Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TUTORIAL KE-1

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Nama Mata Kuliah : Hubungan Industrial


Kode Mata Kuliah : EKMA 4367
Jumlah sks : 2 SKS
Nama Pengembang : Evracia Turukay, SE.,M.Si
Nama Penelaah : Faridah Iriani, SE.,MM
Status Pengembangan : Baru/Revisi* (coret yang tidak sesuai)
Tahun Pengembangan : 2019
Edisi Ke- : 1

No Tugas Tutorial Skor Maksimal Sumber Tugas Tutorial


1 Jelaskan tiga
pendengkatan Modul 1. Karekteristik dan
dalam studi konteks hubungan industrial
50
hubungan industrial Kegiatan belajar 1.Pengertian
menurut Deeri et al hubungan industrial
(1998)
2 Sebutkan dan
jelaskan teori-teori Modul 2. Serikat pekerja
yang mendasari 50 Kegiatan belajar 1.Pengertian
perburuhan atau tentang serikat pekerja
serikat pekerja
* coret yang tidak sesuai
Nama : Nur Kholis
Prodi : Manajemen
NIM : 030720407

TUGAS 1 – HUBUNGAN INDUSTRIAL - REVISI


Soal :
1. Jelaskan tiga pendengkatan dalam studi hubungan industrial menurut Deeri et al (1998) !
2. Sebutkan dan jelaskan teori-teori yang mendasari perburuhan atau serikat pekerja !

Jawab :
1. Hubungan Deery et al. (1998) membagi tiga pendekatan dalam studi hubungan industrial,
yaitu keseragaman atau kesamaan, keberagaman, dan radikal.
a. Pendekatan Keseragaman atau Kesamaan
Dalam pendekatan keseragaman, hubungan industrial diasumsikan bahwa setiap
organisasi merupakan satu kesatuan yang terintegrasi dengan sasaran atau tujuan yang
sama. Hubungan kerja didasarkan pada saling bekerja sama dan terdapat keserasian
dalam keinginan antara pengusaha dan karyawan. Dalam pendekatan keseragaman ini
tidak ada konflik mendasar antara pemilik modal dan pemasok tenaga kerja. Konflik
industrial yang terjadi bersifat temporer yang disebabkan komunikasi dan manajemen
yang buruk atau adanya perilaku menyimpang. Serikat pekerja dianggap sebagai
pengacau yang mempunyai struktur yang seragam dan ada kerja sama dalam
organisasi. Mereka juga merupakan pertimbangan dalam persaingan dengan
manajemen dalam mengelola karyawan.

Pandangan keseragaman berorientasi pada manajerial dengan adanya sumber


kewenangan tunggal dan fokus pada loyalitas. Pandangan keseragaman menekankan
pada keinginannya dalam strategi manajerial untuk membangun komitmen,
memperbaiki komunikasi, dan dalam beberapa kasus menggunakan gaya
kepemimpinan demokratik dan sistem partisipasi karyawan di tempat kerja.
Pandangan keseragaman mendorong timbulnya tiga aliran dalam manajemen, yaitu
manajemen ilmiah, hubungan antar karyawan, dan pandangan baru dalam hubungan
antarkaryawan.

b. Pendekatan Keberagaman
Berbeda dengan pendekatan keberagaman yang memiliki satu sumber kekuasaan
yang memiliki kekuasaan legitimasi, pendekatan keberagaman memungkinkan
terjadinya perbedaan kelompok peminatan dan berbagai bentuk loyalitas. Kerangka
kerja keberagaman menyatakan bahwa karyawan dalam organisasi yang berbeda
dapat memiliki kepeminatan yang sama. Dengan menciptakan hubungan mendatar
atau ke samping dengan kelompok di luar keanggotaan organisasi dalam bentuk
perserikatan yang lebih mengembangkan loyalitas dan komitmen terhadap pemimpin
daripada pengelolaan organisasinya. Pengelolaan yang penting adalah mengenal
sumber kepemimpinan yang sah dan berfokus pada loyalitas dalam organisasi, serta
memiliki kewenangan dalam mengambil keputusan.

Pandangan keberagaman mempunyai perspektif teoritis dalam hubungan industrial.


Ada dua asumsi yang mendasari. Pertama, kekuasaan tampak sebagai penyebaran
kelompok yang sama-sama mendominasi. Dengan perkataan lain, persaingan
kekuatan menghambat dan memeriksa kekuasaan absolut. Kedua, kondisi yang
berkaitan dengan pelindung peminatan masyarakat dan peran melindungi kelemahan
dan mengendalikan kekuasaan.

