustakaan. Pendaftaran

anggota baru, pendaftaran mahasiswa baru, dan pembayaran registrasi. Laporan yang

dihasilkan oleh TPS misalnya denda pengembalian buku harian. Daftar matakuliah

semester gasal, dan KRS mahasiswa per semester [1].

4
D. MANAGEMENT INFORMATION SYSTEM

MIS berperan untuk menyediakan informasi yang tepat kepada orang yang tepat

pada waktu yang tepat dalam organisasi. Informasi tersebut digunakan para manajer

untuk mencapai tujuan organisasi. Bentuk dari informasi pada umumnya berupa laporan

untuk mendukung pengambilan keputusan. Laporan-laporan tersebut merupakan hasil

pengolahan data-data yang masuk melalui TPS secara harian ataupun mingguan [1].

Beberapa jenis laporan yang dihasilkan oleh MIS adalah

1. Laporan rutin laporan rutin yang dibuat secara periodik atau terjadwal baik harian,

mingguan atau bulanan. Contoh laporan adalah laporan penggajian karyawan,

laporan harian produksi produk baru, laporan bulanan kredit pelanggan, laporan

pendapatan bulanan, laporan waktu kerja karyawan, laporan transaksi sirkulasi

perpustakaan, laporan pengeluaran bulanan.

2. Laporan Laporan berdasarkan permintaan. Laporan ini dapat dihasilka n pada saat

ada permintaan khusus. Misalnya laporan tingkat penjualan barang tertentu yang

baru, laporan informasi lokasi barang tertentu pada perusahaan pengiriman paket

seperti Fedex.

3. Laporan khusus dihasilkan pada situasi khusus atau kebutuhan khusus

manajemen. Misalnya laporan berisi informasi barang yang mendekati minimal

stok untuk hindari kehabisan barang tersebut. Laporan rekor pembelian oleh

pelanggan pada tingkat tertentu untuk diberi penghargaan.

5
E. DECISION SUPPORT SYSTEM

DSS adalah sekumpulan orang, prosedur, software, database dan peralatan yang

digunakan utnuk mendukung pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Fokus

dari DSS adalah efektifitas pengambilan keputusan ketika menghadapi masalah bisnis

yang terstruktur maupun yang tidak terstruktur. Seperti halnya MIS dan TPS, DSS juga

dirancang untuk membantu organisasi mencapai tujuannya [1].

Contoh DSS untuk perpustakaan adalah ketika pengelola membutuhkan alat untuk

mengetahui jenis buku apa yang perlu dikoleksi lebih berdasarkan kebutuhan pengguna.

Maka DSS akan memberikan jenis buku dan judul-judul buku yang paling sering

digunakan oleh pengguna dalam kurun waktu tertentu dan berdasarkan

kelompokkelompok pengguna. Jumlah buku terkait di perpustakaan juga menjadi salah

satu pertimbangan DSS dalam memberikan hasil. Hasil yang dihasilkan dapat berupa

daftar jenis buku yang sering digunakan beserta ratio jumlah buku dan pengguna [1].

DSS dalam prosesnya membutuhkan komponen seperti database dan model base.

Database adalah kumpulan tabel yang saling berelasi. Tabel-tabel tersebut berisi data

hasil masukan dari proses TPS misalnya. Sedangkan model base dapat berupa analisis

kuantitatif atau formula matematika yang ditetapkan untuk menghasilkan variasi model

untuk memperlihatkan akibat yang berbeda-beda dari model-model tersebut [1].

Selain TPS, MIS dan DSS, sistem informasi bisnis lain dapat digolongkan dalam

Specialized IS atau Sistem Informasi Spesial. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah

sistem informasi dengan kecerdasan buatan. Kecerdasan buatan memiliki beberapa

cabang seperti di antaranya Robotika, Vision System, Natural Language Processing, dan

Learning System. Robotika berkaitan dengan penggunaan robot mekanik untuk

6
mengerjakan tugas-tugas yang didefinisikan oleh sistem. Vision System membantu

merekam dan memanipulasi citra atau gambar. Seperti menganalisis sidik jari dan foto

[1].

Natural language Processing berkaitan dengan pengolahan teks dalam bahasa

alami untuk mendapatkan informasi tertentu. Learning system merupakan kombinasi

software dan hardware yang dapat mengubah reaksi terhadap situasi tertentu, seperti

misalnya software game. Sedangkan Neural Network adalah sistem komputer yang

bertindak seperti atau mensimulasikan fungsi otak manusia [1].

Dari ketiga jenis sistem informasi bisnis di atas, dapat dibandingkan dalam hal

periode, keterlibatan dalam pengambilan keputusan, input dan output, dan kompleksitas

dalam proses dan analisis. Dari Gambar 1, dapat dijelaskan bahwa TPS membutuhkan

dan menghasilkan banyak data dari pada Sistem informasi bisnis lain karena itu banyak

input dan output yang terlibat. Banyaknya data karena TPS mengelola hal-hal yang rutin

lebih banyak dari pada sistem informasi bisnis lain. Sangat sedikitnya ringkasan dan

analisis data pada TPS menyebabkan TPS tidak untuk mendukung pengambilan

keputusan. Sedangkan MIS dan DSS lebih memiliki analisis dan proses yang kompleks

untuk menghasilkan informasi yang mendukung pengambilan keputusan.

7
F. E-COMMERCE

E-commerce adalah transaksi pembelian atau penjualan yang dilakukan melalui

Internet, baik oleh pelanggan/konsumen yang membeli barang atau jasa, atau transaksi

antar pelaku bisnis Selain e-commerce konsep lain yang sering terdengar adalah

ebusiness. E-business adalah kegiatan berbisnis di Internet yang tidak saja pembelian,

penjualan dan jasa, tapi juga pelayanan pelanggan dan kerja sama dengan rekan bisnis

(baik individu maupun instansi) [1].

E-commerce adalah cara alternatif untuk menjalankan bisnis dimana transaksi

penjualan atau pembelian terjadi di Internet atau secara eletronik. Salah satu pelaku bisnis

ecommerce yang sukses dan terkenal adalah Amazon.com, eBay dan juga GE Aircarft

Engine. Masing-masing perusahaan memiliki kekhasannya sendiri dalam produk yang

disediakan dan konsumennya.

Ada beberapa jenis e-commerce : Business to business, Business to Customer dan

customer to customer [1].

8
Business to business adalah tipe e-commerce dimana pihak yang berperan

sebagai penyedia dan pembeli adalah organisasi. Jenis ini berkembang luas dan memberi

banyak kesempatan sejak diawali oleh teknologi sebelumnya, EDI (Electronic Data

Interchange). Produk yang disediakan beragam seperti bahan industri, spare part mobil,

peralatan untuk pesawat terbang [1].

Business to customer adalah proses bisnis di Internet yang terjadi antara organisasi

sebagai penyedia produk dan konsumen individu sebagai pembeli. Transaksi dilakukan

secara elektronik menggunakan kartu kredit setelah mereka dapat memilih dari sekian

banyak penyedia secara nyaman lewat Internet. Amazon.com dan Dell adalah salah dua

perusahaan yang sukses untuk bisnis jenis ini [1].

Bentuk lain dari e-commerce adalah customer to customer di mana individu

berperan sebagai penyedia produk dan individu lain sebagai pembelinya. Salah satu situs

yang melayani layanan ini adalah e-Bay yang terkenal dengan layanan lelangnya.

Layanan ini membantu para individu tersebut untuk memasang situs tersendiri untuk

menawarkan barang-barangnya melalui koran atau iklan-iklan tradisional. Paling tidak

ini adalah alternatif yang memungkinkan penawaran kepada masyarakat yang lebih luas

[1].

Perusahaan e-commerce memanfaatkan teknologi Internet untuk meningkatkan

kegiatan operasional mereka, seperti pengontrolan gudang, dan pendistribusian selain

transaksi jual beli. Namun demikian dalam operasionalnya berbisnis e-commerce tidaklah

mudah, banyak tantangan yang harus dihadapi yang berkaitandengan teknologi Internet

dan juga budaya konsumen. Tantangan-tantangan tersebut di antaranya adalah [1]:

9
1. Mengarahkan kunjungan konsumen ke situstustustus: bagi pemain baru dalam

dunia e commerce/e-business mempromosikan situsnya adalah satu hal yang

penting untuk dilakukan. Pengguna internet tidak bisa dibujuk untuk mengunjungi

situs tersebut semudah atau dengan cara yang sama dengan jika sebuah

department store atau toko traditional baru yang mengadakan pembukaan awal.

Tidak adanya tatap muka, dan kebebasan pengguna untuk bisa mengakses apapun

di Internet membuat pemilik situs tidak mudah untuk memastikan berapa banyak

pengguna yang “berkunjung” ke situs.

2. Mengarahkan kembali kunjungan konsumen sebelumnya: sama halnya dengan

situasi di atas, bahwa kebebasan akses membuat tidak adanya jaminan bahwa

konsumen yang pernah mengunjungi situs akan mengunjungi lagi. Terlebih

dengan banyaknya situs penjualan lain yang juga mempromosikan diri. Tampil

beda dari yang lain: ini merupakan hal penti ng untuk dilakukan karena dengan

menawarkan hal yang berbeda, atau memberikan layanan khusus membuat

konsumen akan tertarik untuk mencoba membeli atau membeli lagi. Contoh hal

khusus yang dilakukan oleh situs-situs di atas adalah informasi tambahan dari

Amazon tentang buku yang dibeli oleh orang lain sebagai referensi dan membantu

konsumen dalam memilih buku-buku yang relevan dengan yang dibutuhkan.

