Anda di halaman 1dari 3

KELOMPOK 4

Ketua : Rio Fauzi Ma’arif (C1AA21124)


Anggota :
1. Bintang Kholilah (C1AA21028)
2. Dinda Melati (C1AA21034)
3. Krisna Julian Yusup (C1AA21061)
4. Nova Widya Ramadhanti (C1AA21100)
5. Putri Haura (C1AA21109)
6. Syahran Maharani Putri (C1AA21167)

Tugas matkul pbdk

Soal
Kurang tegaskan, aturan dan perundangan saat ini? Perlukan hukuman mati atau kebiri sehingga
membuat jera pelaku penyimpangan seksual

Jawab
Kurang tegas untuk perpu saat ini,Banyaknya kasus kekerasan seksual dengan hukuman yang tidak
setimpal di Indonesia, membuat korban merasa tidak adil dan pelaku tidak merasa jera dan
mengulangi kesalahan yang sama. pemerintah harus berani mengambil langkah keras dengan
memberikan hukuman yang lebih tegas lagi dengan maksud memberikan efek jera kepada pelaku
tindak pidana kekerasan seksual.

padahal dalam ketentuan Pasal 81 UU 17/2016 disebutkan, dalam hal tindak pidana menimbulkan
korban lebih dari 1 (satu) orang, mengakibatkan luka berat, gangguan jiwa, penyakit menular,
terganggu atau hilangnya fungsi reproduksi, dan/atau korban meninggal dunia, pelaku dipidana
mati, seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 10 (sepuluh) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun, dapat dikenai Tindakan berupa kebiri kimia dan pemasangan alat pendeteksi
elektronik.

Untuk melaksanakan ketentuan tindakan kebiri kimia, Pemerintah mengeluarkan PP No. 70 Tahun
2020 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tindakan Kebiri Kimia, Pemasangan Alat Pendeteksi
Elektronik, Rehabilitasi, dan Pengumuman Identitas Pelaku Kekerasan Seksual Terhadap Anak,
dimana yang dimaksud dengan Tindakan kebiri kimia adalah pemberian zat kimia melalui
penyuntikan atau metode lain, yang dilakukan kepada pelaku untuk menekan hasrat seksual
berlebih, yang disertai rehabilitasi. Berdasarkan PP tersebut, Tindakan Kebiri Kimia dikenakan
untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun

Institute for Criminal Justice Reform (ICJR) menilai bahwa jika kebiri kimia adalah aturan yang
bersifat populis. ICJR sejak awal menekankan jika kebiri sebagai intervensi kesehatan tidak bisa
berbasis hukuman seperti apa yang dimuat dalam UU 17/2016. Selain itu efektivitas kebiri kimia
dengan upaya menekan angka kekerasan seksual juga belum terbukti. Selain itu PP ini memuat
banyak permasalahan karena tidak detail dan memberikan keterangan yang jelas, misalnya
bagaimana mekanisme pengawasan, pelaksanaan dan pendanaan.

ICJR meminta agar negara segera menempatkan perlindungan dan pemulihan korban sebagai
langkah prioritas yang mendesak. Hal ini bisa dilakukan dengan meningkatkan peningkatan
anggaran lembaga yang bertugas pada pelayanan pemulihan dan perlindungan korban, serta
penyusunan aturan atau undang-undang yang secara komprehensif mengatur perlindungan dan
pemenuhan korban.
Pemberlakuan kebiri ini melahirkan pro dan kontra di masyarakat. Ada yang mendukung
diberlakukannya hukuman kebiri ini dikarenakan Perpu ini dipercaya dapat menimbulkan efek jera
bagi pelaku kekerasan seksual terhadap anak dan akan mengurangi kasus kekerasan seksual
terhadap anak di Indonesia. Namun, di sisi lain banyak juga yang tidak mendukung adanya
hukuman kebiri ini karena dianggap melanggar hak asasi manusia. Penulis pun memiliki standing
sendiri terhadap hukuman kebiri ini. Namun, agar membuka pemikiran dan wawasan, maka
penulis mencoba untuk menjabarkan pandangan terhadap keberlakuan hukuman kebiri dari sisi
pendukung maupun penentang hukuman kebiri.

