Anda di halaman 1dari 21

Audit Siklus Perolehan dan Pembayaran Dimuka dan Perlengkapan Kantor

RPS 6

Mata Kuliah/Kelas : Pengauditan dan PDE (EKA 467 D4)


Dosen Pengampu : Gede Juliarsa, S.E., M.Si.

Kelompok 6 :

Nama (Absen / 19-07-531-NIM)

1. Ni Putu Ardyanti Pratami (16 / 042)


2. Ni Komang Sripeni Cipta Sari (17 / 048)
3. Ni Komang Restu Murti Jeniari (19 / 056)
4. Ni Made Dina Andriani (22 / 072)
5. Thaddeus Kevin Hendartha (24 / 094)
6. Ida Bagus Putera Raditya (29 / 144)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN AJARAN GANJIL 2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULIAN .................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 2
A. Analisis Pengendalian Intern....................................................................................... 2
B. Prosedur Audit ........................................................................................................... 6
C. Compliance Test dan Substantive Test Siklus Perolehan dan Pembayaran Dimuka dan
Perlengkapan Kantor ....................................................................................................... 8
C-1. Substantive Test yang Berkaitan dengan Siklus Perolehan ....................................10
C-2. Substantive Test yang Berkaitan dengan Siklus Pembayaran Dimuka ....................13
C-3. Substantive Test Yang Berkaitan Dengan Perlengkapan Kantor ............................16
BAB III PENUTUP ...........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................19

i
BAB I
PENDAHULIAN

1.1 Latar Belakang

Dalam proses audit yang komplit, perlu dilakukannya compliance dan substantive test
atas siklus perolehan dan pembayaran dimuka dan perlengkapan kantor. Dimana pengujian atas
perolehan dan pembayaran dimuka dan perlengkapan kantor terdiri dari compliance dan
substantive test.

Rangkuman ini akan membahas mengenai pentingnya dilakukan compliance dan


substantive test atas perolehan serta pembayaran dimuka dan perlengkapan kantor, setelah
auditor menentukan analisis pengendalian serta prosedur audit, maka auditor dapat melakukan
compliance dan substantive test atas perusahaan yang sedang auditnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja analisis pengendalian intern siklus Perolehan dan Pembayaran Dimuka dan
Perlengkapan Kantor?
2. Apa saja prosedur audit Siklus Perolehan dan Pembayaran Dimuka dan Perlengkapan
Kantor?
3. Apa saja compliance test dan substantive test Siklus Perolehan dan Pembayaran
Dimuka dan Perlengkapan Kantor?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa saja analisis pengendalian intern dalam siklus Perolehan dan
Pembayaran Dimuka dan Perlengkapan Kantor
2. Untuk mengetahui apa saja prosedur audit dalam siklus Perolehan dan Pembayaran
Dimuka dan Perlengkapan Kantor
3. Untuk mengetahui apa saja compliance dan substantive test pada Siklus Perolehan dan
Pemabayaran Dimuka dan Perlengkapan Kantor

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Analisis Pengendalian Intern


1. Analisis Pengendalian Intern Siklus Perolehan

Fungsi-fungsi usaha yang terdapat pada siklus perolehan dan pembayaran, diantaranya:

a. Fungsi Pemrosesan Order Pembelian

Dokumen yang berhubungan dengan fungsi pemrosesan order pembelian yaitu


permintaan pembelian dan order pembelian. Adapun pengendalian intern untuk
pemrosesan order pembelian diantaranya:

 Adanya otorisasi yang memadai untuk perolehan untuk menjamin


bahwa barang dan jasa yang dibeli sesuai dengan kepentingan
perusahaan dan mencegah pembelian barang yang tidak
diperlukan/berlebihan.
 Adanya pengajuan order untuk membeli barang dan jasa
 Order pembelian harus prenumbered dan harus mempunyai kolom dan
ruang yang cukup untuk meminimumkan kemungkianan penghilangan
yang tidak disengaja pada formular tersebut saat barang di order.
 Tanggung jawab otorisasi perolehan dan penerimaan barang bukan di
bagian pembelian
b. Fungsi Penerimaan Barang dan Jasa

Dokumen yang berhubungan dengan fungsi penerimaan barang dan jasa yaitu
laporan penerimaan barang. Adapun pengendalian intern penerimaan barang dan
jasa seperti:

