Anda di halaman 1dari 311

modul PELATIHAN BAGI

PENGUJI KOMPETENSI
JABATAN FUNGSIONAL
KESEHATAN
DAFTAR ISI MODUL

Mata Pelatihan Dasar 1 ………………………………………………… 1


Mata Pelatihan Inti 1 ……………………………………………………. 24
Mata Pelatihan Inti 2 ……………………………………………………. 60
Mata Pelatihan Inti 3 ……………………………………………………. 96
Mata Pelatihan Inti 4 ……………………………………………………. 139
Mata Pelatihan Inti 5 ……………………………………………………. 207
Mata Pelatihan Penunjang 1 ………………………………………… 234
Mata Pelatihan Penunjang 2 ………………………………………… 256
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

MATA PELATIHAN DASAR 1


KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN UJI KOMPETENSI
JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
PUSAT LATIHAN SDM KESEHATAN
JAKARTA
2020

-1-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

DAFTAR ISI
Halaman
I. Deskripsi Singkat ……………………………... 1

II. Tujuan Pembeajaran ………………………….. 1


A. Hasil Belajar ………………………………….. 1
B. Indikator Hasil Belajar ………………………. 1

III. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ………. 2

IV. Bahan Belajar ………………………………….. 3

V. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran…. 4

VI. Uraian Materi …………………………………… 6


Materi Pokok 1. Arah Pengembangan Karir
Pejabat Fungsional Kesehatan ……………... 6

Materi Pokok 2. Pengelolaan Jabatan


Fungsional Kesehatan ………………………. 10

VII. Evaluasi ………………………………….…….. 19

VIII. Referensi ……………………………………….. 20

ii

-2-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

1 DESKRIPSI SINGKAT

Mata pelatihan ini membahas tentang arah pengembangan karir


pejabat fungsional dan pengelolaan jabatan fungsional
kesehatan.

2 TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Hasil Belajar:
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu
memahami kebijakan penyelenggaraan uji kompetensi
jabatan fungsional kesehatan.

B. Indikator Hasil Belajar:


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat:
1. Menjelaskan arah pengembangan karir pejabat
fungsional kesehatan
2. Menjelaskan pengelolaan jabatan fungsional kesehatan

-3-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

3 MATERI POKOK dan


SUB MATERI POKOK

Materi Pokok dan Sub Materi Pokok pada mata pelatihan ini
adalah sebagai berikut:
A. Arah pengembangan karir pejabat fungsional kesehatan.
1. Landasan Yuridis
2. Pola karir jabatan fungsional kesehatan

B. Pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan


1. Perencanaan
2. Pengangkatan
3. Pengembangan
4. Pemantauan dan evaluasi
5. Sistem Informasi

-4-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

4 BAHAN BELAJAR

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Tenaga


Kesehatan
2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 tentang
Manajemen PNS
3. Peraturan menteri PAN-RB Nomor 13 Tahun 2019 tentang
Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil
4. Peraturan menteri PAN-RB Nomor 38 Tahun 2017 tentang
Standar Kompetensi Jabatan Aparatur Sipil Negera
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 18 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Uji Kompetensi Jabatan Fungsional
Kesehatan

-5-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

5 LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN PEMBELAJARAN

Sesi 1 : Pengkondisian peserta


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut :
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
Apabila belum pernah menyampaiakan sesi di kelas,
mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat kerja dan
materi yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi inti dan pokok
bahasan yang akan disampaikan, sebaiknya dengan
menggunakan bahan tayang.
3. Melakukan apresepsi tentang materi yang akan dibahas
dengan metode curah pendapat atau meminta beberapa
peserta/relawan untuk menjawabnya

Sesi 2 : Penyampaian Materi Arah Pengembangan Karir


Jabtan Fungsional Kesehatam
Langkah proses pembelajaran sebagai berikut :
• Fasilitator menjelaskan tentang pengelolaan jabatan
fungsional kesehatan menggunakan bahan tayangan,
dengan metode ceramah, tanya jawab dan mengajak
peserta untuk berpartisipasi serta berinteraksi dalam
proses pembelajaran.

-6-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Sesi 3 : Penyampaian Materi Pengelolaan Jabatan


Fungsional Kesehatan
Langkah proses pembelajaran sebagai berikut :
• Fasilitator menjelaskan tentang pengelolaan jabatan
fungsional kesehatan menggunakan bahan tayangan,
dengan metode ceramah, tanya jawab dan mengajak
peserta untuk berpartisipasi serta berinteraksi dalam
proses pembelajaran.

Sesi 4 : Rangkuman dan kesimpulan


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut :
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui
penyerapan peserta terhadap materi yang disampaikan dan
pencapaian tujuan pembelajaran
2. Fasiliator merangkum poin-poin tentang materi yang
disampaikan
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

-7-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

6 URAIAN MATERI

Materi Pokok 1: Arah Pengembangan Karir Pejabat Fungsional


Kesehatan

1. Landasan Yuridis
a. Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tenang Aparatur
Sipil Negera
b. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil
c. Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 38 Tahun 2017
tentang Standar Kompetensi Jabatan ASN
d. Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand
Desain Reformasi Birokrasi 2010-2025
e. Peraturan Menteri PAN-RB nomor 13 Tahun 2019 tentang
tentang Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil

2. Pola Karir Jabatan Fungsional Kesehatan


Berdasarakan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
Pengembangan karir dilakukan berdasarkan kualifikasi,
kompetensi, penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi
Pemerintah. Pengmbangan karir dilakukan melalui manajemen
pengembangan karier dengan mempertimbangkan integritas dan

-8-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

moralitas dalam rangka penyesuaian kebutuhan organisasi,


kompetensi dan pola karier PNS. Manajemen pengembangan
melalui:
a. Mutasi dan/ atau
b. Promosi;
c. Penugasan khusus,

Tujuan penyelenggaraan manajemen karier PNS adalah


sebagai berikut:
a. Memberikan kejelasan dan kepastian karier kepada PNS;
b. Menyeimbangkan antara pengembangan karier PNS dan
c. Kebutuhan instansi;
d. Meningkatkan kompetensi dan kinerja PNS; dan
e. Mendorong peningkatan profesionalitas PNS.

Sasaran penyelenggaraan manajemen karier PNS yaitu:


a. Tersedianya pola karier nasional dan panduan
penyusunan pola karier Instansi Pemerintah; dan
b. Meningkatkan kinerja Instansi Pemerintah.

Pola karir merupakan pola dasar mengenai urutan penempatan


dan/ atau perpindahan PNS dalam dan antar posisi di setiap jenis
Jabatan secara berkesinambungan.Pola karier PNS terdiri atas:
a. Pola karier instansi; dan
b. Pola karier nasional

Pola karier nasional disusun dan ditetapkan oleh Menteri. Setiap


Instansi Pemerintah menyusun pola karier instansi secara

-9-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

khusus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pola karier


nasional.

Gambar 1. Pola Karir Pegawai ASN

Pengembangan karier, pengembangan kompetensi, pola karier,


mutasi, dan promosi merupakan manajemen karier PNS yang
harus dilakukan dengan menerapkan prinsip Sistem Merit. Sistem
Merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan
pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar
dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit,
agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau
kondisi kecacatan.Sistem Merit sebagaimana dimaksud meliputi
kriteria:
a. seluruh Jabatan sudah memiliki standar kompetensi Jabatan;
b. perencanaan kebutuhan pegawai sesuai dengan beban kerja;
c. pelaksanaan seleksi dan promosi dilakukan secara terbuka;

-10-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

d. memiliki manajemen karir yang terdiri dari perencanaan,


pengembangan, pola karir, dan kelompok rencana suksesi
yang diperoleh dari manajemen talenta;
e. memberikan penghargaan dan mengenakan sanksi
berdasarkan pada penilaian kinerja yang objektif dan
transparan;
f. menerapkan kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN;
g. merencanakan dan memberikan kesempatan pengembangan
kompetensi sesuai hasil penilaian kinerja;
h. memberikan perlindungan kepada Pegawai ASN dari tindakan
penyalahgunaan wewenang; dan
i. memiliki sistem informasi berbasis kompetensi yang
terintegrasi dan dapat diakses oleh seluruh Pegawai ASN.

Gambar 2. Sistem Merit ASN

-11-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Materi Pokok 2: Pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan

Rancang Bangun (Grand Design) Pengelolaan Jabatan Fungsional


Kesehatan 2019-2025 merupakan acuan bagi
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dalam melakukan
pengelolaan dan pengembangan Jabatan Fungsional Kesehatan
sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Ruang lingkup
Rancang Bangun (Grand Design) Pengelolaan Jabatan Fungsional
Kesehatan Kementerian Kesehatan 2019-2025, meliputi:
a. Pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan di Instansi
Pembina;dan
b. Pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan di Instansi
Pengguna (Kementrian Kesehatan, Kementrian/Lembaga, dan
Pemerintah Daerah).

Gambar 2. Kerangka Pikir Grand Design Pengelolaan


Jabatan Fungsional Kesehatan

10

-12-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Dalam rangka pengembangan profesionalisme dan pembinaan


karier ASN yang menduduki Jabatan Fungsional Kesehatan,
diperlukan kesesuaian antara kompetensi dan kualifikasi jabatan.
Kesesuaian tersebut harus dimulai sejak proses perencanaan,
pengangkatan, dan pengembangan. Untuk mewujudkan hal
tersebut pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan sangat
diperlukan. Pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan meliputi
beberapa tahapan kegiatan, yaitu :

1. Perencanaan
Perencanaan dalam pengelolaan Jabatan Fungsional
Kesehatan diawali dengan penyusunan dan penetapan
kebutuhan jumlah dan jenis Jabatan Fungsional Kesehatan
dengan mekanisme sebagai berikut :
a. Penjabaran tugas dan fungsi organisasi
Dalam menjabarkan tugas dan fungsi organisasi, Instansi
menginventarisir tugas pokok dan fungsi yang dilaksanakan
pejabat fungsional kesehatan sesuai dengan unsur, sub
unsur dan butir kegiatan masing-masing jenis dan Jabatan
Fungsional Kesehatan yang dapat dinilai dengan Angka
Kredit yang menggambarkan dan mendukung pencapaian
tujuan instansi itu sendiri.
b. Perhitungan Analisa Beban Kerja
Analisis beban kerja adalah sebuah metode yang digunakan
untuk menentukan jumlah waktu, usaha dan sumber daya
yang diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi
organisasi.

11

-13-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

d. Pelaksanaan Analisis Jabatan


Analisis jabatan merupakan proses dan tata cara untuk
memperoleh data jabatan yang diolah menjadi informasi
jabatan dan disajikan untuk kepentingan program
kelembagaan, ketatalaksanaan, kepegawaian dan
pengawasan. Dengan melaksanakan analisis jabatan akan
dihasilkan informasi jabatan. Informasi jabatan diperoleh
dengan melakukan kegiatan penyusunan;
1) Uraian jabatan yang terdiri atas aspek-aspek nama
jabatan, kode jabatan, ikhtisar jabatan, uraian tugas,
bahan kerja, perangkat kerja, hasil kerja, tanggung jawab,
wewenang, korelasi jabatan, kondisi lingkungan kerja,
dan resiko bahaya.
2) Syarat jabatan yang terdiri atas pangkat/golongan ruang,
pendidikan, kursus atau diklat, pengalaman kerja,
pengetahuan kerja, keterampilan kerja, bakat kerja,
temperamen kerja, minat kerja, upaya fisik, kondisi fisik,
dan fungsi pekerja.
e. Menetapkan Peta Jabatan (formasi)
Peta Jabatan adalah susunan jabatan yang digambarkan
secara vertikal maupun horizontal menurut struktur
kewenangan, tugas, dan tanggung jawab jabatan serta
persyaratan jabatan. Peta jabatan menggambarkan seluruh
jabatan yang ada dan kedudukannya dalam unit kerja.Dalam
menetapkan peta jabatan, maka instansi melakukan :
1) Menyusun nama dan tingkat jabatan dari jenjang jabatan
yang paling rendah sampai dengan yang paling tinggi.

12

-14-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

2) Peta jabatan menggambarkan seluruh jabatan yang ada


dan kedudukan dalam unit organisasi serta memuat
jumlah pegawai, pangkat/golongan ruang, kualifikasi
pendidikan, dan beban kerja unit organisasi.
f. Penetapan Regulasi
Peta Jabatan (formasi) yang telah disusun, ditetapkan
melalui regulasi oleh pimpinan instansi.

2. Pengangkatan
Pengangkatan Jabatan Fungsional Kesehatan dilakukan
berdasarkan peta jabatan (formasi) untuk mengisi kebutuhan
Jabatan Fungsional Kesehatan baik kategori Keterampilan
maupun kategori Keahlian. Adapun Mekanisme pengangkatan
Jabatan Fungsional Kesehatan dapat melalui:
a. Pengangkatan pertama
b. Perpindahan jabatan
c. Penyesuaian/ inpassing
d. Promosi

Setelah diangkat ke dalam Jabatan Fungsional Kesehatan, para


pejabat fungsional melaksanakan tiap butir-butir kegiatan yang
harus dicapai untuk mendapatkan angka kredit dan penilaian
kinerja. Butir butir kegiatan yang dimaksud adalah tugas-tugas
yang dilaksanakan oleh setiap pejabat fungsional yang terdiri
atas unsur utama (tugas pokok) dan unsur penunjang. Dalam
melaksanakan tugas serta fungsinya pejabat fungsional
mendapatkan tunjangan dan untuk pengangkatan pertama,
perpindahan jabatan, promosi maupun inpassing pejabat

13

-15-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

fungsional dipersyaratkan untuk uji kompetensi. Berdasarkan PP


11 Tahun 2017 Pengembangan karier, pengembangan
kompetensi, pola karier, mutasi, dan promosi merupakan
manajemen karier PNS yang harus dilakukan dengan
menerapkan prinsip Sistem Merit. Berdasarkan Permenpan 13
tahun 2019 dalam pengangkatan mensyaratkan mengikuti dan
lulus uji Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial, dan
Kompetensi Sosial, Kultural sesuai standar kompetensi yang
telah disusun oleh Instansi Pembina baik untuk pengangkatan
pertama, perpindahan dari jabatan lain, inpassing, promosi
(kenaikan jenjang satu tingkat lebih tinggi) serta alih kategori.

3. Pengembangan
Pengembangan Jabatan Fungsional Kesehatan sesuai dengan
jenjang karier meliputi beberapa aspek yaitu:
a. Pemenuhan Angka Kredit
Dalam pelaksanaan tugas utama/pokok seorang pejabat
Fungsional harus mengumpulkan sekurang-kurangnya 80%
dari angka kredit yang ditetapkan, sedang pelaksanaan tugas
penunjang tugas pokok sebanyak-banyaknya hanya 20%.
Ketentuan tersebut diatur untuk menjamin agar Pejabat
Fungsional mengutamakan pelaksanaan tugas pokoknya
dibandingkan dengan tugas-tugas penunjang. Pemenuhan
angka kredit pejabat fungsional diatur dalam peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi
Birokrasi. Untuk selanjutnya diharapkan pemenuhan angka
kredit ini akan terintegrasi dengan penilaian kinerja pejabat
fungsional kesehatan.

14

-16-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

b. Uji Kompetensi
Berdasarkan Pasal 69 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara antara
lain dinyatakan bahwa pengembangan karier Pegawai Negeri
Sipil dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian
kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah. Kompetensi yang
diharapkan meliputi: a. Kompetensi teknis yang diukur dari
tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis
fungsional, dan pengalaman bekerja secara teknis; b.
Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan,
pelatihan struktural atau manajemen, dan pengalaman
kepemimpinan; dan c. Kompetensi sosial kultural yang diukur
dari pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat
majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga
memiliki wawasan kebangsaan. Uji Kompetensi Jabatan
Fungsional Kesehatan adalah suatu proses untuk mengukur
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja pejabat
fungsional kesehatan yang dilakukan oleh Tim Penguji dalam
rangka memenuhi syarat untuk pengangkatan pertama atau
kenaikan jenjang jabatan atau perpindahan jabatan dan atau
promosi untuk menjamin kualitas pejabat fungsional
c. Pengembangan Kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan
Pengembangan kompetensi mengacu pada standar
kompetensi dan jenjang karir dari pejabat
fungsional.Pengembangan kompetensi merupakan upaya
untuk pemenuhan kebutuhan kompetensi Jabatan Fungsional
Kesehatan. Pengembangan kompetensi dapat dilaksanakan
dalam bentuk pendidikan dan/atau pelatihan.

15

-17-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

1) Pendidikan
Pengembangan kompetensi dalam bentuk pendidikan
formal dapat dilaksanakan dalam bentuk pemberian tugas
belajar. Tugas belajar diberikan dalam rangka memenuhi
kebutuhan standar kompetensi Jabatan dan
pengembangan karier.
2) Pelatihan Pengembangan kompetensi dalam bentuk
pelatihan dapat dilakukan melalui:
a) Jalur pelatihan klasikal
Pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan
klasikal dilakukan melalui proses pembelajaran tatap
muka di dalam kelas, paling sedikit melalui pelatihan,
seminar, kursus dan penataran
b) Jalur pelatihan nonklasikal
Pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan
nonklasikal dilakukan paling sedikit melalui e-learning,
bimbingan di tempat kerja, pelatihan jarak jauh,
magang, dan pertukaran antar PNS dengan pegawai
swasta.
d. Pembinaan
Pembinaan Jabatan Fungsional Kesehatan dilaksanakan
dalam rangka pembinaan karier pejabat fungsional sebagai
PNS yang dilaksanakan melalui sistem merit, kriteria sistem
merit yang dimaksud meliputi:
1) Seluruh jabatan sudah memiliki standar kompetensi
jabatan
2) Perencanaan kebutuhan pegawai sesuai dengan beban
kerja,

16

-18-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

3) Pelaksanaan seleksi dan promosi dilakukan secara


terbuka
4) Memiliki manajemen karir yang terdiri dari perencanaan,
pengembangan, pola karir dan kelompok rencana suksesi
yang diperoleh dari manajemen talenta.
5) Memberikan penghargaan dan mengenakan sanksi
berdasarkan pada penilaian kinerja yang objektif dan
transparan.
6) Menerapkan kode etik dan kode prilaku Pegawai ASN
7) Merencanakan dan memberikan kesempatan
pengembangan kompetensi sesuai hasil penilaian kinerja.
8) Memberikan perlindungan kepada Pegawai ASN dari
tindakan penyalahgunaan wewenang dan Memiliki sistem
informasi berbasi kompetensi yang terintegrasi dan dapat
diakses oleh seluruh pegawai ASN.

4. Pemantauan dan Evaluasi


e. Pemantauan
Sistem pengawasan/pemantauan dirancang untuk difokuskan
pada pencermatan atas pelaksanaan Rencana Aksi dan
Rencana Induk Pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan.
Komitmen dari unsur unsur yang melaksanakan rencana
sebagaimana tertuang dalam Rencana Induk maupun
Rencana Aksi Pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan,
menjadi titik perhatian dalam pengawasan pengelolaan ini.
Penyimpangan atau ketidaksesuaian dalam pelaksanaan,
akan dijadikan bahan evaluasi dalam penataan pengelolaan

17

-19-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

kedepannya dan memecahkan permasalahan tersebut


melalui koordinasi dengan para pemangku kepentingan.
f. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara terpadu, didukung dengan
pemantauan yang intensif, untuk mengetahui berbagai
perkembangan kemajuan dan permasalahan pelaksanaan
kegiatan program terkait sebagaimana yang tercantum dalam
Rencana Induk dan Rencana Aksi, sesuai pedoman evaluasi
yang ditetapkan. Evaluasi Jabatan Fungsional Kesehatan
dilakukan secara berkala, setiap tahun. Di luar evaluasi
berkala, dapat dilakukan evaluasi paruh waktu atau evaluasi
dengan tujuan khusus sesuai dengan kebutuhan, yang
dilaksanakan sesuai dengan pedoman evaluasi khusus yang
ditetapkan.

5. Sistem Informasi
Sistem Informasi Pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan
dikembangkan dalam rangka menjamin ketersediaaan data
dasar yang lengkap dan akses sistem teknologi yang
memungkinkan pengolahan data secara akurat, tepat, dan cepat
sebagai basis pengambilan keputusan. Selain hal tersebut,
dengan adanya sistem informasi pelaporan hasil pemantauan
dan evaluasi baik yang dilaksanakan secara berkala maupun
secara khusus dapat mempermudah proses pemantauan
perencaan, pengangkatan, pengembangan, dan evaluasi serta
pelaporan.

18

-20-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

7 EVALUASI
1. Jelaskan secara singkat arah pengembangan karir pejabat
fungsional kesehatan !
2. Jelaskan secara singkat pengelolaan jabatan fungsional
kesehatan !

19

-21-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

8 REFERENSI
1. Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tenang Aparatur Sipil
Negera
2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil
3. Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 38 Tahun 2017 tentang
Standar Kompetensi Jabatan ASN
4. Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Desain
Reformasi Birokrasi 2010-2025
5. Peraturan Menteri PAN-RB nomor 13 Tahun 2019 tentang
tentang Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil

20

-22-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

TIM PENYUSUN

Penasehat:
Dr Achmad Soebagjo Tancarino, MARS
(Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan)

Penangggungjawab:
Nusli IMansyah, SKM., M.Kes
(Kepala Bidang Pengembangan Pelatihan SDM Kesehatan)

Ketua:
Dewi Sukorini, SKM., M.Pd
(Kepala Sub Bidang Pengembangan Pelatihan Fungsional SDM
Kesehatan)

Sekretaris:
Purwanto, SKM., DAP & E, M.Kes

Tim Penyusun dan Kontributor:


Agustina, SKM., M.Kes
Bob Yudibowo Yuswardi BE.SST
Deri Pinasti, SKM., MKM
dr. Jefri Thomas Alpha Edison Silalahi, MKM
Iwan Heryawan, S.ST
Nina Apriliani Sari, S.Tr.Keb
Rusmiati, S.Kom., MM
Rahayu Astuti, SKM., MKM
Werdiningsih, SKM., MARS
Dr. drg Siti Nur Anisah, MPH
Yanuardo G.D. Sinaga, ST., MPd
Imam Wahyudi, ST., M.Kes
Afriani Tinurbaya, S.Kep

21

-23-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

MATA PELATIHAN INTI 1.


PENGORGANISASIAN UJI KOMPETENSI
JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
PUSAT LATIHAN SDM KESEHATAN
JAKARTA
2020

-24-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

DAFTAR ISI
Halaman
I. Deskripsi Singkat ………………………………...…... 1

II. Tujuan Pembeajaran …………………………..…….. 1


A. Hasil Belajar ………………………………..……….. 1
B. Indikator Hasil Belajar ……………………..………. 1

III. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ………...……. 2

IV. Bahan Belajar …………………………………...…….. 3

V. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran………... 4

VI. Uraian Materi ………………………………………….. 6


Materi Pokok 1. Penyelenggara Uji kompetensi… 6
Materi Pokok 2. Peserta Uji kompetensi …….….. 18
Materi Pokok 3. Tim Penguji Uji kompetensi …… 20
Materi Pokok 4. Mekanisme Uji Kompetensi …… 25

VII. Rangkuman dan Kesimpulan ………………………. 29


VIII. Evaluasi ………………………………….…………….. 31
IX. Referensi ……………………………………………..... 31
X. Lampiran …………………….……………………….… 32

ii

-25-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

1 DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas tentang penyelenggara, peserta,
tim penguji uji kompetensi dan mekanisme uji kompetensi.

2 TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Hasil Belajar
Setelah mengkuti mata pelatihan ini, peserta mampu
memahami pengorganisasian uji kompetensi jabatan
fungsional kesehatan

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengkuti mata pelatihan ini, peserta dapat:
1. Menjelaskan Penyelenggara Uji kompetensi
2. Menjelaskan Peserta Uji kompetensi
3. Menjelaskan Tim Penguji Uji kompetensi
4. Menjelaskan Mekanisme Uji Kompetensi

-26-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

3 MATERI POKOK dan


SUB MATERI POKOK
Materi Pokok dan Sub Materi Pokok pada mata pelatihan ini adalah
sebagai berikut:
A. Penyelenggara Uji kompetensi
1. Pusat yang Membidangi Pengembangan Jabatan Fungsional
2. Unit Pembina
3. Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Kementerian Kesehatan
4. Unit yang membidangi Jabatan Fungsional Kesehatan
Kementerian/ Lembaga Pemerintah NonKementerian selain
Kementerian Kesehatan
5. Dinas Kesehatan Provinsi
6. Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
7. Instansi/ fasilitas pelayanan kesehatan/ fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya yang dipimpin oleh pejabat pimpinan tinggi
pratama
B. Peserta Uji kompetensi
1. Hak
2. Kewajiban
C. Tim Penguji Uji kompetensi
1. Persyaratan
2. Tugas
3. Wewenang
D. Mekanisme uji kompetensi

-27-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

4 BAHAN BELAJAR

1. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang


Manajemen Pegawai Negeri Sipil
2. Permenkes 18 Tahun 2017 tentang Penyelenggara Uji
Kompetesi Jabatan Fungsional Kesehatan

-28-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

5 LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN PEMBELAJARAN

Sesi 1: Pengkondisian Peserta


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut :
1. Fasilitator menyapa peserta dan memperkenalkan diri
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan
bahan tayang
3. Melakukan apersepsi tentang materi yang akan dibahas
dengan metoda curah pendapat atau meminta beberapa
peserta/ relawan untuk menjawabnya

Sesi 2: Penyampaian Materi Penyelenggara Uji Kompetensi


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut :
• Fasilitator menjelaskan tentang penyelenggara uji
kompetensi menggunakan bahan tayang, dengan metode
ceramah, tanya jawab dan mengajak peserta untuk
berpartisipasi serta berinteraksi dalam proses pembelajaran.

Sesi 3: Penyampaian Materi Peserta Uji Kompetensi


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut :
• Fasilitator menjelaskan tentang peserta uji kompetensi
menggunakan bahan tayang, dengan metode ceramah,

-29-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

tanya jawab dan mengajak peserta untuk berpartisipasi serta


berinteraksi dalam proses pembelajaran.

Sesi 4: Penyampaian materi Tim Penguji Uji Kompetensi


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut :
• Fasilitator menjelaskan tentang tim penguji uji kompetensi
menggunakan bahan tayang, dengan metode ceramah,
tanya jawab dan mengajak peserta untuk berpartisipasi serta
berinteraksi dalam proses pembelajaran.

Sesi 5: Penyampaian Materi Mekanisme Uji Kompetensi


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut :
• Fasilitator menjelaskan tentang mekanisme uji kompetensi
menggunakan bahan tayang, dengan metode ceramah, tanya
jawab dan mengajak peserta untuk berpartisipasi serta
berinteraksi dalam proses pembelajaran.

Sesi 6: Rangkuman dan Kesimpulan


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut :
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan
peserta terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan
pembelajaran
2. Fasiliator merangkum poin-poin tentang materi yang disampaikan
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

-30-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

6 URAIAN MATERI
Materi Pokok 1: Penyelenggara Uji Kompetensi

Pusat Peningkatan Mutu SDMK

Unit Pembina

UPT Kementrian/ Dinas Dinas Kesehatan


Kementrian Lembaga Kesehatan Kabupaten/Kota
Kesehatan Pemerintah Non
Provinsi
Kementrian selain
Kementrian
Kesehatan UPT Dinkes
UPT Dinkes
Provinsi Kabupaten/
Kota

Gambar 1. Organisasi Penyelenggara Uji Kompetensi

Penyelenggara uji kompetensi sebagaimana terdapat dalam


Gambar 1 terdiri atas:

1. Pusat yang membidangi pengembangan jabatan


fungsional
Pusat yang membidangi pengembangan jabatan
fungsional di Kementerian Kesehatan merupakan Pusat

-31-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan


Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan. Tugasnya adalah:
a. Menyusun regulasi uji kompetensi.
b. Mensosialisasikan kebijakan uji kompetensi secara
berkesinambungan
c. Mengarahkan penyelenggara dalam penyusunan
perencanaan pelaksanaan uji kompetensi.
d. Menyusun perencanaan penyelenggaraan uji kompetensi
secara nasional
e. Menjadi koordinator penyelenggara uji kompetensi secara
nasional
f. Memverifikasi dan merekomendasikan penyelenggaraan
uji kompetensi.
g. Melakukan akreditasi penyelenggaraan uji kompetensi
jabatan fungsional kesehatan.
h. Membuat dan mengembangkan sistem informasi terkait uji
kompetensi
i. Mengeluarkan nomor sertifikat kepada peserta yang telah
dinyatakan lulus berdasarkan rekomendasi penyelenggara
uji dan Unit Pembina.
j. Melaksanakan manitoring dan evaluasi penyelenggaraan
uji kompetensi.

2. Unit Pembina
Unit Pembina adalah unit kerja yang membina jabatan
fungsional, dikaitkan dengan tugas pokok dan fungsinya
7

-32-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

sesuai Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pembinaan


Jabatan Fungsional.
Unit pembina jabatan fungsional kesehatan bertugas:
a. Melakukan verifikasi data seluruh calon peserta uji jabatan
fungsional yang menjadi binaannya.
b. Melakukan verifikasi terhadap usulan proposal
penyelenggaraan uji kompetensi jabatan fungsional yang
menjadi binaannya.
c. Membentuk tim penguji tingkat pusat.
d. Menyusun perencanaan penyelenggaraan uji kompetensi
dari seluruh provinsi/ Kementerian dan Lembaga selain
Kementerian Kesehatan/ UPT Kementerian Kesehatan.
e. Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan uji
kompetensi secara nasional terhadap jabatan fungsional
yang menjadi binaannya.
f. Memfasilitasi penyelenggaraan uji kompetensi twermasuk
dalam menyiapkan fasilitas dan sumber daya yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan uji yang dilaksanakan oleh
Unit Pembina atau tingkat pusat, anata lain:
1) Membentuk kepanitiaan atau sekretariat uji
kompetensi tingkat pusat;
2) Menginformasikan maksud dan tujuan uji kompetensi
terhadap pejabat fungsional yang menjadi binaannya;
3) Mengidentifikasi jumlah pejabat fungsional yang layak
ikut uji kompetensi; dan
4) Menyusun perencanaan pelaksanaan uji kompetensi.

-33-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

g. Menerbitkan sertifikat uji kompetensi untuk pejabat


fungsional yang diuji tingkat Unit Pembina atau pusat.
h. Melaksanakan monitoring dan evaluasi penyelenggara uji
kompetensi
i. Berkoordinasi dengan pusat yang membidangi
pengembangan ajabatan fungsional di Kementerian
Kesehatan dalam hal:
1) Pembentukan tim penguji tingkat pusat;
2) Sosialisasi penyelenggaraan Uji Kompetensi;
3) Pengelolaan Pelaksanaan Uji Kompetensi;
4) Monitoring dan evaluasi; dan
5) Lain-lain.

3. Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian


Kesehatan
Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Lingkungan
Kementerian Kesehatan sebagaimana dimaksud
adalah organisasi yang bersifat mandiri yang
melaksanakan tugas teknis operasional bidang
kesehatan dan atau tugas teknis penunjang tertentu dari
organisasi induknya yaitu Kementerian Kesehatan.
UPT di Lingkungan Kementerian Kesehatan bertugas
sebagai berikut:
a. Membuat rencana penyelenggaraan uji
kompetensi.
b. Membentuk tim penguji di UPT masing-masing.
c. Membuat surat pengajuan penyelenggaraan uji
9

-34-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

kompetensi ke unit pembina.


d. Memfasilitasi penyelenggaraan uji kompetensi
termasuk dalam menyiapkan fasilitas dan sumber
daya yang dibutuhkan di UPT Kementerian
Kesehatan, antara lain:
1) membentuk kepanitiaan atau sekretariat uji
kompetensi di UPT Kementerian Kesehatan;
2) menginformasikan maksud dan tujuan uji
kompetensi terhadap pejabat fungsional di
Instansinya; dan
3) mengidentifikasi jumlah pejabat fungsional yang
layak ikut uji kompetensi.
e. Menerbitkan sertifikat uji kompetensi untuk pejabat
fungsional yang diuji di unit UPT Kemenkes.
f. Melakukan pencatatan dan melaporkan
penyelenggaraan uji kompetensi kepada Unit
Pembina dan Pusat Peningkatan Mutu secara
manual maupun online meliputi:
1) Jumlah peserta uji;
2) Jenis jabatan fungsional;
3) Kategori dan jenjang jabatan fungsional;
4) Rekapitulasi kelulusan;
5) Metode uji kompetensi;
6) Materi uji kompetesni;
7) Tim penguji kompetensi; dan
8) Waktu dan tempat uji kompetensi;

10

-35-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

h. Membuat Berita Acara Pelaksanaan (BAP) uji


kompetensi yang disampaikan ke Pusat
Peningkatan Mutu SDMK seperti contoh
sebagaimana tercantum dalam Formulir 1 Peraturan
ini.
i. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
penyelenggaraan uji kompetensi.

4. Unit yang membidangi jabatan fungsional


kesehatan kementerian /lembaga pemerintah
nonkementerian selain Kementerian Kesehatan
Tugas unit tersebut yaitu:
a. Membuat rencana penyelenggaraan uji kompetensi.
b. Membentuk tim penguji di kementerian/ lembaga
pemerintah nonkementerian selain kementerian
kesehatan.
c. Membuat surat pengajuan penyelenggaraan uji
kompetensi kepada unit pembina.
d. Memfasilitasi penyelenggaraan uji kompetensi,
termasuk dalam menyiapkan fasilitas dan sumber
daya yang dibutuhkan di kementerian/ lembaga
pemerintah non kementerian selain Kementerian
Kesehatan, antara lain:
1) Membentuk kepanitiaan atau sekretariat uji kompetensi
di Kementerian/lembaga pemerintah non kementerian
selain Kementerian Kesehatan;
2) Menginformasikan maksud dan tujuan uji kompetensi
11

-36-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

kepada pejabat fungsional di instansinya; dan


3) Mengidentifikasi jumlah pejabat fungsional yang layak
ikut uji kompetensi.
e. Menerbitkan sertifikat uji kompetensi untuk pejabat
fungsional yang diuji di kementerian/lembaga
pemerintah non kementerian selain Kementerian
Kesehatan
f. Melakukan pencatatan dan melaporkan
penyelenggaran uji kompetensi kepada Unit
Pembina dan Pusat Peningkatan Mutu secara
manual maupun online meliputi:
1) Jumlah peserta uji;
2) Jenis jabatan fungsional;
3) Kategori dan jenjang jabatan fungsional;
4) Rekapitulasi kelulusan;
5) Metode uji kompetensi;
6) Materi uji kompetensi;
7) Tim penguji kompetensi; dan
8) Waktu dan tempat uji kompetensi.
g. Membuat BAP uji kompetensi yang disampaikan ke
Pusat Peningkatan Mutu SDMK
h. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
penyelenggara uji kompetensi.

5. Dinas Kesehatan Provinsi


Dinas Kesehatan Provinsi bertugas:
a. Membuat rencana penyelenggaraan uji kompetensi.
12

-37-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

b. Membentuk tim penguji di wilayah kerja provinsi.


c. Membuat surat pengajuan pelaksanaan uji
kompetensi ke unit pembina.
d. Memfasilitasi pelaksanaan uji kompetensi termasuk
dalam menyiapkan fasilitas dan sumber daya yang
dibutuhkan di wilayah kerja Provinsi, antara lain:
1) Membentuk kepanitiaan atau sekretariat uji
kompetensi tingkat Provinsi;
2) Mengkoordinir penyelenggaraan uji kompetensi
di wilayah kerja provinsi;
3) Menginformasikan maksud dan tujuan uji
kompetensi kepada pejabat fungsional di
instansinya; dan
4) Mengidentifikasi jumlah pejabat fungsional yang
layak ikut uji kompetensi.
e. Menerbitkan sertifikat uji kompetensi untuk pejabat
fungsional yang diuji di Provinsi.
f. Melakukan pencatatan dan melaporkan
penyelenggaraan uji kompetensi kepada Unit
Pembina dan Pusat Peningkatan Mutu secara
manual maupun online meliputi:
1) Jumlah Peserta Uji;
2) Jenis Jabatan Fungsional;
3) Kategori Dan Jenjang Jabatan Fungsional;
4) Rekapitulasi Kelulusan;
5) Metode Uji Kompetensi;
6) Materi Uji Kompetensi;
13

-38-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

7) Tim Penguji Kompetensi; Dan


8) Waktu Dan tempat uji kompetensi.
g. Membuat BAP uji kompetensi yang disampaikan
kepada Pusat Peningkatan Mutu SDMK.
h. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
penyelenggaraan uji kompetensi.

6. Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota


Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertugas:
a. Membuat rencana penyelenggaraan uji kompetensi.
b. Membentuk tim penguji kabupaten/kota.
c. Membuat surat pengajuan penyelenggaraan uji
kompetensi kepada Dinas Kesehatan Provinsi.
d. Memfasilitasi penyelenggaraan uji kompetensi
termasuk dalam menyiapkan fasilitas dan sumber
daya yang dibutuhkan di kabupaten/kota, antara
lain:
1) Membentuk kepanitiaan atau secretariat uji
kompetensi di Kabupaten/Kota;
2) mengkoordinir penyelenggaraan uji kompetensi
di wilayah kerja kabupaten/kota;
3) menginformasikan maksud dan tujuan uji
kompetensi kepada pejabat fungsional di
Instansinya; dan
4) mengidentifikasi jumlah pejabat fungsional
yang layak ikut uji kompetensi.
e. Menerbitkan sertifikat uji kompetensi untuk pejabat
14

-39-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

fungsional yang diuji di kabupaten/kota.


f. Melakukan pencatatan dan melaporkan
penyelenggaraan uji kompetensi kepada Unit
Pembina dan Pusat Peningkatan Mutu secara
manual maupun online meliputi:
1) Jumlah peserta uji;
2) Jenis jabatan fungsional;
3) Kategori dan jenjang jabatan fungsional;
4) Rekapitulasi kelulusan;
5) Metode uji kompetensi;
6) Materi uji kompetensi;
7) Tim penguji kompetensi; dan
8) Waktu dan tempat uji kompetensi.
g. Membuat BAP uji kompetensi seperti contoh
sebagaimana tercantum dalam formulir 1 Peraturan
ini yang disampaikan kepada Pusat Peningkatan
Mutu SDMK
h. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
penyelenggara uji kompetensi.

7. Instansi/ fasilitas pelayanan kesehatan/ fasilitas


pelayanan kesehatan lainnya yang dipimpin oleh pejabat
pimpinan tinggi pratama.
Tugasnya adalah:
a. Membuat rencana penyelenggaraan uji kompetensi.

15

-40-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

b. Membentuk tim penguji lingkungan instansi/fasilitas


pelayanan kesehatan/ fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya tersebut.
c. Membuat surat pengajuan penyelenggaraan uji
kompetensi.
d. Memfasilitasi penyelenggaraan uji kompetensi termasuk
dalam menyiapkan fasilitas dan sumber daya yang
dibutuhkan di lingkungan instansi/ fasilitas pelayanan
kesehatan/ fasilitas pelayanan kesehatan lainnya tersebut,
antara lain:
1) membentuk kepanitiaan atau sekretariat uji
kompetensi lingkungan instansi/ fasilitas pelayanan
kesehatan/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
tersebut;
2) menginformasikan maksud dan tujuan uji kompetensi
kepada pejabat fungsional di instansinya; dan
3) mengidentifikasi jumlah pejabat fungsional yang layak
ikut uji kompetensi.
e. Menerbitkan sertifikat uji kompetensi untuk pejabat
fungsional yang diuji di instansi/fasilitas pelayanan
kesehatan/ fasilitas pelayanan kesehatan lainnya tersebut.
f. Melakukan pencatatan dan melaporkan penyelenggaraan
uji kompetensi kepada Unit Pembina dan Pusat
Peningkatan Mutu secara manual maupun online meliputi:
1) Jumlah peserta uji;
2) Jenis jabatan fungsional;
3) Kategori dan jenjang jabatan fungsional;
16

-41-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

4) Rekapitulasi kelulusan;
5) Metode uji kompetensi;
6) Materi uji kompetensi;
7) Tim penguji kompetensi; dan
8) Waktu dan tempat uji kompetensi.
g. Membuat BAP uji kompetensi seperti contoh sebagaimana
tercantum dalam Formulir 1 Peraturan ini yang
disampaikan kepada Pusat Peningkatan Mutu SDMK.
h. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
penyelenggaraan uji kompetensi.

17

-42-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Materi Pokok 2: Peserta Uji Kompetensi

Peserta uji kompetensi jabatan fungsional kesehatan terdiri


atas pejabat fungsional perawat, perawat gigi, radiografer,
teknisi elektromedis, perekam medis, pembimbing
kesehatan kerja, dan pejabat fungsional kesehatan lainnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pejabat fungsional kesehatan lainnya sesuai dengan


peraturan perundang-undangan yang dimaksud adalah
pejabat fungsional yang dalam peraturan menteri yang
membidangi pendayagunaan aparatur negara diwajibkan
untuk uji kompetensi sebagai salah satu persyaratan
kenaikan jenjang. Adapun kewajiban dan hak peserta uji
adalah sebagai berikut:
1. Kewajiban Peserta Uji
a. Mempersiapkan berkas administrasi yang
diperlukan
b. Mengajukan permohonan uji kompetensi ke
pimpinan instansi pengguna dengan diketahui
atasan langsung.
c. Melakukan registrasi online uji kompetensi jabatan
fungsional. Seluruh pejabat fungsional yang akan
mengikuti uji kompetensi wajib melakukan
pemutakhiran data jabatan fungsional secara online
melalui laman resmi Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan

18

-43-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

(Badan PPSDMK). Setelah melakukan pemutakhiran


data jabatan fungsional, semua calon peserta uji
kompetensi harus mendaftar uji kompetensi secara
online.
d. Mencetak buku registrasi online.
e. Mempersiapkan berkas portofolio dan data dukung
yang diperlukan.
f. Melakukan konsultasi dengan tim penguji sebelum
melakukan uji kompetensi (setelah ditetapkan
menjadi calon peserta uji).
g. Melaksanakan uji sesuai dengan tempat, waktu,
metode yang telah ditetapkan.

