Anda di halaman 1dari 7

Praktik keperawatan merupakan pelayanan yang diselenggarakan oleh perawat dalam bentuk

asuhan keperawatan. Dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada klien, perawat
tentunya tidak dapat terlepas dari kode etik dan moral dalam keperawatan. Kode etik dan moral
sangat penting dalam pemberian pelayanan asuhan keperawatan kepada klien. Kode etik dan
nilai-nilai moral dalam keperawatan dapat dikatakan sebagai acuan bagi perawat dalam
melakukan sebuah tindakan. Dengan memahami dan menerapkan kode etik dalam keperawatan,
maka perawat dapat menghindari penyimpangan atau pelanggaran etik dan moral dalam
keperawatan. Namun sayangnya, di Indonesia masih terdapat perawat-perawat yang melakukan
pelanggaran etik dan moral dalam keperawatan.

KASUS DILEMA ETIK

Suatu hari ada seorang bapak-bapak dibawa oleh keluarganya ke salah satu Rumah Sakit
di kota Surakarta dengan gejala demam dan diare kurang lebih selama 6 hari. Selain itu
bapakbapak tersebut (Tn. A) menderita sariawan sudah 3 bulan tidak sembuh-sembuh, dan berat
badannya turun secara berangsur-angsur. Semula Tn. A badannya gemuk tapi 3 bulan terakhir ini
badannya kurus dan telah turun 10 Kg dari berat badan semula. Tn. A ini merupakan seorang
sopir truk yang sering pergi keluar kota karena tuntutan kerjaan bahkan jarang pulang,
kadangkadang 2 minggu sekali bahkan sebulan sekali. Tn. A masuk UGD kemudian dari dokter
untuk diopname di ruang penyakit dalam karena kondisi Tn. A yang sudah sangat lemas.
Keesokan harinya dokter yang menangani Tn. A melakukan visit kepada Tn. A, dan memberikan
advice kepada perawatnya untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan mengambil sampel
darahnya. Tn. A yang ingin tahu sekali tentang penyakitnya meminta perawat tersebut untuk
segera memberi tahu penyakitnya setelah didapatkan hasil pemeriksaan. Sore harinya pukul
16.00 WIB hasil pemeriksaan telah diterima oleh perawat tersebut dan telah dibaca oleh
dokternya. Hasilnya mengatakan bahwa Tn. A positif terjangkit penyakit HIV/AIDS. Kemudian
perawat tersebut memanggil keluarga Tn. A untuk menghadap dokter yang menangani Tn. A.
Bersama dokter dan seijin dokter tersebut, perawat menjelaskan tentang kondisi pasien dan
penyakitnya. Keluarga terlihat kaget dan bingung. Keluarga meminta kepada dokter terutama
perawat untuk tidak memberitahukan penyakitnya ini kepada Tn. A. Keluarga takut Tn. A akan
frustasi, tidak mau menerima kondisinya dan dikucilkan dari masyarakat. Perawat tersebut
mengalami dilema etik dimana satu sisi dia harus memenuhi permintaan keluarga namun di sisi
lain perawat tersebut harus memberitahukan kondisi yang dialami oleh Tn. A karena itu
merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi.

