Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II yang diampu
oleh Ibu Dr. Hj. Tri Hapsari RA., SKp., M.Kes., AIFO
Disusun oleh:
Kelompok 4
Identitas:
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas dirasakan memberat sejak 3
hari ini. Pasien juga mengeluhkan mual tapi tidak sampai muntah. Selain itu pasien juga
mengeluhkan bengkak- bengkak di kaki sejak sebulan ini, dan beberapa minggu terakhir
bengkak dirasakan naik sampai paha dan perut. Pasien mengeluhkan gampang haus sehingga
sering minum dan merasa sering tidur atau gampang mengantuk dibanding hari- hari
sebelumnya. Pasien merasa bahwa badan lemas dan letih dalam beberapa bulan terakhir ini.
BAK dan BAB dirasakan kurang normal. Pasien adalah sopir bis yang sejak 2 bulan ini
terbiasa minum minuman kaleng berenergi supaya kuat dalam berkendara terutama malam
hari.
Pasien diketahui mengidap kencing manis dan darah tinggi sejak 4- 5 tahun terakhir tetapi
penderita tidak rutin kontrol dan tidak rutin minum obat.
Keadaan umum sedang, compos mentis, BB 55 kg, pemeriksaan tekanan darah 170/90
mmHg, frekuensi denyut nadi 120x/ menit kuat dan dalam, frekuensi nafas 30x/menit cepat
dan dalam, dan temperature 36,5 0 C. Pemeriksaan kepala dan leher didapatkan anemia (+).
Pemeriksaan thorax menunjukkan jantung membesar, rhonki (+/+), wheezing (-/-).
Pemeriksaan abdomen didapatkan ascites (+). Pada pemeriksaan extremitas didapatkan
edema tungkai (+/+) dan pemeriksaan kulit didapatkan bekas garukan dan kering.
Pemeriksaan Diagnostik:
Pemeriksaan darah lengkap Hemoglobin 7,2 gr/dl, PCV 38%, Leukosit 4500/mm 3,
Trombosit 150.000/ mm 3, Gula Darah Acak 345g/dl, Renal Function Test (BUN 200mg/dl,
Serum Kreatinin 9,3 mg/dl), Serum electrolyte (Natrium 140 mmol/L, Kalium 4,5 mmol/L).
Pada pemeriksaan urinalisis didapatkan protein(+++). Pemeriksaan Blood Gas Analysis
menunjukkan pH 6,9, pCO 2 36 mmHg, pO 2 180 mmHg, HCO 3 14 mEq/L, BE -9 mmol/L,
Oxygen saturation 98%. e GFR:25 ml/ menit. Pada pemeriksaan radiologis X Photo thorax
menunjukkan cardiomegaly, edema paru, serat ECG irama sinus takikardia 130x/menit, axis
normal.
Step 3 : Brainstorming
1. Apa hubungannya antara PGK hingga menyebabkan adanya kardiomegali?
Pasien memiliki riwayat hipertensi, tekanan darah yang tinggi. tekanan darah yang
tinggi menyebabkan jantung memaksimalkan ototnya untuk memompa darah bila jantung
terlalu sering memompa darah atau preload meningkat maka jantung akan kelelahan dan
otot akan mengalami fibrosis atau kekakuan.
PGK menyebabkan perubahan struktur jantung yang berawal dari mekanisme
kompensasi. Tekanan dan volume berlebih pada ventrikel kiri menimbulkan kompensasi
hingga akhirnya terjadi dekompensasi, berupa hipertrofi atau dilatasi dari ventrikel kiri.
Kondisi tersebut diperberat oleh akumulasi toksin uremia yang dapat menyebabkan
kematian sel jantung dan fibrosis. Komplikasi yang terjadi terus-menerus ini akan
menimbulkan peningkatan kerja jantung kiri, kongesti vena pulmonalis, dan kongesti paru
yang berdampak pada peningkatan beban kerja jantung kanan.
Penyakit jantung tersebut muncul karena keterkaitan erat antara ginjal dan
jantung. Penurunan fungsi ginjal dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi yang
menyebabkan kardiomegali dan semakin cepatnya penurunan fungsi ginjal. Semakin
besar penurunan fungsi ginjal tersebut, kejadian kardiomegali pun akan meningkat.
Prevalensi kardiomegali meningkat seiring dengan terjadinya disfungsi renal dan terus
berlanjut selama masa stadium predialisis PGK.
