Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

OLEH :

KELOMPOK 8

1. EMILIA ILDA SEDIA (19190115)


2. PUTRI MIRATNA SULAPAH (19190361)
3. YOSEPHINA S. SUN (19190126)

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS KRISTEN ARTA WACANA

KUPANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehaditar Tuhan yang yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-nya kepada kami sehingga kami dapat menyelsaikan
penyusunan makalh ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat digunakan sebagai salah satu acuan, petunuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
penulisan selanjutnya,

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, sampaikan terimakasi kepada semua pihak yang telah berperan dalam
penyususnan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan senantiasa memberkati segala
Usaha Kita Amin.

Kupang, 20 April 2021

Penulis
BAB I

PENAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam buku-buku teks Akuntansi (khususnya teori akuntansi), istilah income pada
umumnya dimaknai sebagai jumlah bersih sehingga istilah laba lebih menggambarkan apa
yang dimaksud income dalam buku-buku tersebut. Laba dalam teori akuntansi biasanya lebih
menunjuk konsep yang oleh FASB disebut dengan laba komprehensi.
Masalah yang paling rumit berkaitan dengan laba adalah menentukan konsep laba secara
tepat untuk pelaporan keuangan sehingga angka laba merupakan angka yang bermakna baik
secara intuituf maupun ekonomik bagi berbagai pemakai statamen keuangan. Pemaknaan
atau pendefinisian laba mempunyai implikasi terhadap pengukuran dan penyajian laba.
Karena akuntansi secara umum menganut konsep los historis, asa akrual dan konsep
penandingan, laba akuntansi yang sekarang dianut dianut dimaknai sebagai sesilih antara
pendapatan dan biaya. Sementara itu, pendapatan dan biaya diukur dan diakui melalui
prosedur tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (PABU).

1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisiatau pengertian tentang laba.
2. Untuk mengetahui apa saja karekteristik laba
3. Untuk mengetahui konsep laba akuntansi dan ekonomi.

1.3. Manfaat
1. Memahami definisi dan konsep laba.
2. Dapat membedakan konsep laba menurut ekonomik dan akuntansi
BAB 11

PEMBAHASAN

2.1. Tujuan dan pelaporan


Dalam kenyataannya, para memakai mempunyai konsep laba dan modal pengambilan
keputusan yang berbeda-beda. Apapun pengertian dan cara pengukurannya, laba
akuntansi dengan berbagai interprestasinya diharapkan dapat digunakan anatara lain
sebagai:
1. Indikator efisien penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan
dalam tingkkat kembalian atas investasi (rate of return on invested capital)
2. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.
3. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.
4. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu Negara.
5. Dasar penentuan dan peniaian kelayakan tariff dalam perusahaan public
6. Alat pengendaian terhadap debitor dalam kontrak utang.
7. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
8. Alat motivasi mamajemen dalam pengendalian perusahaan.
9. Dasar pembagian defiden.

Teomelibatkari akuntansi tentang laba akan n pengukuran dan penyajian laba yang dapat
memenuhi berbagai tujuan diatas. Untuk melayani berbagai kebutuhan diatas, ada dua
pendekatan yang harus diprtimbangkan dalam akuntansi laba yaitu satu laba untuk berbagai
tujuan (single income of different purpose) atau beda tujuan beda laba (different incomes for
different purpose). Pendekatan pertama berusaha untuk memformulasi konsep laba tanggu
(umum) dan menyajikannya untuk memenuhi berbagai tujuan secara umum. Inilah pendekatan
yang ingin dicapai dalam merekayasa dalam pelaporan keuangan umum (general pupose
financial reporting).

Walaupun teori tentang konsep laba lebih berkaitan dengan pendekatan ini, akuntansi juga
berusaha untuk menyediakan informasi agar tujuan khusus dapat dipenuhi dengan menyediakan
informasi yang memungkinkan pemakai untuk menentukan konsep laba sesuai dengan
kebutuhan spesifiknya. Pendekatan kedua menggunakan berbagai konsep laba dan
menyajikannya secara jelas berbagai konsep laba tersebut secara khusus. Kebutuhan khusus ini
dapat dipenuhi dengan menyertai statemen keuangan umum (khususnya statemen laba-rugi)
dengan berbagai laporan pelengkap.

2.2. Konsep laba konvensional


Hendriksen dan Van Broda (1992) mengemukakan bahwa laba kauntansi yang
sekarang berjalan (konvensional) masih proplematik secara teoritis. Laba akuntansi
mempunyai beberapa kelemahan berikut:
1. Laba akuntansi belum didefinisi secara semantic dan jelas sehingga laba tersebut
secara intuitif dan ekonomik bermakna.
2. Penyajian dan pengukuran laba masih difokuskan pada pemegang saham biasa atau
residual.
3. Prinsip akuntansi berterima umum (PABU) sebagai pedoman pengukuran laba masih
memberi peluang untuk terjadinya inkonsistensi antarperusahaan .

Karena didasarkan pada konsep kos historis laba akuntansi secara umum belum memperhitungkan
pengaruh perubahan daya beli dan harga.

4. Dalam menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan, investor dan kreditor


memandang informasi selain laba akuntansi juga bermanfaat atau bahkan lebih
bermanfaat sehingga ketepatan laba akuntansi belum menjadi tuntutan yang
mendesak.
Atas dasar tujuan dan kelemahan laba akuntansi diatas, maka berikutnya akan
dibahas dua aspek pokok teori laba, yaitu (1) interoretasi laba dan implikasinya dalam
tataran teori dan (2) lingkup atas dasar kegiatan operasi dan teori entitas.

