Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PENAMBAHAN ABU SEKAM PADI (ASP) TERHADAP KUAT

TEKAN DAN ABSORPSI BATA MERAH

Rudi Hartono1), Elhusna2), Fepy Supriani3)


1)
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNIB, Jl. W.R. Supratman, Kandang
Limun, Bengkulu 38371, Telp. (0736) 344087, e-mail : sipil_okezone@yahoo.com
2.3)
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNIB, Bengkulu

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui besarnya pengaruh penambahan abu sekam padi
(ASP) terhadap sifat mekanis bata merah (kuat tekan dan absorpsi) dan persentase
penambahan ASP yang terbaik untuk campuran bata merah. Metode penelitian yang
digunakan berupa eksperimen dengan menambahkan ASP sebagai bahan campuran
pembuatan bata merah. Variasi sampel bata merah yang dibuat yaitu bata normal (R0)
dan bata merah dengan penambahan ASP (5%, 10%, 15%, 20% dan 25%). Jumlah
sampel benda uji untuk masing-masing persentase penambahan ASP adalah sebanyak 20
buah bata merah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan kuat tekan tertinggi terdapat
pada sampel bata R0 (3,164 MPa), sedangkan kuat tekan terendah terdapat pada bata
merah dengan persentase penambahan ASP 25% (1,030 MPa). Nilai absorpsi terbesar
terdapat pada bata merah dengan penambahan ASP 25% (28,2%) dan yang terendah
terdapat pada bata merah normal (23,1%). Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan dan
absorpsi bata merah dapat disimpulkan bahwa penambahan ASP dapat menurunkan nilai
kuat tekan bata merah dan menaikan persentase absorpsi. Nilai kuat tekan berbanding
terbalik dengan absorpsi bata merah.
Kata kunci : Bata merah, Abu Sekam Padi, Kuat Tekan, Absorpsi.

PENDAHULUAN
Bengkulu merupakan salah satu provinsi produksi adalah bata bolong dan bata
di Indonesia yang sedang dalam masa pejal konvensional. Salah satu daerah
pembangunan. Meningkatnya dari Provinsi Bengkulu yang
pembangunan di Bengkulu dikarenakan memproduksi bata adalah di Kelurahan
kebutuhan akan tempat tinggal dan Babatan, Kecamatan Sukaraja,
sarana umum bagi masyarakat sudah Kabupaten Seluma.
meningkat. Peningkatan kebutuhan
Bata merupakan salah satu komponen
tersebut berbanding lurus dengan
yang penting pada suatu bangunan. Bata
kebutuhan akan bahan material
dipilih sebagai bahan alternatif utama
bangunan baik struktural dan non
penyusun bangunan karena harganya
struktural. Salah satu material non
yang relatif murah, memiliki kekuatan
struktural yang sangat dibutuhkan
yang cukup tinggi, tahan terhadap
adalah bata.
pengaruh cuaca dan tahan terhadap api
Pabrik pembuatan bata banyak tersebar (Albazzar, 2013).
hampir di semua kabupaten dan kota di
Abu sekam padi (ASP) merupakan
Provinsi Bengkulu. Jenis bata yang di
bahan berlignoselulosa seperti biomassa