2. Bagaimana bisa pasien gagal ginjal kronik ini bengkaknya bisa dirasakan naik hingga ke
paha hingga perut?
Fungsi ginjal memfiltrasi darah yang memiliki hasil akhir yaitu urine, pada pasien
PGK ini pasien mengalami gangguan fungsi ginjal sehingga darah tidak dapat difiltrasi
secara efektif sehingga kotoran atau zat yang seharusnya dikeluarkan malah kembali ke
pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan pembuluh darah. disaat terjadi peningkatan
volume plasma maka akan terjadi peningkatan tekanan hidrostatis sehingga terjadi
peningkatan tekanan permeabilitas pembuluh darah sehingga cairan berpindah dari
intravaskuler ke interstisial. Dengan perpindahan cairan tersebut maka terjadilah edema
pada pasien PGK
3. Mengapa BAB dan BAK pada pasien gagal ginjal kronik dirasa kurang normal?
Darah pada pasien dengan ginjal kronik ini tidak terpompa dengan baik keseluruh
tubuh sehingga tidak cukup cairan di dalam pembuluh darah dan ginjal pun tidak bisa
memproduksi urin dengan baik. Kemudian dalam kesulitan dalam BAB pada pasien
ginjal kronik seringkali disarankan untuk diet rendah kalium, fosfor, dan juga mengurangi
asupan minum sehingga membuat pasien ginjal kronik rentan mengalami sembelit
ditambah lagi penderita ginjal kronik ini kesulitan untuk bergerak.
Yang terjadi dengan peningkatan ureum itu akan menurunkan peristaltik khusus.
Peningkatan ureum dianggap peningkatan kondisi simpatis, apabila simpatis meningkat
dalam kondisi sakit berat maka parasimpatis akan menurun dan ureum akan menurunkan
peristaltik khusus. Jadi apabila peristaltik khusu menurun maka eliminasi fekal akan
terganggu.
Eliminasi urin terganggu karena tidak terjadi filtrasi, karena glomerulus rusak
sehingga filtrasi glomerulus menurun akhirnya urin yang terbentuk menurun yang artinya
eliminasi menurun.
4. Mengapa pasien penderita PGK merasa gampang mengantuk?
Kualitas tidur pasien dengan PGK, antara lain, adalah tekanan darah diastol,
penanda inflamasi hs-CRP, dan rasio neutrofil-limfosit, dan antropometri. Hasil yang
didapatkan ini dapat menjadi dorongan kepada klinisi untuk lebih memperhatikan keluhan
gangguan pola tidur sebagai bagian dari faktor risiko kardiovaskular pada pasien PGK.
5. Apa hubungannya antara minuman kaleng berenergi dengan penyakit pada pasien PGK?
Dengan mengonsumsi minuman bersoda yang berlebih dapat mengakibatkan
gangguan pada fungsi ginjal dalam tubuh, karena di dalamnya terdapat bahan kimia
yaitu bersoda yang mana memberikan tekanan ekstra pada ginjal. Apabila
mengkonsumsi minuman bersoda sampai 2 kaleng dapat meningkatkan gagal ginjal.
Selain itu dalam minuman berkaleng itu berisi kafe natrium yang berpotensi merusak
ginjal.
1 kaleng minuman bersoda biasanya mengandung 64 gram atau setara dengan
13 sendok teh gula, apabila asupan gula berlebihan dalam jangka panjang akan
meningkatkan terjadinya resiko obesitas dan diabetes sehingga akhirnya
menyebabkan gagal ginjal kronis.
Step 6: Referensi
Nurarif Huda Amin dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta: Percetakan
mediaction Publishing Yogyakarta
Guyton, A. C., et al.: Circulatory Physiology II: Dynamics and Control of the Body Fluids.
Philadelphia, W. B. Saunders Co., 1975.
Ayodele, O. E. Alebiosu, C. O. Burden of Chronic Kidney Disease: an international
perspective, Adv. Chronic Kidney Dis, 2010; Institute of Diabetes and Digestive and
Kidney Disease; 2018.
Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) CKD Work Group. KDIGO 2012
clinical practice guideline for the evaluation and management of chronic kidney
disease. Kidney Int Suppl. 2013; 3(1): 1–150.
Purwanto. Vol 1, No. 01 (2013).
http://eprints.umm.ac.id/63046/5/BAB%20II.pdf. Diakses pada tanggal 26 Januari 2022