PENGUJI KOMPETENSI
JABATAN FUNGSIONAL
KESEHATAN
DAFTAR ISI MODUL
-1-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
DAFTAR ISI
Halaman
I. Deskripsi Singkat ……………………………... 1
ii
-2-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
1 DESKRIPSI SINGKAT
2 TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Hasil Belajar:
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu
memahami kebijakan penyelenggaraan uji kompetensi
jabatan fungsional kesehatan.
-3-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
Materi Pokok dan Sub Materi Pokok pada mata pelatihan ini
adalah sebagai berikut:
A. Arah pengembangan karir pejabat fungsional kesehatan.
1. Landasan Yuridis
2. Pola karir jabatan fungsional kesehatan
-4-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
4 BAHAN BELAJAR
-5-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
5 LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN PEMBELAJARAN
-6-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-7-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
6 URAIAN MATERI
1. Landasan Yuridis
a. Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tenang Aparatur
Sipil Negera
b. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil
c. Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 38 Tahun 2017
tentang Standar Kompetensi Jabatan ASN
d. Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand
Desain Reformasi Birokrasi 2010-2025
e. Peraturan Menteri PAN-RB nomor 13 Tahun 2019 tentang
tentang Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil
-8-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-9-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-10-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-11-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
10
-12-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
1. Perencanaan
Perencanaan dalam pengelolaan Jabatan Fungsional
Kesehatan diawali dengan penyusunan dan penetapan
kebutuhan jumlah dan jenis Jabatan Fungsional Kesehatan
dengan mekanisme sebagai berikut :
a. Penjabaran tugas dan fungsi organisasi
Dalam menjabarkan tugas dan fungsi organisasi, Instansi
menginventarisir tugas pokok dan fungsi yang dilaksanakan
pejabat fungsional kesehatan sesuai dengan unsur, sub
unsur dan butir kegiatan masing-masing jenis dan Jabatan
Fungsional Kesehatan yang dapat dinilai dengan Angka
Kredit yang menggambarkan dan mendukung pencapaian
tujuan instansi itu sendiri.
b. Perhitungan Analisa Beban Kerja
Analisis beban kerja adalah sebuah metode yang digunakan
untuk menentukan jumlah waktu, usaha dan sumber daya
yang diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi
organisasi.
11
-13-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
12
-14-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
2. Pengangkatan
Pengangkatan Jabatan Fungsional Kesehatan dilakukan
berdasarkan peta jabatan (formasi) untuk mengisi kebutuhan
Jabatan Fungsional Kesehatan baik kategori Keterampilan
maupun kategori Keahlian. Adapun Mekanisme pengangkatan
Jabatan Fungsional Kesehatan dapat melalui:
a. Pengangkatan pertama
b. Perpindahan jabatan
c. Penyesuaian/ inpassing
d. Promosi
13
-15-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
3. Pengembangan
Pengembangan Jabatan Fungsional Kesehatan sesuai dengan
jenjang karier meliputi beberapa aspek yaitu:
a. Pemenuhan Angka Kredit
Dalam pelaksanaan tugas utama/pokok seorang pejabat
Fungsional harus mengumpulkan sekurang-kurangnya 80%
dari angka kredit yang ditetapkan, sedang pelaksanaan tugas
penunjang tugas pokok sebanyak-banyaknya hanya 20%.
Ketentuan tersebut diatur untuk menjamin agar Pejabat
Fungsional mengutamakan pelaksanaan tugas pokoknya
dibandingkan dengan tugas-tugas penunjang. Pemenuhan
angka kredit pejabat fungsional diatur dalam peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi
Birokrasi. Untuk selanjutnya diharapkan pemenuhan angka
kredit ini akan terintegrasi dengan penilaian kinerja pejabat
fungsional kesehatan.
14
-16-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
b. Uji Kompetensi
Berdasarkan Pasal 69 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara antara
lain dinyatakan bahwa pengembangan karier Pegawai Negeri
Sipil dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian
kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah. Kompetensi yang
diharapkan meliputi: a. Kompetensi teknis yang diukur dari
tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis
fungsional, dan pengalaman bekerja secara teknis; b.
Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan,
pelatihan struktural atau manajemen, dan pengalaman
kepemimpinan; dan c. Kompetensi sosial kultural yang diukur
dari pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat
majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga
memiliki wawasan kebangsaan. Uji Kompetensi Jabatan
Fungsional Kesehatan adalah suatu proses untuk mengukur
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja pejabat
fungsional kesehatan yang dilakukan oleh Tim Penguji dalam
rangka memenuhi syarat untuk pengangkatan pertama atau
kenaikan jenjang jabatan atau perpindahan jabatan dan atau
promosi untuk menjamin kualitas pejabat fungsional
c. Pengembangan Kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan
Pengembangan kompetensi mengacu pada standar
kompetensi dan jenjang karir dari pejabat
fungsional.Pengembangan kompetensi merupakan upaya
untuk pemenuhan kebutuhan kompetensi Jabatan Fungsional
Kesehatan. Pengembangan kompetensi dapat dilaksanakan
dalam bentuk pendidikan dan/atau pelatihan.
15
-17-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
1) Pendidikan
Pengembangan kompetensi dalam bentuk pendidikan
formal dapat dilaksanakan dalam bentuk pemberian tugas
belajar. Tugas belajar diberikan dalam rangka memenuhi
kebutuhan standar kompetensi Jabatan dan
pengembangan karier.
2) Pelatihan Pengembangan kompetensi dalam bentuk
pelatihan dapat dilakukan melalui:
a) Jalur pelatihan klasikal
Pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan
klasikal dilakukan melalui proses pembelajaran tatap
muka di dalam kelas, paling sedikit melalui pelatihan,
seminar, kursus dan penataran
b) Jalur pelatihan nonklasikal
Pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan
nonklasikal dilakukan paling sedikit melalui e-learning,
bimbingan di tempat kerja, pelatihan jarak jauh,
magang, dan pertukaran antar PNS dengan pegawai
swasta.
d. Pembinaan
Pembinaan Jabatan Fungsional Kesehatan dilaksanakan
dalam rangka pembinaan karier pejabat fungsional sebagai
PNS yang dilaksanakan melalui sistem merit, kriteria sistem
merit yang dimaksud meliputi:
1) Seluruh jabatan sudah memiliki standar kompetensi
jabatan
2) Perencanaan kebutuhan pegawai sesuai dengan beban
kerja,
16
-18-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
17
-19-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
5. Sistem Informasi
Sistem Informasi Pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan
dikembangkan dalam rangka menjamin ketersediaaan data
dasar yang lengkap dan akses sistem teknologi yang
memungkinkan pengolahan data secara akurat, tepat, dan cepat
sebagai basis pengambilan keputusan. Selain hal tersebut,
dengan adanya sistem informasi pelaporan hasil pemantauan
dan evaluasi baik yang dilaksanakan secara berkala maupun
secara khusus dapat mempermudah proses pemantauan
perencaan, pengangkatan, pengembangan, dan evaluasi serta
pelaporan.
18
-20-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
7 EVALUASI
1. Jelaskan secara singkat arah pengembangan karir pejabat
fungsional kesehatan !
2. Jelaskan secara singkat pengelolaan jabatan fungsional
kesehatan !
19
-21-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
8 REFERENSI
1. Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tenang Aparatur Sipil
Negera
2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil
3. Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 38 Tahun 2017 tentang
Standar Kompetensi Jabatan ASN
4. Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Desain
Reformasi Birokrasi 2010-2025
5. Peraturan Menteri PAN-RB nomor 13 Tahun 2019 tentang
tentang Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil
20
-22-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
TIM PENYUSUN
Penasehat:
Dr Achmad Soebagjo Tancarino, MARS
(Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan)
Penangggungjawab:
Nusli IMansyah, SKM., M.Kes
(Kepala Bidang Pengembangan Pelatihan SDM Kesehatan)
Ketua:
Dewi Sukorini, SKM., M.Pd
(Kepala Sub Bidang Pengembangan Pelatihan Fungsional SDM
Kesehatan)
Sekretaris:
Purwanto, SKM., DAP & E, M.Kes
21
-23-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-24-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
DAFTAR ISI
Halaman
I. Deskripsi Singkat ………………………………...…... 1
ii
-25-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
1 DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas tentang penyelenggara, peserta,
tim penguji uji kompetensi dan mekanisme uji kompetensi.
2 TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Hasil Belajar
Setelah mengkuti mata pelatihan ini, peserta mampu
memahami pengorganisasian uji kompetensi jabatan
fungsional kesehatan
-26-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-27-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
4 BAHAN BELAJAR
-28-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
5 LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN PEMBELAJARAN
-29-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-30-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
6 URAIAN MATERI
Materi Pokok 1: Penyelenggara Uji Kompetensi
Unit Pembina
-31-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
2. Unit Pembina
Unit Pembina adalah unit kerja yang membina jabatan
fungsional, dikaitkan dengan tugas pokok dan fungsinya
7
-32-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-33-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-34-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
10
-35-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-36-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-37-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-38-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-39-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
15
-40-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-41-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
4) Rekapitulasi kelulusan;
5) Metode uji kompetensi;
6) Materi uji kompetensi;
7) Tim penguji kompetensi; dan
8) Waktu dan tempat uji kompetensi.
g. Membuat BAP uji kompetensi seperti contoh sebagaimana
tercantum dalam Formulir 1 Peraturan ini yang
disampaikan kepada Pusat Peningkatan Mutu SDMK.
h. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
penyelenggaraan uji kompetensi.
17
-42-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
18
-43-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
19
-44-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
20
-45-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
21
-46-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-47-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
tertib uji, dan lain lain pada saat peserta uji konsultasi
dengan tim penguji. Proses konsultasi ini dilaksanakan
sebelum pelaksanaan uji.
b) Membuat rencana penilaian
c) Menetapkan metode penilaian
d) Menyiapkan perangkat penilaian
e) Berkoordinasi dengan instansi atau fasilitas pelayanan
kesehatan atau fasilitas kesehatan lainnya dalam
menyaiapkan fasilitas dan sumber daya yang dibutuhkan.
f) Memeriksa dan memvalidasi data dokumen.
g) Melakukan penilaian uji kompetensi sesuai dengan metode
yang ditetapkan
h) Memberikan feedback hasil penilaian uji kepada peserta uji
kompetensi.
i) Melakukan pemutatakhiran instrumen uji kompetensi.
j) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap hasil
penyelenggaraan.
k) Melakukan pencatatan dan melaporkan penyelenggraan uji
kompetensi jabatan fungsional kesehatan kepada pimpinan
penyelenggara uji yang meliputi jumlah peserta uji dan yang
lulus uji kompetensi, jenis jabatan fungsional, kategori dan
jenjang jabatan fungsional, rekapitulasi kelulusan, metode
uji kompetensi, tim penguji kompetensi, waktu dan tempat
uji kompetensi.
23
-48-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
24
-49-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-50-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-51-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
27
-52-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
28
-53-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
7 RANGKUMAN DAN
KESIMPULAN
29
-54-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
30
-55-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
8 EVALUASI
9 REFERENSI
1. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil
2. Permenkes 18 Tahun 2017 tentang Penyelenggara Uji
Kompetesi Jabatan Fungsional Kesehatan
31
-56-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
10 LAMPIRAN
2. Tahapan Diskusi
a. Peserta dibagi ke dalam 6 kelompok (disesuaikan
dengan rumpun jabatan fungsional kesehatan)
b. Setiap kelompok mendiskusikan:
1) Peran: Penyelenggara, Peserta, dan penguji serta
mekanisme UKOM jabfung kesehatan
2) Persiapan: SDM, sarana prasarana, metode,
anggaran, bahan- bahan yang diperlukan untuk uji
kompetensi
c. Menunjuk seorang peserta menjadi moderator diskusi
panel
d. Setiap kelompok memaparkan hasil diskusinya selama
10 menit dan dilakukan secara panel
e. Fasilitator memberikan masukan terkait hasil diskusi
3. Waktu Diskusi
Waktu: 40 menit
32
-57-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
Nama Nama
NIP NIP
33
-58-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
TIM PENYUSUN
Penasehat:
Dr Achmad Soebagjo Tancarino, MARS
(Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan)
Penangggungjawab:
Nusli IMansyah, SKM., M.Kes
(Kepala Bidang Pengembangan Pelatihan SDM Kesehatan)
Ketua:
Dewi Sukorini, SKM., M.Pd
(Kepala Sub Bidang Pengembangan Pelatihan Fungsional SDM
Kesehatan)
Sekretaris:
Purwanto, SKM., DAP & E, M.Kes
-59-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-60-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
DAFTAR ISI
Halaman
I. Deskripsi Singkat ………………………………...……….... 1
II. Tujuan Pembeajaran ………………………………..……… 2
A. Hasil Belajar ……………………………………..………… 2
B. Indikator Hasil Belajar ……………………..……….…….. 2
III. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ………...………….. 3
IV. Bahan Belajar …………………………………...…………… 3
V. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran………............ 4
VI. Uraian Materi ………………………………………………… 7
Materi Pokok 1. Cara penelaahan standar kompetensi/ 7
butir kegiatan Jabfungkes …………………
Materi Pokok 2. Identifikasi unit kompetensi/ butir kegiatan 10
yang akan diuji ...……………………………
Materi Pokok 3. Penentuan persyaratan uji 13
kompetensi………………………………
Materi Pokok 4. Penentuan metode uji kompetensi dan 14
sumber daya yang akan digunakan ..
Materi Pokok 5. Penentuan penilaian kelulusan uji 16
kompetensi …………………………….
Materi Pokok 6. Menyusun rencana uji kompetensi…... 17
VII. Evaluasi ………………………………….………………….... 20
VIII. Referensi …………………………………………….............. 20
IX. Lampiran …………………….……………………….………. 23
ii
-61-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
1 DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas tentang cara penelaahan standar
kompetensi Jabfungkes/butir kegiatan Jabfungkes, unit
kompetensi/butir kegiatan yang akan diuji, persyaratan uji
kompetensi, metode uji kompetensi dan sumber daya yang akan
digunakan, penilaian kelulusan uji kompetensi dan penyusnan
rencana uji kompetensi.
-62-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
2 TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu
melakukan perencanaan uji kompetensi
-63-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
4 BAHAN BELAJAR
1. BNSP-MODUL-2.4.1-2010 Tentang Perencanaan dan
Pengorganisasian Asesmen
2. PERMENKES NO 18 TAHUN 2017 Tentang Pedoman Uji
Kompetensi Jabfung Kesehatan
3. PERMENPAN tentang JABFUNG Kesehatan terkait
-64-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
5 LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Sesi 1: Pengkondisian Peserta
Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
1. Fasilitator menyapa peserta dan memperkenalkan diri
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan
bahan tayang
3. Melakukan apersepsi tentang materi yang akan dibahas
dengan metoda curah pendapat atau meminta beberapa
peserta/relawan untuk menjawabnya
-65-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-66-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-67-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
6 URAIAN MATERI
Materi Pokok 1: Cara Penelaahan Standar Kompetensi/Butir
Kegiatan Jabfungkes
Berdasarkan Pasal 51 UU no 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (ASN), telah dinyatakan bahwa manajemen ASN
diselenggarakan berdasarkan sistem merit. Sistem merit adalah
kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan kualifikasi,
kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar tanpa membedakan
latar belakang politik, ras, warna kulit, asal usul, jenis kelamin, status
pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.