2. Hak Peserta Uji


a. Mendapatkan feedback dan hasil kelulusan uji
kompetensi.
b. Bila lulus, mendapat sertifikat uji kompetensi.
c. Bila tidak lulus, boleh mengikuti uji ulang sesuai
dengan jadwal yang ditetapkan oleh pelaksana.
d. Bila uji ulang pertama tidak lulus, boleh mengikuti uji
ulang yang kedua sesuai dengan jadwal yang
tersedia penyelenggara.
e. Bila uji ulang yang kedua tidak lulus maka pimpinan
instansi pengguna memberikan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan kepada pejabat
fungsional tersebut.

19

-44-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Materi Pokok 3: Tim Penguji Uji Kompetensi.

1. Persyaratan Tim Penguji


Tim penguji kompetensi jabatan fungsional kesehatan
sekurang-kurangnya memiliki syarat sebagai berikut:
a) Mempunyai jenis Jabatan Fungsional yang sama dengan
peserta uji
Contoh kasus: Bila pejabat fungsional Perekam Medis akan
melakukan uji kompetensi maka pengujinya adalah seorang
yang juga pejabat fungsional perekam medis.
b) Menduduki jenjang jabatan paling rendah setingkat lebih
tinggi dengan jabatan pejabat fungsional kesehatan yang
diuji

Contoh kasus: Bila pejabat fungsional Perekam Medis


jenjang ahli pertama yang akan uji kompetensi untuk dapat
naik ke jenjang ahli muda, maka yang menjadi pengujinya
sekurang- kurangnya adalah seorang pejabat fungsional
perekam medis dengan jenjang ahli muda
c) Memiliki Surat Keputusan sebagai tim penguji yang
ditetapkan oleh sekurang-kurangnya pejabat pimpinan
.
tinggi pratama.
d) Tim penguji kompetensi jabatan fungsional kesehatan
dapat dibentuk apabila memiliki sekurang-kurangnya 3
(tiga) pejabat fungsional kesehatan yang sama dalam satu
instansi atau fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas
kesehatan lainnya.

20

-45-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Contoh Kasus (1): Tim penguji jabatan


fungsional radiografer tingkat kabupaten/kota
dapat dibentuk apabila dalam satu
kabupaten/kota tersebut memiliki jumlah
pejabat fungsional radiografer sekurang-
kurangnya 3 (tiga) orang baik yang bekerja di
rumah sakit kabupaten/kota, puskesmas atau
fasyankes lainnya.

Contoh Kasus (2): satu kabupaten/kota di suatu


provinsi memiliki dua orang pejabat fungsional
radiografer baik yang bekerja di rumah sakit
kabupaten/kota, puskesmas atau fasyankes lainnya,
maka tim penguji tingkat kabupaten/kota untuk
jabatan fungsional radiografer tidak dapat dibentuk
karena jumlah pemangkunya kurang dari tiga (3)
orang. Bila ditemukan kasus seperti contoh kasus (2)
maka pimpinan instansi pengguna jabatan fungsional
radiografer tersebut bekerja sama dengan dinas
kesehatan provinsi atau instansi pengguna jabatan
fungsional radiografer lainnya yang
menyelenggarakan uji kompetensi jabfung
radiografer, dengan cara mengirimkan peserta untuk
dapat diuji di tempat tersebut atau mendatangkan tim
penguji tingkat provinsi untuk menguji di
kabupaten/kota tersebut.

Dalam hal keadaan tertentu seperti terbatasnya


penguji, efisiensi pelaksanaan uji kompetensi, atau
berdasarkan pertimbangan lainnya maka uji
kompetensi dapat diselenggarakan di instansi atau
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

e) Memiliki sertifikat sebagai penguji kompetensi


Dalam hal tidak ada penguji yang memiliki sertifikat
sebagai penguji kompetensi maka pimpinan instansi

21

-46-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

dapat menunjuk penguji yang memiliki keahlian serta


mampu untuk menjadi penguji dalam uji kompetensi
jabatan fungsional kesehatan, dengan indikator
memiliki kemampuan teknis kompetensi,
keprofesian, dan pemahaman mengenai jabatan
fungsional.
f) Tidak sedang menjalani hukuman disiplin.
Dalam hal persyaratan tim penguji dalam point a dan b tidak
terpenuhi maka tim penguji tingkat pusat dapat diambil dari
Aparatur Sipil Negara yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Memiliki profesi yang sama dengan peserta uji
kompetensi
2) Memiliki gelar akademis sekurang kurangnya sama
dengan peserta uji kompetensi.

2. Tugas tim penguji kompetensi adalah terdiri atas:


a) Menetapkan metode uji kompetensi.
Dalam menetapkan metode uji, tim penguji harus
memperhatikan peraturan perundang- undangan, kondisi,
dan keadaan sumber daya yang tersedia di instansi
pengguna yang akan diuji.
Penetapan metode uji dilakukan setelah tim penguji
berkoordinasi dengan pimpinan instansi pengguna jabatan
fungsional yang akan diuji.
Selanjutnya tim penguji menginformasikan kepada peserta
uji, tentang metode uji yang akan digunakan, rencana
penilaian, metode penilaian, waktu, dan tempat uji, tata
22

-47-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

tertib uji, dan lain lain pada saat peserta uji konsultasi
dengan tim penguji. Proses konsultasi ini dilaksanakan
sebelum pelaksanaan uji.
b) Membuat rencana penilaian
c) Menetapkan metode penilaian
d) Menyiapkan perangkat penilaian
e) Berkoordinasi dengan instansi atau fasilitas pelayanan
kesehatan atau fasilitas kesehatan lainnya dalam
menyaiapkan fasilitas dan sumber daya yang dibutuhkan.
f) Memeriksa dan memvalidasi data dokumen.
g) Melakukan penilaian uji kompetensi sesuai dengan metode
yang ditetapkan
h) Memberikan feedback hasil penilaian uji kepada peserta uji
kompetensi.
i) Melakukan pemutatakhiran instrumen uji kompetensi.
j) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap hasil
penyelenggaraan.
k) Melakukan pencatatan dan melaporkan penyelenggraan uji
kompetensi jabatan fungsional kesehatan kepada pimpinan
penyelenggara uji yang meliputi jumlah peserta uji dan yang
lulus uji kompetensi, jenis jabatan fungsional, kategori dan
jenjang jabatan fungsional, rekapitulasi kelulusan, metode
uji kompetensi, tim penguji kompetensi, waktu dan tempat
uji kompetensi.

23

-48-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

4. Wewenang tim penguji


Tim penguji kompetensi memiliki kewenangan sebagai
berikut:
a) Menentukan metode uji kompetensi.
b) Menentukan jenis metode dan instrumen penilaian.
c) Menetapkan substansi penilaian berdasarkan butir butir
kegiatan dan atau standar yang telah ditetapkan.
d) Menghentikan proses penilaian jika dipandang tidak
sesuai dengan ketentuan, norma, etika dan prinsip
keselamatan.
e) Meminta data/dokumen tambahan kepada peserta
maupun pihak yang terkait bila diperlukan.
f) Menetapkan kelulusan uji kompetensi.
g) Memberikan catatan hasil uji kompetensi

24

-49-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Materi Pokok 4. Mekanisme Uji Kompetensi

Mekanisme penyelenggara uji kompetensi jabatan fungsional


kesehatan mekanismenya adalah sebagai berikut:
1. Melakukan mapping terhadap pejabat fungsional kesehatan
meliputi variabel nama pemangku, jenis jabatan fungsional,
kategori jabatan fungsional, jenjang jabatan fungsional,
riwayat pendidikan, riwayat pelatihan jabatan fungsional
terkait dan variabel lainnya yang diperlukan;
2. Menunjuk dan menetapkan tim penguji sesuai persyaratan;
3. Melakukan identifikasi terhadap kebutuhan uji kompetensi
bagi pejabat fungsional kesehatan;
4. Memeriksa kelengkapan dokumen administrasi calon
peserta;
5. Menetapkan calon peserta uji yang telah memenuhi
persyaratan;
6. Melakukan perencanaan dan mengalokasikan anggaran
biaya penyelenggaraan uji kompetensi jabatan fungsional
kesehatan;
7. Melakukan penyiapan tempat uji kompetensi;
8. Melakukan penyiapan peralatan, sarana dan prasarana yang
dibutuhkan untuk uji kompetensi;
9. Membuat dan menyampaikan permohonan akreditasi ke
Pusat Peningkatan Mutu SDMK, melalui mekanisme sebagai
berikut:
a) Instansi Penyelenggara Uji (instansi pengusul)
menyampaikan kesiapan pelaksanaan akreditasi dan
25

-50-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

menyampaikan data terkait unsur, sub unsur dan


komponen akreditasi pada sistem informasi jabatan
fungsional;
b) Sekretariat Akreditasi memeriksa dan meneliti
kelengkapan data terkait unsur, sub unsur dan komponen
akreditasi;
c) Apabila ada data tidak lengkap terkait unsur, sub unsur
dan komponen akreditasi, maka sekretariat akreditasi
memberitahukan kepada Instansi pengusul untuk
dilengkapi;
d) Data terkait unsur, sub unsur dan komponen akreditasi
yang telah lengkap dan memenuhi syarat diteruskan
kepada Tim Asesor;
e) Tim assessor melakukan verifikasi, penelitian dan
penilaian terhadap data terkait unsur, sub unsur dan
komponen akreditasi;
f) Pimpinan unit pengakreditasi uji mengirimkan surat
pemberitahuan kepada instansi pengusul tentang rencana
pelaksanaan akreditasi uji dan permohonan data terkait
unsur, sub unsur dan komponen akreditasi;
g) Tim assessor melaksanakan visitasi kepada instansi
pengusul untuk verifikasi data, melengkapi data, dan
harus memberikan laporan penilaian sementara tingkat
kelayakan instansi pengusul;
h) Tim penilai melakukan penilaian sementara berdasarkan
data dari asesor dan melaporkan kepada ketua tim
akreditasi;
26

-51-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

i) Ketua tim akreditasi melaksanakan rapat penilaian akhir


akreditasi;
j) Ketua tim akreditasi menyampaikan laporan hasil
penilaian akreditasi kepada pimpinan unit akreditasi;
k) Pimpinan unit pengakreditasi menetapkan tingkat
kelayakan instansi penyelenggara uji dalam Surat
Keputusan (SK) dan Sertifikat Akreditasi.
10. Melaksanakan uji kompetensi;
11. Membuat dan menyampaikan berita acara pelaksanaan uji
dan meminta nomor sertifikat ke pusat peningkatan mutu
SDMK.
12. Mencetak sertifikat kompetensi dan memberikan kepada
pejabat fungsional kesehatan yang lulus, paling lambat satu
bulan setelah dinyatakan lulus.
13. Memberikan peningkatan pengetahuan dan kemampuan
bagi peserta uji yang tiga kali tidak lulus uji kompete

27

-52-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Mekanisme Penyelenggaraan Uji Kompetensi Jabatan


Fungsional Kesehatan

28

-53-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

7 RANGKUMAN DAN
KESIMPULAN

Pengorganisasian Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan


❖ Penyelenggara Uji kompetensi,
1. Pusat yang Membidangi Pengembangan Jabatan Fungsional
2. Unit Pembina
3. Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Kementerian Kesehatan
4. Unit yang Membidangi Jabatan Fungsional Kesehatan
Kementerian/Lembaga pemerintah non Kementerian selain
Kementerian Kesehatan\
5. Dinas Kesehatan Provinsi
6. Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
7. Instansi/ fasilitas pelayanan kesehatan/ fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya yang dipimpin oleh pejabat pimpinan tinggi
pratama
❖ Peserta Uji kompetensi,
Peserta uji kompetensi jabatan fungsional kesehatan terdiri
atas pejabat fungsional perawat, perawat gigi, radiografer,
teknisi elektromedis, perekam medis, pembimbing
kesehatan kerja, dan pejabat fungsional kesehatan lainnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
❖ Tim Penguji Uji kompetensi.

29

-54-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

1. Mempunyai jenis Jabatan Fungsional yang sama dengan


peserta uji
2. Menduduki jenjang jabatan paling rendah setingkat lebih
tinggi dengan jabatan pejabat fungsional kesehatan yang diuji
3. Memiliki Surat Keputusan sebagai tim penguji yang
ditetapkan oleh sekurang-kurangnya pejabat pimpinan tinggi
pratama.
4. Tim penguji kompetensi jabatan fungsional kesehatan dapat
dibentuk apabila memiliki sekurang-kurangnya 3 (tiga)
pejabat fungsional kesehatan yang sama dalam satu instansi
atau fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan
lainnya
5. Memiliki sertifikat sebagai penguji kompetensi
6. Tidak sedang menjalani hukuman disiplin.
❖ Mekanisme Uji Kompetensi

30

-55-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

8 EVALUASI

1. Bagaimana pengorganisasian uji kompetensi jabatan


fungsional kesehatan?
2. Siapa Penyelenggara Uji kompetensi?
3. Siapa saja Peserta Uji kompetensi?
4. Siapa yang bias terlibat sebagai Tim Penguji Uji
kompetensi?
5. Bagaimana Mekanisme Uji Kompetensi?

9 REFERENSI
1. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil
2. Permenkes 18 Tahun 2017 tentang Penyelenggara Uji
Kompetesi Jabatan Fungsional Kesehatan

31

-56-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

10 LAMPIRAN

A. Panduan Diskusi Kelompok


1. Tujuan
Setelah diskusi ini, diharapkan peserta mampu
memahami dan mempresentasikan pengorganisasian uji
kompetensi jabatan fungsional kesehatan.

2. Tahapan Diskusi
a. Peserta dibagi ke dalam 6 kelompok (disesuaikan
dengan rumpun jabatan fungsional kesehatan)
b. Setiap kelompok mendiskusikan:
1) Peran: Penyelenggara, Peserta, dan penguji serta
mekanisme UKOM jabfung kesehatan
2) Persiapan: SDM, sarana prasarana, metode,
anggaran, bahan- bahan yang diperlukan untuk uji
kompetensi
c. Menunjuk seorang peserta menjadi moderator diskusi
panel
d. Setiap kelompok memaparkan hasil diskusinya selama
10 menit dan dilakukan secara panel
e. Fasilitator memberikan masukan terkait hasil diskusi

3. Waktu Diskusi
Waktu: 40 menit

32

-57-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

C. Berita Acara Pelaksanaan (BAP) Uji Kompetensi Jabatan


Fungsional Kesehatan (UK-JFK)

Pada hari ini…tanggal…bulan…tahun…telah dilaksanakan


uji kompetensi jabatan fungsional…(jenis jabatan fungsional)
yang bertempat di……………
1. Jumlah peserta uji keseluruhan : … orang
2. Jumlah Peserta yang lulus : … orang
3. Jumlah Peserta tidak lulus : … orang
Contoh tabel:
No Nama Asal Jenis Kategori Jenjang Metode Uji Hasil
Peserta Instansi Jabatan (Keterampilan/ Kelulusan
Fungsional Keahlian)
1 Ayu RSUD Perekam Keterampilan Pelaksana Portofolio Lulus
Karya Medis Lanjutan dan Uji Tulis

2 Bagus Puskesmas Perawat Keahlian Pertama Portofolio, Tidak


Cipta Uji Tulis, dan Lulus
Uji Lisan
dst

Kendala yang dihadapi

……………………………………………………………………
……………………………………………………………………

Saran/Perbaikan penyelenggaraan uji


……………………………………………………………………
……………………………………………………………………

Tempat, tanggal – bulan – tahun

Pimpinan Instansi Penyelenggara Ketua Tim Penguji


Uji Kompetensi

Nama Nama
NIP NIP
33

-58-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

TIM PENYUSUN

Penasehat:
Dr Achmad Soebagjo Tancarino, MARS
(Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan)

Penangggungjawab:
Nusli IMansyah, SKM., M.Kes
(Kepala Bidang Pengembangan Pelatihan SDM Kesehatan)

Ketua:
Dewi Sukorini, SKM., M.Pd
(Kepala Sub Bidang Pengembangan Pelatihan Fungsional SDM
Kesehatan)

Sekretaris:
Purwanto, SKM., DAP & E, M.Kes

Tim Penyusun dan Kontributor:


Agustina, SKM., M.Kes
Bob Yudibowo Yuswardi BE.SST
Deri Pinasti, SKM., MKM
dr. Jefri Thomas Alpha Edison Silalahi, MKM
Iwan Heryawan, S.ST
Nina Apriliani Sari, S.Tr.Keb
Rusmiati, S.Kom., MM
Rahayu Astuti, SKM., MKM
Werdiningsih, SKM., MARS
Dr. drg Siti Nur Anisah, MPH
Yanuardo G.D. Sinaga, ST., MPd
Imam Wahyudi, ST., M.Kes
Afriani Tinurbaya, S.Kep
34

-59-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

MATA PELATIHAN INTI 2.


PERENCANAAN UJI KOMPETENSI
JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
PUSAT LATIHAN SDM KESEHATAN
JAKARTA
2020

-60-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

DAFTAR ISI
Halaman
I. Deskripsi Singkat ………………………………...……….... 1
II. Tujuan Pembeajaran ………………………………..……… 2
A. Hasil Belajar ……………………………………..………… 2
B. Indikator Hasil Belajar ……………………..……….…….. 2
III. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ………...………….. 3
IV. Bahan Belajar …………………………………...…………… 3
V. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran………............ 4
VI. Uraian Materi ………………………………………………… 7
Materi Pokok 1. Cara penelaahan standar kompetensi/ 7
butir kegiatan Jabfungkes …………………
Materi Pokok 2. Identifikasi unit kompetensi/ butir kegiatan 10
yang akan diuji ...……………………………
Materi Pokok 3. Penentuan persyaratan uji 13
kompetensi………………………………
Materi Pokok 4. Penentuan metode uji kompetensi dan 14
sumber daya yang akan digunakan ..
Materi Pokok 5. Penentuan penilaian kelulusan uji 16
kompetensi …………………………….
Materi Pokok 6. Menyusun rencana uji kompetensi…... 17
VII. Evaluasi ………………………………….………………….... 20
VIII. Referensi …………………………………………….............. 20
IX. Lampiran …………………….……………………….………. 23

ii

-61-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

1 DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas tentang cara penelaahan standar
kompetensi Jabfungkes/butir kegiatan Jabfungkes, unit
kompetensi/butir kegiatan yang akan diuji, persyaratan uji
kompetensi, metode uji kompetensi dan sumber daya yang akan
digunakan, penilaian kelulusan uji kompetensi dan penyusnan
rencana uji kompetensi.

-62-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

2 TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu
melakukan perencanaan uji kompetensi

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat:
1. Menjelaskan cara penelaahan standar kompetensi/butir
kegiatan Jabfungkes
2. Mengidentifikasi unit kompetensi/ butir kegiatan yang akan
diuji
3. Menentukan persyaratan uji kompetensi
4. Menentukan metode uji kompetensi dan sumber daya
yang akan digunakan
5. Menentukan penilaian kelulusan uji kompetensi
6. Menyusun rencana uji kompetensi

-63-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

3 MATERI POKOK DAN SUB


MATERI POKOK
Materi pokok dan sub materi pokok pada mata pelatihan ini
adalah sebagai berikut:
A. Cara penelaahan standar kompetensi/Butir Kegiatan
Jabfungkes;
B. Unit kompetensi/ butir kegiatan yang akan diuji;
C. Persyaratan uji kompetensi;
D. Metode uji kompetensi dan sumber daya yang akan
digunakan;
E. Penilaian kelulusan uji kompetensi;
F. Penyusunan Rencana uji kompetensi.

4 BAHAN BELAJAR
1. BNSP-MODUL-2.4.1-2010 Tentang Perencanaan dan
Pengorganisasian Asesmen
2. PERMENKES NO 18 TAHUN 2017 Tentang Pedoman Uji
Kompetensi Jabfung Kesehatan
3. PERMENPAN tentang JABFUNG Kesehatan terkait

-64-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

5 LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Sesi 1: Pengkondisian Peserta
Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
1. Fasilitator menyapa peserta dan memperkenalkan diri
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan
bahan tayang
3. Melakukan apersepsi tentang materi yang akan dibahas
dengan metoda curah pendapat atau meminta beberapa
peserta/relawan untuk menjawabnya

Sesi 2: Penyampaian Materi Cara Penelaahan standar


kompetensi/ Butir Kegiatan Jabfungkes
Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
1. Fasilitator menjelaskan tentang Cara Penelaahan standar
kompetensi/ Butir Kegiatan Jabfungkes menggunakan bahan
tayang, dengan metode ceramah, tanya jawab dan mengajak
peserta untuk berpartisipasi serta berinteraksi dalam proses
pembelajaran.
2. Fasilitator memberikan contoh menelaah butir kegiatan yg
implementasinya sesuai dengan suatu rumah jabatan di
fasilitas kesehatan.

-65-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Sesi 3: Penyampaian Materi Unit kompetensi/ butir kegiatan


yang akan diuji
Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
1. Fasilitator menjelaskan unit kompetensi/ butir kegiatan sesuai
yang tercantum pada Peraturan Menteri PAN tentang Jabfung
Kesehatan dengan metode ceramah, tanya jawab dan
simulasi cara pemilahan butir kegiatan berdasarkan tiap-tiap
jenjang jabatan.
2. Fasilitator menyampaikan contoh beberapa Permenpan
tentang Jabfung Kesehatan

Sesi 4: Penyampaian Materi Persyaratan uji kompetensi


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
• Fasilitator menjelaskan persyaratan uji kompetensi sesuai
yang tercantum pada peraturan dan perundangan yang
berlaku

Sesi 5: Penyampaian Materi Metode Uji Kompetensi dan


Sumber Daya Yang Akan Digunakan
Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
1. Fasilitator menjelaskan berbagai Metode uji kompetensi yang
digunakan dalam uji kompetensi
2. Fasilitator menjelaskan sumber daya yang akan digunakan
terakit dengan metode uji yang ditetapkan
3. Fasiltator menyampaikan contoh metode uji dan sumber daya
yang akan digunakan

-66-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Sesi 6: Penyampaian Materi Penilaian kelulusan


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
1. Fasilitator menjelaskan cara penilaian kelulusan uji
kompetensi
2. Fasilitator menyampaikan contoh menilai kelulusan uji
kompetensi

Sesi 7: Rangkuman dan Kesimpulan


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut :
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan
peserta terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian
tujuan pembelajaran
2. Fasiliator merangkum poin-poin tentang materi yang
disampaikan
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

-67-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

6 URAIAN MATERI
Materi Pokok 1: Cara Penelaahan Standar Kompetensi/Butir
Kegiatan Jabfungkes
Berdasarkan Pasal 51 UU no 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (ASN), telah dinyatakan bahwa manajemen ASN
diselenggarakan berdasarkan sistem merit. Sistem merit adalah
kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan kualifikasi,
kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar tanpa membedakan
latar belakang politik, ras, warna kulit, asal usul, jenis kelamin, status
pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.

Kompetensi dalam jabatan ASN mencakup tiga aspek kompetensi,


yaitu kompetensi manajerial, sosio kultural dan kompetensi teknis.
Standar Kompetensi Jabatan merupakan persyaratan kompetensi
minimal yang harus dimiliki oleh seorang Aparatur Sipil Negara (ASN)
dalam melaksanakan tugas jabatan. Permenpan no 38/2017
mengatur tentang tata cara penyusunan standar kompetensi. Dalam
standar kompetensi diuraikan tentang unit kompetensi dan definisi
operasional dari masing masing aspek komopetensi. Aspek teknis
merupakan kompetensi yang spesifik dari masing-masing jenis
Jabatan Fungsional (Jabfung) yang berdasarkan indikator perilakunya
kemudian diuraikan menjadi berupa butir-butir kegiatan. Butir butir
kegiatan didistribusikan ke dalam jenjang jabfung sesuai tingkat
kompleksitas kegiatan dan persyaratan level kompetensinya.

-68-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Berdasarkan pasal 69 ayat 1 UU no. 5/2014, kompetensi menjadi


salah satu ketentuan dalam rangka pengembangan karir Jabatan
Fungsional, sehingga pada semua Jabfung, termasuk Jabfung
Kesehatan mensyaratkan uji kompetensi dalam masing masing
rancangan Permenpan jabfungnya. Terkait dengan peraturan
tersebut, Kementerian Kesehatan sebagai Instansi Pembina Jabatan
Fungsional kesehatan telah menindak lanjuti peraturan tersebut
dengan mengeluarkan Permenkes No. 18 tahun 2017 tentang
Penyelenggaran Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan.
Permenkes tersebut merupakan pedoman di dalam penyelenggaraan
uji kompetensi, dimana butir butir kegiatan yang telah ditetapkan
dalam masing masing Permenpan tentang jabfung kesehatan
dijadikan sebagai ruang lingkup dari materi yang harus diuji.

Penyelengaraan uji kompetensi sebagaimana diatur dalam


permenkes tersebut juga membuat ketentuan tentang mekanisme
dan proses pelaksanaan uji kompetensi, dimana salah satunya
adalah ketentuan tentang Tim Penguji Uji Kompetensi Jabatan
Fungsional. Terkait dengan mekanisme dan proses ukom, maka
tahap merencanakan uji kompetensi merupakan bagian dari tugas
yang harus dilakukan oleh Tim Penguji. Salah satu indikator perilaku
seorang Penguji Ukom adalah memiliki kemampuan menelaah butir
butir kegiatan dari jabatan fungsional sebagai materi yang akan diuji.

Sebagaimana diatur dalam Permenkes penyelenggaraan uji


kompetensi jabfung kesehatan telah ditentukan bahwa materi uji

-69-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

kompetensi terdiri dari unsur utama dan unsur tambahan. Materi


unsur utama adalah berupa butir butir kegiatan jabfung dengan
proporsi 80 % sedangkan unsur tambahan dengan proporsi 20%
adalah bukti-bukti fortofolio yang berupa sertikat pelatihan dan atau
Penghargaan yang relevan di bidang fungsional kesehatan.

Dari proporsi 80% unsur utama tersebut, telah ditentukan komposisi


jumlah butir kegiatan yang harus dipenuhi oleh peserta uji adalah
sebesar 75% dari butir kegiatan Jenjang Jabfung yang sedang dijabat
dan 25% dari butir kegiatan jenjang Jabfung yang akan dijabat oleh
peserta uji.

Dengan ketentuan tersebut seorang penguji harus mampu melakukan


telaah tentang butir kegiatan jabfung pada setiap jenjang. Telaah
diperlukan agar butir-butir kegiatan yang akan diuji sesuai dengan
yang syarat yang ditetapkan pada pedoman uji kompetensi. Berikut
ini adalah contoh cara menelaah butir butir kompetensi jabatan
fungsional.
1. Pelajari isi Permenpan Jabatan Fungsional K esehatan terkait
sesuai kategori Jabfung yang akan diuji. (contoh: Permenpan no.
29/2013 tentang jabatan Fungsional Radiografer dan Angka
Kreditnya)
2. Cermati setiap butir kegiatan pada masing masing jenjang jabfung
baik pada kategori jabfung keterampilan maupun keahlian;
3. Inventarisasi jumlah butir kegiatan pada setiap jenjangnya.
4. Jadikan telaah standar kompetensi dan butir kegiatan jabfung
tersebut sebagai pendekatan dalam perencanaan uji kompetensi.

-70-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Materi Pokok 2: Identifikasi Unit Kompetensi/ Butir Kegiatan


Yang Akan Diuji
Setelah melakukan telaah Unit kompetensi /butir kegiatan janfung,
hal yang perlu dilakukan seorang penguji dalam merencanakan uji
kompetensi (ukom) adalah mengidentifikasi butir kegiatan yang akan
diuji.

Sebagaimana diatur dalam Permenkes no 18 tahun 2017 tentang


Penyelenggaraan Uji Kompetensi Jabfung Kesehatan, bahwa materi
uji kompetensi adalah terdiri dari unsur utama dan unsur tambahan.
Unsur utama yang dimaksud dalam peraturan tersebut adalah berupa
butir-butir kegiatan jabfung sesuai jenis jabfung dari calon peserta
ukom, sedangkan unsur tambahan adalah berupa bukti dokumen
Sertifikat Pelatihan dan atau pengembangan kompetensi dan atau
penghargaan yang relevan. Proporsi dari kedua unsur tersebut
ditetapkan dengan perbandingan 80% (unsur utama): 20% (unsur
tambahan).

Perlu dipahami bahwa dalam penerapannya beberapa unit


kompetensi/ butir kegiatan yang pada masing masing jenjang tidak
semua dapat dilakukan di suatu rumah jabatan atau fasliitas
pelayanan kesehatan dimana pejabat fungsional tertentu
ditempatkan, sehingga seorang penguji harus mampu
mengidentifikasi butir kegiatan yang sesuai dengan kondisi fasiltas
pelayanan kesehatan dari rumah jabatan peserta UKOM.

10

-71-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Seorang penguji harus memilah sejumlah butir kegiatan dari tiap


jenjang jabfung sesuai yang dipersyaratkan, sehingga memenuhi
komposisi unsur utama, yaitu 75% butir kegiatan jenjang yang
sedang dijabat: 25% butir kegiatan dari jenjang yang akan dijabat.
Berikut ini cara yang dapat dilkukan oleh seorang penguji untuk
mengidentifiaksi butir kegiatan yang akan di uji
1. Pilah dan pilih butir butir kegiatan sesuai jenjangnya yang
memungkinkan dapat dilakukan peserta uji di rumah jabatannya
(Puskesmas/ balai kesehatan/ RS tipe A, B, C atau D dan
sebagainya)
2. Buat daftar dalam bentuk tabel dari butir kegiatan yang dipilih
yang merupakan butir kegiatan dari jenjang yang sedang
dipangku dan yang akan dipangku peserta uji.
3. Pastikan jumlah butir kegiatan dari jenjang yang sedang dijabat
dan yang akan dijabat memenuhi komposisi 75%: 25%

11

-72-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Berikut ini contoh tabel daftar identifikasi butir kegiatan


Kategori Jabfungkes: Keterampilan/ Keahlian
Jenis Jabfungkes:
Rumah Jabatan Calon Peserta :
No Terampil (75%) Mahir (25%)
1
2
3
dst

12

-73-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Materi Pokok 3: Persyaratan Uji Kompetensi


Seorang Penguji UKOM dalam perencannan UKOM perlu
mengetahui dan memahami persyaratan uji kompetensi sebagaiman
yang diatur dalam permenkes no. 18/2017.
Persyaratan peserta UKOM:
1. Sekurang kurangnya sudah memangku jenjang jabatan fungsional
sebelumnya selama 1 (satu) tahun.
2. Memiliki Surat Keputusan (SK) jabatan fungsional jenjang terakhir
3. Prestasi kerja paling kurang bernilai baik selama satu tahun
terakhir yang dibuktikandengan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP)
4. Memiliki Surat Rekomendasi dari pimpinanunit kerja untuk
mengikuti uji kompetensi.

Untuk memastikan terpenuhinya semua persyaratan ukom, maka


dalam perencanaan ukom seorang penguji perlu menyiapkan daftar
ceklis tentang item persyaratan ukom tersebut.
(Contoh daftar ceklist)
No Nama dokumen Ketersediaan
1 SK Jabfung jenjang terakhir
2 SKP
3 Surat Rekomendasi Pimpinan peserta
Ukom
4 Logbook laporan butir kegiatan Jabfung

13

-74-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Materi Pokok 4: Metode Uji Kompetensi dan Sumber Daya Yang


Akan Digunakan
Metode uji adalah suatu cara mengumpulkan bukti bukti agar dapat
mengukur pemenuhan kompetensi dari peserta yang akan di uji.
Beberapa metode dapat dilakukan seorang penguji untuk dapat
mengumpulkan bukti yang cukup dalam menilai kompetensi peserta
uji. Metode uji yang dimaksud yaitu
1. Metode Portofolio
2. Metode Uji lisan
3. Metode Uji Tulis
4. Metode uji Praktek

Berdasarkan pedoman penyelenggaraan ukom dalam permenkes


no.18/2017, metode uji portofolio merupakan metode wajib,
sedangkan metode lainnya dapat ditetapkan sebagai metode uji
pilihan sesuai kebutuhan di rumah jabatan tempat peserta uji. Masing
masing metode uji membutuhkan sumber daya (Instrumen) untuk
mendukung terlaksananya teknis uji kompetensi. UKOM pada
prinsipnya adalah proses pengumpulan bukti-bukti. Bukti kompetensi
pada metode portofolio harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Memadai
2. Valid
3. Asli
4. Terkini
Dalam rangka pelaksanaan UKOM, penguji ukom merencankan
daftar sumber daya (Instrumen) sesuai dengan metode uji yang

14

-75-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

ditetapkan. Berikut ini sumberdaya yang harus disiapkan


berdasarkan metode yang ditetapkan;
1. Portofolio:
• Cek list kelengkapan berkas peserta uji.
• Lembar verifikasi untuk menilai pemenuhan jumlah bukti yang
mencakup aspek kecukupan (memadai), valid (sahih dan
terkini) dan keaslian dokumen.
Contoh ceklist /lembar verifikasi portofolio (terlampir)
2. Uji Lisan:
• Instrumen pedoman wawancara (pertanyaan lisan terstruktur).
Menggunakan kaidah taksonomi blom untuk memperoleh
konfirmasi ketelusuran pengetahuan sesuai level jenjangnya.
3. Uji Tulis:
• Instrumen berupa daftar pertanyaan tertulis berikut kunci
jawaban yang telah tersusun sesuai substansi butir kegiatan
yang diuji.
4. Uji Praktek:
• Standar prosedur operasional (SPO) dan atau instruksi kerja
(IK) yang terkait dengan butir kegiatan yang dipilih sebagai
materi uji
• Membuat daftar urutan aktifitas yang akan diobservasi pada uji
praktek
• Lembar ceklist observasi kesesuaian pelaksanaan instruksi
praktek

15

-76-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Materi Pokok 5: Penilaian Kelulusan Uji Kompetensi


Dalam perencanaan ukom setiap tim penguji harus menyiapkan
rencana penilaian kelulusan. Penilaian kelulusan dimulai dengan
menentukan nilai batas lulus dari capaian pengumpulan bukti. Nilai
batas lulus sebaiknya ditetapkan tidak terlalu tinggi ataupun terlalu
randah. Nilai batas lulus yang wajar berkisar antara 60 s/d 80 dari
total target yang harus dipenuhi.

Contoh:
Sesuai ketentuan dalam Permenkes 18/2017, proporsi materi uji dari
komponen utama adalah sebesar 80%. Misalkan, target bukti yang
mesti dipenuhi ditetapkan sebanyak 200 bukti, maka jika bukti yang
dapat ditunjukkan oleh peserta uji mencapai 200 bukti berarti nilai
capaiannya adalah 80%. Capaian ini dianggap lulus jika nilai batas
lulus nya adalah 60-80. Namun jika NBL nya adalah 90, maka
capaian peserta tersebut dinyatakan tidak lulus.
.
Rumus penilaian kelulusan uji kompetensi adalah:
Capaian Bukti:
Target Bukti x Nilai Proporsi Komponen Utama (80%)

Tim menetapkan target kegiatan dari unsur utama adalah 200


kegiatan (100%)
Dengan demikian peserta uji harus dapat membuktikan capaian 150
Kegiatan (75%) dari jenjang yang sedang dipangku dan 50 kegiatan
(25%) jenjang yang akan dipangku.

16

-77-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Materi Pokok 6: Penyusunan Rencana Uji Kompetensi


Perencanaan uji kompetensi sebagaimana diatur dalam Bab III
Permenkes No. 18 tahun 2017 dilakukan oleh Tim Penyelenggara
Ukom yang terdiri dari unsur instansi pusat, instansi daerah dan
fasiltas-fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah. Tim Penguji
sendiri merupakan perangkat yang ditetapkan oleh suatu Tim
Penyelenggara Ukom. Meski demikian Tim Penguji dapat melakukan
penyusunan rancana uji kompetensi secara tersendiri sesuai dengan
data kondisi Rumah Jabatan pejabat fungsional yang akan diuji.

Sebagaimana kenyataan yang ada bahwa tidak semua butir kegiatan


pada suatu jenjang jabfung yang tercantum dalam masing masing
Permenpan Jabfungkes dapat dilakukan pada setiap rumah jabatan
di Fasiltas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes). Keterbatasan
peralatan pendukung dan jenis pelayanan yang dilakukan di suatu
fasyankes menyebabkan tidak memungkinnya butir-butir kegiatan
tertentu yang dilakukan oleh Pejabat Fungsional sesuai dengan
jenjang jabatannya. Oleh karena itu, tim penguji ukom diharapkan
dapat menyusun rencana uji dengan menyiapkan penelusuran bukti
tambahan berupa wawancara untuk menggali aspek pengetahuan
teknis (knowledge) terkait butir kegiatan jabfung tertentu terhadap
peserta uji.

Ketika tim penguji telah mendapat pemberitahuan dari


Penyelenggara Ukom tentang rencana penyelenggaraan Ukom,
maka tim penguji segera melakukan identifikasi peserta Ukom yang
mencakup:

17

-78-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

• Jenis dan kategori Jabatan Fungsional


• Jumlah peserta Ukom
• Golongan kepangkatan dan jenjang jabatan terakhir masing
masing peseerta Ukom
• Rumah jabatan dan fasyankes masing masing peserta Ukom
• Waktu dan tempat pelaksanaan Ukom.

Selanjutnya lakukan penyusunan rencana uji yang meliputi:


• Identifikasi butir kegiatan yang relevan dengan kondisi Rumah
jabatan dan Fasyankes peserta hingga terpenuhi komposisi
jumlah butir kegiatan yang proporsional sesuai aturan Permenkes
no. 18/2017.
• Penetapan medote uji yang dipilih (Portofolio, Uji Lisan, Uji Tulis,
Uji Praktek)
• Menetapkan instrument uji (daftar dokumen bukti portofolio, daftar
pertanyaan Lisan/Tertulis, ceklis observasi uji praktek, dsb)
• Merencanakan durasi/waktu proses uji per peserta.

Dalam menyusun rencana uji kompetensi, tim penguji dapat merujuk


pada sistematika pengumpulan bukti bukti elemen dan unjuk kerja
unit/butir kegiatan dari materi Perencanaan Asesmen Kompetensi
versi BNSP.

18

-79-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Berikut ini contoh format perencanaan uji kompetensi:

Rencana Uji Kompetensi


Kenaikan Jenjang:..... ke.....
Kategori /Jenis Jabfung : …..Keahlian/ Keterampilan
Jenis bukti Metode dan Perangkat Asesmen
Bukti-Bukti CL (Daftar Periksa), DIT (Daftar Instruksi Terstruktur), DPL (Daftar Pertanyaan Lisan),
(Kinerja, DPT (Daftar Pertanyaan Tertulis), VPK (Verikfiksasi Pihak Ketiga), VP (Verifikasi
produk, Portofolio), CUP (Ceklis Ulasan Produk).
Portofolio, dan

wawancara, asesmen diri,


tanya jawab lisan, angket,
kerja dilingkungan tempat
yang disimulasikan)

bukti pelatihan, otentikasi


(sampel pekerjaaan yang

dokumentasi pendukung,

pencapaian sebelumnya,
bukti sejarah, jurnal atau

dari atasan dan atasan,


buku catatan, informasi
bermain peran, proyek,

tertulis)

dan laporan
disusun oleh kandidat,
/ atau hafalan)

Terstruktur
waktu nyata di tempat

Lainnya : ….. (misalnya


Obsevasi langsung
(kerja nyata/aktivitas

pengalaman
(pertanyaan tertulis,
(latihan simulasi dan

Portfolio

atasan, atasan, atau


wawancara dengan
Butir

presentasi, lembar

verifikasi pihak ketiga)


diidentifikasi

produk
produk dengan
Tanya Jawab
Kegiaatan

rekan kerja)
berdasarkan

kegiatan)

lisan atau

hidup)
Kriteria Unjuk L TL T

Verifikasi

Review
(testimoni
Kerja dan
Kegiatan

tentang
pendekatan

ujian
asesmen.
kerja

Hasil Verifikasi TL
VP
Portofolio
Hasil Tanya T
Jawab
tentang.... PW

Hasil Verifikasi TL
Portofolio... VP

Hasil Tanya T
Jawab tentang
PW
...

Hasil Verifikasi TL
Portofolio ... VP

Hasil Tanya T
Jawab tentang PW
....

Dst…

Keterangan:
• L (Bukti langsung)
• TL (Bukti Tidak langsung)
• T (Bukti tambahan)

19

-80-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

7 EVALUASI
1. Bagaimana cara penelaahan standar kompetensi/ butir
kegiatan Jabfungkes?
2. Bagaimana cara identifikasi unit kompetensi/ butir kegiatan
yang akan diuji?
3. Bagaimana cara menentukan persyaratan uji kompetensi?
4. Bagaimana cara menentukan metode uji kompetensi dan
sumber daya yang akan digunakan?
5. Bagaimana cara menentukan penilaian kelulusan uji
kompetensi?
6. Bagaimana cara menyusun rencana uji kompetensi?