Untuk alasan pendukung diberlakukannya hukum kebiri, ada beberapa alasan yang mendasarinya.
Pertama, adanya hukuman kebiri tentuan akan membuat seseorang berpikir dua kali untuk
melakukan perilaku kekerasan seksual terhadap anak. Hal ini sudah terlihat sejak bergulirnya
wacana pemberlakuan hukuman kebiri bagi pelaku kekerasan seksual terhadap anak. Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat telah terjadi penurunan jumlah korban kekerasan
seksual terhadap anak pada tahun 2015. Di Semester I (Januari-Juni) tahun 2015, kekerasan
terhadap anak mencapai 105 kasus, namun dii semester II (Juli-Desember) kekerasan seksual
terhadap anak menurun menjadi 88 kasus. Ketua KPAI HM Asrorun Niam menjelaskan, turunnya
angka kekerasan seksual terhadap anak dikarenakan wacana hukuman kebiri bagi pelaku kejahatan
seksual pada waktu itu yang menyebabkan para pelaku menjadi takut untuk melancarkan aksinya.

Kedua, hukuman kebiri tidak melanggar hak asasi manusia seseorang untuk berkeluarga dan
melanjutkan keturunan. Dalam UUD NRI 1945, hak untuk berkeluarga dan melanjutkan keturunan
dapat dibatasi oleh pemerintah dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan
atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.Hal ini dikarenakan hak untuk berkeluarga dan melanjutkan keturunan bukanlah hak
yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun (non derogable rights).

Ketiga, penjatuhan hukuman kebiri adalah pilihan bagi hakim dan bukan kewajiban bagi hakim.
Dalam Perpu tersebut diatur bahwa hakim dapat menjatuhkan hukuman kebiri.Artinya, hakim bisa
untuk tidak menjatuhkan hukuman kebiri kepada pelaku kekerasan seksual terhadap anak. Hakim
diberikan wewenang untuk memberikan hukuman kepada pelaku sesuai dengan kebijaksanaannya.

Keempat, hakim tidak bisa menjatuhkan hukuman kebiri bagi setiap pelaku kekerasan seksual.
Dalam Perpu No. 1 Tahun 2016, diatur bahwa hukuman kebiri hanya dapat dijatuhkan bagi pelaku
kekerasan seksual yang menimbulkan korban lebih dari 1 (satu) orang, mengakibatkan luka berat,
gangguan jiwa, penyakit menular, terganggu atau hilangnya fungsi reproduksi, dan/atau korban
meninggal dunia, pelaku dipidana mati, seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 10
(sepuluh) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun. Artinya, bila pelaku tersebut tidak termasuk
dalam kategori ini, maka dia tidak bisa dikenakan hukuman kebiri. Sehingga, dapat dikatakan
hukuman kebiri sudah diatur sedemikian rupa agar hukuman kebiri tidak bisa asal dijatuhkan
kepada pelaku kekerasan seksual terhadap anak, namun harus dibuktikan terlebih dahulu apakah
pelaku tersebut termasuk dalam kategori pelaku yang dapat dikenakan hukuman kebiri.

Alasan yang terakhir, hukuman kebiri sudah dilaksanakan di berbagai negara. Pada zaman
sekarang, hukuman kebiri diberlakukan di Ceko, Jerman, Moldova, Estonia, Argentina, Australia,
Israel, Selandia Baru, Korea Selatan, Rusia, serta beberapa negara bagian di Amerika
Serikat.Sehingga, hukuman kebiri bukanlah hukuman yang baru dalam hukum acara pidana.

Anda mungkin juga menyukai