Jurnal Inersia Volume 7 No.1 April 2015 23


lainnya namun mengandung silika yang Tanah liat alias lempung merupakan
tinggi. Kandungan kimia sekam padi tanah dengan kadar mineral lempung
terdiri atas 50 % selulosa, 25 – 30 % yang tinggi. Tanah jenis ini memiliki
lignin, dan 15 – 20 %. Abu sekam padi leburan silika yang sangat halus.
yang dihasilkan dari pembakaran sekam Tanah liat terbentuk akibat
padi pada suhu 400o – 500o C akan melapuknya batuan silika karena
menjadi silika amorphous dan pada suhu terpengaruh asam karbonat. Ciri khas
lebih besar dari 1.000o C akan menjadi tanah ini adalah kering, lengket, dan
silika kristalin (Ismail dan Waliuddin menggumpal dan melunak jika
dalam Bakri, 2008). terkena air (Ahira dalam Sari, 2014).
Sesuai dengan penjelasan tersebut di
2. Abu sekam padi
atas, peneliti melakukan penelitian
menyangkut absorpsi, sifat fisis dan kuat Sekam padi merupakan bahan
tekan bata merah dengan melakukan berligno-selulosa seperti biomassa
eksperimen. Eksperimen dilakukan lainnya namun mengandung silika
dengan menambahkan campuran abu yang tinggi. Kandungan kimia sekam
sekam padi ke dalam komposisi bahan padi terdiri atas 50 % selulosa, 25 –
pembuatan bata merah. Abu sekam padi 30 % lignin, dan 15 – 20 % silica.
dipilih karena memanfaatkan kadar Sekam padi saat ini telah
silika yang terkandung di dalam abu dikembangkan sebagai bahan baku
sekam. Pencampuran Abu sekam padi untuk menghasilkan abu yang
(ASP) dalam penelitian ini adalah dikenal di dunia sebagai RHA (rice
perbandingan dari persentase tanah liat husk ask). Abu sekam padi yang
sebagai bahan baku utama pembuatan dihasilkan dari pembakaran sekam
bata. padi pada suhu 400o – 500o C akan
menjadi silica amorphous dan pada
TINJUAN PUSTAKA suhu lebih besar dari 1.000o C akan
Bata merah menjadi silica kristalin (Ismail dan
Waliuddin dalam Bakri, 2008).
Bata merah adalah bata yang dibuat dari
tanah liat dan dibakar (Kimpraswil 3. Air
dalam Johanes, 2013). Bata merah Air adalah bahan yang sangat penting
adalah salah satu unsur bangunan dalam dalam proses reaksi pengikatan
pembuatan konstruksi bangunan yang
matreial-material yang digunakan
terbuat dari tanah liat ditambah air untuk pembuatanbata. Penambahan
dengan atau tanpa bahan campuran lain. air secukupnya dimaksudkan agar
Tahapan pengerjaan pembuatan bata pada saat pencetakan batu bata dapat
adalah menggali, mengolah, mencetak, lebih mudah (Elianora, 2010).
mengeringkan, membakar pada
temperatur tinggi hingga matang dan Kuat tekan bata merah
berubah warna, serta akan mengeras Kuat tekan merupakan perbandingan
seperti batu jika didinginkan hingga antara beban yang diterima bata
tidak dapat hancur bila direndam dalam terhadap luas bersih bata yang dibebani.
air (Ramli, 2007). Bata yang diuji kuat tekan telah
Bahan pembuatan bata merah dicapping terlebih dahulu dengan
1. Tanah liat mortar. Mortar yang digunakan adalah

Jurnal Inersia Volume 7 No.1 April 2015 24


mortar dengan perbandingan semen Tabel 2. Tingkatan Kuat Tekan Bata
pasir 1 : 2,5. Mortar dicetak terlebih Mutu Bata KuatTekan
dahulu pada cetakkan 5 x 5 cm. (kg/cm2)
Pengujian kuat tekan dilakukan setelah Tingkat III 60-80
mortar berumur tujuh hari (Johanes, Tingkat II 80-100
2013).
Tingkat I 100
Kuat tekan bata dipengaruhi oleh
Sumber : NI-10, 1978:6, dalam Handayani,
proses pembuatan. Pemadatan tanah 2010
yang lebih baik akan menghasilkan Nilai kuat tekan bata merah dapat
bata yang lebih padat. Proses dihitung dengan rumus berdasarkan SNI
03-4146-1996 sebagai berikut :
pengeringan bata yang menerima
cukup sinar matahari akan membuat (1)
bata kering dengan sempurna.
Dimana:
Pembakaran yang lebih lama akan  = Kuat tekan (kg/cm2)
membuat bata menjadi lebih kuat P = Beban maksimum (kg)
(Johanes, 2013). Kuat tekan rata-rata A = Luas penampang benda uji (cm2)
bata merah yang ada di Kelurahan
METODE PENELITIAN
Betungan Kota Bengkulu adalah Metode penelitian yang dilakukan
5,337 MPa dan standar deviasi 0,952 adalah sebagai berikut:
(Johanes, 2013). 1. Pembuatan Bata Merah.
Metode penelitian ini diawali dengan
Kuat tekan bata merah menurut SII- menyiapkan bahan berupa tanah liat
0021-1978 terdapat pembagian kelas yang diambil dari pabrik pembuatan
(Tabel 1). bata merah di Kelurahan Babatan,
Tabel 1. Kuat Tekan Rata-rata Bata Kecamatan Sukaraja, Kabupaten
Merah Menurut SII-0021- Seluma. Bahan campuran berupa abu
1978 sekam padi diambil dari pabrik
Kekuatan Tekan penggilingan padi yang berlokasi di
Kela Rata-Rata Variasi Desa Suka Bulan, Kecamatan Talo
s Batu Bata Izin Kecil, Kabupaten Seluma. Setelah
kg/cm2 N/mm2 semua bahan baku disiapkan,
25 25 2,50 25% selanjutnya dilakukan pembuatan
50 50 5,0 22% benda uji. Pembuatan benda uji
100 100 10 22% berupa bata merah dilakukan di
150 150 15 15% pabrik bata merah di Kelurahan
200 200 20 15% Babatan.
250 250 25 15% Semua sampel benda uji diberi nama
Sumber : SII-0021-1978, dalam Handayani, kode. R0 untuk sampel bata normal,
2010
R5 untuk sampel dengan persentase
Kuat tekan bata merah dapat ASP 5%, R10 untuk ASP 10%, R15
dikelompokan ke dalam tiga tingkatan untuk ASP 15%, R20 untuk ASP
(Tabel 2) (NI-10, 1978:6 dalam 20% dan R25 untuk ASP 25%.
Handayani,2010) 2. Pengujian Mekanis Bata Merah.

