BLOK 20
190600227
2O22
DESKRIPSI TOPIK
Penyusun : Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros (K), Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM, dan Indra
Basar Siregar, drg., M.Kes.
Skenario:
Seorang perempuan berusia 68 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan sulit mengunyah
karena seluruh gigi sudah dicabut. Anamnesis: pasien memakai gigi tiruan sebagian lepasan
akrilik pada rahang atas, tetapi gigi penyangganya rusak dan goyang sehingga harus dicabut
dan gigi tiruan tidak bisa digunakan lagi. Pasien menderita penyakit diabetes mellitus.
- Edentulus RA dan RB
- Penonjolan tulang pada regio kaninus rahang atas yang baru dicabut
Pertanyaan :
4. Bagaimana cara pemeriksaan laju aliran saliva yang sesuai untuk kasus ini?
7. Jelaskan pengaruh saliva yang sedikit dan kental terhadap perawatan GTL!
8. Jelaskan pengaruh mukosa yang pucat dan tipis terhadap perawatan GTL!
10. Jelaskan perawatan pendahuluan dan persiapan jaringan pendukung yang tepat untuk
kasus di atas!
PEMBAHASAN
1. Jelaskan prosedur diagnosis untuk kasus tersebut!
Jawaban :
A. Anamnesis
Anamnesis adalah riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau kelainan, berdasarkan ingatan
penderita pada waktu dilakukan wawancara dan pemeriksaan medik atau dental. Ditinjau dari
cara penyampaian berita, anamnesis ada dua macam:
a. Auto Anamnesis: serita mengenai keadaan penyakit yang disampaikan sendiri oleh
pasien.
b. Allo Anamnesis: cerita mengenai penyakit ini tidak disampaikan oleh pasien yang
bersangkutan, melainkan memalui bantuan orang lain. Umpamanya pada pasien bisu, ada
kesulitan bahasa, penderita yang mengalami kecelakaan atau pada anak-anak kecil.
Pemeriksaan Subjektif
Pada pemeriksaan subjektif dilakukan anamnesa yang terdiri dari 3 poin utama, yaitu:
1. Keluhan utama
2. Riwayat keluhan utama
3. Riwayat gigi-geligi
Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan kalkulus, debris, plak, stain, dan halitosis.
Pemeriksaan oral hygiene dilakukan karena berperan penting dalam penentuan rencana
perawatan. Misalnya pemeriksaan kalkulus dilakukan untuk menentukan apakah diperlukan
perawatan pendahuluan atau tidak sebelum dilakukan pemasangan gigi tiruan.
2. Gigi-geligi Sisa
Pemeriksaan ini dilakukan sebagai pertimbangan apakah nantinya gigi tiruan yang
dipasang dapat berpegangan pada gigi-geligi yang masih tersisa atau tidak. Atau untuk
mengetahui apakah gigi yang tersisa harus diekstraksi atau tidak. Pemeriksaan juga dilakukan
pada gigi untuk mengetahui kemungkinan adanya karies atau restorasi yang kurang baik.
Apabila ditemukan adanya kegoyangan pada gigi-geligi yang tersisa, perlu dicurigai adanya
kelainan sistemik seperti diabetes mellitus.
3. Mukosa Mulut
Bagian yang diperiksa seperti frenulum dan vestibulum. Frenulum yang diperiksa
adalah frenulum bukalis pada pada rahang atas maupun rahang bawah, serta frenulum
lingualis pada rahang bawah. Vestibulum juga perlu dilakukan pemeriksaan, karena
perlekatan vestibulum labialis maupun bukalis akan mempengaruhi retensi dan stabilitas gigi
tiruan.
4. Tulang Alveolar
5. Exostosis
6. Kualitas Saliva
Kualitas dari saliva akan mempengaruhi retensi gigi tiruan. Saliva yang kental kurang
bisa memberikan retensi yang baik untuk gigi tiruan. Sedangkan saliva yang tidak terlalu
kental akan dapat membasahi seluruh permukaan gigi tiruan dan memberikan retensi yang
baik bagi gigi tiruan.
A. Anamnesis
Anamnesis adalah riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau kelainan, berdasarkan ingatan
penderita pada waktu dilakukan wawancara dan pemeriksaan medik atau dental. Ditinjau dari
cara penyampaian berita, anamnesis ada dua macam:
a. Auto Anamnesis: serita mengenai keadaan penyakit yang disampaikan sendiri oleh pasien.
b. Allo Anamnesis: cerita mengenai penyakit ini tidak disampaikan oleh pasien yang
bersangkutan, melainkan memalui bantuan orang lain. Umpamanya pada pasien bisu, ada
kesulitan bahasa, penderita yang mengalami kecelakaan atau pada anak-anak kecil.