2.3. Konsep Laba Dalam Tataran Semantik


Konsep dalam tataran semantic berkaitan dengan masalah maka apa yang harus
direkatkan oleh prekayasa pelaporan pada symbol atau elemen laba sehingga laba
bermanfaat dan bermakna sebagai informasi. Pada tataran ini, teori berusaha untuk
menjawab pertanyaan apakah yang dipresentasi oleh laba. Pemaknaan laba akhirnya dan
menentukan pemaknaan laba secara sintatik yaitu pengukuran dan penyajiannya.

1. Pengukur Kinerja
Karena investor dan kreditor merupakan pihak yang dituju dalam pelaporan
keuangan, dianggap bahwa mereka berkepentingan dengan informasi masa lalu untuk
mengevaluasi prospek perusahaan dimasa datang. Kinerja perusahaan merupakan
manifestasi dari kinerja manajemen sehingga laba dapat pula diinterprestasi sebagai
pengukur keaktifan dan keefisienan manajemen mengelola sumber yang dipercayakan
kepadanya.
Secara umum, sfisien adalah kemampuan menciptakan keluaran (output)
tertinggi dengan sumber daya tertentu sebagai masukan (input). Bila keluara atau
sasaran tertentu telah ditentukan, efisien adalah kemampuan mencapai keluaran
tersebut dengan sumber daya terendah (minimum) yang dimungkinkan dalam
akuntansi, laba dimaknai dan diinterprestasi sebagai pengukur efisiensi oleh investor
dalam bentuk kembalian atas investasi (return on investment atau ROI). Bagi
manajemen, efisiesi dapat diinterprestasikan sebagai pengukur efisiensi penggunaan
sumber daya dalam bentuk kembalian atas aset (retrun on aset atau ROA). Bagi
keditor, efisiensi dapat ditunjukkan dengan tingkat bunga (retrun on loan atau ROL).
Jadi, laba dapat mempresentasi kinerja efisiensi kareana laba menentukan ROI,
ROA Dan ROL sebagai pengukur efisiensi. Karena kegiatan usaha sangat kompleks,
laba dipandang cukup kaya (Komprehensif) untuk mempresentasi efisiensi. Namun
validitas pengukur efisiensi tersebut bergantung pada bagaimana laba dan tingkat
investasi diukut serta dari sudut opandang siapa informasi efisiensi ditujukan.

2. Konfirmasi Harapan Investor


Prekayasan pelaporan juga berusaha menyediakan informasi untuk menyakinkan
bahwa harapan-harapan investor atau pemakai lainnya dimasa lalu tentang kinerja
perusahaan memang terealisasi. Dengan demikian, laba dapat diinterprestasi sebagai
sarana untuk mengonfirmasi harapan-harapan tersebut. Asumsinya adalah para
investor telah menggunakan segala informasi yang tersedia secara public sebagai
basis keputusan investasinya melalui prediksi laba. Bila diasumsi bahwa pasar cukup
efisien, laba yang diprediksi investor harus mendekati atau sama dengan laba yang
dilaporkan. Bila hal ini terjadi, laba merupakan sarana untuk mengonfirmasi harapan
investor dan investoer diharapkan tidak breaksi terhadap pengumuman laba.