Sedangkan Eba yang menawarkan berbagai macam produk dari berbagai pihak

(termasuk perorangan), memberikan layanan lelang online barang barang

berharga. Peapod sedikit berbeda dalam hal produk yang disedi akan yaitu

barangbarang keperluan sehari-hari yang biasanya kita temukan di supermarket

atau pasar.

10
3. Membuat konsumen membeli: hal ini mungkin yang paling sulit untuk situs-situs

baru karena kepercayaan adalah hal yang penting bagi konsumen. Bagi yang

sudah biasa berbelanja di satu situs dan merasa aman, maka akan enggan untuk

mencoba beli di situs lain yang mungkin belum terdengar reputasi baiknya.

Memadukan situs e commerce dengan data bisnis yang ada misalnya

trancommerce dengan data bisnis yang ada misalnya transaksi jual beli, transaksi

dengan konsumen dan stock: ini membutuhkan keahlian khusus dan mungkin

koneksi khusus dengan pihak-pihak lain sehingga bisa memberikan informasi

yang diperlukan oleh konsumen atau bisa mendapatkan hasil analisa tentang trend

di masa depan melalui data-data yang jumlahnya besar.

Dari penjelasan di atas, sekalipun membangun situs secara fisik bukanlah suatu

hal yang sulit, namun menjalankan bisnis di Internet memerlukan strategi yang berbeda

dari bisnis tradisional [1].

11
BAB 2

PRINSIP PENGUJIAN SISTEM INFORMASI

A. PENGUJIAN SISTEM INFORMASI

Pengujian Sistem Informasi adalah elemen kritis dari jaminan kualitas perangkat

lunak dan merepresentasikan kajian pokok dari spesifikasi, desain dan pengkodean.

Dasar-dasar Pengujian Perangkat Lunak Pengembang perangkat lunak sesuai dengan

sifatnya dasar, mereka adalah manusia pembangun. Pengujian mengharuskan

pengembang membuang pemikiran pemikiran sebelumnya mengenai “kebenaran”

perangkat lunak yang baru saja dikembangkan dan mengatasi konflik minat yang terjadi

pada saat kesalahan ditemukan.

Sasaran Pengujian antara lain :

1. Pengujian adalah proses eksekusi suatu program dengan maksud menemukan

kesalahan.

2. Pengujian yang sukses adalah pengujian yang memiliki probabilitas tinggi untuk

menemukan dan mengungkap kan semua kesalahan yang belum pernah

ditemukan atau diduga sebelumnya.

B. PRINSIP DASAR PENGUJIAN

Sebelum mengaplikasikan metode untuk mendesain test case yang efektif,

perekayasa perangkat lunak harus memahami prinsip dasar yang menuntun pengujian

perangkat lunak, yaitu [2]:

12
1. Semua pengujian harus dapat ditelusuri sampai ke persyaratan pelanggan,

maksudnya mengungkap kesalahan dari cacat yang menyebabkan program gagal.

2. Pengujian harus direncanakan lama sebelum pengujian itu mulai, maksudnya

semua pengujian dapat direncanakan dan dirancang sebelum semua kode

dijalankan.

3. Prinsip Pareto berlaku untuk pengujian perangkat lunak, maksudnya dari 80%

kesalahan yang ditemukan selama pengujian dapat ditelusuri sampai 20% dari

semua modul program.

4. Pengujian harus mulai “dari yang kecil” dan berkembang ke pengujian “yang

besar”, Selagi pengujian berlangsung maju, pengujian mengubah fokus dalam

usaha menemukan kesalahan pada cluster modul yang terintegrasi dan akhirnya

pada sistem.

5. Pengujian yang mendalam tidak mungkin karena tidak mungkin mengeksekusi

setiap kombinasi jalur skema pengujian dikarenakan jumlah jalur permutasi untuk

program menengah pun sangat besar.

6. Untuk menjadi paling efektif, penguj ian harus dilakukan oleh pihak ketiga yang

independent

C. TEST CASE

Dalam lingkungan yang ideal, perekayasa perangkat lunak mendesain suatu

program computer, sebuah sistem atau produk dengan testabilitas dalam pikirannya. Hal

ini memungkinkan individu yang berurusan dengan pengujian mendesain test case yang

efektif secara lebih mudah [2].

13
Testabilitas adalah seberapa mudah sebuah program computer dapat diuji. Karena

sangat sulit, perlu diketahui apa yang dapat dilakukan untuk membuatnya menjadi lebih

mudah. Procedural dan menggunakannya sebagai pedoman untuk menetapkan basis set

dari jalur eksekusi [2]. Sasaran utama desain test case adalah untuk mendapatkan

serangkaian pengujian yang memiliki kemungkinan tertinggi di dalam pengungkapan

kesalahan pada perangkat lunak. Untuk mencapai sasaran tersebut, digunakan 4 kategori

yang berbeda dari tehnik desain test case: Pengujian white-box, pengujian black-box,

Integrasi Bottom-Up dan Integrasi TopDown [2].

D. METODE PENGUJIAN WHITE BOX

Metode Pengujian white-box berfokus pada struktur control program. Test case

dilakukan untuk memastikan bahwa semua statemen pada program telah dieksekusi

paling tidak satu kali selama pengujian dan bahwa semua kondisi logis telah diuji [2].

Pengujian basic path, tehnik pengujian white-box, menggunakan grafik (matriks grafiks)

untuk melakukan serangkaian pengujian yang independent secara linear yang akan

memastikan cakupan. Pengujian aliran data dan kondisi lebih lanjut menggunakan logika

program dan pengujian loop menyempurnakan tehnik white-box yang lain dengan

memberikan sebuah prosedur untuk menguji loop dari tingkat kompleksitas yang

bervariasi [2].

E. METODE PENGUJIAN BLACK BOX

Pengujian black-box didesain untuk mengungkap kesalahan pada persyaratan

fungsional tanpa mengabaikan kerja internal dari suatu program [2]. Metode pengujian

black-box berfokus pada domain informasi dari perangkat lunak, dengan melakukan test

14
case dengan menpartisi domain input dari suatu program dengan cara yang memberikan

cakupan pengujian yang mendalam [2].

Metode pengujian graph-based mengeksplorasi hubungan antara dan tingkah laku

objekobjek program. Partisi ekivalensi membagi domain input ke dalam kelas data yang

mungkin untuk melakukan fungsi perangkat lunak tertentu. Analisis nilai batas

memeriksaa kemampuan program untuk menangani data pada batas yang dapat diterima

[2]. Metode pengujian yang terspesialisasi meliputi sejumlah luas kemampuan perangkat

lunak dan area aplikasi. GUI, arsitektur client/ server, dokumentasi dan fasilitas help dan

sistem real time masing- masing membutuhkan pedoman dan tehnik khusus untuk

pengujian perangkat lunak [2].

F. PENGUJIAN INTEGRASI TOP-DOWN

Pengujian Integrasi Top-Down adalah pendekatan incremental dengan

menggerakkan ke bawah melalui hirarki control, dimulai dengan control utama. Strategi

intergrasi top down memeriksa control mayor atau keputusan pada saat awal di dalam

proses pengujian. Pada struktur program yang difaktorkan dengan baik, penarikan

keputusan terjadi pada tingkat hirarki yang lebih tinggi sehingga terjadi lebih dulu [2].

Strategi top-down kelihatannya tidak sangat rumit, tetapi di dalam praktenya banyak

menimbulkan masalah logistic. Biasanya masalah ini terjadi jika dibutuhkan pemrosesan

di dalam hirarki pada tingkat rendah untuk menguji secara memadai tingkat yang lebih

tinggi [2].

G. PENGUJIAN INTEGRASI BOTTOM UP

Pengujian Integrasi Bottom-up memulai konstruksi dan pengujian dengan modul

atomic (modul pada tingkat paling rendah pada struktur program). Karena modul

15
diintegrasikan dari bawah ke atas, maka pemrosesan yang diperlukan untuk modul

subordinate ke suatu tuingkat yang diberikan akan selalu tersedia dan kebutuhan akan

stub dapat dieliminasi [2].

Strategi integrasi bottom- up dapat diimplementasi dengan langkah-langkah [2]:

1. Modul tingkat rendah digabung ke dalam cluster (build) yang melakukan

subfungsi perangkat lunak spesifik.

2. Driver (program control untuk pengujian) ditulis untuk mengkoordinasi input dan

output test case.

3. Cluster diuji d. Driver diganti dan cluster digabungkan dengan menggerakkannya

ke atas di dalam struktur program.

16
BAB 3

STRATEGI PENGUJIAN SISTEM INFORMASI

A. STRATEGI PENGUJIAN PERANGKAT LUNAK

Strategi untuk pengujian perangkat lunak mengintegrasikan metode desain test

case perangkat lunak ke dalam sederetan langkah yang direncanakan dengan baik,

hasilnya adalah konstruksi perangkat lunak yang berhasil. Strategi pengujian perangkat

lunak memberikan sebuah peta jalan bagi pengambang perangkat lunak, organisasi

jaminan kualitas, dan pelanggan. Peta jalan menggambarkan langkah-langkah yang akan

dilakukan sebagai bagian dari pengujian, kapan langkah-langkah itu direncanakan dan

kemudian dijalankan, serta berapa banyak usaha, waktu, dan sumber daya yang

dibutuhkan. Strategi pengujian menggabungkan perencanan pengujian, desain test case,

dan kumpulan data resultan (hasil) serta evaluasi.