-68-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-69-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-70-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
10
-71-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
11
-72-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
12
-73-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
13
-74-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
14
-75-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
15
-76-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
Contoh:
Sesuai ketentuan dalam Permenkes 18/2017, proporsi materi uji dari
komponen utama adalah sebesar 80%. Misalkan, target bukti yang
mesti dipenuhi ditetapkan sebanyak 200 bukti, maka jika bukti yang
dapat ditunjukkan oleh peserta uji mencapai 200 bukti berarti nilai
capaiannya adalah 80%. Capaian ini dianggap lulus jika nilai batas
lulus nya adalah 60-80. Namun jika NBL nya adalah 90, maka
capaian peserta tersebut dinyatakan tidak lulus.
.
Rumus penilaian kelulusan uji kompetensi adalah:
Capaian Bukti:
Target Bukti x Nilai Proporsi Komponen Utama (80%)
16
-77-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
17
-78-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
18
-79-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
dokumentasi pendukung,
pencapaian sebelumnya,
bukti sejarah, jurnal atau
tertulis)
dan laporan
disusun oleh kandidat,
/ atau hafalan)
Terstruktur
waktu nyata di tempat
pengalaman
(pertanyaan tertulis,
(latihan simulasi dan
Portfolio
presentasi, lembar
produk
produk dengan
Tanya Jawab
Kegiaatan
rekan kerja)
berdasarkan
kegiatan)
lisan atau
hidup)
Kriteria Unjuk L TL T
Verifikasi
Review
(testimoni
Kerja dan
Kegiatan
tentang
pendekatan
ujian
asesmen.
kerja
Hasil Verifikasi TL
VP
Portofolio
Hasil Tanya T
Jawab
tentang.... PW
Hasil Verifikasi TL
Portofolio... VP
Hasil Tanya T
Jawab tentang
PW
...
Hasil Verifikasi TL
Portofolio ... VP
Hasil Tanya T
Jawab tentang PW
....
Dst…
Keterangan:
• L (Bukti langsung)
• TL (Bukti Tidak langsung)
• T (Bukti tambahan)
19
-80-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
7 EVALUASI
1. Bagaimana cara penelaahan standar kompetensi/ butir
kegiatan Jabfungkes?
2. Bagaimana cara identifikasi unit kompetensi/ butir kegiatan
yang akan diuji?
3. Bagaimana cara menentukan persyaratan uji kompetensi?
4. Bagaimana cara menentukan metode uji kompetensi dan
sumber daya yang akan digunakan?
5. Bagaimana cara menentukan penilaian kelulusan uji
kompetensi?
6. Bagaimana cara menyusun rencana uji kompetensi?
8 REFERENSI
1. UU No. 5 tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
2. Permenpan 38 tahun 2017 Tentang Standar Kompetensi
3. PERMENKES NO 18 TAHUN 2017 Tentang Pedoman Uji
Kompetensi Jabfung Kesehatan
4. BNSP-MODUL-2.4.1-2010 Tentang Perencanaan dan
Pengorganisasian Asesmen
20
-81-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
9 LAMPIRAN
1. Contoh Lembar verifikasi dokumen Portofolio
FORM PENILAIAN UJI PORTOFOLIO INDIVIDU
Nama :
Nomor Ujian :
NIP :
RADIOGRAFER
Jenis Jabatan Fungsional :
PELAKSANA/TERAMPIL
RADIOGRAFER PELAKSANA
Jenjang yang akan dipangku :
LANJUTAN/MAHIR
Alamat Rumah :
21
-82-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
Pendidikan
N Hasil Keterangan
1 Setara SLTA
2 Diploma I
3 Diploma II
4 Diploma III
5 Diploma IV
6 Sarjana 1
7 Magister
8 Dan seterusnya
D. Pelatihan/Workshop/Seminar
22
-83-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
√ √ √ √
Kegiatan pelayanan Radiologi
*Batas kelulusan minimal 70% dari nilai total keseluruhan dengan komposisi 80% dari komponen
utama dan 20% dari komponen tambahan
*komponen utama wajib di lakukan dan komponen tambahan dapat memilih diantara 3 pilihan (a
dan/atau, b dan/atau c)
Dengan ini saya menyatakan bahwa penilaian yang saya lakukan sesuai dengan
kondisi peserta yang sebenarnya, dan apabila di kemudian hari ternyata pernyataan
saya tidak benar, maka saya beresedia mempertanggung jawabkannya.
……………………., ……………….……..2017
(Nama) (Nama)
NIP….. NIP……….
23
-84-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa pernyataan dan bukti fisik di dalam portofolio
terlampir ini benar – benar hasil karya saya sendiri, dan jika di kemudian hari
ternyata pernyatan dan bukti fisik saya tidak benar, saya bersedia menerima sanksi
dan dampak hukum sesuai peraturan perundang – undangan yang berlaku.
……………………………..,……………2018
Materai
6000
(…………………………………..)
Mengetahui,
Cap
Instansi
----------------------- -----------------------
NIP NIP
24
-85-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
Komponen Portofolio
A. KOMPONEN UTAMA
Σ Validasi
Kewenangan Klinis/butir-butir
No Bukti Portofolio
kegiatan
Fisik M V A T
-86-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
7) PTC
8) APG
9) RPG
10) T Tube
11) ERCP
12) PTCD
13) Analisa Jantung (Cor Analisis)
Melakukan Persiapan Pelayanan
Radioterapi
4 1) CT Planning Pada Pasien
Dengan Kompensasi Bolus
Keras di Pesawat CT /CT
Simulator
2) CT Planning Lokalisasi
Aplikator Brachyterapi Dengan
CT/CT Simulator
Menyusun Laporan
1) Memelihara Asesoris
5 Pemeriksaan Radiografi
2) Analisa Penolakan Film
Radiografi (reject analysis)
3) Menyusun Evaluasi
Pemeliharaan Asesoris
Pemeriksaan Radiograf
-87-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
B. KOMPONEN TAMBAHAN
1. Sertifikat Pelatihan
Tuliskan sertifikat keahlian/keterampilan yang pejabat fungsional
kesehatan peroleh pada tabel berikut :
-88-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-89-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
c. Status (ketua/anggota)
5 Karya a. Nama Karya
Teknologi b. Tahun
tepat guna c. Deskripsi singkat tentang
karya yang dihasilkan
Keterangan :
❖ Untuk artikel lampirkan naskah asli yang dipublikasikan
❖ Untuk buku lampirkan buku asli
❖ Untuk modul/diktat tuliskan siapa pengguna modul diklat yang
diterbitkan, dan terangkan kaluasan pengguna modul diklat
❖ Untuk laporan penelitian lampirkan naskah asli laporan hasil
penelitian secara utuh dan dikatahui pimpinan instansi
❖ Untuk karya teknologi tepat guna lampirkan keterangan dari
lembaga/institusi yang memberikan pengakuan terhadap karya
teknologi yang dilegalisasi oleh pejabat dari lembaga/institusi
yang mengeluarkan surat keterangantersebut.
-90-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
• Status
(ketua/anggota 0
Karya • Nama Karya a. Internasional 50
Teknologi • Tahun b. Nasional 40
tepat guna • Deskripsi singkat c. Provinsi 30
tentang karya yang d. Kabupaten/Kota 20
dihasilkan e. Tingkat Instansi 10
Dst
100
-91-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
Waktu: 65 menit
-92-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
b. Perencanaan
1) Pilah daftar butir kegiatan pada dokumen Permenpan
jabfung sesuai dengan jenjang masing masing peserta
2) Pilih beberapa butir kegiatan pada masing masing
jenjang sesuai kegiatan yang dilakukan pada rumah
Jabatan masing masing peserta uji; contoh: jangan
memilih butir kegiatan yang memerlukan sarana dan
prasarana canggih untuk peserta uji yang bertugas di
Pukesmas.
3) Tetapkan target jumlah frekwensi melakukan butir
kegiatan yang harus dicapai di masing masing
jenjangnya, sehingga memenuhi komposisi jumlah
70%: 30% dari jenjang yang sedang dipangku dan
yang akan dipangku.
4) Tetapkan rencana metode uji pilihan yang akan
dilakukan, dengan portofolio sebagai metode uji wajib
5) Siapkan intrumen uji sesuai metode uji yang dipilih.
6) Tetapkan nilai batas kelulusan yang akan diterapkan
-93-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
c. Konfirmasi
1) Bahan rapat kordinasi dengan Tim Penyelenggara Uji
Kompetensi
2) Pembagian tugas sesama Tim Penguji
3) Jadawal pertemuan pra uji
10
-94-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
TIM PENYUSUN
Penasehat:
Dr Achmad Soebagjo Tancarino, MARS
(Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan)
Penangggungjawab:
Nusli IMansyah, SKM., M.Kes
(Kepala Bidang Pengembangan Pelatihan SDM Kesehatan)
Ketua:
Dewi Sukorini, SKM., M.Pd
(Kepala Sub Bidang Pengembangan Pelatihan Fungsional SDM
Kesehatan)
Sekretaris:
Purwanto, SKM., DAP & E, M.Kes
11
-95-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-96-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
DAFTAR ISI
Halaman
I. Deskripsi Singkat 1
………………………………...…...
1
II. Tujuan Pembeajaran …………………………..…….. 1
A. Hasil Belajar ………………………………..………. 1
B. Indikator Hasil Belajar ……………………..………. 2
ii
-97-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
1 DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas tentang penentuan unit
kompetensi/butir kegiatan, penetapan jenis instrumen,
penyusunan indikator perilaku, penyusunan instrumen uji.
2 TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Hasil Belajar
Setelah mengkuti mata pelatihan ini, peserta mampu
melakukan Penyusunan Instrumen Uji Kompetensi
-98-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
Materi Pokok dan Sub Materi Pokok pada mata pelatihan ini
adalah sebagai berikut:
A. Identifikasi Unit Kompetensi/ Butir Kegiatan
1. Kategori
2. Jenjang
3. Rumah Jabatan
B. Pemilihan metode Uji
C. Penyusunan kisi-kisi materi uji atau indikator perilaku
D. Penyusunan Instrumen Uji Kompetensi
1. Portofolio
2. Tulis
3. Lisan
4. Praktik
-99-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
4 BAHAN BELAJAR
1. Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tenang Aparatur
Sipil Negera
2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil
3. Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 38 Tahun 2017 tentang
Standar Kompetensi Jabatan ASN
4. Peraturan Menteri PAN-RB nomor 13 Tahun 2019 tentang
tentang Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil
-100-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
5 LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN PEMBELAJARAN
-101-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-102-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-103-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
6 URAIAN MATERI
-104-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-105-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-106-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
10
-107-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
11
-108-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
12
-109-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
13
-110-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
14
-111-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
15
-112-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
16
-113-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
17
-114-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
JF Utama 5- 4 Dominan 5
Jabatan Fungsional
Keahlian Madya 5-4 Dominan 4
Muda 4 -3 ffty-fifty
Pertama 3-2 -1 Dominan 2
JF Penyelia 4-3 fifty-fifty
Jabatan Fungsional
Keterampilan Mahir 4-3 Dominan 3
Terampil 3,2,1 Dominan 2
Pemula 2 -1 Dominan 1
18
-115-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
19
-116-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-117-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-118-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
22
-119-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
1. Portofolio
Potofolio merupakan laporan lengkap segala aktifitas
seseorang yang masing masing. Penilaian portofolio
merupakan suatu metode penilaian yang berkesinambungan
dengan mengumpulkan informasi atau data secara sistematik
atas dilakukannya yang menunjukan kecakapan pejabat
fungsional kesehatan dalam bidangnya hasil pekerjaan
seseorang. Portofolio digunakan sebagai salah satu cara
penilaian yang mampu mengungkap pencapaian kompetensi
dan standar kompetensi setiap pejabat fungsional kesehatan.
Pentingnya portofolio memungkinkan pejabat fungsional untuk
merefleksi pelayanan yang diberikan, dapat menunjukan
kemampuan, memberi gambaran atas apa yang dilakukan
pejabat fungsional kesehatan dan sebagai bukti otentik.
23
-120-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
24
-121-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
25
-122-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
26
-123-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
2. Uji Tulis
Uji tulis merupakan salah satu cara untuk mengukur
pengetahuan dan pemahaman pejabat fungsional untuk dapat
menganalisis dan memecahkan masalah terkait kompetensi.
Metode uji tulis dalam uji kompetensi yang digunakan dapat
dalam bentuk pertanyaan dengan pilihan ganda.
Uji Kompetensi tertulis digunakan untuk Untuk mengukur
kemampuan pengetahuan (cognitive) jabatan fungsional
kesehatan. Tes tertulis dilakukan dengan memberikan
pertanyaan atau tugas secara tertulis dan peserta menjawab
setiap pertanyaan atau tugas. Tes tertulis dapat berbentuk tes
27
-124-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
objektif atau tes uraian. Bentuk tes objektif terdiri dari bentuk
soal benar-salah, menjodohkan, dan pilihan ganda. Bentuk
soal pilihan ganda dapat berupa pilihan ganda biasa, pilihan
ganda analisis kasus, pilihan ganda komplek, dan pilihan
ganda membaca diagram/tabel.
28
-125-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
29
-126-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
30
-127-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
3. Uji Lisan
Uji lisan merupakan metode uji lain yang digunakan selain
metode uji portofolio. Uji lisan dapat berupa wawancara
terstruktur dan dapat dilakukan bersamaan dengan uji
portofolio. Kompetensi yang diujikan dalam uji lisan
disesuaikan dengan standar kompetensi dan level kompetensi
sesuai dengan jenjang yang akan diampunya.
31
-128-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
32
-129-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
33
-130-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
34
-131-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
4. Uji Praktik
Uji praktik merupakan ujian praktik atas tindakan/ prosedur
tindakan dari butir-butir kegiatan jenjang jabatan dari masing-
masing jabatan fungsional kesehatan untuk melihat kemampuan
peserta uji dari aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap.