Jurnal Inersia Volume 7 No.1 April 2015 25


Pengujian mekanis merupakan
pengujian sampel benda uji dengan
cara memerikan pembebanan pada
sampel. Pembebanan dilakukan
untuk mengetahui kekuatan dari bata
merah dengan campuran abu sekam
padi. Pengujian mekanis yaitu
pengujian kuat tekan dan absorpsi.
Tahapan Pembuatan Bata
Pembuatan bata merah yang dilakukan
yaitu pencetakan bata normal,
pencetakan bata 5% ASP, 10% ASP,
15% ASP, 20% ASP dan 25% ASP. Gambar 1. Compressive strength
machine
Pengujian Kuat Tekan Bata Merah
Pengujian Absorpsi Bata Merah
Pengujian bata merah bertujuan untuk
mengetahui nilai kuat tekan bata merah Pengukuran absorbsi bata merah pejal
menggunakan alat Compressive bertujuan untuk mengetahui seberapa
strength machine (Gambar 1). besar kemampuan maksimum bata untuk
menyimpan atau menyerap air. Langkah
Langkah-langkah pengujian kuat tekan kerja pengukuran absorbsi bata merah
bata berdasarkan SNI 03-4164-1996 berdasarkan SNI-03-1969-1990 sebagai
sebagai berikut : berikut :
7. Persiapan berupa sampel bata merah 1. Bata ditimbang terlebih dahulu
yang dicapping mortar dengan usia sebelum dilakukan perendaman.
capping 7 hari. 2. Sampel bata merah di masukan ke
8. Mengukur dimensi bata merah dalam bak berisi air bersih selama ±
9. Menimbang berat dan meletakkan 24 jam
benda uji di bawah alat 3. Setelah ± 24 jam bata dikeluarkan
pembebanan. dari dalam bak perendaman dan
10. Mengatur jarum penunjuk beban diangin-anginkan ± 15 menit.
pada posisi nol. 4. Sampel bata merah ditimbang
11. Melakukan pembebanan dengan beratnya dan dicatat.
kecepatan yang sesuai. 5. Perhitungan persentase absorbsi.
12. Mencatat data beban hancur pada
formulir. HASIL DAN PEMBAHASAN
13. Menggambar bentuk retakan yang Sifat Fisis Tanah Liat
terjadi setelah pengujian.
Tanah liat yang diambil untuk pengujian
fisis adalah tanah liat yang digunakan
untuk mencetak sampel bata. Tanah liat
yang digunakan dalam mencetak
masing-masing variasi sampel berasal
dari lokasi penggalian tanah yang sama.
Pengujian fisis tanah yang dilakukan

Jurnal Inersia Volume 7 No.1 April 2015 26


adalah pengujian susunan butir, berat
jenis dan batas-batas Atterberg. Pengujian Fisis Abu Sekam Padi
Susunan Butir Tanah Liat Pengujian fisis abu sekam padi meliputi
100
90 pengujian analisa saringan dan
80
pengujian berat jenis. Berdasarkan
% Butiran Halus

70
60
50 pemeriksaan, berat jenis ASP sebesar
40
30
1,715, modulus halus butir sebesar
20
10
1,889% dan grafik analisa saringan
0
0.001 0.003 0.009 0.027 0.081 0.243 0.729 2.187 6.561
(Gambar 4).
Tanah Liat 100
90