B. PENDEKATAN STRATEGIS KE PENGUJIAN PERANGKAT LUNAK

Pengujian adalah serangkaian aktivitas yang dapat direncanakan sebelumnya dan

dilakukan secara sistematis. Karena ituah harus ditentukan suatu template untuk desain

perangkat lunak serangkaian langkah yang di dalamnya kita dapat menempatkan metode

desain test case yang spesifik untuk proses rekayasa perangkat lunak. Banyak strategi

pengujian yang dapat digunakan, tetapi secara umum mempunyai karakteristik sebagai

berikut :

1. Pengujian dimulai pada tingkat modul yang palinG bawah, dilanjutkan dengan

modul di atasnya kemudian hasilnya dipadukan.

17
2. Teknik pengujian yang berbeda mungkin akan menghasilkan sedikit perbedaan

dalam hal waktu.

3. Pengujian dilakukan oleh pengembang perangkat lunak dan (untuk proyek yang

besar) suatu kelompok pengujian yang independen.

4. Pengujian dan debugging merupakan aktivitas yang berbeda, tetapi debugging

termasuk dalam strategi pengujian.

C. STRATEGI PENGUJIAN PERANGKAT LUNAK

Dengan mempertimbangkan proses dari titik pandang prosedural, pengujian di

dalam konteks rekayasa perangkat lunak secara aktual merupakan 4 (empat) langkah yang

diimplementasi secara berurutan.

1. Pada awalnya, pengujian berfokus pada setiap modul secara individual, dengan

memastikan bahwa modul berfungsi secara tepat sebagai suatu unit, karena itu

dinamakan unit testing. Menggunakan metoda pengujian white-box. Selanjutnya

modul diintegrasikan untuk membentuk paket perangkat lunak yang lengkap.

2. Integration testing menekankan pada masalah-masalah yang berhubungan dengan

masalah-masalah verifikasi dan konstruksi program. Mengunakan teknik

pengujian black-box.

3. Validation testing memberikan jaminan akhir di mana perangkat lunak harus

memenuhi semua persyaratan fungsional, tingkah laku dan kinerja. Teknik

pengujian black-box digunakan secara eksklusif selama validasi. Perangkat lunak,

sekali divalidasi, harus dikombinasikan dengan elemen sistem yang lain

(hardware, manusia, database).

18
4. Pengujian sistem membuktikan bahwa semua elemen sistem saling bertautan

dengan tepat dan keseluruhan fungsi/kinerja sistem dapat dicapai.

D. STRATEGI PENGUJIAN PERANGKAT LUNAK DAN VALIDASI

PENGUJIAN

1. Pengujian Software Berorientasi Objek di Analisis dan Desain.

2. Pengujian Perangkat Lunak dengan Blackbox dan Komponennya.

3. Metode Pengujian Perangkat Lunak Blackbox dan White Box.

4. Pendekatan dalam Teknik Pengujian Perangkat Lunak (Software).

E. UNIT TESTING (PENGUJIAN UNIT)

Pengujian berfokus pada usaha verifikasi pada unit terkecil dari desain perangkat

lunak, yakni modul. Dengan menggunakan deskripsi desain terinci sebagai panduan, jalur

kontrol yang penting diuji untuk mengungkap kesalahan di dalam batas dari modul

tersebut.

F. PROSEDUR PEMGUJIAN UNIT

Pengujian unit pada umumnya merupakan perkembangan dari langkah

pengkodean.Setelah program sumber dikembangkan, ditinjau kembali dan diverifikasi

untuk sintaknya, maka perancangan test case di mulai. Peninjauan kembali perancangan

informasi akan menyediakan petunjuk untuk menentukan test case. Karena modul bukan

program yang berdiri sendiri, maka driver (pengendali) dan atau stub perangkat lunak

harus dikembangkan untuk tiap-tiap pengujian unit.

G. MODUL TESTING (PENGUJIAN MODUL)

1. Pengujian interaksi dari semua komponen yang berhubungan terhadap modul.

19
2. Pengujian modul yang indpendent.

3. Modul secara individu diuji secara terpisah Modul berupa kumpulan fungsi,

prosedure atau program-program.

4. Tidak secara increment, biasanya dilakukan oleh seorang programmer yang

membuat program tersebut.

H. INTEGRATION TESTING (PENGUJIAN INTEGRASI)

1. Pengujian integrasi adalah teknik yang sistematis untuk mengkonstruksi susunan

program sambil melakukan pengujian untuk memeriksa kesalahan yang nantinya

digabungkan dengan interface.

2. Sasarannya adalah untuk mengambil modul yang dikenai pengujian unit dan

membangun struktur program yang telah ditentukan oleh desain.

3. Kesulitannya adalah lokalisasi error yang sulit ditemukan pada saat proses.

4. Terdapat interaksi yang rumit antara komponen sistem dan ketika ditemukan

output yang menyimpang, mungkin sulit untuk menemukan sumber error tersebut.

a. Integrasi non-inkremental Program diuji sebagai satu kesatuan. Serangkaian

kesalahan akan terjadi. Koreksi sulit dilakukan karena isolasi penyebab

diperumit oleh luasnya program keseluruhan. Sekali kesalahan tersebut

dibetulkan, maka akan muncul lagi yang baru dan proses itu terus berlanjut

dalam loop yang kelihatannya tidak akan pernah berhenti.

b. Integrasi inkremental Program dibangun dan diuji di dalam segmen-segmen

kecil, sehingga kesalahan lebih mudah diisolasi dan dibetulkan, interface lebih

mungkin untuk diuji secara lengkap, dan pendekatan pengujian yang

sistematis dapat diaplikasikan.

20
BAB 4

METODE PENGUJIAN WHITE BOX

A. PENGUJIAN PERANGKAT LUNAK

Pengujian Perangkat Lunak adalah elemen kritis dari jaminan kualitas perangkat

lunak dan merepresentasikan kajian pokok dari spesifikasi, desain dan pengkodean.

Pengujian merepresentasikan ketidak normalan yang terjadi pada pengembangan

perangkat lunak. Selama definisi awal dari fase pembangunan, pengembangan berusaha

untuk membangun perangkat lunak dari konsep yang abstrak sampai dengan

implementasi pentingnya pengujian perangkat lunak dan implikasinya yang mengacu

pada kualitas perangkat lunak tidak dapat terlalu ditekan karena melibatkan sederetan

aktivitas produksi di mana peluang terjadinya kesalahan manusia sangat besar dan arena

ketidakmampuan manusia untuk melakukan dan berkomunikasi dengan sempurna maka

pengembangan perangkat lunak diiringi dengan aktivitas jaminan kualitas. Meningkatnya

visibilitas (kemampuan) perangkat lunak sebagai suatu elemen sistem dan biaya yang

muncul akibat kegagalan perangkat lunak, memotivasi dilakukannya perencanaan yang

baik melalui pengujian yang teliti. Pada dasarnya, pengujian merupakan satu langkah

dalam proses rekayasa perangkat lunak yang dapat dianggap sebagai hal yang merusak

daripada membangun.

Fase Pengujian Ada 2 tingkat yang tersedia pada proses pegujian, yaitu :

1. Konfigurasi perangkat lunak yang mencakup spesifikasi keperluan perangkat

lunak, spesifikaasi perancangan, test case dan program sumber

21
2. Konfigurasi uji coba yang mencakup rencana dan prosedur uji coba, test case dan

hasil yang diharapkan.

B. PENGERTIAN WHITE BOX

Meramalkan cara kerja perangkat lunak secara rinci, karenanya logical path (jalur

logika) perangkat lunak akan di test dengan menyediakan test case yang akan

mengerjakan kumpulan kondisi dan atau pengulangan secara spesifik. Secara sekilas

dapat diambil kesimpulan white box testing merupakan petunjuk untuk mendapatkan

program yang benar secara 100% .

Pengujian white box adalah pengujian yang didasarkan pada pengecekan terhadap

detail perancangan, menggunakan struktur kontrol dari desain program secara procedural

untuk membagi pengujian ke dalam beberapa kasus pengujian. Pengujian White Box

berfokus pada struktur control program.

C. PENGUJIAN WHITE BOX

Adapun beberapa langkah dalam proses melakukan pengujian menggunakan

white box :

1. Metode pengujian dengan menggunakan struktur kontrol program untuk untuk

memperoleh kasus uji

2. Dengan menggunakan white box akan didapatkan kasus uji yang :

- Menjamin seluruh jalur independen di dalam modul yang dieksekusi

sekurang-kurangnya sekali - menguji semua keputusan logikal .

- Menguji seluruh Loop yang sesuai dengan batasannya .

22
- Menguji seluruh struktur data internal yang menjamin validitas.

- Basis Path adalah teknik uji coba white box (Tom Mc Cabe).

- Basis Path : untuk mendapatkan kompleksitas lojik dari suatu prosedur dan

menggunakan ukuran ini sebagai petunjuk untuk mendefinisikan

himpunan jalur yang akan diuji.