35
-132-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
7 EVALUASI
1. Bagaimana cara menyusun instrumen uji portofolio?
2. Bagaimana cara menyusun instrumen uji lisan?
3. Bagaimana cara menyusun instrumen uji tulis?
4. Bagaimana cara menyusun instrumen uji praktik?
8 REFERENSI
1. Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tenang Aparatur Sipil
Negera
2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil
3. Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 38 Tahun 2017 tentang
Standar Kompetensi Jabatan ASN
4. Peraturan Menteri PAN-RB nomor 13 Tahun 2019 tentang
tentang Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil
5. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 18 tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Uji Kompetensi Jabatan Fungsional
Kesehatan
36
-133-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
9 LAMPIRAN
Petunjuk Latihan
A. Latihan Indikator Hasil Belajar 1 (IHB1).
Mengidentifikasi unit kompetensi/ butir kegiatan sesuai
Permenpan masing-masing jabatan fungsional
Tujuan: setelah menyelesaikan latihan ini, peserta mampu
menidentifikasi uji kompetensi/ butir kegiatan sesuai
Permenpan masing-masing jabatan fungsional
1. Bahan Latihan
a. Butir kegiatan yang sudah diidentifikasi pada MPI 2
b. Permenpan/ standar kompetensi tiap jenis jabatan
fungsional kesehatan
c. Permenpan dan juknis masing2 Jabfungkes
d. SOP identifikasi unit kompetensi
2. Langkah-langkah:
a. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 7-8 orang. Masing-masing kelompok memilih
ketua, sekretaris dan penyaji.
b. Fasilitator membagikan alat dan bahan kepada masing-
masing kelompok
c. Fasilitator meminta kepada setiap kelompok untuk
memasang kain rekat di dinding.
d. Setiap kelompok diminta untuk mengerjakan tugas
sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi butir kegiatan/ unit kompetensi
berdasarkan kategori dan jenjang jabatan fungsional
37
-134-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
3. Waktu: 45 menit.
38
-135-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
1. Bahan Latihan
a. Hasil diskusi IHB 1
b. Permenpan dan juknis masing2 Jabfung
c. SOP penyusunan instrument (lihat modul)
2. Langkah-langkah:
a. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 7-8 orang
b. Setiap kelompok diminta untuk mengerjakan pertanyaan
di bawah ini:
1) Mengidentifikasi level kompetensi untuk masing2
katagori dan jenjang jabatan fungsional berdasarkan
hasil latihan IHB1 (katagori dan jenjang)
Catatan:
• Lihat berdasarkan rumah jabatan (pusk atau RS
atau klinik) masing2 jabfungkes
• Lihat juknis untuk definisi operasional tiap butir
kegiatan
2) Menentukan jenis instrumen yang akan digunakan,
bisa berupa:
a) Daftar simak/ ceklist evaluasi contoh pekerjaan
b) Daftar simak/ ceklist observasi bukti lembar
portofolio
c) Pertanyaan uji lisan atau tertulis atau Computer
Based
d) Benda kerja, produk, proyek dan portofolio
39
-136-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-137-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
4. TIM PENYUSUN
5.
6. Penasehat:
7. Dr Achmad Soebagjo Tancarino, MARS
8. (Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan)
9.
10. Penangggungjawab:
11. Nusli IMansyah, SKM., M.Kes
12. (Kepala Bidang Pengembangan Pelatihan SDM Kesehatan)
13.
14. Ketua:
15. Dewi Sukorini, SKM., M.Pd
16. (Kepala Sub Bidang Pengembangan Pelatihan Fungsional SDM
Kesehatan)
17.
18. Sekretaris:
19. Purwanto, SKM., DAP & E, M.Kes
20.
21. Tim Penyusun dan Kontributor:
22. Agustina, SKM., M.Kes
23. Bob Yudibowo Yuswardi BE.SST
24. Deri Pinasti, SKM., MKM
25. dr. Jefri Thomas Alpha Edison Silalahi, MKM
26. Iwan Heryawan, S.ST
27. Nina Apriliani Sari, S.Tr.Keb
28. Rusmiati, S.Kom., MM
29. Rahayu Astuti, SKM., MKM
30. Werdiningsih, SKM., MARS
31. Dr. drg Siti Nur Anisah, MPH
32. Yanuardo G.D. Sinaga, ST., MPd
33. Imam Wahyudi, ST., M.Kes
34. Afriani Tinurbaya, S.Kep
41
-138-
MATA PELATIHAN INTI 4.
PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI
JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-139-
DAFTAR ISI
Halaman
I. Deskripsi Singkat ………………………………...…... 1
II. Tujuan Pembeajaran …………………………..…….. 2
A. Hasil Belajar ………………………………..……….. 2
B. Indikator Hasil Belajar ……………………..………. 2
III. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ………...……. 3
IV. Bahan Belajar …………………………………...…….. 4
V. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran………... 7
VI. Uraian Materi ………………………………………….. 11
Materi Pokok 1. Etika Uji Kompetensi ………… 9
Materi Pokok 2. Komunikasi Efektif dalam
Pemecahan Masalah Uji 13
Kompetensi…………… 17
Materi Pokok 3. Tahapan Pra assessment 21
Materi Pokok 4. Uji kompetensi Portofolio 28
Materi Pokok 5. Uji kompetensi Tulis 30
Materi Pokok 6. Uji kompetensi Lisan 37
Materi Pokok 7. Uji kompetensi Praktik; 38
Materi Pokok 8. Aplikasi e-ukom;
Materi Pokok 9. Laporan Pelaksanaan Hasil Uji 56
kompetensi………………………...... 60
VII. Evaluasi ………………………………….…………….. 61
VIII. Rangkuman …………………………………………..... 63
IX. Referensi ……………………………………………..... 64
X. Lampiran …………………….……………………….…
-140-
1 DESKRIPSI SINGKAT
Dalam pelaksanaan uji kompetensi perlu dipahami etika
penguji dan peserta uji dalam uji kompetensi. Etika
ujikompetensi mengatur tentang persiapan dan
pelaksanaannya.
-141-
2 TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu
melakukan Pelaksanaan Uji Kompetensi sesuai standar.
-142-
3 MATERI POKOK dan
SUB MATERI POKOK
Materi pokok dan sub materi pokok pada mata pelatihan ini
adalah:
A. Etika Uji Kompetensi
B. Komunikasi efektif dalam Pemecahan Masalah Uji
Kompetensi
1. Komunikasi Efektif
2. Pemecahan Masalah
C. Tahapan Pre-assessment (konsultasi pra uji)
1. Assessment Mandiri
2. Konsultasi Pra Uji
D. Uji kompetensi Portofolio
1. Verifikasi dan validasi bukti
2. Penilaian kesesuaian terhadap butir kegatan/ unit
kompetensi
3. Pendokumentasian hasil penilaian portofolio
E. Uji kompetensi Tulis
1. Tatalaksana uji tulis
2. Penilaian hasil uji tulis
3. Pendokumentasian hasil uji tulis
F. Uji kompetensi Lisan
1. Tatalaksana uji lisan
2. Teknik wawancara uji lisan
-143-
3. Penilaian hasil uji lisan
4. Pendokumentasian hasil uji lisan
G. Uji kompetensi Praktik
1. Tatalaksana uji praktik
2. Teknik observasi uji praktik
3. Penilaian hasil uji praktik
4. Pendokumentasian hasil uji praktik
H. Aplikasi e-ukom
1. Pencatatan Pelaksanaan Hasil Uji kompetensi
2. Penentuan Hasil Uji kompetensi
3. Pelaporan Pelaksanaan Hasil Uji kompetensi
I. Laporan Pelaksanaan Hasil Uji kompetensi
4 BAHAN BELAJAR
A. Modul pelatihan bagi penguji kompetensi jabatan
fungsional kesehatan
B. Standar Prosedur Operasioanal
C. Peraturan Menteri Kesehatan No 18 Tahun 2017
D. Buku Panduan Aplikasi e-ukom
E. www.sibangjangkri.kemkes.go.id
-144-
5 LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Sesi 1: Pengkondisian Peserta
Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
1. Fasilitator menyapa peserta dan memperkenalkan diri
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan
menggunakan bahan tayang
3. Melakukan apersepsi tentang materi yang akan dibahas
dengan metoda curah pendapat atau meminta beberapa
peserta/relawan untuk menjawabnya
-145-
mengajak peserta untuk berpartisipasi serta berinteraksi
dalam proses pembelajaran.
-146-
kompetensi tulis serta berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran.
-147-
tanya jawab dan mengajak peserta untuk mensimulasikan
aplikasi e-ukom serta berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran.
10
-148-
6 URAIAN MATERI
Materi Pokok 1: Etika Uji Kompetensi
Pengertian Etika
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno bentuk tunggal kata
‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta
etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu: tempat tinggal yang
biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak, watak,
perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat
kebiasaan. Menurut Brooks (2007), etika adalah cabang dari
filsafat yang menyelidiki penilaian normatif tentang apakah perilaku
ini benar atau apa yang seharusnya dilakukan. Kebutuhan akan
etika muncul dari keinginan untuk menghindari permasalahan –
permasalahan di dunia nyata. Kata ‘etika’ dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti:
a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
hak dan kewajiban moral (akhlak);
b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan
atau masyarakat.
-149-
b. Tanggung jawab
c. Disiplin
d. Bersemangat
e. Kerjasama, dan
f. Pelayanan Prima
12
-150-
h. Tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak
benar.
13
-151-
Etika terhadap diri sendiri meliputi:
a. Jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasiyang tidak
benar;
b. Bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan;
c. Menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok, maupun
golongan;
d. Berinisiatif untuk meningkatkan kualitas pengetahuan,
kemampuan, keterampilan, dan sikap;
e. Memiliki daya juang yang tinggi;
f. Memelihara kesehatan jasmani dan rohani;
g. Menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga;
h. Berpenampilan sederhana, rapih, dan sopan.
14
-152-
Berhimpun dalam satu wadah Korps Pegawai Republik Indonesia
yang menjamin terwujudnya solidaritas dan soliditas semua
Pegawai Negeri Sipil dalam memperjuangkan hak-haknya
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar,
salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Uji Kompetensi Jabatan
Fungsional Kesehatan adalah suatu proses untuk mengukur
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja pejabat fungsional
kesehatan yang dilakukan oleh timpengujidalam rangka memenuhi
syarat kenaikan jenjang jabatansetingkatlebihtinggi. Etika uji
kompetensi adalah mencakup analisis dan penerapan konsep
seperti benar,salah, baik, buruk, dan tanggung jawab dalam proses
untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
pejabat fungsional kesehatan yang dilakukan oleh tim penguji
dalam rangka memenuhi syarat kenaikan jenjang jabatan setingkat
lebih tinggi.
15
-153-
Materi Pokok 2: Komunikasi Efektif dalam Pemecahan Masalah
Uji Kompetensi
1. Komunikasi efektif
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan,
ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada
umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang
dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada
bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-
gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini
disebut komunikasi nonverbal. Komunikasi efektif yaitu
komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap
(attitude change) pada orang lain yang bisa terlihat dalam
proses komunikasi.
-154-
b. Buat komunikasi dua arah
c. Beri pelatihan dalam hal komunikasi
Arus komunikasi :
a. Downward Comunications adalah komunikasi yang
berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran
manajemen mengirimkan pesan bawahannya. Seperti :
pemberian intruksi, penjelasan pimpinan tentang suatu
tugas perlu untuk dilaksanakan, pemberian motivasi kepada
karyawan untuk bekerja lebih baik
b. Upward Comunications adalah komunikasi yang terjadi
ketika bawahan mengirim pesan kepada atasan. Seperti
penyampaian informasi tentang tugas yang telah di
laksanakan, penyampaian informasi tentang persoalan-
persoalan yang tidak dapat di selesaikan, penyampaian
saran atau keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri
maupun pekerjaannya.
c. Horizontal Comunications adalah tindak komunikasi ini
berlangsung di antara para karyawan atau bagian yang
memiliki kedudukan yang setara. Seperti : memperbaiki
17
-155-
koordinasi tugas, upaya pemecahan masalah, saling berbagi
informasi, upaya pemecahan konflik, membina hubungan
melalui kegiatan bersama.
2. Pemecahan masalah
Pemecahan masalah adalah suatu ketrampilan yang meliputi
kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi dan
mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan
alternatif sehingga dapat mengambil suatu tindakan keputusan
untuk mencapai sasaran.
Cara menghadapi peserta yang belum lulus uji kompetensi:
a. Menjelaskan bukti-bukti yang belum terpenuhi
b. Mendorong peserta melengkapi bukti-bukti yang di butuhkan
c. Menghadapi konflik dengan tenang tetapi tetap berpegang
pada fakta
18
-156-
d. Menghindari argumen dan isu yang tidak relevan
e. Selalu mengikuti prosedur
f. Mencoba memahami kondisi peserta
19
-157-
3. Pra Assessment (Konsultasi Pra Uji)
adalah memberitahukan kepada calon peserta ujinya, tentang
standar kompetensi, bahkan juga memberitahu rincian
pekerjaan yang akan di assess, agar si peserta uji memahami
benar assessment apa yang akan diikutinya. Sehingga pada
waktu mendaftarkan diri untuk di assess, si peserta uji sudah
dapat memastikan diri, apakah yang bersangkutan dapat
mengikuti assessment tersebut atau tidak. Pra assessment
menjadi filter, karena assessment tidak akan dilanjutkan kepada
mereka yang tidak menguasai bidangnya atau tingkat
kompetensinya, termasuk juga kesiapan mentalnya
Tahapan Pra Assessment (Konsultasi Pra Uji) sebagai penguji:
a. Sikap penguji saat bertemu dengan peserta uji:
1) Mengucapkan salam
2) Jabat tangan kepada peserta uji dan lakukan kontak
mata
3) Mempersilahkan duduk
4) Memperkenalkan diri
5) Menanyakan identitas peserta uji
b. Melakukan Verifikasi berkas Administrasi
1) SK jenjang jabfung terakhir
2) Surat ijin dari pimpinan untuk ikut uji kompetensi
3) SKP satu tahun terakhir bernilai baik
4) Surat Bukti Pendaftaran online uji kompetensi jabfung
5) Menentukan metode uji:
20
-158-
a) Tim penguji harus memperhatikan peraturan
perundang-undangan, kondisi, keadaan sumber daya
yang tersedia di instansi pengguna.
b) Penetapan metode uji dilakukan setelah tim penguji
berkoordinasi dengan pimpinan instansi pengguna
jabatan fungsional yang akan diuji
c. Tim Penguji menginformasikan kepada peserta uji tentang
1) Metode uji yang akan digunakan
2) Rencana penilaian, metode penilaian
3) Waktu dan tempat
d. Tata tertib
e. Peserta Uji mengisi surat pernyataan
f. Penguji memberikan nomor ujian
21
-159-
Tahap pra assesment peserta uji:
a. Mempersiapkan berkas administrasi yang diperlukan.
b. Mengajukan permohonanuji kompetensi ke pimpinan
instansi pengguna dengan diketahui atasan langsung.
c. Melakukan registrasi onlineuji kompetensi jabatan fungsional.
d. Seluruh pejabat fungsional yang akan mengikuti uji
kompetensi wajib melakukan pemutakhiran data jabatan
fungsional secara onlinemelalui laman resmi Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan (Badan PPSDMK). Setelah melakukan
pemutakhiran data jabatan fungsional, semua calon peserta
uji kompetensi harus mendaftar uji kompetensi secara
online.
e. Mencetak bukti registrasi online.
f. Mempersiapkan berkas portofolio dan data dukung yang
diperlukan.
g. Melakukan konsultasi dengan tim penguji sebelum
melakukan uji kompetensi (setelah ditetapkan menjadi calon
peserta uji)
h. Melaksanakan uji sesuai dengan tempat, waktu, metode
yang telah ditetapkan.