Butiran Halus (%)


Diameter Butir (mm)
80
Gambar 2. Grafik Analisa Saringan dan 70
Hydrometer 60
50
Berdasarkan gambar 2 diketahui 40
30
koefisien kelengkungan (Cz) dan 20
10
keseragaman (U) berturut-turut adalah 0
2,282 dan 9,405. Berdasarkan data 200 100 50 30 10 8 4
No. Saringan
tersebut dapat diketahui nilai Cc > 1 dan
Gambar 4. Grafik Analisa Saringan
menunjukkan bahwa tanah tersebut
ASP
termasuk tanah bergradasi baik. Tanah
bergradasi baik berarti tanah yang Pengujian Absorpsi Bata Merah
memiliki pori-pori udara kecil sehingga
penyerapan air kecil.
27.0 27.5 27.7 28.2
Berat Jenis Tanah Liat 23.1 25.1
Berat jenis merupakan perbandingan
antara massa relatif zat dalam kondisi
kering dengan massa air bersih. Dalam
penelitian ini diambil dua sampel
tanahdan abu sekam padi yang sama R0 R5 R10 R15 R20 R25
seperti pada saat pencetakan sampel Variasi Sampel
Absorpsi (%)
bata.
Berdasarkan pengujian berat jenis tanah Gambar 5.
Diagram Persentase
liat didapat rata-rata berat jenis tanah Absorpsi Rata-rata
Bata
adalah 2,71.
Berdasarkan Gambar 5 dapat diketahui
Batas-bata Atterberg.
bahwa semakin besar persentase
63.91 penambahan abu sekam padi maka daya
56.38 55.18 52.07 penyerapan bata akan semakin besar
49.68 49.36
35.1 30.21 34.52 36.23 38.42 38.49 pula.
28.81 26.17
20.66 15.83 Bila dibandingkan dengan sampel bata
11.26 10.87 normal, sampel bata dengan variasi
penambahan ASP persentase absorpsi
R0 R5 R10 R15 R20 R25 mengalami kenaikan. Persen absorpsi
Variasi Sampel
Batas Cair (%) Batas Plastis (%) Indeks Plastis (%) tertinggi terdapat pada sampel bata
Gambar 3. Grafik Atterberg Limit merah dengan penambahan ASP 25%.

Jurnal Inersia Volume 7 No.1 April 2015 27


Hal tersebut menunjukkan bahwa abu yang mempunyai daya serap atau
sekam padi merupakan material pengisi absorpsi tinggi.

tekan mortar lebih besar dari kuat tekan


Pengujian Kuat Tekan Bata Merah
bata merah.
Kuat tekan merupakan perbandingan Tabel 3. Rata-rata Kuat Tekan Bata
antara besarnya beban yang diterima Merah
Penurunan
suatu benda dengan luas bersih Standar
Sampel Terhadap
permukaan benda tersebut. Bata merah (MPa) Deviasi
R0 (%)
yang akan diuji kuat tekannya terlebih R0 3,164 1,113 0,00
dahulu akan dicapping menggunakan R5 2,566 0,605 18,90
R10 2,399 0,402 24,18
mortar. Mortar yang digunakan adalah R15 2,105 0,367 33,47
mortar dengan perbandingan 1:3. Mortar R20 1,167 0,311 63,12
juga dicetak ke dalam cetakan kubus R25 1,030 0,445 67,45

ukuran 5 x 5 cm. Pencetakan mortar ke


dalam cetakan kubus dilakukan untuk 3.164
mengetahui kuat tekan mortar. 2.566 2.399
2.105
Pengujian kuat tekan mortar dilakukan
1.167 1.030
setelah usia mortar 7 hari. Pengujian
kuat tekan bata merah juga diakukan
setelah usia capping bata 7 hari (Gambar
R0 R5 R10 R15 R20 R25
4.5 dan Gambar 4.6).
Variasi Sampel

Kuat Tekan (MPa)