 Barang diawasi secara fisik sejak diterima sampai digunakan


 Dilakukan penelitian atas deskripsi, jumlah, saat kedatangan dan
diterima.
 Pegawai di bagian penerimaan harus independent dari bagian Gudang
dan akuntansi

2
 Catatan akuntansi hendaknya memisahkan tanggungjawab barang
tersebut dari bagian penerimaan ke Gudang dan selanjutnya dari Gudang
ke pabrik

c. Fungsi Pengakuan Kewajiban

Dokumen yang berhubungan dengan fungsi pengakuan kewajiban yaitu jurnal


perolehan dan note debut. Laporan ikhistar perolehan tediri dari voucher, faktur
pemasok, berkas induk utang usaha, dan neraca saldo utang usaha. Adapun
pengendalian intern untuk pengakuan kewajiban seperti:

 Adanya dokumen dan catatan yang memadai, prosedur penanganan


catatan yang memadai.
 Adanya pengecekan yang independen atas pelaksanaan.
 Adanya persyaratan bahwa pegawai yang mencatat perolehan tidak
mempunyai akses pada kas, efek-efek dan aktiva lainny

d. Fungsi Pemrosesan dan Pencatatan Kas

Dokumen yang berhubungan terhadap fungsi pemrosesan dan pencatatan kas yaitu
cek dan jurnal pengeluaran kas. Adapun pengendalian intern pemrosesan dan
pencatatan kas seperti:

 Adanya penandatanganan setiap cek oleh orang dengan otorisasi yang


memadai
 Pemisahan tanggung jawab antara penandatangan cek dengan pelaksana
hutang perusahaan
 Adanya pemeriksaan yang cermat atas dokumen pendukung oleh
penandatangan cek saat ditandatangani
 Cek seharusnya prenumbered dan dicetak diatas kertas khusus sehingga
sulit untuk mengganti nama penerima dan jumlahnya
 Adanya pengawasan fisik atas cek yang belum diisi, dibatalkan dan yang
sudah di ttd.
 Setiap dokumen dibubuhi nomor cek untuk mencegah penggunaan ulang
dokumen sebagai pendukung terhadap cek lain

3
2. Analisis Pengendalian Intern Pembayaran Dimuka
Beban yang dibayar dimuka adalah aset yang umurnya bervariasi dari beberapa blang
hingga tahun. Sontohnya sewa dibayar dimuka, hak paten, pajak dibayar dimuka,
asuransi dibayar dimuka, hak cipta, goodwill, beban yang ditangguhkan, dan lain-lain.
Pengendalian Intern untuk Pembayaran dimuka
Pengendalian intern khususnya terhadap asuransi dibayar dimuka adalah dengan
mengidentifikasi aturan yang berlaku terkait dengan asuransi tersebut. Dalam
melakukan ahl tersebut dengan menggunakan register asuransi (insurance register).
Selain itu auditor juga dapat melakukan pengecekan terhadap ayat jurnal yang berkaitan
dengan pencatatan asuransi tersebut.
Ciri-ciri pengendalian intern yang baik atas biaya dan pajak dibayar dimuka, yaitu:
 Pengeluaran untuk biaya dibayar dimuka dan pajak dibayar dimuka harus
mendapat otorisasi oleh pejabat yang berwenang.
 Didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap

Tujuan Pemeriksaan Biaya dan Pajak Dibayar Dimuka

Untuk memeriksa dan meyakinkan

a. Adanya pengendalian intern yang baik atas biaya dan pajak dibayar dimuka
b. Biaya yang memiliki kegunaan untuk tahun ayng akan datang sudah dicatat
sebagai biaya dibayar dimuka, dan
c. Biaya dibayar dimuka yang memiliki manfaat ekonomis dalam tahun berjalan
telah dibebankan sebagai biaya dalam tahun berjalan,
d. Seluruh pajak dibayar dimuka didukung dengan bukti setoran / pemotongan
pajak yang lengkap dan sah,
e. Penyajian biaya dan pajak dibayar dimuka sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku secara umum.

3. Analisis Pengendalina Intern Perlengkapan Kantor

Akun perlengkapan (Supplies) dalam akuntansi adalah barang-barang yang dimiliki


perusahaan yang bersifat habis dipakai ataupun bisa dipakai berulang-ulang yang
bentuknya relatif kecil dan pada umumnya bertujuan untuk melengkapi kebutuhan bisnis
perusahaan (tinta, kertas, nota). Perlengkapan juga merupakan bagian dari persediaan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan tahun 1999 salah satu pengertian persediaan adalah

4
aktiva dalam bentuk bagan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.