8 REFERENSI
1. UU No. 5 tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
2. Permenpan 38 tahun 2017 Tentang Standar Kompetensi
3. PERMENKES NO 18 TAHUN 2017 Tentang Pedoman Uji
Kompetensi Jabfung Kesehatan
4. BNSP-MODUL-2.4.1-2010 Tentang Perencanaan dan
Pengorganisasian Asesmen

20

-81-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

9 LAMPIRAN
1. Contoh Lembar verifikasi dokumen Portofolio
FORM PENILAIAN UJI PORTOFOLIO INDIVIDU

UJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL RADIOGRAFER


KE JENJANG PELAKSANA LANJUTAN/MAHIR

A. IDENTITAS PEMANGKU JABATAN FUNGSIONAL

Nama :

Nomor Ujian :

NIP :

RADIOGRAFER
Jenis Jabatan Fungsional :
PELAKSANA/TERAMPIL

Nomor SK Jabfung terakhir :

Tanggal SK Jabfung terakhir :

RADIOGRAFER PELAKSANA
Jenjang yang akan dipangku :
LANJUTAN/MAHIR

Alamat Rumah :

Instansi Kerja/ Rumah Jabatan :

Unit Kerja : RADIODIAGNOSTIK

No HP dan Alamat E-mail :

21

-82-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

C. RIWAYAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Pendidikan
N Hasil Keterangan

O sesuai Tidak sesuai

1 Setara SLTA

2 Diploma I

3 Diploma II

4 Diploma III

5 Diploma IV

6 Sarjana 1

7 Magister

8 Dan seterusnya

D. Pelatihan/Workshop/Seminar

No Jenis Pelatihan Kesesuaian Keterangan


Sesuai Tidak
sesuai
1 Pelatihan
/workshop/seminar yang
relevan dengan jabatan
fungsional
2
3
dst

22

-83-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Verifikasi Dokumen Portofolio Peserta Uji Kompetensi


Jabatan Fungsional Kesehatan

Instansi Penyelenggara Uji :


Jenis Jabatan Fungsional : Radiografer
Jenjang Jabatan Fungsional sekarang : Pelaksana
Nama Lengkap Peserta :
Nomor Ujian :

No Komponen Hasil Verifikasi Bobot Hasil


Nilai Kelulusan
memadai valid asli terkini
1 Komponen Utama 80% Lulus

√ √ √ √
Kegiatan pelayanan Radiologi

2. Komponen Tambahan Relevan Tidak Relevan 20%


a. Sertifikat Pelatihan √ √ Tidak
b. Karya Pengembangan Profesi Lulus
c. Penghargaan yang relevan
bidang kesehatan
100%

*Batas kelulusan minimal 70% dari nilai total keseluruhan dengan komposisi 80% dari komponen
utama dan 20% dari komponen tambahan

*komponen utama wajib di lakukan dan komponen tambahan dapat memilih diantara 3 pilihan (a
dan/atau, b dan/atau c)

Dengan ini saya menyatakan bahwa penilaian yang saya lakukan sesuai dengan
kondisi peserta yang sebenarnya, dan apabila di kemudian hari ternyata pernyataan
saya tidak benar, maka saya beresedia mempertanggung jawabkannya.

……………………., ……………….……..2017

Penguji, Ketua Tim Penguji,

(Nama) (Nama)
NIP….. NIP……….

23

-84-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Surat Pernyataan Peserta Uji

Yang bertanda tangan di bawah ini :


1. Nama peserta :
2. NIP :
3. Jenis Jabatan Fungsional : Radiografer
4. Jenjang jabatan fungsioal sekarang : Pelaksana
5. Jenis Kelamin :
6. Tempat, tanggal lahir :
7. Pendidikan terakhir :
8. Instansi Bekerja
a. Nama Instansi Kerja :
b. Unit Kerja :
c. Alamat instansi kerja :
d. Kabupaten /Kota :
e. Provinsi :
f. Nomor telp instansi kerja :

Dengan ini saya menyatakan bahwa pernyataan dan bukti fisik di dalam portofolio
terlampir ini benar – benar hasil karya saya sendiri, dan jika di kemudian hari
ternyata pernyatan dan bukti fisik saya tidak benar, saya bersedia menerima sanksi
dan dampak hukum sesuai peraturan perundang – undangan yang berlaku.

……………………………..,……………2018

Peserta Uji Kompetensi

Materai
6000
(…………………………………..)

Mengetahui,

Pimpinan Instansi Pimpinan Langsung

Cap
Instansi
----------------------- -----------------------

NIP NIP

24

-85-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Komponen Portofolio
A. KOMPONEN UTAMA

Σ Validasi
Kewenangan Klinis/butir-butir
No Bukti Portofolio
kegiatan
Fisik M V A T

UNIT KOMPETENSI TEKNIS


TERAMPIL/ PELAKSANA

Melakukan persiapan dalam rangka


1 pemeriksaan radiografi non kontras
Dokumen 160
Melakukan Tindakan Pemeriksaan
Radiografi:
1) Tulang-Tulang Belakang
(Columna Vertebralis)
2) Thorax
3) Tulang Iga (Os Costae)
2 4) Kepala (Skull) Rutin
5) Kepala (Skull) Khusus
6) Tulang-Tulang Ektremitas Atas
(Extremity Superior)
7) Tulang-Tulang Ektremitas Bawah
(Extremity Inferior)
8) Gigi Geligi (Dental/Periapikal)
9) Panorami (Paranomic Dental)
10) BNO
11) Perut (Abdomen)
12) Panggul (Pelvis)
13) Mamografi
14) Jaringan Lunak (Soft Tissue)
15) Bone Age

Melakukan Persiapan Pemeriksaan


Radiologi Dengan Kontras:
1) Sistem Perkencingan (Tractus
Urinarius)
2) Sistem Pencernaan
3) Sistem Saluran Empedu
4) Sistem Reproduksi
3 5) Tindakan Pemasangan Pace
Maker/Katerisasi Jantung
6) Tindakan Radiografi Pembuluh
Darah Secara Digital Angiografi
Subtraction (DSA)
2

-86-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

7) PTC
8) APG
9) RPG
10) T Tube
11) ERCP
12) PTCD
13) Analisa Jantung (Cor Analisis)
Melakukan Persiapan Pelayanan
Radioterapi
4 1) CT Planning Pada Pasien
Dengan Kompensasi Bolus
Keras di Pesawat CT /CT
Simulator
2) CT Planning Lokalisasi
Aplikator Brachyterapi Dengan
CT/CT Simulator
Menyusun Laporan
1) Memelihara Asesoris
5 Pemeriksaan Radiografi
2) Analisa Penolakan Film
Radiografi (reject analysis)
3) Menyusun Evaluasi
Pemeliharaan Asesoris
Pemeriksaan Radiograf

UNIT KOMPETENSI TEKNIS


MAHIR/ PELAKSANA LANJUTAN

Melakukan Tindakan Pemeriksaan


1 Radiologi Non Kontras
1) Pengukuran Kepala Dokumen 40
(Cephalometri )
2) Pengukuran Panggul (Pelvimetri)
3) Bone Survey
4) Tomografi
5) Teknik Kv Tinggi (High Kv
Technique)
6) Teknik Pembesaran Gambar
(Makroradiografi)
Melakukan Tindakan Teknik
2 Pemeriksaan Radiologi Dengan
Kontras:
1) Sistem Perkemihan (Tractus
Urinarius)
2) Sistem Pencernaan (Tractus
Digestivus)

-87-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

3) Sistem Saluran Empedu


(Tractus Biliaris)
4) Sistem Reproduksi (Tractus
Reproduktif)
5) Tindakan Pemasangan
Maker/Katerisasi Jantung
6) Tindakan Radiografi Pembuluh
Darah Secara Dgigital
Angiografi Subtraction
7) APG
8) RPG
9) T Tube
10) ERCP
11) PTCD
12) Analisa Jantung (Cor Analisis)
Melakukan Persiapan Pemeriksaan :
3 1) CT Scan Non Kontras
2) CT Scan Dengan Kontras
3) MRI Non Kontras
4) MRI Dengan kontras
Melakukan Persiapan Pemeriksaan
Radioterapi :
4 1) Simulasi Penyinaran Pasien
Dengan Fiksasi Masker
2) Menghitung Dosis Monitor Unit
(MU) per Satu Lapangan
Radiasi Pesawat
3) Melakukan Brakhiterapi Dengan
Menginput Data Parameter set
up Penyinaran Ke Sistem
Pengontrol (control panel)
Jumlah Portofolio 200

B. KOMPONEN TAMBAHAN

Komponen tambahan adalah dimana setiap pejabat fungsional memilih


salah satu komponen saja, bisa sertifikat pelatihan atau karya
pengembangan profesi atau penghargaan yang relavan. Dengan kriteria
sebagai berikut :

1. Sertifikat Pelatihan
Tuliskan sertifikat keahlian/keterampilan yang pejabat fungsional
kesehatan peroleh pada tabel berikut :

-88-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

N Nama Tahun Jumlah Lembaga yang Penilaian Skor


o Sertifikat Waktu Jam mengeluarkan (Relevan/
Keahlian Perolehan Pelatihan Tidak
Relevan)
1

*Lampirkan fotocopy sertifikat yang tertulis diatas


* total skor untuk komponen tambahan sertifikat pelatihan adalah

Skor Penilaian Sertifikat Pelatihan yang Relevan berdasarkan


Lembaga yang mengeluarkan
• Internasional : 50
• Nasional : 30
• Provinsi : 20
• Kabupaten/Kota: 10
100

2. Karya Pengembangan Profesi

Apabila pejabat fungsional kesehatan mempunyai karya tulis yang


berupa artikel yang dimuat pada jurnal ilmiah dana tau tulisan ilmiah
popular yang dimuat pada majalah, tabloid, koran, news letter, bulletin,
tuliskan dalam tabel berikut :
No Karya Tulis Keterangan Penilaian Skor
Berupa (Relevan/
Tidak
Relevan)
1 Artikel a. Nama jurnal, koran, majalah
b. Volume/bulan/tahun terbit
2 Buku a. Judul buku
b. Nomor ISBN
c. Penerbit dan tahun terbit
3 Modul/Diktat a. Sasaran/pemakai
b. Lingkup pemakaian
c. Tahun terbit
4 Laporan a. Judul
Penelitian b. Tahun
5

-89-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

c. Status (ketua/anggota)
5 Karya a. Nama Karya
Teknologi b. Tahun
tepat guna c. Deskripsi singkat tentang
karya yang dihasilkan

Keterangan :
❖ Untuk artikel lampirkan naskah asli yang dipublikasikan
❖ Untuk buku lampirkan buku asli
❖ Untuk modul/diktat tuliskan siapa pengguna modul diklat yang
diterbitkan, dan terangkan kaluasan pengguna modul diklat
❖ Untuk laporan penelitian lampirkan naskah asli laporan hasil
penelitian secara utuh dan dikatahui pimpinan instansi
❖ Untuk karya teknologi tepat guna lampirkan keterangan dari
lembaga/institusi yang memberikan pengakuan terhadap karya
teknologi yang dilegalisasi oleh pejabat dari lembaga/institusi
yang mengeluarkan surat keterangantersebut.

Skor Penilaian Karya Pengembangan Profesi yang Relevan


berdasarkan kualifikasi sbb :

Jenis Karya Keterangan Kriteria Penilaian Skor


Tulis
Artikel • Nama jurnal, koran, a. Jurnal 50
majalah terakreditasi 20
• Volume/bulan/tahun b. Jurnal tdk
terbit terakreditasi

Buku • Judul buku a. Internasional 50


• Nomor ISBN b. Nasional 30
• Penerbit dan tahun c. Provinsi 20
terbit d. Kabupaten/Kota 10
0
Modul/Diktat • Sasaran/pemakai a. Kualitas Modul 50
• Lingkup pemakaian Baik 20
• Tahun terbit b. Kualitas Kurang
0
Baik

Laporan • Judul a. Sebagai ketua 50


Penelitian • Tahun b. Sebagai anggota 40
6

-90-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

• Status
(ketua/anggota 0
Karya • Nama Karya a. Internasional 50
Teknologi • Tahun b. Nasional 40
tepat guna • Deskripsi singkat c. Provinsi 30
tentang karya yang d. Kabupaten/Kota 20
dihasilkan e. Tingkat Instansi 10

3. Penghargaan yang relevan Bidang Kesehatan

No Jenis Pemberi Tingkat Tahun Penilaian Skor


Penghargaan Penghargaan (Relevan/
Tidak
Relevan)
1

Dst

*Lampirkan fotocopy sertifikat/piagam/surat keterangan yang tertulis


pada tabel di atas

Skor Penghargaan yang relevan bidang kesehatan berdasarkan


Lembaga yang mengeluarkan
• Internasional : 50
• Nasional : 30
• Provinsi : 20
• Kabupaten/Kota : 10

100

-91-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

3. Panduan Diskusi Kelompok


Tujuan Diskusi Kelompok adalah setelah melakukan diskusi
kelompok, peserta mampu melakukan perencanaan Ukom
Langkah-langkah:
a. Peserta dibagi ke dalam 6 kelompok
b. Jika memungkinkan setiap kelompok sesuai dengan rumpun
atau jenis jabatan fungsionalnya masing masing.
c. Setiap kelompok mendiskusikan:
a. Persiapan : terkait dengan Penyelenggara, Peserta, dan
penguji UKOM jabfung kesehatan
b. Perencanaan ukom : SDM, sarana prasarana, metode uji,
instrument uji serta dokumen yang terkait untuk uji
kompetensi
d. Menunjuk seorang peserta menjadi moderator diskusi panel
e. Waktu diskusi 15 menit disaat yang bersamaan
f. Setiap kelompok memaparkan hasil diskusinya selama 5 menit
dan dilakukan secara panel (total waktu pemaparan: 6 x @5
menit = 30 menit)
g. Diskusi panel untuk klarifikasi substansi permasalahan yang
muncul dalam diskusi (15 menit)
h. Fasilitator memberikan masukan terkait hasil diskusi (5 menit)

Waktu: 65 menit

-92-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

4. Panduan Praktek Penyusunan Rencana Uji Kompetensi


Tujuan:
Setelah melakukan praktek, peserta mampu menyusun rencana
uji kompetensi.
Langkah-langkah:
a. Persiapan
1) Data Peserta uji kompetensi berupa:
1.1 Jumlah peserta Uji
1.2 Gol dan Jenjang terakhir Peserta Uji
1.3 Distribusi kenaikan jenjang peserta (jika lebih dari
satu peserta)
1.4 Rumah Jabatan masing masing peserta uji

2) Dokumen Permenpan tentang Jabfung yang terkait


dan angka kreditnya, misal: Permenpan no 29/2014
tentang Jabfung Radiografer.
3) Alat tulis menulis dan komputer

b. Perencanaan
1) Pilah daftar butir kegiatan pada dokumen Permenpan
jabfung sesuai dengan jenjang masing masing peserta
2) Pilih beberapa butir kegiatan pada masing masing
jenjang sesuai kegiatan yang dilakukan pada rumah
Jabatan masing masing peserta uji; contoh: jangan
memilih butir kegiatan yang memerlukan sarana dan
prasarana canggih untuk peserta uji yang bertugas di
Pukesmas.
3) Tetapkan target jumlah frekwensi melakukan butir
kegiatan yang harus dicapai di masing masing
jenjangnya, sehingga memenuhi komposisi jumlah
70%: 30% dari jenjang yang sedang dipangku dan
yang akan dipangku.
4) Tetapkan rencana metode uji pilihan yang akan
dilakukan, dengan portofolio sebagai metode uji wajib
5) Siapkan intrumen uji sesuai metode uji yang dipilih.
6) Tetapkan nilai batas kelulusan yang akan diterapkan

-93-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

7) Rencanakan target waktu (durasi) uji untuk masing


masing peserta.
8) Siapkan berkas formulir terkait yang diperlukan untuk
pelaksanaan uji kompetensi.

c. Konfirmasi
1) Bahan rapat kordinasi dengan Tim Penyelenggara Uji
Kompetensi
2) Pembagian tugas sesama Tim Penguji
3) Jadawal pertemuan pra uji

10

-94-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

TIM PENYUSUN

Penasehat:
Dr Achmad Soebagjo Tancarino, MARS
(Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan)

Penangggungjawab:
Nusli IMansyah, SKM., M.Kes
(Kepala Bidang Pengembangan Pelatihan SDM Kesehatan)

Ketua:
Dewi Sukorini, SKM., M.Pd
(Kepala Sub Bidang Pengembangan Pelatihan Fungsional SDM
Kesehatan)

Sekretaris:
Purwanto, SKM., DAP & E, M.Kes

Tim Penyusun dan Kontributor:


Agustina, SKM., M.Kes
Bob Yudibowo Yuswardi BE.SST
Deri Pinasti, SKM., MKM
dr. Jefri Thomas Alpha Edison Silalahi, MKM
Iwan Heryawan, S.ST
Nina Apriliani Sari, S.Tr.Keb
Rusmiati, S.Kom., MM
Rahayu Astuti, SKM., MKM
Werdiningsih, SKM., MARS
Dr. drg Siti Nur Anisah, MPH
Yanuardo G.D. Sinaga, ST., MPd
Imam Wahyudi, ST., M.Kes
Afriani Tinurbaya, S.Kep

11

-95-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

MATA PELATIHAN INTI 3.


PENYUSUNAN INSTRUMEN UJI KOMPETENSI
JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
PUSAT LATIHAN SDM KESEHATAN
JAKARTA
2020

-96-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

DAFTAR ISI
Halaman
I. Deskripsi Singkat 1
………………………………...…...
1
II. Tujuan Pembeajaran …………………………..…….. 1
A. Hasil Belajar ………………………………..………. 1
B. Indikator Hasil Belajar ……………………..………. 2

III. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ………...…… 2

IV. Bahan Belajar …………………………………...……. 3

V. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran………... 4


5
VI. Uraian Materi ………………………………………….. 6
Materi Pokok 1. identifikasi unit kompetensi/ butir
kegiatan ………………………………………..……….. 8
Materi Pokok 2. Memilih metode uji …….…………… 11
Materi Pokok 3. Penyusunan Kisi-kisi materi uji atau
indikator perilaku ……………………….……………… 11
Materi Pokok 4. Penyusunan Instrumen uji
kompetensi ……………………………………………... 12
VII. Evaluasi ………………………………….…………….. 36
VIII. Referensi ……………………………………………..... 36
IX. Lampiran …………………….…...……………………. 37

ii

-97-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

1 DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas tentang penentuan unit
kompetensi/butir kegiatan, penetapan jenis instrumen,
penyusunan indikator perilaku, penyusunan instrumen uji.

2 TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Hasil Belajar
Setelah mengkuti mata pelatihan ini, peserta mampu
melakukan Penyusunan Instrumen Uji Kompetensi

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengkuti mata pelatihan ini, peserta dapat:
1. Melakukan identifikasi unit kompetensi/butir kegiatan
2. Memilih metode uji
3. Menyusun kisi-kisi materi uji atau indikator perilaku
4. Menyusun Instrumen uji kompetensi

-98-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

3 MATERI POKOK DAN SUB


MATERI POKOK

Materi Pokok dan Sub Materi Pokok pada mata pelatihan ini
adalah sebagai berikut:
A. Identifikasi Unit Kompetensi/ Butir Kegiatan
1. Kategori
2. Jenjang
3. Rumah Jabatan
B. Pemilihan metode Uji
C. Penyusunan kisi-kisi materi uji atau indikator perilaku
D. Penyusunan Instrumen Uji Kompetensi
1. Portofolio
2. Tulis
3. Lisan
4. Praktik

-99-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

4 BAHAN BELAJAR
1. Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tenang Aparatur
Sipil Negera
2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil
3. Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 38 Tahun 2017 tentang
Standar Kompetensi Jabatan ASN
4. Peraturan Menteri PAN-RB nomor 13 Tahun 2019 tentang
tentang Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil

-100-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

5 LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN PEMBELAJARAN

Sesi 1: Pengkondisian Peserta


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut :
• Fasilitator menyapa peserta dan memperkenalkan diri
• Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan
bahan tayang
• Melakukan apresepsi tentang materi yang akan dibahas
dengan metoda curah pendapat atau meminta beberapa
peserta/relawan untuk menjawabnya

Sesi 2: Penyampaian materi Identifikasi Unit Kompetensi/ Butir


Kegiatan
Langkah proses pembelajaran sebagai berikut :
• Fasilitator menjelaskan tentang cara penentuan unit
kompetensi/ butir kegiatan menggunakan bahan tayang,
dengan metode ceramah, tanya jawab dan mengajak peserta
untuk berpartisipasi serta berinteraksi dalam proses
pembelajaran.

Sesi 3: Penyampaian materi Pemilihan metode uji


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut :
• Fasilitator menjelaskan tentang pemilihan metode uji
menggunakan bahan tayang, dengan metode ceramah, tanya
4

-101-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

jawab dan mengajak peserta untuk berpartisipasi serta


berinteraksi dalam proses pembelajaran.

Sesi 4: Penyampaian materi Penyusunan Kisi-kisi Materi Uji


atau Indikator Perilaku
Langkah proses pembelajaran sebagai berikut :
• Fasilitator menjelaskan tentang penyusunan kisi-kisi materi uji
dan indikator perilaku menggunakan bahan tayang, dengan
metode ceramah, tanya jawab dan mengajak peserta untuk
mensimulasikan penyusunan materi uji portofolio dan
pelaksanaan uji kompetensi portofolio serta berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran

Sesi 5: Penyampaian materi Penyusunan Instrumen Uji


Kompetensi
Langkah proses pembelajaran sebagai berikut :
• Fasilitator menjelaskan tentang penyusunan instrumen uji
kompetensi menggunakan bahan tayang, dengan metode
ceramah, tanya jawab dan mengajak peserta untuk
mensimulasikan penyusunan materi uji portofolio, tulis, lisan,
praktik dan pelaksanaan uji kompetensi serta berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran.

-102-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Sesi 6: Rangkuman dan kesimpulan


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut :
Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan
peserta terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan
pembelajaran
1. Fasiliator merangkum poin-poin tentang materi yang
disampaikan
2. Fasilitator membuat kesimpulan.

-103-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

6 URAIAN MATERI

Materi Pokok 1. Identifikasi Unit Kompetensi/ Butir Kegiatan


Berdasarkan Undang – Undang nomor 5 tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (ASN) terdiri atas jabatan fungsional
keahlian dan jabatan fungsional keterampilan. Jabatan fungsional
keahlian terdiri atas jenjang ahli utama, ahli madya, ahli muda dan
ahli pertama. Jabatan fungsional keterampilan terdiri atas jenjang
penyelia, mahir, terampil dan pemula. Kompetensi ASN meliputi:
1. Kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi
pendidikan, pelatihan teknis fungsional, dan pengalaman
bekerja secara teknis. Kompetensi teknis adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan
dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis
jabatan.
2. Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan,
pelatihan struktural atau manajemen, dan pengalaman
kepemimpinan, kompetensi manajerial adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur,
dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit
organisasidan
3. Kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja
berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku,
dan budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan.
Kompetensi sosial kultural adalah pengetahuan, keterampilan,

-104-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan


dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan
masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya,
perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi
dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang jabatan
untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan
jabatan.

Untuk melihat butir-butir kegiatan sesuai dengan jabatan


fungsional kesehatan masing masing sesuai dalam peraturan
berikut ini :
No Nama Jabfung Keputusan/ SKB Peraturan
Peraturan (Juklak) Menteri
Menteri Kesehatan
PANRB (Juknis)
1 Adminkes Kep 42/2000 251/2001 Per 19/2002
2 Apoteker Per 07/2008 1113/2008 377/2009

3 Asisten Apoteker Per 08/2008 1114/2008 376/2009


4 Bidan Per 01/2008 1110/2008 551/2009

5 Dokter Kep 139/2003 1738/2003 -


6 Dokter Gigi Kep 141/2003 1740/2003 -

7 Dokdiknis Per 17/2008 1201/2009 -


8 Entomolog Kesehatan Kep18/2000 396/2001 1201/2004

9 Epidemiolog Kesehatan Kep 17/2000 395/2001 1200/2004


10 Fisikawan Medis Per 12/2008 1111/2008 262/2009

11 Fisioterapis Kep 04/2004 209/2004 640/2005

12 Nutrisionis Kep 23/2001 894/2001 1306/2001


13 Okupasi Terapis Per 123/2005 101/2006 991/2006

14 Ortotis Prostetis Per 122/2005 100//2006 993/2006

15 Penyuluh Kesmas Kep 58/2000 1811/2000 Kep 66/2001

16 Perekan Medis 20/2013 48/22/2014 47/2015


Per 30/2013
8

-105-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

17 Perawat Per 25/2014 5/6/2015 -


18 Perawat Gigi Per 23/2014 4/5/2015 -
19 Pranata Labkes Per 08/2006 611/2006 413/2007
20 Psikolog Klinis Per 11/2008 1112/2008 613/2010
21 Radiografer Per 29/2013 47/21/2014 52/2015
22 Refraksionis Per 47/2005 1368/2005 994/2006
23 Sanitarian Kep 19/2000 393/2001 1206/2004
Per 10/2006
24 Teknisi Elektromedik Per 28/2013 46/23/2014 51/2015
25 Teknisi Gigi Per 06/2007 1148/2007 365/2008
26 Teknisi Transfusi Darah Per 05/2007 1147/2007 364/2008
27 Terapis Wicara Per 48/2005 1367/2005 992/2006
28 Pembimbing Kesja Per 13/2013 50/18 - 62/2014
(47/2013) 2013
29 Penata Anestesi Per 11/2017 Per 3/2018 -
30 Asisten Penata Anestesi Per 10/2017 Per 3/2018 -

Rumah Jabatan untuk para pejabat fungsional kesehatan


tersebar di berbagai rumah jabatan di seluruh Indonesia baik itu
di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota maupun di 28 Kementerian
dan Lembaga. Adapun rumah jabatan yang dimaksud adalah
puskesmas, rumah sakit, dinas kesehatan, kantor kesehatan
pelabuhan, balai kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya.

Materi uji kompetensi dijelaskan sebagai berikut:


1. Materi uji kompetensi dalam rangka pengangkatan pertama
ke dalam jabatan fungsional kesehatan kategori keahlian:
a. Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan
sosiokultural;
b. Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang ahli
pertama; dan
c. Mengacu pada level kompetensi jenjang jabatan ahli
pertama.
2. Materi uji kompetensi dalam rangka pengangkatan pertama
ke dalam jabatan fungsional kesehatankategori
keterampilan:
9

-106-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

a. Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan


sosiokultural;
b. Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang terampil;
dan
c. Level kompetensi mengacu pada kompetensi jenjang
jabatan terampil.
3. Materi uji kompetensi dalam rangka pengangkatan dalam
jabatan fungsional kesehatan kategori keahlian melalui
perpindahan dari jabatan lain
a. Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan
sosiokultural;
b. Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang yang akan
diduduki; dan
c. Level kompetensi mengacu pada kompetensi jenjang
yang akan diampu.
4. Materi uji kompetensi dalam rangka pengangkatan dalam
jabatan fungsional kategori keterampilan melalui
perpindahan dari jabatan lain
a. Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan
sosiokultural;
b. Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang yang akan
diduduki; dan
c. Level kompetensi mengacu pada kompetensi jenjang
jabatan yang akan diduduki.
5. Materi uji kompetensi dalam rangka pengangkatan dalam
jabatan fungsional kesehatan kategori keahlian dan jabatan
fungsional kesehatan keterampilan melalui promosi

10

-107-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

a. Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan


sosiokultural;
b. Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang yang akan
diduduki; dan
c. Level kompetensi mengacu pada kompetensi jenjang
jabatan yang akan diduduki.
6. Materi uji kompetensi dalam rangka kenaikan jenjang
jabatan setingkat lebih tinggi dalam kategori keahlian
a. Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan
sosiokultural;
b. Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang yang akan
didudukidan kompetensi jenjang yang sedang diduduki,
meliputi 75 – 80% kompetensi jenjang yang saat ini
didudukidan 25-20% kompetensi jenjang yang akan
diduduki; dan
c. Level kompetensi mengacu pada kompetensi jenjang
jabatan yang akan didudukidan kompetensi jenjang
yang sedang diduduki.
7. Materi uji kompetensi dalam rangka kenaikan jenjang
jabatan setingkat lebih tinggi dalam kategori keterampilan
a. Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan
sosiokultural;
b. Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang yang akan
didudukidan kompetensi jenjang yang sedang diduduki;
c. Level kompetensi jenjang jabatan mengacu pada
kompetensi jenjang jabatan yang akan didudukidan
kompetensi jenjang yang sedang diduduki.

11

-108-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

8. Materi uji kompetensi dalam rangka alih kategori dari


kategori keterampilan ke dalam kategori keahlian
a. Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan
sosiokultural;
b. Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang yang akan
didudukidan kompetensi jenjang yang sedang diduduki;
dan
c. Level kompetensi jenjang jabatan mengacu pada
kompetensi jenjang jabatan yang akan didudukidan
kompetensi jenjang yang sedang diduduki.
9. Materi uji kompetensi penyesuaian ke dalam jabatan
fungsional kesehatan
a. Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan
sosiokultural;
b. Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang jabatan
yang akan diduduki; dan
c. Level kompetensi jenjang jabatan mengacu pada
kompetensi jenjang jabatan yang akan diduduki.

Langkah-langkah mengidentifikasi unit kompetensi/ butir


kegiatan:
1. Melihat butir butir kegiatan sesuai dengan Permenpan
masing-masing jabatan fungsional kesehatan
2. Mengidentifikasi butir kegiatan/ unit kompetensi sesuai
dengan rumah jabatan masing-masing
3. Mengidentifikasi butir kegiatan sesuai level kompetensi

12

-109-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Materi Pokok 2. Memilih Metode Uji


Metode uji kompetensi dapat berupa portofolio, uji tulis, uji lisan
dan uji praktik. Uji portofolio merupakan satu metode wajib
dalam pelaksanaan uji kompetensi. Namun untuk metode uji
tulis, uji lisan atau uji praktik merupakan metode uji pilihan.
Dalam menetapkan metode uji, tim penguji harus
memperhatikan peraturan perundang-undangan, kondisi, dan
keadaan sumber daya yang tersedia di instansi pengguna yang
akan diuji.

Penetapan metode uji dilakukan setelah tim penguji


berkoordinasi dengan pimpinan instansi pengguna jabatan
fungsional yang akan diuji. Misalnya penetapan metode uji oleh
tim penguji tingkat UPT Kementerian Kesehatan di Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo, tim penguji memperhatikan
peraturan perundang-undangan, kondisi, dan keadaan sumber
daya yang tersedia di RSCM tersebut apakah memungkinkan
untuk melakukan pengujian dengan metode uji potofolio dan uji
praktik atau uji lisan atau uji tulis. Bila memungkinkan dan bila
disetujui oleh pimpinan (Direktur RSCM) maka dapat diuji
dengan metode uji wajib yaitu portofolio dan metode uji
lainnya. Maka tim penguji bertugas membuat instrumen uji
tersebut.

13

-110-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Materi Pokok 3. Penyusunan Kisi-Kisi Materi Uji atau


Indikator Perilaku
Standar Kompetensi ASN berdasarkan pada kamus
kompetensi teknis, kamus kompetensi manajerial dan kamus
kompetensi sosial kultural. Standar Kompetensi ASN terdiri
atas standar kompetensi jabatan pimpinan tinggi, standar
kompetensi jabatan administrasi, dan standar kompetensi
jabatan fungsional.

Standar Kompetensi ASN berdasarkan pada kamus


kompetensi teknis, kamus kompetensi manajerial dan kamus
kompetensi sosial kultural. kompetensi yang sudah
teridentifikasi dirinci lebih lanjut dengan membuat definisi atau
pengertian kompetensi dan diurai lebih lanjut dalam perilaku
yang mengindikasikan tingkat (level) penguasaan kompetensi
dari yang terendah, sampai yang tertinggi.

Level kompetensi menunjukkan tingkat penguasaan


kompetensi yang dirumuskan berupa indikator perilaku
pemangku jabatan, dalam Peraturan ini tingkat penguasan
kompetensi di kelompokan dalam 5 (lima) tingkatan dari Level
1 sampai dengan Level 5. Tingkat penguasaan kecakapan
kompetensi ditunjukkan dengan indikator perilaku dari level 1
sampai dengan level 5 dengan kriteria sebagai berikut:
1. Level 1 Paham/ dalam pengembangan (awareness/ being
developed), dengan kriteria:

14

-111-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

a. Mengindikasikan kemampuan melaksanakan tugas/


pekerjaan teknis sederhana dengan proses dan aturan
yang jelas, memerlukan pengawasan langsung/bantuan
dari orang lain;
b. Mengindikasikan penguasan pengetahuan dan
keterampilan yang tidak memerlukan pelatihan khusus;
c. Mengindikasikan memiliki pemahaman dasar tentang
prinsip-prinsip teori dan praktek, namun masih
memerlukan pengawasan langsung dan/atau bantuan
pihak lain; dan
d. Mengindikasikan kemampuan bertanggungjawab atas
pekerjaan sendiri.
2. Level 2 Dasar (basic), dengan kriteria:
a. mengindikasikan kemampuan melakukan kegiatan/
tugas teknis dengan alat, prosedur dan metode kerja
yang sudah baku;
b. mengindikasikan pemahaman tentang prinsip-prinsip
teori dan praktek, dalam pelaksanaan tugas tanpa
bantuan dan/atau pengawasan langsung;
c. mengindikasikan penguasaan pengetahuan dan
keterampilan yang memerlukan pelatihan tingkat dasar;
dan
d. mengindikasikan kemampuan untuk bertanggungjawab
atas pekerjaan sendiri dan dapat diberi tangungjawab
membantu pekerjaan orang lain untuk tugas teknis yang
sederhana.

15

-112-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

3. Level 3 Menengah (intermediate), dengan kriteria:


a. Mengindikasikan kemampuan melakukan tugas teknis
yang lebih spesifik dengan menganalisis informasi
secara terbatas dan pilihan metode untuk
menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam
tugasnya;
b. Mengindikasikan pemahaman tentang prinsip-prinsip
teori dan praktek tanpa bantuan dan/atau pengawasan
langsung, dengan kecepatan yang tepat penyelesaian
pekerjaan yang lebih cepat;
c. Mengindikasikan kepercayaan diri dan kemampuan dan
menunjukkan kelancaran dan ketangkasan dalam
praktek pelaksanaan pekerjaan teknis;
d. Mengindikasikan penguasan pengetahuan dan
keterampilan yang memerlukan pelatihan tingkat
menengah; dan 5) mengindikasikan kemampuan
bertanggungjawab atas pekerjaan sendiri dan dapat
diberi tangungjawab atas pekerjaan kelompok/tim.
4. Level 4 Mumpuni (advance), dengan kriteria:
a. mengindikasikan kemampuan mengembangkan ilmu
pengetahuan/iptek, konsep/teori dan praktek mampu
mendapat pengakuan ditingkat instansi;
b. mengindikasikan kemampuan menghasilkan perbaikan
dan pembaharuan teknis, metode kerja;
c. Mengindikasikan kemampuan beradaptasi dengan
berbagai situasi, peningkatan kompleksitas dan resiko

16

-113-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

serta kemampuan memecahkan permasalahan teknis


yang timbul dalam pekerjaan;
d. mengindikasikan kemampuan mengembangkan dan
menerapkan pendekatan mono disipliner/satu bidang
keilmuan dan kemampuan melakukan uji kompetensi
serta memiliki kemampuan pengajaran serta menjadi
rujukan atau mentor tingkat instansi; dan
e. mengindikasikan penguasaan pengetahuan dan
keterampilan yang memerlukan pelatihan lanjutan.
5. Level 5 Ahli (expert), dengan kriteria:
a. mengindikasikan kemampuan mengembangkan ilmu
pengetahuan/iptek, konsep/teori mampu mendapat
pengakuan nasional atau internasional;
b. mengindikasikan kemampuan menghasilkan karya
kreatif, original dan teruji;
c. menunjukkan inisiatif dan kemampuan beradaptasi
dengan situasi masalah khusus, dan dapat memimpin
orang lain dalam melakukan kegiatan teknis;
d. mengindikasikan kemampuan mampu
mengkoordinasikan, memimpin dan menilai orang lain,
kemampuan melakukan uji kompetensi, dan
kemampuan menjadi pembimbing/mentor;
e. mengindikasikan kemampuan mengembangkan dan
menerapkan pendekatan inter, multi disipliner; dan
f. mengindikasikan penguasaan pengetahuan dan
keterampilan yang menjadi rujukan atau mentor tingkat
nasional atau internasional.

17

-114-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Pola Distribusi Required Competency Level (RCL)


Kompetensi Teknis

Jabatan Jenjang Jabatan RCL


JPT Utama 5-4 Dominan 5
Jabatan Pimpinan Tinggi
Madya 5-4 Fity-fifty
Pratama 5 - 4 -3 Dominan 4
JA Administrator 4 -3 Dominan 3
Jabatan Administrasi
Pengawas 2 -3 Fifty-fifty
Pelaksana 2 -1 Dominan 1 atau 2

JF Utama 5- 4 Dominan 5
Jabatan Fungsional
Keahlian Madya 5-4 Dominan 4

Muda 4 -3 ffty-fifty
Pertama 3-2 -1 Dominan 2
JF Penyelia 4-3 fifty-fifty
Jabatan Fungsional
Keterampilan Mahir 4-3 Dominan 3
Terampil 3,2,1 Dominan 2
Pemula 2 -1 Dominan 1

18

-115-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

19

-116-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Berikut contoh indikator perilaku sesuai dengan leveling kompetensinya.


Level Deskripsi Indikator Perilaku
1 Memahami 1.1. Mampu menjelaskan konsep dasar,
Konsep dasar, teknik metode, peraturan dan
teknik metode, mekanisme , tata cara prosedur
peraturan dan .................. (substansi)
mekanisme , 1.2. Mampu menjelaskan langkah langkah
tata cara tahapan pelaksanaan .............
prosedur substansi
(substansi) 1.3. Mampu memberikan informasi kepada
masyarakat, stakeholder secara tepat
........(substansi) atau mampu
mengumpulkan data dan informasi
.......... (substansi)
2 Mampu 2.1. Mampu melaksanakan .................
melaksanakan (disesuaikan dg tahapanawal dari
........... sesuai suatu kegiatan seperti identifikasi,
pedoman pengumpulan pengolahan data dari
kerja/petunjuk suatu kegiatan)
teknis 2.2. Mampu melaksanakan (tahapan
20

-117-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Level Deskripsi Indikator Perilaku


pekerjaan lanjutan seperti
menganalisis, menyajikan, dan
pemanfaatannya
2.3. Mampu menjelaskan secara lengkap,
rinci dan jelas perihal
...........(substansi) kepada masyarakat
dan stakeholder
3 Mampu 3.1. Mampu mendesain/ merancang
menyelenggara instrumen identifikasi ,
kan pengumpulan,pengolahan,penyajian
membimbing atau menyusun peta jalan
pelaksanaan pelaksanaan /pemanfaatana /
atau penyusunan ...........(substansi)
Mampu 3.2. Mampu mensosialisasikan
menyusun peta (substansi) dan memberikan
jalanpenyusuna bimbingan, choaching mentoring
n/pemanfaatan/ kepada pegawai dilingkungannya
penggunaan dalam melaksanakan ..........
(substansi)
3.3. Mampu memecahkan masalah teknis
operasional yang timbul dan
mengambil keputusan dalam
pelaksanaan ........... (substansi)
4 Mampu 4.1. Mampu melakukan evaluasi terdadap
mengevaluasi teknis/metode/sistem cara kerja
dan menyusun menemu kenali kelebihan dan
perangkat kekurangan melakukan
norma standar pengembangan atau perbaikan cara
prosedur kerja (substansi)i yang lebih
instrument efektif/efisien
4.2. Mampu menyusun pedoman, petunjuk
teknis, cara kerja yang dijadikan
norma standar, prosedur, instrumen
pelaksanaan ..................... (substansi)
4.3. Mampu meyakinkan dan memperoleh
dukungan dari stakeholder
pelaksanaan (substansi) dan
memberikan bimbingan dan fasilitasi
21

-118-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Level Deskripsi Indikator Perilaku


kepada instansi lain atau stakeholder
terkait ....... (substansi)
CATATAN:
Mampu membuktikan adanya
dukungan
5 Mengembangka 5.1. Mengidentifikasi, menganalisis, teori,
n konsep, teori, konsep, kebijakan ........... (substansi)
kebijakan, dan serta pelaksanaannya menemukenali
menjadi sumber kelebihan dan kekurangan dan
rujukan untuk rekomendasi perbaikanya,
implementasi 5.2. Mengembangkan teori, konsep dan
serta kebijakan (substansi), meyakinkan
pemecahan stakeholder dan shareholder terkait
masalah untuk menerima konsep, teori dan
(substansi) kebijakan yang dikembangkan.
............... 5.3. Menjadi sumber rujukan utama
(nasional) dalam implementasi
kebijakan dan pemecahan masalah
dalam (substansi)

Langkah-langkah penyusunan kisi-kisi:


1. Melihat butir butir kegiatan sesuai dengan Permenpan
masing-masing jabatan fungsional kesehatan
2. Mengidentifikasi butir kegiatan/ unit kompetensi sesuai
dengan rumah jabatan masing-masing
3. Membuat kisi-kisi butir kegiatan sesuai level kompetensi

22

-119-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Materi Pokok 4. Penyusunan Instrumen Uji Kompetensi

1. Portofolio
Potofolio merupakan laporan lengkap segala aktifitas
seseorang yang masing masing. Penilaian portofolio
merupakan suatu metode penilaian yang berkesinambungan
dengan mengumpulkan informasi atau data secara sistematik
atas dilakukannya yang menunjukan kecakapan pejabat
fungsional kesehatan dalam bidangnya hasil pekerjaan
seseorang. Portofolio digunakan sebagai salah satu cara
penilaian yang mampu mengungkap pencapaian kompetensi
dan standar kompetensi setiap pejabat fungsional kesehatan.
Pentingnya portofolio memungkinkan pejabat fungsional untuk
merefleksi pelayanan yang diberikan, dapat menunjukan
kemampuan, memberi gambaran atas apa yang dilakukan
pejabat fungsional kesehatan dan sebagai bukti otentik.