3. Estimator Laba Ekonomik


Akuntansi menganut asas akrual untuk mendapatkan suatu angka yang lebih
bermakna secara ekonomik daripada sekedar kenaikan atau oenurunan kedalam suatu
periode. Angka laba akan bermakna kalau ia mempresentasi perubahan kemakmuran
(wealth) atau penciptaan niali (value creation) sebagai hasil kinerja ekonomik suatu
kesatuan usaha. Secara teknis, perubahankemakmuran atau nilai diwujudkan dalam
kegiatan produktif (mengjhasilkan barang dan jasa).
Prekayasaan akuntansi mengharapkan bahwa laba akuntansi akan mendekati laba
ekonomik atau paling tidak merupakan estimator yang baik untuk laba ekonomik.
Artinya, perubahan laba akuntansi diharapkan merefleksi pula perubahan ekonomik
perusahaan. Dengan demikian, laba akuntansi masih tetap bermanfaat bagi investor
yang mungkin lebih berkepentingan dengan laba ekonomik.
Laba akuntansi adalah dari kacamata prekayasa akuntansi atau kesatuan usaha
karena keprluan untuk menyajikan informasi secara obejektif dan tgerandalkan. Oleh
karena itu, laba akuntansi didasarkan pada data yang telah terjadi bukanya data
hipotesis yang dapat berupa kos kesempatan (opportunity cost). Pengertian ekonomik
dari segi akuntansi adalah kekayaan ekonomik (economic reasonableness) jangka
panjang dan bukan penilaian ekonomik (economic valuation) jangka pendek. Oleh
karena itu, depresiasi dalam akuntansi merupakan proses alikasi dan bukan proses
penilaian.
Sementara itu, ekonomik adalah laba dari kacamata investor karena keperluan
untuk menilai investasi dalam saham yang banyak hal bersifat subjektif bergantung
pada karekteristik investor. Dalam menilai investasinya, investor selalu mendasarkan
diri pada kos kesempatan yang diwujudkan dalam bentuk tingkat pengembalaian
pasar (market rate of retrun). Dengan demikian, laba dimata investor adalah tingkat
kembalian internal (internal rate of retrun) aliran-aliran kas masa datang yang dapat
dihasilkan seandainya investor menanamkan asetnya ditempat lain (kos kesempatan).
Dimata investor, penilaian aset lebih banyak didasarkan informasi pasar yang
berubah-ubah setiap saat dan depresiasi dipandang sebagai proses penilaian aset
(penurunan nilai).
Perbedaan sudut pandang diatas, menjadikan laba akuntansi berbeda dengan
laba ekonomik. Hendriksen dan Van Breda (1992,316) menyederhanakan perbedaan
laba akuntansi dan ekonomik artas dasar konsep depresiasi. Laba akuntansi dihitung
atas dasar depresiasi akuntans (alokasi) dan laba ekonomik dihitung atas dasar
depresiasi ekonomik (penurunan nilai).
Laba akuntansi juga berbeda dengan laba ekonomik karena konsep dasar yang
dianut. Laba akuntansi dilandasi oleh konsep kontinuitas usaha ynag memandang aset
sebagai sisa jasa sehingga kos historis menjadi basis pengurangannya. Sementara itu,
laba ekonomik dilandasi oleh konsep likuidasi yang melihat aset sekarang menjadi
basis pengurangannya. Laba dipandang sebagai perubahan nilai dalam suatu periode.
Jadi, dari beberapa aspek laba akuntansi memang dan harus berbeda dengan
laba ekonomik. Namun laba akunatnsi diharapkan dapat menjadi estimator atai
indikaror laba ekonomik. Berikut adalah ringkasan perbedaan anatara laba akuntansi
dan laba ekonomik.
Aspek Pembeda Laba Akuntansi Laba Ekonomik
Sudut pandang pemaknaan Prekayasaan akuntansi Pemegang Saham
penyusunan standar atau
penyusunan statemen
keuangan
Dasar Pengukuran Koa Historis Kos kesempatan, nilai pasar,
nilai likuidasi
Pengertian “ekonomik” Kelayakan ekonomik jangka Penilaian ekonomik jangka
panjang pendek
Mkana Depresiasi Alokasi kos Penurunan niali ekonomik
Unit Pengukur Rupiah Nominal Daya Beli
Sasaran pegukuran atau sifat Laba uang /nominal Laba real
laba
Konsep dasar yang melandasi Kontiuitas usaha, asas akrual Likuidasi, nilai tunai
Fungsi aset Sisa potensi jasa Simpanan/sediaan nilai

Karena reliabilitas menjadi sasaran akuntansi, akunatansi tidak harus menentukan


laba eknomik yang subjektif. Akan tetapi, akuntansi harus berusaha untuk menyajikan
dan memformulasi laba akuntansi yang dapat membantu investor dalam menentukan
laba ekonomik sesuai dengan persepsi para investor. Jadi, akuntansi cukup
menyediakan informasi laba dan aliran kas layak dan menyerahkan semua analisis
dan perhitungan laba ekonomik kepada investor atau pemakai lainnya.
2.3.1. Makna Laba
1. Pengertian Konsep Laba
Dalam praktiknya fungsi akuntansi adalah melakukan pengukran kinerja atau
prestasi management perusahaan. Produk akuntansi yaitu laporan keuangan
diharapkan dapat memberikan tolak ukur secara jelas terhadap prestasi
perusahaan. Banyak faktor dalam laporan keuangan yang dapat menjadi tolak
ukur, salah faktor yang digunakan adalah pengukuran income atau laba. Laba
merupakan elemen penting yang menjadi perubahan para pemakai laporan
keuangan karena diharapkan laba cukup besar untuk menunjukkan kinerja
perusahaan dinilai baik secara keseluruhan.
2. Definisi Laba
Laba merupakan suatu konsep akunatnsi yang memiliki berbagai sudut pandang,
tergantung dari siapa yanf menilai dan bagaimana tujuan penilaiannya tersebut.
Para ahli dan organisasi akuntansi memberikan definisi berbeda tentang konsep
laba yaitu sebagai berikut:
“Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang
memiliki berbagai keuangan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya
dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan
pembayaran deviden, pedoman investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur
prediksi”
(Belkaoui : 1993)

“Laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya
lain dan kerugian dari penghasilan atau pengahasilan operasi”.
(Stice, Skousen : 2009).

“Laba merupakan jumlah residual yang tertinggal sebelah semua beban (termasuk
penyusuaian pemeliharaan modal, kalau ada) dikurangkan pada penghasilan kalau
beban melebihi penghasilan, maka jumlah residualnya merupakan kerugian
bersih”.
(Ikatan akuntan Indonesia : 2007).
3. Karekteritik Laba
Dari berbagai definisi laba diatas, dapat disimpulkan bahwa laba secara
konseptual memiliki karekteristik umum sebagai berikut:
1). Kenaikan kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas.
2). Perubahan terjadi dalam suatu periode sehingga harus diidentifikasi kondisi
kemakmuran awal dan kemakmuran akhir.
3). Perbahan dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik oleh entitas yang
menguasai kemakmuran, asalkan kemakmuran dipertahankan. Kemakmuran dapat
berupa aset bersih perusahaan, modal pemegang saham, kekayaan, investasi,
sumber daya, ekonomik, atau apapun yang dapat dinilai dengan utang.