Dua tujuan utama pengendalian persediaan menurut Carl S. Warren, Dkk dalam buku
pengantar akuntansi 1 (2017:344) adalah sebagai berikut:

a. Melindungi Persediaan Perlengkapan Kantor


Pengendalian atas persediaan ahrus dimulai saat persediaan diterima.
Dokumen-dokumen yang sering digunakan untuk pengendalian persediaan
diantaranya adalah:
 Pesanan pembelian

Pesanan pembelian (Purchase Order) memberi wewenang atas


pembelian suatu barang dari pemasok

 Laporan penerimaan

Laporan penerimaan (Receiving Report) harus dilengkapi oleh


departemen penerimaan perusahaan sebagai akuntabilitas awal atas
persediaan. Untuk memastikan persediaan yang diteruma adalah barang
yang dipesan, laporan penerimaan harus sesuai dengan pesanan
pembelian barang yang dikeluarkan perusahaan. Kemudian harga,
jumlah dan keterangan barang dalam pesanan pembelian dan laporan
penerimaan dicocokan dengan faktor pemasok.

 Faktor Pemasok
Pengendalian untuk melindungi persediaan mencangkup tindakan-
tindakan pengamanan untuk mencegah kerusakan persediaan atau
pencurian oleh pelanggan atau karyawan. Contoh pengamanan meliputi:
o Persediaan harus disimpan dalam suatu area dengan akses
terbatas hanya pada karyawan yang berwenang.
o Barang berharga disimpan dalam lemari terkunci.
o Menggunakan alat seperti cermin dua arah, kamera dan penjaga
keamanan.
b. Melaporkan Persediaan Perlengkapan Kantor
Untuk memastikan keakuratan jumlah persediaan yang dilaporkan dalam
laporan keuangan, perusahaan dagang perlu melakukan perhitungan fisik

5
persediaan, yaitu menghitung persediaan secaar fisik. Setelah jumlah persediaan
dihitung, biaya perolehan dimasukan kedalam laporan keuangan.

B. Prosedur Audit
Prosedur audit adalah metode atau teknik yang digunakan oleh para auditor untuk
mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi dan kompeten. Pilihan auditor
tentang prosedur audit dipengaruhi oleh faktor dari mana data diperoleh, dikirimkan, diproses,
dipelihara, atau disimpan secara elektronik. Pengolahan komputer juga mempengaruhi
pemilihan prosedur audit. Prosedur audit terbagi dalam 10 jenis yaitu:

1. Inspeksi

Pemeriksaan rinci terhadap suatu dokumen dan kondisi fisik yang memiliki kaitan dan
memiliki probabilitas menghasilkan bukti untuk mendukung laporan keuangan.

2. Observasi/Pengamatan

Observasi adalah prosedur audit yang digunakan untuk melihat dan mengamati
pelaksanaan suatu kegiatan atau prosedur yang sedang dilaksanakan klien secara
langsung di lapangan. Prosedur ini bertujuan untuk memperoleh bukti visual mengenai
suatu kegiatan dan mengukur aktivitas tertentu dari klien.

3. Permintaan Keterangan (Enquiry)

Permintaan keterangan merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta


keterangan secara lisan. Respon atas permintaan keterangan dapat memberikan
informasi yang sebelumnya tidak dimiliki oleh audtor atau menguatkan bukti audit,
seperti permintaan keterangan auditor mengenai keusangan persediaan di dalam
gudang

4. Konfirmasi

Konfirmasi adalah bukti audit yang diperoleh auditor sebagai respon langsung tertulis
dari pihak ketiga (pihak yang mengonfirmasi). Bukti ini bisa tertulis dalam kertas, atau
secara elektronik untuk memverifikasi keakuratan informasi yang diperoleh dari klien.
Surat konfirmasi terdapat 3 jenis, yaitu : konfirmasi positif, konfirmasi negatif, dan
konfirmasi bentuk kosong. Konfirmasi positif merupakan surat konfirmasi yang
dikirimkan oleh auditor kepada pihak ketiga untuk meminta konfirmasi dengan respon

6
langsung kepada auditor, baik setuju maupun tidak setuju terhadap informasi
didalamnya. Konfirmasi Negatif merupakan surat konfirmasi yang dikirimkan oleh
auditor kepada pihak ketiga untuk meminta konfirmasi, auditor hanya meminta respon
dari pihak ketiga ketika informasi yang ada di surat konfirmasi tidak sesuai. Konfirmasi
bentuk kosong adalah surat konfirmasi yang tidak menyebutkan saldo yang ingin
dikonfirmasi, melainkan pihak ketiga sendiri yang menyebutkan jumlah saldo
rupiahnya.