- Basis Path menggunakan notasi graph untuk menggambarkan aliran

kontrolnya.

D. PRINSIP WHITE BOX

Terdapat beberapa prinsip dalam metode pengujian perangkat lunak dengan

menggunakan white box yaitu sebagai berikut :

1. Semua pengujian harus dapat dirunut sampai kepada spesifikasi kebutuhan

perangkat lunak.

2. Pengujian harus dimulai dari lingkup yang kecil ke lingkup yang besar.

3. Pengujian yang mendalam tidak mungkin dilakukan karena tidak mungkin

mengeksekusi semua jalur permutasi.

4. Supaya efektif (memiliki probabilitas yang tinggi dalam menemukan kesalahan),

Pengujian harus dilakukan oleh pihak lain yang independen.

5. Pengujian harus direncanakan jauh sebelum dilakukan.

23
E. LANGKAH-LANGKAH WHITE BOX

Kasus yang sering menggunaka white box testing akan di uji dengan beberapa

tahapan yaitu :

1. Pengujian seluruh keputusan yang menggunakan logikal

2. Pengujian keseluruh loop yang ada sesuai batasan – batasannya

3. Pengujian pada struktur data yang sifatnya internal dan yang terjamin

validitasnya.

24
BAB 5

METODE PENGUJIAN BLACK BOX

A. METODE PENGUJIAN BLACK BOX

Menurut Pressman menyatakan bahwa pengujian black box, juga disebut

pengujian perilaku, yang berfokus pada persyaratan fungsional perangkat lunak. Black

box testing memungkinkan programmer perangkat lunak untuk memberikan set kondisi

input yang sepenuhnya akan menjalankan semua persyaratan fungsional untuk sebuah

program.

Sedangkan menurut Williams menyatakan pengujian black box atau disebut uji

fungsional adalah pengujian yang mengabaikan mekanisme internal sistem atau

komponen dan hanya berfokus pada output yang dihasilkan dalam menanggapi input yang

dipilih dan kondisi eksekusi. Sehingga dapat disimpukan bahwa black box testing

merupakan pengujian yang berorientasi pada fungsionalitas yaitu perilaku dari perangkat

lunak atas input yang diberikan pengguna sehingga mendapatkan/ menghasilkan output

yang diinginkan tanpa melihat proses internal atau kode program yang dieksekusi oleh

perangkat lunak.

Metode Pengujian black box mencoba menemukan kesalahan dalam kategori

berikut:

1. Fungsi tidak benar atau hilang

2. Kesalahan antar muka

3. Kesalahan pada struktur data (pengaksesan basis data)

25
4. Kesalahan inisialisasi dan akhir program

5. Kesalahan performasi

B. JENIS METODE PENGUJIAN BLACK BOX

Adapun jeni-jenis metode pengujian black box adalah :

1. Equivalence Partitioning

Equivalence partitioning Adalah metode black box testing yang membagi domain

masukan dari suatu program ke dalam kelas-kelas data, dimana test cases dapat

diturunkan . Equivalence partitioning berdasarkan pada premis masukan dan keluaran

dari suatu ke dalam kelas-kelas, menurut spesifikasi dari komponen tersebut, yang akan

diperlakukan sama (ekuivalen) oleh komponen tersebut. Dapat juga diasumsikan bahwa

masukan yang sama akan menghasilkan respon yang sama pula. Nilai tunggal pada suatu

partisi ekuivalensi diasumsikan sebagai representasi dari semua nilai dalam partisi.

2. Boundary Values Analysis/Limit Testing

Metode pengujian boundary value analysis dilakukan dengan menguji untuk input

di sekitar batas atas maupun bawah sebuah range nilai yang valid. Menguji nilai maksimal

dan minimal. Menerapkan (1 & 2) untuk output. Kemudian menguji batas struktur data

yang dipakai, misalnya ukuran array.

3. Comparison Testing

Spesifikasi kebutuhan yang sama dimungkinkan menghasilkan aplikasi/perangkat

lunak yang berbeda. Skenario pengujian pada aplikasi yang demikian bisa digunakan

untuk skenario pengujian aplikasi serupa yang lain.

26
4. Sampel Testing

Pengujian Sampel melibatkan pemilihan sejumlah nilai dari kelas kesetaraan input

data. Mengintegrasikan nilai-nilai ke uji kasus. Kemudian, nilai-nilai ini dapat dipilih

pada konstan atau variabel interval.

5. Behavior Testing

Pengujian yang hasilnya baru terlihat setelah sekumpulan data diinputkan dalam

rangka memanggil sub program yang ada. Sebagai contoh pengujian pada struktur data

stack.

6. Requirement Testing

Kebutuhan yang diasosiasikan dengan perangkat lunak (input atau output atau

function atau perfomance) diidentifikasi selama aktifitas spesifikasi perangkat lunak dan

perancangan. Untuk memfasilitasi pengujiannya, setiap kebutuhan ditelusuri dengan

menggunakan matriks keterhubungan. Berikut contoh tabel metode pengujian

requirement.

7. Performance Testing

Metode Pengujian Performance (Performance Testing) digunakan untuk

mengukur dan mengeksplorasi batas perfomansi dari sebuah kinerja perangkat lunak.

Paremeter yang dinilai antara lain: aliran data, ukuran memori yang digunakan, waktu

eksekusi yang digunakan.

8. Endurance Testing

Metode Pengujian Endurance (Endurance Testing) menggunakan kasus uji yang

berulang - ulang dalam rangka mengevaluasi kemampuan perangkat lunak dalam

27
memenuhi kebutuhan yang ada. Sebagai contoh: pengujian terhadap ketepatan

perhitungan floating point, pengujian terhadap manajemen sumberdaya sistem dan

pengujian input dan output.

9. Cause-effect Relationship Testing

Metode Pengujian cause-effect relationship menghasilkan pengujian yang

ekuivalen dengan cara mendeterminasi dan memilij kombinasi dari data input.

Langkah-langkah pada metode pengujian cause-effect relationsho :

a. Pecah kebutuhan menjadi beberapa subset yang masih mungkin bekerja.

b. Definisikan sebab dan akibat berdasarkan kebutuhan.

c. Analisis kebutuhan untuk membuat relasi logis

d. Tandai graph, ketidakmungkinan dari kombinasi dari sebab-


akibat dikarenakan batasan dari kebutuhan

e. Konversi graph menjadi decision table

f. Kolom -> Uji kasus

g. Baris -> sebab-akibat

h. Konversi kolom-kolom tersebut ke dalam uji kasus.

28
BAB 6

PENGUJIAN SISTEM INFORMASI

A. PENGUJIAN SISTEM

Berikut adalah beberapa definisi dari pengujian sistem:

1. Pengujian sistem merupakan suatu proses yang dilakukan untuk menilai apakah

yang dirancang telah sesuai dengan apa yang diharapkan.

2. Suatu kegian untuk mengevaluasi keunggulan dan kelermahan terhadap sesuatu

yang diuji (kualitas produk).

3. Mengevaluasi terhadap urutan kegiatan yang sistematis dalam mencapai tujuan

sistem.

4. Mengevaluasi keseimbangan jumlah pelaksanaan kegiatan dengan beban kerja

dalam sesuatu prosedur kegiatan.

B. PRINSIP-PRINSIP PENGUJIAN SISTEM

Prinsip pengujian sistem meliputi:

1. Semua pengujian harus dapat ditelusuri sampai ke persyaratan pelanggan.

Sebagaimana telah kita ketahui, sasaran pengujian perangkat lunak adalah untuk

mengungkapkan kesalahan. Hal ini memenuhi kriteria bahwa cacat yang paling

fatal (dari titik pandang pelanggan) adalah cacat yang menyebabkan program

gagal memenuhi persyaratannya.

29
2. Pengujian harus direncanakan lama sebelum pengujian itu mulai. Perencanaan

pengujian dapat dimulai segera setelah model pensyaratan dilengkapi. Definisi

detail mengenai test case dapat 4 dimulai segera setelah model desain

diteguhkan. Dengan demikian, semua pengujian dapat direncanakan dan

dirancang sebelum semua kode dibangkitkan.

3. Prinsip Pareto berlaku untuk pengujian perangkat lunak. Secara singkat prinsip

Pareto mengimplikasikan bahwa 80% dari semua kesalahan yang ditemukan

selama pengujian sepertinya akan dapat ditelusuri sampai 20% dari semua modul

program. Masalahnya, bagaimana mengisolasi modul yang dicurigai dan

mengujinya dengan teliti.

4. Pengujian harus mulai “dari yang kecil” dan berkembang ke pengujian “yang

besar”. Pengujian pertama yang direncanakan dan dieksekusi biasanya berfokus

pada modul program individual. Selagi pengujian berlangsung maju, pengujian

mengubah fokus dalam usaha menemukan kesalahan pada cluster modul yang

terintegrasi dan akhirnya pada sistem secara keseluruhan.

5. Pengujian yang mendalam tidak mungkin. Jumlah jalur permutasi untuk program

yang berukuran menengah pun sangat besar. Karena itulah tidak mungkin untuk

mengeksekusi setiap kombinasi jalur skema pengujian. Tetapi dimungkinkan

untuk secara tepat mencakup logika program dan memastikan bahwa semua

kondisi dalam desain prosedural telah diuji.