2.3.2. Laba dan Kapital


Kapital dipandang sebagai sediaan kemakmuran pada saat tertentu, sementara laba
dapat disosialisasi dengan alitran kemakmuran. Jadi, laba adalah aliran potensi jasa
yang dapat dinikmati dalam kurun waktu tertentu dengan tetap mempertahankan
tingkat potensi jasa mula-mula.

2.3.2.1. Konsep Pemertahanan Kapital


Konsep ini dilandasi oleh gagasan baha entitas berhak mendapatkan
kembalian/imbalan atau retrun dan menikmati iya setelah kapitas dipertahankan
keutuhannya atau pulih seperti sedia kala. Konsep ini mempunyai arti penting dan
konsekunsi dalam beberapa hal yang saling berkaitan, sebagai berikut:
1. Membedakan anatara kembalian atas investasi dan pengembalian investasi
2. Memisahkan dan membedakan transaksi operasi (produktif) dalam arti luas
dengan tramsaksi pendanaan dari pemilik
3. Menjamin agar laba yang dapat didistribusikan tidak mengandung pengembalian
investasi
4. Memungkinkan penentuan jumlah penyesuaian kapital untuk mempertahankan
kemampuan ekonomi
5. Memungkinkan penggunaan berbagai dasar pemikiran untuk menentukan tingkat
kapital pada saat tertentu
6. Memungkinkan penerapan pendekatan aset kewajiban secara penuh dalam
pemaknaan laba sehingga angka laba akuntansi akan mendekati angka laba
ekonomi.

Atas dasar uraian diatas, laba kemudian didefinisikan secara umum, formal
dan semantik sebagai berikut: Laba adalah tambahan kemampuan ekonomi yang
ditandai dengan kenaikan kapital dalam suatu periode yang berasal dari kegiatan
produktif dalam arti luas yang dapat dikonsumsi atau ditarik oleh entitas
penguasa/pemilik kapital tanpa mengurangi kemampuan ekonomik kapital mula-
mula (awal periode).

2.3.2.2. Konsep Laba Dalam Tatatran Sintatik


Makna semantik laba yang dikembangkan pada akhirnya harus dapat dijabarkan
dalam tataran sintatik. Salah satu bentuk penjabarannya adalah mendefinisi laba
sebagai selisih pengukuran dan penandingan anatara pendapatan dan biaya. Konsep
laba dalam tataran sintatik membahasa mengenai bagaimana laba diukur, diakui, dan
disajikan. Terdapat beberapa kriteria atau pendekatan dalam konsep ini, yaitu
pendekatan transaksi, pendekatan kegiatan, dan pendekatan pemertahanan kapital.
1. Pendekatan Transaksi
Dalam pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada saat terjadinya transaksi dan
kemudian terakumulasi sampai akhir periode. Pengukuran dan pengakuan laba
juga akan parallel dengan kriteria pengakuan pendapatan dan biaya. Pengakuan
laba atas dasar pendekatan ini sama dengan pengakuan biaya atas sadar kriteria
konsumsi manfaat. Pendekatan ini memiliki berbagai keunggulan misalnya
jumlah rupiah aset dan kewajiban secara otomatis tersedia pada akhir periode
serta perubahan aset dan kewajiban merupakan perubahan nialai yang diakui serta
objektif.
2. Pendekatan Kegiatan
Pada pendekatan ini, laba dianggap timbul bersamaan dengan berlansungnya
kegiatan atau kejadian, bukan sebagai hasil suatu transaksi pada saat tertentu.
Pendekatan ini mempunyai keunggulan dalam membantu manajemen melakukan
analisis internal. Berbagai konsep laba dapat diciptakan unruk mengukur efisiensi
dan profitabilitas tiap kegiatan/ bagian operasi, mengendalikan perilaku manajer
divisi dengan sistem pengendalian manajemen, dan menentukan kompensasi.
Dalam aplikasinya, pendekatan transaksi dan pendekatan kegiatan tidak berdiri
sendiri, tetapi saling melengkapi. Kriteria pendapatan adalah terealisasi dan
terbentuk. Artinya, kedua kriteria harus dipenuhi.

2.3.2.3 Pendekatan Pemertahanan Kapital


Kedua pendekatan yang dibahas diatas sebenarnya mengikuti pendekatan pendapatan
biaya dalam pengukuran dan penilaian elemen neraca (aset dan kewajiban). Nilai aset dan
kewajiban merupakan konsekuensi dari pengukuran kapital pada dua titik waktu yang
berbeda. Dengan konsep ini, elemen statement keuangan diukur atas dasar pendekatan
aset- kewajiban. Jadi, dapat dikatakan bahwa laba adalah perubahan atau kenaikan kapital
dalam suatu periode.

2.3.3. Pengukuran atau Penilaian Kapital


Pengukuran kapital pada dua titik waktu menimbulkan masalah konseptual karena
dengan berjalannya waktu beberapa hal yang bersifat ekonomik berubah dan harus
dipertimbangkan yaitu unit atau skala pengukur dan dasar pengukuran. Hal lain yang
menentukan cara menilai kapital adalah jenis kapital (fisis atau finansial) dan dasar
penilaian.