5. Penelusuran (tracing)

Penelusuran diterapkan pada bukti yang berupa dokumen, dilakukan penelusuran dari
dokumen pendukung dilanjutkan dengan mengusut pencatatannya ke dalam catatan
akuntansi yang berkaitan. Contoh prosedur penelusuran yaitu menelusuri dari laporan
penerimaan barang ke jurnal untuk memeriksa kelengkapan dan ketelitian pencatatan

6. Pemeriksaan bukti pendukung (vouching)

Berbeda dengan tracing, vouching merupakan proses pengumpulan bukti yang


dilakukan auditor dari catatan akuntansi ke dokumen. Jadi vouching merupakan
kebalikan dari tracing. Pemeriksaan Bukti Pendukung dilakukan dari catatan akuntansi
kemudian memeriksa dokumen pendukung, seperti memeriksa ayat jurnal pembelian
dan dicocokkan pada faktur pembelian dan laporan penerimaan barang.

7. Perhitungan (Counting)

Prosedur ini merupakan penghitungan fisik yang dilakukan auditor di dalam


pemeriksaan untuk mendapatkan bukti. Misalnya penghitungan fisik dari jumlah
persediaan akhir.

8. Scanning

Scanning merupakan penelaahan secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar
untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampaktidak biasa dan memerlukan pentelidikkan
yang lebih mendalam.

9. Pelaksanaan ulang (reperforming)

Pelaksanaan ulang merupakan pengulangan aktivitas yang dilaksanakan oleh klien,


biasanya diterapkan pada penghitungan dan rekonsiliasi yang telah dilakukan.

7
Pelaksanaan ulang yang dilakukan seperti penghitungan ulang jumlah total pada jurnal,
penghitungan ulang penjumlahan dalam rekonsiliasi bank.

10. Computer-assisted Audit Techniques (Teknik audit berbantuan komputer)

Proses ini dilakukan apabila catatan akuntansi klien direkam atau disajikan dalam
media elektronik dan sebagainya.

C. Compliance Test dan Substantive Test Siklus Perolehan dan Pembayaran


Dimuka dan Perlengkapan Kantor
Compliance Test
Menurut Soekrisno Agoes, prosedur pemeriksaan dibagi atas prosedur compliance test
dan substantive test. Tes ketaatan (Compliance Test) atau test of recorded transactions
adalah tes terhadap bukti-bukti pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat
perusahaan untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah diproses dan
dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan manajemen atau tes terhadap
ketaatan sistem pengendalian intern yang telah dilakukan oleh perusahaan. Compliance test
merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah
menaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan
oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak eksternal
(pemerintah).
Menurut (Arens, Elder, & Beasley, 2015), tujuan audit ketaatan adalah untuk
menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur, kebijakan, dan regulasi
yang telah ditetapkan oleh badan/otoritas yang lebih tinggi. Hasil dari audit kepatuhan
biasanya berupa pernyataan temuan atau tingkat kepatuhan dan dilaporkan kepada pihak
tertentu dalam unit organisasi yang diaudit. Jika terjadi penyimpangan dalam pemprosesan
dan pencatatan transaksi, walaupun jumlahnya tidak material, auditor harus
memperhitungkan pengaruh dari penyimpangan tersebut terhadap efektivitas pengendalian
intern. Selain itu juga harus dipertimbangkan apakah kelemahan dalam salah satu aspek
pengendalian intern bisa diatasi dengan suatu “compensating control” atau pengendalian
kompensatif yang dimaksudkan untuk memperkuat pengendalian karena terabaikannya
suatu aktivitas pengendalian. Dalam hal ini internal manajemen telah melakukan
kompensasi untuk menutupi kelemahan pengendalian tersebut. Misalnya: Compliance test
biasanya dilakukan untuk transaksi sebagai berikut ini:

8
Kesalahan yang Kelemahan I/C Compensating Control
ditemukan (Internal Control)
Bukti pengeluaran, Timbul kemungkinan 1. Subledger utang selalu di update
kas dan bukti-bukti bukti pendukung yang dan setiap akhir bulan
pendukung tidak digunakan untuk direkonsiliasi dengan saldo utang
dicap lunas. pembayaran yang di buku besar
kedua kalinya 2. Perusahaan memiliki bagian
internal audit yang cukup kuat
dan setiap bulan memeriksa
kelengkapan bukti-bukti
pengeluaran kas
Bukti pengeluaran Timbul kemungkinan Perusahaan menggunakan imprest fund
kas tidak bernomor penyalahgunaan bukti untuk pengeluaran ≤ Rp1.000.000 untuk
urut tercetak tersebut untuk jumlah ≥ Rp1.000.000 dibayar dengan
kepentingan pribadi giro yang nomor urutannya selalu
diawasi.