-160-
d. Bila uji ulang pertama tidak lulus, boleh mengikuti uji ulang
yang kedua sesuai dengan jadwal yang tersedia
penyelenggara.
e. Bila uji ulang yang kedua tidak lulus maka pimpinan
instansi pengguna memberikan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan kepada pejabat
fungsional tersebut.
-161-
d. Terkini
Terkini menunjukkan kepada waktu terakhir dibuatnya/
disediakannya alat bukti tersebut.
24
-162-
3) Level kompetensi mengacu pada kompetensi jenjang
jabatan terampil.
c. Materi uji kompetensi dalam rangka pengangkatan dalam
jabatan fungsional kesehatan kategori keahlian melalui
perpindahan dari jabatan lain
1) Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan
sosiokultural;
2) Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang yang
akan diduduki; dan
3) Level kompetensi mengacu pada kompetensi jenjang
yang akan diampu.
d. Materi uji kompetensi dalam rangka pengangkatan dalam
jabatan fungsional kategori keterampilan melalui
perpindahan dari jabatan lain
1) Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan
sosiokultural;
2) Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang yang
akan diduduki; dan
3) Level kompetensi mengacu pada kompetensi jenjang
jabatan yang akan diduduki.
e. Materi uji kompetensi dalam rangka pengangkatan dalam
jabatan fungsional kesehatan kategori keahlian dan jabatan
fungsional kesehatan keterampilan melalui promosi
1) Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan
sosiokultural;
2) Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang yang
akan diduduki; dan
25
-163-
3) Level kompetensi mengacu pada kompetensi jenjang
jabatan yang akan diduduki.
f. Materi uji kompetensi dalam rangka kenaikan jenjang
jabatan setingkat lebih tinggi dalam kategori keahlian
1) Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan
sosiokultural;
2) Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang yang
akan didudukidan kompetensi jenjang yang sedang
diduduki, meliputi 75 – 80% kompetensi jenjang yang
saat ini didudukidan 25-20% kompetensi jenjang yang
akan diduduki; dan
3) Level kompetensi mengacu pada kompetensi jenjang
jabatan yang akan didudukidan kompetensi jenjang
yang sedang diduduki.
g. Materi uji kompetensi dalam rangka kenaikan jenjang
jabatan setingkat lebih tinggi dalam kategori keterampilan
1) Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan
sosiokultural;
2) Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang yang
akan didudukidan kompetensi jenjang yang sedang
diduduki; dan
3) Level kompetensi jenjang jabatan mengacu pada
kompetensi jenjang jabatan yang akan didudukidan
kompetensi jenjang yang sedang diduduki.
h. Materi uji kompetensi dalam rangka alih kategori dari
kategori keterampilan ke dalam kategori keahlian
26
-164-
1) Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan
sosiokultural;
2) Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang yang akan
didudukidan kompetensi jenjang yang sedang diduduki;
dan
3) Level kompetensi jenjang jabatan mengacu pada
kompetensi jenjang jabatan yang akan didudukidan
kompetensi jenjang yang sedang diduduki.
i. Materi uji kompetensi penyesuaian ke dalam jabatan
fungsional kesehatan
1) Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan
sosiokultural;
2) Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang jabatan
yang akan diduduki; dan
3) Level kompetensi jenjang jabatan mengacu pada
kompetensi jenjang jabatan yang akan diduduki.
Metode uji:
Metode uji kompetensi dapat berupa portofolio, uji tulis, uji lisan
dan uji praktik. Uji portofolio dan uji lisan merupakan metode
wajib dalam pelaksanaan uji kompetensi jabatan fungsional
kesehatan. Metode uji tulis, dan uji praktik merupakan metode uji
pilihan.
a. Portofolio
Portofolio merupakan laporan lengkap segala aktifitas
seseorang yang masing masing. Penilaian portofolio
merupakan suatu metode penilaian yang berkesinambungan
27
-165-
dengan mengumpulkan informasi atau data secara sistematik
atas dilakukannya yang menunjukan kecakapan pejabat
fungsional kesehatan dalam bidangnya hasil pekerjaan
seseorang. Portofolio digunakan sebagai salah satu cara
penilaian yang mampu mengungkap pencapaian kompetensi
dan standar kompetensi setiap pejabat fungsional kesehatan.
Pentingnya portofolio memungkinkan pejabat fungsional untuk
merefleksi pelayanan yang diberikan, dapat menunjukan
kemampuan, memberi gambaran atas apa yang dilakukan
pejabat fungsional kesehatan dan sebagai bukti otentik.
b. Penilaian portofolio
Penilaian portofolio dalam konteks sebagai salah satu metode
uji kompetensi jabatan fungsional kesehatan untuk
memperoleh sertifikat lulus uji kompetensi sebagai syarat
dalam kenaikan jenjang/level. Penilaian portofolio jabatan
fungsional kesehatan dapat dilihat dari beberapa komponen,
yaitu:
a) Komponen Utama adalah Bukti Pelayanan/asuhan
Bukti Pelayanan/asuhan
Penilaian komponen pelayanan/asuhan ini mengacu dari
butir kegiatan jabatan fungsional dengan kriteria:
(1) 75% - 80% komponen pelayanan/asuhan berasal dari
kompetensi pada jenjang yang sedang dipangkunya;
dan
(2) 20% - 25% komponen pelayanan/asuhan berasal dari
kompetensi yang akan dipangkunya.
b) Komponen tambahan
28
-166-
Komponen tambahan menjadi suatu pilihan penilaian dan
bukan menjadi persyaratan wajib bukti portofolio.
Komponen tambahan dapat berupa sertifikat Pelatihan.
Sertifikat pelatihan:
Adalah kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) yang
pernah diikuti oleh pejabat fungsional dalam rangka
pengembangan dan/atau peningkatan kompetensi selama
melaksanakan tugas pelayanan kesehatan di seluruh
instansi atau fasilitas pelayanan kesehatan. Bukti fisik
komponen pedidikan dan pelatihan ini berupa sertifikat
atau piagam asli yang dikeluarkan oleh lembaga
penyelenggara pelatihan. Pendidikan dan pelatihan harus
dilengkapi dengan laporan singkat hasil diklat yang meliputi
tujuan diklat, materi diklat dan manfaat diklat untuk
perbaikan pelayanan kesehatan. Sertifikat/piagam
pendidikan dan pelatihan dapat dinilai apabila:
(1) Materi diklat memiliki relevansi dengan jabatan
fungsional yang dipangkunya, Dapat dikategorikan
menjadi relevan (R) dan tidak relevan (TR). Relevan
(R) apabila materi diklat secara langsung dapat
menunjang peningkatan kompetensi teknis di jenjang
yang akan dipangkunya. Tidak Relevan (TR) apabila
materi diklat tidak menunjang peningkatan
kinerja/kompetensi jabatan fungsional kesehatan
tertentu dan diklat tidak relevan tidak akan dinilai.
29
-167-
(2) Durasi diklat sekurang kurangnya 20 JPL. Jumlah
sertifikat/piagam diklat yang dapat dinilai sebanyak 3
(tiga) sertifikat /piagam per tahun
(a) Karya Pengembangan Profesi
(b) Penghargaan yang relevan di bidang kesehatan.
1
2
Dst
30
-168-
Uji Kompetensi tertulis digunakan untuk Untuk mengukur
kemampuan pengetahuan (cognitive) jabatan fungsional
kesehatan. Tes tertulis dilakukan dengan memberikan
pertanyaan atau tugas secara tertulis dan peserta menjawab
setiap pertanyaan atau tugas. Tes tertulis dapat berbentuk tes
objektif atau tes uraian. Bentuk tes objektif terdiri dari bentuk
soal benar-salah, menjodohkan, dan pilihan ganda. Bentuk soal
pilihan ganda dapat berupa pilihan ganda biasa, pilihan ganda
analisis kasus, pilihan ganda komplek, dan pilihan ganda
membaca diagram/ tabel.
31
-169-
b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan
pernyataan yang diperlukan saja;
c. Pokok soal hendaknya jangan memberikan petunjuk ke arah
jawaban yang benar;
d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat
negatif ganda;
e. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama;
f. Pilihan jawaban jangan mengandung “semua pilihan
jawaban di atas salah” atau “semua pilihan jawaban di atas
benar”;
g. Pilihan jawaban berbentuk angka harus disusun berdasarkan
urutan besar- kecilnya nilai angka tersebut;
h. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang
terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi;
i. Butir materi soal jangan bergantung pada jawaban soal
sebelumnya.
32
-170-
Materi Pokok 6: Uji Kompetensi Lisan
1. Tatalaksana uji lisan
Uji lisan merupakan metode uji yang wajib digunakan selain
metode uji portofolio. Uji lisan dapat berupa wawancara
terstruktur dan dapat dilakukan bersamaan dengan uji
portofolio. Kompetensi yang diujikan dalam uji lisan
disesuaikan dengan standar kompetensi dan level kompetensi
sesuai dengan jenjang yang akan diampunya.
33
-171-
perangkat pertanyaan yang sama dalam urutan yang sama.
Jawaban pertanyaan tidak membuka kebebasan dan
sudahterikat pada pertanyaan yang telah disusun lebih dahulu
Kelemahan:
a. Membutuhkan waktu yang lama
b. Bisa menimbulkan bias pewawancara
c. Keberhasilan wawancara sangat tergantung kepandaian
pewawancara
d. Pewawancara tidak berada di tempat kejadian, ketepatan
informasi diragukan bahkan tidak akurat
Kelebihan:
a. Dapat mengetahui seberapa besar materi yang dikuasai
oleh peserta uji
b. untuk menggali pemikiran konstruksi seorang peserta uji
c. untuk mengungkapkan proyeksi pemikiran peserta uji
-172-
e. Disarankan untuk latihan diskusi bersama anggota tim
35
-173-
e. Pertanyaan tidak mendua
Contoh: Bagaimana cara anda memberikan bantuan hidup
dasar dan kegawatdaruratan kepada pasien?
Hal yang ditanyakan 2 hal: bantuan hidup dasar dan
kegawatdaruratan
f. Pertanyaan tidak menggiring
Tim penguji dapat melakukan penyusunan/perancangan
soal sebagai bahan persiapan uji kompetensi, berupan
pedoman, instrument, acuan dsb
g. Fokus pada pembicaraan yang sedang berlangsung
Pastikan tim penguji fokus sepanjang wawancara
berlangsung. Berikanlah himbauan kepada peserta dan
anggota penguji lainnya untuk mengaktifkan mode silent
pada perangkat hpnya
h. Tunjukkan apresiasi pada akhir wawancara
Penguji memberikan ucapan terima kasih dan berjabat
tangan
i. Cermati hasil yang didapatkan
Tim penguji dapat memastikan kembali instrument uji lisan
yang sudah disusun selesai dijawab semua oleh peserta
atau tidak. Karena ada kemungkinan bahwa tim penguji
belum membahas unit kompetensi yang sudah ditentukan
atau jawaban peserta belum tercatat. Melalui siakp ini, akan
memudahkan menguji dalam menilai atau mendata
kemampuan peserta melalui instrument uji lisan
36
-174-
j. Pertanyaan tidak mendua
Contoh: Bagaimana cara anda memberikan bantuan hidup
dasar dan kegawatdaruratan kepada pasien?
Hal yang ditanyakan 2 hal: bantuan hidup dasar dan
kegawatdaruratan
k. Pertanyaan tidak menggiring
Tim penguji dapat melakukan penyusunan/perancangan
soal sebagai bahan persiapan uji kompetensi, berupan
pedoman, instrument, acuan dsb
l. Fokus pada pembicaraan yang sedang berlangsung
Pastikan tim penguji fokus sepanjang wawancara
berlangsung. Berikanlah himbauan kepada peserta dan
anggota penguji lainnya untuk mengaktifkan mode silent
pada perangkat hpnya
m. Tunjukkan apresiasi pada akhir wawancara
Penguji memberikan ucapan terima kasih dan berjabat
tangan
n. Cermati hasil yang didapatkan
Tim penguji dapat memastikan kembali instrument uji lisan
yang sudah disusun selesai dijawab semua oleh peserta
atau tidak. Karena ada kemungkinan bahwa tim penguji
belum membahas unit kompetensi yang sudah ditentukan
atau jawaban peserta belum tercatat. Melalui siakp ini, akan
memudahkan menguji dalam menilai atau mendata
kemampuan peserta melalui instrument uji lisan
37
-175-
o. Pertanyaan tidak mendua
Contoh: Bagaimana cara anda memberikan bantuan hidup
dasar dan kegawatdaruratan kepada pasien?
Hal yang ditanyakan 2 hal: bantuan hidup dasar dan
kegawatdaruratan
p. Pertanyaan tidak menggiring
Tim penguji dapat melakukan penyusunan/perancangan
soal sebagai bahan persiapan uji kompetensi, berupan
pedoman, instrument, acuan dsb
q. Fokus pada pembicaraan yang sedang berlangsung
Pastikan tim penguji fokus sepanjang wawancara
berlangsung. Berikanlah himbauan kepada peserta dan
anggota penguji lainnya untuk mengaktifkan mode silent
pada perangkat hpnya
r. Tunjukkan apresiasi pada akhir wawancara
Penguji memberikan ucapan terima kasih dan berjabat
tangan
s. Cermati hasil yang didapatkan
Tim penguji dapat memastikan kembali instrument uji lisan
yang sudah disusun selesai dijawab semua oleh peserta
atau tidak. Karena ada kemungkinan bahwa tim penguji
belum membahas unit kompetensi yang sudah ditentukan
atau jawaban peserta belum tercatat. Melalui siakp ini, akan
memudahkan menguji dalam menilai atau mendata
kemampuan peserta melalui instrument uji lisan
38
-176-
t. Pertanyaan tidak mendua
Contoh: Bagaimana cara anda memberikan bantuan hidup
dasar dan kegawatdaruratan kepada pasien?
Hal yang ditanyakan 2 hal: bantuan hidup dasar dan
kegawatdaruratan
Jenis Pertanyaan
a. Pertanyaan yang tertutup.
b. Pertanyaan tertutup adalah bentuk pertanyaan yang
terstruktur yang ditujukan untuk memperoleh umpan balik
terbatas.
c. Pertanyaan terbuka.
d. Pertanyaan terbuka dirancang untuk menggali informasi
dan opini yang lebih kompleks
e. Pertanyaan yang menggali (Probbing)
Bentuk pertanyaan yang dirancang untuk memotivasi
kandidat agar berpikir lebih dalam bentuk pertanyaan
39
-177-
seperti ini berguna pada saat kandidat belum memberikan
informasi yang cukup sebagai jawaban pertanyaan.
f. Pertanyaan analisa (Analytical)
Bentuk pertanyaan yang dirancang untuk meninjau tingkat
analisa kandidat dalam menyelesaikan suatu masalah
40
-178-
Materi Inti 7: Uji Kompetensi Praktik
1. Tatalaksana uji praktik
Uji praktik merupakan ujian praktik atas tindakan/ prosedur
tindakan dari butir-butir kegiatan jenjang jabatan dari masing-
masing jabatan fungsional kesehatan untuk melihat kemampuan
peserta uji dari aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap.