Penilaian portofolio dalam konteks sebagai salah satu metode


uji kompetensi jabatan fungsional kesehatan untuk
memperoleh sertifikat lulus uji kompetensi sebagai syarat
dalam kenaikan jenjang/level. Penilaian portofolio jabatan
fungsional kesehatan dapat dilihat dari beberapa komponen,
yaitu:
a. Komponen Utama adalah Bukti Pelayanan/asuhan
Bukti Pelayanan/asuhan
Penilaian komponen pelayanan/asuhan ini mengacu dari
butir kegiatan jabatan fungsional dengan kriteria:

23

-120-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

1) 75% - 80% komponen pelayanan/asuhan berasal dari


kompetensi pada jenjang yang sedang dipangkunya;
dan
2) 20% - 25% komponen pelayanan/asuhan berasal dari
kompetensi yang akan dipangkunya.
b. Komponen tambahan
Komponen tambahan menjadi suatu pilihan penilaian dan
bukan menjadi persyaratan wajib bukti portofolio.
Komponen tambahan dapat berupa:
1) Sertifikat Pelatihan
Adalah kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) yang
pernah diikuti oleh pejabat fungsional dalam rangka
pengembangan dan/atau peningkatan kompetensi
selama melaksanakan tugas pelayanan kesehatan di
seluruh instansi atau fasilitas pelayanan kesehatan.
Bukti fisik komponen pedidikan dan pelatihan ini berupa
sertifikat atau piagam asli yang dikeluarkan oleh
lembaga penyelenggara pelatihan. Pendidikan dan
pelatihan harus dilengkapi dengan laporan singkat hasil
diklat yang meliputi tujuan diklat, materi diklat dan
manfaat diklat untuk perbaikan pelayanan kesehatan.
Sertifikat/piagam pendidikan dan pelatihan dapat dinilai
apabila:
(a) Materi diklat memiliki relevansi dengan jabatan
fungsional yang dipangkunya, Dapat dikategorikan
menjadi relevan (R) dan tidak relevan (TR).
Relevan (R) apabila materi diklat secara langsung

24

-121-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

dapat menunjang peningkatan kompetensi teknis di


jenjang yang akan dipangkunya. Tidak Relevan
(TR) apabila materi diklat tidak menunjang
peningkatan kinerja/kompetensi jabatan fungsional
kesehatan tertentu dan diklat tidak relevan tidak
akan dinilai.
(b) Durasi diklat sekurang kurangnya 20 JPL. Jumlah
sertifikat/piagam diklat yang dapat dinilai sebanyak
3 (tiga) sertifikat /piagam per tahun
2) Karya Pengembangan Profesi
3) Penghargaan yang relevan di bidang kesehatan
c. Ketentuan Penilaian Portofolio
Ketentuan penilaian portofolio terdiri dari empat unsur yaitu
Memadahi, Valid, Asli dan Terkini (MVAT). Memadahi
artinya kesesuaian jumlah dokumen yang dipersyaratkan
dengan kesediaan dokumen portofolio yang ada. Valid
artinya bukti asuhan/ pelayanan yang dilakukan dibuktikan
dengan dokumen / logbook yang telah diverifikasi ditandai
dengan tanda tangan dan nama jelas atasan langsung atau
ketua tim pelaksana atau penanggung jawab asuhan.
Kemudian Asli artinya untuk bukti asuhan / pelayanan,
dokumen yang dinilai merupakan bukti asli dari asuhan/
tindakan yang dilakukan yang berupa laporan portofolio
yang diserahkan ke penguji sedangkan untuk sertifikat
pelatihan. Dokumen berupa sertifikat asli dan dapat
ditunjukan kepada penguji pada saat ujian. Terkini artinya
laporan pekerjaan dalam kurun waktu paling lama 5 tahun

25

-122-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

sejak ditetapkan dalam SK jenjang jabatan fungsional


terakhir sampai dengan pelaksanaan ujian.
d. Langkah-langkah menyusun instrumen uji portofolio:
1) Memasukan butir kegiatan yang telah diidentifikasi
berdasarkan rumah jabatan dan level kompetensi
minimal 4 butir kegiatan dengan perbandingan 75%-80%
dari jenjang saat ini diampu dan 20%-25% dari jenjang
yang akan diduduki
Contoh :
- Kenaikan jenjang dari mahir ke penyelia : 4 butir
kegiatan terdiri dari 3 butir kegiatan dari jenjang mahir 1
butir kegiatan dari jenjang penyelia.
- Kenaikan jenjang dari pertama ke muda: 10 butir
kegiatan terdiri dari 8 butir kegiatan dari jenjang
pertama 2 butir kegiatan dari jenjang muda.
2) Melengkapi definisi operasional sesuai dengan petunjuk
teknis pelaksanaan butir kegiatan
3) Melengkapi jenis bukti di masing-masing butir kegiatan
Contoh: logbook, dokumen dst
4) Melengkapi target kompetensi sesuai dengan jumlah
kompetensi yang dipersyaratkan pada setiap butir

26

-123-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

e. Contoh instrumen portofolio

Jabatan/Jenjang saat ini : Perawat/ Terampil


Rumah Jabatan : Puskesmas

No Nama Definisi Operasional Jenis Target Kriteria Jumlah


Kompetensi/ Bukti Kompet Penilaian Dokumen
Butir ensi M V A T yang
Kegiatan memenuhi 4
unsur
1 Melakukan Melakukan logbook 20
pengkajian pengumpulan data Di isi ketika menguji
keperawatan pada klien dengan
dasar pada tingkat
individu ketergantungan
minimal tanpa
risiko, melalui
anamnesis dan
pemeriksaan fisik
head to toe, menilai
riwayat kesehatan
dan perkembangan
penyakit / masalah
kesehatan, norma,
perilaku dan
kebiasaan
seseorang
2 dst…

2. Uji Tulis
Uji tulis merupakan salah satu cara untuk mengukur
pengetahuan dan pemahaman pejabat fungsional untuk dapat
menganalisis dan memecahkan masalah terkait kompetensi.
Metode uji tulis dalam uji kompetensi yang digunakan dapat
dalam bentuk pertanyaan dengan pilihan ganda.
Uji Kompetensi tertulis digunakan untuk Untuk mengukur
kemampuan pengetahuan (cognitive) jabatan fungsional
kesehatan. Tes tertulis dilakukan dengan memberikan
pertanyaan atau tugas secara tertulis dan peserta menjawab
setiap pertanyaan atau tugas. Tes tertulis dapat berbentuk tes
27

-124-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

objektif atau tes uraian. Bentuk tes objektif terdiri dari bentuk
soal benar-salah, menjodohkan, dan pilihan ganda. Bentuk
soal pilihan ganda dapat berupa pilihan ganda biasa, pilihan
ganda analisis kasus, pilihan ganda komplek, dan pilihan
ganda membaca diagram/tabel.

Langkah Penyusunan Soal uji tulis, sebagai berikut:


1. Pilih materi atau topik yang tepat untuk diangkat menjadi
bahan ujian;
2. Tentukan dari materi atau topik terpilih tersebut, bagian
mana yang tepat untuk dijadikan soal dengan bentuk pilihan
ganda atau benar-salah atau isian, atau uraian, atau ujian
praktek;
3. Buat kisi-kisi soalnya yang disesuaikan dengan indikator
capaian dalam setiap materi atau topik terpilih;
4. Tulis soal mengacu pada indikator sebagaimana dituangkan
dalam kisi-kisi;
5. Tulis kunci jawaban (untuk soal selain uraian) atau pedoman
penskoran (untuk soal uraian);
6. Penelaahan dan perakitan soal beserta kunci jawaban atau
pedoman penskorannya.

28

-125-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Kaidah Penyusunan Soal (Materi, Konstruksi dan


Bahasa)
1. Materi
a. Soal yang dibuat harus sesuai dengan indikator
yang telah ditetapkan;
b. Pilihan jawaban yang diberikan harus homogen
dan logis;
c. Setiap soal hanya memiliki satu jawaban yang
benar.
2. Bahasa
a. Setiap butir soal harus menggunakan bahasa
yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
yang baik dan benar;
b. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku
setempat;
c. Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau
frase yang bukan merupakan satu kesatuan
pengertian.
3. Konstruksi
a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan
tegas;
b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus
merupakan pernyataan yang diperlukan saja;
c. Pokok soal hendaknya jangan memberikan
petunjuk ke arah jawaban yang benar;
d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan
yang bersifat negatif ganda;

29

-126-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

e. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif


sama;
f. Pilihan jawaban jangan mengandung “semua
pilihan jawaban di atas salah” atau “semua
pilihan jawaban di atas benar”;
g. Pilihan jawaban berbentuk angka harus disusun
berdasarkan urutan besar- kecilnya nilai angka
tersebut;
h. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya
yang terdapat pada soal harus jelas dan
berfungsi;
i. Butir materi soal jangan bergantung pada
jawaban soal sebelumnya.

Syarat Penyusunan Soal:


a. Soal-soal atau pertanyaan yang dibuat harus
menanyakan tentang ilmu/ materi/ konsep /teori/
pengetahuan yang telah dipelajari oleh pejabat
fungsional kesehatan;
b. Soal disusun mengikuti kaidah penyusunan soal;
c. Penulis soal harus menguasai ilmu yang akan
dituliskan soalnya;
d. Penulis soal mengetahui adanya ragam/jenis/bentuk
soal beserta keunggulan dan kelemahannya;
e. Penulis soal paham akan kaidah penulisan soal
untuk berbagai bentuk soal;

30

-127-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

f. Penulis soal paham bahwa soal yang ditanyakan


berhubungan langsung dengan penskoran sehingga
diperoleh penilaian yang objektif.

3. Uji Lisan
Uji lisan merupakan metode uji lain yang digunakan selain
metode uji portofolio. Uji lisan dapat berupa wawancara
terstruktur dan dapat dilakukan bersamaan dengan uji
portofolio. Kompetensi yang diujikan dalam uji lisan
disesuaikan dengan standar kompetensi dan level kompetensi
sesuai dengan jenjang yang akan diampunya.

Uji Lisan/ Interview merupakan kegiatan uji kompetensi yang


dilakukan dengan mengajukan pertanyaan lisan dari penguji
kepada peserta uji yang tujuannya untuk mengklarifikasi atau
mengali kompetensi peserta uji. Uji lisan ialah salah satu uji
kompetensi jabatan fungsional yang menggunakan teknik
wawancara dibuat secara sistematis untuk mengukur
kemampuan peserta terkait butir kegiatan sesuai jabatan
fungsional. Instrumen yang digunakan ialah pedoman
wawancara, dimana pewawancara mempersiapkan pedoman
(guide) tertulis tentang apa yang hendak ditanyakan kepada
peserta uji. Wawancara terstruktur disusun secara terperinci,
menggunakan kuisioner standar (atau jadwal wawancara)
untuk menjamin semua responden ditanyakan dengan satu
perangkat pertanyaan yang sama dalam urutan yang sama.

31

-128-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Jawaban pertanyaan tidak membuka kebebasan dan sudah


terikat pada pertanyaan yang telah disusun lebih dahulu.

Wawancara tidak terstruktur bersifat informal, lebih luwes dan


terbuka. Pertanyaan yang diajukan tentang pandangan, sikap,
keyakinan subjek atau tentang keterangan lainnya.
Kelemahan:
1) Membutuhkan waktu yang lama
2) Bisa menimbulkan bias pewawancara
3) Keberhasilan wawancara sangat tergantung kepandaian
pewawancara
4) Pewawancara tidak berada di tempat kejadian, ketepatan
informasi diragukan bahkan tidak akurat
Kelebihan:
1) Dapat mengetahui seberapa besar materi yang dikuasai
oleh peserta uji
2) untuk menggali pemikiran konstruksi seorang peserta uji
3) untuk mengungkapkan proyeksi pemikiran peserta uji

Penyusunan Pedoman Wawancara


1) Pewawancara paham lingkungan peserta uji
2) Pertanyaan disusun berdasarkan tujuan wawancara sesuai
dengan pokok-pokok masalah yang akan ditanyakan
3) Kalimat tanya disusun dengan singkat dan jelas.
4) Daftar pertanyaan dibicarakan dulu dengan anggota tim
5) Disarankan untuk latihan diskusi bersama anggota tim

32

-129-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Teknik Membuat Pertanyaan


Salah satu cara mengumpulkan bukti pengetahuan adalah
melalui metoda tanya jawab. Ada 3 hal yang harus diperhatikan
sehingga penguji dapat menentukan jenis pertanyaannya:
1) Kemampuan bahasa (Language)
2) Kemampuan baca tulis (Literacy)
3) Kemampuan berhitung (Numeracy)

Jenis Pertanyaan uji lisan


1) Pertanyaan yang tertutup.
Pertanyaan tertutup adalah bentuk pertanyaan yang
terstruktur yang ditujukan untuk memperoleh umpan balik
terbatas.
2) Pertanyaan terbuka.
Pertanyaan terbuka dirancang untuk menggali informasi
dan opini yang lebih kompleks.
a) Pertanyaan yang menggali (Probbing)
Bentuk pertanyaan yang dirancang untuk memotivasi
kandidat agar berpikir lebih dalam. Bentuk pertanyaan
seperti ini berguna pada saat kandidat belum
memberikan informasi yang cukup sebagai jawaban
pertanyaan.
b) Pertanyaan analisa (Analytical)
Bentuk pertanyaan yang dirancang untuk meninjau
tingkat analisa kandidat dalam menyelesaikan suatu
masalah

33

-130-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Langkah-langkah penyusunan uji lisan:


1. Memasukan butir kegiatan yang telah diidentifikasi
2. Menuliskan level kompetensi sesuai jenjang jabatannya
3. Menuliskan diskripsi dan indikator perilaku sesuai
kamus kompetensi yang telah disusun
4. Membuat pertanyaan sesuai indikator perilaku
5. Membuat indikator ketercapaian sesuai pertanyaan
yang telah disusun\
6. Membuat jawaban peserta uji/ kunci jawaban atas
pertayaan yang diujikan

Contoh Instrumen uji lisan


Jabatan/Jenjang : Apoteker Pertama
Nama Peserta uji : ...........
N Kompetensi Level Diskripsi Indikator Kompetensi Per Indikator Ketercapaain
o Kom tanyaan Ketercapaian Jawaban Ya Tidak
peten Peserta Uji
si
1 Menyusun 3 Menganalisis, Mampu menetapkan Sebutkan Membuat cara
rencana menyusun kebutuhan sediaan cara perencanaan penyusunan
kebutuhan dan farmasi, alat kesehatan penyusun kebutuhan perencanaan
dalam rangka menyempurna dan BMHP an perbekalan kebutuhan
perencanaaan kan konsep berdasarkan perencan farmasi perbekalan
perbekalan rencana pertimbangan bukti aan berdasarkan farmasi sesuai
farmasi ilmiah, farmakokinetika, kebutuha pertimbangan dengan SOP
kemudahan didapat n bukti ilmiah, (diuraikan
/ketersediaan dan perbekala farmakokinetik jawabannya)
harga dalam rangka n farmasi a, kemudahan
pengelolaan sediaan didapat
farmasi termasuk /ketersediaan
narkotika, psikotropika, dan harga
obat live saving, obat dalam rangka
program, emergensi, pengelolaan
alat kesehatan dan sediaan
BMHP farmasi
termasuk
narkotika,
psikotropika,
obat live
saving, obat
program,
emergensi,
alat kesehatan
dan BMHP
Dst

34

-131-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

4. Uji Praktik
Uji praktik merupakan ujian praktik atas tindakan/ prosedur
tindakan dari butir-butir kegiatan jenjang jabatan dari masing-
masing jabatan fungsional kesehatan untuk melihat kemampuan
peserta uji dari aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Langkah-langkah penyusunan uji praktik:


a. Memilih butir kegiatan yang dapat dilakukan uji praktik
b. Menyusun instrumen uji praktik yang disesuikan dengan
level kompetensi dan rumah jabatan

35

-132-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

7 EVALUASI
1. Bagaimana cara menyusun instrumen uji portofolio?
2. Bagaimana cara menyusun instrumen uji lisan?
3. Bagaimana cara menyusun instrumen uji tulis?
4. Bagaimana cara menyusun instrumen uji praktik?

8 REFERENSI
1. Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tenang Aparatur Sipil
Negera
2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil
3. Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 38 Tahun 2017 tentang
Standar Kompetensi Jabatan ASN
4. Peraturan Menteri PAN-RB nomor 13 Tahun 2019 tentang
tentang Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil
5. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 18 tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Uji Kompetensi Jabatan Fungsional
Kesehatan

36

-133-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

9 LAMPIRAN
Petunjuk Latihan
A. Latihan Indikator Hasil Belajar 1 (IHB1).
Mengidentifikasi unit kompetensi/ butir kegiatan sesuai
Permenpan masing-masing jabatan fungsional
Tujuan: setelah menyelesaikan latihan ini, peserta mampu
menidentifikasi uji kompetensi/ butir kegiatan sesuai
Permenpan masing-masing jabatan fungsional

1. Bahan Latihan
a. Butir kegiatan yang sudah diidentifikasi pada MPI 2
b. Permenpan/ standar kompetensi tiap jenis jabatan
fungsional kesehatan
c. Permenpan dan juknis masing2 Jabfungkes
d. SOP identifikasi unit kompetensi

2. Langkah-langkah:
a. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 7-8 orang. Masing-masing kelompok memilih
ketua, sekretaris dan penyaji.
b. Fasilitator membagikan alat dan bahan kepada masing-
masing kelompok
c. Fasilitator meminta kepada setiap kelompok untuk
memasang kain rekat di dinding.
d. Setiap kelompok diminta untuk mengerjakan tugas
sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi butir kegiatan/ unit kompetensi
berdasarkan kategori dan jenjang jabatan fungsional
37

-134-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

kesehatan sesuai rumah jabatan masing-masing,


seperti berikut:
a) Sesuai Kategori dan Jenjang Jabatan Fungsional
Kesehatan
(1) Kategori Keterampilan (Jenjang Terampil,
Mahir, Penyelia)
(2) Kategori Keahlian (Ahli Pertama, Ahli Muda,
Ahli Madya, Ahli Utama)
b) Setelah didentifikasi sesuai kategori dan jenjang
maka diidentifikasi sesuai Rumah Jabatan
masing-masing, antara lain:
(1) Rumah Sakit;
(2) Puskesmas;
(3) Dinas Kesehatan;
(4) KKP/ Balai/;
(5) instansi lainnya.
2) Mengidentifikasi level kompetensi sesuai standar
kompetensi jabatan fungsional untuk masing-masing
katagori dan jenjang jabatan fungsional kesehatan.

Tabel Identifikasi Unit Kompetensi/ Butir Kegiatan


sesuai Kategori, Jenjang dan Rumah Jabatan Fungsional Kesehatan

Jenis Jabatan Fungsional:.....................................

No Kategori Jenjang Butir level Rumah Jabatan


Kegiatan Rumah Puskesmas Dinkes Balai Instansi
Sakit / KKP lainnya

e. Waktu diskusi selama 20 menit


f. Presentasi diwakili hanya oleh 1 (satu) kelompok saja,
kelompok lain menanggapi dan fasilitator membulatkan
hasil diskusi, selama 25 menit

3. Waktu: 45 menit.
38

-135-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

B. Latihan Indikator Hasil Belajar 2 (IHB2).


Menetapkan Jenis Instrumen uji kompetensi berdasarkan
rumah jabatan
Tujuan: setelah menyelesaikan latihan ini, peserta mampu
menetapkan Jenis Instrumen uji kompetensi berdasarkan
rumah jabatan

1. Bahan Latihan
a. Hasil diskusi IHB 1
b. Permenpan dan juknis masing2 Jabfung
c. SOP penyusunan instrument (lihat modul)

2. Langkah-langkah:
a. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 7-8 orang
b. Setiap kelompok diminta untuk mengerjakan pertanyaan
di bawah ini:
1) Mengidentifikasi level kompetensi untuk masing2
katagori dan jenjang jabatan fungsional berdasarkan
hasil latihan IHB1 (katagori dan jenjang)
Catatan:
• Lihat berdasarkan rumah jabatan (pusk atau RS
atau klinik) masing2 jabfungkes
• Lihat juknis untuk definisi operasional tiap butir
kegiatan
2) Menentukan jenis instrumen yang akan digunakan,
bisa berupa:
a) Daftar simak/ ceklist evaluasi contoh pekerjaan
b) Daftar simak/ ceklist observasi bukti lembar
portofolio
c) Pertanyaan uji lisan atau tertulis atau Computer
Based
d) Benda kerja, produk, proyek dan portofolio

39

-136-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

3) Menentukan kata kunci yang sesuai dengan level


kompetensinya
4) Membuat pertanyaan uji tulis, uji lisan dan uji praktik
5) Membuat kunci jawaban untuk indikator penilaian
c. Waktu diskusi selama 20 menit
d. Presentasi dilakukan hanya oleh 1 (satu) kelompok saja
dan kelompok lain menanggapi. Waktu yg dialokasikan
20 menit termasuk klarifikasi dari fasilitator
3. Waktu: 45 menit

C. Latihan Indikator Hasil Belajar 3 (IHB).


Menyusun kisi-kisi butir kegiatan/Kriteria Unjuk Kerja (KUK).
Tujuan: setelah menyelesaikan latihan ini, peserta mampu
menyusun kisi-kisi butir kegiatan/ Kriteria Unjuk Kerja (KUK)
1. Bahan Latihan
a. Hasil diskusi IHB 2
b. Permenpan dan juknis masing2 Jabfung
c. SOP penyusunan kisi-kisi butir kegiatan (lihat modul)
2. Langkah-langkah:
a. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 7-8 orang
b. Setiap kelompok diminta untuk mengerjakan tugas
sebagai berikut:
1) Membuat kisi-kisi dari setiap butir kegiatan (hasil
IHB1)
2) terjemahkan butir kegiatan menjadi kamus
kompetensi (elemen kompetensi)
3) identifikasi setiap elemen kompetensi menjadi kriteria
unjuk kerja (KUK), catatan: bisa diambil dari instruksi
kerja
c. Waktu diskusi: 30 menit
d. Waktu presentasi 60 menit untuk 4 kelompok termasuk
tanya jawab dan klarifikasi fasilitator
3. Waktu: 90 menit.
40

-137-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

4. TIM PENYUSUN
5.
6. Penasehat:
7. Dr Achmad Soebagjo Tancarino, MARS
8. (Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan)
9.
10. Penangggungjawab:
11. Nusli IMansyah, SKM., M.Kes
12. (Kepala Bidang Pengembangan Pelatihan SDM Kesehatan)
13.
14. Ketua:
15. Dewi Sukorini, SKM., M.Pd
16. (Kepala Sub Bidang Pengembangan Pelatihan Fungsional SDM
Kesehatan)
17.
18. Sekretaris:
19. Purwanto, SKM., DAP & E, M.Kes
20.
21. Tim Penyusun dan Kontributor:
22. Agustina, SKM., M.Kes
23. Bob Yudibowo Yuswardi BE.SST
24. Deri Pinasti, SKM., MKM
25. dr. Jefri Thomas Alpha Edison Silalahi, MKM
26. Iwan Heryawan, S.ST
27. Nina Apriliani Sari, S.Tr.Keb
28. Rusmiati, S.Kom., MM
29. Rahayu Astuti, SKM., MKM
30. Werdiningsih, SKM., MARS
31. Dr. drg Siti Nur Anisah, MPH
32. Yanuardo G.D. Sinaga, ST., MPd
33. Imam Wahyudi, ST., M.Kes
34. Afriani Tinurbaya, S.Kep

41

-138-
MATA PELATIHAN INTI 4.
PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI
JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
PUSAT LATIHAN SDM KESEHATAN
JAKARTA
2020

-139-
DAFTAR ISI
Halaman
I. Deskripsi Singkat ………………………………...…... 1
II. Tujuan Pembeajaran …………………………..…….. 2
A. Hasil Belajar ………………………………..……….. 2
B. Indikator Hasil Belajar ……………………..………. 2
III. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ………...……. 3
IV. Bahan Belajar …………………………………...…….. 4
V. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran………... 7
VI. Uraian Materi ………………………………………….. 11
Materi Pokok 1. Etika Uji Kompetensi ………… 9
Materi Pokok 2. Komunikasi Efektif dalam
Pemecahan Masalah Uji 13
Kompetensi…………… 17
Materi Pokok 3. Tahapan Pra assessment 21
Materi Pokok 4. Uji kompetensi Portofolio 28
Materi Pokok 5. Uji kompetensi Tulis 30
Materi Pokok 6. Uji kompetensi Lisan 37
Materi Pokok 7. Uji kompetensi Praktik; 38
Materi Pokok 8. Aplikasi e-ukom;
Materi Pokok 9. Laporan Pelaksanaan Hasil Uji 56
kompetensi………………………...... 60
VII. Evaluasi ………………………………….…………….. 61
VIII. Rangkuman …………………………………………..... 63
IX. Referensi ……………………………………………..... 64
X. Lampiran …………………….……………………….…

-140-
1 DESKRIPSI SINGKAT
Dalam pelaksanaan uji kompetensi perlu dipahami etika
penguji dan peserta uji dalam uji kompetensi. Etika
ujikompetensi mengatur tentang persiapan dan
pelaksanaannya.

Mata pelatihan ini membahas tentang etika uji kompetensi,


komunikasi efektif dalam pemecahan masalah uji kompetensi,
tahapan Pra assessment, Uji kompetensi Portofolio, Uji
kompetensi Tulis, Uji kompetensi Lisan, Uji kompetensi
Praktik, aplikasi e-ukom dan Laporan Pelaksanaan Hasil Uji
kompetensi.

-141-
2 TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu
melakukan Pelaksanaan Uji Kompetensi sesuai standar.

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat:
1. Menerapkan Etika Uji Kompetensi;
2. Menerapkan Komunikasi Efektif dalam Pemecahan
Masalah Uji Kompetensi;
3. Melakukan tahapan Pra assessment;
4. Melakukan Uji kompetensi Portofolio;
5. Melakukan Uji kompetensi Tulis;
6. Melakukan Uji kompetensi Lisan;
7. Melakukan Uji kompetensi Praktik;
8. Mengoperasikan Aplikasi e-ukom;
9. Menyusun Laporan Pelaksanaan Hasil Uji kompetensi.

-142-
3 MATERI POKOK dan
SUB MATERI POKOK
Materi pokok dan sub materi pokok pada mata pelatihan ini
adalah:
A. Etika Uji Kompetensi
B. Komunikasi efektif dalam Pemecahan Masalah Uji
Kompetensi
1. Komunikasi Efektif
2. Pemecahan Masalah
C. Tahapan Pre-assessment (konsultasi pra uji)
1. Assessment Mandiri
2. Konsultasi Pra Uji
D. Uji kompetensi Portofolio
1. Verifikasi dan validasi bukti
2. Penilaian kesesuaian terhadap butir kegatan/ unit
kompetensi
3. Pendokumentasian hasil penilaian portofolio
E. Uji kompetensi Tulis
1. Tatalaksana uji tulis
2. Penilaian hasil uji tulis
3. Pendokumentasian hasil uji tulis
F. Uji kompetensi Lisan
1. Tatalaksana uji lisan
2. Teknik wawancara uji lisan

-143-
3. Penilaian hasil uji lisan
4. Pendokumentasian hasil uji lisan
G. Uji kompetensi Praktik
1. Tatalaksana uji praktik
2. Teknik observasi uji praktik
3. Penilaian hasil uji praktik
4. Pendokumentasian hasil uji praktik
H. Aplikasi e-ukom
1. Pencatatan Pelaksanaan Hasil Uji kompetensi
2. Penentuan Hasil Uji kompetensi
3. Pelaporan Pelaksanaan Hasil Uji kompetensi
I. Laporan Pelaksanaan Hasil Uji kompetensi

4 BAHAN BELAJAR
A. Modul pelatihan bagi penguji kompetensi jabatan
fungsional kesehatan
B. Standar Prosedur Operasioanal
C. Peraturan Menteri Kesehatan No 18 Tahun 2017
D. Buku Panduan Aplikasi e-ukom
E. www.sibangjangkri.kemkes.go.id

-144-
5 LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Sesi 1: Pengkondisian Peserta
Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
1. Fasilitator menyapa peserta dan memperkenalkan diri
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan
menggunakan bahan tayang
3. Melakukan apersepsi tentang materi yang akan dibahas
dengan metoda curah pendapat atau meminta beberapa
peserta/relawan untuk menjawabnya

Sesi 2: Penyampaian Materi Etika Uji Kompetensi


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
• Fasilitator menjelaskan tentang etika uji kompetensi
menggunakan bahan tayang, dengan metode ceramah,
tanya jawab dan mengajak peserta untuk berpartisipasi
serta berinteraksi dalam proses pembelajaran.

Sesi 3: Penyampaian Materi Komunikasi Efektif dalam


Pemecahan Masalah Uji Kompetensi
Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
• Fasilitator menjelaskan tentang komunikasi efektif dalam
pemecahan masalah uji kompetensi menggunakan bahan
tayang, dengan metode ceramah, tanya jawab dan
7

-145-
mengajak peserta untuk berpartisipasi serta berinteraksi
dalam proses pembelajaran.

Sesi 4: Penyampaian Materi Tahapan Pra Assessment


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
• Fasilitator menjelaskan tentang tahapan pra assessment
uji kompetensi menggunakan bahan tayang, dengan
metode ceramah, tanya jawab dan mengajak peserta
untuk mensimulasikan penyusunan materi uji portofolio
dan pelaksanaan uji kompetensi portofolio serta
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran

Sesi 5: Penyampaian Materi Uji Kompetensi Portofolio


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
• Fasilitator menjelaskan tentang uji kompetensi portofolio
menggunakan bahan tayang, dengan metode ceramah,
tanya jawab dan mengajak peserta untuk mensimulasikan
penyusunan materi uji portofolio dan pelaksanaan uji
kompetensi portofolio serta berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran.

Sesi 6: Penyampaian Materi Uji Kompetensi Tulis


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
• Fasilitator menjelaskan tentang uji kompetensi tulis
menggunakan bahan tayang, dengan metode ceramah,
tanya jawab dan mengajak peserta untuk mensimulasikan
penyusunan materi uji tulis dan pelaksanaan uji

-146-
kompetensi tulis serta berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran.

Sesi 7: Penyampaian Materi Uji Kompetensi Lisan/


Wawancara
Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
• Fasilitator menjelaskan tentang uji kompetensi
lisan/wawancara menggunakan bahan tayang, dengan
metode ceramah, tanya jawab dan mengajak peserta
untuk mensimulasikan penyusunan materi uji
lisan/wawancara dan pelaksanaan uji kompetensi
lisan/wawacara serta berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran.

Sesi 8: Penyampaian Materi Uji Kompetensi Praktik


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
• Fasilitator menjelaskan tentang uji kompetensi praktik
menggunakan bahan tayang, dengan metode ceramah,
tanya jawab dan mengajak peserta untuk mensimulasikan
penyusunan materi uji praktik dan pelaksanaan uji
kompetensi praktik serta berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran.

Sesi 9: Penyampaian Materi Praktik Aplikasi e-ukom


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
• Fasilitator menjelaskan tentang aplikasi e-ukom
menggunakan bahan tayang, dengan metode ceramah,

-147-
tanya jawab dan mengajak peserta untuk mensimulasikan
aplikasi e-ukom serta berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran.

Sesi 10: Penyampaian materi Penyusunan Laporan


Pelaksanaan Hasil Uji kompetensi
Langkah proses pembelajaran sebagai berikut :
• Fasilitator menjelaskan tentang penyusunan laporan
pelaksanaan hasil uji kompetensi menggunakan bahan
tayang, dengan metode ceramah, tanya jawab dan
mengajak peserta untuk mensimulasikan cara
penyusunan laporan pelaksanaan hasil uji kompetensi
serta berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Sesi 11: Rangkuman dan Kesimpulan


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan
peserta terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian
tujuan pembelajaran
2. Fasiliator merangkum poin-poin tentang materi yang
disampaikan
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

10

-148-
6 URAIAN MATERI
Materi Pokok 1: Etika Uji Kompetensi
Pengertian Etika
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno bentuk tunggal kata
‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta
etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu: tempat tinggal yang
biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak, watak,
perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat
kebiasaan. Menurut Brooks (2007), etika adalah cabang dari
filsafat yang menyelidiki penilaian normatif tentang apakah perilaku
ini benar atau apa yang seharusnya dilakukan. Kebutuhan akan
etika muncul dari keinginan untuk menghindari permasalahan –
permasalahan di dunia nyata. Kata ‘etika’ dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti:
a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
hak dan kewajiban moral (akhlak);
b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan
atau masyarakat.

Etika PNS dalam uji kompetensi


Nilai-nilai dasar nilai-nilai dasar yang harus dijunjung tinggi oleh
Pegawai Negeri Sipil meliputi:
a. Jujur
11

-149-
b. Tanggung jawab
c. Disiplin
d. Bersemangat
e. Kerjasama, dan
f. Pelayanan Prima

Kode etik Pegawai Negeri Sipil Dalam pelaksanaan tugas


kedinasan dan kehidupan sehari-hari setiap Pegawai Negeri Sipil
wajib bersikap dan berpedoman pada etika dalam bernegara,
dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam berorganisasi, dalam
bermasyarakat, serta terhadap diri sendiri dan sesama Pegawai
Negeri Sipil.

Etika bernegara meliputi:


a. Melaksanakan sepenuhnya Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945;
b. Mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara;
c. Menjadi perekat dan pemersatu bangsa dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
d. Menaati semua peraturan perundang-undang yang berlaku
dalam melaksanakan tugas,
e. Akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan;
f. Tanggap, terbuka, jujur, dan akurat, serta tepat waktu dalam
melaksanakan setiap kebijakan program pemerintah;
g. Menggunakan atau memanfaatkan semua sumber daya
Negara secara efisien dan efektif;

12

-150-
h. Tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak
benar.

Etika dalam berorganisasi adalah:


a. Melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang
berlaku;
b. Menjaga informasi yang bersifat rahasia;
c. Melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang;
d. Membangun etos kerja dan meningkatkan kinerja organisasi;
e. Menjalin kerjasama secara kooperatif dengan unit kerja lain
yang terkait dalam rangka pencapaian tujuan;
f. Memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas;
g. Patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja;
h. Mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam
rangka peningkatan kineri organisasi;
i. Berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja.

Etika dalam bermasyarakat meliputi:


a. Mewujudkan pola hidup sederhana;
b. Memberikan pelayanan dengan empati, hormat, dan santun
tanpa pamrih dan tanpa unsur pemaksaan;
c. Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, dan adil
serta tidak diskriminatif;
d. Tanggap terhadap keadaan lingkunga masyarakat;
e. Berorientasi kepada peningkatan kesejahtera masyarakat
dalam melaksanakan tugas.

13

-151-
Etika terhadap diri sendiri meliputi:
a. Jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasiyang tidak
benar;
b. Bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan;
c. Menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok, maupun
golongan;
d. Berinisiatif untuk meningkatkan kualitas pengetahuan,
kemampuan, keterampilan, dan sikap;
e. Memiliki daya juang yang tinggi;
f. Memelihara kesehatan jasmani dan rohani;
g. Menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga;
h. Berpenampilan sederhana, rapih, dan sopan.

Etika terhadap sesama Pegawai Negeri Sipil:


a. Saling menghormati sesama warga negara yang memeluk
agama/kepercayaan yang berlainan.
b. Memelihara rasa persatuan dan kesatuan sesama Pegawai
Negeri Sipil;
c. Saling menghormati antara teman sejawat baik secara vertikal
maupun horisontal dalam suatu unit kerja, instansi, maupun di
luar instansi;
d. Menghargai perbedaan pendapat;
e. Menjunjung tinggi harkat dan martabat Pegawai Negeri Sipil;
f. Menjaga dan menjalin kerja sama yang kooperatif sesama
Pegawai Negeri Sipil;

14

-152-
Berhimpun dalam satu wadah Korps Pegawai Republik Indonesia
yang menjamin terwujudnya solidaritas dan soliditas semua
Pegawai Negeri Sipil dalam memperjuangkan hak-haknya
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar,
salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Uji Kompetensi Jabatan
Fungsional Kesehatan adalah suatu proses untuk mengukur
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja pejabat fungsional
kesehatan yang dilakukan oleh timpengujidalam rangka memenuhi
syarat kenaikan jenjang jabatansetingkatlebihtinggi. Etika uji
kompetensi adalah mencakup analisis dan penerapan konsep
seperti benar,salah, baik, buruk, dan tanggung jawab dalam proses
untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
pejabat fungsional kesehatan yang dilakukan oleh tim penguji
dalam rangka memenuhi syarat kenaikan jenjang jabatan setingkat
lebih tinggi.

Penerapan etika atau peraturan yang tidak tertulis dalam


pelaksanaan uji kompetensi seperti:
a. Bertingkah laku yang sopan
b. Berpakaian yang sopan dan rapi
c. Menggunakan sepatu
d. Berdandan dan menggunakan asesoris seperlunya
e. Datang sesuai jadwal

15

-153-
Materi Pokok 2: Komunikasi Efektif dalam Pemecahan Masalah
Uji Kompetensi

1. Komunikasi efektif
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan,
ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada
umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang
dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada
bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-
gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini
disebut komunikasi nonverbal. Komunikasi efektif yaitu
komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap
(attitude change) pada orang lain yang bisa terlihat dalam
proses komunikasi.

Konflik atau masalah itu sendiri merupakan proses yang di mulai


bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah
mempengaruhi secara negatif. Faktor- faktor kondisi konflik:
a. Harus dirasakan oleh pihak terkait
b. Merupakan masalah persepsi
c. Ada oposisi atau ketidak cocokan

Untuk mensiasati masalah bisa di lakukan dengan antara lain:


a. Membentuk suatu sistem informasi yang terstruktur, agar
tidak terjadi kesalahan dalam komunikasi. Misalnya dengan
membuat papan pengumuman atau melalui pengeras suara/
speaker.
16

-154-
b. Buat komunikasi dua arah
c. Beri pelatihan dalam hal komunikasi

Komunikasi untuk menyelesaikan masalah bertujuan untuk


mempelajari kapan komunikasi tepat untuk berhubungan
dengan masalah-masalah, untuk mempelajari bagaimana cara
menciptakan suasana agar pertemuan-pertemuan dapat
berhasil, menyusun agenda rapat, menyusun sebuah kelompok
diskusi, sifat seorang pemimpin dan untuk mengetahui keadaan
suatu kelompok.

Arus komunikasi :
a. Downward Comunications adalah komunikasi yang
berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran
manajemen mengirimkan pesan bawahannya. Seperti :
pemberian intruksi, penjelasan pimpinan tentang suatu
tugas perlu untuk dilaksanakan, pemberian motivasi kepada
karyawan untuk bekerja lebih baik
b. Upward Comunications adalah komunikasi yang terjadi
ketika bawahan mengirim pesan kepada atasan. Seperti
penyampaian informasi tentang tugas yang telah di
laksanakan, penyampaian informasi tentang persoalan-
persoalan yang tidak dapat di selesaikan, penyampaian
saran atau keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri
maupun pekerjaannya.
c. Horizontal Comunications adalah tindak komunikasi ini
berlangsung di antara para karyawan atau bagian yang
memiliki kedudukan yang setara. Seperti : memperbaiki
17

-155-
koordinasi tugas, upaya pemecahan masalah, saling berbagi
informasi, upaya pemecahan konflik, membina hubungan
melalui kegiatan bersama.

Kesalahan-kesalahan yang sering dibuat oleh penguji:


a. Kecenderungan melakukan penilaian rata-rata sehingga
tidak mengidentifikasi kekuatan maupun kelemahan
terhadap ketrampilan peserta uji.
b. Cenderung dipengaruhi oleh sikap peserta uji, sehingga
pengukuran bisa tinggi atau sebaliknya
c. Jika penguji kurang berpengalaman, bisa salah
mengobservasi aspek-aspek kritis kinerja
d. Kecenderungan tidak merecord hasil-hasil penilaian segera
setelah proses penilaian
e. Kecenderungan menilai kompeten terhadap peserta uji
karena memiliki selera yang sama

2. Pemecahan masalah
Pemecahan masalah adalah suatu ketrampilan yang meliputi
kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi dan
mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan
alternatif sehingga dapat mengambil suatu tindakan keputusan
untuk mencapai sasaran.
Cara menghadapi peserta yang belum lulus uji kompetensi:
a. Menjelaskan bukti-bukti yang belum terpenuhi
b. Mendorong peserta melengkapi bukti-bukti yang di butuhkan
c. Menghadapi konflik dengan tenang tetapi tetap berpegang
pada fakta
18

-156-
d. Menghindari argumen dan isu yang tidak relevan
e. Selalu mengikuti prosedur
f. Mencoba memahami kondisi peserta

Proses selanjutnya berpartisipasi dalam penilaian ulang:


a. Memberikan umpan balik dan bimbingan kepada calon
peserta uji
b. Memberikan informasi mengenai proses penilaian ulang
kepada peserta uji
c. Melaporkan keputusan penilaian kepada pimpinan instansi
penyelenggara

Materi Pokok 3: Tahapan Pra Assessment


1. Assessment Mandiri
adalah Salah satu tahapan yang harus dilalui dalam proses
assessment, adalah assessment mandiri atau self assessment.
Dimana assessment mandiri adalah menilai kemampuan diri
sendiri. Dengan melakukan penilaian diri sendiri dengan jujur,
peserta uji akan mengetahui apakah dirinya mampu untuk
melanjutkan assessment tersebut. Bahkan, baik peserta ujinya
maupun assessornya, sudah dapat melihat kemungkinan hasil
assessment, kompeten atau tidaknya, sehingga pada waktu
assessment, peserta uji sudah mempersiapkan mentalnya,
karena sudah mengetahui kemampuan dirinya berada di level
komptensi yang mana.