Complience test biasanya dilakukan untuk transaksi sebagai berikut :


Jenis transaksi Jenis compliance test Sampel yang digunakan
Penjualan Sales test Faktur penjualan
Penerimaan kas Cash receipts test Kwitansi
Pengeluaran kas Cash disbursments test Monor check/giro
Pembelian Purchase test Purchase order
Pembayaran gaji dan upah Payrol test Daftar gaji
Jurnal koreksi/penyesuaian Journal voucher test Jurnal voucher

Dalam melaksanakan compliance test, auditor harus memperhatikan hal-hal berikut:


1. Kelengkapan bukti pendukung (supporting documents)
2. Kebenaran perhitungan mathematis (footing, cross footing, etension)
3. Otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang
4. Kebenaran nomor perkiraan yang didebit/dikredit
5. Kebenaran posting ke buku besar dan sub buku besar

9
Compliance test bisa dilakukan pada waktu interim audit dan dilanjutkan setelah
perusahaan melakukan penutupan buku pada akhir tahun.
Prosedur audit dibagi atas prosedur compliance test dan prosedur substantive test.
Dalam praktiknya, prosedur audit yang dibahas harus disesuaikan dengan kondisi
perusahaan yang diaudit. Prosedur pemeriksaan compliance test berkaitan dengan
tindakan auditor mengevaluasi pengendalian intern klien. Internal control
questionnaires menjadi pilihan untuk menilai keefektifan pengendalian internal di
perusahaan. Prosedur audit untuk compliance test, yaitu :
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas biaya dan pajak dibayar dimuka:
a. Dalam hal ini internal control questionnaires (ICQ) yang digunakan tercakup
dalam internal control questionnaires atas pengeluaran kas dan setara kas dan
lakukan pengujian detail transaksi. Pengujian pengendalian yaitu berkaitan
dengan:
 Apakah setiap pembayaran yang menyangkut biaya dan pajak dibayar
dimuka didukung oleh bukti-bukti sah dan lengkap.
 Apakah pembayaran tersebut diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang
berwenang.
 Apakah bukti setoran pajak, faktur pajak masukan, bukti pemotong pajak
oleh pihak ketiga di filing dengan baik dan rapi.
 Apakah lease agreement, insurance policy di filing dengan baik dan rapi.
b. Lakukan tes transaksi (compliance test) atas biaya dan pajak dibayar dimuka.
Yang digunakan sebagai sampel biayanya adalah bukti pengeluaran kas dan
bank, dimana sampel cukup dipilih secara random.
2. Tarik kesimpulan mengenai internal control atas biaya dan pajak dibayar dimuka.
Jika dari tes transaksi auditor tidak menemukan suatu kesalahan, maka auditor bisa
menyimpulkan bahwa internal control atas biaya dan pajak dibayar dimuka berjalan
efektif. Oleh karena itu substantive test atas perkiraan biaya dan pajak dibayar
dimuka bisa dipersempit.

C-1. Substantive Test yang Berkaitan dengan Siklus Perolehan

1. Akun dan Kelompok Transaksi di Dalam Siklus Perolehan dan Pembayaran

Prosedur substantif adalah aktivitas yang dilakukan oleh auditor untuk mendeteksi
salah saji material atau kecurangan di tingkat asersi. Tujuan dilakukannya prosedur