6. Untuk menjadi paling efektif, pengujian harus dilakukan oleh pihak ketiga yang

independent. Yang dimaksud dengan kata “yang paling efektif” adalah pengujian

yang memiliki probabilitas tertinggi di dalam menemukan kesalahan (sasaran

30
utama pengujian). Karena perekayasa perangkat lunak yang membuat sistem

tersebut bukanlah orang yang paling tepat untuk melakukan semua pengujian

bagi perangkat lunak.

C. LANGKAH-LANGKAH PENGUJIAN SISTEM

Hal-hal yang dilakukan ketika melakukan pengujian sistem:

1. Melakukan proses evaluasi terhadap sistem yang sudah ada, apakah system sudah

sesuai yang diharapkan user.

2. Menilai dan mengevaluasi terhadap output atau hasil sistem.

3. Menguji terhadap input, pengelolaan (proses) dan output sistem.

4. Melakukan penilaian dan evaluasi terhadap komponen sistem, prosedur

pelaksanaan kegiatan dan mutu atau kwalitas hasil sistem.

Sistem pengujian untuk memastikan kualitas dan keandalan sistem langkah kunci

dalam proses pengembangan sistem adalah analisis sistematis pada desain sistem dan

pelaksanaan review akhir. Berdasarkan uji konsep dan tujuan sistem informasi selama tes

harus mengikuti prinsip-prinsip dasar.

D. CONTOH KODE PEMROGRAMAN UNTUK DI UJI COBA

1. Pengujian Kode – Operator

Studi Kasus

public class AddTwoNumbers {

public static void main(String[] args) {

int num1 = 5, num2 = 15, sum;

sum = num1 + num2;

31
System.out.println("Sum of these numbers: "+sum);

Kode sumber: https://beginnersbook.com/2017/09/java-program-to-addtwo-

numbers/ Berdasarkan kode pemrograman diatas, jawablah pertanyaan berikut:

1. Apakah keluaran dari kode pemrograman diatas?

2. Apakah yang terjadi jika baris kode int num1 = 5, num2 = 15, sum; diganti

menjadi int num1 = 5.5, num2 = 15.5, sum;

Hasil

Jawaban 1

Sum of these numbers: 20

Jawaban 2

/tmp/java_1EFOSr/AddTwoNumbers.java:3: error: incompatible types:

possible lossy

conversion from double to int

int num1 = 5.5, num2 = 15.5, sum;

/tmp/java_1EFOSr/AddTwoNumbers.java:3: error: incompatible types:

possible lossy

conversion from double to int int

num1 = 5.5, num2 = 15.5, sum;

32
2 errors

Terdapat 2 kesalahan (error) yang terjadi ketika kode pemrograman dieksekusi,

ini dikarenakan tipe data yang digunakan integer sedangkan nilai yang dideklarasikan

merupakan bilangan desimal.

33
BAB 7

TYPE PENGUJIAN SISTEM INFORMASI (1)

A. PENGUJIAN BERORIENTASI OBJEK

Tujuan pengujian tetap yaitu menemukan kesalahan dalam selang waktu yang

realistic, dimulai dengan mengevaluasi kebenaran dan konsistensi model OOA dan OOD

kemudian melakukan perubahan strategi uji (Konsep „unit‟ setara dengan encapsulasi,

fokus integrasi pada kelas dan persilangan eksekusi “thread” atau dalam konteks

penggunaan scenario dan validasi menggunakan metode konvensional black box) [3].

Rancangan kasus uji/test case digambarkan dengan metode konvensional tetapi

melingkupi fitur spesial. Kesalahan pendefinisian atribut kelas yang ditemukan pada

tahap analisis akan menghilangkan pengaruh yang dapat muncul. Sebagai contoh: sebuah

kelas dengan sejumlah atribut didefinisikan pada tahap analisis. Sebuah atribut yang tidak

berhubungan dan dua operasi yang memanipulasi atribut tersebut terdefinisi [3] Jika

atribut yang tidak berhubungan dihilangkan pada tahap analisis, dapat mengurangi

beberapa masalah dan usaha sbb [3]:

1. Pembuatan subclass yang khusus untuk mengakomodasi atribut tersebut

2. Pembuatan relasi antar kelas yang salah

3. Kelakuan dari sistem dapat menjadi tidak tepat

Jika kesalahan tidak ditemukan, masalah yang dapat muncul pada tahap

perancangan [3]:

1. penempatan kelas yang tidak tepat pada subsistem

34
2. perancangan kerja yang tidak perlu

3. model messaging (message connection) yang tidak tepat

Jika kesalahan tetap ada sampai pada tahap pengkodean akan menghabiskan

banyak waktu dan usaha untuk [3]:

1. membuat kode dari atribut dan dua operasi yang tidak diperlukan,

2. membuat message untuk komunikasi antar objek

B. PENGUJIAN MODEL OOA DAN OOD

Langkah yang dilakukan untuk pengujian model OOA dan OOD [3]:

1. Lakukan pemeriksaan silang antara model CRC dengan model object

relationship untuk memastikan semua kolaborasi yang dinyatakan dalam OOA

direfleksikan dengan tepat dalam kedua model

2. Periksa deskripsi dari setiap CRC index card untuk menentukan apakah suatu

tanggung jawab merupakan bagian dari definisi collaborator

3. Periksa hubungan balik untuk memastikan bahwa setiap collaborator menerima

permintaan dari sumber yang tepat.

4. Periksa hubungan balik untuk memastikan apakah kelas lain diperlukan sebagai

collaborator

5. Tentukan apakah beberapa tanggung jawab dapat digabungkan menjadi

tanggung jawab

6. Ke lima langkah di atas diterapkan untuk setiap kelas dan setiap evolusi dari

model OOA

35
C. PENGUJIAN BERORIENTASI OBJEK (OOT)

Strategi yang dapat digunakan yaitu, (1) pengujian semua unit program terkecil,

(2) pengujian integritas dari modul, dan (3) pengujian keseluruhan sistem. Pengujian unit

dalam konteks berorientasi objek, yaitu unit terkecil > kelas atau objek dan setiap operasi

yang diturunkan pada kelas turunan harus diperiksa [3].

Pengujian Integritas dalam konteks berorientasi objek, antara lain [3]:

1. Thread‐based testing, mengintegrasikan sekumpulan kelas suatu input atau

kejadian dalam sistem. Setiap thread diintegrasikan dan diuji secara individual.

2. Pengujian regresi diterapkan untuk memastikan tidak ada efek samping yang

muncul.

D. PENGUJIAN UNIT

Unit testing (uji coba unit) fokusnya pada usaha verifikasi pada unit terkecil dari

desain PL, yakni modul. Uji coba unit selalu berorientasi pada white box testing dan dapat

dikerjakan paralel ayau beruntun dengan modul lainnya [2].

36
E. PERTIMBANGAN PENGUJIAN UNIT

Interface diuji cobakan untuk menjamin informasi yg masuk atau yg ke luar dari

unit program telah tepat atau sesuai dgn yg diharapkan. Yg pertama diuji coba adalah

interface karena diperlukan untuk jalannya informasi atau data antar modul [2].

Myers mengusulkan checklist untuk pengujian interface [2]:

 Apakah jumlah parameter input sama dengan jumlah argumen?

 Apakah antara atribut dan parameter argumen sudah cocok?

 Apakah antara sistem satuan parameter dan argumen sudah cocok?

 Apakah jumlah argumen yang ditransmisikan ke modul yang dipanggil sama

dengan jumlah parameter?

 Apakah atribut dari argumen yang ditransmisikan ke modul yang dipanggil sama

dengan atribut parameter?

 Apakah sistem unit dari argumen yang ditransmisikan ke modul yang dipanggil

sama dengan sistem satuan parameter?

 Apakah jumlah atribut dari urutan argumen ke fungsi- fungsi built- in sudah

benar?

 Adakah referensi ke parameter yang tidak sesuai dengan pain entri yang ada?

 Apakah argumen input-only diubah?

 Apakah definisi variabel global konsisten dengan modul?

 Apakah batasan yang dilalui merupakan argumen?

37
Bila sebuah modul melakukan I/O ekstemal, maka pengujian interface tambahan

harus dilakukan [2]:

 Atribut file sudah benar?

 Pemyataan OPEN/CLOSE sudah benar?

 Spesifikasi format sudah cocok dengan pernyataan I/O?

 Ukuran buffer sudah cocok dengan ukuran rekaman?

 File dibuka sebelum penggunaan?

 Apakah kondisi End-of-File ditangani?

 Kesalahan I/O ditangani?

 Adakah kesalahan tekstual di dalam informasi output?

Kesalahan yang umum di dalam komputasi adalah [2]:

 kesalah-pahaman atau prosedur aritmatik yang tidak benar

 operasi mode yang tercampur

 inisialisasi yang tidak benar

 inakurasi ketelitian

 representasi simbolis yang tidak benar dari sebuah persamaan.

38
Test case harus mengungkap kesalahan seperti [2]:

 perbandingan tipe data yang berbeda

 preseden atau operator logika yang tidak benar

 pengharapan akan persamaan bila precision error membuat persamaan yang

 tidak mungkin

 perbandingan atau variabel yang tidak benar

 penghentian loop yang tidak ada atau tidak teratur

 kegagalan untuk keluar pada saat terjadi iterasi divergen

 variabel loop yang dimodifikasi secara tidak teratur.