41
-179-
Materi Pokok 8: Aplikasi e-ukom
I. Halaman utama e-ukom
1.1 Cara Membuka Situs
Cara untuk memulai akses terhadap sistem informasi uji
kompetensi jabatan fungsional (e-ukom) sebagai berikut:
1. Buka web browser (Google Chrome atau Mozilla Firefox
atau lainnya) dengan alamat url :
http://jabfung.bppsdmk.kemkes.go.id/eukom bisa melalui
c. Login:
42
-180-
d. Sign up: menu halaman pendaftaran akun user
peserta
1.2 Cara Login Akun User Peserta
Keterangan:
43
-181-
Langkah mengembalikan akun user:
-182-
1.4 Alur Tugas Akun Peserta
45
-183-
II. Akun User Peserta
46
-184-
2.2 Cara Mendaftar Online
Keterangan:
1. Cara untuk mendaftar online, peserta dapat menekan
Menu Sign Up pada home peserta.
2. Isi semua data dengan benar
a. Nip: NIP Pegawai Terdaftar (18 karakter dan tanpa
spasi)
b. Instansi: Nam aInstansi
c. Unit: Unit atau Fasilitas Kesehatan
d. Provinsi: Nama Provinsi
e. Kabupaten/ Kota: Nama Kabupaten/ Kota
47
-185-
f. Username: Nama Lengkap
g. Email: Alamat Email
h. Password: Password minimal 6 digit
i. Password Repeat: Ulangi Password yang
dimasukkan
j. Captcha: masukkan Kode Keamanan (pada gambar
captcha)
k. Tekan tombol Signup untuk mendaftar
-186-
49
-187-
2.5 Cara Daftar Uji Kompetensi
Keterangan:
-188-
2.6 Cara Meng-entry Data Peserta
Keterangan:
1. Cara untuk meng-input data peserta, peserta dapat
menekan link (Input Data Peserta) pada home peserta.
2. Kemudian sistem akan mengarahkan ke halaman Input
Data Peserta. Isikan data dengan benar.
a. Nip: NIP Peserta (18 karakter dan tanpa spasi)
b. Nama Lengkap: Nama Lengkap Peserta
c. Instansi Kerja: Instansi Kerja Peserta
d. Nama ProvinsI: Nama Provinsi Peserta
e. Nama Kabupaten/Kota: Nama Kabupaten/ Kota
Peserta
f. Instansi Uni: Instansi Unit Peserta
51
-189-
g. Unit Fasilitas Layanan Kesehatan: Unit Fasilitas
Kesehatan Peserta
h. Unit Kerja: Unit Kerja Peserta
i. Kategori Uji Kompetensi: Kategori Uji Kompetensi
Peserta
j. Jenis Jabatan Fungsional: Jenis Jabatan
Fungsional Peserta
k. Jenjang Jabatan Fungsional: Jenjang Jabatan
Fungsional Peserta
l. Nomor Ijasah Terakhir: Nomor Ijasah Terakhir
Peserta
m. Tahun Ijasah Terakhir: Tahun Ijasah Terakhir
Peserta
n. No. Telp HP/ Rumah/ Fax: No. Telp HP/ Rumah/
Fax Peserta
o. No SK Jabatan Fungsional: Nomor SK Jabatan
Fungsional Peserta
p. Tanggal SK Jabatan Fungsional: Tanggal SK
Jabatan Fungsionl Peserta
3. Tekan tombol (Setuju) apabila yakin untuk menyimpan
data peserta atau tekan tombol (Tidak Setuju) apabila
tidak yakin untuk menyimpan data peserta.
52
-190-
2.7 Cara Mengupload File
Keterangan:
1. Cara untuk mengupload file data, peserta dapat
menekan link (Upload File Data) pada home peserta.
2. Kemudian sistem akan mengarahkan ke halaman
Upload Files. Beberapa jenis file yang harus di upload
antara lain:
a. SKP 1 tahun terakhir
b. Surat rekomendasi dari atasan untuk mengikut iuji
c. SK jafung jenjang terakhir
-191-
4. File yang sudah terupload dapat dilihat di kolom Data
File Upload, peserta juga dapat menghapus data apabila
terdapat kekeliruan dalam mengupload file.
Keterangan:
1. Admin Wilayah sudah melakukan verifikasi kepada
Peserta tersebut
2. Cara untuk mencetak kartu registrasi online, peserta
dapat menekan Menu Data Registrasi pada home
peserta.
3. Pilih kartu registrasi online yang akan dicetak
berdasarkan periode uji kompetensi. Kartu registrasi
online harus dibawa oleh peserta selama mengikuti uji
kompetensi. Berikut ini tampilan dari kartu uji registrasi
onl
ine
:
54
-192-
2.9 Cara Keluar Dari Sistem
55
-193-
Materi Pokok 9: Laporan Pelaksanaan Hasil Uji kompetensi.
1. Pencatatan pelaksanaan hasil uji kompetensi
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I: Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
Bab II: Uji Kompetensi
A. Persiapan
1) Panitia
2) Waktu
3) Tempat Uji
4) Tim Penguji
5) Peralatan atau Fasilitas yang dibutuhkan untuk uji kompetensi
B. Pelaksanaan
1) Registrasi (online)
2) Manual (offline)
3) Online
C. Hasil
1) Peserta uji (kategori, jenjang, dan jenis jabatan)
2) Tempat Uji
3) Tim Penguji
4) Metode Uji
5) Waktu
6) Tempat
7) Rekapitulasi kelulusan
D. Kendala
BAB III: Simpulan dan Rekomendasi
A. Simpulan
B. Rekomendasi
LAMPIRAN
1. Rekap data Peserta
2. Daftar hadir peserta dan panitia
3. Berita acara pelaksanaan
4. Dokumentasi (foto lokasi uji, foto penguji, sarana prasarana, peserta uji,
pelaksanaan uji sesuai metode uji, besar file maksimal ukuran
56
-194-
Penyelenggara uji kompetensi juga membuat berita acara
pelaksanaan (BAP) uji kompetensi seperti contoh sebagaimana
tercantum dalam Formulir 1 Peraturan ini. BAP tersebut menjadi
dasar dalam memberikan nomor sertifikat. Laporan disampaikan
setelah semua pelaksanaan uji kompetensi selesai. Paling
lambat dua minggu setelah selesai uji kompetensi pimpinan.
instansi penyelenggara uji membuat BAP dan di sampaikan
secara berjenjang kepada Pusat Peningkatan Mutu SDMK dan
unit pembina jabatan fungsional kesehatan. Alur pelaporan BAP
adalah sebagaimana terdapat dalam Gambar
57
-195-
2. Penentuan hasil uji kompetensi
Penentuan hasil uji kompetensi setelah di lakukan
pengumpulan bukti-bukti dari semua metode uji yang telah
disepakati di pre assessment/ pra uji kompetensi. Tim
penguji memutuskan hasil uji kompetensi yang
direkomendasikan kepada penyelenggara untuk
ditidaklanjuti sampai terbit sertifikat uji komptensi.
Formulir 1
Contoh tabel
No Nama Asal Instansi Jenis Jabatan Kategori Jenjang Metode Uji Hasil
Peserta Fungsional (Ketrampilan/ Kelulusan
Keahlian)
1 Purwanto RSUD Bakti Perekam Keahlian Muda Portofolio, Lulus
Medis Uji Tulis
dan Uji
Lisan
2 Yayuk Puskesmas Perawat Gigi keterampilan Pelaksana Portofolio Tidak
Karya dan Uji Lulus
Tulis
dst
58
-196-
Kendala yang di hadapi
........................................................................................................
........................................................................................................
Tempat,tanggal-bulan-tahun
Pimpinan Instalasi Penyelenggara Ketua Tim Penguji
Uji Kompetensi
Nama Nama
NIP NIP
59
-197-
7 EVALUASI
1. Sebutkan nilai-nilai etika uji kompetensi jabatan fungsional
kesehatan?
2. Apa Pengertian komunikasi efektif?
3. Sebutkan cara-cara pemecahan masalah saat menghadapi
peserta yang belum lulus uji kompetensi?
4. Jelaskan tahap-tahap pra assesment:
a. Assesment mandiri
b. Pra Assessment (konsultasi pra uji)
5. Jelaskan komponen utama dan penunjang dalam uji kompetensi
portofolio!
6. Jelaskan aturan pengumpulan bukti portofolio!
7. Jelaskan tujuan uji kompetensi tulis!
8. Jelaskan sikap penguji saat melakukan uji lisan!
9. Jelaskan aspek–aspek penilaian uji kompetensi praktik !
10. Jelaskan tahap-tahap aplikasi E-Ukom !
11. Jelaskan tahap–tahap laporan pelaksanaan hasil uji kompetensi!
60
-198-
8 RANGKUMAN
Pelaksanaan uji kompetensi jabatan fungsional kesehatan melalui
tahap: Pra assesment dan pelaksanaan uji. Dalam pelaksanaan
metode uji yang wajib dengan portofolio selanjutnya untuk metode
tulis, lisan dan praktik sebagai metode pilihan. Pelaksanaan uji
kompetensi melalui E-Ukom dengan website:
http://jabfung.bppsdmk.kemkes.go.id/eukom bisa melalui desktop
ataumobile.
61
-199-
dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif sehingga dapat
mengambil suatu tindakan keputusan untuk mencapai sasaran.
62
-200-
9 REFERENSI
1. Https: /bawas.mahkamahagung.go.id/bawas_doc/doc/kode_etik_PNS
2. Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi Jakarta : Raja Grafindo
Persada 2007
3. Widjaya,H.A.W. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Jakarta. PT.
Bumi Aksara, 2008
4. Peraturan Menteri Kesehatan No 18 Tahun 2017
5. http://jabfung.bppsdmk.kemkes.go.id/eukom
63
-201-
10 LAMPIRAN
2. Langkah-langkah:
a. Peserta dibagi menjadi 6 kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 5 orang sesuai dengan rumpun jabfung kesehatan
b. Setiap kelompok menyusun skenario pelaksanaan uji
kompetensi, waktu diskusi: 15 menit
c. Setiap kelompok menentukan peran masing-masing
anggotanya, yang terdiri 3 orang sebagai penguji, 1 orang
sebagai peserta uji dan 1 orang sebagai narrator.
Contoh design roleplay:
Waktu
Kegiatan Yang harus dilakukan setiap kelompok
(menit)
1. Pra Tahapan Pra assessment 10
assessment a. Assessment mandiri
b. Konsultasi pra uji
2. pelaksanaan Pelaksanaan Uji kompetensi Portofolio 8
Uji a. Verifikasi dan validasi bukti
kompetensi b. Penilaian kesesuaian (Memadahi,
Portofolio Valid, Asli, Terkini) antara bukti
pekerjaan/kegiatan terhadap butir
kegiatan/ unit kompetensi yang
dipersyaratkan
c. Pendokumentasian hasil penilaian
portofolio
3. pelaksanaan Pelaksanaan Uji kompetensi tulis 1
Uji a. Tatalaksana uji tulis
kompetensi b. Penilaian hasil uji tulis
64
-202-
tulis c. Pendokumentasian hasil uji tulis
(pre memori)
d. S
4.
e pelaksanaan Pelaksanaan Uji kompetensi Lisan 5
Uji a. Tatalaksana uji lisan
t kompetensi b. Teknik wawancara uji lisan
i Lisan c. Penilaian hasil uji lisan
a d. Pendokumentasian hasil uji lisan
5. pelaksanaan Pelaksanaan Uji kompetensi Praktik 1
p Uji a. Tatalaksana uji praktik
kompetensi b. Teknik observasi Uji praktik
Praktik c. Penilaian hasil uji praktik
k (pre memori) d. Pendokumentasian hasil uji praktik
e
l Total waktu 25
o
mpok melakukan roleplay dengan waktu @15 menit.
e. Fasilitator dan kelompok lain mengamati pelaksanaan
roleplay serta memberikan masukan. Waktu masukan @30
menit/ kelompok
65
-203-
C. Panduan Latihan
Tujuan: setelah melakukan kegiatan ini, peserta mampu
mengoperasionalkan Aplikasi e-ukom
1. Bahan Latihan
a. manual book aplikasi e-ukom
b. Aplikasi e-ukom
c. Bahan usulan ukom
d. Hasil BAP
e. Nomor sertifikat
2. Langkah-langkah:
a. Hari sebelumnya peserta diminta membaca manual book aplikasi
e-ukom
b. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok, setiap kelompok terdiri dari
10 orang
c. Setiap kelompok latihan mengoperasionalkan e-ukom dengan
bantuan satu orang instruktur di setiap kelompok
d. Setiap kelompok mencoba menggunakan aplikasi untuk
melakukan input: bahan usulan ukom, Hasil BAP, Nomor sertifikat
e. Waktu latihan 30 menit
f. Diskusi tanya jawab 15 menit
3. Waktu: 45 menit
66
-204-
E. Panduan Diskusi Kelompok
Tujuan: setelah diskusi kelompok, peserta mampu menyusun Laporan
hasil pelaksanana Uji kompetensi
1. Bahan Latihan
a. Format BAP
b. SOP Pelaporan
2. Langkah-langkah:
a. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 10 orang
b. Setiap kelompok menyusun laporan BAP dengan
menggunakan format BAP yang sudah disiapkan
c. Waktu latihan 20 menit
d. Satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Waktu
presentasi hasil diskusi 10 menit
e. Fasilitator dan kelompok lainnya memberikan masukan 15
menit
3. Waktu: 45 menit
67
-205-
TIM PENYUSUN
Penasehat:
Dr Achmad Soebagjo Tancarino, MARS
(Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan)
Penangggungjawab:
Nusli IMansyah, SKM., M.Kes
(Kepala Bidang Pengembangan Pelatihan SDM Kesehatan)
Ketua:
Dewi Sukorini, SKM., M.Pd
(Kepala Sub Bidang Pengembangan Pelatihan Fungsional SDM
Kesehatan)
Sekretaris:
Purwanto, SKM., DAP & E, M.Kes
68
-206-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-207-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
DAFTAR ISI
Halaman
I. Deskripsi Singkat ………………………………...…... 1
ii
-208-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
1 DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas tentang konsep evaluasi pelatihan,
persiapan dan pelaksanaan uji kompetensi jabatan fungsional
kesehatan.