10
pengujian dalam siklus perolehan dan pembayaran adalah untuk mengevaluasi apakah
akun yang dipengaruhi oleh perolehan barang dan jasa serta pengeluaran kas untuk
perolehan tersebut secara wajar disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum. Terdapat 3 kelompok transaksi yang berkaitan dengan audit siklus perolehan
yaitu:

a. Perolehan Barang dan Jasa

b. Pengeluaran Kas

c. Retur dan Cadangan Pembelian serta Potongan Pembelian

Fungsi Operasional serta Dokumen dan Catatan Terkait


Fungsi Dokumen yang Pengendalian Internal
Operasional Berhubungan
Fungsi  Permintaan  Adanya otorisasi memadai
Pemrosesan  Pembelian (Purchase untuk perolehan guna
Order Requistion) menjamin bahwa barang dan
Pembelian  Order Pembelian jasa yang dibeli sesuai dengan
(Purcahse Order) kepentingan perusahaan dan
mencegah pembelian barang
yang tidak diperlukan.
 Adanya pengajuan order
untuk membeli barang dan
jasa.
 Order pembelian harus
prenumbered dan memiliki
kolom serta ruang yang cukup
untuk meminimalis ir
penghilangan yang tidak
disengaja pada formulir.
 Tanggung jawab otorisasi
perolehan dan penerimaan
barang bukan dibagian
pembelian

11
Fungsi Laporan Penerimaan Barang  Barang diawasi secara fisik
Penerimaan (Recieiving Report) sejak diterima hingga
Barang dan digunakan
Jasa  Dilakukan penelitian atas
deskripsi, jumlah, serta kondisi
barang saat diterima
 Pegawai di bagian penerimaan
harus independen
Fungsi  Jurnal Perolehan  Adanya dokumen dan catatan
Pengakuan (Acquisition Journal) yang memadai.
Kewajiban  Nota Debet (Debet Note)  Adanya pengecekan
 Laporan Ikhtisar yang independen atas
Perolehan (Summary pelaksanaan.
Acquistion Repost)  Adanya persyaratan bahwa
 Voucher pegawai yang mencatat
 Faktur Pemasok (Vendor perolehan tidak mempunyai
Invoice) akses pada kas, efek-efek,
 Berkas Induk Utang Usaha dan aktiva lainnya.
(Account Payable Master
File)
 Neraca Saldo Utang Usaha
(Account Payable Trial
Balance)
Fungsi  Cek  Adanya penandatanganan
Pemrosesan  Jurnal Pengeluaran Kas setiap cek oleh orang dengan
dan (Cash Disbursements otorisasi yang memadai
Pencatatan Journal)  Pemisahan tanggung jawab
Kas antara penandatanganan cek
dengan pelaksanan fungsi
utang usaha
 Adanya pemeriksaan yang
cermat atas dokumen
pendukung oleh

12
penandatanganan cek saat cek
ditandatangani
 Cek seharusnya prenumbered
dan dicetak di atas kertas
khusus sehingga sulit
mengganti nama penerima dan
jumlahnya
 Adanya pengawasan fisik atas
cek yang belum diisi,
dibatalkan dan yang sudah
ditandatangani
 Setiap dokumen pendukung
dibubuhi nomor cek untuk
mencegah penggunaan ulang
dokumen tersebut sebagai
pendukung terhadap cek lain.

Pengujian atas Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi


a. Pengujian atas Perolehan (Test of Acquisition) Berkaitan dengan 3
fungsi, yaitu:
- Fungsi Pemrosesan Order Pembelian

- Fungsi Penerimaan Barang dan Jasa

- Fungsi Pengakuan Kewajiban

b. Pengujian atas Pembayaran

Berkaitan dengan fungsi pemrosesan dan pencatatan kas.

C-2. Substantive Test yang Berkaitan dengan Siklus Pembayaran Dimuka


Untuk memulai pemeriksaan beban dibayar di muka, maka auditor yang bertugas
terlebih dahulu harus memahami kertas kerja pemeriksaan dari perusahaan klien tahun
sebelumnya. Pihak klien biasanya memiliki beragam jenis beban dibayar di muka seperti
asuransi, sewa pajak dan biaya lain-lain yang dibayar di muka.
1. Asuransi Dibayar Dimuka

13
Merupakan bagian dari premi asuransi yang telah dibayar tetapi belum berlaku pada
saat pelaporan Neraca.
2. Sewa Dibayar Dimuka
Merupakan beban sewa yang sebenarnya belum menjadi kewajiban yang harus
dibayarkan dalam periode yang bersangkutan, tetapi telah dibayarkan lebih dulu.
3. Pajak Dibayar Dimuka
Merupakan pajak yang dibayar oleh perusahaan setiap bulan atau dipotong/dipungut
oleh pihak ketiga dan akan diperhitungkan sebagai kredit pajak di akhir tahun (untuk
pajak penghasilan) atau di akhir bulan (untuk PPN).
a. Tujuan Audit Beban Dibayar Di Muka
Asersi Manajemen Pengujian