Pendekatan keberagaman cenderung memusatkan perhatian pada jenis peraturan,


regulasi, dan proses yang memungkinkan memberikan kontribusi pada kepeminatan
organisasi dan menjamin bahwa perbedaan minat secara efektif akan
mempertahankan keseimbangan sistem. Pendekatan ini menekankan pada stabilitas
sosial, sehingga hubungan industrial dipandang sebagai peraturan yang menekankan
pada aspek hubungan antara pengusaha dan karyawan dan hubungan antara
manajemen dan serikat pekerja, sehingga konflik dalam pengendalian di pasar tenaga
kerja dan proses yang terjadi merupakan manifestasi peminatan fundamental dan
bersifat terus-menerus.

c. Pandangan Radikal
Pandangan ini mengenal konflik fundamental dan melekat pada konflik kepentingan
antara karyawan dan pengusaha di tempat kerja. Tempat kerja merupakan suatu
tempat terjadinya konflik dengan adanya konflik kepentingan yang radikal yang
mendasari adanya hubungan industrial. Tidak seperti dalam pendekatan keragaman,
pendekatan radikal memandang hubungan industrial sebagai totalitas hubungan sosial
dalam produksi. Pendekatan radikal memandang ketidakseimbangan kekuasaan
dalam masyarakat dan di tempat kerja sebagai inti hubungan industrial

2. Ada beberapa teori yang mendasari perburuhan atau serikat pekerja, yaitu :
a. Teori Kemakmuran Umum
Menurut teori ini, perjuangan serikat pekerja untuk meningkatkan upah dapat
mendorong dan memperkuat pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan setiap
kenaikan upah akan mendorong ke arah ekspansi dan pertumbuhan. Menurut serikat
pekerja, kenaikan upah akan menaikkan produktivitas. Produktivitas yang tinggi akan
menurunkan biaya produksi.
b. Teori Pemasaran Tenaga Kerja
Menurut teori ini, kondisi di tempat para pekerja itu bekerja ditentukan oleh kekuatan
dan pengaruh pekerja di pasar dan tenaga kerja. Serikat pekerja menganggap dirinya
sebagai agen ekonomi di pasar-pasar kerja. Bila persediaan tenaga kerja lebih besar
daripada permintaan akan tenaga kerja, maka harga tenaga kerja menjadi rendah.

c. Teori Produktivitas
Menurut teori ini, upah ditentukan oleh produktivitas karyawan. Semakin tinggi
produktivitas maka upah akan semakin tinggi pula.

d. Teori Perundingan/Tawar Menawar


Menurut Teori Perundingan atau tawar-menawar, pasar tenaga kerja ditentukan oleh
kekuatan ekonomi yang berlawanan dari karyawan dan pengusaha. Oleh karma itu,
harga tenaga kerja juga ditentukan oleh kekuatan tawar-menawar antara pengusaha
dan karyawan. Bila karyawan meningkatkan kekuatan ekonominya dengan bertindak
bersama-sama melalui serikat pekerja, maka karyawan memiliki agen perundingan
atau tawar-menawar (bargaining agent) untuk dapat meningkatkan upah mereka.
Kekuatan ekonomi diukur dari kemampuan mengekang karyawan sehingga memaksa
pengusaha mencari pengganti karyawan yang baru.

Teori Perundingan modern menyatakan bahwa baik pengusaha maupun karyawan


akan memasuki pasar tenaga kerja tanpa harga permintaan atau penawaran yang pasti,
walaupun ada batas harga permintaan/penawaran tertinggi dan terendah. Dalam batas
harga tersebut tingkat upah ditentukan oleh kekuatan tasar-menawar pengusaha dan
karyawan. Karyawan yang kekuatan tawar-menawarnya lemah harus menerima
tingkat upah yang rendah, dan yang memiliki kekuatan ekonomi lebih besar akan
menuntut tingkat upah yang lebih tinggi.

e. Teori Oposisi Loyal terhadap Manajemen


Menurut teori ini, serikat pekerja harus menolak tanggung jawab atas manajemen dan
tidak mau menjadi manajer. Hal ini disebabkan oleh pandangan awal yang
mengatakan bahwa fungsi manajemen adalah mengelola, sedangkan serikat pekerja
mempunyai tanggung jawab pengawasan atau pengendalian atas kualitas manajemen.
Tanggung jawab ini memaksa manajemen untuk selalu berusaha bekerja sebaik-
baiknya terutama dalam penggunaan tenaga kerja. Oleh karena itu, Teori Oposisi
Loyal terhadap Manajemen ini menganjurkan serikat buruh menolak tanggung jawab
atas manajemen.

Anda mungkin juga menyukai