Riwayat penyakit umum yang pernah di derita sebaiknya ditanyakan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan terpilih. Penderita sebaiknya ditanya apakah ia sedang berada dalam
perawatan seorang dokter/ lain dan bila demikian, obat-obat apa saja yang sedang di minuk.
Hal ini perlu diketahui karena penyakit dan pengobatan tertentu dapat mempengaruhi
jaringan yang terlibat dalam perawatan dental.
Diabetes Mellitus
Pada pendertita diabetes, suatu kombinasi infeksi dan penyakit pembuluh darah
menyebabkan berkembangnya komplikasi-komplikasi di dalam mulut, seperti jaringan
mukosa yang meradang, cepat berkembangnya penyakit periodontal yang sudah ada dengan
hilangnya tulang alveolar secara menyolok dan mudah terjadinya abses periapikal. Infeksi
monilial, berkurangnya saliva, bertambahnya pembentukan kalkulus, merupakan hal yang
khas dari penyakit diabetes yang tidak terkontrol. Manifestasi klinis ini terjadi bersama-sama
dengan gejala-gejala yang sering ditemukan seperti poliuria, haus, mengeringnya kulit, gatal-
gatal, cepat lapar, cepat lelah, serta berkurangnya berat badan. Hal pertama yang harus
dilakukan adalah mengontrol diabetesnya dan menyehatkan kembali jaringan mulut. Dalam
lingkungan mulut yang sudah sehat kembali, pembuatan protesa dapat dilakukan dengan
saran-saran tambahan sebagai berikut. Pertama, hindari tindakan pembedahan yang besar
selama hal itu mungkin dilakukan. Gunakan bahan cetak yang bisa mengalir bebas dan buat
desain rangka geligi tiruan yang terbuka dan mudah dibersihkan, serta distribusikan beban
fungsional pada semua bagian yang dapat memberikan dukungan. Lalu, susunlah oklusi yang
harmonis. Bila dibutuhkan, rangsanglah pengaliran air liur dengan obat hisap yang bebas
karbohidrat. Tekankan kepada pasien mengenai pentingnya pemeliharaan kesehatan mulut.
Akhirnya, tentukan kunjungan ulang penderita setiap enam bulan sekali (bahkan kalau oerlu
lebih sering dari itu) untuk mempertahankan kesehatan mulut.
a. Kepala
Cara pemeriksaan kepala dilakukan dengan meminta penderita duduk tegak, kemudian dilihat
dari arah belakang atas. Perhatikan bentuk kepala sampai batas Trichion. Dikenal macam-
macam bentuk kepala, yaitu persegi (square), lonjong (oval), dan lancip (tapering). Kadang-
kadang ditemukan pula kepala berbentuk omega dan lyra pada mereka yang pada saat
kelahirannya mengalami kesukaran, misalnya karena penggunaan tang. Biasanya kepala
sesuai dengan bentuk lengkung rahang atas serta bentuk gigi insisivus sentral dilihat dari arah
permukaan labial.
b. Muka
Bentuk muka, adanya hubungan antara bentuk muka dengan bentuk gigi insisivus sentral
atas. Permukaaan labial gigi ini sesuai dengan bentuk muka dilihat dari depan, dalam arah
terbalik. Gambaran geometris, yaitu persegi, lonjong, lancip, dan kombinasi antara ketiganya
dapat digunakan sebagai langkah awal seleksi bentuk gigi bila dilihat dari aspek frontal.
c. Profil
Bentuk muka penderita dilihat dari arah samping (sagitl) merupakan indikasi hubungan
rahang atas dan bawah. Dikenal tiga macam profil muka yaitu lurus (straight), cembung
(convex), dan cekung (concave). Bentuk profil ini perlu diketahui untuk penyesuaian bentuk
labial gigi depan dilihat dari arah proksimal.
1) Keadaan umum
Keadaan umum meliputi:
b. Mukosa mulut
c. Frekuensi karies
2) Status gigi
Pada tahap ini diteliti adanya gigi karies, bertambal, mahkota dan jembatan, migrasi,
malposisi, ekstrusi, goyang, dsb. Fungsi pemeriksaan antara lain untuk mengetahui adanya
kelainan, iritasi atau keadaan patologis pada jaringan mukosa rongga mulut. Sebagai rencana
awal perawatan pendahuluan. Pemeriksaan yang di lakukan dapat membantu
mengidentifikasi inflamasi periradikuler sebagai asal nyeri, meliputi palpasi diatas apeks;
tekanan dengan jari pada mukosa rongga mulut, atau menggoyangkan gigi dan perkusi ringan
dengan ujung gagang kaca mulut.