-209-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
2 TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Hasil Belajar
Setelah mengkuti mata pelatihan ini, peserta mampu
melakukan evaluasi uji kompetensi jabatan fungsional
kesehatan
-210-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
Materi Pokok dan Sub Materi Pokok pada mata pelatihan ini
adalah sebagai berikut:
1. Konsep evaluasi pelatihan
2. Persiapan Evaluasi Uji Kompetensi
3. Pelaksanaan Evaluasi Uji Kompetensi
4 BAHAN BELAJAR
Permenkes 18 Tahun 2017 tentang Penyelenggara Uji Kompetesi
Jabatan Fungsional Kesehatan
-211-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
5 LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Sesi 1: Pengkondisian Peserta
Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
1. Fasilitator menyapa peserta dan memperkenalkan diri
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan
bahan tayang
3. Melakukan apersepsi tentang materi yang akan dibahas
dengan metoda curah pendapat atau meminta beberapa
peserta/ relawan untuk menjawabnya
-212-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-213-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
6 URAIAN MATERI
Materi Pokok 1: Konsep Evaluasi Pelatihan
Kebijakan sistem pelatihan secara mikro terdiri dari sub-sub
sistem utama yaitu; identifikasi kebutuhan, perencanaan,
penyelenggaraan dan evaluasi pelatihan. Dengan menggunakan
konsep sistem dalam membangun kompetensi jabatan PNS
melalui suatu pelatihan perlu memperhatikan pola hubungan dan
ketergantungan yang besar antar pembinaan pelatihan,
kelembagaan pelatihan, penyelenggaraan pelatihan,
penyelenggara, pelatih/ fasilitator, pengendali diklat dan peserta
pelatihan yang terbagi pada sub sistem input, proses, output,
outcome, dan benefit.
-214-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-215-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
2. Uji Lisan:
• Instrumen pedoman wawancara (pertanyaan lisan
terstruktur).
Menggunakan kaidah taksonomi blom untuk memperoleh
konfirmasi ketelusuran pengetahuan sesuai level
jenjangnya.
3. Uji Tulis:
• Instrumen berupa daftar pertanyaan tertulis berikut kunci
jawaban yang telah tersusun sesuai substansi butir
kegiatan yang diuji.
4. Uji Praktek:
• Standar prosedur operasional (SPO) dan atau instruksi
kerja (IK) yang terkait dengan butir kegiatan yang dipilih
sebagai materi uji
• Membuat daftar urutan aktifitas yang akan diobservasi pada
uji praktek
• Lembar ceklist observasi kesesuaian pelaksanaan instruksi
praktek
-216-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-217-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
10
-218-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
11
-219-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
1
2
Dst
b. Uji tulis
Uji tulis merupakan salah satu cara untuk mengukur
pengetahuan dan pemahaman pejabat fungsional untuk dapat
menganalisis dan memecahkan masalah terkait kompetensi.
Hasil penilaian uji tulis di rekap untuk di laporkan dalam
lampiran berita acara dan diakumulasikan dengan metode uji
lain dan di buat nilai rata-rata untuk di rekomendasikan sesuai
kesepakatan nilai batas lulus.
12
-220-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
13
-221-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
14
-222-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
15
-223-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
16
-224-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
7 EVALUASI
1. Apa saja yang perlu dilakukan pada persiapan evaluasi uji
kompetensi jabatan fungsional kesehatan?
2. Apa saja yang perlu dilakukan pada pelaksanaan evaluasi uji
kompetensi jabatan fungsional kesehatan?
8 REFERENSI
Permenkes 18 Tahun 2017 tentang Penyelenggara Uji Kompetesi
Jabatan Fungsional Kesehatan
17
-225-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
9 LAMPIRAN
A. Panduan Praktik Menguji Pejabat Fungsional Kesehatan
1. Tujuan
Setelah praktik ini, diharapkan peserta mampu melakukan
pengujian kompetensi pejabat fungsional kesehatan.
18
-226-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-227-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
A Pendahuluan
1 Mengucap salam dan berjabat tangan,
2 Lakukan kontak mata dengan peserta
uji dan mempersilahkan duduk
3 Penguji memperkenalkan diri
4 Menanyakan identitas peserta uji
5 Pengkondisian situasi dan lingkungan
6 Memberikan pandangan singkat yang
mudah dimengerti tentang proses
penilaian
7 Beritahu waktu yang dibutuhkan untuk
penilaian
B Sikap Penguji
1 Memastikan peserta dalam kondisi
baik untuk diuji
2 Tidak mengintimidasi atau menakut
nakuti
3 Menunjukan sikap empati
4 Merespon jawaban secara positif
20
-228-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-229-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
22
-230-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
A Pendahuluan
1 Mengucap salam dan berjabat tangan,
mempersilahkan duduk
2 Lakukan kontak mata dengan peserta
uji dan mempersilahkan duduk
3 Penguji memperkenalkan diri
4 Menanyakan identitas peserta uji
5 Pengkondisian situasi dan lingkungan
6 Memberikan pandangan singkat yang
mudah dimengerti tentang proses
penilaian
7 Beritahu waktu yang dibutuhkan untuk
penilaian
B Sikap Penguji
1 Memastikan peserta dalam kondisi
baik untuk diobservasi
2 Tidak mengintimidasi atau menakut
nakuti
3 Menunjukan sikap empati
4 Merespon jawaban secara positif
5 Aktif mendengarkan apa yang
dikatakan peserta uji
C Pengujian
1 Penguji mengobservasi dan
melakukan ceklist untuk tahap
persiapan yang dilakukan/tidak
dilakukan peserta uji
(setiap langkah kegiatan disesuaikan
dengan panduan/instrumen uji praktik)
2 Penguji mengobservasi dan
melakukan ceklist untuk tahap
pelaksanaan yang dilakukan/tidak
dilakukan peserta uji
23
-231-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
24
-232-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
TIM PENYUSUN
Penasehat:
Dr Achmad Soebagjo Tancarino, MARS
(Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan)
Penangggungjawab:
Nusli IMansyah, SKM., M.Kes
(Kepala Bidang Pengembangan Pelatihan SDM Kesehatan)
Ketua:
Dewi Sukorini, SKM., M.Pd
(Kepala Sub Bidang Pengembangan Pelatihan Fungsional SDM Kesehatan)
Sekretaris:
Purwanto, SKM., DAP & E, M.Kes
25
-233-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-234-
DAFTAR ISI
Halaman
I. Deskripsi Singkat ………………………………...…... 1
II. Tujuan Pembelajaran …………………………..…….. 2
A. Hasil Belajar ………………………………..……….. 2
B. Indikator Hasil Belajar ……………………..………. 2
III. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ………...……. 3
IV. Bahan Belajar …………………………………...…….. 3
V. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran………... 4
VI. Uraian Materi ………………………………………….. 8
Materi Pokok 1. Perkenalan ………………………….. 8
Materi Pokok 2. Pencairan Suasana Kelas …………. 9
Materi Pokok 3. Harapan Peserta ……………………. 17
Materi Pokok 3. Pengurus Kelas …………………….. 17
Materi Pokok 3. Komitmen Kelas ……………………. 18
VII. Referensi ……………………………………………..... 19
ii
-235-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
1 DESKRIPSI SINGKAT
Materi Building Learning Comitment (BLC) merupakan materi
penunjang di dalam Pelatihan Bagi Penguji Uji Kompetensi
Jabatan Fungsional Kesehatan ini. Materi BLC ini diberikan
untuk mengawali pelatihan. BLC adalah suatu proses belajar
untuk mempersiapkan peserta guna mengikuti proses belajar
secara individual, kelompok dan menyeluruh, yang merubah
diri ke arah positif baik secara intelektual maupun emosional.
Secara alamiah manusia mengalami proses belajar sepanjang
hidupnya sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan belajar
tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.
-236-
2 TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu
membangun komitmen belajar
-237-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
4 BAHAN BELAJAR
A. Pelatihan Penguji Kompetensi Jabatan Fungsional
Kesehatan
B. Aneka permainan/ games untuk pelatihan di Youtube
-238-
5 LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 2 jam
pelajaran (T=0, P=2, PL=0) @45 menit untuk memudahkan
proses pembelajaran, dilakukan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran sebagai berikut. Di dalam ruang kelas, kursi
disusun melingkar sejumlah peserta
Sesi 1: Pengkondisian peserta
1. Fasilitator mengucapkan salam, menyapa peserta
dengan ramah, kemudian memperkenalkan diri.
2. Fasilitator menyampaikan deskripsi singkat materi,
tujuan pembelajaran, materi pokok dan metode yang
akan digunakan.
Sesi 2: Perkenalan
1. Fasilitator menyampaikan kepada peserta bahwa
peserta akan melakukan proses perkenalan yang
bertujuan agar peserta mengetahui nama peserta
dengan metode games/ permainan
2. Fasilitator memandu peserta melakukan proses
perkenalan.
-239-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-240-
Sesi 5: Pemilihan pengurus kelas
1. Fasilitator meminta kelompok saat perkenalan dan
permainan sebelumnya untuk menentukan calon ketua
kelas
2. Masing- masing calon ketua kelas mempromosikan
dirinya di hadapan seluruh peserta
3. Semua calon ketua diminta berdiri dan semua peserta
memilih calon ketua kelas dengan berdiri dibelakang
calon ketua kelas
4. Barisan terpanjang dibelakang calon ketua kelas maka
dia yang terpilih menjadi ketua kelas.
5. Ketua kelas terpilih memimpin diskusi untuk
menentukan pengurus kelas
-241-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
Sesi 7: Kesimpulan
1. Fasilitator menyampaikan rangkuman tentang sesi
yang berhasil menyepakati norma, dan menekankan
bahwa keberhasilan proses belajar sangat tergantung
pada peserta sendiri.
2. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan
memberikan apresiasi pada peserta
-242-
5 URAIAN MATERI
Materi Pokok 1: Perkenalan
Peserta pelatihan yang berasal dari lingkungan dan latar
belakang berbeda adakalanya menjadi canggung untuk
berperilaku maupun mengemukakan ide-idenya karena tidak
setiap orang dapat dengan mudah beradaptasi dengan
lingkungan yang baru. Oleh karena itu proses pelatihan harus
dimulai dengan membangun kesepakatan belajar (building
learning commitment) Untuk membangun kesepakatan, perlu
dimulai dengan perkenalan antar peserta. Dengan saling
mengenal satu sama lain, peserta akan merasa lebih dekat dan
mudah berkomunikasi.
-243-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
-244-
dalam kondisi yang siap, tidak tertekan dan hubungan cair
untuk menjalani proses pembelajaran.
10
-245-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
11
-246-
kebudayaan tertentu. Undang setiap orang untuk berpartisipasi
tetapi jangan pernah memaksa peserta untuk berpartisipasi
dalam satu aktifitas. Nyatakan dengan jelas, bahwa dalam
acara pencairan aturan yang sudah disetujui sebelumnya
harus tetap dihargai dan berikan umpan balik positif.
Penggunaan waktu untuk permainan dapat disesuaikan
dengan kondisi di kelas.
12
-247-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
2. Permainan kelompok
a. Permainan “Buat Barisan”
13
-248-
1) Peserta di bagi dalam 3 kelompok
2) Pemandu menjelaskan aturan permainan yaitu:
Masing- masing kelompok akan berlomba menyusun
barisan. Barisan disusun berdasarkan aba-aba
pemandu: tinggi badan, panjang rambut, usia dst.
3) Fasilitator akan menghitung sampai 10, kemudian
ketiga kelompok, selesai atau belum, harus jongkok.
4) Setiap kelompok secara bergantian memeriksa
apakah kelompok lawan telah melaksanakan
tugasnya dengan benar.
5) Kelompok yang menang adalah kelompok yang
melaksanakan tugasnya dengan benar dan cepat
(bila kelompok dapat meyelesaikan tugasnya
sebelum hitungan ke 10 mereka boleh langsung
jongkok untuk menunjukkan bahwa mereka telah
selesai melakukan tugas).
b. Permainan “Tembak Dor“
1) Peserta dibagi menjadi 3 kelompok
2) Masing-masing kelompok membentuk setengah
lingkaran kecil dan menghadap ke fasilitator
3) Fasilitator memberikan panduan. Apabila fasilitator
menunjuk kelompok sambil meneriakkan kata:
“Dor“ maka peserta harus menjawab “Dor”
“Bom” maka peserta harus menjawab “Ahhh”
“Dor..Dor..Dor “maka peserta harus menjawab “ Eh,
nggak kena…ga kena”
14
-249-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
15
-250-
7) Ketika semua peserta sudah bergandengan tangan,
fasilitator memberikan perintah kepada peserta
dengan tanpa melepaskan ikatan tangannya untuk
membentuk lingkaran yang saling berhadapan
8) Kelompok yang berhasil membuat lingkaran
meneriakkan kelompoknya.
https://www.gambaranimasi.org
/cat-bermain-1352.htm
16
-251-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
17
-252-
Materi Pokok 5: Komitmen Kelas
Komitmen belajar/pembelajaran, adalah keterpanggilan
seseorang/kelompok/ kelas untuk berupaya dengan penuh
kesungguhan mengaktualisasikan apa yang menjadi tujuan
pelatihan/ pembelajaran. Keadaan ini sangat menguntungkan
dalam mencapai keberhasilan individu/ kelompok/ kelas,
karena dalam diri setiap orang yang memiliki komitmen
tersebut akan terjadi niat baik dan tulus untuk memberikan
yang terbaik kepada individu lain, kelompok dan kelas secara
keseluruhan. Dengan terbangunnya BLC, juga akan
mendukung terwujudnya saling percaya, saling kerja sama,
saling membantu, saling memberi dan menerima, sehingga
tercipta suasana/ lingkungan pembelajaran yang kondusif.
18
-253-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
7 REFERENSI
1. Pusat Pelatihan SDM Kesehatan. Badan PPSDM
Kesehatan. Modul Pelatihan Bagi Pelatih kader
Kesehatan. 2018
4. https://www.youtube.com/watch?v=xRpFpMPR3RY&t=2
29s
(Permainan tinggi rendah)
5. https://www.youtube.com/watch?v=RC6tsI1AByQ
(Permainan Tembak Dor)
6. https://www.youtube.com/watch?v=fNE8027MqU8
(Permainan Angin berhembus )
7. https://www.youtube.com/watch?v=iUmMv7rrtrU
(Permainan lingkaran berbelit)
19
-254-
TIM PENYUSUN
Penasehat:
Dr Achmad Soebagjo Tancarino, MARS
(Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan)
Penangggungjawab:
Nusli Imansyah, SKM., M.Kes
(Kepala Bidang Pengembangan Pelatihan SDM Kesehatan)
Ketua:
Dewi Sukorini, SKM., M.Pd
(Kepala Sub Bidang Pengembangan Pelatihan Fungsional)
Sekretaris:
Purwanto, SKM., DAP & E, M.Kes
20
-255-
MATA PELATIHAN PENUNJANG 2.
ANTI KORUPSI
-256-
DAFTAR ISI
Halaman
I. Deskripsi Singkat ………………………………... 1
II. Tujuan Pembelajaran ……………………….….. 2
A. Hasil Belajar …………………………………. 2
B. Indikator Hasil Belajar …………………….. 2
III. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ……….... 3
IV. Bahan Belajar ………………………………..…... 4
V. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran… 5
VI. Uraian Materi …………………………………… 8
Materi Pokok 1. Semangat Perlawanan terhadap 8
Korupsi ………
Materi Pokok 2. Dampak Korupsi 14
Materi Pokok 3. Cara Berpikir Kritis terhadap 29
Masalah Korupsi
Materi Pokok 4. Membangun Sikap Anti korupsi 46
VII. Referensi …………………………………………… 51
ii
-257-
1 Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membahas Dampak Korupsi, Semangat
Perlawanan terhadap Korupsi, Cara Berpikir Kritis terhadap
Masalah Korupsi dan Sikap Antikorupsi.