Gambar 8. Diagram Rata-rata Kuat


Tekan Bata Merah
Berdasarkan Gambar 8 diketahui bahwa
semakin besar penambahan ASP kuat
tekan semakin menurun dibandingkan
dengan kuat tekan bata normal (R0).
Gambar 6. Capping Bata.
Penurunan kuat tekan sampel bata
dengan variasi penambahan ASP dari
bata normal berkisar antara 18,9%
sampai dengan 67%. Bila dilihat dari
SII-0021-1978 dalam Handayani (2010),
bata normal (R0) dan sampel bata
dengan ASP 5% termasuk ke dalam
kelas 25. Untuk sampel bata merah
dengan ASP 10% sampai ASP 25%
Gambar 7. Pola Retakan Pengujian tidak memenuhi standar.
Kuat Tekan Bata
Kuat tekan mortar yang telah diuji
setelah usia 7 hari didapat nilai kuat
tekan mortar sebesar 3,4 MPa. Nilai kuat

Jurnal Inersia Volume 7 No.1 April 2015 28


Hubungan Kuat Tekan dan Absorpsi terbersar dari sampel bata normal
Bata Merah (1,030 MPa), standar deviasi
Grafik hubungan kuat tekan dan (0,445), persen penurunan
absorpsi bata merah dapat dilihat pada (67,45%) dan penurunan terkecil
Gambar 9. terdapat pada bata dengan ASP 5%
26.97 27.53 27.67 28.23 (2,566 MPa), standar deviasi
25.09
23.12
(0,605) persen penurunan (18,9%).
5. Penambahan ASP menurunkan nilai
kuat tekan bata.
3.164 2.566 2.399 2.105 6. Semakin besar persentase absorpsi
1.167 1.03 bata merah maka akan semakin
kecil nilai kuat tekan yang
R0 R5 R10 R15 R20 R25
dihasilkan.
Absorpsi (%) Kuat Tekan (MPa)
7. Berdasarkan SII-0021-1978 kuat
Gambar 9. Diagram Hubungan Kuat tekan bata normal dan bata merah
Tekan dan Absorpsi Bata ASP 5% termasuk ke dalam kelas
Merah 25, sedangkan untuk bata dengan
Berdasarkan Gambar 9 diketahui bahwa ASP 10% sampai dengan 25% lebih
nilai absorbsi berbanding terbalik kecil dari standar.
dengan kuat tekan bata merah. Semakin 8. Berdasarkan NI-10 sampel bata
besar nilai persen absorpsi maka akan normal dan sampel bata dengan
semakin kecil kuat tekan bata merah variasi ASP (5%, 10%, 15%, 20%
yang dihasilkan. Semakin kecil persen dan 25%) tidak memenuhi standar
absorpsi bata merah maka akan semakin kekuatan tekan.
besar kuat tekan bata merah yang 9. Sampel bata merah dengan
dihasilkan. penambahan ASP 5% yang terbaik
dengan kuat tekan yang masih
KESIMPULAN memenuhi standar SII-0021-1978
1. Ukuran dan dimensi sampel bata dibandingkan sampel bata dengan
merah normal dan sampel bata variasi penambahan ASP lain.
dengan variasi penambahan ASP
lebih kecil dari standar SNI-15- SARAN
2094-1991.
2. Tanah untuk bata normal (R0) 1. Untuk mengetahui pengaruh jenis
memiliki indeks plastisitas tertinggi tanah terhadap sifat mekanis bata
(28,81%) dan indeks plastisitas merah campuran ASP, pengambilan
terendah terdapat pada tanah tanah dilakukan di banyak tempat
dengan penambahan ASP 25% yang berbeda.
(10,87%). 2. Agar dapat melihat pengaruh posisi
3. Absorpsi bata merah tertinggi yaitu pembakaran terhadap sifat mekanis
bata dengan campuran ASP 25% bata merah campuran ASP,
(28,2%) dan yang terendah yaitu posisikan tiap variasi sampel pada
pada sampel bata normal (23,1%). posisi pembakaran yang berbeda.
4. Kuat tekan sampel bata merah 3. Berikan perlakuan khusus pada bata
dengan variasi penambahan ASP campuran ASP untuk
25% mengalami penurunan