Eksistensi dan kelengkapan, mengetahui Memeriksa sample faktur asuransi dan polis,
apakah polis asuransi dalam skedul melakukan konfirmasi terhadap agen asuransi
memang ada dan telah disajikan perusahaan

Hak, mengecek apakah klien benar-


benar memiliki ha katas polis asuransi Melakukan review
tersebut

Melakukan verifikasi terhadap keakuratan


Keakuratan dan Detail Tie-in, jumlah
jumlah premi, lama periode, alokasi.
yang dibayarkan pada skedul sudah
Melakukan footing terhadap total skedul
akurat dan sesuai dengan buku besar
asuransi dan menelusurinya ke buku besar
Klasifikasi, beban asuransi yang
berhubungan dengan asuransi dibayar Melakukan evaluasi terhadap klasifikasi
dimuka di lakukan klasifikasi dengan
benar

Pisah Batas, transaksi asuransi telah Melakukan pengujian pisah batas yang biasanya
dicatat pada periode yang tepat bersamaan dengan utang usaha

b. Prosedur Audit Beban Dibayar Dimuka

14
Berikut merupakan prosedur audit yang perlu dilaksanakan oleh auditor pada
masing- masing akun:
1. Asuransi Dibayar di Muka
Prosedur audit yang perlu dilaksanakan untuk akun asuransi dibayar di muka:
 Meminta daftar asuransi yang dibayar di muka, dan menyocokan dengan
saldo buku besar.
 Memeriksa polis asuransi dan bukti pembayaran premi asuransi, bila polis
tersebut disimpan oleh bank, lakukan konfirmasi kepada bank yang
bersangkutan
 Memeriksa kebenaran perhitungan premi asuransi yang dibayar di muka dan
biaya asuransi untuk tahun berjalan dengan memerhatikan periode
berlakunya polis asuransi tersebut
 Memisahkan antara biaya yang mempunyai masa manfaat jangka pendek
dengan yang jangka Panjang
 Memerhatikan kecukupan jumlah asuransi atas segala macam kerugian yang
timbul.
2. Sewa Dibayar di Muka
 Prosedur audit yang perlu dilaksanakan untuk akun sewa dibayar di muka:
 Meminta daftar-daftar sewa dibayar dimuka dan Mencocokan dengan saldo
menurut buku besar
 Memeriksa surat kontrak sewa untuk perjanjian baru, sedangkan untuk
perjanjian lama dapat dilihat pada kertas kerja tahun sebelumnya
 Memeriksa kebenaran perhitungan sewa dibayar di muka untuk tahun
berjalan dengan memerhatikan periode berlakunya masa sewa tersebut
(lakukan rekonsiliasi dengan biaya sewa di pos laba rugi)
 Memeriksa bukti pembayaran atas penambahan sewa dibayar di muka dan
pastikan bahwa penambahan tersebut disetujui oleh pejabat yang berwenang
 Memisahkan antara biaya kontrak jangka pendek dengan jangka Panjang
 Untuk kontrak sewa jangka panjang, lakukan konfirmasi atas jumlah yang
masih berlaku
 Meyakinkan bahwa peraturan perpajakan yang berlaku untuk biaya sewa
telah ditaati.
3. Pajak Dibayar di Muka

15
 Prosedur audit yang perlu dilaksanakan untuk akun pajak dibayar di muka:
 Meminta daftar rincian pajak dibayar di muka yang meliputi jenis pajak PPh
Pasal 22, PPh Pasal 23, dan PPh Pasal 25
 Memeriksa bukti pemotongan dan bukti Surat Setoran Pajak (SSP), serta
tanggal penyetoran dan pelaporan
 Mencocokan atas bukti pemotongan dan bukti surat setoran pajak dengan
saldo di buku besar serta lakukan vouching terhadap bukti tersebut
 Melakukan rekonsiliasi antara total objek dengan tarif pajaknya (misalnya,
uang muka pajak PPh Pasal 23 = total pendapatan sewa tahun berjalan x
tarif pajaknya)