19

-157-
3. Pra Assessment (Konsultasi Pra Uji)
adalah memberitahukan kepada calon peserta ujinya, tentang
standar kompetensi, bahkan juga memberitahu rincian
pekerjaan yang akan di assess, agar si peserta uji memahami
benar assessment apa yang akan diikutinya. Sehingga pada
waktu mendaftarkan diri untuk di assess, si peserta uji sudah
dapat memastikan diri, apakah yang bersangkutan dapat
mengikuti assessment tersebut atau tidak. Pra assessment
menjadi filter, karena assessment tidak akan dilanjutkan kepada
mereka yang tidak menguasai bidangnya atau tingkat
kompetensinya, termasuk juga kesiapan mentalnya
Tahapan Pra Assessment (Konsultasi Pra Uji) sebagai penguji:
a. Sikap penguji saat bertemu dengan peserta uji:
1) Mengucapkan salam
2) Jabat tangan kepada peserta uji dan lakukan kontak
mata
3) Mempersilahkan duduk
4) Memperkenalkan diri
5) Menanyakan identitas peserta uji
b. Melakukan Verifikasi berkas Administrasi
1) SK jenjang jabfung terakhir
2) Surat ijin dari pimpinan untuk ikut uji kompetensi
3) SKP satu tahun terakhir bernilai baik
4) Surat Bukti Pendaftaran online uji kompetensi jabfung
5) Menentukan metode uji:

20

-158-
a) Tim penguji harus memperhatikan peraturan
perundang-undangan, kondisi, keadaan sumber daya
yang tersedia di instansi pengguna.
b) Penetapan metode uji dilakukan setelah tim penguji
berkoordinasi dengan pimpinan instansi pengguna
jabatan fungsional yang akan diuji
c. Tim Penguji menginformasikan kepada peserta uji tentang
1) Metode uji yang akan digunakan
2) Rencana penilaian, metode penilaian
3) Waktu dan tempat
d. Tata tertib
e. Peserta Uji mengisi surat pernyataan
f. Penguji memberikan nomor ujian

Materi Uji Kompetensi jabatan fungsional kesehatan mengacu


pada butir-butir kegiatan jenjang jabatan yang sedang dipangku
dan jenjang yang akan dipangku sesuai dengan peraturan
perundangan. Metode uji kompetensi dapat berupa portofolio, uji
tulis, uji lisan dan uji praktik. Uji portofolio merupakan satu
metode wajib dalam pelaksanaan uji kompetensi. Namun untuk
metode uji tulis, uji lisan atau uji praktik merupakan metode uji
pilihan. Dalam menetapkan metode uji, tim penguji harus
memperhatikan peraturan perundang-undangan, kondisi, dan
keadaan sumber daya yang tersedia di instansi pengguna yang
akan diuji. Penetapan metode uji dilakukan setelah tim penguji
berkoordinasi dengan pimpinan instansi pengguna jabatan
fungsional yang akan diuji.

21

-159-
Tahap pra assesment peserta uji:
a. Mempersiapkan berkas administrasi yang diperlukan.
b. Mengajukan permohonanuji kompetensi ke pimpinan
instansi pengguna dengan diketahui atasan langsung.
c. Melakukan registrasi onlineuji kompetensi jabatan fungsional.
d. Seluruh pejabat fungsional yang akan mengikuti uji
kompetensi wajib melakukan pemutakhiran data jabatan
fungsional secara onlinemelalui laman resmi Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan (Badan PPSDMK). Setelah melakukan
pemutakhiran data jabatan fungsional, semua calon peserta
uji kompetensi harus mendaftar uji kompetensi secara
online.
e. Mencetak bukti registrasi online.
f. Mempersiapkan berkas portofolio dan data dukung yang
diperlukan.
g. Melakukan konsultasi dengan tim penguji sebelum
melakukan uji kompetensi (setelah ditetapkan menjadi calon
peserta uji)
h. Melaksanakan uji sesuai dengan tempat, waktu, metode
yang telah ditetapkan.

Hak Peserta Uji:


a. Mendapatkan feedback dan hasil kelulusan uji kompetensi.
b. Bila lulus, mendapat sertifikat uji kompetensi.
c. Bila tidak lulus, boleh mengikuti uji ulang sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan oleh pelaksana.
22

-160-
d. Bila uji ulang pertama tidak lulus, boleh mengikuti uji ulang
yang kedua sesuai dengan jadwal yang tersedia
penyelenggara.
e. Bila uji ulang yang kedua tidak lulus maka pimpinan
instansi pengguna memberikan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan kepada pejabat
fungsional tersebut.

Materi Pokok 4: Uji Kompetensi Portofolio


1. Verifikasi dan Validasi Bukti
Dalam rangka menjamin kualitas dari bukti-bukti yang
dikumpulkan selama pelaksanaan asesmen maka alat bukti
tersebut harus memenuhi 4 prinsip aturan pengumpulan bukti,
yaitu :
a. Memadai
Memadai berkaitan dengan apakah bukti yang dikumpulkan
telah cukup untuk dengan yakin menentukan bahwa hasil
yang ditargetkan dalam standar kompetensi telah dicapai.
b. Valid
Valid pembuktian berhubungan dengan keterkaitan secara
langsung dan kesesuaian bukti dengan standar kompetensi
(outcome) yang ditargetkan, serta kriteria Kinerja yang
spesifik.
c. Asli
Asli berkaitan dengan keyakinan bahwa bukti yang
dikumpulkan oleh peserta uji merupakan hasil yang
dilakukan sendiri.
23

-161-
d. Terkini
Terkini menunjukkan kepada waktu terakhir dibuatnya/
disediakannya alat bukti tersebut.

2. Penilaian kesesuaian terhadap butir kegiatan/ unit


kompetensi
Materi uji kompetensi jabatan fungsional kesehatan mengacu
pada kamus/standar kompetensi jabatan fungsional kesehatan
yang disusun Instansi pembina atau sesuai butir-butir kegiatan
dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi. Materi uji kompetensi sebagaimana
dijelaskan berikut :
a. Materi uji kompetensi dalam rangka pengangkatan pertama
ke dalam jabatan fungsional kesehatan kategori keahlian:
1) Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan
sosiokultural;
2) Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang ahli
pertama; dan
3) Mengacu pada level kompetensi jenjang jabatan ahli
pertama.
b. Materi uji kompetensi dalam rangka pengangkatan pertama
ke dalam jabatan fungsional kesehatankategori
keterampilan:
1) Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan
sosiokultural;
2) Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang terampil;
dan

24

-162-
3) Level kompetensi mengacu pada kompetensi jenjang
jabatan terampil.
c. Materi uji kompetensi dalam rangka pengangkatan dalam
jabatan fungsional kesehatan kategori keahlian melalui
perpindahan dari jabatan lain
1) Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan
sosiokultural;
2) Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang yang
akan diduduki; dan
3) Level kompetensi mengacu pada kompetensi jenjang
yang akan diampu.
d. Materi uji kompetensi dalam rangka pengangkatan dalam
jabatan fungsional kategori keterampilan melalui
perpindahan dari jabatan lain
1) Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan
sosiokultural;
2) Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang yang
akan diduduki; dan
3) Level kompetensi mengacu pada kompetensi jenjang
jabatan yang akan diduduki.
e. Materi uji kompetensi dalam rangka pengangkatan dalam
jabatan fungsional kesehatan kategori keahlian dan jabatan
fungsional kesehatan keterampilan melalui promosi
1) Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan
sosiokultural;
2) Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang yang
akan diduduki; dan

25

-163-
3) Level kompetensi mengacu pada kompetensi jenjang
jabatan yang akan diduduki.
f. Materi uji kompetensi dalam rangka kenaikan jenjang
jabatan setingkat lebih tinggi dalam kategori keahlian
1) Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan
sosiokultural;
2) Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang yang
akan didudukidan kompetensi jenjang yang sedang
diduduki, meliputi 75 – 80% kompetensi jenjang yang
saat ini didudukidan 25-20% kompetensi jenjang yang
akan diduduki; dan
3) Level kompetensi mengacu pada kompetensi jenjang
jabatan yang akan didudukidan kompetensi jenjang
yang sedang diduduki.
g. Materi uji kompetensi dalam rangka kenaikan jenjang
jabatan setingkat lebih tinggi dalam kategori keterampilan
1) Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan
sosiokultural;
2) Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang yang
akan didudukidan kompetensi jenjang yang sedang
diduduki; dan
3) Level kompetensi jenjang jabatan mengacu pada
kompetensi jenjang jabatan yang akan didudukidan
kompetensi jenjang yang sedang diduduki.
h. Materi uji kompetensi dalam rangka alih kategori dari
kategori keterampilan ke dalam kategori keahlian

26

-164-
1) Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan
sosiokultural;
2) Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang yang akan
didudukidan kompetensi jenjang yang sedang diduduki;
dan
3) Level kompetensi jenjang jabatan mengacu pada
kompetensi jenjang jabatan yang akan didudukidan
kompetensi jenjang yang sedang diduduki.
i. Materi uji kompetensi penyesuaian ke dalam jabatan
fungsional kesehatan
1) Materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan
sosiokultural;
2) Materi uji mengacu pada kompetensi jenjang jabatan
yang akan diduduki; dan
3) Level kompetensi jenjang jabatan mengacu pada
kompetensi jenjang jabatan yang akan diduduki.

Metode uji:
Metode uji kompetensi dapat berupa portofolio, uji tulis, uji lisan
dan uji praktik. Uji portofolio dan uji lisan merupakan metode
wajib dalam pelaksanaan uji kompetensi jabatan fungsional
kesehatan. Metode uji tulis, dan uji praktik merupakan metode uji
pilihan.
a. Portofolio
Portofolio merupakan laporan lengkap segala aktifitas
seseorang yang masing masing. Penilaian portofolio
merupakan suatu metode penilaian yang berkesinambungan

27

-165-
dengan mengumpulkan informasi atau data secara sistematik
atas dilakukannya yang menunjukan kecakapan pejabat
fungsional kesehatan dalam bidangnya hasil pekerjaan
seseorang. Portofolio digunakan sebagai salah satu cara
penilaian yang mampu mengungkap pencapaian kompetensi
dan standar kompetensi setiap pejabat fungsional kesehatan.
Pentingnya portofolio memungkinkan pejabat fungsional untuk
merefleksi pelayanan yang diberikan, dapat menunjukan
kemampuan, memberi gambaran atas apa yang dilakukan
pejabat fungsional kesehatan dan sebagai bukti otentik.
b. Penilaian portofolio
Penilaian portofolio dalam konteks sebagai salah satu metode
uji kompetensi jabatan fungsional kesehatan untuk
memperoleh sertifikat lulus uji kompetensi sebagai syarat
dalam kenaikan jenjang/level. Penilaian portofolio jabatan
fungsional kesehatan dapat dilihat dari beberapa komponen,
yaitu:
a) Komponen Utama adalah Bukti Pelayanan/asuhan
Bukti Pelayanan/asuhan
Penilaian komponen pelayanan/asuhan ini mengacu dari
butir kegiatan jabatan fungsional dengan kriteria:
(1) 75% - 80% komponen pelayanan/asuhan berasal dari
kompetensi pada jenjang yang sedang dipangkunya;
dan
(2) 20% - 25% komponen pelayanan/asuhan berasal dari
kompetensi yang akan dipangkunya.
b) Komponen tambahan

28

-166-
Komponen tambahan menjadi suatu pilihan penilaian dan
bukan menjadi persyaratan wajib bukti portofolio.
Komponen tambahan dapat berupa sertifikat Pelatihan.
Sertifikat pelatihan:
Adalah kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) yang
pernah diikuti oleh pejabat fungsional dalam rangka
pengembangan dan/atau peningkatan kompetensi selama
melaksanakan tugas pelayanan kesehatan di seluruh
instansi atau fasilitas pelayanan kesehatan. Bukti fisik
komponen pedidikan dan pelatihan ini berupa sertifikat
atau piagam asli yang dikeluarkan oleh lembaga
penyelenggara pelatihan. Pendidikan dan pelatihan harus
dilengkapi dengan laporan singkat hasil diklat yang meliputi
tujuan diklat, materi diklat dan manfaat diklat untuk
perbaikan pelayanan kesehatan. Sertifikat/piagam
pendidikan dan pelatihan dapat dinilai apabila:
(1) Materi diklat memiliki relevansi dengan jabatan
fungsional yang dipangkunya, Dapat dikategorikan
menjadi relevan (R) dan tidak relevan (TR). Relevan
(R) apabila materi diklat secara langsung dapat
menunjang peningkatan kompetensi teknis di jenjang
yang akan dipangkunya. Tidak Relevan (TR) apabila
materi diklat tidak menunjang peningkatan
kinerja/kompetensi jabatan fungsional kesehatan
tertentu dan diklat tidak relevan tidak akan dinilai.

29

-167-
(2) Durasi diklat sekurang kurangnya 20 JPL. Jumlah
sertifikat/piagam diklat yang dapat dinilai sebanyak 3
(tiga) sertifikat /piagam per tahun
(a) Karya Pengembangan Profesi
(b) Penghargaan yang relevan di bidang kesehatan.

3. Pendokumentasian hasil penilaian portofolio


Berikut contoh format penilaian portofolio untuk asuhan/
pelayanan:

No. Unit Jumlah Memadai Valid Asli Terkini


Kompetensi Dokumen Ya tidak ya Tidak Ya tidak Ya Tidak

1
2
Dst

Materi Pokok 5: Uji Kompetensi Tulis


1. Tatalaksana Uji tulis
Uji tulis merupakan salah satu cara untuk mengukur
pengetahuan dan pemahaman pejabat fungsional untuk dapat
menganalisis dan memecahkan masalah terkait kompetensi.
Metode uji tulis dalam uji kompetensi yang digunakan dapat
dalam bentuk pertanyaan Materi Pokok 5: dengan pilihan
ganda.

30

-168-
Uji Kompetensi tertulis digunakan untuk Untuk mengukur
kemampuan pengetahuan (cognitive) jabatan fungsional
kesehatan. Tes tertulis dilakukan dengan memberikan
pertanyaan atau tugas secara tertulis dan peserta menjawab
setiap pertanyaan atau tugas. Tes tertulis dapat berbentuk tes
objektif atau tes uraian. Bentuk tes objektif terdiri dari bentuk
soal benar-salah, menjodohkan, dan pilihan ganda. Bentuk soal
pilihan ganda dapat berupa pilihan ganda biasa, pilihan ganda
analisis kasus, pilihan ganda komplek, dan pilihan ganda
membaca diagram/ tabel.

2. Penilaian Hasil Uji Tulis


Materi
a. Soal yang dibuat harus sesuai dengan indikator yang telah
ditetapkan;
b. Pilihan jawaban yang diberikan harus homogen dan logis;
c. Setiap soal hanya memiliki satu jawaban yang benar
Bahasa
a. Setiap butir soal harus menggunakan bahasa yang sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar;
b. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat;
c. Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang
bukan merupakan satu kesatuan pengertian.
Konstruksi
a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas;

31

-169-
b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan
pernyataan yang diperlukan saja;
c. Pokok soal hendaknya jangan memberikan petunjuk ke arah
jawaban yang benar;
d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat
negatif ganda;
e. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama;
f. Pilihan jawaban jangan mengandung “semua pilihan
jawaban di atas salah” atau “semua pilihan jawaban di atas
benar”;
g. Pilihan jawaban berbentuk angka harus disusun berdasarkan
urutan besar- kecilnya nilai angka tersebut;
h. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang
terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi;
i. Butir materi soal jangan bergantung pada jawaban soal
sebelumnya.

3. Pendokumentasian Hasil Uji Tulis


Hasil penilaian uji tulis di rekap untuk di laporkan dalam
lampiran berita acara dan diakumulasikan dengan metode uji
lain dan di buat nilai rata-rata untuk di rekomendasikan sesuai
kesepakatan nilai batas lulus.

32

-170-
Materi Pokok 6: Uji Kompetensi Lisan
1. Tatalaksana uji lisan
Uji lisan merupakan metode uji yang wajib digunakan selain
metode uji portofolio. Uji lisan dapat berupa wawancara
terstruktur dan dapat dilakukan bersamaan dengan uji
portofolio. Kompetensi yang diujikan dalam uji lisan
disesuaikan dengan standar kompetensi dan level kompetensi
sesuai dengan jenjang yang akan diampunya.

Uji Lisan/ Interview merupakan kegiatan uji kompetensi yang


dilakukan dengan mengajukan pertanyaan lisan dari penguji
kepada peserta uji yang tujuannya untuk mengklarifikasi atau
mengali kompetensi peserta uji.

2. Tehnik wawancara uji lisan


Uji lisan ialah salah satu uji kompetensi jabatan fungsional
yang menggunakan teknik wawancara dibuat secara
sistematis untuk mengukur kemampuan peserta terkait butir
kegiatan sesuai jabatan fungsional.
Instrumen yang digunakan ialah pedoman wawancara,
dimana pewawancara mempersiapkan pedoman (guide)
tertulis tentang apa yang hendak ditanyakan kepada peserta
uji.

Wawancara terstruktur disusun secara terperinci,


menggunakan kuisioner standar (atau jadwal wawancara)
untuk menjamin semua responden ditanyakan dengan satu

33

-171-
perangkat pertanyaan yang sama dalam urutan yang sama.
Jawaban pertanyaan tidak membuka kebebasan dan
sudahterikat pada pertanyaan yang telah disusun lebih dahulu

Wawancara tidak terstruktur bersifat informal, lebih luwes


dan terbuka. Pertanyaan yang diajukan tentang pandangan,
sikap, keyakinan subjek atau tentang keterangan lainnya.

Kelemahan:
a. Membutuhkan waktu yang lama
b. Bisa menimbulkan bias pewawancara
c. Keberhasilan wawancara sangat tergantung kepandaian
pewawancara
d. Pewawancara tidak berada di tempat kejadian, ketepatan
informasi diragukan bahkan tidak akurat

Kelebihan:
a. Dapat mengetahui seberapa besar materi yang dikuasai
oleh peserta uji
b. untuk menggali pemikiran konstruksi seorang peserta uji
c. untuk mengungkapkan proyeksi pemikiran peserta uji

Penyusunan pedoman wawancara


a. Pewawancara paham lingkungan peserta uji
b. Pertanyaan disusun berdasarkan tujuan wawancara sesuai
dengan pokok-pokok masalah yang akan ditanyakan
c. Kalimat tanya disusun dengan singkat dan jelas.
d. Daftar pertanyaan dibicarakan dulu dengan anggota tim
34

-172-
e. Disarankan untuk latihan diskusi bersama anggota tim

3. Penilaian Hasil Uji Lisan


Penilaian uji lisan di tentukan dari kesesuaian jawaban peserta
uji dengan lembar jawab lisan yang telah di siapkan.
Sikap Penguji Saat Uji Lisan:
a. Siapkan bahan yang akan diuji lisan
Bagaimana cara anda melaksanaan pemeliharaan alat
elektromedik teknologi sederhana, mengengah dan tinggi?
Apakah baik?
b. Bahasa yang digunakan sesuai dengan kemampuan
peserta uji. Memperhatikan jenjang pendidikan dan
lingkungan sosial
c. Penguji membangun dan mengembangkan interaksinya
dengan peserta
Penguji mengawali atau membuka alur dengan menyapa,
memperkenalkan diri, bercakap-cakab sebentar,
mencairkan suasana, jabat tangan, kontak mata dsb
d. Penguji melakukan wawancara secara metodis
Bagi tim penguji yang melakukan wawancara secara
terburu-buru dan loncat-loncat dari satu pembahasan ke
pembahasan lain dengan terlalu cepat, penguji akan
kehilangan kesempatan untuk menggali informasi yang
komprehensif dari peserta. Pastikan dari awal bahwa
pertanyaan yang akan penguji sampaikan sudah tersusun
dengan struktur yang rapi

35

-173-
e. Pertanyaan tidak mendua
Contoh: Bagaimana cara anda memberikan bantuan hidup
dasar dan kegawatdaruratan kepada pasien?
Hal yang ditanyakan 2 hal: bantuan hidup dasar dan
kegawatdaruratan
f. Pertanyaan tidak menggiring
Tim penguji dapat melakukan penyusunan/perancangan
soal sebagai bahan persiapan uji kompetensi, berupan
pedoman, instrument, acuan dsb
g. Fokus pada pembicaraan yang sedang berlangsung
Pastikan tim penguji fokus sepanjang wawancara
berlangsung. Berikanlah himbauan kepada peserta dan
anggota penguji lainnya untuk mengaktifkan mode silent
pada perangkat hpnya
h. Tunjukkan apresiasi pada akhir wawancara
Penguji memberikan ucapan terima kasih dan berjabat
tangan
i. Cermati hasil yang didapatkan
Tim penguji dapat memastikan kembali instrument uji lisan
yang sudah disusun selesai dijawab semua oleh peserta
atau tidak. Karena ada kemungkinan bahwa tim penguji
belum membahas unit kompetensi yang sudah ditentukan
atau jawaban peserta belum tercatat. Melalui siakp ini, akan
memudahkan menguji dalam menilai atau mendata
kemampuan peserta melalui instrument uji lisan

36

-174-
j. Pertanyaan tidak mendua
Contoh: Bagaimana cara anda memberikan bantuan hidup
dasar dan kegawatdaruratan kepada pasien?
Hal yang ditanyakan 2 hal: bantuan hidup dasar dan
kegawatdaruratan
k. Pertanyaan tidak menggiring
Tim penguji dapat melakukan penyusunan/perancangan
soal sebagai bahan persiapan uji kompetensi, berupan
pedoman, instrument, acuan dsb
l. Fokus pada pembicaraan yang sedang berlangsung
Pastikan tim penguji fokus sepanjang wawancara
berlangsung. Berikanlah himbauan kepada peserta dan
anggota penguji lainnya untuk mengaktifkan mode silent
pada perangkat hpnya
m. Tunjukkan apresiasi pada akhir wawancara
Penguji memberikan ucapan terima kasih dan berjabat
tangan
n. Cermati hasil yang didapatkan
Tim penguji dapat memastikan kembali instrument uji lisan
yang sudah disusun selesai dijawab semua oleh peserta
atau tidak. Karena ada kemungkinan bahwa tim penguji
belum membahas unit kompetensi yang sudah ditentukan
atau jawaban peserta belum tercatat. Melalui siakp ini, akan
memudahkan menguji dalam menilai atau mendata
kemampuan peserta melalui instrument uji lisan

37

-175-
o. Pertanyaan tidak mendua
Contoh: Bagaimana cara anda memberikan bantuan hidup
dasar dan kegawatdaruratan kepada pasien?
Hal yang ditanyakan 2 hal: bantuan hidup dasar dan
kegawatdaruratan
p. Pertanyaan tidak menggiring
Tim penguji dapat melakukan penyusunan/perancangan
soal sebagai bahan persiapan uji kompetensi, berupan
pedoman, instrument, acuan dsb
q. Fokus pada pembicaraan yang sedang berlangsung
Pastikan tim penguji fokus sepanjang wawancara
berlangsung. Berikanlah himbauan kepada peserta dan
anggota penguji lainnya untuk mengaktifkan mode silent
pada perangkat hpnya
r. Tunjukkan apresiasi pada akhir wawancara
Penguji memberikan ucapan terima kasih dan berjabat
tangan
s. Cermati hasil yang didapatkan
Tim penguji dapat memastikan kembali instrument uji lisan
yang sudah disusun selesai dijawab semua oleh peserta
atau tidak. Karena ada kemungkinan bahwa tim penguji
belum membahas unit kompetensi yang sudah ditentukan
atau jawaban peserta belum tercatat. Melalui siakp ini, akan
memudahkan menguji dalam menilai atau mendata
kemampuan peserta melalui instrument uji lisan

38

-176-
t. Pertanyaan tidak mendua
Contoh: Bagaimana cara anda memberikan bantuan hidup
dasar dan kegawatdaruratan kepada pasien?
Hal yang ditanyakan 2 hal: bantuan hidup dasar dan
kegawatdaruratan

Teknik Membuat Pertanyaan


Salah satu cara mengumpulkan bukti pengetahuan adalah
melalui metoda tanya jawab. Ada 3 hal yang harus
diperhatikan sehingga penguji dapat menentukan jenis
pertanyaannya:
a. Kemampuan bahasa (Language)
b. Kemampuan baca tulis (Literacy)
c. Kemampuan berhitung (Numeracy)

Jenis Pertanyaan
a. Pertanyaan yang tertutup.
b. Pertanyaan tertutup adalah bentuk pertanyaan yang
terstruktur yang ditujukan untuk memperoleh umpan balik
terbatas.
c. Pertanyaan terbuka.
d. Pertanyaan terbuka dirancang untuk menggali informasi
dan opini yang lebih kompleks
e. Pertanyaan yang menggali (Probbing)
Bentuk pertanyaan yang dirancang untuk memotivasi
kandidat agar berpikir lebih dalam bentuk pertanyaan

39

-177-
seperti ini berguna pada saat kandidat belum memberikan
informasi yang cukup sebagai jawaban pertanyaan.
f. Pertanyaan analisa (Analytical)
Bentuk pertanyaan yang dirancang untuk meninjau tingkat
analisa kandidat dalam menyelesaikan suatu masalah

4. Pendokumentasian hasil uji lisan


Hasil penilaian uji lisan di rekap untuk di laporkan dalam
lampiran berita acara dan diakumulasikan dengan metode uji
lain dan di buat nilai rata-rata untuk di rekomendasikan sesuai
kesepakatan nilai batas lulus

40

-178-
Materi Inti 7: Uji Kompetensi Praktik
1. Tatalaksana uji praktik
Uji praktik merupakan ujian praktik atas tindakan/ prosedur
tindakan dari butir-butir kegiatan jenjang jabatan dari masing-
masing jabatan fungsional kesehatan untuk melihat kemampuan
peserta uji dari aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap.

2. Tehnik observasi uji praktik


Tehnik pengumpulan bukti dengan ceklis observasi sesuai
dengan tahap-tahap tindakan yang ada di standar prosedur
operasional (SPO) fasilitas pelayanan kesehatan peserta uji.

3. Penilaian hasil uji praktik


Hasil uji praktik di peroleh dari rekap ceklis observasi praktik

4. Pendokumentasian hasil uji praktik


Hasil penilaian uji praktik di rekap untuk di laporkan dalam
lampiran berita acara dan diakumulasikan dengan metode uji
lain dan di buat nilai rata-rata untuk di rekomendasikan sesuai
kesepakatan nilai batas lulus

Pelaksanaan uji kompetensi dengan 4 metode tersebut harus di


tentukan nilai batas lulus sebelum dilakukan ujian saat ini nilai
batas lulus adalah 70 (tujuh puluh).
Penilaian dari 3 metode uji kompetensi : uji portofolio, uji tulis
dan uji lisan mempunyai nilai batas lulus: 70 (tujuh puluh)
Penilaian praktik hasilnya harus kompeten jika hasilnya belum
kompetensi berarti harus dilakukan uji praktik ulang

41

-179-
Materi Pokok 8: Aplikasi e-ukom
I. Halaman utama e-ukom
1.1 Cara Membuka Situs
Cara untuk memulai akses terhadap sistem informasi uji
kompetensi jabatan fungsional (e-ukom) sebagai berikut:
1. Buka web browser (Google Chrome atau Mozilla Firefox
atau lainnya) dengan alamat url :
http://jabfung.bppsdmk.kemkes.go.id/eukom bisa melalui

desktop atau mobile.


2. Kemudian tekan Enter pada tombol keyboard atau klik
tombol Go pada browser.
3. Akan muncul tampilan halaman utama sebagai berikut:

a. Home: menu halaman depan

b. About: menu halaman tentang Informasi aplikasi

c. Login:

1) Login Peserta: menu halaman masuk ke dalam


sistem akun user peserta

2) Login Admin: menu halaman masuk kedalam


sistem akun user admin

42

-180-
d. Sign up: menu halaman pendaftaran akun user
peserta
1.2 Cara Login Akun User Peserta

Keterangan:

1. Masukkan NIP dan password yang sudah terdaftar

2. Tekan tombol Login

1.3 Mengembalikan Akun User Peserta (lupa password untuk


login)
Pada Halaman Login pilih (Reset Password)

43

-181-
Langkah mengembalikan akun user:

a. Masukkan email pendaftaran akun

b. Apabila email yang dimasukkan benar maka akan


mengarah kehalaman depan dan muncul notifikasi
instruksi pengecekan Email.

c. Periksa email Pesan Masuk (INBOX) dan ikuti intruksi


selanjutnya.
44

-182-
1.4 Alur Tugas Akun Peserta

Gambar diatas menjelaskan alur tugas akun peserta


diantaranya:
1. Melakukan registrasi untuk mendapatkan Akun
2. Meng- entry Foto
3. Mendaftar Uji Kompetensi
4. Meng- entry Data Peserta Uji
5. Mengupload file yang dibutuhkan
6. Mencetak Kartu Registrasi Online
7. Memantau proses verifikasi dan mengikuti ujian
sampai ujian dinyatakan selesai

45

-183-
II. Akun User Peserta

2.1 Halaman Utama Akun Peserta

46

-184-
2.2 Cara Mendaftar Online

Keterangan:
1. Cara untuk mendaftar online, peserta dapat menekan
Menu Sign Up pada home peserta.
2. Isi semua data dengan benar
a. Nip: NIP Pegawai Terdaftar (18 karakter dan tanpa
spasi)
b. Instansi: Nam aInstansi
c. Unit: Unit atau Fasilitas Kesehatan
d. Provinsi: Nama Provinsi
e. Kabupaten/ Kota: Nama Kabupaten/ Kota

47

-185-
f. Username: Nama Lengkap
g. Email: Alamat Email
h. Password: Password minimal 6 digit
i. Password Repeat: Ulangi Password yang
dimasukkan
j. Captcha: masukkan Kode Keamanan (pada gambar
captcha)
k. Tekan tombol Signup untuk mendaftar

2.3 Cara Meng-entry Foto

Peserta dapat mengganti foto dengan cara menekan link


(Ganti Foto) dan memilih foto formal yang ingin di upload
dengan format gambar (.png, .jpg, .jpeg).
48

-186-
49

-187-
2.5 Cara Daftar Uji Kompetensi

Keterangan:

1. Cara untuk mendaftar uji kompetensi, peserta dapat


menekan link (Daftar Uji Kompetensi) pada home
peserta.

2. Kemudian sistem akan mengarahkan ke halaman


registrasi uji kompetensi. Nip dan Pilih Periode Uji
Kompetensi sudah muncul otomatis sesuai dengan
informasi peserta.

3. Tekan tombol (Ya Daftar) apabila yakin untuk


melakukan pendaftaran.
50

-188-
2.6 Cara Meng-entry Data Peserta

Keterangan:
1. Cara untuk meng-input data peserta, peserta dapat
menekan link (Input Data Peserta) pada home peserta.
2. Kemudian sistem akan mengarahkan ke halaman Input
Data Peserta. Isikan data dengan benar.
a. Nip: NIP Peserta (18 karakter dan tanpa spasi)
b. Nama Lengkap: Nama Lengkap Peserta
c. Instansi Kerja: Instansi Kerja Peserta
d. Nama ProvinsI: Nama Provinsi Peserta
e. Nama Kabupaten/Kota: Nama Kabupaten/ Kota
Peserta
f. Instansi Uni: Instansi Unit Peserta
51

-189-
g. Unit Fasilitas Layanan Kesehatan: Unit Fasilitas
Kesehatan Peserta
h. Unit Kerja: Unit Kerja Peserta
i. Kategori Uji Kompetensi: Kategori Uji Kompetensi
Peserta
j. Jenis Jabatan Fungsional: Jenis Jabatan
Fungsional Peserta
k. Jenjang Jabatan Fungsional: Jenjang Jabatan
Fungsional Peserta
l. Nomor Ijasah Terakhir: Nomor Ijasah Terakhir
Peserta
m. Tahun Ijasah Terakhir: Tahun Ijasah Terakhir
Peserta
n. No. Telp HP/ Rumah/ Fax: No. Telp HP/ Rumah/
Fax Peserta
o. No SK Jabatan Fungsional: Nomor SK Jabatan
Fungsional Peserta
p. Tanggal SK Jabatan Fungsional: Tanggal SK
Jabatan Fungsionl Peserta
3. Tekan tombol (Setuju) apabila yakin untuk menyimpan
data peserta atau tekan tombol (Tidak Setuju) apabila
tidak yakin untuk menyimpan data peserta.

52

-190-
2.7 Cara Mengupload File

Keterangan:
1. Cara untuk mengupload file data, peserta dapat
menekan link (Upload File Data) pada home peserta.
2. Kemudian sistem akan mengarahkan ke halaman
Upload Files. Beberapa jenis file yang harus di upload
antara lain:
a. SKP 1 tahun terakhir
b. Surat rekomendasi dari atasan untuk mengikut iuji
c. SK jafung jenjang terakhir

Peserta dapat memilih jenis file yang sesuai dan


pilih file yang ingin di upload dengan format
gambar (.png, .jpg, .jpeg).
3. Tekan tombol (Submit) apabila ingin menyimpan data.
53

-191-
4. File yang sudah terupload dapat dilihat di kolom Data
File Upload, peserta juga dapat menghapus data apabila
terdapat kekeliruan dalam mengupload file.

2.8 Cara Mencetak Kartu Registrasi Online

Keterangan:
1. Admin Wilayah sudah melakukan verifikasi kepada
Peserta tersebut
2. Cara untuk mencetak kartu registrasi online, peserta
dapat menekan Menu Data Registrasi pada home
peserta.
3. Pilih kartu registrasi online yang akan dicetak
berdasarkan periode uji kompetensi. Kartu registrasi
online harus dibawa oleh peserta selama mengikuti uji
kompetensi. Berikut ini tampilan dari kartu uji registrasi
onl
ine
:

54

-192-
2.9 Cara Keluar Dari Sistem

Pilih Menu (Logout) yang berada di pojok kanan atas

55

-193-
Materi Pokok 9: Laporan Pelaksanaan Hasil Uji kompetensi.
1. Pencatatan pelaksanaan hasil uji kompetensi

Laporan pelaksanaan uji kompetensi jabatan fungsional


kesehatan disusun oleh penyelenggara uji kompetensi
sesuai dengan Sistematika Laporan Pelaksanaan Uji
Kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan seperti di
bawah ini:

Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I: Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
Bab II: Uji Kompetensi
A. Persiapan
1) Panitia
2) Waktu
3) Tempat Uji
4) Tim Penguji
5) Peralatan atau Fasilitas yang dibutuhkan untuk uji kompetensi
B. Pelaksanaan
1) Registrasi (online)
2) Manual (offline)
3) Online
C. Hasil
1) Peserta uji (kategori, jenjang, dan jenis jabatan)
2) Tempat Uji
3) Tim Penguji
4) Metode Uji
5) Waktu
6) Tempat
7) Rekapitulasi kelulusan
D. Kendala
BAB III: Simpulan dan Rekomendasi
A. Simpulan
B. Rekomendasi
LAMPIRAN
1. Rekap data Peserta
2. Daftar hadir peserta dan panitia
3. Berita acara pelaksanaan
4. Dokumentasi (foto lokasi uji, foto penguji, sarana prasarana, peserta uji,
pelaksanaan uji sesuai metode uji, besar file maksimal ukuran

56

-194-
Penyelenggara uji kompetensi juga membuat berita acara
pelaksanaan (BAP) uji kompetensi seperti contoh sebagaimana
tercantum dalam Formulir 1 Peraturan ini. BAP tersebut menjadi
dasar dalam memberikan nomor sertifikat. Laporan disampaikan
setelah semua pelaksanaan uji kompetensi selesai. Paling
lambat dua minggu setelah selesai uji kompetensi pimpinan.
instansi penyelenggara uji membuat BAP dan di sampaikan
secara berjenjang kepada Pusat Peningkatan Mutu SDMK dan
unit pembina jabatan fungsional kesehatan. Alur pelaporan BAP
adalah sebagaimana terdapat dalam Gambar

Gambar. Alur pelaporan BAP

57

-195-
2. Penentuan hasil uji kompetensi
Penentuan hasil uji kompetensi setelah di lakukan
pengumpulan bukti-bukti dari semua metode uji yang telah
disepakati di pre assessment/ pra uji kompetensi. Tim
penguji memutuskan hasil uji kompetensi yang
direkomendasikan kepada penyelenggara untuk
ditidaklanjuti sampai terbit sertifikat uji komptensi.

3. Pelaporan pelaksanaan hasil uji kompetensi

Formulir 1

UJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN


(UK-JFK)

Pada hari ini ... tanggal ... bulan ... tahun...telah


dilaksanakan uji kompetensi jabatan fungsional ...( jenis
jabatan fungsional) yang bertempat di ...

1. Jumlah peserta uji keseluruhan : ... orang


2. Jumlah peserta yang lulus : ... orang
3. Jumlah peserta tidak lulus : ... orang

Contoh tabel

No Nama Asal Instansi Jenis Jabatan Kategori Jenjang Metode Uji Hasil
Peserta Fungsional (Ketrampilan/ Kelulusan
Keahlian)
1 Purwanto RSUD Bakti Perekam Keahlian Muda Portofolio, Lulus
Medis Uji Tulis
dan Uji
Lisan
2 Yayuk Puskesmas Perawat Gigi keterampilan Pelaksana Portofolio Tidak
Karya dan Uji Lulus
Tulis
dst

58

-196-
Kendala yang di hadapi
........................................................................................................
........................................................................................................

Saran/perbaikan penyelenggaraan Uji


........................................................................................................
........................................................................................................

Tempat,tanggal-bulan-tahun
Pimpinan Instalasi Penyelenggara Ketua Tim Penguji
Uji Kompetensi

Nama Nama
NIP NIP

59

-197-
7 EVALUASI
1. Sebutkan nilai-nilai etika uji kompetensi jabatan fungsional
kesehatan?
2. Apa Pengertian komunikasi efektif?
3. Sebutkan cara-cara pemecahan masalah saat menghadapi
peserta yang belum lulus uji kompetensi?
4. Jelaskan tahap-tahap pra assesment:
a. Assesment mandiri
b. Pra Assessment (konsultasi pra uji)
5. Jelaskan komponen utama dan penunjang dalam uji kompetensi
portofolio!
6. Jelaskan aturan pengumpulan bukti portofolio!
7. Jelaskan tujuan uji kompetensi tulis!
8. Jelaskan sikap penguji saat melakukan uji lisan!
9. Jelaskan aspek–aspek penilaian uji kompetensi praktik !
10. Jelaskan tahap-tahap aplikasi E-Ukom !
11. Jelaskan tahap–tahap laporan pelaksanaan hasil uji kompetensi!

60

-198-
8 RANGKUMAN
Pelaksanaan uji kompetensi jabatan fungsional kesehatan melalui
tahap: Pra assesment dan pelaksanaan uji. Dalam pelaksanaan
metode uji yang wajib dengan portofolio selanjutnya untuk metode
tulis, lisan dan praktik sebagai metode pilihan. Pelaksanaan uji
kompetensi melalui E-Ukom dengan website:
http://jabfung.bppsdmk.kemkes.go.id/eukom bisa melalui desktop
ataumobile.

Untuk melakukan uji kompetensi jabatan di perlukan dasar etika


dan komunikasi dalam menghadapi permasalahan-permasalahan
dalam pelaksanaan. Etika uji kompetensi adalah mencakup
analisis dan penerapan konsep seperti benar,salah, baik, buruk,
dan tanggung jawab dalam proses untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kerja pejabat fungsional kesehatan yang
dilakukan oleh timpengujidalam rangka memenuhi syarat kenaikan
jenjang jabatansetingkatlebihtinggi.

Komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan


perubahan sikap (attitude change) pada orang lain yang bisa
terlihat dalam proses komunikasi. Pemecahan masalah adalah
suatu ketrampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari
informasi, menganalisa situasi dan mengidentifikasi masalah

61

-199-
dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif sehingga dapat
mengambil suatu tindakan keputusan untuk mencapai sasaran.

Tahap pelaksanaan uji kompetensi di lakukan melalui 2 tahap:


1. Pra assessment (pra konsultasi): Assessment mandiri dan
Konsultasi pra uji
2. Pelaksanaan uji dengan metode: Portofolio, Tulis, Lisan dan
Praktik

Laporan pelaksanaan uji kompetensi dengan membuat laporan


berita acara pelaksanaan.

62

-200-
9 REFERENSI
1. Https: /bawas.mahkamahagung.go.id/bawas_doc/doc/kode_etik_PNS
2. Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi Jakarta : Raja Grafindo
Persada 2007
3. Widjaya,H.A.W. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Jakarta. PT.
Bumi Aksara, 2008
4. Peraturan Menteri Kesehatan No 18 Tahun 2017
5. http://jabfung.bppsdmk.kemkes.go.id/eukom

63

-201-
10 LAMPIRAN

A. Panduan Role Play


Tujuan: setelah mengikuti role play ini, peserta mampu melaksanakan
Uji Kompetensi
1. Bahan Role Play
a. Skenario
b. Properti untuk pemeranan
c. Lembar observasi
d. Instrumen-instrumen Uji kompetensi
e. Peralatan lainnya yang dibutuhkan

2. Langkah-langkah:
a. Peserta dibagi menjadi 6 kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 5 orang sesuai dengan rumpun jabfung kesehatan
b. Setiap kelompok menyusun skenario pelaksanaan uji
kompetensi, waktu diskusi: 15 menit
c. Setiap kelompok menentukan peran masing-masing
anggotanya, yang terdiri 3 orang sebagai penguji, 1 orang
sebagai peserta uji dan 1 orang sebagai narrator.
Contoh design roleplay:
Waktu
Kegiatan Yang harus dilakukan setiap kelompok
(menit)
1. Pra Tahapan Pra assessment 10
assessment a. Assessment mandiri
b. Konsultasi pra uji
2. pelaksanaan Pelaksanaan Uji kompetensi Portofolio 8
Uji a. Verifikasi dan validasi bukti
kompetensi b. Penilaian kesesuaian (Memadahi,
Portofolio Valid, Asli, Terkini) antara bukti
pekerjaan/kegiatan terhadap butir
kegiatan/ unit kompetensi yang
dipersyaratkan
c. Pendokumentasian hasil penilaian
portofolio
3. pelaksanaan Pelaksanaan Uji kompetensi tulis 1
Uji a. Tatalaksana uji tulis
kompetensi b. Penilaian hasil uji tulis

64

-202-
tulis c. Pendokumentasian hasil uji tulis
(pre memori)
d. S
4.
e pelaksanaan Pelaksanaan Uji kompetensi Lisan 5
Uji a. Tatalaksana uji lisan
t kompetensi b. Teknik wawancara uji lisan
i Lisan c. Penilaian hasil uji lisan
a d. Pendokumentasian hasil uji lisan
5. pelaksanaan Pelaksanaan Uji kompetensi Praktik 1
p Uji a. Tatalaksana uji praktik
kompetensi b. Teknik observasi Uji praktik
Praktik c. Penilaian hasil uji praktik
k (pre memori) d. Pendokumentasian hasil uji praktik
e
l Total waktu 25

o
mpok melakukan roleplay dengan waktu @15 menit.
e. Fasilitator dan kelompok lain mengamati pelaksanaan
roleplay serta memberikan masukan. Waktu masukan @30
menit/ kelompok

3. Waktu: 135 menit

65

-203-
C. Panduan Latihan
Tujuan: setelah melakukan kegiatan ini, peserta mampu
mengoperasionalkan Aplikasi e-ukom
1. Bahan Latihan
a. manual book aplikasi e-ukom
b. Aplikasi e-ukom
c. Bahan usulan ukom
d. Hasil BAP
e. Nomor sertifikat
2. Langkah-langkah:
a. Hari sebelumnya peserta diminta membaca manual book aplikasi
e-ukom
b. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok, setiap kelompok terdiri dari
10 orang
c. Setiap kelompok latihan mengoperasionalkan e-ukom dengan
bantuan satu orang instruktur di setiap kelompok
d. Setiap kelompok mencoba menggunakan aplikasi untuk
melakukan input: bahan usulan ukom, Hasil BAP, Nomor sertifikat
e. Waktu latihan 30 menit
f. Diskusi tanya jawab 15 menit
3. Waktu: 45 menit

66

-204-
E. Panduan Diskusi Kelompok
Tujuan: setelah diskusi kelompok, peserta mampu menyusun Laporan
hasil pelaksanana Uji kompetensi

1. Bahan Latihan
a. Format BAP
b. SOP Pelaporan

2. Langkah-langkah:
a. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 10 orang
b. Setiap kelompok menyusun laporan BAP dengan
menggunakan format BAP yang sudah disiapkan
c. Waktu latihan 20 menit
d. Satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Waktu
presentasi hasil diskusi 10 menit
e. Fasilitator dan kelompok lainnya memberikan masukan 15
menit

3. Waktu: 45 menit

67

-205-
TIM PENYUSUN

Penasehat:
Dr Achmad Soebagjo Tancarino, MARS
(Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan)

Penangggungjawab:
Nusli IMansyah, SKM., M.Kes
(Kepala Bidang Pengembangan Pelatihan SDM Kesehatan)

Ketua:
Dewi Sukorini, SKM., M.Pd
(Kepala Sub Bidang Pengembangan Pelatihan Fungsional SDM
Kesehatan)

Sekretaris:
Purwanto, SKM., DAP & E, M.Kes

Tim Penyusun dan Kontributor:


Agustina, SKM., M.Kes
Bob Yudibowo Yuswardi BE.SST
Deri Pinasti, SKM., MKM
dr. Jefri Thomas Alpha Edison Silalahi, MKM
Iwan Heryawan, S.ST
Nina Apriliani Sari, S.Tr.Keb
Rusmiati, S.Kom., MM
Rahayu Astuti, SKM., MKM
Werdiningsih, SKM., MARS
Dr. drg Siti Nur Anisah, MPH
Yanuardo G.D. Sinaga, ST., MPd
Imam Wahyudi, ST., M.Kes
Afriani Tinurbaya, S.Kep

68

-206-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

MATA PELATIHAN INTI 5.