2.3.4. Jenis Kapital


Pengertian kapital harus dilihat dari sudut pandang pihak yang menguasai kapital
tersebut, dalam hal ini terdapat dua jenis konsep kapital, yaitu kapital finansial dan
fisis.
1. Kapital Finansial
Kapital finansial adalah klaim dipandang dari jumlah rupiah atau nilai yang
melekat padanya tanpa memperhatikan wujud fisis klaim tersebut, tapi jika kapital
tersebut berwujud fisis, itu merupakan instrument atau aset finansial. Pada
umumnya kapital finansial adalah kapital yang dikuasai pemegang saham atau
obligasi. Dengan konsep ini, laba atas kapital finansial akan timbul bila jumlah
rupiah klaim finansial pada akhir suatu periode melebihi jumlah rupiah klaim
finansial pada awal periode.. Kapital finansial sudut badan usaha adalah jumlah
rupiah yang melekat pada aset total kapital finansial ini dinyatakan sebagai
tingkat pengembalian atas aset total atao ROA, yang rumusnya sebagai berikut:
ROA= Laba bersih + Biaya bunga: aset total rata-rata.
Dari sudut pandang kreditor, kapital finansial adalah jumlah pinjaman yang
tertanam diperusahaan. Jumlah rupiah pinjaman ditambah bunga yang menjadi
hak kreditor selama periode merupakan kapital akhir atau laba kreditor.
2. Kapital Finis
Kapital finis adalah sumber ekonomik yang dikuasai oleh entitas yang dipandang
sebagai kapasitas produksi fisis, yaitu kemampuan menghasilkan barang dan jasa.
Kapital finis secara umum tidak relevan dari sudut pandang investor dan kreditor.
Dengan konsep ini, laba atas kapital fisis akan timbul apabila kapasitas produksi
fisis pada akhir suatu periode melebihi kapasitas produksi fisis pada awal
periode. Konsep kapital finansial, pengaruh perubahan akan diakui sebagai
untung atau rugi menahan dan dilaporkan melalui statemen laba rugi. Sedangakan
dalam kapital fisis , pengaruh perubahan diakui sebagai penyesuai kapital tidak
termasuk dalam statemen laba rugi.

. 2.3.5. Skala Pengukuran

Skala pengukuran adalah unit pengukuran yang dapat diletakkan suatu objek sehingga
tersebut dapat dibedakan besar kecilnya dari objek lain atas dasar unit pengukur tersebut. Dalam
teori pengukuran, dikenal empat macam skala pengukuran yaitu kategoris/nominal, ordinal,
interval, dan rasio.
2.3.5.1.Kos Historis

Kos historis merupakan jumlah rupiah sepakatan atau harga pertukaran yang telah tercatat
dalam sistem pembukaan. Kos historis dipilih biasanya karena kos tersebut objektif dan dapat
diuji kebenarannya.

2.3.5.2.Kos Sekarang

Kos sekarang atau kos pengganti atau kos masukan sekarang menunjukan jumlah rupiah
harga pertukaran atau kesepakatan yang diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh
aset yang asamajenis dan kondisinya atau penggantinya yang setara. Harga pertukaran harus
ditentukan dari pasar barang yang sekarang digunakan kesatuaan usaha sehingga harga
pertukaran akan menggambarkan dengan tepat nilai aset brsangkutan. Kos sekarang berbeda
dengan kos historis bukan karena perubahan harga umum tetapi karena perubahan selera,
teknologi, dan fungsi.

2.4.Konsep Laba Dalam Tataran Pragamatik

Tataran Pragamatik dalam teori komunikasi berkepentingan untuk menentukan apakah


pesan samapai kepada penerima dan mempengaruhi perilaku sebagaimana diarah. Teori
akuntansi pragamatik memusatkan perhatiannya pada pengaruh informasi terhadap perubahan
perilaku pemakai informasi akuntansi. Bila dikaitkan dengan laba, tataran ini membahas apakah
informasi laba bermanfaat atau apaka informasi laba nyatanya digunakan.

2.4.1.Prediktor Aliran Kas ke Investor

Para prekayasa akuntansi (misalnya FASB) berteori bahwa investor dan kreditor
berkepentingan dengan aliran kas yang masuk ke mereka atas investasinya. Aliran kas yang
diterima atau diharapkan investor akan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk
menciptakan kas yang cukup untuk : Membayar semua kewajiban pada saatnya, mendanai
keperluan operasi, reinvestasi, membayar bunga, dan membayar deviden. Investor dan kreditor
harus memprediksi kemampuan melaba (earning power) jangan panjang. Investor dan kreditor
memerlikan informasi laba masa lala untuk memprediksi laba masa datang. Laba masa datang
menjadi basis bagi investor untuk memprediksi aliran kas masa datang dari investasinya.

2.4.2.Laba dan Harga Saham

Kebermanfaatan laba dapat diukur dari hubungan antara laba dan harga saham. Bahwa
laba merukan prediktor aliran kas ke investor sebenarnya menunjukan bahwa laba menentukan
harga saham. Aliran kas masa datang ke investor digunakan untuk menentukan apa yang disebut
intrinsik (intrinsic value) sekuritas atau saham. Nilai intrinsik ini pada akhirnya akan
menentukan harga pasar saham yang terjadi dipasar modal pada saat tertentu. Investor atau
analisis akan membandingkan nilai intrinsik saham dan saham pasar sekarang (current market
price) untuk menengarai apakah terjadi salah harga (mispricing). Hubungan anatara nilai
intrinsik (NI), harga pasar sekarang (NPS), dan strategi investasi digambarkan sebagai berikut:
Bila NI > NPS berarti sekuritas dinilai rendah oleh pasar sehingga harus dibeli atau ditahan bila
telah dimiliki. Bila NI = NPS bearti sekuritas dinilai benar dan terjadi ekuilibrium harga.