D. Foto Rongent
1. Melihat atau memeriksa struktur tulang yang akan menjadi pendukung tulang yang padat
akan member dukungan yang baik
3. Melihat kelainan bentuk pada, “residual ridge”, umpamanya bila terdapat suatu tonjolan
pada prosesus alveolaris.
E. Oklusi
Hubungan gigi –gigi 6 dan 3 adalah mesioklusi, neutronklusi atau distoklusi. Hubungan gigi
6 atas dan bawah yang normal (neutroklusi) dicapai bila tonjol mesiobukal gigi 6 atas terletak
pada groove bukal gigi 6 bawah. Hubungan gigi 3 atas dan bawah yang normal ( neutroklusi )
dicapai bila tonjol gigi 3 atas terletak diantara dan berkontak dengan lereng distal dari tonjol
gigi 3 bawah dan lereng mesial dari tonjol bukal gigi 4 bawah. Hubungan gigi - gigi depan
dapat berupa : a) dalam arah horizontal : normal edge to edge atau cross bite b) dalam arah
vertical : open bite, deep bite atau steep bite.
DAFTAR PUSTAKA :
1. Gunadi, Haryanto A. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid I.
Jakarta: Hipokrates
Pada kasus diatas, pasien mengaku gigi yang tadinya menjadi penyangga untuk GTSL nya
rusak dan goyang sehingga harus dicabut. Pencabutan tersebut menyebabkan adanya
penonjolan tulang pada regio kaninus atas yang baru dicabut, yang didiagnosis sebagai
exsotosis.
Eksostosis adalah suatu pertumbuhan benigna jaringan tulang yang keluar dari permukaan
tulang. Secara khas keadaan ini ditandai dengan tertutupnya tonjolan tersebut oleh kartilago.
Penonjolan di daerah midline rahang atas disebut torus palatinus sedangkan penonjolan
dilateral rahang bawah disebut torus mandibularis.
Penonjolan tulang berhubungan dengan meningkatnya umur dan jenis kelamin, hal ini bisa
dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Aree Jainkittivong dkk. (2000) yang
menunjukkan prevalensi penonjolan tulang tertinggi terjadi pada umur 60 tahun dan pada
kelompok umur yang lebih tua yaitu sebesar 21,7%.Eksostosis umumnya lebih banyak terjadi
pada maksila dibandingkan dengan mandibula dengan perbandingan 5,1:1.
Eksostosis juga dapat terjadi setelah pencabutan gigi. Penonjolan ini harus dihilangkan untuk
persiapan pemakaian gigitiruan. Apabila tidak dihilangkan maka akan mempengaruhi
jaringan lunak, stabilitas gigitiruan, retensi gigitiruan, adaptasi gigitiruan, dan dapat
mengganjal basis gigitiruan sehingga harus dihilangkan dengan tindakan bedah.
Dari hasil pemeriksaan klinis pada pasien diatas, didapati bahwa linggir rahang bawah pasien
datar serta vestibulum bukalis rahang bawah dangkal. Hal ini menjadi dasar diagonis flat
ridge atau linggir datar pada rahang bawah yang telah kehilangan keseluruhan giginya.
Vestibulum bukalis merupakan salah satu struktur pendukung gigi tiruan.
Seperti kita ketahui pada kasus, bahwasanya kondisi linggir bawah pasien adalah datar,
dimana hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti:
▪ faktor lama gigi edentulus, pasien dengan kondisi lama edentulus dan tidak menggunakan
GT akan mengalami resorpsi tulang alveolar secara terus menerus
▪ gigi yang hilang mengganggu fungsi pengunyahan, hal ini juga berhubungan dengan tulang
dimana konsumsi protein pasien tidak memadai.
Pada kasus diatas, linggir datar terjadi akibat adanya daerah edentulus pada rahang bawah
pasien, yang kurang mendapat perhatian, hal ini ditunjukkan oleh anamnesis dari pasien yang
mengatakan bahwa hanya menggunakan gigi tiruan lepasan pada rahang atas. Kondisi
edentulus tersebut akan terus memberi kesempatan terjadinya resorpsi tulang alveolar hingga
linggir pasien menjadi datar, vestibulum tepat berada dibawah linggit, oleh karena itu,
semakin datar linggir maka akan semakin dangkal vestibulum akibat turunnya mukosa.