PEMBAHASAN KASUS

Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi perawat dimana dilema etik itu didefinisikan sebagai
suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih ) landasan moral suatu tindakan tetapi tidak
dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif tindakan
memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar
atau salah dan dapat menimbulkan kebingungan pada tim medis yang dalam konteks kasus ini
khususnya pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk
melakukannya. Menurut Thompson & Thompson (1981) dilema etik merupakan suatu masalah
yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang
memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang
perawat harus bisa berpikir rasional dan bukan emosional. Perawat tersebut berusaha untuk
memberikan pelayanan keperawatan yang sesuai dengan etika dan legal yaitu dia menghargai
keputusan yang dibuat oleh pasien dan keluarga. Selain itu dia juga harus melaksanakan
kewajibannya sebagai perawat dalam memenuhi hak-hak pasien salah satunya adalah
memberikan informasi yang dibutuhkan pasien atau informasi tentang kondisi dan penyakitnya.
Hal ini sesuai dengan salah satu hak pasien dalam pelayanan kesehatan menurut American
Hospital Assosiation dalam Bill of Rights. Memberikan informasi kepada pasien merupakan
suatu bentuk interaksi antara pasien dan tenaga kesehatan. Sifat hubungan ini penting karena
merupakan faktor utama dalam menentukan hasil pelayanan kesehatan. Keputusan keluarga
pasien yang berlawanan dengan keinginan pasien tersebut maka perawat
harus memikirkan alternatif-alternatif atau solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan
berbagai konsekuensi dari masing-masing alternatif tindakan. Dalam pandangan Etika penting
sekali memahami tugas perawat agar mampu memahami tanggung jawabnya. Perawat perlu
memahami konsep kebutuhan dasar manusia dan bertanggung jawab dalam memenuhi
kebutuhan dasar tersebut tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisiknya atau
psikologisnya saja, tetapi semua aspek menjadi tanggung jawab perawat. Etika perawat
melandasi perawat dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Dalam pandangan etika
keperawatan, perawat memilki tanggung jawab (responsibility) terhadap tugas-tugasnya.
Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini diperlukan strategi untuk mengatasinya karena tidak
menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan pendapat antar tim medis yang terlibat termasuk
dengan pihak keluarga pasien. Jika perbedaan pendapat ini terus berlanjut maka akan timbul
masalah komunikasi dan kerjasama antar tim medis menjadi tidak optimal. Hal ini jelas akan
membawa dampak ketidaknyamanan pasien dalam mendapatkan pelayanan keperawatan.
Berbagai model pendekatan bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah dilema etik ini antara
lain model dari Megan, Kozier dan Erb, model Murphy dan Murphy, model Levine-ariff dan
Gron, model Curtin, model Purtilo dan Cassel, dan model Thompson dan thompson. Berdasarkan
pendekatan model Megan.
PENYELESAIAN KASUS

Maka kasus dilema etik perawat yang merawat Tn. A ini dapat dibentuk kerangka penyelesaian
sebagai berikut :

1. Mengkaji situasi Dalam hal ini perawat harus bisa melihat situasi, mengidentifikasi
masalah/situasi dan menganalisa situasi. Dari kasus diatas dapat ditemukan permasalahan
atau situasi sebagai berikut :
 Tn. A menggunakan haknya sebagai pasien untuk mengetahui penyakit yang
dideritanya sekarang sehingga Tn. A meminta perawat tersebut memberikan
informasi tentang hasil pemeriksaan kepadanya.
 Rasa kasih sayang keluarga Tn. A terhadap Tn. A membuat keluarganya berniat
menyembunyikan informasi tentang hasil pemeriksaan tersebut dan meminta
perawat untuk tidak menginformasikannya kepada Tn. A dengan pertimbangan
keluarga takut jika Tn. A akan frustasi tidak bisa menerima kondisinya sekarang
 Perawat merasa bingung dan dilema dihadapkan pada dua pilihan dimana dia
harus memenuhi permintaan keluarga, tapi disisi lain dia juga harus memenuhi
haknya pasien untuk memperoleh informasi tentang hasil pemeriksaan atau
kondisinya.
2. Mendiagnosa Masalah Etik Moral Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka bisa
menimbulkan permasalahan etik moral jika perawat tersebut tidak memberikan informasi
kepada Tn. A terkait dengan penyakitnya karena itu merupakan hak pasien untuk
mendapatkan informasi tentang kondisi pasien termasuk penyakitnya.