Jurnal Inersia Volume 7 No.1 April 2015 29


membandingkan nilai kuat tekan Universitas Negeri Semarang,
yang didapat. Semarang.
4. Alat pencetakan bata merah dari
Hermila, Djamas D. dan Amir H, 2014,
yang memakai cetakan kayu dan
Pengaruh Variasi KomposisiPasir
mengandalkan tenaga manusia
Pozzoland dan Pasir Alam
digantikan dengan mesin agar
terhadap Kuat Tekan dan Kuat
didapat tingkat kepadatan yang
Lentur Bata Ringan, Pillar of
sama.
Physics, Jurusan Fisika, Fakultas
MIPA, Universitas Negeri
DAFTAR PUSTAKA Padang, Sumatera Barat.
Albazzar, M., 2013, Makalah Cara Johanes S., 2013, Performa dan
Pembuatan Bata Merah, Jurusan Karakteristik Bata Merah Pejal
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Konvensional di Kelurahan
Universitas Yudharta Pasuruan. Betungan Kecamatan Selebar
Kota Bengkulu, Jurnal Teknik
Bakri, 2008, Komponen Kimia dan Fisik
Sipil, Fakultas Teknik,
Abu Sekam Padi Sebagai Scm
Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Untuk Pembuatan Komposit
Semen, Jurnal Lab. Keteknikan Julianto, E., N., 2009, Pengaruh
dan Diversifikasi Produk Hasil Campuran Pasir Sungai
Hutan, Fakultas Kehutanan, Penggaron terhadap Kualitas
Unuveitas Hasanuddin, Makassar. Hasil Pembuatan Bata Merah di
sepanjang Sungai Penggaron
Budi, G. S., 2011, Penjelasan dan
Pedurunan Kidul, Kec.
Panduan Pengujian Tanah di
Pedurungan kota Semarang,
laboratorium, Graha Ilmu,
Jurnal teknik Sipil dan
Yogyakarta.
Perencanaan No. 2 Vol. 11,
Burhanuddin, 2007, Studi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Penyimpangan Ukuran Batu Bata Teknik, Universitas Negeri
Merah, Jurnal Teknik Arsitektur, Semarang.
Fakultas Sains dan Teknologi,
Kurniaty, D.,R, 2010, Bata Ekspos
UIN Alauddin, Makassar.
sebagai Alternatif Material
Elianora, Shalahuddinn M. dan Dinding untuk Rancangan
Aljirzaid, 2010, Variasi Tanah bangunan, Jurnal Ruang, Jurusan
Lempung, Tanah Lanau, dan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Pasir sebagai Bahan Campuran Universitas Tadulako, Tadulako
Batu Bata, Jurnal Teknobiologi,
Nur O. F., 2008, Analisis Sifat Fisis dan
Fakultas Teknik, Universitas
Mekanis Batu Bata Berdasarkan
Riau, Pekanbaru.
Sumber Lokasi dan Posisi Batu
Handayani S., 2010, Kualitas Batu Bata Bata dalam Proses Pembakaran,
Merah dengan Penambahan Jurnal Teknik Sipil Vol. 4,
Serbuk Gergaji, Jurnal Teknik Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Sipil Vol. 12, Jurusan Teknik Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Sumatera
Barat.

Jurnal Inersia Volume 7 No.1 April 2015 30


Ramli, dan Djamas, D., 2007, Pengaruh
Pemberian Material Limbah Serat
Alami Terhadap Sifat Fisika Bata
Merah, Jurusan Fisika, Fakultas
MIPA, Universitas Negeri
Padang.
Rochadi, M. dan Irianta, F. X. G. 2007,
Kualitas Bata Merah dari
Pemabfaatan Tanah Bantaran
Sungai Banjir Kanal Timur,
Jurnal Wahan Teknik Sipil,
Jurusan Teknik Sipil, Politeknik
Negeri Semarang, Semarang.
Sari, H., A., 2014, Analisis Penyusutan
dan Absorpsi Bata Merah Pejal
Konvensional di Kecamatan
Selebar dan Muara Bangkahulu
Kota Bengkulu, Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Somayaji. S, 2001, Civil Engineering
Material, Second Edition,
Prentice Hall Incompany, United
States Of America.
Suwardono, 2002, Mengenal Pembuatan
Bata, Genteng dan Genteng
Berglasir, CV. Yrama Widya,
Bandung.
SNI 03-1969-1990, 1990, Metode
pengujian Berat Jenis dan
Penyerapan Air Agragat Kasar,
BSN.
SNI 03-4164-1996, 1996, Metode
Pengujian Kuat Tekan Dinding
Pasangan Bata Merah di
Laboratorium, BSN
SNI 3422-2008, 2008, Cara Uji
Penentuan Batas Susut Tanah,
BSN.
SNI-15-2094-1991, 1991, Tentang Bata
Merah Pejal, BSN.

Jurnal Inersia Volume 7 No.1 April 2015 31


Jurnal Inersia Volume 7 No.1 April 2015 32

Anda mungkin juga menyukai