EVALUASI UJI KOMPETENSI
JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
PUSAT LATIHAN SDM KESEHATAN
JAKARTA
2020

-207-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

DAFTAR ISI
Halaman
I. Deskripsi Singkat ………………………………...…... 1

II. Tujuan Pembelajaran …………………………..…….. 2


A. Hasil Belajar ………………………………..……….. 2
B. Indikator Hasil Belajar ……………………..………. 2

III. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ………...……. 3

IV. Bahan Belajar …………………………………...…….. 3

V. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran………... 4

VI. Uraian Materi ………………………………………….. 6


Materi Pokok 1. Konsep Evaluasi Pelatihan ………… 6
Materi Pokok 2. Persiapan evaluasi uji kompetensi 7
Materi Pokok 3. Pelaksanaan evaluasi uji kompetensi 11

VII. Evaluasi ………………………………….…………….. 17

VIII. Referensi ……………………………………………..... 17

IX. Lampiran …………………….……………………….… 18

ii

-208-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

1 DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas tentang konsep evaluasi pelatihan,
persiapan dan pelaksanaan uji kompetensi jabatan fungsional
kesehatan.

Evaluasi Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan


(Jabfungkes) merupakan proses penilaian kepada seseorang
terhadap pemenuhan persyaratan yang ditetapkan dalam skema
sertifikasi untuk pengambilan keputusan sertifikasi. Pada materi ini
peserta akan melakukan praktek memerankan diri sebagai
seorang penguji yang melakukan pengujian terhadap peserta uji
kompetensi jabfungkes mulai dari merencanakan uji kompetensi,
melaksanakan pengujian dengan metode portofolio dan metode
lisan sesuai keadaan dan kebutuhan peserta uji, jenis/ rumah
jabatan dan jenjang jabatan, tempat kerja, serta sumber daya yang
tersedia

-209-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

2 TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Hasil Belajar
Setelah mengkuti mata pelatihan ini, peserta mampu
melakukan evaluasi uji kompetensi jabatan fungsional
kesehatan

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengkuti mata pelatihan ini, peserta dapat:
1. Menjelaskan konsep evaluasi pelatihan
2. Melakukan persiapan evaluasi uji kompetensi
3. Melakukan pelaksanaan evaluasi uji Kompetensi

-210-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

3 MATERI POKOK dan


SUB MATERI POKOK

Materi Pokok dan Sub Materi Pokok pada mata pelatihan ini
adalah sebagai berikut:
1. Konsep evaluasi pelatihan
2. Persiapan Evaluasi Uji Kompetensi
3. Pelaksanaan Evaluasi Uji Kompetensi

4 BAHAN BELAJAR
Permenkes 18 Tahun 2017 tentang Penyelenggara Uji Kompetesi
Jabatan Fungsional Kesehatan

-211-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

5 LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Sesi 1: Pengkondisian Peserta
Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
1. Fasilitator menyapa peserta dan memperkenalkan diri
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan
bahan tayang
3. Melakukan apersepsi tentang materi yang akan dibahas
dengan metoda curah pendapat atau meminta beberapa
peserta/ relawan untuk menjawabnya

Sesi 2: Penyampaian Materi Konsep Evaluasi Uji Kompetensi


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut :
• Fasilitator menjelaskan konsep evaluasi uji kompetensi
menggunakan bahan tayang, dengan metode ceramah, tanya
jawab dan mengajak peserta untuk berpartisipasi serta
berinteraksi dalam proses pembelajaran.

Sesi 3: Penyampaian Materi Persiapan Evaluasi Uji


Kompetensi
Langkah proses pembelajaran sebagai berikut :
1. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan menanyakan
kepada peserta tentang apa yang dimaksud dengan evaluasi
dan mengapa perlu ada evaluasi uji kompetensi.
4

-212-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

2. Fasilitator menjelaskan persiapan evaluasi uji kompetensi


menggunakan bahan tayang, dengan metode ceramah, tanya
jawab dan mengajak peserta untuk berpartisipasi serta berinteraksi
dalam proses pembelajaran.
3. Fasilitator meminta peserta untuk melakukan simulasi persiapan
evaluasi uji kompetensi.

Sesi 4: Penyampaian Materi Pelaksanaan Uji Kompetensi


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut :
1. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan menanyakan kepada
peserta tentang apa saja yang perlu dilakukan pada pelaksanaan
evaluasi evaluasi uji kompetensi.
2. Fasilitator menjelaskan tentang pelaksanaan evaluasi uji kompetensi
menggunakan bahan tayang, dengan metode ceramah, tanya jawab
dan mengajak peserta untuk berpartisipasi serta berinteraksi dalam
proses pembelajaran.
3. Fasilitator meminta peserta untuk melakukan praktik menguji Pejabat
Fungsional Kesehatan. (panduan praktik menguji terlampir).

Sesi 5: Rangkuman dan Kesimpulan


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut :
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan
peserta terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan
pembelajaran
2. Fasiliator merangkum poin-poin tentang materi yang disampaikan
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

-213-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

6 URAIAN MATERI
Materi Pokok 1: Konsep Evaluasi Pelatihan
Kebijakan sistem pelatihan secara mikro terdiri dari sub-sub
sistem utama yaitu; identifikasi kebutuhan, perencanaan,
penyelenggaraan dan evaluasi pelatihan. Dengan menggunakan
konsep sistem dalam membangun kompetensi jabatan PNS
melalui suatu pelatihan perlu memperhatikan pola hubungan dan
ketergantungan yang besar antar pembinaan pelatihan,
kelembagaan pelatihan, penyelenggaraan pelatihan,
penyelenggara, pelatih/ fasilitator, pengendali diklat dan peserta
pelatihan yang terbagi pada sub sistem input, proses, output,
outcome, dan benefit.

Masukan pelatihan adalah peserta pelatihan, proses pelatihan


meliputi lembaga pelatihan, program pelatihan, pelatih/ fasilitator,
dan keluaran pelatihan yaitu tingkatan kompetensi peserta setelah
mengikuti pelatihan. Keberhasilan penyelenggaraan pelatihan
ditentukan oleh adanya keserasian dan keterpaduan antara
“masukan, proses dan keluaran”. Pelatihan sebagai satu kesatuan
“sistem dan proses” yang utuh, maka kebijakan pembinaan
pelatihan diarahkan pada keseluruhan unsur yang berperan di
dalamnya, meliputi seleksi peserta, akreditasi dan sertifikasi,
program pelatihan, SDM kediklatan, dan keluaran pelatihan.

-214-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Evaluasi pelatihan adalah suatu proses pemberian pertimbangan


alternatif keputusan mengenai nilai dan arti suatu pelatihan dan
penyelenggaraan pelatihan berdasarkan kriteria tertentu sehingga
menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk memperbaiki
formulasi dan implementasi pelatihan yang akan datang. Tujuan
evaluasi pelatihan adalah untuk mengkomunikasikan program
kepada stakeholders, menyediakan informasi bagi pengambil
keputusan dan pemangku kepentingan lainnya dalam
menyempurnakan pelatihan.

Materi Pokok 2: Persiapan Evaluasi Uji Kompetensi


Evaluasi uji kompetensi merupakan proses kegiatan evaluasi
yang dilakukan untuk menilai/ menguji kompetensi Jabatan
Fugsional Kesehatan baik dari perspektif metode, waktu, maupun
proses uji kompetensi. Pencapaian tujuan tersebut diukur
menggunakan metoda uji tertentu.

Persiapan yang dilakukan penguji ukom yaitu dengan


merencanakan daftar sumber daya (Instrumen) sesuai dengan
metode uji yang ditetapkan. Berikut ini sumberdaya yang harus
disiapkan berdasarkan metode yang ditetapkan:
1. Portofolio:
• Cek list kelengkapan berkas peserta uji.
• Lembar verifikasi untuk menilai pemenuhan jumlah bukti
yang mencakup aspek kecukupan (memadai), valid (sahih
dan terkini) dan keaslian dokumen.
Contoh ceklist /lembar verifikasi portofolio
7

-215-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

2. Uji Lisan:
• Instrumen pedoman wawancara (pertanyaan lisan
terstruktur).
Menggunakan kaidah taksonomi blom untuk memperoleh
konfirmasi ketelusuran pengetahuan sesuai level
jenjangnya.
3. Uji Tulis:
• Instrumen berupa daftar pertanyaan tertulis berikut kunci
jawaban yang telah tersusun sesuai substansi butir
kegiatan yang diuji.
4. Uji Praktek:
• Standar prosedur operasional (SPO) dan atau instruksi
kerja (IK) yang terkait dengan butir kegiatan yang dipilih
sebagai materi uji
• Membuat daftar urutan aktifitas yang akan diobservasi pada
uji praktek
• Lembar ceklist observasi kesesuaian pelaksanaan instruksi
praktek

-216-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Dalam persiapan uji kompetensi, penguji merencanakan dan


menyusun proses pengujian sebagai berikut:

Elemen Kriteria Kinerja


1. Menentukan 1.1. Penguji mengidentifikasi/
pendekatan mengkonfirmasi, kemudian
pengujian menetapkan/ mengkonfirmasi tujuan
dan konteks uji kepada orang yang
relevan sesuai dengan persyaratan.
1.2. Penguji membuat keputusan jalur
pengujian apakah pengujian dilakukan
melalui metode portofolio, uji tulis, uji
lisan, uji praktik atau kombinasi.
1.3. Penguji mengakses strategi pengujian
dan bila perlu menggunakannya untuk
memandu pengembangan rencana
pengujian.
1.4. Penguji mengidentifikasi/
mengkonfirmasi mengakses acuan
pembanding pengujian.
2. Mempersiapkan 2.1. Penguji menginterpretasi acuan
rencana pembanding untuk menentukan bukti
pengujian dan jenis bukti yang diperlukan untuk
mendemontrasikan kompetensi sesuai
aturan-aturan bukti.
2.2. Apabila standar kompetensi digunakan
sebagai acuan pembanding, maka
semua komponen standar standar
kompetensi dipaparkan untuk
menetapkan dan mendokumentasikan
bukti yang akan dikumpulkan.
2.3. Penguji mengidentifikasi dan
menginterpretasi setiap dokumen terkait
untuk mendukung perencanaan proses
pengujian.
2.4. Penguji memilih/ mengkonfirmasi
metode uji dan perangkat uji
berdasarkan bukti yang akan
dikumpulkan untuk memenuhi prinsip-
prinsip pengujian.
2.5. Penguji mengindentifikasi dan
mendokumentasikan bahan dan sumber

-217-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

daya fisik spesifik yang diperlukan


dalam pengumpulan bukti.
2.6. Penguji mengklarifikasi, meminta
persetujuan dan mendokumentasikan
peran dan tanggung jawab semua orang
yang terlibat dalam proses pengujian.
2.7. Penguji menentukan jangka waktu dan
periode waktu pengumpulan bukti dan
mendokumentasikan semua semua
informasi yang akan dimasukkan ke
dalam rencana pengujian.
2.8. Penguji mengkonfirmasi rencana
pengujian dengan personil yang terkait.

Setiap tim penguji juga harus menyiapkan rencana penilaian


kelulusan. Penilaian kelulusan dimulai dengan menentukan nilai
batas lulus dari capaian pengumpulan bukti. Nilai batas lulus
sebaiknya ditetapkan tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah.
Nilai batas lulus yang wajar berkisar antara 60 s/d 80 dari total
target yang harus dipenuhi.

10

-218-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Materi Pokok 3: Pelaksanaan Evaluasi Uji Kompetensi


Evaluasi uji kompetensi dilaksanakan sesuai metode uji
kompetensi. Metode uji kompetensi dapat berupa portofolio, uji
tulis, uji lisan dan uji praktik. Uji portofolio dan uji lisan merupakan
metode wajib dalam pelaksanaan uji kompetensi jabatan
fungsional kesehatan. Metode uji tulis dan uji praktik merupakan
metode uji pilihan.
a. Portofolio
Portofolio merupakan laporan lengkap segala aktifitas
seseorang yang masing masing. Penilaian portofolio
merupakan suatu metode penilaian yang berkesinambungan
dengan mengumpulkan informasi atau data secara sistematik
atas dilakukannya yang menunjukan kecakapan pejabat
fungsional kesehatan dalam bidangnya hasil pekerjaan
seseorang. Portofolio digunakan sebagai salah satu cara
penilaian yang mampu mengungkap pencapaian kompetensi
dan standar kompetensi setiap pejabat fungsional kesehatan.
Pentingnya portofolio memungkinkan pejabat fungsional untuk
merefleksi pelayanan yang diberikan, dapat menunjukan
kemampuan, memberi gambaran atas apa yang dilakukan
pejabat fungsional kesehatan dan sebagai bukti otentik.
Penilaian portofolio
Penilaian portofolio dalam konteks sebagai salah satu metode
uji kompetensi jabatan fungsional kesehatan untuk
memperoleh sertifikat lulus uji kompetensi sebagai syarat
dalam kenaikan jenjang/level.

11

-219-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Berikut contoh format penilaian portofolio untuk asuhan/


pelayanan:

No. Unit Jumlah Memadai Valid Asli Terkini


Kompetensi Dokumen Ya tidak ya Tidak Ya tidak Ya Tidak

1
2
Dst

b. Uji tulis
Uji tulis merupakan salah satu cara untuk mengukur
pengetahuan dan pemahaman pejabat fungsional untuk dapat
menganalisis dan memecahkan masalah terkait kompetensi.
Hasil penilaian uji tulis di rekap untuk di laporkan dalam
lampiran berita acara dan diakumulasikan dengan metode uji
lain dan di buat nilai rata-rata untuk di rekomendasikan sesuai
kesepakatan nilai batas lulus.

c. Uji lisan merupakan metode uji yang wajib digunakan selain


metode uji portofolio. Uji lisan dapat berupa wawancara
terstruktur dan dapat dilakukan bersamaan dengan uji
portofolio. Kompetensi yang diujikan dalam uji lisan
disesuaikan dengan standar kompetensi dan level kompetensi
sesuai dengan jenjang yang akan diampunya.
Penilaian uji lisan di tentukan dari kesesuaian jawaban peserta
uji dengan lembar jawab lisan yang telah di siapkan.

12

-220-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

d. Uji praktik merupakan ujian praktik atas tindakan/ prosedur


tindakan dari butir-butir kegiatan jenjang jabatan dari masing-
masing jabatan fungsional kesehatan untuk melihat
kemampuan peserta uji dari aspek pengetahuan, keterampilan
dan sikap.
Hasil uji praktik di peroleh dari rekap ceklis observasi praktik.
Hasil penilaian uji praktik di rekap untuk di laporkan dalam
lampiran berita acara dan diakumulasikan dengan metode uji
lain dan di buat nilai rata-rata untuk di rekomendasikan sesuai
kesepakatan nilai batas lulus

Pelaksanaan uji kompetensi dengan 4 metode tersebut harus di


tentukan nilai batas lulus sebelum dilakukan ujian saat ini, nilai
batas lulus adalah 70 (tujuh puluh).
• Penilaian dari 3 metode uji kompetensi : uji portofolio, uji tulis
dan uji lisan mempunyai nilai batas lulus : 70 (tujuh puluh)
• Penilaian praktik hasilnya harus kompeten jika hasilnya
belum kompetensi berarti harus dilakukan uji praktik ulang

13

-221-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada praktik pelaksanaan uji


kompetensi metode portofolio dan uji kompetensi dengan metode
lisan.

Elemen Kriteria Kinerja


1. Kontekstualisasi 1.1. Penguji mengidentifikasi/ mengklarifikasi
dan meninjau dengan orang/ pihak terkait dan
rencana mendokumentasikan karakteristik
pengujian peserta dan setiap kelonggaran yang
diperlukan untuk penyesuaian yang
wajar dan atau kebutuhan spesifik.
1.2. Bila dibutuhkan, Penguji
mengkontekstualisasikan/ melakukan
penyesuaian standar kompetensi supaya
mencerminkan situasi riil lingkungan
tempat pengujian dengan berpedoman
panduan kontekstualisasi/ penyesuaian.
1.3. Penguji memeriksa metode dan
perangkat pengujian. Bila perlu, penguji
melakukan penyesuaian untuk menjamin
penerapan yang berkelanjutan dengan
mempertimbangkan:
1.3.1. Berbagai kontekstualisasi standar
kompetensi
1.3.2. Penyesuaian yang beralasan
1.3.3. Kegiatan pengujian terintegrasi
1.4. Penguji memeriksa kembali perangkat
pengujian yang disesuaiakn untuk
memastikan bahwa spesifikasi standar
kompetensi masih dapat terpenuhi.
1.5. Penguji memperbaharui rencana
pengujian sebagaimana diperlukan
supaya merefleksikan kebutuhan
kontekstualisasi yang sedang berjalan,
perubahan dalam persyaratan
sumberdaya organisasi atau perubahan
dalam merespon pelaksanaan pengujian.
1.6. Penguji menelusuri dan menyimpan
rencana pengujian sesuai kebijakan dan
prosedur sistem pengujian maupun
persyaratan hukum/ organisasi/ etika.

14

-222-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

2. Melakukan 2.1. Penguji melakukan hal sbb terhadap


konsultasi pra penguji:
uji 2.1.1. Mengucapkan salam
2.1.2. Menjabat tangan peserta dan
melakukan kontak mata
2.1.3. Mempersilakan duduk
2.1.4. Memperkenalkan diri
2.1.5. Menanyakan identitas peserta
yang diuji
2.2. Penguji memverifikasi berkas
administrasi:
2.2.1. SK jenjang jabfung terakhir(asli
dan foto copy)
2.2.2. SK pangkat terakhir (asli dan foto
copy)
2.2.3. Surat izin atasan untuk mengikuti
uji kompetensi
2.2.4. SKP satu tahun terakhir bernilai
baik (asli dan foto copy)
2.2.5. Surat bukti pendaftaran online uji
kompetensi
2.2.6. Izazah terakhir (asli dan foto copy)
2.2.7. Laporan kegiatan harian/ log book
(DUPAK ditandatangani pimpinan)
2.2.8. Sertifikat workshop/ seminar 3
tahun terakhir
2.2.9. STTPL pelatihan 3 tahun terakhir
2.2.10. Biodata peserta
2.2.11. Matere Rp. 6000;-
2.2.12. Pas photo berwarna latar
belakang berah ukuran 4x6
sebanyak 2 lembar
2.3. Penguji menentukan metode uji
2.3.1. Penguji mempertimbangkan
kondisi, peraturan, dan sumber
daya yang tersedia di instansi
tempat bekerja
2.3.2. Penguji berkoordinasi dengan
pimpinan instansi tempat bekerja
peserta uji kompetensi untuk
menentukan metode uji
2.4. Penguji menginformasikan metode uji
yang akan digunakan, rencana penilaian

15

-223-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

dan metode penilaian, waktu dan


tempat uji kompetensi, tata tertib dan
surat pernyataan yang harus diisi oleh
peserta uji dan memberikan nomor ujian
2.5. Penguji menentukan materi uji mengacu
butir-butir kegiatan jenjang jabfungkes
yang sedang diampu (75%) dan jenjang
yang akan diampu (25%)
3. Melakaukan uji 3.1. Penguji melakukan verifikasi dan
portofolio validasi bukti dokumen portofolio
apakah memadai, valid, asli dan terkini
menggunakan format penilaian
portofolio
3.2. Penguji melakukan penilaian 80% dari
komponen utama dan 20% dari
komponen tambahan.
3.3. Penguji menilai kesesuaian dengan
butir-butir kegiatan atau unit kompetensi
75% - 80% dari butir-butir kegiatan
jenjang jabfungkes yang sedang diampu
dan 20% - 25% dari b utir-butir kegiatan
jenjang jabfungkes yang akan diampu
3.4. Penguji mendokumentasikan hasil
penilaian uji portofolio
4. Melakukan uji 4.1. Penguji menyiapkan bahan yang akan
lisan diujikan
4.2. Penguji membangun interaksi dengan
peserta uji
4.3. Penguji melakukan wawancara secara
metodis, tidak mendua, tidak
menggiring, fokus pada pembicaraan
yang sedang berlangsung
4.4. Penguji memberikan apresiasi kepada
peserta uji
4.5. Penguji mencermati hasil/ jawaban
4.6. Penguji mendokumentasikan hasil
wawancara

16

-224-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

7 EVALUASI
1. Apa saja yang perlu dilakukan pada persiapan evaluasi uji
kompetensi jabatan fungsional kesehatan?
2. Apa saja yang perlu dilakukan pada pelaksanaan evaluasi uji
kompetensi jabatan fungsional kesehatan?

8 REFERENSI
Permenkes 18 Tahun 2017 tentang Penyelenggara Uji Kompetesi
Jabatan Fungsional Kesehatan

17

-225-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

9 LAMPIRAN
A. Panduan Praktik Menguji Pejabat Fungsional Kesehatan
1. Tujuan
Setelah praktik ini, diharapkan peserta mampu melakukan
pengujian kompetensi pejabat fungsional kesehatan.

2. Bahan dan Alat:


1. Bahan evaluasi uji kompetensi
2. Lembar observasi dan penilaian
3. Alat dan fasilitas praktik uji

3. Tahapan Praktik Pengujian


a. Peserta dibagi ke dalam 6 kelompok (disesuaikan
dengan jenis jabatan fungsional kesehatan)
b. Fasilitator menetapkan urutan praktik dan peserta uji
c. Setiap peserta dalam kelompok menyiapkan:
1) Instrumen uji sesuai dengan metode uji (yang telah
disusun sebelumnya)
2) Menyiapkan kelengkapan uji praktik: tempat, alat dan
bahan uji praktik, format, dll
d. Setiap peserta melakukan praktik pengujian (persiapan,
pelaksaan uji, dan penilaian kelulusan peserta) selama
25 menit, ditambah waktu persiapan: 5 menit
e. Fasilitator memberikan umpan balik untuk setiap peserta
di akhir praktik pengujian, waktu umpan balik: 30 menit.

4. Waktu Praktik: 180 menit

18

-226-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

B. Lembar Observasi dan Penilaian Fasilitator


1. Lembar Cek List Observasi dan Penilaian Praktik Pengujian
dengan Metode Uji Portofolio

No Aspek yang dinilai Dilakukan Tidak


Baik Kurang Dilakukan
Baik
Persiapan
Alat dan Fasilitas Pengujian
Instrumen Penilaian sesuai metode uji
Menciptakan suasana yang tenang
dan nyaman
A Pendahuluan
1 Mengucap salam dan berjabat tangan
2 Lakukan kontak mata dengan peserta
uji dan mempersilahkan duduk
3 Penguji memperkenalkan diri
4 Menanyakan identitas peserta uji
5 Pengkondisian situasi dan lingkungan
6 Memberikan informasi singkat yang
mudah dimengerti tentang proses
penilaian
7 Beritahu waktu yang dibutuhkan untuk
penilaian
B Sikap Penguji
1 Memastikan peserta dalam kondisi
baik untuk diuji
2 Tidak mengintimidasi atau menakut-
nakuti
3 Menunjukan sikap empati
4 Merespon jawaban secara positif
5 Aktif mendengarkan apa yang
dikatakan peserta uji
C Pengujian
1 Melakukan verifikasi berkas portofolio
dengan kriteria:
a. Memadai
b. Valid
c. Asli
d. Terkini
2 Mengkonfirmasi dan memastikan
kebenaran dari berkas portofolio
3 Melakukan penilaian sesuai form
4 Memberikan feedback hasil penilaian
19

-227-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

5 Meminta dokumen tambahan apabila


diperlukan
D Penentuan Kelulusan
1 Melakukan perhitungan nilai sesuai
dengan bobot perhitungan (komponen
utama 75-80% dan komponen
tambahan 20-25%)
2 Menentukan kelulusan peserta
(kompeten/tidak kompeten)
3 Melakukan pencatatan dan pelaporan
E Pengakhiran
Pengucapan terima kasih dan salam

2. Lembar Cek List Observasi dan Penilaian Praktik Pengujian


dengan Metode Uji Lisan

No Aspek yang dinilai Dilakukan Tidak


Baik Kurang Dilakukan
Baik
Persiapan
Alat dan Fasilitas Pengujian
Instrumen Penilaian uji lisan
Menciptakan suasana yang tenang
dan nyaman

A Pendahuluan
1 Mengucap salam dan berjabat tangan,
2 Lakukan kontak mata dengan peserta
uji dan mempersilahkan duduk
3 Penguji memperkenalkan diri
4 Menanyakan identitas peserta uji
5 Pengkondisian situasi dan lingkungan
6 Memberikan pandangan singkat yang
mudah dimengerti tentang proses
penilaian
7 Beritahu waktu yang dibutuhkan untuk
penilaian
B Sikap Penguji
1 Memastikan peserta dalam kondisi
baik untuk diuji
2 Tidak mengintimidasi atau menakut
nakuti
3 Menunjukan sikap empati
4 Merespon jawaban secara positif

20

-228-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

5 Aktif mendengarkan apa yang


dikatakan peserta uji
C Pengujian
1 Mengajukan pertanyaan sesuai
instrumen uji (wawancara terstruktur)
2 Memberikan kesempatan peserta uji
untuk menjawab
3 Mencatat secara ringkas dan akurat
jawaban peserta uji
4 Menilai jawaban peserta uji sesuai
dengan kunci jawaban
5 Memberikan feedback hasil penilaian
6 Meminta dokumen tambahan apabila
diperlukan
D Penentuan Kelulusan
1 Menilai jawaban peserta uji
2 Menentukan kelulusan peserta
(kompeten/tidak kompeten)
3 Melakukan pencatatan dan pelaporan
E Pengakhiran
Pengucapan terima kasih dan salam

3. Lembar Cek List Observasi dan Penilaian Praktik Pengujian


dengan Metode Uji Tulis

No Aspek yang dinilai Dilakukan Tidak


Baik Kurang Dilakukan
Baik
Persiapan
Alat dan Fasilitas Pengujian
Instrumen Penilaian uji tulis
Tata Tertib Uji Tulis
Menciptakan suasana yang tenang
dan nyaman
A Pendahuluan
1 Mengucap salam dan berjabat tangan,
2 Lakukan kontak mata dengan peserta
uji dan mempersilahkan duduk
3 Penguji memperkenalkan diri
4 Menanyakan identitas peserta uji
5 Pengkondisian situasi dan lingkungan
6 Memberikan pandangan singkat yang
mudah dimengerti tentang proses
penilaian
21

-229-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

7 Beritahu waktu yang dibutuhkan untuk


penilaian
B Sikap Penguji
1 Memastikan peserta dalam kondisi
baik untuk diuji
2 Tidak mengintimidasi atau menakut
nakuti
3 Menunjukan sikap empati
C Pengujian
1 Peserta hadir 30 menit sebelum ujian
2 Peserta menggunakan pakaian rapih,
sopan dan memakai sepatu
3 Peserta duduk di tempat yang telah
ditentukan
4 Peserta dilarang membawa buku dan
catatan lainnya
5 Peserta wajib mematikan HP
6 Selama ujian berlangsung peserta
dilarang bertannya ke peserta lain,
berbicara, merokok dll
7 Peserta yang telah selesai ujian
menyerahkan lembar jawaban ke
penguji
D Penentuan Kelulusan
1 Menilai jawaban peserta uji
2 menentukan kelulusan peserta
(kompeten/tidak kompeten)
3 melakukan pencatatan dan pelaporan
E Pengakhiran
Pengucapan terima kasih dan salam

22

-230-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

5. Lembar Cek List Observasi dan Penilaian Praktik Pengujian


dengan Metode Uji Praktik

No Aspek yang dinilai Dilakukan Tidak


Baik Kurang Dilakukan
Baik
Persiapan
Alat dan Fasilitas Pengujian
Instrumen Ceklist uji praktik
Menciptakan suasana yang tenang
dan nyaman

A Pendahuluan
1 Mengucap salam dan berjabat tangan,
mempersilahkan duduk
2 Lakukan kontak mata dengan peserta
uji dan mempersilahkan duduk
3 Penguji memperkenalkan diri
4 Menanyakan identitas peserta uji
5 Pengkondisian situasi dan lingkungan
6 Memberikan pandangan singkat yang
mudah dimengerti tentang proses
penilaian
7 Beritahu waktu yang dibutuhkan untuk
penilaian
B Sikap Penguji
1 Memastikan peserta dalam kondisi
baik untuk diobservasi
2 Tidak mengintimidasi atau menakut
nakuti
3 Menunjukan sikap empati
4 Merespon jawaban secara positif
5 Aktif mendengarkan apa yang
dikatakan peserta uji
C Pengujian
1 Penguji mengobservasi dan
melakukan ceklist untuk tahap
persiapan yang dilakukan/tidak
dilakukan peserta uji
(setiap langkah kegiatan disesuaikan
dengan panduan/instrumen uji praktik)
2 Penguji mengobservasi dan
melakukan ceklist untuk tahap
pelaksanaan yang dilakukan/tidak
dilakukan peserta uji

23

-231-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

(setiap langkah kegiatan disesuaikan


dengan panduan/instrumen uji praktik)
3 Penguji mengobservasi dan
melakukan ceklist untuk tahap
evaluasi yang dilakukan/tidak
dilakukan peserta uji
(setiap langkah kegiatan disesuaikan
dengan panduan/instrumen uji praktik)
4 Menghentikan proses penilaian jika
dianggap membahayakan pasien
5 Memberikan feedback hasil penilaian
6 Meminta dokumen tambahan apabila
diperlukan
D Penentuan Kelulusan
1 Menilai capaian peserta uji
2 Menentukan kelulusan peserta
(kompeten/tidak kompeten)
3 Melakukan pencatatan dan pelaporan
E Pengakhiran
Pengucapan terima kasih dan salam

24

-232-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

TIM PENYUSUN

Penasehat:
Dr Achmad Soebagjo Tancarino, MARS
(Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan)

Penangggungjawab:
Nusli IMansyah, SKM., M.Kes
(Kepala Bidang Pengembangan Pelatihan SDM Kesehatan)

Ketua:
Dewi Sukorini, SKM., M.Pd
(Kepala Sub Bidang Pengembangan Pelatihan Fungsional SDM Kesehatan)

Sekretaris:
Purwanto, SKM., DAP & E, M.Kes

Tim Penyusun dan Kontributor:


Agustina, SKM., M.Kes
Bob Yudibowo Yuswardi BE.SST
Deri Pinasti, SKM., MKM
dr. Jefri Thomas Alpha Edison Silalahi, MKM
Iwan Heryawan, S.ST
Nina Apriliani Sari, S.Tr.Keb
Rusmiati, S.Kom., MM
Rahayu Astuti, SKM., MKM
Werdiningsih, SKM., MARS
Dr. drg Siti Nur Anisah, MPH
Yanuardo G.D. Sinaga, ST., MPd
Imam Wahyudi, ST., M.Kes
Afriani Tinurbaya, S.Kep

25

-233-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

MATA PELATIHAN PENUNJANG 1.


BUILDING LEARNING COMMITMENT
(BLC)

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
PUSAT LATIHAN SDM KESEHATAN
JAKARTA
2020

-234-
DAFTAR ISI
Halaman
I. Deskripsi Singkat ………………………………...…... 1
II. Tujuan Pembelajaran …………………………..…….. 2
A. Hasil Belajar ………………………………..……….. 2
B. Indikator Hasil Belajar ……………………..………. 2
III. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ………...……. 3
IV. Bahan Belajar …………………………………...…….. 3
V. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran………... 4
VI. Uraian Materi ………………………………………….. 8
Materi Pokok 1. Perkenalan ………………………….. 8
Materi Pokok 2. Pencairan Suasana Kelas …………. 9
Materi Pokok 3. Harapan Peserta ……………………. 17
Materi Pokok 3. Pengurus Kelas …………………….. 17
Materi Pokok 3. Komitmen Kelas ……………………. 18
VII. Referensi ……………………………………………..... 19

ii

-235-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

1 DESKRIPSI SINGKAT
Materi Building Learning Comitment (BLC) merupakan materi
penunjang di dalam Pelatihan Bagi Penguji Uji Kompetensi
Jabatan Fungsional Kesehatan ini. Materi BLC ini diberikan
untuk mengawali pelatihan. BLC adalah suatu proses belajar
untuk mempersiapkan peserta guna mengikuti proses belajar
secara individual, kelompok dan menyeluruh, yang merubah
diri ke arah positif baik secara intelektual maupun emosional.
Secara alamiah manusia mengalami proses belajar sepanjang
hidupnya sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan belajar
tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.

Membangun komitmen Belajar (BLC) adalah salah satu


metode atau proses untuk mencairkan kebekuan. BLC juga
mengajak peserta mampu mengemukakan harapan-harapan
mereka dalam pelatihan ini, serta merumuskan nilai-nilai dan
norma yang kemudian disepakati bersama untuk dipatuhi
selama proses pembelajaran. Dengan BLC yang diberikan di
awal diharapkan peserta mampu mengikuti proses pelatihan
dengan antusias, memberikan interaksi yang baik dengan
fasilitator, penyelenggara/ panitia dan dengan sesama peserta
sesuai dengan komitmen yang disusun.
Mata pelatihan ini membahas tentang perkenalan, pencairan
suasana kelas, harapan peserta, pemilihan pengurus kelas,
dan komitmen kelas
1

-236-
2 TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu
membangun komitmen belajar

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta dapat:
1. Melakukan perkenalan
2. Melakukan pencairan suasana kelas
3. Menjelaskan harapan peserta
4. Memilih pengurus Kelas
5. Menetapkan komitmen kelas

-237-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

3 MATERI POKOK dan


SUB MATERI POKOK
A. Perkenalan
B. Pencairan suasana kelas
C. Harapan peserta
D. Pemilihan pengurus kelas
E. Komitmen Kelas

4 BAHAN BELAJAR
A. Pelatihan Penguji Kompetensi Jabatan Fungsional
Kesehatan
B. Aneka permainan/ games untuk pelatihan di Youtube

-238-
5 LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 2 jam
pelajaran (T=0, P=2, PL=0) @45 menit untuk memudahkan
proses pembelajaran, dilakukan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran sebagai berikut. Di dalam ruang kelas, kursi
disusun melingkar sejumlah peserta
Sesi 1: Pengkondisian peserta
1. Fasilitator mengucapkan salam, menyapa peserta
dengan ramah, kemudian memperkenalkan diri.
2. Fasilitator menyampaikan deskripsi singkat materi,
tujuan pembelajaran, materi pokok dan metode yang
akan digunakan.

Sesi 2: Perkenalan
1. Fasilitator menyampaikan kepada peserta bahwa
peserta akan melakukan proses perkenalan yang
bertujuan agar peserta mengetahui nama peserta
dengan metode games/ permainan
2. Fasilitator memandu peserta melakukan proses
perkenalan.

Sesi 3: Pencairan suasana kelas


1. Fasilitator memandu peserta melakukan game untuk
pencairan suasana kelas. Beberapa permainan untuk
4

-239-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

mencairkan suasana antaralain, Permainan Angin


Berhembus, Permainan “5 BOOM“, Permainan “ Tinggi
Rendah”, Permainan “Lingkaran Berbelit”, dll
2. Fasilitator merefleksikan makna dari permainan yang
dilakukan

Sesi 4: Harapan peserta


1. Fasilitator meminta peserta tetap berada dalam 3
kelompok. Kemudian Fasilitator membagikan post it
kepada peserta dan menjelaskan tujuan memberikan
post it (untuk menuliskan harapan)
2. Setelah peserta menuliskan harapan selama pelatihan
di dalam kertas post it, fasilitator meminta kelompok
untuk mendiskusikan harapan peserta. Hasil diskusi
dituliskan ke papan flipchard
3. Fasilitator meminta kepada setiap kelompok untuk
mempresentasikan harapannya peserta. Peserta lainnya
diminta untuk memberikan tanggapan dan masukan.
4. Fasilitator mencatat beberapa isu yang paling relevan
terkait dengan tujuan, isi dan proses pelatihan ini.
5. Selanjutnya fasilitator menyimpulkan hasil diskusi
dengan menggarisbawahi beberapa yang relevan terkait
tujuan, isis dan proses pelatihan ini. Fasilitator
menyimpulkan engan harapan bahwa harapan- harapan
peserta bisa terpenuhi seluruhnya.

-240-
Sesi 5: Pemilihan pengurus kelas
1. Fasilitator meminta kelompok saat perkenalan dan
permainan sebelumnya untuk menentukan calon ketua
kelas
2. Masing- masing calon ketua kelas mempromosikan
dirinya di hadapan seluruh peserta
3. Semua calon ketua diminta berdiri dan semua peserta
memilih calon ketua kelas dengan berdiri dibelakang
calon ketua kelas
4. Barisan terpanjang dibelakang calon ketua kelas maka
dia yang terpilih menjadi ketua kelas.
5. Ketua kelas terpilih memimpin diskusi untuk
menentukan pengurus kelas

Sesi 6: Komitmen Kelas


1. Ketua kelas memimpin brainstorming tentang komitmen
kelas yang disepakati
2. Hasil brainstorming ditulis di kertas flipchart oleh
sekretaris
3. Setelah komitmen kelas ditetapkan, ketua kelas
memimpin untuk penentuan kontrol kolektif/ sanksi
apabila ada pelanggaran terhadap komitmen kelas
4. Hasil kesepakatan tentang komitment kelas dan kontrol
kolektif dipasang di dinding agar bisa dibaca dan
dipergunakan sebagaimana mestinya.

-241-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Sesi 7: Kesimpulan
1. Fasilitator menyampaikan rangkuman tentang sesi
yang berhasil menyepakati norma, dan menekankan
bahwa keberhasilan proses belajar sangat tergantung
pada peserta sendiri.
2. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan
memberikan apresiasi pada peserta

-242-
5 URAIAN MATERI
Materi Pokok 1: Perkenalan
Peserta pelatihan yang berasal dari lingkungan dan latar
belakang berbeda adakalanya menjadi canggung untuk
berperilaku maupun mengemukakan ide-idenya karena tidak
setiap orang dapat dengan mudah beradaptasi dengan
lingkungan yang baru. Oleh karena itu proses pelatihan harus
dimulai dengan membangun kesepakatan belajar (building
learning commitment) Untuk membangun kesepakatan, perlu
dimulai dengan perkenalan antar peserta. Dengan saling
mengenal satu sama lain, peserta akan merasa lebih dekat dan
mudah berkomunikasi.

Beberapa proses perkenalan antara laiN:


1. Memperkenalkan diri secara bergantian (permainan “Kereta
Api”)
a. Semua peserta berdiri membentuk lingkaran besar
b. Salah satu peserta memperkenalkan dirinya, dilanjutkan
peserta sebelahnya memperkenalkan diri dan peserta
sebelumnya.
c. Dan seterusnya peserta yang terakhir memperkenalkan
diri sekaligus memperkenalkan seluruh peserta

-243-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

2. Memperkenalkan secara berkelompok


a. Membagi peserta menjadi 3 kelompok. Bisa
menggunakan kelompok hitung (1,2 dan 3), bisa juga
dengan menggunakan kelompok warna lalu lintas (hijau,
kuning, merah) atau disesuaikan dengan fasilitator
b. Fasilitator meminta masing- masing kelompok
membentuk lingkaran
c. Peserta di dalam kelompok saling memperkenalkan diri
d. Setelah selesa, salah satu anggota kelompok
memperkenalkan peserta di dalam kelompoknya ke
depan kelompok lainnya
e. Dan seterusnya bergantian kelompok yang lainnya.

Untuk mengukur efektifitas proses perkenalan, fasilitator


mengecek kemampuan peserta dengan minta beberapa
peserta untuk menyebutkan nama nama peserta keseluruhan.
Atau meminta beberapa peserta maju secara bergantian dan
disebutkan namanya oleh peserta lainnya.