3. Membuat Tujuan dan Rencana Pemecahan Alternatif-alternatif rencana harus dipikirkan


dan direncanakan oleh perawat bersama tim medis yang lain dalam mengatasi
permasalahan dilema etik seperti ini. Adapun alternatif rencana yang bisa dilakukan
antaralain :
a. Perawat akan melakukan kegiatan seperti biasa tanpa memberikan informasi hasil
pemeriksaan/penyakit Tn. A kepada Tn. A saat itu juga, tetapi memilih waktu
yang tepat ketika kondisi pasien dan situasinya mendukung.
Hal ini bertujuan supaya Tn. A tidak panic yang berlebihan ketika mendapatkan
informasi seperti itu karena sebelumnya telah dilakukan pendekatan-pendekatan
oleh perawat. Selain itu untuk alternatif rencana ini diperlukan juga suatu bentuk
motivasi/support sistem yang kuat dari keluarga. Keluarga harus tetap menemani
Tn. A tanpa ada sedikitpun perilaku dari keluarga yang menunjukkan denial
ataupun perilaku menghindar dari Tn. A. Dengan demikian diharapkan secara
perlahan, Tn. A akan merasa nyaman dengan support yang ada sehingga perawat
dan tim medis akan menginformasikan kondisi yang sebenarnya. Ketika jalannya
proses sebelum diputuskan untuk memberitahu Tn. A tentang kondisinya dan
ternyata Tn. A menanyakan kondisinya ulang, maka perawat tersebut bisa
menjelaskan bahwa hasil pemeriksaannya masih dalam proses tim medis.
Alternatif ini tetap memiliki kelemahan yaitu perawat tidak segera memberikan
informasi yang dibutuhkan Tn. A dan tidak jujur saat itu walaupun pada akhirnya
perawat tersebut akan menginformasikan yang sebenarnya jika situasinya sudah
tepat. Ketidakjujuran merupakan suatu bentuk pelanggaran kodetikkeperawatan.
b. Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam memenuhi
hak-hak pasien terutama hak Tn. A untuk mengetahui penyakitnya, sehingga
ketika hasil pemeriksaan sudah ada dan sudah didiskusikan dengan tim medis
maka perawat akan langsung menginformasikan kondisi Tn. A tersebut atas
seijindokter.
Alternatif ini bertujuan supaya Tn. A merasa dihargai dan dihormati haknya
sebagai pasien serta perawat tetap tidak melanggar etika keperawatan. Hal ini juga
dapat berdampak pada psikologisnya dan proses penyembuhannya. Misalnya
ketika Tn. A secara lambat laun mengetahui penyakitnya sendiri atau tahu dari
anggota keluarga yang membocorkan informasi, maka Tn. A akan beranggapan
bahwa tim medis terutama perawat dan keluarganya sendiri berbohong
kepadanya. Dia bisa beranggapan merasa tidak dihargai lagi atau berpikiran
bahwa perawat dan keluarganya merahasiakannya karena ODHA (Orang Dengan
HIV/AIDS) merupakan “aib” yang dapat mempermalukan keluarga dan Rumah
Sakit. Kondisi seperti inilah yang mengguncangkan psikis Tn. A nantinya yang
akhirnya bisa memperburuk keadaan Tn. A. Sehingga pemberian informasi secara
langsung dan jujur kepada Tn. A perlu dilakukan untuk menghindari hal tersebut.
Kendala-kendala yang mungkin timbul :
1) Keluarga tetap tidak setuju untuk memberikan informasi tersebut
kepada Tn. A Sebenarnya maksud dari keluarga tersebut adalah benar
karena tidak ingin Tn. A frustasi dengan kondisinya. Tetapi seperti
yang diceritakan diatas bahwa ketika Tn. A tahu dengan sendirinya
justru akan mengguncang psikisnya dengan anggapan-anggapan yang
bersifat emosional dari Tn. A tersebut sehingga bisa memperburuk
kondisinya. Perawat tersebut harus mendekati keluarga Tn. A dan
menjelaskan tentang dampak-dampaknya jika tidak menginformasikan
hal tersebut. Jika keluarga tersebut tetap tidak mengijinkan, maka
perawat dan tim medis lain bisa menegaskan bahwa mereka tidak akan
bertanggung jawab atas dampak yang terjadi nantinya. Selain itu
sesuai dengan Kepmenkes 1239/2001 yang mengatakan bahwa
perawat berhak menolak pihak lain yang memberikan permintaan yang
bertentangan dengan kode etik dan profesi keperawatan.
2) Keluarga telah mengijinkan tetapi Tn. A denial dengan informasi yang
diberikan perawat. Denial atau penolakan adalah sesuatu yang wajar
ketika seseorang sedang mendapatkan permasalahan yang membuat
dia tidak nyaman. Perawat harus tetap melakukan
pendekatanpendekatan secara psikis untuk memotivasi Tn. A. Perawat
juga meminta keluarga untuk tetap memberikan support sistemnya dan
tidak menunjukkan perilaku mengucilkan Tn. A tersebut. Hal ini perlu
proses adaptasi sehingga lama kelamaan Tn. A diharapkan dapat
menerima kondisinya dan mempunyai semangat untuk sembuh
4. Melaksanakan Rencana Alternatif-alternatif rencana tersebut harus dipertimbangkan dan
didiskusikan dengan tim medis yang terlibat supaya tidak melanggar kode etik
keperawatan. Sehingga bisa diputuskan mana alternatif yang akan diambil. Dalam
mengambil keputusan pada pasien dengan dilema etik harus berdasar pada prinsip-prinsip
moral yang berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang,
diperlukan atau diizinkan dalam situasi tertentu ( John Stone, 1989 ), yang meliputi :
a. Autonomy / Otonomi Pada prinsip ini perawat harus menghargai apa yang menjadi
keputusan pasien dan keluarganya tapi ketika pasien menuntut haknya dan