F. PROSEDUR PENGUJIAN UNIT

Program sumber telah dikembangkan, ditunjang kembali dan diverifikasi untuk

sintaksnya, maka perancangan test case dimulai. Peninjauan kembali perancangan

informasi akan menyediakan petunjuk untuk menentukan test case. Karena modul bukan

program yg berdiri sendiri maka driver (pengendali) dan atau stub PL harus

dikembangkan untuk pengujian unit. Driver adalah program yg menerima data untuk test

case dan menyalurkan ke modul yg diuji dan mencetak hasilnya. Stub melayani

pemindahan modul yg akan dipanggil.

39
G. LINGKUNGAN PENGUJIAN UNIT

Lingkungan Pengujian Unit digambarkan sebagai berikut [3]

H. PENGUJIAN INTEGRASI

Pengujian terintegrasi adl teknik yg sistematis untuk penyusunan struktur

program, pada saat bersamaan dikerjakan uji coba untuk memeriksa kesalahan yg

nantinya digabungkan dengan interface. Metode pengujiannya meliputi Top down

integration dan buttom up integration [2].

Top down integration merupakan pendekatan inkremental untuk penyusunan

struktur program. Modul dipadukan dgn bergerak ke bawah melalui kontrol hirarki

dimulai dari modul utama. Modul subordinat ke modul kontrol utama digabungkan ke

dalam struktur baik menurut depth first atau breadth first. Sedangkan proses integrasi

meliputi [2]:

1. Modul utama digunakan sebagai test driver dan stub yg menggantikan seluruh

modul yg secara langsung berada di bawah modul kontrol utama.

2. Tergantung pada pendekatan perpaduan yg dipilih (depth / breadth)

40
3. Uji coba dilakukan selama masing- masing modul dipadukan

4. Pada penyelesaian masing- masing uji coba stub yg lain dipindahkan dgn modul

sebenarnya.

5. Uji coba regression yaitu pengulangan pengujian untuk mencari kesalahan lain yg

mungkin muncul.

Pengujian buttom up dinyatakan dgn penyusunan yg dimulai dan diujicobakan

dgn atomic modul (yi modul tingkat paling bawah pd struktur program). Karena modul

dipadukan dari bawah ke atas, proses yg diperlukan untuk modul subordinat yg selalu

diberikan harus ada dan diperlukan untuk stub yg akan dihilangkan. Adapun strategi

pengujiannya yaitu [2]:

1. Modul tingkat bawah digabungkan ke dalam cluster yg memperlihatkan

subfungsi PL

2. Driver (program kontrol pengujian) ditulis untuk mengatur input test case dan

output

3. Cluster diuji

4. Driver diganti dan cluster yg dikombinasikan dipindahkan ke atas pada struktur

program

41
Secara konseptual, strategi pengujian integrasi dapat diilustrasikan sebagai

berikut [3]:

I. INTEGRASI TOP-DOWN

Berikut ini adalah ilustrasi pengujian integrasi top-down [3]:

J. INTEGRASI BOTTOM-UP

42
K. PENGUJIAN SANDWICH

Berikut ini adalah ilustrasi pengujian sandwich [3]:

43
BAB 8

TYPE PENGUJIAN SISTEM INFORMASI (2)

A. PENGUJIAN APLIKASI WEB

Beberapa keypoint dalam pengujian aplikasi web [3]:

1. Model isi untuk aplikasi web ditinjau untuk menemukan kesalahan

2. Model antarmuka ditinjau untuk memastikan bahwa semua kasus yang digunakan

dapat diakomodasi

3. Model perancangan untuk aplikasi web ditinjau untuk menemukan kesalahan

navigasi

4. Antarmuka pengguna diuji untuk menemmukan kesalahan dalam presentasi

dan/atau mekanik navigasi

5. Setiap komponen fungsional diterapkan pengujian unit

6. Navigasi seluruh arsitektur diuji

7. Aplikasi web diimplementasikan dalam berbagai konfigurasi lingkungan yng

bereda dan diuji kompatibilitasnya dengan setiap konfigurasi

8. Uji keamanan dilakukan dalam upaya mengeksploitasi kelemahan-kelemahan

dalam aplikasi web atau dalam lingkungannya

9. Kinerja pengujian dikontrol

10. Aplikasi web diuji oleh populasi yang dikendalikan dan dipantau oleh pengguna

akhir. Hasil interaksi mereka dengan sistem dievaluasi, yakni dalam hal kesalahan

44
isi dan navigasi, kegunaan,kompatibilitas, dan keandalan serta kinerja aplikasi

web.

B. PENGUJIAN VALIDASI

Pengujian validasi dimulai di titik puncak pengujian integrasi, ketika komponen

individu telah dieksekusi, PL sudah benar-benar dirakit sebagai sebuah paket dan

kesalahan antarmuka telah ditemukan dan diperbaiki [3].

Pada level validasi atau sistem, perbedaan antara PL konvensional, PL

berorientasi objek dan aplikasi web menghilang. Fokus pengujian pada tindakan

pengguna yang terlihat dan output dari sistem yang dikenali pengguna. Validasi berhasil

jika PL berfungsi dengan cara yang diharapkan oleh pengguna [3].

Rencana pengujian menguraikan [3]:

1. Kelas-kelas pengujian yang akan dilakukan

2. Prosedur pengujian yang mendefinisikan kasus pengujian tertentu yang dirancang

untuk memastikan bahwa semua fungsional memenuhi persyaratan yang diminta,

karakteristik tercapai, pendokumentasian benar, dan kegunaan dan persyaratan

lainnya dipenuhi (misal: transportability, kompatibilitas, perbaikan kesalahan,

pemeliharaan)

3. Setelah setiap kasus pengujian validasi ditemukan, ditemukan salah satu dari

kondisi berikut :

– Karakteristik fungsi atau kinerja sesuai dengan spesifikasi dan diterima

– Penyimpangan ditemukan pada tahap ini.

45
C. PENGUJIAN TINGKAT TINGGI

1. Pengujian Validasi, fokus pada kebutuhan PL, akan dilihat kesesuaian antara

rencana (kelas pengujian dan prosedur) dengan kondisi akhir yang dihasilkan

(sesuai atau menyimpang) [3].

2. Pengujian Sistem, fokus pada integrasi sistem, untuk memverifikasi bahwa semua

elemen sistem telah terintegrasi dengan baik dan menjalankan fungsinya [3].

3. Pengujian Alpha/Bheta, fokus pada penggunaan oleh pengguna [3]:

 Pengujian Alpha, dilakukan di sisi pengembang oleh sekelompok

perwakilan dari pengguna akhir. PL digunakan dalam kondisi natural dimana

pengembang “melihat dengan kacamata” pengguna dan mencatat kesalahan dan

masalah penggunaan. Pengujian alpha dilakukan dalam lingkungan yang

dikendalikan

 Pengujian Bheta, dilakukan oleh satu atau lebih pengguna akhir. Pengujian

ini adalah "aplikasi hidup” dari PL dalam sebuah lingkungan yang tidak dapat

dikendalikan oleh pengembang

4. Pengujian Pemulihan/Recovery, pengujian yang memaksa PL untuk gagal dalam

berbagai cara dan memverifikasi bahwa pemulihan dilakukan dengan benar. Jika

pemulihan dilakukan dengan otomatis, maka inisialisasi kembali,mekanisme

checkpointing, pemulihan data dan restart dievaluasi untuk mengethui apakah itu

semua berjalan benar. Jika pemulihan membutuhkan intervensi manusia, maka

rata‐ rata waktu untuk perbaikan dievaluasi untuk menentukan apakah masih

dalam batas yang dapat diterima [3].

46
5. Pengujian Keamanan/Security, memverifikasi mekanisme perlindungan yang

dibangun ke dalam sistem untuk melindunginya dari penetrasi yang tidak benar

[3].

D. PENGUJIAN BETA DAN ALPHA

Apabila PL dibuat untuk pelanggan maka dapat dilakukan aceeptance test

sehingga memungkinkan pelanggan untuk memvalidasi seluruh keperluan. Test ini

dilakukan karena memungkinkan pelanggan menemukan kesalahan yg lebih rinci dan

membiasakan pelanggan memahami PL yg telah dibuat [2].

Pengujian Alpha Dilakukan pada sisi pengembang oleh seorang pelanggan. PL

digunakan pada setting yg natural dgn pengembang “yg memandang” melalui bahu

pemakai dan merekam semua kesalahan dan masalah pemakaian [2].

Pengujian Beta Dilakukan pada satu atau lebih pelanggan oleh pe makai akhir

PL dalam lingkungan yg sebenarnya, pengembang biasanya tidak ada pada pengujian ini.

Pelanggan merekan semua masalah (real atau imajiner) yg ditemui selama pengujian dan

melaporkan pada pengembang pada interval waktu tertentu [2].

E. PELACAKAN KESALAHAN (DEBUGGING)

Debugging terjadi sebagai akibat pengujian yang berhasil (pada saat kasus

pengujian menangkap kesalahan), dimana debugging merupakan proses yang

menghasilkan penghapusan kesalahan [3].