Materi Pokok 2: Pencairan suasana kelas


Proses pencairan dalam kegiatan suatu pelatihan dilaksanakan
atas dasar teori belajar yang mengatakan bahwa proses
belajar akan terjadi dengan baik dalam kondisi psikologis para
pelajar yang tidak tertekan, dalam kondisi hubungan cair antar
anggota kelompoknya sendiri maupun dengan para pelatihnya.
Dengan kata lain proses belajar akan terjadi pada mereka

-244-
dalam kondisi yang siap, tidak tertekan dan hubungan cair
untuk menjalani proses pembelajaran.

Penemu proses terjadinya perubahan kelompok dan


pembelajaran ini adalah Kurt Lewin, yang dikenal dengan
nama teorinya Force-Field Theory. Kelompok peserta dalam
suatu pelatihan merupakan kelompok orang dewasa yang
datang dari berbagai tempat dan berbagai pengalaman kerja,
meskipun mereka misalnya dalam satu profesi yang sama.
Kelompok ini akan berada dalam suatu tempat, dalam suatu
kurun waktu tertentu, dengan tujuan tertentu, tapi pasti akan
mengalami proses pembelajaran dan perubahan.

Menurut Force-Field Theory – Kurt Lewin, 1951 terdapat tiga


fase utama dalam proses perubahan kelompok, yaitu tahap
pencairan, tahap perubahan/bergerak dan tahap pembekuan
kembali, yang rinciannya sbb:
1. Tahap Pencairan (Unfreezing):
a. Kebutuhan untuk berubah
b. Upaya mengubah keseimbangan / kemapanan
c. Timbul motivasi yang kuat untuk berubah
d. Perlu ada rangsangan
2. Tahap Berubah / Bergerak (Changing /Moving):
a. Mendiagnosa masalah
b. Mengeksplorasi alternatif penyelesaiannya
c. Menetapkan tujuan berubah & menyepakati rancangan
kegiatan

10

-245-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

d. Gerakan beranjak dari status quo menuju suatu tahapan


baru
3. Tahap Pembekuan Kembali (Refreezing):
a. Dicapai perilaku berubah
b. Mekanisme umpan balik yang membangun
c. Perbaikan & penguatan

Peran building learning commitment dalam pelatihan bertujuan


mencairkan suasana, mengenal kekuatan dan kelemahan
pribadi dan juga kekuatan dan kelemahan orang lain.
Pembelajaran akan mencapai hasil maksimal apabila suasana
pembelajaran menyenangkan. Pencairan memungkinkan
fasilitator untuk memecahkan es (break the ice), untuk
menciptakan peluang saling mengenal satu sama lain dengan
lebih baik (Icebreakers), mendorong interaksi, merangsang
pemikiran kreatif, menantang asumsi dasar, mengilustrasikan
konsep baru, memperkenalkan material spesifik (pemanasan),
membentuk kelompok, menyegarkan kelompok yang
mengantuk (terutama setelah makan siang) dan bersenang-
senang.

Pencairan suasana kelas dapat dilakukan dengan beberapa


permainan/ games. Sebelum melakukan games sebaiknya
fasilitator sudah mengetahui sumber daya/ karakteristik peserta
sehingga dapat dipilih jenis permainan yang aman. Beberapa
pencairan kurang cocok untuk peserta yang lebih tua, pria dan
perempuan dalam kelompok campuran (kontak tubuh), dalam

11

-246-
kebudayaan tertentu. Undang setiap orang untuk berpartisipasi
tetapi jangan pernah memaksa peserta untuk berpartisipasi
dalam satu aktifitas. Nyatakan dengan jelas, bahwa dalam
acara pencairan aturan yang sudah disetujui sebelumnya
harus tetap dihargai dan berikan umpan balik positif.
Penggunaan waktu untuk permainan dapat disesuaikan
dengan kondisi di kelas.

Tingkatan permainan sebaiknya dimulai dari tingkat individu,


kemudian dilanjutkan permainan yang melibatkan kelompok
dan yang terakhir permainan yang meiibatkan seluruh peserta
sebagai satu kesatuan kelas. Beberapa permainan untuk
mencairkan suasana antara lain:
1. Permainan Individu
a. Permainan “Angin Berhembus”
1) Peserta duduk dikursi dan melingkar menghadap ke
tengah
2) Fasilitator memberikan petunjuk “apabila
disebutkan angin berhembus pada orang
yang………..”, maka peserta yang disebutkan
identitasnya langsung berpindah dari kursi.
Contoh “angin berhembus pada orang berjilbab
merah”, maka peserta yang berjilbab merah harus
berpindah dari kursinya
3) Dalam waktu bersamaan, fasilitator menduduki kursi
yang ditinggalkan peserta, sehingga ada satu
peserta yang tidak mendapatkan kursi.

12

-247-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

4) Peserta yang tidak mendapatkan kursi akan


diberikan hukuman.
b. Permainan “5 BOOM “
1) Peserta berdiri melingkar
2) Fasilitator memberikan petunjuk bahwa peserta
akan menghitung dari angka 1 sampai 20. Dan
apabila sampai angka 5 dan kelipatannya peserta
harus meneriakan boom sambil mengepalkan
tangganya dan melompat ke atas. Sedangkan selain
angka 5 dan kelipatannya, peserta harus
menyebutkan tanpa ekspresi.
3) Bagi peserta yang melakukan kesalahan langsung
diminta jongkok
c. Permainan “Tinggi Rendah”
1) Peserta berdiri melingkar
2) Peserta menoleh ke kanan apabila menyebutkan
tinggikan dan menoleh ke kiri apabila menyebutkan
rendahkan.
3) Peserta yang mendapatkan tolehan dari peserta lain
harus membalas dengan menyebutkan tinggikan/
rendahkan dengan menoleh ke kanan/ ke kiri
4) Dan seterusnya
5) Peserta yang melakukan kesalahan langsung
diminta jongkok

2. Permainan kelompok
a. Permainan “Buat Barisan”

13

-248-
1) Peserta di bagi dalam 3 kelompok
2) Pemandu menjelaskan aturan permainan yaitu:
Masing- masing kelompok akan berlomba menyusun
barisan. Barisan disusun berdasarkan aba-aba
pemandu: tinggi badan, panjang rambut, usia dst.
3) Fasilitator akan menghitung sampai 10, kemudian
ketiga kelompok, selesai atau belum, harus jongkok.
4) Setiap kelompok secara bergantian memeriksa
apakah kelompok lawan telah melaksanakan
tugasnya dengan benar.
5) Kelompok yang menang adalah kelompok yang
melaksanakan tugasnya dengan benar dan cepat
(bila kelompok dapat meyelesaikan tugasnya
sebelum hitungan ke 10 mereka boleh langsung
jongkok untuk menunjukkan bahwa mereka telah
selesai melakukan tugas).
b. Permainan “Tembak Dor“
1) Peserta dibagi menjadi 3 kelompok
2) Masing-masing kelompok membentuk setengah
lingkaran kecil dan menghadap ke fasilitator
3) Fasilitator memberikan panduan. Apabila fasilitator
menunjuk kelompok sambil meneriakkan kata:
“Dor“ maka peserta harus menjawab “Dor”
“Bom” maka peserta harus menjawab “Ahhh”
“Dor..Dor..Dor “maka peserta harus menjawab “ Eh,
nggak kena…ga kena”

14

-249-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Kelompok yang menjawab salah atau merespon


lambat dihukum untuk jongkok.

c. Permainan “Lingkaran berbelit”


1) Peserta dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok
2) Masing- masing kelompok diberikan perintah untuk
berbaris berbanjar kebelakang dengan urutan
tertentu misal yang paling tinggi di depan).
3) Masing- masing peserta mengingat nomor urutannya
di dalam kelompok
4) Fasilitator membuat rumus lingkaran.
Dibawah ini contoh rumus lingkaran apabila jumlah
peserta 10 orang/ kelompok (urutan nomornya
disesuaikan dengan fasilitator)
9 1
7 3
4 8
5 2 10 6

5) Masing- masing kelompok membentuk lingkaran kecil


berdasarkan urutan nomornya.
6) Ketika fasilitator menyebutkan 1 kanan dengan 9 kiri,
maka tangan kanan peserta bernomor 1
bergandengan dengan tangan kiri peserta bernomor
9, dan seterusnya sesuai dengan instruksi fasilitator

15

-250-
7) Ketika semua peserta sudah bergandengan tangan,
fasilitator memberikan perintah kepada peserta
dengan tanpa melepaskan ikatan tangannya untuk
membentuk lingkaran yang saling berhadapan
8) Kelompok yang berhasil membuat lingkaran
meneriakkan kelompoknya.

https://www.gambaranimasi.org
/cat-bermain-1352.htm

16

-251-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

Materi Pokok 3: Harapan peserta


Adalah kehendak/ keinginan untuk memperoleh atau mencapai
sesuatu. Dalam pelatihan berarti keinginan untuk memperoleh
atau mencapai tujuan yang diinginkan sebagai hasil proses
pembelajaran. Dalam menentukan harapan harus realistis dan
rasional sehingga kemungkinan untuk mencapainya besar.
Harapan jangan terlalu tinggi dan jangan terlalu rendah.

Menentukan harapan yang terlalu tinggi, dan ternyata gagal


mencapainya dapat menjadi antiklimaks, rasa sia-sia dan
frustasi. Sebalik menentukan harapan terlalu rendah, tidak
menantang harapan yang rasional dan realistik, ditambah
dengan kesadaran apa yang akan dipelajari dan apa yang
dapat di terapkan mempunyai nilai penting dalam pekerjaan
akan mendorong motivasi belajar yang tinggi

Harapan harus menimbulkan tantangan atau dorongan untuk


mencapainya, dan bukan sesuatu yang diucapkan secara asal-
asalan. Dengan demikian dinamika pembelajaran akan terus
terpelihara sampai akhir proses.

Materi Pokok 4: Pemilihan pengurus kelas


Agar kelas berjalan dengan lancar dan mengakomodasi semua
kebutuhan peserta, dibentuk pengurus kelas yang akan
mengkoordinasikan kegiatan dengan penyelenggara pelatihan/
Panitia dan Fasilitator.

17

-252-
Materi Pokok 5: Komitmen Kelas
Komitmen belajar/pembelajaran, adalah keterpanggilan
seseorang/kelompok/ kelas untuk berupaya dengan penuh
kesungguhan mengaktualisasikan apa yang menjadi tujuan
pelatihan/ pembelajaran. Keadaan ini sangat menguntungkan
dalam mencapai keberhasilan individu/ kelompok/ kelas,
karena dalam diri setiap orang yang memiliki komitmen
tersebut akan terjadi niat baik dan tulus untuk memberikan
yang terbaik kepada individu lain, kelompok dan kelas secara
keseluruhan. Dengan terbangunnya BLC, juga akan
mendukung terwujudnya saling percaya, saling kerja sama,
saling membantu, saling memberi dan menerima, sehingga
tercipta suasana/ lingkungan pembelajaran yang kondusif.

Untuk tegaknya komitmen yang telah disepakati bersama,


peserta dapat menetapkan sanksi yang memberi manfaat
kepada seluruh peserta pelatihan. Bentuk sanksinya harus
bersifat positif dan membangun

18

-253-
PELATIHAN BAGI PENGUJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

7 REFERENSI
1. Pusat Pelatihan SDM Kesehatan. Badan PPSDM
Kesehatan. Modul Pelatihan Bagi Pelatih kader
Kesehatan. 2018

2. Pusat Pelatihan SDMK Badan PPSDM Kesehatan.


Modul TOT Promkes Bagi Kader.2016

3. Pusdiklat Aparatur BPPSDM Kesehatan, Modul


Pelatihan Tenaga Pelatih Program Kesehatan, Jakarta,
2011

4. https://www.youtube.com/watch?v=xRpFpMPR3RY&t=2
29s
(Permainan tinggi rendah)

5. https://www.youtube.com/watch?v=RC6tsI1AByQ
(Permainan Tembak Dor)

6. https://www.youtube.com/watch?v=fNE8027MqU8
(Permainan Angin berhembus )

7. https://www.youtube.com/watch?v=iUmMv7rrtrU
(Permainan lingkaran berbelit)

19

-254-
TIM PENYUSUN

Penasehat:
Dr Achmad Soebagjo Tancarino, MARS
(Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan)

Penangggungjawab:
Nusli Imansyah, SKM., M.Kes
(Kepala Bidang Pengembangan Pelatihan SDM Kesehatan)

Ketua:
Dewi Sukorini, SKM., M.Pd
(Kepala Sub Bidang Pengembangan Pelatihan Fungsional)

Sekretaris:
Purwanto, SKM., DAP & E, M.Kes

Tim Penyusun dan Kontributor:


Agustina, SKM., M.Kes
Bob Yudibowo Yuswardi BE.SST
Deri Pinasti, SKM., MKM
dr. Jefri Thomas Alpha Edison Silalahi, MKM
Iwan Heryawan, S.ST
Nina Apriliani Sari, S.Tr.Keb
Rusmiati, S.Kom., MM
Rahayu Astuti, SKM., MKM
Siti Rahayu, S. Tr. Kes
Werdiningsih, SKM., MARS
Dr. drg Siti Nur Anisah, MPH
Yanuardo G.D. Sinaga, ST., MPd
Imam Wahyudi, ST., M.Kes
Afriani Tinurbaya, S.Kep

20

-255-
MATA PELATIHAN PENUNJANG 2.
ANTI KORUPSI

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
PUSAT LATIHAN SDM KESEHATAN
JAKARTA
2020

-256-
DAFTAR ISI
Halaman
I. Deskripsi Singkat ………………………………... 1
II. Tujuan Pembelajaran ……………………….….. 2
A. Hasil Belajar …………………………………. 2
B. Indikator Hasil Belajar …………………….. 2
III. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ……….... 3
IV. Bahan Belajar ………………………………..…... 4
V. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran… 5
VI. Uraian Materi …………………………………… 8
Materi Pokok 1. Semangat Perlawanan terhadap 8
Korupsi ………
Materi Pokok 2. Dampak Korupsi 14
Materi Pokok 3. Cara Berpikir Kritis terhadap 29
Masalah Korupsi
Materi Pokok 4. Membangun Sikap Anti korupsi 46
VII. Referensi …………………………………………… 51

ii

-257-
1 Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membahas Dampak Korupsi, Semangat
Perlawanan terhadap Korupsi, Cara Berpikir Kritis terhadap
Masalah Korupsi dan Sikap Antikorupsi.

-258-
2 Tujuan Pembelajaran

A. Hasil Belajar (HB)


Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu
mampu membangun Sikap Anti Korupsi.

B. Indikator Hasil Belajar (IHB)


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat:
1. Membangun Semangat Perlawanan terhadap Korupsi
2. Menyadarkan Dampak Korupsi
3. Membangun Cara Berpikir Kritis terhadap Masalah
Korupsi
4. Membangun Sikap Anti korupsi

-259-
Materi Pokok dan
3 Sub Materi Pokok

5
Materi Pokok dalam mata pelatihan ini meliputi:

1. Materi Pokok 1. Semangat Perlawanan terhadap Korupsi

2. Materi Pokok 2. Dampak Korupsi

3. Materi Pokok 3. Cara Berpikir Kritis terhadap Masalah


Korupsi

4. Materi Pokok 4. Sikap Antikorupsi

-260-
4 Bahan Belajar
Bahan belajar yang digunakan adalah:

5
1.
2.
Modul Anti Korupsi
Video materi penyuluhan Anti Korupsi ACLC KPK

-261-
5 Langkah Kegiatan

5
Berikut merupakan langkah-langkah kegiatan pembelajaran:

Sesi 1 : Pengkondisian Peserta


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
1. Fasilitator menyapa peserta dan memperkenalkan diri
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan
menggunakan bahan tayang
3. Melakukan apersepsi tentang materi yang akan dibahas
dengan metoda curah pendapat atau meminta
beberapa peserta untuk menjawabnya

Sesi 2: Penyampaian materi Semangat Perlawanan


terhadap Korupsi
Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
1. Fasilitator menjelaskan tentang Semangat Perlawanan
terhadap Korupsi.
2. Menjelaskan Indeks Persepsi Korupsi Indonesia dan Potensi
Indonesia Bisa Makmur
3. Fasilitator menayangkan video Kekayaan dan kemiskinan
negaraku. Fasilitator meminta tanggapan peserta tentang
film tersebut dan menghubungkan dengan kondisi
Indonesia saat ini serta menanyakan penyebabnya yang
dikaitkan dengan Korupsi.
4. Fasilitator menggunakan bahan tayang dan film pendek,
dengan metode ceramah, tanya jawab dan mengajak
5

-262-
peserta untuk berpartisipasi serta berinteraksi dalam proses
pembelajaran.

Sesi 3: Penyampaian materi Dampak Korupsi


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
 Fasilitator menjelaskan tentang Dampak Korupsi dengan
menggunakan bahan tayang, dengan metode ceramah,
tanya jawab dan mengajak peserta untuk berpartisipasi
serta berinteraksi dalam proses pembelajaran.

Sesi 4: Penyampaian materi Cara berpikir kritis terhadap


masalah korupsi
Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
 Fasilitator menjelaskan tentang Cara berpikir kritis
terhadap masalah korupsi (pengertian korupsi, faktor
penyebab korupsi dan 7 tindak pidana korupsi)
 Fasilitator menayangkan film Gratifikasi KPK untuk
menambah pemahaman peserta.
 Fasilitator menggunakan bahan tayang dan film pendek,
dengan metode ceramah, tanya jawab dan mengajak
peserta untuk berpartisipasi serta berinteraksi dalam proses
pembelajaran.

Sesi 5: Penyampaian materi Sikap Anti Korupsi


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
 Fasilitator menjelaskan tentang Sikap Anti Korupsi (nilai-
nilai anti korupsi, Integritas, Indikator seseorang
berintegritas)
 Fasilitator menayangkan film Aku Peduli (KPK)
 Fasilitator menggunakan bahan tayang dan film pendek,
dengan metode ceramah, tanya jawab dan mengajak
peserta untuk berpartisipasi serta berinteraksi dalam proses
pembelajaran.

Sesi 8: Rangkuman dan Kesimpulan


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
6

-263-
 Fasilitator merangkum dan melakukan pembulatan/
kesimpulan tentang mata pelatihan ini dengan mengajak
seluruh peserta untuk melakukan refleksi/ umpan balik.
Dilanjutkan dengan memberikan apresiasi atas keterlibatan
aktif seluruh peserta.

-264-
6 Uraian Materi
Materi Pokok 1: Semangat Perlawanan terhadap Korupsi

5
Semangat perlawanan terhadap korupsi merupakan langkah
awal yang harus dimiliki masyarakat dalam pemberantasan
korupsi. Untuk menanamkan semangat anti korupsi pada
setiap anak bangsa, perlu dilihat Visi Indonesia 2045 jika
Indonesia tanpa Korupsi.

Impian/Visi Indonesia 2015-2045 diantaranya adalah:


1. Sumber Daya Manusia Indonesia yang kecerdasannya
mengungguli bangsa-bangsa lain di dunia,
2. Masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi pluralisme,
berbudaya, religius dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika;
3. Indonesia menjadi pusat pendidikan teknologi dan
peradaban dunia
4. Masyarakat dan aparatur pemerintah yang bebas dari
perilaku korupsi
5. Terbangunnya infrastruktur yang merata di seluruh
Indonesia
6. Indonesia menjadi Negara yang mandiri dan Negara
paling berpengaruh di Asia Pasifik dengan memaksimalkan
pencapaian kepentingan nasional, mampu menghasilkan
gagasan untuk berkontribusi kepada regional order,
mampu membentuk tatanan regional mengelola konflik di
kawasan dan mampu mengelola public, juga memimpin
dan berkontribusi dalam berbagai forum kerjasama di
kawasan.

-265-
7. Indonesia menjadi barometer pertumbuhan ekonomi
dunia

Belajar kepada Negara-negara yang IPK Tinggi

Corruption Perception Index


Transparency International, sebuah organisasi internasional
yang bertujuan melawan korupsi banyak mempublikasikan
hasil survei terkait korupsi. Termasuk Indeks Persepsi Korupsi
(IPK). Sebuah publikasi tahunan yang mengurutkan negara-
negara di dunia berdasarkan persepsi atau anggapan publik
terhadap korupsi di jabatan publik dan politik. Beberapa
Negara menjadi langganan di ranking atas IPK, yang artinya
menurut survey adalah Negara yang relative bersih dari
korupsi:

1. Denmark IPK 2016 – 90


Keterbukaan politik dengan memodernisasi sektor publik
dan manajemen sumber daya publik melalui peningkatan
transparansi dalam pengambilan kebijakan, mekanisme
akuntabel dan antikorupsi, partisipasi warna dan dialog
civil society. Pendidikan di Denmark gratis. Para siswa dan
mahasiswa juga mendapat biaya hidup bulanan dari
pemerintah Denmark. Biaya pengobatan di Denmark juga
gratis. WHO memasukkan Denmark sebagai Negara paling
mudah berbisnis di Eropa. Denmark memperoleh hadiah 14
nobel.
2. Selandia Baru IPK 2016 – 90
Hukuman mati dihapuskan di Selandia Baru, namun media
disana sangat pro aktif memberitakan kasus korupsi
sehingga menjadi hukuman sosial kepada koruptor.
Pendidikan antikorupsi ditanamkan sejak dini. Transparansi
pemerintah dan layanan public yang berkualitas. PNS
dinegara ini wajib melaporkan setiap kegiatan dan harta
kekayaannya. Negara ini sejahtera. Selandia baru adalah
penemu jarum suntik habis pakai, pagar listrik, tutup
9

-266-
pengaman botol dari jangkauan anak-anak dan GPS
Navman. Para ahli di Negara ini mendunia.
3. Finlandia, IPK 2016 - 89
Integritas dinegara ini benar-benar teraktualisasi. Bahkan
Perdana Menteri rela mengundurkan diri hanya karena
berbohong saat kampanye. Implementasi undang-
undang antikorupsi sangat baik. Kasus korupsi di Negara ini
tidak hanya melibatkan uang Negara, kasus seperti
menunda pengumuman penting yang wajib diketahui
masyarakat dikategorikan sebagai tindakan-tindakan
pejabat terkait dengan korupsi. Hidup sederhana
dicerminkan lewat kepemilikan mobil yang jarang di
Negara ini. Transportasi umum cukup baik. Finlandia
memiliki SDM yang unggul dan kompeten. Sistem
pendidikannya juga menjadi kiblat dunia. Penemuan
dibidang Teknologi Informasi bisa dikatakan pioneer.
Bahkan Nokia, perusahaan gadget asal Negara ini,
menjadi legenda untuk bisnis gadget dunia.

Tahun 2015, Indeks Persepsi Korupsi Indonesia menurut


Transparency International adalah 36 dan masih berada di
peringkat 88 dari 168 negara di dunia.

Pada kawasan Asia Tenggara, Indeks Persepsi Korupsi


Indonesia di tahun 2015 masih berada di bawah Negara
Singapura (85), Malaysia (50) dan Thailand (38). Jika
mengacu kepada nilai IPK tahun 2016, Negara Indonesia
lebih korup dibandingkan Negara Thailand, Malaysia dan
Singapura. Tingkat korupsi Negara Indonesia menyamai
kondisi korupsi di Negara Philipina.

Dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2015 terjadi


penurunan tingkat korupsi di Indonesia yang ditandai
dengan peningkatan indeks persepsi korupsi. Dampak
pendirian KPK pada tahun 2002 baru terlihat signifikan
pada tahun 2005. Pada tahun 2005 indeks persepsi korupsi
10

-267-
naik menjadi 20 dan terus mengalami peningkatan sampai
dengan tahun 2016 indeks persepsi korupsi Indonesia
sampai pada titik 36.

10 Potensi Indonesia Bisa Makmur


Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 berbunyi “Bumi, air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Pasal
ini merupakan petunjuk dari para pendiri bangsa bahwa
Indonesia memiliki potensi kekayaan sebagai modal menjadi
negara yang makmur dan sejahtera.

10 Potensi Indonesia Bisa Makmur:


1. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri
dari 134.668 pulau. Luas territorial Indonesia adalah
5.193.250 km2

2. Terletak diantara Asia dan Australias, serta diantara


Samudera Pasifik dan Samuder Indonesa menjadikan
Indonesia sebagai persimpangan lalu lintas dunia, baik
lalu lintas darat maupun laut dan juga menjadi titik
persilangan kegiatan perekonomian dunia.

3. Indonesia memiliki sekitar 250 suku bangsa yang


menghasilkan keberagaman budaya nusantara. 746
bahasa daerah terdapat di Indonesia, membuat
Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat beragam.

4. Indonesia memiliki penduduk dari Sabang sampai


Merauke sebanyak 255.993.674 jiwa dan merupakan
modal dalam memanfaatkan sumber daya alam yang
tersedia, mempertahankan keutuhan Negara dari
ancaman Negara lain, peningkatan kualitas sumber
daya manusia.

11

-268-
5. Indonesia memiliki aneka bahan tambang. Minyak
bumi Indonesia berada di posisi ke-25 dalam daftar
Negara dengan potensi minyak bumi terbesar di dunia.
Indonesia juga berada di peringkat ke-8 untuk gas alam
dengan produksi 7,2 (tcf). Indonesia juga berada di
peringkat ke-7 dalam potensi emas terbesar didunia
dengan cadangan berkisar 2,3 % dari total cadangan
emas dunia.

6. Diperkirakan sekitar 100-150 genus dari tumbuhan


dengan 25.000-30.000 spesies terdapat di Indonesia.

7. Indonesia memiliki sekitar 300 ribu atau 17% dari total


jumlah satwa liar dunia. Diantaranya adalah 1.539 jenis
burung dan 515 jenis mamalia. Indonesia menjadi
habitat satwa endemic yang sangat banyak. Tercatat
259 jenis mamalia, 384 jenis burung dan 173 jenis amfibi
hanya hidup di negeri ini.

8. Indonesia merupakan produsen ikan terbesar di dunia.


Volume produksinya mencapai sekitar 5,71 juta ton. Itu
meliputi 4,4 juta ton di wilayah tangkap perairan
Indonesia dan 1,8 juta ton berada di perairan Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE).

9. Total potensi maritim Indonesia diperkirakan mencapai


Rp 7.200 triliun atau 3,5 kali anggaran pendapatan dan
belanja Negara (APBN) 2015.

10. Indonesia memiliki sejarah besar dengan


memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945
setelah dijajah Belanda 3,5 abad dan diduduki Jepang
selama 3,5 tahun. Majapahit pernah mempersatukan
Nusantara dibawah komando Mahapatih Gajah Mada.
Indonesia pernah memiliki armada laut Sriwijaya yang

12

-269-
digdaya dan juga Samudera Pasai yang sempat
menguasai perdagangan.

Dilakukan beberapa upaya yang salah satunya melalui


pelatihan, diharapkan semangat anti korupsi akan mengalir di
dalam darah setiap generasi dan tercermin dalam perbuatan
sehari-hari. Sehingga, pekerjaan membangun bangsa yang
terseok-seok karena adanya korupsi dimasa depan tidak akan
terjadi lagi. Jika korupsi sudah diminimalisir, maka setiap
pekerjaan membangun bangsa akan maksimal. Menyadari
bahwa pemberantasan korupsi bukan hanya tanggung
jawab lembaga penegak hukum seperti KPK, Kepolisian dan
Kejaksaan agung, melainkan menjadi tanggung jawab setiap
anak bangsa.

13

-270-
Materi Pokok 2: Dampak Korupsi

Semangat masyarakat untuk berpartisipasi dalam


pemberantasan korupsi harus terus-menerus dibangkitkan,
salah satunya dengan cara menyadarkan masyarakat akan
bahaya dan dampak korupsi.

1. Dampak Korupsi Terhadap Berbagai Bidang


Transparansi Internasional Indonesia (TI) mencatat kalau
uang rakyat dalam praktek APBN dan APBD menguap oleh
perilaku korupsi. Sekitar 30 sampai 40 persen dana
menguap karena dikorupsi dan korupsi terjadi 70
persennya pada pengadaan barang dan jasa oleh
pemerintah. Hal ini memberikan dampak buruk yang
massif terhadap masyarakat Indonesia di berbagai lini
kehidupannya. Mulai dari dampak terhadap ekonomi,
sosial, birokrasi pemerintahan, politik dan demokrasi,
penegakan hukum, pertahanan dan keamanan dan juga
terhadap lingkungan hidup.

a. Dampak Masif Korupsi terhadap Ekonomi


Transparansi Internasional Indonesia (TII) mencatat
kalau uang rakyat dalam praktek APBN dan APBD
menguap oleh perilaku korupsi. Sekitar 30-40 persen
dana menguap karena dikorupsi, dan korupsi terjadi 70
persennya pada pengadaan barang dan jasa oleh
pemerintah.

1) Penurunan Produktivitas
Lesunya pertumbuhan ekonomi dan tidak adannya
investasi, membuat produktifitas menurun. Hal ini
menghambat perkembangan sektor industri untuk
lebih baik terjadi seiring dengan terhambatnya
sector industri dan produksi untuk bissa berkembang
lebih baik.

14

-271-
2) Lesunya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
Korupsi mempersulit pembangunan ekonomi
dengan membuat distorsi dan ketidakefisienan yang
tinggi. Dalam sektor privat, korupsi meningkatkan
ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran
illegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan
pejabat korup dan resiko pembatalan perjanjian
atau karena penyelidikan.

3) Rendahnya kualitas barang dan jasa untuk publik


Jalan rusak, jembatan ambruk, kereta api terguling,
beras tidak layak makan, ledakan tabung gas,
bahan bakar merusak kendaraan masyarakat,
angkutan umum tidak layak, bangunan sekolah
ambruk, adalah kenyataan rendahnya kualitas
barang dan jasa sebagai akibat korupsi.

4) Menurunnya pendapatan dari sektor pajak


APBN sekitar 70% dibiayai oleh pajak. Pajak
Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai
(PPn) merupakan jenis pajak yang paling banyak
menyumbang. Penurunan pendapatan dari sector
pajak diperparah dengan kenyataan bahwa
banyak sekali oknum pegawai dan pejabat pajak
yang bermain untuk mendapatkan keuntungan
pribadi dan memperkaya diri sendiri.

5) Meningkatnya hutang negara


Korupsi yang terjadi di Indonesia akan meningkatkan
hutang luar negeri yang semakin besar. Dari data
yang diambil dari Direktorat Jenderal Pengelolaan
Hutang, Kementerian Keuangan RI, disebutkan
bahwa total hutang pemerintah per 31 Mei 2011
mencapai US $ 201.07 miliar atau setara dengan Rp
1.716,56 trilliun.

15

-272-
b. Dampak Masif Korupsi terhadap Sosial dan Kemiskinan

1) Mahalnya harga jasa dan pelayanan publik


Praktek korupsi menciptakan ekonomi biaya tinggi
yang membebankan pelaku ekonomi. Kondisi
ekonomi biaya tinggi ini berimbas pada mahalnya
harga jasa dan pelayanan publik karena harga
yang ditetapkan harus dapat menutupi kerugian
pelaku ekonomi akibat besarnya modal yang
dilakukan karena penyelewengan yang mengarah
ke tindak korupsi.

2) Pengentasan kemiskinan berjalan lambat


Lemahnya koordinasi dan pendataan, pendanaan
dan lembaga. Karena korupsi, permasalahan
kemiskinan itu sendiri akhirnya akan membuat
masyarakat sulit mendapatkan akses ke lapangan
kerja yang disebabkan latar belakang pendidikan,
sedangkan untuk membuat pekerjaan sendiri
banyak berkendala oleh kemampuan, masalah
teknis dan pendanaan.

3) Terbatasnya akses bagi masyarakat miskin


Rakyat miskin lebih mendahulukan mendapatkan
bahan pokok untuk hidup daripada untuk sekolah
yang semakin menyudutkan karena mengalami
kebodohan. Jasa pendidikan, kesehatan, rumah
layak huni, informasi, hokum dan sebagainya sulit
diakses oleh rakyat miskin. Akses untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak menjadi
sangat terbatas, yang pada akhirnya rakyat miskin
tidak mempunyai pekerjaan dan selalu dalam
kondisi yang miskin seumur hidup. Menciptakan
lingkaran setan kemiskinan.

16

-273-
5) Pengentasan kemiskinan berjalan lambat
Lemahnya koordinasi dan pendataan, pendanaan
dan lembaga. Karena korupsi, permasalahan
kemiskinan itu sendiri akhirnya akan membuat
masyarakat sulit mendapatkan akses ke lapangan
kerja yang disebabkan latar belakang pendidikan,
sedangkan untuk membuat pekerjaan sendiri
banyak terkendala oleh kemampuan masalah teknis
dan pendanaan.

6) Meningkatnya angka kriminalitas


Menurut Transparency International, korupsi dan
kualitas serta kuantitas kejahatan sangat berkaitan.
Rasionya, ketika korupsi meningkat, angka
kejahatan yang terjadi juga meningkat. Sebaliknya,
ketika korupsi berhasil dikurangi, maka kepercayaan
masyarakat terhadap penegakan hukum (law
enforcement) juga meningkat.

7) Solidaritas sosial semakin langka


Masyarakat merasa tidak mempunyai pegangan
yang jelas untuk menjalankan kehidupannya sehari-
hari. Ketidakjelasan masa depan serta himpitan
hidup yang semakin kuat membuat sifat
kebersamaan dan kegotong-royongan yang
selama ini dilakukan menjadi langka.

8) Demoralisasi
Masyarakat menjadi semakin individualis.
Mementingkan dirinya sendiri dan keluarganya saja.
Mengapa masyarakat melakukan hal ini dapat
dimengerti, karena memang sudah tidak ada lagi
kepercayaan kepada pemerintah, system, hokum
bahkan antar masyarakat sendiri.

17

-274-
9) Terbatasnya akses bagi masyakarat miskin
Rakyat makin lebih mendahulukan mendapatkan
bahan pokok untuk hidup daripada untuk sekolah
yang semakin menyudutkan karena mengalami
kebodohan. Jasa pendidikan, kesehatan, rumah
layak huni, informasi, hokum dan sebagainya sulit
diakses oleh Rakyat Miskin. Akses untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak menjadi
sangat terbatas, yang pada akhirnya rakyat miskin
tidak mempunyai pekerjaan dan selalu dalam
kondisi yang miskin seumur hidup. Menciptakan
lingkaran setan kemiskinan.

10)Meningkatnya angka kriminalitas


Menurut Transparency International, korupsi dan
kualitas serta kuantitias kejahatan sangat berkaitan.
Rasionya, ketika korupsi meningkat, angka
kejahatan yang terjadi juga meningkat.
Sebalikanya, ketika korupsi berhasil dikurangi, aka
kepercayaan masyarakat terhadap penegakan
buku (law enforcement) juga meningkat.

11)Solidaritas sosial semakin langka


Masyarakat merasa tidak mempunyai pegangan
yang jelas untuk menjalankan kehidupannya sehari-
hari. Ketidakjelasan masa depan serta
himpitanhidup yang semakin kuat membuat sifat
kebersmaan dan kegotong-royongan yang selama
ini dilakukan menjadi langka.

12)Demoralisasi
Masyarakat menjadi semakin individualis.
Mementingkan dirinya sendiri dan keluarganya saja.
Mengapa masyarakat melakukan hal ini dapat
dimengerti, karena memang sudah tidak ada lagi

18

-275-
kepercayaan kepada pemerintah, system, hukum
bahkan antar masyarakat sendiri.

c. Dampak Masif Korupsi terhadap Birokrasi Pemerintahan

1) Birokrasi Tidak Efisien Layanan Publik


Dalam peringkat PERC (Political and Economic Risk
Consultancy) ini, Indonesia menempati posisi nomor
dua terburuk di Asia setelah India. Dalam standar
angka 1 terbaik sampai 10 terburuk, India teratas
dengan skor 9.41 diikuti oleh Indonesia 8,59, Filipina
8,37, Vietnam 8,13 dan Cina 7,93. Malaysia ditempat
keenam dari bawah dengan skor 6,97 diikuti oleh
Taiwan 6,60, Jepang 6,57, Korea Selatan 6,13 dan
Thailand 5,53. Singapura menduduki peringkat telah
memiliki birokrasi yang paling efisien, dengan skor
2,53 diikuti oleh Hong Kong dengan 3,49. (Republika,
3 Juni 2011).

2) Matinya Etika Sosial-Politik


Aparat hukum yang semestinya menyelesaikan
masalah dengan adil dan tanpa adanya unsur
pemihakan, seringkali harus mengalahkan
integritasnya dengan menerima suap, iming-iming,
gratifikasi atau apapun untuk memberikan
kemenangan.

3) Runtuhnya Otoritas Pemerintahan


Melindungi seorang koruptor dengan kekuatan
politik adalah salah satu indikasi besar runtuhnya
etika sosial dan politik. Banyak kejadian suatu
kelompok politik akan rela melindungi anggotanya
dengan segala cara, meskipun anggotanya
tersebut jelas-jelas bersalah atau melakukan korupsi.
Hal ini sangat melukai nurani masyarakat, padahal

19

-276-
mereka adakah wakil rakyat yang seharusnya
melindungi kepentingan rakyat.

d. Dampak Masif Korupsi terhadap Politik dan Demokrasi


1) Munculnya Kepemimpinan Korup
Konstituen didapatkan dan berjalan karena adanya
suap yang diberikan oleh calon-calon pemimpin
pantai, bukan karena simpati atau percaya
terhadap kemampuan dan kepemimpinannya

2) Menguatnya Plutokrasi
Korupsi yang menyandera pemerintahan akan
menghasilkan konsekuensi menguatnya plutokrasi
(system politik yang dikuasai pemilik modal/kapitalis).
Faktany perusahaan-perusahaan besar punya
hubungan dengan partai-partai yang ada di
kancah perpolitikan negeri ini, bahkan beberapa
pengusaha besar menjadi ketua sebuah partai
politik. Seringkali kepentingan partai bercampur
dengan kepentingan perusahaan.

3) Hancurnya Kedaulatan Rakyat


Seharusnya kedaulatan ada ditangan rakyat.
Namun yang terjadi sekarang ini adalah kedaulatan
ada ditangan partai politik, karena anggapan
bahwa partailah bentuk representasi rakyat. Partai
adalah dari rakyat dan mewakili rakyat, sehingga
banyak orang yang menganggap bahwa wajar
apabila sesuatu yang didapat dari Negara dinikmati
oleh partai.

4) Hilangnya Kepercayaan Rakyat Terhadap


Demokrasi
Terjadinya tindak korupsi besar-besaran yang
dilakukan oleh petinggi pemerintah, legislatif atau
petinggi partai politik, mengakibatkan berkurangnya
20

-277-
bahkan hilangnya kepercayaan publik terhadap
pemerintahan yang sedang berjalan.

e. Dampak Masif Korupsi terhadap Penegakan Hukum


1) Fungsi Pemerintahan Mandul
a) Korupsi menghambat peran Negara dalam
pengaturan alokasi
b) Korupsi menghambat negaran melakukan
pemerataan akses dan asset
c) Korupsi juga memperlemah peran pemerintah
dalam menjaga stabilitas ekonomi dan politik

2) Hilangnya Kepercayaan Rakyat terhadap Lembaga


Negara
Korupsi yang terjadi pada lembaga-lembaga
Negara seperti yang terjadi di Indonesia dan marak
diberitakan di berbagai media massa
mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga tersebut hilang.

Lembaga Negara yang paling korup menurut


Barometer Korupsi Global (BKG) pada tahun 2009:
a) Legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat)
b) Partai Politik
c) Kepolisian RI
d) Lembaga Peradilan (Mahkamah Agung dan
Kejaksaan Agung)

f. Dampak Masif Korupsi terhadap Pertahanan dan


Keamanan
1) Lemahnya Alutsista dan SDM
Anggaran Hankan menguap sia-sia karena korupsi.
Seringkali kita mendapatkan berita dari berbagai
media tentang bagaimana Negara lian begitu
mudah menerobos batas wilayah Negara Indonesia,

21

-278-
baik dari darat, laut maupun udara. Padahal
Indonesia adalah Negara nomor 15 terluas di dunia.

2) Lemahnya Garis Batas Negara


Nelayan asing dari Malaysia, Vietnam, Philipina,
Thailand sering sekali melanggar Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE) Indonesia dan meneruk kekayaan laut
yang ada di dalamnya. Kementerian Kelautan dan
Perikanan RI yang menyatakan bahwa Indonesia
mengalami kerugian 9,4 Triliun Rupiah per tahun
akibat pencurian ikan oleh nelayan asing
(www.tempointeraktif.com/hg/bisnis, 12 April 2011).

3) Menguatnya Sisi Kekerasan dalam Masyarakat


Akumulasi dari rasa tindak percaya, apatis, tekanan
hidup, kemiskinan yang tidak berujung, jurang
perbedaan kaya dan miskin yang sangat dalam,
serta upaya menyelamatkan diri sendiri
menimbulkan efek yang sangat merusak yaitu
kekerasan.

g. Dampak Masif Korupsi terhadap Kerusakan Lingkungan

1) Menurunnya Kualitas Lingkungan


Akibat yang dihasilkan oleh perusakan alam ini
sangat merugikan khususnya bagi kualitas
lingkungan itu sendiri. Dari kasus illegal loging saja
disinyalir kerugian Negara yang terjadi sampai 30-42
triliun rupiah per tahun. Belum lagi kerusakan
lingkungan ini akan menciptakan bencana yang
sebenarnya dibuat oleh manusia, seperti banjir,
banjir bandang, kerusakan tanah, kekeringan,
kelangkaan air dan menurunnya kualitas air dan
udara, tingginya pencemaran di perairan sungai
dan laut sehingga sangat beracun dan sebagainya.

22

-279-
2) Menurunnya Kualitas Hidup
Kerusakan hutan hujan tropis akan mengurangi
persediaan oksigen bukan hanya untuk wilayah
tersebut namun juga oksigen untuk bumi secara
keseluruhan. Berkurangnya kualitas udara tentunya
juga akan berakibat pada menurunnya kualitas
kesehatan manusia yang menghirupnya.
Kerusakan yang terjadi di perairan seperti
pencemaran sungai dan laut, juga mengakibatkan
menurunnya kualitas hidup manusia.

