KAJIAN PUSTAKA
6
7
diatur menurut urutan yang logis dan juga berkenaan dengan konsep-konsep
abstrak.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah ilmu, ide-ide atau pola pikir tentang logika yang diatur menurut
urutan yang logis mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang
saling berhubungan dan juga berkenaan dengan konsep-konsep abstrak.
2.1.1.2 Karakteristik Matematika
Mata pelajaran matematika berbeda dengan mata pelajaran lainnya, mata
pelajaran matematika mempunyai ciri yang yang khas atau karakteristik tersendiri.
Menurut Soedjadi (2003:13) matematika memiliki karakteristik: (1) memiliki objek
kajian abstrak, (2) bertumpu pada kesepakatan, (3) berpola pikir deduktif, (4)
memiliki symbol yang kosong dari arti, (5) memperhatikan semesta pembicaraan,
dan (6) konsisten dalam sistemnya. Sedangkan menurut Depdikbud (1993:1)
matematika memiliki ciri-ciri yaitu (1) memiliki objek yang abstrak, (2) memiliki
pola pikir deduktif dan konsisten, dan (3) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran
matematika mempunyai beberapa karakteristik antara lain (1) memiliki objek kaian
yang abstrak, (2) berpola pikir deduktif , (3) bertumpu pada kesepakatan, (4)
memiliki symbol yang kosong dari arti, (5) memperhatikan semesta pembicaraan,
(6) konsisten dalam sistemnya, dan (7) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
2.1.2 Hasil Belajar
Jika membahas tentang hasil belajar maka tidak akan lepas dengan yang
namanya belajar, karena hasil belajar merupakan produk atau hasil dari belajar.
Sebelum membahas tentang hasil belajar kita harus tahu apa itu belajar, menurut
Sumardjono dkk (2012:63) belajar merupakan perubahan perilaku melalui
pelatihan dan pengalaman. Jadi hasil belajar adalah hasil dari perubahan perilaku
melalui pelatihan dan pengalaman.
Menurut Tri Ani (2006:5), hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh
pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar adalah perubahan
8
yang mengakibatkan seseorang berubah dalam sikap dan tingakh lakunya (Winkel
dalam Purwanto, 2008:45). Aspek perubahan itu mengacu pada taksonomi tujuan
pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow mencakup aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai
ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah
diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian
pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat (Purwanto,
2008: 44).
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa setelah mengalami proses belajar
mengajar yang dapat diukur menggunakan alat evaluasi. Pengumpulan informasi
tentang kemajuan belajar peserta didik dapat dilakukan dengan beragam teknik,
baik berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik
pengumpulan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan
belajar peserta didik terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Penilaian suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator
pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif maupun psikomotor.
(Depdiknas, 2006). Secara umum teknik asesmen dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu teknik tes dan non tes. Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan
mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan
penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran
(Sudjana, 2012:35). Ada dua jenis tes yaitu tes uraian atau tes Essay dan tes objektif.
Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian berstruktur.
Sedangkan tes objektif terdiri dari bentuk pilihan benar salah, pilihan berganda
dengan berbagai variasinya, menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi.
Teknik non tes merupakan teknik penilaian berisi pertanyaan atau pernyataan yang
tidak memiliki jawaban benar atau salah. Alat penilaian non tes yang sering
digunakan antara lain kuesioner dan wawancara, skala (skala penilaian, skala sikap,
skala minat), observasi atau pengamatan, studi kasus dan sosiometri (Sudjana,
2012:67).
9
Hasil belajar siswa satu dengan siswa yang lainnya akan berbeda-beda
meskipun guru yang mengajar dan proses pembelajarannya sama. Hal itu
dipengaruhi oleh beberapa faktor, ada faktor yang berasal dari dalam diri siswa
tersebut (faktor intern) dan berasal dari luar diri siswa (faktor ekstern). Pendapat ini
sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Wasliman dalam Ahmad Susanto
(2013: 12-13), bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil
interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun
eksternal. Secara perinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai
berikut:
1. Faktor internal; faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam
diri peserta didik, yang memengaruhi kemampuan belajaranya. Faktor
internal ini meliputi: kecerdasan, minat, dan perhatian, motivasi belajar,
ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
2. Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang
memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan
keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang hancur
keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orang tua yang
kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang
kurang baik dari orangtua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam
hasil belajar peserta didik.
Tidak hanya itu, Wasliman dalam Ahmad Susanto (2013: 12-13) juga berpendapat
bahwa sekolah merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan hasil belajar
siswa. Semakin tinggi kemampuan belajar siswa dan kualitas pengajaran di sekolah,
maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa dalam aspek kognitif yang bisa
diketahui melalui pemberian test berupa soal-soal.
2.1.3 Model Penemuan Terbimbing
2.1.3.1 Pengertian
Banyak sekali model yang dapat digunakan dalam pembelajaran guna
tercapainya tujuan pendidikan. Dalam pembelajaran matematika model yang paling
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran matematika adalah metode penemuan
terbimbing. Al muchtar (2007:1.6) mengemukakan penemuan atau discovery
10
Tabel 2.2
Sintaks Pemecahan Masalah
1998). Suatu hipotesis akan diterima bila data yang dikumpulkan mendukung
pernyataan. Hipotesis merupakan asumsi dasar yang kemudian membuat suatu teori
dan masih diuji kebenarannya. Berikut adalah hipotesis yang dirumuskan dalam
penelitian ini:
H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar matematika kelas III yang
signifikan antara pembelajaran yang menggunakan model
penemuan terbimbing dan model pemecahan masalah.
Ha : Ada perbedaan hasil belajar matematika kelas III yang
signifikan antara pembelajaran yang menggunakan model
penemuan terbimbing dan model pemecahan masalah.
2.4 Kerangka Pikir
Berdasarkan penyajian diskripsi teoritik dapat disusun suatu kerangka
berpikir untuk memperjelas arah dan maksud penelitian. Kerangka berpikir ini
disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian demi mengetahui
perbedaan pengaruh pembelajaran matematika dengan penerapan model Penemuan
terbimbing dan model pemecahan masalah terhadap hasil belajar siswa SD N 03
Jambangan dan SD N Jambanga 04 Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan.
Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar siswa.
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa diantaranya adalah model
pembelajaran yang digunakan guru. Penggunaan model mengajar cukup besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan guru dalam mengajar. Pemilihan model
mengajar yang tidak tepat akan dapat menghambat tercapainya tujuan
pembelajaran. Dalam mengajarkan mata pelajaran matematika model pembelajaran
yang paling banyak digunakan adalah model pembelajaran penemuan terbimbing
dan model pemecahan masalah. Model penemuan terbimbing dan pemecahan
masalah sama-sama mengajarkan siswa untuk memecahkan suatu masalah dengan
kemampuan sendiri sehingga siswa akan lebih memahami pelajaran yang
disampaikan guru, yang berdampak pula pada peningkatan hasil belajar siswa. Jika
kedua model pembelajaran di atas diterapkan dengan baik maka hasil hasil belajar
siswa akan baik pula.
22
PBM
menggunakan Rata-rata
Kelas Kontrol Pretest model nilai
pemecahan Posttest
masalah
PBM
menggunakan Rata-rata
Kelas Eksperimen model nilai
Pretest
penemuan Posttes
terbimbing