2.4.3 Laba Sebagai Signal

Laba akuntansi yang diumumkan dari statemen keangan merupakan salah satu dari
himpunan informasi yang tersedia bagi para modal. Penelitian empiris menunjukkan bahwa laba
(per saham) yang diumumkan dari statemen keuangan mempunyai dampak terhadap harga
saham, informasi tentang laba dibutuhkan oleh investor untuk memprediksi laba dimasa depan.

2.5.Laba dan Teori Entitas

Teori entitas (kesatuan) disebut juga dengan teori ekuitas (ekuity theory) karena
berkaitan dengan penentuan siapa yang dianggap paling berkepentingan dengan suatu kegiatan
ekonomik sehingga pihak tersebut berhak untuk menikmati laba. Teori entitas selalu dikaitkan
dengan pelaku kegiatan ekonomi yaitu manajemen, karyawan, investor, kreditor, pemerintah,
dan entitas lain yang terlibat. Dampak dari teori ini adalah tentang tujuan pelaporan keuangan
dan bentuk susunan statement laba - rugi (income statement)

2.5.1.Entitas Usaha Bersama

Yang menjadi pusat perhatian akuntansi adalah kegiatan bersama yang melibatkan
berbagai pihak sebagai bagaian dari kegiatan ekonomi. Semua pelaku ekonomi menanggung
usaha bersama sehingga mereka disebut secara bersama sebgai pemegang pancang (stakeholders)
dan perusahaan berfungsi sebagai alat pengikat, pancang, atau pusat (nexus). Sudut pandang iini
dilandasi gagasan bahwa perusahaan yang besar memiliki fungsi institusi soasial yang
mempengaruhi ekonomi yang luas dan kompleks sehingga dirinya dituntut pertanggungjawaban
sosial.

Sebagai institusi sosial, perusahaan harus menunjukkan kontribusi ekonomi terhadap


masyarajat luas. Semua pelaku ekonomi memiliki peran dalam menciptakan nilai tambah (value
atau added value) akibat kegiatan usaha tersebut. Para stakeholder berhak mendapatkan bagian
dari nilai tambah tersebut. Dari sudut pandang tersebut, laba diartikan sebagai seluruh jumlah
nilai tambahan (kenaikan kemakmuran) yang dihasilkan oleh para pelaku ekonomi secara
bersama dikurangi cost material dan mesin/peralatan (bahan baku, overhead nontenaga kerja dan
depriasi). Jumlah rupiah yang dibayarkan kepada pelaku ekonomi bukan merupakan biaya tetapi
merupakan distribusi laba (nilai tambah) atau pembagian laba dan statemen laba – rugi harus
disusun dengan pendekatan nilai tambahan untuk mencerminkan karekteistik perusahaan sebagai
istitusi sosial. Untuk mengukur laba, jumlah rupiah penjualan dikurangi dengan cost bahan baku
dan overhead nontebaga kerja karena keduanya merupakan nilai tambahan yang timbul oleh
institusi soasial lainnya yang ditrasfer kesatuan usaha bersama.

Makna depresiasi memunculkan masalah teoritis karena ada perbedaan mengenai


perlakuan depresiasi yaitu sebagai barang transfer (mengurangi nilai tambahan). Pendukung
depresiasi sebagai pengurangan nilai tambahan berpendapat depresiasi harus dimasukan dari
perhitungan nilai tambahan karena nilai tambahan tercipta dengan kostribusi fasilitas fisik yang
dibeli dari kesatuan lain (plant and equipment) sehingga depresiasinya harus dikurangkan
terhadap penjualan untuk menunjukkan nilai tambahan bersih oleh kesatuan usaha bersanma
yang bersangkutan. Pengurangan depresiasi untuk nilai tambahan juga sesuai akrual dan konsep
dasar perbandingan.

Sedangkan pendapat lainnya berpendapat pengurangan depresiasi untuk mendapat nilai


tambahan mengurangi makna sebenarnya dari nilai tambahan. Selain itu nilai tambahan juga
akan kehilangan objektivitasnya karena deoresiasi adalah angka taksiran. Depresiasi tidak
dikurangkan karena jumlah rupiah pembelian fasilitas fisik dari kesatuan lain telah diakui
sebagai nilai tambahan oleh kesatuan tersebut. Depresiasi harus dianggap sebagai distribusi laba
untuk mempertahankan kapasitas prodktif aset yang dikuasai oleh kesatuan usaha bersama dan
untuk membatasi jumlah yang dapat didistribusi kepada para stakeholder.

2.5.2.Entitas Usaha atau Bisnis

Pada teori entitas usaha atau bisnis perusahaan dipandang sebagai orang atau badan
usaha sendiri, bertindak atas nama sendiri secara terpisah dari investor, kreditor, dan pihak
eksternal lainnya. Perusahaan menjadi pusat perhatian akuntansi dan menjadi subjek laporan.
Laba dipandang sebagian kenaikan aset karena pendapatan dianggap sebagai aliran masuk
(kenaikan aset) dan biaya sebagai aliran keluar aset (penurunan aset) akibat kegiatan operasi
perusahaan. Pemilik, kreditor, pemerintah serta pelaku lainnya diperlukan sebagai pihak luar.
Oleh karena jumlah rupiah yang didistribusi ke mereka diperlakukan dengan biaya. Transaksi
modal (dengan pemilik) tidak dipisahkan dengan tarnsaksi operasi.