C-3. Substantive Test Yang Berkaitan Dengan Perlengkapan Kantor

Seperti halnya pada beban dibayar di muka, dalam melakukan pemeriksaan terhadap
perlengkapan kantor, auditor perlu mempelajari kertas kerja pemeriksaan perlengkapan tahun
sebelumnya agar proses pemeriksaan sejalur dan mudah dilaksanakan. Perlengkapan kantor
merupakan barang-barang yang digunakan untuk menghasilkan suatu pekerjaan yang
diharapkan di kantor. Misalnya kertas, amplop, pita, dan sebagainya.
Ciri-ciri dari perlengkapan:
1) Tidak ada biaya penyusutan karena termasuk barang yang habis pakai.
2) Tidak bisa dijual kembali.
3) Masa manfaat atau pemakaiannya kurang dari satu tahun.
4) Dapat digunakan tanpa listrik.
5) Lebih murah dan relatif lebih kecil.
6) Tujuan utamanya hanya sebagai pelengkap (untuk melengkapi) bukan sebagai
pendukung usaha.
7) Dicatat sebagai aktiva lancar
a. Tujuan Pemeriksaan Perlengkapan Kantor
1) Memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik terhadap perlengkapan
kantor atau tidak. Hal ini akan mempengaruhi substantive test yang dilakukan, dimana
saat internal control atas perlengkapan kantor berjalan efektif maka luasnya
pemeriksaan dapat dipersempit.
2) Memeriksa apakah jumlah perlengkapan yang tersedia murni memiliki kriteria
sebagai perlengkapan dan tidak termasuk peralatan di dalamnya.

16
3) Memeriksa setiap pembelian perlengkapan apakah ada bukti pembelian (seperti faktur
pembelian)
4) Memastikan setiap pembelian perlengkapan kantor dicatat sebagai perlengkapan pada
pelaporan dan digolongkan pada kelompok aktiva lancar.
5) Memastikan setiap akhir periode jumlah perlengkapan yang terpakai dicatat sebagai
beban perlengkapan yang akan dilaporkan dalam akun laba rugi.
6) Memeriksa apakah penyajian perlengkapan kantor dalam laporan keuangan sudah
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (PSAK).
b. Prosedur Audit Perlengkapan Kantor
1) Meminta rincian daftar perlengkapan dan mencocokan dengan saldo yang ada pada
buku besar.
2) Meminta bukti pembelian perlengkapan dan bukti pendukung lainnya serta lakukan
pengecekan terhadap fisik perlengkapan
3) Mencocokan hasil pemeriksaan fisik dengan catatan persediaan perlengkapan.
4) Memeriksa pencatatan perlengkapan dalam laporan keuangan perusahaan apakah
telah dilakukan penyesuaian terhadap perlengkapan yang telah dipakai.
5) Memeriksa apakah penyajian perlengkapan kantor sudah sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam mengaudit Siklus Perolehan dan Pembayaran Dimuka dan Perlengkapan Kantor
perlu dilakukannya analisis pengendalian intern terlebih dahulu yang terbagi menjadi 3
diantaranya siklus perolehan, pembayaran dimuka, dan perlengkapan kantor. Setelah
dilakukannya analisis pengendalian maka auditor dapat memulai prosedur auditnya seperti
inspeksi, observasi, enquiry, konfirmasi, penelusuran, vouching, perhitungan, scanning,
reperforming. Sehingga dapat melakukan compliance dan substantive test. Kemudian setelah
serangkaian prosedur audit tersebut dilakukan, maka auditor akan lanjut kepada kertas kerja,
dimana auditor akan menuliskan hasil compliance serta substantive test terhadap bukti yang
tercatat pada pembukuan perusahaan serta asersi manajemen.

18
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S. (2017). Auditing: Petunjuk Praktis pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik (5
ed.). Jakarta: Salemba 4.
Arens, A. A., Elder, J. R., & Beasley, S. M. (2015). Auditing an Assurance Service. Pretince
Hall.
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/16926/05.2%20bab%202.pdf?sequence=
5&isAllowed=y (diakses pada tanggal 28 Maret 2022)

Ilmu. 2017. “Prosedur Audit dan Jenis Bukti Audit” dalam


https://www.prosedur.my.id/2017/10/prosedur-audit-dan-jenis-bukti-audit.html?m=1
(Diakses pada tanggal 28 Maret 2022)

Kita Mahasiswa Akuntansi. “Audit Siklus Beban Dibayar Dimuka – Makalah Audit”
http://kelompokakuntansi.blogspot.com/2016/12/audit-siklus-beban-dibayardimuka.html
(Diakses pada tanggal 28 Maret 2022).

Nofianti. Leny. 2013. “Modul Labotarorium Auditing” (Diakses pada tanggal 28 Maret 2022)

19

Anda mungkin juga menyukai