-258-
2 Tujuan Pembelajaran
-259-
Materi Pokok dan
3 Sub Materi Pokok
5
Materi Pokok dalam mata pelatihan ini meliputi:
-260-
4 Bahan Belajar
Bahan belajar yang digunakan adalah:
5
1.
2.
Modul Anti Korupsi
Video materi penyuluhan Anti Korupsi ACLC KPK
-261-
5 Langkah Kegiatan
5
Berikut merupakan langkah-langkah kegiatan pembelajaran:
-262-
peserta untuk berpartisipasi serta berinteraksi dalam proses
pembelajaran.
-263-
Fasilitator merangkum dan melakukan pembulatan/
kesimpulan tentang mata pelatihan ini dengan mengajak
seluruh peserta untuk melakukan refleksi/ umpan balik.
Dilanjutkan dengan memberikan apresiasi atas keterlibatan
aktif seluruh peserta.
-264-
6 Uraian Materi
Materi Pokok 1: Semangat Perlawanan terhadap Korupsi
5
Semangat perlawanan terhadap korupsi merupakan langkah
awal yang harus dimiliki masyarakat dalam pemberantasan
korupsi. Untuk menanamkan semangat anti korupsi pada
setiap anak bangsa, perlu dilihat Visi Indonesia 2045 jika
Indonesia tanpa Korupsi.
-265-
7. Indonesia menjadi barometer pertumbuhan ekonomi
dunia
-266-
pengaman botol dari jangkauan anak-anak dan GPS
Navman. Para ahli di Negara ini mendunia.
3. Finlandia, IPK 2016 - 89
Integritas dinegara ini benar-benar teraktualisasi. Bahkan
Perdana Menteri rela mengundurkan diri hanya karena
berbohong saat kampanye. Implementasi undang-
undang antikorupsi sangat baik. Kasus korupsi di Negara ini
tidak hanya melibatkan uang Negara, kasus seperti
menunda pengumuman penting yang wajib diketahui
masyarakat dikategorikan sebagai tindakan-tindakan
pejabat terkait dengan korupsi. Hidup sederhana
dicerminkan lewat kepemilikan mobil yang jarang di
Negara ini. Transportasi umum cukup baik. Finlandia
memiliki SDM yang unggul dan kompeten. Sistem
pendidikannya juga menjadi kiblat dunia. Penemuan
dibidang Teknologi Informasi bisa dikatakan pioneer.
Bahkan Nokia, perusahaan gadget asal Negara ini,
menjadi legenda untuk bisnis gadget dunia.
-267-
naik menjadi 20 dan terus mengalami peningkatan sampai
dengan tahun 2016 indeks persepsi korupsi Indonesia
sampai pada titik 36.
11
-268-
5. Indonesia memiliki aneka bahan tambang. Minyak
bumi Indonesia berada di posisi ke-25 dalam daftar
Negara dengan potensi minyak bumi terbesar di dunia.
Indonesia juga berada di peringkat ke-8 untuk gas alam
dengan produksi 7,2 (tcf). Indonesia juga berada di
peringkat ke-7 dalam potensi emas terbesar didunia
dengan cadangan berkisar 2,3 % dari total cadangan
emas dunia.
12
-269-
digdaya dan juga Samudera Pasai yang sempat
menguasai perdagangan.
13
-270-
Materi Pokok 2: Dampak Korupsi
1) Penurunan Produktivitas
Lesunya pertumbuhan ekonomi dan tidak adannya
investasi, membuat produktifitas menurun. Hal ini
menghambat perkembangan sektor industri untuk
lebih baik terjadi seiring dengan terhambatnya
sector industri dan produksi untuk bissa berkembang
lebih baik.
14
-271-
2) Lesunya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
Korupsi mempersulit pembangunan ekonomi
dengan membuat distorsi dan ketidakefisienan yang
tinggi. Dalam sektor privat, korupsi meningkatkan
ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran
illegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan
pejabat korup dan resiko pembatalan perjanjian
atau karena penyelidikan.
15
-272-
b. Dampak Masif Korupsi terhadap Sosial dan Kemiskinan
16
-273-
5) Pengentasan kemiskinan berjalan lambat
Lemahnya koordinasi dan pendataan, pendanaan
dan lembaga. Karena korupsi, permasalahan
kemiskinan itu sendiri akhirnya akan membuat
masyarakat sulit mendapatkan akses ke lapangan
kerja yang disebabkan latar belakang pendidikan,
sedangkan untuk membuat pekerjaan sendiri
banyak terkendala oleh kemampuan masalah teknis
dan pendanaan.
8) Demoralisasi
Masyarakat menjadi semakin individualis.
Mementingkan dirinya sendiri dan keluarganya saja.
Mengapa masyarakat melakukan hal ini dapat
dimengerti, karena memang sudah tidak ada lagi
kepercayaan kepada pemerintah, system, hokum
bahkan antar masyarakat sendiri.
17
-274-
9) Terbatasnya akses bagi masyakarat miskin
Rakyat makin lebih mendahulukan mendapatkan
bahan pokok untuk hidup daripada untuk sekolah
yang semakin menyudutkan karena mengalami
kebodohan. Jasa pendidikan, kesehatan, rumah
layak huni, informasi, hokum dan sebagainya sulit
diakses oleh Rakyat Miskin. Akses untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak menjadi
sangat terbatas, yang pada akhirnya rakyat miskin
tidak mempunyai pekerjaan dan selalu dalam
kondisi yang miskin seumur hidup. Menciptakan
lingkaran setan kemiskinan.
12)Demoralisasi
Masyarakat menjadi semakin individualis.
Mementingkan dirinya sendiri dan keluarganya saja.
Mengapa masyarakat melakukan hal ini dapat
dimengerti, karena memang sudah tidak ada lagi
18
-275-
kepercayaan kepada pemerintah, system, hukum
bahkan antar masyarakat sendiri.
19
-276-
mereka adakah wakil rakyat yang seharusnya
melindungi kepentingan rakyat.
2) Menguatnya Plutokrasi
Korupsi yang menyandera pemerintahan akan
menghasilkan konsekuensi menguatnya plutokrasi
(system politik yang dikuasai pemilik modal/kapitalis).
Faktany perusahaan-perusahaan besar punya
hubungan dengan partai-partai yang ada di
kancah perpolitikan negeri ini, bahkan beberapa
pengusaha besar menjadi ketua sebuah partai
politik. Seringkali kepentingan partai bercampur
dengan kepentingan perusahaan.
-277-
bahkan hilangnya kepercayaan publik terhadap
pemerintahan yang sedang berjalan.
21
-278-
baik dari darat, laut maupun udara. Padahal
Indonesia adalah Negara nomor 15 terluas di dunia.
22
-279-
2) Menurunnya Kualitas Hidup
Kerusakan hutan hujan tropis akan mengurangi
persediaan oksigen bukan hanya untuk wilayah
tersebut namun juga oksigen untuk bumi secara
keseluruhan. Berkurangnya kualitas udara tentunya
juga akan berakibat pada menurunnya kualitas
kesehatan manusia yang menghirupnya.
Kerusakan yang terjadi di perairan seperti
pencemaran sungai dan laut, juga mengakibatkan
menurunnya kualitas hidup manusia.
23
-280-
3 Lembaga 62 81,8 40,14
Independen
4 Legislatif 480 2,0 0,97
5 Kepala Daerah 75 1,8 0,88
6 Swasta/Lainnya 670 82,6 40,53
TOTAL 2.551 203,9 100%
24
-281-
Biaya Sosial Korupsi
Kasus dan masalah korupsi di Indonesia juga masih
belum kunjung selesai. Sebagian besar uang rakyat
yang dikorupsi tetap dinikmati koruptor meskipun
koruptor telah dijatuhi hukuman. Ini menunjukan bahwa
25
-282-
rakyat telah mensubsidi koruptor. Karena nilai hukuman
finansial yang jauh lebih rendah dari nilai yan dikorupsi
menyebabkan uang yang dikorupsi tidak kembali
sepenuhnya kepada negara. Kerugian Negara akibat
korupsi hanya dikembalikan sebesar 10,57% dalam
bentuk hukuman finansial terhadap terpidana korupsi.
Bentuk hukuman ini tidak akan memberikan efek jera
kepada koruptor di Indonesia.
Efek jera yang optimum bagi pelaku kejahatan
(koruptor) adalah dengan memperbesar expected
cost dari koruptor. Idealnya, hukuman finansial yang
diberikan kepada koruptor memperhitungkan biaya
sosial korupsi dengan mempertimbangkan dampak
sosial korupsi.
-283-
b. Pencegahan Korupsi
c. Biaya Penahanan dan Biaya Penjara
d. Biaya Pengadilan serta Biaya Jaksa.
Dampak Korupsi :
1. Negara korup harus membayar biaya hutang yang
lebih besar (Depken and Lafountan, 2006)
2. Harga infrastruktur lebih tinggi (Golden and Picci, 2005)
3. Tingkat korupsi yang tinggi meningkatkan
ketimpangan pendapatan dan kemiskinan (Gupta,
avoodi, and Alonso-Terme, 2002)
4. Korupsi menurunkan investasi (Paolo Mauro, 1995) dan
karenanya menurunkan pertumbuhan ekonomi
5. Persepsi korupsi memiliki dampak yang kuat dan
negatif terhadap arus investasi asing (Shang, ADB)
6. Negara-negara yang dianggap memiliki tingkat
korupsi yang relatif rendah selalu menarik investasi
lebih banyak dari pada negara rentan korupsi
(Campos dan Pradhan, ADB)
27
-284-
Namun, perlu diketahui bahwa mulai 2014, KPK melakukan
kajian yang lebih mendalam tentang dampak yang
ditimbulkan oleh korupsi sehingga sekarang kalau membahas
tentang dampak korupsi, dikenal istilah Social Cost Corruption
atau Biaya Sosial Korupsi. Nah berbicara tentang Biaya Sosial
Korupsi, maka kita akan membahas mengenai:
• Kerugian Keuangan Negara Akibat Korupsi di Indonesia
• Perbandingan antara Kerugian Keuangan Negara dengan
Hukuman finansial Koruptor
• Hubungan antara Dampak Korupsi dan Biaya Sosial Korupsi
• Konsep Dasar Biaya Sosial Korupsi
• Ilustrasi Seandainya Uang yang Dikorupsi Digunakan untuk
Pembangunan
28
-285-
Materi Pokok 3: Cara Berpikir Kritis terhadap Masalah
Korupsi
1. Pengertian Korupsi
Secara etimologis, Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin
“corruptio” (Fockema Andrea: 1951) atau “corruptus”
(Webster Student Dictionary: 1960). Kata “corruptio”
berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang
lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal
istilah “corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis)
dan “corruptie/ korruptie” (Belanda). Secara harfiah
korupsi mengandung arti: kebusukan, keburukan,
ketidakjujuran, dapat disuap. Kamus Umum Bahasa
Indonesia karangan Poerwadarminta “korupsi” diartikan
sebagai: “perbuatan yang buruk seperti: penggelapan
uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya”.
-286-
individu egois yang hanya peduli pada kepentingannya
sendiri. Asumsi tersebut sejalan dengan karyanya
Leviathan bahwa manusia satu berbahaya bagi manusia
lainnya, namun setiap manusia dapat mengamankan
keberadaan dan memenuhi kepentingan dirinya melalui
kesepakatan bersama sehingga menjadi legitimasi dari
hasil kesepakatan bersama (standar) demi kepentingan
seluruh individu/publik.
30
-287-
b. Faktor Lingkungan
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan
lingkungan. Lingkungan kerja yang korup akan
memarjinalkan orang yang baik, ketahanan mental
dan harga diri adalah aspek yang menjadi pertaruhan.
Faktor lingkungan pemicu perilaku korup yang
disebabkan oleh faktor di luar diri pelaku, yaitu:
1) Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
Sikap masyarakat yang berpotensi menyuburkan
tindak korupsi diantaranya:
a) Masyarakat menghargai seseorang karena
kekayaan yang dimilikinya dibarengi dengan
sikap tidak kritis dari mana kekayaan itu
didapatkan.
b) Masyarakat kurang menyadari bahwa korban
utama korupsi. Anggapan umum, korban korupsi
adalah kerugian negara. Padahal bila Negara
merugi, esensinya yang paling rugi adalah
masyarakat juga, karena proses anggaran
pembangunan bisa berkurang sebagai akibat
dari perbuatan korupsi.
c) Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat
korupsi. Setiap perbuatan korupsi pasti
melibatkan anggota masyarakat. Bahkan
seringkali masyarakat sudah terbiasa terlibat
pada kegiatan korupsi sehari-hari dengan cara-
cara terbuka namun tidak disadari.
d) Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi
akan bisa dicegah dan diberantas dengan peran
aktif masyarakat. Pada umumnya
berpandangan bahwa masalah korupsi adalah
tanggung jawab pemerintah semata.
-288-
terdesak dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu
membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil
jalan pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.
4) Aspek Organisasi
a) Sikap keteladanan pimpinan mempunyai
pengaruh penting bagi bawahannya, misalnya
pimpinan berbuat korupsi, maka kemungkinan
besar bawahnya akan mengambil kesempatan
yang sama dengan atasannya.
b) Kultur organisasi punya pengaruh kuat terhadap
anggotanya. Apabila kultur organisasi tidak
dikelola dengan baik, akan menimbulkan
berbagai situasi tidak kondusif dan membuka
peluang terjadinya korupsi.
c) Kurang memadainya sistem akuntabilitas Institusi,
belum dirumuskan visi dan misi dengan jelas, dan
belum dirumuskan tujuan dan sasaran yang harus
dicapai berakibat instansi tersebut sulit dilakukan
penilaian keberhasilan mencapai sasaranya.
Akibat lebih lanjut adalah kurangnya perhatian
pada efisiensi penggunaan sumber daya yang
dimiliki. Keadaan ini memunculkan situasi
organisasi yang kondusif untuk praktik korupsi.
d) Kelemahan sistim pengendalian dan
pengawasan baik pengawasan internal
(pengawasan fungsional dan pengawasan
langsung oleh pimpinan) dan pengawasan
bersifat eksternal (pengawasan dari legislatif dan
masyarakat) membuka peluang terjadinya
tindak korupsi.
32
-289-
Perilaku korupsi pada konteks birokrasi dapat
disimpulkan dan digeneralisasi, bahwa tingginya kasus
korupsi dapat dilihat berdasarkan beberapa persoalan,
yaitu:
1) keteladanan pemimpin dan elite bangsa,
2) kesejahteraan Pegawai,
3) komitmen dan konsistensi penegakan hukum,
4) integritas dan profesionalisme,
5) mekanisme pengawasan yang internal dan
independen,
6) kondisi lingkungan kerja, kewenangan tugas
jabatan, dan
7) upaya-upaya pelemahan lembaga antikorupsi.
-290-
Kata “dapat” sebelum frasa merugikan keuangan atau
perekonomian Negara menunjukkan suatu tindakan
otomatis dapat dianggap merugikan keuangan
Negara apabila tindakan tersebut berpotensi
menimbulkan kerugian Negara. Adanya tindak pidana
korupsi cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur
perbuatan yang sudah dirumuskan bukan dengan
timbulnya akibat.