2. Kerugian Negara Akibat Korupsi di Indonesia

Tindakan korupsi merupakan tindakan yang sangat


merugikan negara. Korupsi mengakibatkan melambatnya
pertumbuhan ekonomi suatu negara, menurunnya
investasi, meningkatnya kemiskinan, serta meningkatnya
ketimpangan pendapatan. Bahkan korupsi juga dapat
menurunkan tingkat kebahagiaan masyarakat di suatu
negara.

Di Indonesia, korupsi berkorelasi negative signifikan dengan


tingkat pertumbuhan ekonomi, investasi, tingkat belanja
kesehatan publik dan pendapatan perkapita. Korupsi di
Indonesia juga berkorelasi positif signifikan terhadap
kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Maka dari itu
perlu mengidentifikasi kerugian negara yang ditimbulkan
akibat korupsi.

Berdasarkan sumber data putusan MA, Kerugian Negara


menurut pekerjaan terpidana korupsi sebagai berikut:
KERUGIAN NEGARA
TERPIDANA PRESENTASE
NO UNSUR (T) HARGA KONSTAN
KORUPSI (5 %)
2015
1 PNS 1.115 26,9 13,22
2 BUMN/D 149 8,7 4,27

23

-280-
3 Lembaga 62 81,8 40,14
Independen
4 Legislatif 480 2,0 0,97
5 Kepala Daerah 75 1,8 0,88
6 Swasta/Lainnya 670 82,6 40,53
TOTAL 2.551 203,9 100%

3. Kerugian Negara vs Hukuman Koruptor

Terpidana korupsi memperoleh sanksi berupa penjara dan


sanksi berupa hukuman finansial, yaitu hukuman yang
diberikan kepada terpidana korupsi berupa uang yang
harus dikembalikan ke negara karena sebuah tindakan
korupsi. Hukuman finansial adalah gabungan nilai
hukuman denda, hukuman pengganti, dan perampasan
barang bukti (aset).
Dalam perhitungan jumlah hukuman finansial yang
dikenakan, asset nonmoneter tidak dimasukan dalam
analisis karena tidak terdapat nilai taksiran dari asset
tersebut di putusan pengadilan.

24

-281-
Biaya Sosial Korupsi
Kasus dan masalah korupsi di Indonesia juga masih
belum kunjung selesai. Sebagian besar uang rakyat
yang dikorupsi tetap dinikmati koruptor meskipun
koruptor telah dijatuhi hukuman. Ini menunjukan bahwa

25

-282-
rakyat telah mensubsidi koruptor. Karena nilai hukuman
finansial yang jauh lebih rendah dari nilai yan dikorupsi
menyebabkan uang yang dikorupsi tidak kembali
sepenuhnya kepada negara. Kerugian Negara akibat
korupsi hanya dikembalikan sebesar 10,57% dalam
bentuk hukuman finansial terhadap terpidana korupsi.
Bentuk hukuman ini tidak akan memberikan efek jera
kepada koruptor di Indonesia.
Efek jera yang optimum bagi pelaku kejahatan
(koruptor) adalah dengan memperbesar expected
cost dari koruptor. Idealnya, hukuman finansial yang
diberikan kepada koruptor memperhitungkan biaya
sosial korupsi dengan mempertimbangkan dampak
sosial korupsi.

4. Hubungan antara Dampak Korupsi dan Biaya Sosial


Korupsi
Pelayanan publik tak kunjung membaik. Pelayanan
kesehatan mahal dan banyak lagi contoh buruk akibat
kejahatan koruptor. Dampak korupsi merupakan mis-
alokasi sumber daya sehingga perekonomian tidak
dapat berkembang optimum. Dampak korupsi
terhadap berbagai bidang kehidupan masyarakat
menimbulkan biaya yang disebut sebagai biaya sosial
korupsi.

Konsep Biaya Sosial Korupsi


Biaya sosial kejahatan dihitung dari tiga hal yaitu biaya
antisipasi kejahatan, biaya akibat kejahatan dan biaya
reaksi terhadap kejahatan (Brand and Price, 2000).
Maka, nilai kerugian keuangan negara merupakan
biaya sosial ekspisit dalam hal ini adalah biaya akibat
korupsi.

Biaya sosial akibat korupsi antara lain:


a. Biaya Penegakan Hukum
26

-283-
b. Pencegahan Korupsi
c. Biaya Penahanan dan Biaya Penjara
d. Biaya Pengadilan serta Biaya Jaksa.

Skema Biaya Sosial Korupsi

Dampak Korupsi :
1. Negara korup harus membayar biaya hutang yang
lebih besar (Depken and Lafountan, 2006)
2. Harga infrastruktur lebih tinggi (Golden and Picci, 2005)
3. Tingkat korupsi yang tinggi meningkatkan
ketimpangan pendapatan dan kemiskinan (Gupta,
avoodi, and Alonso-Terme, 2002)
4. Korupsi menurunkan investasi (Paolo Mauro, 1995) dan
karenanya menurunkan pertumbuhan ekonomi
5. Persepsi korupsi memiliki dampak yang kuat dan
negatif terhadap arus investasi asing (Shang, ADB)
6. Negara-negara yang dianggap memiliki tingkat
korupsi yang relatif rendah selalu menarik investasi
lebih banyak dari pada negara rentan korupsi
(Campos dan Pradhan, ADB)
27

-284-
Namun, perlu diketahui bahwa mulai 2014, KPK melakukan
kajian yang lebih mendalam tentang dampak yang
ditimbulkan oleh korupsi sehingga sekarang kalau membahas
tentang dampak korupsi, dikenal istilah Social Cost Corruption
atau Biaya Sosial Korupsi. Nah berbicara tentang Biaya Sosial
Korupsi, maka kita akan membahas mengenai:
• Kerugian Keuangan Negara Akibat Korupsi di Indonesia
• Perbandingan antara Kerugian Keuangan Negara dengan
Hukuman finansial Koruptor
• Hubungan antara Dampak Korupsi dan Biaya Sosial Korupsi
• Konsep Dasar Biaya Sosial Korupsi
• Ilustrasi Seandainya Uang yang Dikorupsi Digunakan untuk
Pembangunan

Korupsi sangat berpengaruh buruk terhadap pembangunan


dan kesejahteraan masyarakat. Korupsi berdampak
menghancurkan tatanan bidang kehidupan masyarakat,
berbangsa dan bernegara, mulai dari bidang sosial budaya,
ekonomi serta psikologi masyarakat. Negara yang sangat
kaya, banyak sumber kekayaan alamnya, namun jika
penguasanya korup dimana sumber kekayaan yang dijual
kepada pihak asing, harga-harga barang pokok semakin
membumbung tinggi bahkan terkadang langka diperedaran
atau di pasaran karena ditimbun dan dimonopoli. Akibatnya
banyaknya terjadi kemiskinan dan kematian di sana-sini.

Contoh lain adanya bantuan-bantuan yang diselewengkan,


dicuri oleh orang-orang korup sehingga tidak sampai kepada
sasarannya. Ini sangat memprihatinkan sehingga masyarakat
semakin sinis terhadap ketidakpedulian pemerintah, yang
akhirnya membawa efek yang sangat luas kepada sendi-
sendi kehidupan hingga munculnya ketidak percayaan
kepada pemerintah.

28

-285-
Materi Pokok 3: Cara Berpikir Kritis terhadap Masalah
Korupsi

1. Pengertian Korupsi
Secara etimologis, Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin
“corruptio” (Fockema Andrea: 1951) atau “corruptus”
(Webster Student Dictionary: 1960). Kata “corruptio”
berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang
lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal
istilah “corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis)
dan “corruptie/ korruptie” (Belanda). Secara harfiah
korupsi mengandung arti: kebusukan, keburukan,
ketidakjujuran, dapat disuap. Kamus Umum Bahasa
Indonesia karangan Poerwadarminta “korupsi” diartikan
sebagai: “perbuatan yang buruk seperti: penggelapan
uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya”.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia


“korupsi” diartikan sebagai penyelewengan atau
penyalahgunaan uang Negara (perusahaan) untuk
keuntungan pribadi atau orang lain.

Menurut UU No. 31 tahun 1999 tentang pemberantasan


Tindak Pidana Korupsi yang dimaksud dengan Korupsi
adalah Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum,
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri,
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara

Perilaku korupsi dapat digambarkan sebagai tindakan


tunggal yang secara rasional bisa dikategorikan sebagai
korupsi. Euben (1989) menggambarkan korupsi sebagai
tindakan tunggal dengan asumsi setiap orang merupakan
29

-286-
individu egois yang hanya peduli pada kepentingannya
sendiri. Asumsi tersebut sejalan dengan karyanya
Leviathan bahwa manusia satu berbahaya bagi manusia
lainnya, namun setiap manusia dapat mengamankan
keberadaan dan memenuhi kepentingan dirinya melalui
kesepakatan bersama sehingga menjadi legitimasi dari
hasil kesepakatan bersama (standar) demi kepentingan
seluruh individu/publik.

2. Faktor Penyebab Korupsi


Pada dasarnya sebab manusia terdorong untuk
melakukan korupsi antara lain:
a. Faktor Individu
1) Sifat tamak,
Korupsi, bukan kejahatan biasa dari mereka yang
membutuhkan makan, tetapi kejahatan profesional
orang yang sudah berkecukupan yang berhasrat
besar untuk memperkaya diri dengan sifat rakus atau
serakah.

2) Moral yang lemah menghadapi godaan.


Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung
mudah tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan
itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat,
bawahannya, atau pihak yang lain yang memberi
kesempatan korupsi.

3) Gaya hidup konsumtif.


Perilaku konsumtif menjadi masalahh besar, apabila
tidak diimbangi dengan pendapatan yang
memadai sehingga membuka peluang untuk
menghalalkan berbagai tindakan korupsi untuk
memenuhi hajatnya.

30

-287-
b. Faktor Lingkungan
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan
lingkungan. Lingkungan kerja yang korup akan
memarjinalkan orang yang baik, ketahanan mental
dan harga diri adalah aspek yang menjadi pertaruhan.
Faktor lingkungan pemicu perilaku korup yang
disebabkan oleh faktor di luar diri pelaku, yaitu:
1) Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
Sikap masyarakat yang berpotensi menyuburkan
tindak korupsi diantaranya:
a) Masyarakat menghargai seseorang karena
kekayaan yang dimilikinya dibarengi dengan
sikap tidak kritis dari mana kekayaan itu
didapatkan.
b) Masyarakat kurang menyadari bahwa korban
utama korupsi. Anggapan umum, korban korupsi
adalah kerugian negara. Padahal bila Negara
merugi, esensinya yang paling rugi adalah
masyarakat juga, karena proses anggaran
pembangunan bisa berkurang sebagai akibat
dari perbuatan korupsi.
c) Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat
korupsi. Setiap perbuatan korupsi pasti
melibatkan anggota masyarakat. Bahkan
seringkali masyarakat sudah terbiasa terlibat
pada kegiatan korupsi sehari-hari dengan cara-
cara terbuka namun tidak disadari.
d) Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi
akan bisa dicegah dan diberantas dengan peran
aktif masyarakat. Pada umumnya
berpandangan bahwa masalah korupsi adalah
tanggung jawab pemerintah semata.

2) Aspek ekonomi, dimana pendapatan tidak


mencukupi kebutuhan. Dalam rentang kehidupan
ada kemungkinan seseorang mengalami situasi
31

-288-
terdesak dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu
membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil
jalan pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.

3) Aspek Politis. Instabilitas politik, kepentingan politis,


meraih dan mempertahankan kekuasaan sangat
potensi menyebabkan perilaku korupsi

4) Aspek Organisasi
a) Sikap keteladanan pimpinan mempunyai
pengaruh penting bagi bawahannya, misalnya
pimpinan berbuat korupsi, maka kemungkinan
besar bawahnya akan mengambil kesempatan
yang sama dengan atasannya.
b) Kultur organisasi punya pengaruh kuat terhadap
anggotanya. Apabila kultur organisasi tidak
dikelola dengan baik, akan menimbulkan
berbagai situasi tidak kondusif dan membuka
peluang terjadinya korupsi.
c) Kurang memadainya sistem akuntabilitas Institusi,
belum dirumuskan visi dan misi dengan jelas, dan
belum dirumuskan tujuan dan sasaran yang harus
dicapai berakibat instansi tersebut sulit dilakukan
penilaian keberhasilan mencapai sasaranya.
Akibat lebih lanjut adalah kurangnya perhatian
pada efisiensi penggunaan sumber daya yang
dimiliki. Keadaan ini memunculkan situasi
organisasi yang kondusif untuk praktik korupsi.
d) Kelemahan sistim pengendalian dan
pengawasan baik pengawasan internal
(pengawasan fungsional dan pengawasan
langsung oleh pimpinan) dan pengawasan
bersifat eksternal (pengawasan dari legislatif dan
masyarakat) membuka peluang terjadinya
tindak korupsi.

32

-289-
Perilaku korupsi pada konteks birokrasi dapat
disimpulkan dan digeneralisasi, bahwa tingginya kasus
korupsi dapat dilihat berdasarkan beberapa persoalan,
yaitu:
1) keteladanan pemimpin dan elite bangsa,
2) kesejahteraan Pegawai,
3) komitmen dan konsistensi penegakan hukum,
4) integritas dan profesionalisme,
5) mekanisme pengawasan yang internal dan
independen,
6) kondisi lingkungan kerja, kewenangan tugas
jabatan, dan
7) upaya-upaya pelemahan lembaga antikorupsi.

3. Jenis Tindak Pidana Korupsi


Berikut ini adalah jenis tindak pidana korupsi dan setiap
bentuk tindakan korupsi diancam dengan sanksi
sebagaimana diatur di dalam UU No. 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan UU No.
20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Ada
30 bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang dikelompokkan
menjadi 7 kelompok sebagai berikut:
a. Kerugian Keuangan Negara (Pasal 2 (1) : 3
Melawan hukum, memperkaya diri orang/ badan lain
yang merugikan keuangan/ perekonomian negara

Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan/


kedudukan yang dapat merugikan keuangan/
kedudukan yang dapat merugikan keuangan/
perekonomian Negara (Pasal 3)

Tindakan melawan hukum untuk memperkaya diri


sendiri atau menyalahgunakan kewenangan untuk
menguntungkan diri sendiri dan dapat merugikan
keuangan Negara.
33

-290-
Kata “dapat” sebelum frasa merugikan keuangan atau
perekonomian Negara menunjukkan suatu tindakan
otomatis dapat dianggap merugikan keuangan
Negara apabila tindakan tersebut berpotensi
menimbulkan kerugian Negara. Adanya tindak pidana
korupsi cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur
perbuatan yang sudah dirumuskan bukan dengan
timbulnya akibat.

b. Suap Menyuap (Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 11)


Delik pemberian sesuatu/Janji kepada Pegawai
Negeri/Penyelenggara Negara (Ps 5 (1) a,b; Ps 13; Ps
5(2); Ps 12 a,b;Ps 11; Ps 6(1) a, b; Ps 6 (2); Ps 12 c,d)
Upaya suap-menyuap kepada pejabat penyelenggara
Negara karena jabatannya terkait kewenangan yang
sedang diembannya.

c. Penggelapan dalam jabatan (Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal


10 a, b, c)
Pejabat Penyelenggara Negara melakukan
penggelapa uang, memalsukan dokumen
pemeriksaan administrasi, membantu membiarkan
atau diri sendiri merusak bukti.

d. Pemerasan dalam jabatan (Pasal 12 e, f, g)


Berdasarkan pasal 12 huruf e UU No 31 tahun 1999 jo, UU
no.20 tahun 2001 pemerasan adalah
tindakan/perbuatan yang dilakukan oleh pegawai
negeri atau penyelenggara Negara yang dengan
maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang
memberikan sesuatu, membayar atau menerima
pembayaran dengan potongan atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.

34

-291-
e. Perbuatan Curang, (Pasal 7 (1) huruf a, b, c, d: Ps 7 (2);
Ps 12 huruf h)
Tindakan curang oleh pemborongan Ahli Bangunan,
Pengawas Proyek, Rekanan TNI/Polri yang merugikan
Negara serta pejabat penyelenggara Negara
menyerobot tanah.

f. Gratifikasi (Pasal 12B jo Pasal 12C)


Pejabat Penyelenggara Negara menerima gratifikasi
terkait jabatannya dan berlawanan dengan
kewajibannya serta tidak melaporkan kepada KPK
dalam waktu 30 hari sejak gratifikasi diterima.

Gratifikasi didefinisikan sebagai pemberian dalam arti


luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat
atau diskon, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket
perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.

Bentuk Gratifikasi ada 2 yaitu:


1) Gratifikasi positif adalah pemberian hadiah
dilakukan dengan niat yang tulus dari seseorang
kepada orang lain tanpa pamrih artinya pemberian
dalam bentuk “tanda kasih” tanpa mengharapkan
balasan apapun.
2) Gratifikasi negatif adalah pemberian hadiah
dilakukan dengan tujuan pamrih, pemberian jenis
ini yang telah membudaya dikalangan birokrat
maupun pengusaha karena adanya interaksi
kepentingan.

Dengan demikian secara perspektif gratifikasi tidak


selalu m empunyai arti jelek, namun harus dilihat dari
kepentingan gratifikasi. Akan tetapi dalam praktik
seseorang memberikan sesuatu tidak mungkin dapat
dihindari tanpa adanya pamrih.
35

-292-
Dalam Pasal 12 B UU No 20 Tahun 2001 dinyatakan
bahwa “Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri
atau penyelenggara negara dianggap pemberian
suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan
yang berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya”. Apabila seorang pegawai negeri atau
penyelenggara negara menerima suatu pemberian,
maka ia mempunyai kewajiban untuk melaporkan
kepada KPK sebagaimana diatur dalam Pasal 12 C UU
No 20 Tahun 2001, yaitu:
1) Ketentuan pada Pasal 12 B ayat (1) mengenai
gratifikasi dianggap sebagai pemberian suap dan
tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi
yang diterimanya kepada KPK;
2) Laporan penerima gratifikasi paling lambat 30
(tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal
gratifikasi diterima;
3) Dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak tanggal penerimaan laporan, KPK wajib
menetapkan gratifikasi dapat menjadi milik
penerima atau milik negara;
4) Tata cara penyampaian laporan dan penentuan
status gratifikasi diatur menurut Undang-undang
tentang KPK.

Contoh pemberian yang dapat digolongkan sebagai


gratifikasi, antara lain:
1) Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan
terima kasih karena telah dibantu;
2) Hadiah atau sumbangan dari rekanan yang
diterima pejabat pada saat perkawinan anaknya;
3) Pemberian tiket perjalanan kepada
pejabat/pegawai negeri atau keluarganya untuk
keperluan pribadi secara cuma-cuma;
4) Pemberian potongan harga khusus bagi
36

-293-
pejabat/pegawai negeri untuk pembelian barang
atau jasa dari rekanan;
5) Pemberian biaya atau ongkos naik haji dari
rekanan kepada pejabat/pegawai negeri;
6) Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-
acara pribadi lainnya dari rekanan;
7) Pemberian hadiah atau souvenir kepada
pejabat/pegawai negeri pada saat kunjungan
kerja;
8) Pemberian hadiah atau parsel kepada
pejabat/pegawai negeri pada saat hari raya
keagamaan, oleh rekanan atau bawahannya;
9) Pembiayaan kunjungan kerja lembaga legislatif,
karena hal ini dapat memengaruhi legislasi dan
implementasinya oleh eksekutif;
10) Cideramata bagi guru (PNS) setelah pembagian
rapor/kelulusan;
11) Pungutan liar di jalan raya dan tidak disertai
tanda bukti dengan tujuan sumbangan tidak
jelas, oknum yang terlibat bisa jadi dari petugas
kepolisian (polisi lalu lintas), retribusi (dinas
pendapatan daerah), LLAJR dan masyarakat
(preman). Apabila kasus ini terjadi KPK
menyarankan agar laporan dipublikasikan oleh
media massa dan dilakukan penindakan tegas
terhadap pelaku;
12) Penyediaan biaya tambahan (fee) 10-20 persen
dari nilai proyek.
13) Uang retribusi untuk masuk pelabuhan tanpa tiket
yang dilakukan oleh Instansi Pelabuhan, Dinas
Perhubungan, dan Dinas Pendapatan Daerah;
14) Parsel ponsel canggih keluaran terbaru dari
pengusaha ke pejabat;
15) Perjalanan wisata bagi bupati menjelang akhir
jabatan;
16) Pembangunan tempat ibadah di kantor
37

-294-
pemerintah (karena biasanya sudah tersedia
anggaran untuk pembangunan tempat ibadah
dimana anggaran tersebut harus dipergunakan
sesuai dengan pos anggaran dan keperluan
tambahan dana dapat menggunakan kotak
amal);
17) Hadiah pernikahan untuk keluarga PNS yang
melewati batas kewajaran;
18) Pengurusan KTP/SIM/Paspor yang “dipercepat”
dengan uang tambahan;
19) Mensponsori konferensi internasional tanpa
menyebutkan biaya perjalanan yang transparan
dan kegunaannya, adanya penerimaan ganda,
dengan jumlah tidak masuk akal;
20) Pengurusan izin yang dipersulit.

Dengan demikian pemberian yang dapat


dikategorikan sebagai gratifikasi adalah pemberian
atau janji yang mempunyai kaitan dengan hubungan
kerja atau kedinasan dan/atau semata-mata karena
keterkaitan dengan jabatan atau kedudukan pejabat/
pegawai negeri dengan si pemberi.

Dalam hal Pegawai Negeri Penyelenggara Negara


tidak dapat menolak pemberian gratifikasl karena
kondisi tertentu seperti;
1) Gratifikasi tidak diterima secara langsung.
2) Tidak diketahuinya pemberi gratifikasi.
3) Penerima ragu dengan kualifikasi gratifikasi dan
4) Adanya kondisi tertentu yang tidak mungkin
ditolak, seperti: dapat mengakibatkan rusaknya
hubungan baik institusi, membahayakan diri
sendiri/karir penerima/ada ancaman lain, rnaka
untuk menghindari ancaman pidana, Pegawai
Negeri/Penyelenggara Negara wajib melaporkan
kepada KPK paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
38

-295-
sejak tanggal penerimaan gratifikasi tersebut atau
melalui Unit Pengendalian Gratifikasi Instansi paling
lambat 7 (tujuh) hari kerja yang kemudian diteruskan
ke KPK;
5) Laporan gratifikasi disampaikan dengan
menggunakan formullr laporan gratifikasi yang
dltetapkan oleh Komlsl Pemberantasan Korupsi dan
melampirkan dokumen terkait;
6) Dalam hal gratifikasi berbentuk barang, KPK dapat
meminta penerima gratifikasi untuk menyerahkan
uang sebagai kempensasi atas barang yang
diterimanya sebesar nilai yang tercantum dalam
Keputusan Pimpinan KPK tentang Penetapan Status
Kepemilikan Gratifikasi;

Berdasarkan Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi


Nomor 02 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaporan dan
Penetapan Status Gratifikasi sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan KPK Nemor 06 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Peraturan KPK Nomor 02 Tahun 2014
tentang Pedoman Pelaporan dan Penetapan Status
Gratifikasi, Pasal 16 disebutkan bahwa "Pedoman terkait
implementasi kewajiban pelaporan Gratifikasi diatur
dalam Pedoman Pengendalian Gratifikasi yang
diterbitkan oleh KPK".

Terdapat bentuk penerimaan gratifikasi yang tidak


wajib dllaporkan (pengecualian dan batasan), meliputi:
1) Pemberian karena hubungan keluarga yaitu
kakek/nenek/ bapak/ibu/mertua, suami/istri,
anak/menantu, cucu, besan, paman/bibi,
kakak/adik/ipar, sepupu dan keponakan,
sepanjang tidak memiliki konflik kepentingan;
2) Hadiah (tanda kasih) dalam bentuk uang atau
barang yang memiliki nilal jual dalam
penyelenggaraan pesta pernikahan, kelahiran,
39

-296-
aqiqah, baptis, khitanan, potong gigi, atau upacara
adat/agama lainnya dengan batasan nilai per
pemberi dalam setiap acara paling banyak
Rp1.000.000,00(satu juta rupiah);
3) Pemberian terkait dengan Musibah atau Bencana
yang dialami oleh penerima, Bapak/ibu/mertua,
suami/istri, atau anak penerima gratifikasi paling
banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per
pemberian per orang. Penjelasan: Butir 3 ini
merupakan ketentuan kewajiban pelaporan. Untuk
pemberian terkait dengan musibah/bencana yang
jumlahnya melebihi Rp1.000.000,00 dan tidak
memiliki konflik kepentingan dapat ditetapkan
menjadi milik penerima;
4) Pemberian sesama pegawai dalam rangka pisah
sambut, pensiun, promosi jabatan, dan ulang tahun
yang tidak dalam bentuk uang atau tidak berbentuk
setara uang yang paling banyak Rp300.000,00 (tiga
ratus ribu rupiah) per pemberian per orang dengan
total pemberian Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)
dalam 1 (satu) tahun dari pemberi yang sama;
5) Pemberian sesama rekah kerja tidak dalam bentuk
uang atau tidak berbentuk setara uang (cek, bilyet
giro, saham, deposito, voucher, pulsa, dan lain-lain)
paling banyak Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah)
per pemberian per orang dengan total pemberian
maksimal Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dalam 1
(satu) tahun dari pemberi yang sama;
6) Hidangah atau sajian yang berlaku umum;
7) Prestasi akademis atau non akademis yang diikuti
dengan menggunakan biaya sendiri seperti
kejuaraan, perlombaan atau kompetlsl tidak terkait
kedinasan;
8) Keuntungan atau bunga dari penempatan dana,
investasi atau kepemilikan saham pribadi yang
berlaku umum;
40

-297-
9) Manfaat bagi seluruh peserta koperasi pegawai
berdasarkan keanggotaan koperasi pegawai negeri
yang berlaku umum;
10)Seminar kit yang berbentuk seperangkat modul dan
alat tulis serta sertiflkat yang diperoleh dari kegiatan
resrni kedinasan seperti rapat, seminar, werkshop,
konferensi, pelatihan, atau kegiatan lain sejenis yang
berlaku umum.
Penjelasan: Butir 10) ini termasuk bentuk-bentuk
perangkat promosi lembaga berlogo instansi yang
berbiaya rendah dan berlaku umum, antara lain:
pin, kalender, mug, payung, kaos dan topi;
11)Penerimaan hadiah atau tunjangan baik berupa
uang atau barang yang ada kaitannya dengan
peningkatan prestasi kerja yang diberikan oleh
pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; atau
12)Diperoleh dari kompensasi atas profesi diluar
kedinasan, yang tidak terkait dengan tupoksi dari
pejabatipegawai, tidak memiliki konflik kepentingan
dan tidak melanggar aturan internal instansi
penerima gratifikasi;

Peraturan internal terkait gratifikasi dapat lebih ketat


mengatur batasan gratifikasi, namun tidak dapat lebih
longgar dibandingkan peraturan KPK;
1) Terhadap penerimaan gratifikasi berupa hadiah
langsung/undian, diskon/rabat, voucher, atau point
rewards, atau suvenir yang berlaku umum sesuai
kewajaran dan kepatutan, tidak memiliki konflik
kepentingan dan tidak terkait kedinasan, tldak wajib
dllaporkan kepada KPK;
2) Terhadap penerimaan gratifikasi berupa honorarium
baik dalam bentuk uang/setara uang sebagai
kompensasi pelaksanaan tugas sebagai pembicara,
narasumber, konsultan, dan fungsi serupa lainnya
41

-298-
berdasarkan penunjukkan atau penugasan resmi
dapat diterima oleh Pegawai
Negeri/Penyelenggara Negara sepanjang tidak ada
pembiayaan ganda, tidak dilarang atau
bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan atau ketentuan yang berlaku.
Penerimaan tersebut dilaporkan kepada instansi
penerima sebagai fungsi kontrol untuk memutus
potensi teriadinya praktik korupsi investif (Investive
Corruption) dari pihak pemberi;
3) Terhadap penerimaan gratifikasi berupa barang
yang mudah busuk atau rusak dalam batasan
kewajaran dapat disalurkan langsung ke panti
asuhan, panti jompo, pihak-pihak yang
membutuhkan atau tempat penyaluran bantuan
sosial lainnya dan dilaporkan kepada
masing-masing instansi disertai penjelasan taksiran
harga dan dokumentasi penyerahannya.
Selanjutnya instansi melaporkan rekapitulasi
penerimaan tersebut kepada KPK;
4) Terhadap barang gratifikasi yang direkomendasikan
untuk dikelola instansi maka dapat dilakukan
beberapa hal sebagai berikut:
a) Ditempatkan sebagai barang display instansi;
b) Digunakan untuk kegiatan operasional instansi;
c) Disalurkan kepada pihak yang membutuhkan
antara lain, panti asuhan, panti jompo, atau
tempat penyaluran bantuan sosiallainnya; atau
d) Diserahkan kepada pegawai yang menerima
gratifikasi untuk dimanfaatkan sebagai
penunjang kinerja.
5) Keberhasilan Program Pengendalian Gratifikasi
dapat diukur melalui ketersediaan unit atau fungsi
pengendalian gratifikasi, peraturan pengendalian
gratifikasi intemal dan Implementasi yang efektif
antara lain berupa kepatuhan terhadap aturan
42

-299-
gratifikasi adanya pelaksanaan kegiatan sosialisasi
dan diseminasi pesan anti korupsi secara
berkesinambungan yang berdampak positif kepada
masyarakatlpemangku kepentingan;
6) Informasi lebih lanjut tentang gratifikasi dan
mekanisme pelaporan atas penerimaan gratifikasi
dapat diakses/diunduh melalui
www.kpk.go.id/gratifikasi https:/Igol.kpk.go.id/
pelaporan.gratifikasi@kpk.go.id dan aplikasi Gratis 2
Go melalui App Store dan Google Play dengan
memasukan keywords "Gratifikasi KPK", atau
menghubungi Direktorat Gratiflkasi pada nomor
telepon (021) 255-78440/255-78448/0855-88-45678.

Gratifikasi
Dasar hukum gratifikasi adalah; a. Pasal 12 dan Pasal 13
UU No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi; b. Pasal 12 B dan Pasal 12 C UU No. 20
tahun 2001 tentang Perubahan atau UU No. 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan c.
Pasal 16, Pasal 17, dan Pasal 18 UU No. 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Menurut penjelasan Pasal 12B UU No. 20 tahun 2001
tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, "gratifikasi" dalam
ayat ini adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi
pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi,
pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-
cuma, dan fasilitas lainnya.
Gratifikasi tersebut, baik yang diterima di dalam maupun di
luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan
sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.

Menerima gratifikasi tidak diperbolehkan karena akan


mempengaruhi setiap keputusan yang dikeluarkan oleh
43

-300-
pejabat yang mendapatkannya, sehingga hanya akan
menguntungkan orang yang memberikannya dan
melanggar hak orang lain.

Selain itu juga akan menyebabkan seorang pejabat


melakukan sesuatu yang melampaui kewenangannya
atau tidak melakukan sesuatu yang merupakan
kewajibannya dalam melayani masyarakat.

Cara yang harus dilakukan untuk menghindar dari


ancaman hukuman akibat menerima gratifikasi adalah;
a. Melaporkan setiap pemberian yang diterima kepada
Komisi Pemberantasan Korupsi; b. Tidak menerima
semua pemberian yang dilakukan oleh orang yang
patut diduga akan mendapatkan keuntungan, akibat
kedekatannya dengan seorang pejabat; c. Tidak
menerima semua pemberian yang berkaitan dengan
jabatan yang sedang diembannya.
Kita harus melaporkan penerimaan gratifikasi kepada:
a. Pimpinan instansi tempat kita bekerja;
b. Komisi Pemberantasan Korupsi.

Perbedaan gratifikasi dengan suap


Suap dalam Pasal 3 Undang-undang No. 3 Tahun 1980
diartikan: “menerima
sesuatu atau janji, sedangkan ia mengetahui atau patut
dapat menduga bahwa pemberian sesuatu atau janji
dimaksudkan supaya ia berbuat sesuatu atau tidak
berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan
dengan kewenangan atau kewajibannya yang
menyangkut kepentingan umum.”
Gratifikasi diartikan sebagai pemberian dalam arti luas dan
tidak termasuk “janji”.

44

-301-
4. Evaluasi Hasil Belajar
a) Apa yang dimaksud dengan Korupsi menurut UU no. 31
tahun 1999?
b) Sebutkan beberapa faktor penyebab korupsi
c) Ada 30 bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang
dirumuskan dalam 13 pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999
jo UU No. 20 Tahun 2001 yang dikelompokan menjadi 7
kelompok. Sebutkan 7 Tindak pidana korupsi tersebut.

5. Rangkuman dan Kesimpulan


a. Menurut UU No. 31 tahun 1999 tentang pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang dimaksud dengan Korupsi
adalah Setiap orang yang dikategorikan melawan
hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri,
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara
b. Pada dasarnya manusia terdorong untuk melakukan
korupsi dipengaruhi beberapa faktor yaitu:
1) Faktor individu yaitu sifat tamak, moral yang lemah
menghadapi godaan, gaya hidup konsumtif.
2) Faktor Lingkungan yaitu aspek sikap masyarakat
terhadap korupsi, aspek ekonomi, aspek politis,
aspek organisasi,
c. Ada 30 bentuk/jenis tindak pidana korupsi diatur di
dalam UU No. 31 Tahun 1999 dan UU No. 20 Tahun 2001.
Kemudian ketidapuluh bentuk/jenis tindak pidana
korupsi dikelompokan menjadi 7 kelompok yaitu
Kerugian Keuangan Negara, Penyuapan, Penggelapan
dalam jabatan, Pemerasan dalam jabatan, Perbuatan
Curang dan Gratifikasi.

45

-302-
Materi Pokok 4: Sikap Anti Korupsi

Sikap antikorupsi merupakan istilah lain dari Integritas, perilaku


antikorupsi, karakter, atau akhlak. Mengapa? Karena
berbicara tentang sikap, Integritas, perilaku, karakter, atau
akhlak, maka kita berbicara mengenai kejujuran,
kesederhanaan, kedisiplinan, kemandirian, dan
sikap/perilaku/karakter/akhlak baik lainnya.

Mengingat fenomena korupsi telah memasuki zone Kejadian


Luar Biasa (KLB), maka pendekatan pemberantasan korupsi
dipilih cara-cara yang luar biasa (extra ordinary approach)
dan tepat sasaran. Oleh karena itu, kita wajib berpartisipasi
dengan menunjukan sikap antikorupsi. Tindakan membangun
sikap antikorupsi sederhana, misalnya dengan cara:
 Bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari dan
mengajak orang-orang di lingkungan sekitar untuk
bersikap jujur, menghindari perilaku korupsi, contoh:
tidak membayar uang lebih ketika mengurus dokumen
administrasi seperti KTP, kartu sehat, tidak membeli SIM,
dsb.
 Menghindari perilaku yang merugikan kepentingan
orang banyak atau melanggar hak orang lain dari hal-
hal yang kecil, contoh: tertib lalu lintas, kebiasaan
mengantri, tidak buang sampah sembarangan, dsb.
 Menghindari konflik kepentingan dalam hubungan
kerja, hubungan bisnis maupun hubungan
bertetangga;
 Melaporkan pada penegak hukum apabila menjadi
korban perbuatan korupsi. contoh: diperas oleh
petugas, menerima pemberian/hadiah dari orang
yang tidak dikenal atau diduga memiliki konflik
kepentingan, dsb.

46

-303-
1. Nilai – nilai anti korupsi
Korupsi terjadi ketika tidak ada nilai-nilai antikorupsi yang
kuat ditanamkan dalam diri. Melalui pembiasaan dan
pengembangan nilai-nilai antikorupsi diharapkan memiliki
kendali diri terhadap pengaruh buruk lingkungan. Hal ini
akan menghindarkan diri dari praktik-praktik korupsi.

Ada 3 aspek dalam nilai-nilai anti korupsi yaitu:


a. Inti (Jujur, Disiplin, Tanggung Jawab)
b. Etos Kerja (Kerja Keras, Mandiri, Sederhana)
c. Sikap (Adil, Berani, Peduli)

a. Inti
1) Jujur
Sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan
antara pengetahuan, perkataan dan perbuatan.
Jujur berarti mengetahui apa yang benar,
mengatakan dan melakukan yang benar. Orang
yang jujur adalah orang yang dapat dipercaya, lurus
hati, tidak berbohong dan tidak melakukan
kecurangan.

2) Disiplin
Kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap
segala bentuk peraturan atau tata tertib yang
berlaku. Disiplin berarti patuh pada aturan.

3) Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan
dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa,
negara maupun agama.
b. Etos Kerja
1) Kerja Keras
Sungguh-sungguh berusaha ketika menyelesaikan
berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan dan lain-
47

-304-
lain dengan sebaik-baiknya. Kerja keras berarti
pantang menyerah, terus berjuang dan berusaha.

2) Mandiri
Dapat berdiri sendiri. Mandiri berarti tidak
bergantung pada orang lain. Mandiri juga berarti
kemampuan menyelesaikan, mencari dan
menemukan solusi dari masalah yang dihadapi.

3) Sederhana
Bersahaja. Sederhana berarti menggunakan sesuatu
secukupnya, tidak berlebih-lebihan.

c. Sikap
1) Adil
Berarti tidak berat sebelah, tidak memihak pada
salah satu. Adil juga berarti perlakuan yang sama
untuk semua tanpa membeda-bedakan
berdasarkan golongan atau kelas tertentu.

2) Berani
Hati yang mantap, rasa percaya diri yang besar
dalam menghadapi ancaman atau hal yang
dianggap sebagai bahaya dan kesulitan. Berani
berarti tidak takut atau gentar.

3) Peduli
Sikap dan tindakan memperhatikan dan
menghiraukan orang lain, masyarakat yang
membutuhkan dan lingkungan sekitar.

2. Integritas

Berdasarkan kamus kompetensi perilaku KPK, yang


dimaksud dengan integritas adalah bertindak secara
48

-305-
konsisten antara apa yang dikatakan dengan tingkah
lakunya sesuai nilai-nilai yang dianut (nilai-nilai dapat
berasal dari nilai kode etik di tempat dia bekerja, nilai
masyarakat atau nilai moral pribadi).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian


Integritas adalah mutu, sifat dan keadaan yang
menggambarkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki
potensi dan kemampuan memancarkan kewibawaan
dan kejujuran.

Orang yang Integral:


a. Memiliki Integritas Pribadi
b. Berkepribadian Utuh (setiap tindakan dan perilaku
merujuk pada nilai moral dan etika)
c. Satunya perkataan dan perbuatan
d. Patuh pada kode etik yang telah disepakati, tidak
melanggar sumpah jabatan
e. Tidak tergoda melakukan penyelewengan dengan
wewenang yang dimiliki:
1) Konsumerisme dan hedonism
2) Tata nilai dan ukuran moral masyarakat yang salah
3) Manusia terpukau dan terpedaya oleh uang dan
kekuasaan
4) Menjadi panutan

3. Indikator seseorang berintegritas


a. Mengakui pelanggaran atau kesalahan integritas yang
pernah dilakukan.
b. Memperbaiki pelanggaran atau kesalahan integritas
yang pernah dilakukan.
c. Mengingatkan orang lain karena tidak sesuai dengan
nilai-nilai dan norma yang diyakini.
d. Menegur orang lain karena melanggar nilai-nilai dan
norma yang diyakini.

49

-306-
e. Menyatakan kepada atasan karena melanggar nilai-
nilai dan norma yang diyakini
f. Menentang atasan karena menegur hal-hal yang tidak
benar
g. Menyampaikan kebenaran dalam situasi yang sulit
diceritakan
h. Menjelaskan kerugian-kerugian pribadi yang pernah
dialami akibat penyampaian kebenaran
i. Menguraikan tindakan-tindakan dalam mempraktikkan
atau mempertahankan kebenaran

4. Evaluasi Hasil Belajar

a. Nilai-nilai antikorupsi secara garis besar terbagi atas 3


aspek, sebutkan apa saja dan nilai-nilai yang masuk
dalam masing-masing aspek tersebut.
b. Apa yang dimaksud dengan Integritas dan sebutkan
ciri-ciri orang yang integral?
c. Ada beberapa indikator seseorang dikatakan
berintegritas, jelaskan.

5. Rangkuman

a. Ada 3 aspek dalam nilai-nilai anti korupsi yaitu Inti (Jujur,


Disiplin, Tanggung Jawab); Etos Kerja (Kerja Keras,
Mandiri, Sederhana); Sikap (Adil, Berani, Peduli)
b. Integritas adalah bertindak secara konsisten antara apa
yang dikatakan dengan tingkah lakunya sesuai nilai-
nilai yang dianut (nilai-nilai dapat berasal dari nilai kode
etik di tempat dia bekerja, nilai masyarakat atau nilai
moral pribadi).

50

-307-
7 Referensi

5
1. Materi E-learning Penyuluh Anti Korupsi ACLC KPK
https://aclc.kpk.go.id/
2. UU No 31 tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
3. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31
Tahun 1999

51

-308-
TIM PENYUSUN
Penasehat:
Dr Achmad Soebagjo Tancarino, MARS
(Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan)

Penangggungjawab:
Nusli Imansyah, SKM., M.Kes
(Kepala Bidang Pengembangan Pelatihan SDM Kesehatan)

Ketua:
Dewi Sukorini, SKM., M.Pd
(Kepala Sub Bidang Pengembangan Pelatihan Fungsional)

Sekretaris:
Purwanto, SKM., DAP & E, M.Kes

Tim Penyusun dan Kontributor:


Agustina, SKM., M.Kes
Bob Yudibowo Yuswardi BE.SST
Deri Pinasti, SKM., MKM
dr. Jefri Thomas Alpha Edison Silalahi, MKM
Iwan Heryawan, S.ST
Nina Apriliani Sari, S.Tr.Keb
Rusmiati, S.Kom., MM
Rahayu Astuti, SKM., MKM
Siti Rahayu, S. Tr. Kes
Werdiningsih, SKM., MARS
Dr. drg Siti Nur Anisah, MPH
Yanuardo G.D. Sinaga, ST., MPd
Imam Wahyudi, ST., M.Kes
Afriani Tinurbaya, S.Kep

52

-309-

Anda mungkin juga menyukai