47
F. GEJALA DAN PENYEBABNYA

Adapun gejala dan penyebab debugging [3]:

1. Gejala dan penyebabnya mungkin secara geografis jauh. Gejala dapat muncul di

salah satu bagian program,tapi penyebabnya mungkin terletak di tempat jauh

2. Gejala mungkin hilang sementara saat kesalahan lain dikoreksi

3. Gejala ini sebenarnya disebabkan oleh non error, misal ketidakakuratan

4. Gejala dapat disebabkanoleh kesalahan manusia yang tidak mudah dilacak

5. Gejala mungkin akibat masalah waktudaripada masalah pemrosesan

6. Gejala dapat berselang, terutam untuk sistem tertanam

7. Gejala dikarenakan penyebab didistribusikan ke sejumlah tugas berjalan pada

prosesor ang berbeda.

48
G. STRATEGI DEBUGGING

Adapun strategi debugging [3]:

1. Brute force, filosofinya “Biarkan komputer menemukan kesalahan”, maka akan

sampah memori diambil, bekas run time dipanggi dan program sarat dengan

laporan keluaran.

2. Backtracking, umumnya digunakan untuk program kecil. Mulai dari gejala, kode

program dilacak ke belakang/manual sampai penyebabnya diketahui.

3. Menyingkirkan penyebab/cause elimination, ditunjukan oleh induksi atau deduksi

dan memperkenalkan konsep partisi biner. Data yang terkait dengan terjadinya

kesalahan dikelola untuk diisolasi penyebab potensial.

H. UJI COBA SISTEM

Pada akhirnya PL digabungkan dgn elemen system lainnya dan rentetan

perpaduan system dan validasi tes dilakukan. Jika uji coba gagal atau di luar skope dari

proses daur siklus pengembangan system, langkah yg diambil selama perancangan dan

pengujian dapat diperbaiki. Keberhasilan perpaduan PL dan system yg besar merupakan

kuncinya [2].

Sistem testing merupakan rentetan pengujian yg berbeda-beda dgn tujuan utama

mengerjakan keseluruhan elemen system yg dikembangkan, yaitu [2]:

1. Recovery Testing adalah system testing yg memaksa PL mengalami kegagalan

dalam bermacammacam cara dan memeriksa apakah perbaikan dilakukan dgn

tepat.

49
2. Security Testing adalah pengujian yg akan melalukan verifikasi dari mekanisme

perlindungan yg akan dibuat oleh system, melindungi dari hal- hal yg mungkin

terjadi.

3. Strees Testing Dirancang untuk menghadapi situasi yg tidak normal pada saat

program diuji. Testing ini dilakukan oleh system untuk kondisi seperti volume

data yg tidak normal (melebihi atau kurang dari batasan) atau frekuensi.

50
BAB 9

METODE SISTEM USABILITY SCALE

A. KUISIONER SUS

Kuesioner SUS hanya terdiri dari sepuluh pertanyaan yang disusun menjadi

pernyataan positif dan negatif dengan penilaian direpresentasikan menggunakan skala

Likert sebanyak lima skala yaitu, 1: Sangat Tidak Setuju, 2: Tidak Setuju, 3: Netral, 4:

Setuju, dan 5: Sangat Setuju seperti yang ditampilkan pada Gambar 9.1.

Gambar 9.1 Lembar Kuisioner SUS

51
B. KUISIONER BAHASA

Tabel 9.1 The Indonesian version of SUS

52
C. KUISIONER BAHASA

Tabel 9.2 The Cronbach’s Alpha Result of Indonesian Version of SUS

53
D. PENGGUNA

SUS memiliki kelebihan dalam hal mengevaluasi sistem karena dapat

menggunakan sampel responden yang terbatas (8-12 responden) [4]. SUS mampu

memberikan evaluasi yang baik jika dibanding dengan tool lainnya seperti yang terlihat

pada Gambar 9.2

Gambar 9.2 Perbandingan Kuesioner untuk menguji website usability

54
BAB 10

METODE BOUNDARY ANALYSIS

A. METODE BOUNDRARY VALUE ANALYSIS (BVA)

Untuk suatu alasan yang tidak dapat sepenuhnya dijelaskan, sebagian besar

jumlah errors cenderung terjadi di sekitar batasan dari domain masukan daripada di

“pusat”nya. Karena alasan inilah Boundary Value Analysis (BVA) dikembangkan

sebagai salah satu teknik testing.

Boundary Value Analysis adalah perangkat lunak pengujian di mana tes dirancang

untuk mencakup perwakilan dari nilai-nilai batas.

B. STUDI KASUS

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dicoba diterapkan teknik BVA untuk

menguji aplikasi yaitu “Aplikasi Prediksi Kelulusan SNMPTN”. Aplikasi ini sendiri

memuat beberapa fungsi dan modul, namun pada artikel ini sebagai contoh akan dibahas

hasil pengujian pada salah satu fungsionalitas yaitu “Tambah Kelas”. Fungi “Tambah

Kelas” terdiri atas satu panel entri data seperti pada gambar 1. Pada form ini terdapat 3

field entri data yaitu jurusan, nama kelas dan tahun ajaran.

55
Data hasil entri form di atas akan disimpan pada tabel dengan format seperti pada

tabel 1. Berdasarkan form di atas, kemudian dilakukan pengujian dengan menyiapkan

beberapa data uji. Dari bentuk form di atas, contoh pengujian akan dilakukan pada dua

field yaitu nama kelas dan tahun ajaran. Hal ini karena field “Jurusan” berupa dropbox

yang sudah tersedia isinya. Untuk kedua field tersebut, akan dibuat scenario pengujian

dan hasil ujinya seperti pada tabel 2 hingga tabel 7.

1. Pengujian field “Nama Kelas”

Aturan entri data A.1 : harus terdiri dari 3 kata.

56
Aturan entri data A.4 : Kata ketiga hanya berupa angka dari 1 sampai 10

2. Pengujian field “Tahun ajaran”

Berdasarkan hasil uji pada satu form di atas, dapat disiapkan beberapa kasus data

uji. Pada contoh di atas, terdapat dua field yang akan diuji, dengan masing-masing field

memuat minimal 2 aturan uji. Untuk satu aturan uji, perlu disiapkan minimal 3 data uji,

sehingga total data uji yang perlu disiapkan untuk kasus di atas adalah 2 field x 2 aturan

x 3 data uji yaitu 12 data uji. Hal ini dapat memberikan gambaran jumlah data uji yang

harus disiapkan untuk melakukan blackbox testing dengan metode BVA. Hasil pengujian

memperlihatkan bahwa aplikasi ini masih memiliki beberapa kekurangan yaitu belum

lengkapnya proses validasi data sehingga masih perlu penyempurnaan dengan menambah

fungsi validasi.

57
Setelah melakukan pengujian pada fungsionalitas tambah kelas dengan

menggunakan metode pengujian Blackbox Testing Boundary Value Analysis dapat

ditarik kesimpulan bahwa:

1. Metode Blackbox Testing merupakan salah satu metode yang mudah digunakan

karena hanya memerlukan batas bawah dan batas atas dari data yang di harapkan,

2. Estimasi banyaknya data uji dapat dihitung melalui banyaknya field data entri

yang akan diuji, aturan entri yang harus dipenuhi serta kasus batas atas dan batas

bawah yang memenuhi.

3. Setelah melakukan pengujian diketahui bahwa fungsionalitas masih bisa berjalan

namun masih dapat menerima masukan data yang tidak diharapkan sehingga

dapat menyebabkan data yang disimpan kurang valid.

4. Berdasarkan hasil uji dengan metoda BVA maka fungsi entri data perlu

dilengkapi dengan beberapa proses validasi data untuk menjamin akurasi entri

data sesuai fungsional yang diinginkan.

58
BAB 11

PERENCANAAN PENGUJIAN

A. TAHAP EVALUASI DATA

Tahapan evaluasi data dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data utama dan

data pendukung. Tujuannya untuk mendapat gambaran secara menyeluruh tentang apa

yang sudah dikerjakan oleh orang lain dan bagaimana mereka mengerjakannya dengan

mengambil data yang valid untuk digunakan sebagai bahan penelitian. Data data tersebut

adalah hasil rancangan Sistem Informasi Admisi Pasca Sarjana UNSRAT. asil dari

tahapan ini adalah berupa data-data yang dibutuhkan dalam pengujian perangkat lunak.

B. TAHAP ANALISA DATA

Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah tahap analisa data. Berdasarkan data-

data yang diperoleh pada tahap evaluasi data, dilakukan analisa terhadap data-data yang

diperoleh. Analisa disini berupa analisa kebutuhan perangkat lunak dengan meninjau

dokumen SRS SI Admsi Pasca Sarjana UNSRAT. Aktor dalam use case ini adalah Admin

dan Calon Mahasiswa. Calon Mahasiswa dapat mencetak bukti pendaftaran setelah

melakukan pendaftaran, apabila terjadi error dalam pencetakan maka Calon Mahasiswa

dapat menghubungi Admin untuk mencetak bukti pendaftaran. Berdasarkan use case

yang ada, fungsi-fungsi yang bisa dilakukan oleh Aktor adalah :

a) Login sebagai Admin

b) Login sebagai User

c) Manage Data

59
d) Entry Data

e) Print Data

Berdasarkan analisa proses bisnis dan kebutuhan sistem diatas diperoleh hasil

potensi kesalahan pada perangkat lunak yang bisa terjadi diantarnya sebagai berikut:

1. Potensi Kesalahan Fungsional adalah kesalahan dalam mengimplementasikan

kebutuhan atau spesifikasi desain. Hasil analisa potensi kesalahan fungsional ini

menghasilkan target pengujian dan potensi kesalahan yang bisa terjadi. Dengan

Pengujian fungsional maka kesalahan yang terjadi pada target yang berpotensi

dapat diketahui.