34
-291-
e. Perbuatan Curang, (Pasal 7 (1) huruf a, b, c, d: Ps 7 (2);
Ps 12 huruf h)
Tindakan curang oleh pemborongan Ahli Bangunan,
Pengawas Proyek, Rekanan TNI/Polri yang merugikan
Negara serta pejabat penyelenggara Negara
menyerobot tanah.
-292-
Dalam Pasal 12 B UU No 20 Tahun 2001 dinyatakan
bahwa “Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri
atau penyelenggara negara dianggap pemberian
suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan
yang berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya”. Apabila seorang pegawai negeri atau
penyelenggara negara menerima suatu pemberian,
maka ia mempunyai kewajiban untuk melaporkan
kepada KPK sebagaimana diatur dalam Pasal 12 C UU
No 20 Tahun 2001, yaitu:
1) Ketentuan pada Pasal 12 B ayat (1) mengenai
gratifikasi dianggap sebagai pemberian suap dan
tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi
yang diterimanya kepada KPK;
2) Laporan penerima gratifikasi paling lambat 30
(tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal
gratifikasi diterima;
3) Dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak tanggal penerimaan laporan, KPK wajib
menetapkan gratifikasi dapat menjadi milik
penerima atau milik negara;
4) Tata cara penyampaian laporan dan penentuan
status gratifikasi diatur menurut Undang-undang
tentang KPK.
-293-
pejabat/pegawai negeri untuk pembelian barang
atau jasa dari rekanan;
5) Pemberian biaya atau ongkos naik haji dari
rekanan kepada pejabat/pegawai negeri;
6) Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-
acara pribadi lainnya dari rekanan;
7) Pemberian hadiah atau souvenir kepada
pejabat/pegawai negeri pada saat kunjungan
kerja;
8) Pemberian hadiah atau parsel kepada
pejabat/pegawai negeri pada saat hari raya
keagamaan, oleh rekanan atau bawahannya;
9) Pembiayaan kunjungan kerja lembaga legislatif,
karena hal ini dapat memengaruhi legislasi dan
implementasinya oleh eksekutif;
10) Cideramata bagi guru (PNS) setelah pembagian
rapor/kelulusan;
11) Pungutan liar di jalan raya dan tidak disertai
tanda bukti dengan tujuan sumbangan tidak
jelas, oknum yang terlibat bisa jadi dari petugas
kepolisian (polisi lalu lintas), retribusi (dinas
pendapatan daerah), LLAJR dan masyarakat
(preman). Apabila kasus ini terjadi KPK
menyarankan agar laporan dipublikasikan oleh
media massa dan dilakukan penindakan tegas
terhadap pelaku;
12) Penyediaan biaya tambahan (fee) 10-20 persen
dari nilai proyek.
13) Uang retribusi untuk masuk pelabuhan tanpa tiket
yang dilakukan oleh Instansi Pelabuhan, Dinas
Perhubungan, dan Dinas Pendapatan Daerah;
14) Parsel ponsel canggih keluaran terbaru dari
pengusaha ke pejabat;
15) Perjalanan wisata bagi bupati menjelang akhir
jabatan;
16) Pembangunan tempat ibadah di kantor
37
-294-
pemerintah (karena biasanya sudah tersedia
anggaran untuk pembangunan tempat ibadah
dimana anggaran tersebut harus dipergunakan
sesuai dengan pos anggaran dan keperluan
tambahan dana dapat menggunakan kotak
amal);
17) Hadiah pernikahan untuk keluarga PNS yang
melewati batas kewajaran;
18) Pengurusan KTP/SIM/Paspor yang “dipercepat”
dengan uang tambahan;
19) Mensponsori konferensi internasional tanpa
menyebutkan biaya perjalanan yang transparan
dan kegunaannya, adanya penerimaan ganda,
dengan jumlah tidak masuk akal;
20) Pengurusan izin yang dipersulit.
-295-
sejak tanggal penerimaan gratifikasi tersebut atau
melalui Unit Pengendalian Gratifikasi Instansi paling
lambat 7 (tujuh) hari kerja yang kemudian diteruskan
ke KPK;
5) Laporan gratifikasi disampaikan dengan
menggunakan formullr laporan gratifikasi yang
dltetapkan oleh Komlsl Pemberantasan Korupsi dan
melampirkan dokumen terkait;
6) Dalam hal gratifikasi berbentuk barang, KPK dapat
meminta penerima gratifikasi untuk menyerahkan
uang sebagai kempensasi atas barang yang
diterimanya sebesar nilai yang tercantum dalam
Keputusan Pimpinan KPK tentang Penetapan Status
Kepemilikan Gratifikasi;
-296-
aqiqah, baptis, khitanan, potong gigi, atau upacara
adat/agama lainnya dengan batasan nilai per
pemberi dalam setiap acara paling banyak
Rp1.000.000,00(satu juta rupiah);
3) Pemberian terkait dengan Musibah atau Bencana
yang dialami oleh penerima, Bapak/ibu/mertua,
suami/istri, atau anak penerima gratifikasi paling
banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per
pemberian per orang. Penjelasan: Butir 3 ini
merupakan ketentuan kewajiban pelaporan. Untuk
pemberian terkait dengan musibah/bencana yang
jumlahnya melebihi Rp1.000.000,00 dan tidak
memiliki konflik kepentingan dapat ditetapkan
menjadi milik penerima;
4) Pemberian sesama pegawai dalam rangka pisah
sambut, pensiun, promosi jabatan, dan ulang tahun
yang tidak dalam bentuk uang atau tidak berbentuk
setara uang yang paling banyak Rp300.000,00 (tiga
ratus ribu rupiah) per pemberian per orang dengan
total pemberian Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)
dalam 1 (satu) tahun dari pemberi yang sama;
5) Pemberian sesama rekah kerja tidak dalam bentuk
uang atau tidak berbentuk setara uang (cek, bilyet
giro, saham, deposito, voucher, pulsa, dan lain-lain)
paling banyak Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah)
per pemberian per orang dengan total pemberian
maksimal Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dalam 1
(satu) tahun dari pemberi yang sama;
6) Hidangah atau sajian yang berlaku umum;
7) Prestasi akademis atau non akademis yang diikuti
dengan menggunakan biaya sendiri seperti
kejuaraan, perlombaan atau kompetlsl tidak terkait
kedinasan;
8) Keuntungan atau bunga dari penempatan dana,
investasi atau kepemilikan saham pribadi yang
berlaku umum;
40
-297-
9) Manfaat bagi seluruh peserta koperasi pegawai
berdasarkan keanggotaan koperasi pegawai negeri
yang berlaku umum;
10)Seminar kit yang berbentuk seperangkat modul dan
alat tulis serta sertiflkat yang diperoleh dari kegiatan
resrni kedinasan seperti rapat, seminar, werkshop,
konferensi, pelatihan, atau kegiatan lain sejenis yang
berlaku umum.
Penjelasan: Butir 10) ini termasuk bentuk-bentuk
perangkat promosi lembaga berlogo instansi yang
berbiaya rendah dan berlaku umum, antara lain:
pin, kalender, mug, payung, kaos dan topi;
11)Penerimaan hadiah atau tunjangan baik berupa
uang atau barang yang ada kaitannya dengan
peningkatan prestasi kerja yang diberikan oleh
pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; atau
12)Diperoleh dari kompensasi atas profesi diluar
kedinasan, yang tidak terkait dengan tupoksi dari
pejabatipegawai, tidak memiliki konflik kepentingan
dan tidak melanggar aturan internal instansi
penerima gratifikasi;
-298-
berdasarkan penunjukkan atau penugasan resmi
dapat diterima oleh Pegawai
Negeri/Penyelenggara Negara sepanjang tidak ada
pembiayaan ganda, tidak dilarang atau
bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan atau ketentuan yang berlaku.
Penerimaan tersebut dilaporkan kepada instansi
penerima sebagai fungsi kontrol untuk memutus
potensi teriadinya praktik korupsi investif (Investive
Corruption) dari pihak pemberi;
3) Terhadap penerimaan gratifikasi berupa barang
yang mudah busuk atau rusak dalam batasan
kewajaran dapat disalurkan langsung ke panti
asuhan, panti jompo, pihak-pihak yang
membutuhkan atau tempat penyaluran bantuan
sosial lainnya dan dilaporkan kepada
masing-masing instansi disertai penjelasan taksiran
harga dan dokumentasi penyerahannya.
Selanjutnya instansi melaporkan rekapitulasi
penerimaan tersebut kepada KPK;
4) Terhadap barang gratifikasi yang direkomendasikan
untuk dikelola instansi maka dapat dilakukan
beberapa hal sebagai berikut:
a) Ditempatkan sebagai barang display instansi;
b) Digunakan untuk kegiatan operasional instansi;
c) Disalurkan kepada pihak yang membutuhkan
antara lain, panti asuhan, panti jompo, atau
tempat penyaluran bantuan sosiallainnya; atau
d) Diserahkan kepada pegawai yang menerima
gratifikasi untuk dimanfaatkan sebagai
penunjang kinerja.
5) Keberhasilan Program Pengendalian Gratifikasi
dapat diukur melalui ketersediaan unit atau fungsi
pengendalian gratifikasi, peraturan pengendalian
gratifikasi intemal dan Implementasi yang efektif
antara lain berupa kepatuhan terhadap aturan
42
-299-
gratifikasi adanya pelaksanaan kegiatan sosialisasi
dan diseminasi pesan anti korupsi secara
berkesinambungan yang berdampak positif kepada
masyarakatlpemangku kepentingan;
6) Informasi lebih lanjut tentang gratifikasi dan
mekanisme pelaporan atas penerimaan gratifikasi
dapat diakses/diunduh melalui
www.kpk.go.id/gratifikasi https:/Igol.kpk.go.id/
pelaporan.gratifikasi@kpk.go.id dan aplikasi Gratis 2
Go melalui App Store dan Google Play dengan
memasukan keywords "Gratifikasi KPK", atau
menghubungi Direktorat Gratiflkasi pada nomor
telepon (021) 255-78440/255-78448/0855-88-45678.
Gratifikasi
Dasar hukum gratifikasi adalah; a. Pasal 12 dan Pasal 13
UU No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi; b. Pasal 12 B dan Pasal 12 C UU No. 20
tahun 2001 tentang Perubahan atau UU No. 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan c.
Pasal 16, Pasal 17, dan Pasal 18 UU No. 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Menurut penjelasan Pasal 12B UU No. 20 tahun 2001
tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, "gratifikasi" dalam
ayat ini adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi
pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi,
pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-
cuma, dan fasilitas lainnya.
Gratifikasi tersebut, baik yang diterima di dalam maupun di
luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan
sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.
-300-
pejabat yang mendapatkannya, sehingga hanya akan
menguntungkan orang yang memberikannya dan
melanggar hak orang lain.
44
-301-
4. Evaluasi Hasil Belajar
a) Apa yang dimaksud dengan Korupsi menurut UU no. 31
tahun 1999?
b) Sebutkan beberapa faktor penyebab korupsi
c) Ada 30 bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang
dirumuskan dalam 13 pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999
jo UU No. 20 Tahun 2001 yang dikelompokan menjadi 7
kelompok. Sebutkan 7 Tindak pidana korupsi tersebut.
45
-302-
Materi Pokok 4: Sikap Anti Korupsi
46
-303-
1. Nilai – nilai anti korupsi
Korupsi terjadi ketika tidak ada nilai-nilai antikorupsi yang
kuat ditanamkan dalam diri. Melalui pembiasaan dan
pengembangan nilai-nilai antikorupsi diharapkan memiliki
kendali diri terhadap pengaruh buruk lingkungan. Hal ini
akan menghindarkan diri dari praktik-praktik korupsi.
a. Inti
1) Jujur
Sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan
antara pengetahuan, perkataan dan perbuatan.
Jujur berarti mengetahui apa yang benar,
mengatakan dan melakukan yang benar. Orang
yang jujur adalah orang yang dapat dipercaya, lurus
hati, tidak berbohong dan tidak melakukan
kecurangan.
2) Disiplin
Kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap
segala bentuk peraturan atau tata tertib yang
berlaku. Disiplin berarti patuh pada aturan.
3) Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan
dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa,
negara maupun agama.
b. Etos Kerja
1) Kerja Keras
Sungguh-sungguh berusaha ketika menyelesaikan
berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan dan lain-
47
-304-
lain dengan sebaik-baiknya. Kerja keras berarti
pantang menyerah, terus berjuang dan berusaha.
2) Mandiri
Dapat berdiri sendiri. Mandiri berarti tidak
bergantung pada orang lain. Mandiri juga berarti
kemampuan menyelesaikan, mencari dan
menemukan solusi dari masalah yang dihadapi.
3) Sederhana
Bersahaja. Sederhana berarti menggunakan sesuatu
secukupnya, tidak berlebih-lebihan.
c. Sikap
1) Adil
Berarti tidak berat sebelah, tidak memihak pada
salah satu. Adil juga berarti perlakuan yang sama
untuk semua tanpa membeda-bedakan
berdasarkan golongan atau kelas tertentu.
2) Berani
Hati yang mantap, rasa percaya diri yang besar
dalam menghadapi ancaman atau hal yang
dianggap sebagai bahaya dan kesulitan. Berani
berarti tidak takut atau gentar.
3) Peduli
Sikap dan tindakan memperhatikan dan
menghiraukan orang lain, masyarakat yang
membutuhkan dan lingkungan sekitar.
2. Integritas
-305-
konsisten antara apa yang dikatakan dengan tingkah
lakunya sesuai nilai-nilai yang dianut (nilai-nilai dapat
berasal dari nilai kode etik di tempat dia bekerja, nilai
masyarakat atau nilai moral pribadi).
49
-306-
e. Menyatakan kepada atasan karena melanggar nilai-
nilai dan norma yang diyakini
f. Menentang atasan karena menegur hal-hal yang tidak
benar
g. Menyampaikan kebenaran dalam situasi yang sulit
diceritakan
h. Menjelaskan kerugian-kerugian pribadi yang pernah
dialami akibat penyampaian kebenaran
i. Menguraikan tindakan-tindakan dalam mempraktikkan
atau mempertahankan kebenaran
5. Rangkuman
50
-307-
7 Referensi
5
1. Materi E-learning Penyuluh Anti Korupsi ACLC KPK
https://aclc.kpk.go.id/
2. UU No 31 tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
3. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31
Tahun 1999
51
-308-
TIM PENYUSUN
Penasehat:
Dr Achmad Soebagjo Tancarino, MARS
(Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan)
Penangggungjawab:
Nusli Imansyah, SKM., M.Kes
(Kepala Bidang Pengembangan Pelatihan SDM Kesehatan)
Ketua:
Dewi Sukorini, SKM., M.Pd
(Kepala Sub Bidang Pengembangan Pelatihan Fungsional)
Sekretaris:
Purwanto, SKM., DAP & E, M.Kes
52
-309-