Persamaan Akuntansi Pada Teori ini adalah aset = Ekuitas.

Karena pemegang saham memiliki kedudukan yang sama dengan kreditor, utang
merupakan keharusan usaha kepada kreditor bukan keharusan pemegang saham. Klaim dari
pemegang saham diperlakukan sebagai keharusan kesatuan usaha kepada pemegang saham
sehingga bunga dan deviden keduanya merupakan biaya. Statemen keuangan merupakan
pertanggungjawaban entias usaha kepada pemegang ekuitas untuk memenuhi kewajuban hukum
dan menjaga hubungan baik karena gagasan bahwa kesatuan usaha bertindak dengan nama
sendiri dan bukan atas pemegang saham atau kreditor. Teori ini sering disebut sudut pandang
entitas baru atau kontemorer (new or contemporary view of entity).

2.5.3. Entitas Investor

Investor yang dikmaksud pada teori entitas adalah penyedia dana utama perusahaan yaitu
kreditor (jangka panjang)dan pemegang saham (preferensi dan biasa). Pada teori ini kedua
keompok dipandang sebaggai mitra manajemen (management associates) dimana perusahaan
melalui manajemen bertindak atas nama investor. Oleh karenanya laoran keuangan harus
dilaksanakan untuk kepentingan kedua kelompok tersebut. Persamaan akuntansinya adalah
sebagai berikut:

Aset – utang jangka prndek = ekuitas investor

Laba diartikan sebagai jumlah yang menjadi hak investor. Sebagai konsekuensi, bunga
kepada kreditor jangka panjang dan deviden kepada pemegang saham bukan merupakan biaya
tetapi lebih merupakan distribusi laba. Pajak berstatus sebagai biaya bagi iinvestor. Bunga dan
deviden merupakan pembagian laba bukan biay. Teori ini disebut juga sudut pandang entitas
tradisional (traditional view of entity).

2.5.4. Entitas Pemilik

Teori entitas ini memandang pemegang saham (biasa dan istimewa) sebagai pemilik
(proprietor) dan menjadi pusat perhatian akuntansi. Kreditor dianggap sebagai pihak luar.
Pemegang saham tetap menjadi mitra manajemen. Ast menjadi milik pribadi pemegang saham
sehingga utang merupakan keharusan pemegang saham. Artinya, pemegang saham menangung
segala resiko yang berkaitan dengan utang. Dengan sudut pandang ini, ast bersih menjadi
perhatian utama bagi pemegang saham. Teori ini dapat dinyatakan dalam persamaan akuntansi
berikut ini:

Aset Kewajiban = Ekuitas

Kreditor, Pemerintah, dan pihak atau entitas lain (bahkan manajemen) dianggap sebagai
pihak luar pemilik sehingga semua kos yang dikorbankan yang bersangkutan dengan pihak
tersebut (misalnya gaji, bunga dan pajak) dan dianggap sebagai biaya bukannya distribusi laba.
Laba dalam teori entitas ini adalah selisih pendapatan biaya yang menjadi hak akhir pemilik.

2.5.5. Entitas Pemilik Residual

Konsep entitas ini memandang pemegang saham biasa sebagai pusat perhatian akuntansi.
Dalam pendekatan ini, pemilik adalah pemegang saham biasa. Pemegang saham istimewa
dianggap sebagai pihak luar sehingga deviden untuk mereka dipandang sebagai biaya. Teori ini
dapat dinyatakan dalam persamaan akuntansi berikut ini:

Aset – Ekuitas spesifik = Ekuitas Residual

Dalam persamaan tersebut, ekuitas spesifik adalah utang dan ekuitas saham istimewa.
Teori ini dilandasi oleh pemikiran bahwa pemegang saham biasa adalah pihak yang akhirnya
menanggung resiko ketidakpastian masa datang tetapi juga menikmati segala pengembalian
setelah pihak yang lain terpenuhi haknya. Laba dan laba persaham untuk pemegang saham biasa
menjadi informasi penting yang harus disajikan dalam statemen laba- rugi.

2.5.6. Entitas Pengendali

Konsep ini secara lansung berkaitan makna laba tetapi berkaitan dengan penyajian data
akuntansi secara keseluruhan. Teori ini menitiberatkan pandangan kepada pihak mengendalikan
sumber ekonomi perusahaan tanpa memperhatikan pemilikan seperti konsep kesatuan yang lain.
Pengendalian hanya dapat dilakukan oleh manusia oleh karenanya siapa yang mengendalikan
harus diidentifikasi dan kemudian akuntansi memusatkan perhatian pada para pengendali.
Implikasi konsep ini hamper sama dengan implikasi konsep kesatuan usaha. Dengan teori ini,
sudut pandang akuntansi adalah manajemen pucak sebagai pengendalian bukan pemilik sehingga
neraca dipandang sebagai statemen tentang sumber dan penggunaan dana ynag menunjukan
pertanggujawaban manajemen.

Statemen laba – rugi dipandang sebagi penjelasan kegiatan manajemen dari sudut
pandang manajemen sehingga statemen laba – rugi menunjukan hasil (Laba) untuk tiap kegiatan
yang dapat berupa proyek, produk, atau segmen bisnis lainnya. Meskipun demikian, manajemen
juga menyiapkan statemen laba rugi untuk menunjukakan kinerja kesatuan usaha secara
keseluruhan.