keluarganya tidak setuju maka perawat harus mengutamakan hak Tn. A tersebut
untuk mendapatkan informasi tentang kondisinya.
b. Benefesience / Kemurahan Hati Prinsip ini mendorong perawat untuk melakukan
sesuatu hal atau tindakan yang baik dan tidak merugikan Tn. A. Sehingga perawat
bisa memilih diantara 2 alternatif diatas mana yang paling baik dan tepat untuk Tn. A
dan sangat tidak merugikan Tn. A
c. Justice / Keadilan Perawat harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani
pasien. Adil berarti Tn. A mendapatkan haknya sebagaimana pasien yang lain juga
mendapatkan hak tersebut yaitu memperoleh informasi tentang penyakitnya secara
jelas sesuai dengan konteksnya/kondisinya.
d. Nonmaleficience / Tidak merugikan Keputusan yang dibuat perawat tersebut nantinya
tidak menimbulkan kerugian pada Tn. A baik secara fisik ataupun psikis yangkronis
nantinya.
e. Veracity / kejujuran Perawat harus bertindak jujur jangan menutup-nutupi atau
membohongi Tn. A tentang penyakitnya. Karena hal ini merupakan kewajiban dan
tanggung jawab perawat untuk memberikan informasi yang dibutuhkan Tn. A secara
benar dan jujur sehingga Tn. A akan merasa dihargai dan dipenuhi haknya.
f. Fedelity / Menepati Janji Perawat harus menepati janji yang sudah disepakati dengan
Tn. A sebelum dilakukan pemeriksaan yang mengatakan bahwa perawat bersdia akan
menginformasikan hasil pemeriksaan kepada Tn. A jika hasil pemeriksaannya sudah
selesai. Janji tersebut harus tetap dipenuhi walaupun hasilnya pemeriksaan tidak
seperti yang diharapkan karena ini mempengaruhi tingkat kepercayaan Tn. A
terhadap perawat tersebut nantinya
g. Confidentiality / Kerahasiaan Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik
keperawatan yaitu menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dengan menjamin
kerahasiaan segala sesuatu yang telah dipercayakan pasien kepadanya kecuali seijin
pasien.Berdasarkan pertimbangan prinsip-prinsip moral tersebut keputusan yang bisa
diambil dari dua alternatif diatas lebih mendukung untuk alternatif ke-2 yaitu secara
langsung memberikan informasi tentang kondisi pasien setelah hasil pemeriksaan
selesai dan didiskusikan dengan semua yang terlibat. Mengingat alternatif ini akan
membuat pasien lebih dihargai dan dipenuhi haknya sebagai pasien walaupun kedua
alternatif tersebut memiliki kelemahan masingmasing. Hasil keputusan tersebut
kemudian dilaksanakan sesuai rencana dengan pendekatanpendekatan dan caring
serta komunikasi terapeutik.
5. Mengevaluasi Hasil Alternatif yang dilaksanakan kemudian dimonitoring dan dievaluasi
sejauh mana Tn. A beradaptasi tentang informasi yang sudah diberikan. Jika Tn. A masih
denial maka pendekatanpendekatan tetap terus dilakukan dan support sistem tetap terus
diberikan yang pada intinya membuat pasien merasa ditemani, dihargai dan disayangi
tanpa ada rasa dikucilkan. Kode etik keperawatan di Indonesia disusun oleh PPNI yang
membahas mengenai:
1) Kewajiban antara perawat dengan klien a.Perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan
klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna
kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta
kedudukan sosial
2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama dari klien
3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan
asuhan keperawatan
4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan
tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh berwenang
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
5) Kewajiban antara perawat dengan praktik
 Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang
keperawatan melalui belajar terus menerus
 Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang
tinggi disertai kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan
serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien
 Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang
akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang
bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan
delegasi kepada orang lain
 Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
dengan selalu menunjukkan perilaku profesional.
6) .Kewajiban antara perawat dengan masyarakat
 Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi
kebutuhan dan kesehatan masyarakat.
7) Kewajiban antara perawat dengan teman sejawat
 Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat
maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara
keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh
 Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan
ilegal.
8) Kewajiban antara perawat dengan profesi
 Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar
pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam
kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan
 Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi
keperawatan
 Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi.

Anda mungkin juga menyukai