Xerostomia
Pasien pada kasus diatas memiliki saliva dengan kondisi sedikit dan kental, hal ini memicu
terjadinya xerostomia pada pasien, yaitu keadaan dimana jaringan pembentuk saliva tidak
bekerja secara optimal.
Saliva yang sedikit dan kental pada pasien juga merupakan manifestasi dari proses penuaan.
Fungsi kelenjar saliva yang mengalami penurunan merupakan suatu keadaan normal pada
proses penuaan manusia. Lansia mengeluarkan jumlah saliva yang lebih sedikit pada keadaan
istirahat, saat berbicara, maupun saat makan. Kecepatan aliran saliva juga rendah.
Keadaan ini disebabkan oleh adanya atropi pada kelenjar saliva sesuai dengan pertambahan
usia yang akan menurunkan produksi saliva dan mengubah komposisinya sedikit. Biosintesis
protein menurun karena sel-sel asinus mengalami atropi sehingga jumlah protein saliva
menurun. Disamping itu, terjadi degenerasi kelenjar saliva yang mengakibatkan sekresi dan
viskositas saliva menurun. Keluhan mulut kering sering ditemukan pada orang tua yang
diakibatkan perubahan karena usia pada kelenjar itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA :
1. Kurniawan A.A, Xerostomia pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2, Stomatognatic
(J.K.G Unej) Vol. 17 No. 1 2020: 33 – 36.
2. Puspitadewi S., PERAWATAN PROSTHODONTIK PADA KONDISI RIDGE
YANG KURANG MENGUNTUNGKAN, Jurnal B-Dent, Vol 2, No. 2, Desember
2015 : 133 – 142
3. Smitha K., Alveolar exotosis, The Saudi Journal for Dental Research (2015) 6, 67-72.
Proses menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri, mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Demikian pula
pada mukosa mulut akan terjadi perubahan seiring dengan meningkatnya usia. Pada populasi
lanjut usia (lansia) secara histologis terjadi penipisan epitel, rete-pegs lebih sedikit terlihat,
terjadi penurunan proliferasi sel, perubahan degeneratif pada jaringan kolagen. Secara klinis
perubahan struktur ini diikuti dengan permukaan mukosa yang kering, tipis dan licin serta
kehilangan elastisitas dan stippling. Perubahan ini memudahkan terjadinya kelainan atau
infeksi. Pada kelenjar saliva terjadi peningkatan jaringan konektif. Penurunan sekresi saliva
pada lansia terjadi secara fisiologis, hal ini disebabkan penurunan jumlah sel-sel asinar
sehingga produksi saliva berkurang. Berdasarkan kasus skenario diketahui pasien berusia 68,
pasien termasuk golongan lanjut usia/lansia hal ini lah yang merupakan salah satu penyebab
penurununan laju aliran saliva dan perubahan viskositas saliva pasien.
Kelenjar saliva terdiri dari tiga sel penyusun utama yaitu sel acinar, sel ductal, dan sel
myoepithel. Saliva diproduksi di sel – sel acinar yang juga menentukan tipe sekresi yaitu
mukus atau serous. Semakin bertambahnya usia, jumlah duktus dari saliva tetap tetapi
volume lemak dan jaringan fibrovaskular bertambah pada kelenjar parotid yang tipe sekresi
serous dan kelenjar submandibular yang tipe sekresi serous dan mukus. Hal ini yang
menyebabkan berkurangnya sekresi saliva dan konsistensi saliva yang kental. Selain itu
terjadi atrofi pada sel - sel acinar sehingga jumlah protein saliva menurun.
DAFTAR PUSTAKA :
4. Bagaimana cara pemeriksaan laju aliran saliva yang sesuai untuk kasus ini?
5. Jelaskan penyebab mukosa yang pucat dan tipis!
6. Jelaskan penyebab linggir menjadi datar pada rahang bawah!
7. Jelaskan pengaruh saliva yang sedikit dan kental terhadap perawatan GTL!
8. Jelaskan pengaruh mukosa yang pucat dan tipis terhadap perawatan GTL!
9. Jelaskan pengaruh linggir datar rahang bawah terhadap perawatan GTL!
10. Jelaskan perawatan pendahuluan dan persiapan jaringan pendukung yang tepat untuk
kasus di atas!