2.5.7. Entitas Dana

Dana (fund) mempunyai dua pengertian yang saling diracukan. Dana dapat diartikan
sebagai kas (uang). Aset likuid, atau sumber keuangan (financial resources) yang dapat
digunakan untuk menandai suatu kegiatan, program, atau projek dalam rangka mencapai tujuan
tertentu. Dana juga dapat berarti, kesatuan, wadah,atau pusat yang dapat berupa kegiatan,
program, atau projek yang didanai dengan aset likuid tersebut. Teori entitas dana dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut ini:

Aset = Pembatasan Penggunaan Aset

Konsep ini berpaut dengan organisasi nonprofit khususnya organisasi kepemerintahan. Untuk
unit organisasi kepemerintahan, interprestasi terhadap persamaan diatas bergantung apakah unit
tersebut mengelola aset (keuangan Negara) yang dipisahkan dari anggaran pendapatan dana
belanja Negara.

Teori Entitas Persamaan Akuntansi Komponen penentu laba Laba untuk siapa?

Usaha Bersama Aset = Ekuitas Penjualan/pendapatan Manager, karyawan,


pemegang pancang dikurangi transfer antar pemerintah, kreditor,
entitas usaha bersama dan pemegang saham.
yaitu bahan baku, bahan
habis pakai, dan
overhead nontega kerja.
Untuk perdagangan: koa
barang terjual dan biaya
operasi nontenaga kerja.
Usaha atau Binsis Aset = Ekuitas Semua jenis pendapatan Pemerintah, kreditor,
spesifik (Pemerintah, dikurangi semua biaya dan pemegang saham
kreditor, dan termasuk untung dan
investor) rugi, bunga, pajak
penghasilan dan dividen
tidak masuk sebagai
tetapi pembagian laba
Investor Aset - Utang jangka Seperti pada teori Kreditor jangka
pendek = Ekuitas investor tetapi bunga panjang dan
investor dianggap sebagai biaya pemegang saham
Pemilik Aset - Kewajiban = Seperti pada teoti entitas Pemegang saham
Ekuitas Pemilik investor tetapi bunga istimewa dan biasa
dianggap
Pemilik Residual Aset - Ekuitas Seperti pada teori entitas Pemegang saham b
spesifik = Ekuitas entitas pemilik tetapi Iasa
Residual dividen untuk pemegang
saham istimewa
dianggap sebagai biaya

Pengendali Seperti dalam teori Seperti pada teori entitas Mnajemen atau
entitas pemilik pemilik pemegang saham
terutama bila pemilik
merangkap sebagai
manajemen
Dana Untuk kesatuan dana Seperti pada entitas unit Unit kepemerintahan
nonbelanja: Aset = bisnis dengan pusat yang membawakan
pembatasan aset perhatian pemerintah kegiatan atau
s sebagai pemegang program
pancang utama (dapat
disebut
Untuk kesatuan dana Sebagai dana) karena Selisih pendapatan
belanja: aset likuid = penerimaan kas atau dan belanja bukan
saldo dana sumber likuid harus laba tetapi bermakna
dibelanjakan sesuai sebagai jumlah rupiah
tujuan, perhitungan laba yang masih harus
tidak relevan. Tujuan dipertanggungjawabk
utama Akuntansi adalah an
Pertanggujawaban dan
pertanggung jelasaan
publik
2.6 Penyajian Laba

Penyajian laba berdasarkan masalah konseptual adalah pemisahaan pelaporan pos-pos transaksi
dengan pemilik. Poa-pos operasi dalam arti luas dilaporkan melalui statemen laba-rugi
sedangkan pos-pos yang jelaskan merupakan transaksi modal dilaporkan melalui statemen laba
ditahan atau perubahan ekuitas.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Laba merupakan elememn yang menjadi perhatian, karena laba berperan sebagai
representansi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Akan tetapi, teori akuntansi
yang belum mencapai pemakaran dan pengukuran laba. Dari sudut pandangan
perekayasan akuntansi, konsep laba dikembangkan untuk memenuhi tujuan
menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan secara luas. Teori akuntansi laba
mengahadapi dua pendekatan:
1. Laba untuk berbagai tujuan
2. Laba untuk berbeda tujuan

Konsep laba dalam tataran semantik meliputi pemaknaan laba sebagai pengukur
kinerja, pengkonfirmasi harapan investor dan estimator laba ekonomik. Dalam tataran
sintatik, teori laba berkepentingan dan mengukur serta menyajikan laba. Laba diukur
dan diakui atas dasar pendekatan kegiatan atau transaksi. Dengan pendekatan kapital,
laba diukur atas dasar penilaian kapital pada awal dan akhir periode. Laba merupakan
signal kebijakan manajemen yang baik. Laba juga dianggap mengandung informasi
kalau pasar saham bereaksi terhadap pengumuman laba akuntansi.

3.2. Saran
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan pembaca tentang materi laba dan
juga dapat memahami ketika berkecipung didunia kerja atau sebagai pelaku usaha.
Jika ada peneliti atau pun penulis lain yang ingin lain ingin melakukan penulisan
tentang laba dapat menambahkan tentang perhitunggan laba komprehensif atau laba
konsolidasi dari entitas induk dan entitas anak.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/312971712/MAKALAH-LABA-TEORI-AKUN-doc

Anda mungkin juga menyukai