2. Potensi Kesalahan Unit, Kesalahan ini terjadi pada area struktur perangkat lunak,

sperti alur program, waktu eksekusi program, dan source code program. Area ini

dapat diuji dengan Pengujian Unit.

3. Potensi Kesalahan Basis Data, Kesalahan ini berpotensi terjadi pada tipe data dan

query pada basis data yang dibuat. Potensi kesalahan pada area ini dapat diuji

pengujian basis data.

4. Potensi Kesalahan Antarmuka, Kesalahan ini berpotensi terjadi pada area

antarmuka (interface). Potensi kesalahan pada area ini dapat diuji dengan

pengujian antarmuka.

C. TAHAP PERENCANAAN PENGUJIAN (TES PLAN)

Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah ada tahap perencanaan. Tahap ini

merupakan tahap awal pada framework pengujian perangkat lunak oleh RIM seperti pada

gambar 2. Pada tahap ini dibuat perencanaan pengujian yang meliputi Tujuan Pengujian,

60
Ruang Lingkup Pengujian, Strategi Pengujian ,Perangkat Lunak Pengujian (tools),

Arsitektur Pengujian. Tahap ini menghasilkan dokumentasi berupa dokumen Rencana

Pengujian (Test Plan Document).

Tahap Pembentukan Kasus Uji (Test Case Generated)

Tahap selanjutnya setelah perencanaan pengujian adalah tahap pembentukan

kasus uji. Pada tahap ini dilakukan pembentukan test case pada masing-masing tipe

pengujian yakni pembuatan test case pengujian fungsional, pengujian database dan

antarmuka menggunakan teknik RBT dan Black Box Testing, pembuatan test case

pengujian unit menggunakan teknik White Box Testing dan Basic Path Testing,

pembuatan. Hasil dari tahap ini adalah berupa dokumentasi test suite (Test Suite

Document).

Pada tahap ini dilakuan pembentukan test case dengan teknik membuat Flow

Graph terlebih dahulu. Berdasarkan use case terdapat dua aktor yang berperan dalam

sistem yaitu, Admin dan Calon_mahasiswa. Graph dibuat sesuai dengan aktifitas yang

dilakukan oleh masingmasing aktor. Graph dibuat dengan asumsi seluruh proses hanya

berjalan searah, tidak ada proses yang looping dan minimal setiap node dilewati sekali.

Tujuan pembuatan graph adalah untuk menentukan minimum path coverage

untuk mencapai full line coverage. Dengan demikian, test case yang dibuat merupakan

kumpulan test case minimum yang dapat memenuhi seluruh modul fungsi yang ada.

Bentuk graph dari fungsi aktor Admin dapat dilihat pada Gambar 1:

61
Keterangan tiap node pada graph:

1. Login

2. Tambah data user

3. Lihat data Calon_Mahasiswa

4. Edit data Calon_Mahasiswa

5. Cetak data Calon_Mahasiwa

6. Hapus data Calon_Mahasiswa

7. Logout

Berdasarkan flow graph tersebut terdapat 5 kemungkinan path yang ada dengan jumlah

edge sebanyak 10.

Kemungkinan seluruh path adalah:

Tabel 3.3 Jalur Path fungsi Admin

Jalur Path

1 1 -2-7

2 1 -3-4-7

62
3 1 -3-4-5-7

4 1 -3-5-7

5 1 -3-6-7

Dengan menggunakan rumus cyclomatic complexity metric dapat dihitung nilai

kompleksitas dari blok program yang akan diuji. Berikut perhitungannya:

E = 10

N=7

P=1

CC= E – N + P

CC = 10 – 7 + 1 = 4

Nilai kompleksitas dari blok program ini adalah 4.

D. TAHAP PENGUJIAN

Eksperimen dan Pengujian menggunakan teknik Pre-experimental dengan teknik

One-Shot Case Study. Peneliti memilih Pengujian hanya dilakukan 1 kali, pada tahap

awal fase konstruksi oleh tim pengembang. Proses Pengujian diadapatasi dari Model

Pengujian yang dialakukan oleh Perusahaan Telekomunikasi RIM. Proses pengujian

tersebut dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini:

63
Dalam pengujian ini terdapat 4 tipe pengujian yang dilaksanakan yakni:

1. Pengujian Fungsional Pada tahap ini dilakukan pembentukan kasus pengujian.

Hasil analisa terhadap Use Case yang dibuat oleh tim pengembang SI terdapat 5

fungsi utama dari Sistem, yaitu login admin, manage data, print data, login user,

dan entry data.

2. Pengujian Unit Pengujian unit ini dilaksanakan dengan menggunakan bahasa

pemrograman Java yang terintegrasi dengan JUnit dan Selenium Remote Control

(Java/JUnit/RC). Pengujian ini dimulai dengan melakukan Generate terhadap

hasil pengujian Fungsional di Selenium. Dengan bantuan selenium kasus

pengujian yang sebelumnya berupa alur kerja program diubah menjadi bahasa

pemrograman java untuk pengujian menggunakan JUnit Testing pada eclipse.

3. Pengujian Basis Data Implementasi pengujian basis data dilakukan dengan

prosedur pengujian database seperti pada tabel dibawah ini:

64
4. Pengujian AntarMuka (User Interface Testing) Pengujian ini ini dilakukan

dengan mengidentifikasi kesalahan yang terjadi pada antarmuka perangkat lunak

Sistem Informasi Admisi Pasca Sarjana UNSRAT.

65
E. TAHAP EVALUASI DAN VALIDASI

Pengujian yang dilakukan merupakan pengujian pada tahapan awal setelah

pembangunan sistem. Kesalahan yang terjadi dapat berupa software error yang dibuat

oleh programmer. Kesalahan ini bisa menjadi kesalahan source code dalam satu atau lebih

dari baris kode, atau kesalahan logis dalam melaksanakan satu atau lebih dari kebutuhan

klien. Berikut adalah daftar Bug yang ditemukan selama pengujian SI Admisi Pasca

Sarjana UNSRAT:

Hasil pengujian di atas dapat dijadikan sebagai pedoman untuk pengujian

selanjutnya. Dikarenakan pengujian pada yang dilakukan adalah pengujian awal pada

proses pengembangan perangkat lunak.

66
BAB 12

CONTOH PENGUJIAN DAN PENGENDALIAN SISTEM

Pengujian metode black box merupakan pengujian terhadap fungsionalitas

input/output dari suatu perangkat lunak. Penguji mendefinisikan sekumpulan kondisi

input kemudian melakukan sejumlah pengujian terhadap program sehingga menghasilkan

suatu output yang nilainya dapat dievaluasi. Modul Testing dilakukan dengan menguji

modul: pemesanan barang, pengadaan barang, penyiapan dan pengiriman barang,

pembayaran, penagihan dan pembayaran ke pemasok.

67
68
69
70
71
72
73
IMPLEMENTASI

Implementasi dilakukan dengan cara mengunggah web ke internet, dengan alamat

http://store.desagrecol.com/. Setelah mengunggah, kemudian dilakukan pembuatan

manual book yang akan dibagikan kepada user dan admin. Serah terima web telah

dilakukan pada tanggal 13 November 2014 kepada Kepala Desa dan Ketua KIM Pallawa.

Pemberitaan mengenai serah terima ini telah dilansir oleh sejumlah media online seperti

tribunnews, satelit pos, warta andalas dan ciputranews. Sosialisasi dan pelatihan user

telah dilakukan di desa Grecol dan di ST3 Telkom, dengan peserta admin (KIM Pallawa),

pelanggan (dosen dan karyawan ST3 Telkom) dan pengusaha/pengrajin.

74
Pengujian sistem informasi yang dikembangkan menggunakan metode black box

testing menunjukkan bahwa sistem mampu menampilkan informasi notifikasi kesalahan

pada form akunku, alur pemesanan, penagihan, pembayaran, dan pengiriman, dapat

menampilkan pesanan secara lengkap dan benar, serta dapat menampilkan dashboard

admin dan pelanggan, dengan pengujian data normal dan tidak normal. Hal ini

menunjukkan bahwa program telah berjalan dengan baik sesuai dengan hasil yang

diharapkan.

75
DAFTAR PUSTAKA

[1] [Homes2012] Homès, Bernard. 2012. Fundamentals of Software Testing.

Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.

[2] Halim, Yunus Abdul. 2012. Pengujian Perangkat Lunak. Diakses Melalui:

http://web.unair.ac.id/admin/file/f_33720_rpl_8_Pengujian_Perangkat_L

unak.pdf

[3] Karmilasari. 2012. Strategi Testing.

http://karmila.staff.gunadarma.ac.id/Downloads

files/42376/4.+Strategi+Pengujian+PL.pdf

[4] T. S. Tullis and J. N. Stetson, “A Comparison of Questionnaires for

Assessing Website Usability,” in Proceedings of UPA 2004 Conference,

2004.

76

Anda mungkin juga menyukai