Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa
pemenuhan kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat
maupun sakit yang mengalamí gangguan fisik, psikis, dan sosial agar
dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan
kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada pada
individu, mencegah, memperbaiki, dan melakukan rehabilitasi dari suatu
keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu (Nursalam, 2008).
Pendidikan kesehatan (health education) sebenarnya sama dengan
promosi kesehatan (health promotion) dalam ilmu kesehatan masyarakat.
Dua istilah tersebut mempunyai dua pengertian. Pengertian yang pertama
yaitu sebagai bagian dari tingkat pencegahan suatu penyakit. Pendidikan
kesehatan dalam hal ini untuk meningkatkan status kesehatan ke arah yang
lebih baik. Pengertian yang kedua, health education diartikan sebagai
upaya memasarkan, menyebarluaskan, mengenalkan, menjual suatu
kesehatan. Pendidikan kesehatan dalam artian ini untuk memasarkan atau
menjual atau mengenalkan pesan-pesan kesehatan atau upaya kesehatan
sehingga masyarakat menerima perilaku kesehatan yang akhirnya
masyarakat berkeinginan untuk berperilaku hidup sehat (Notoatmodjo,
2010).
Health education bertujuan agar masyarakat dapat meningkatkan
perilaku hidup sehat, supaya terhindar dari berbagai ancaman penyakit.
Pendidikan kesehatan akan memberikan manfaat dalam hal menjaga
kesehatan fisik, mental (jiwa), sosial serta kesehatan dari aspek ekonomi
dikalangan individu apabila diterapkan secara baik. Masyarakat saat ini
minim akan pengetahuan kesehatan sehingga perilaku hidup sehat jarang
dilakukan (Notoatmodjo, 2010).
Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan seseorang
untuk meningkatkan control dan peningkatan kesehatannya. WHO

1
menekankan bahwa promosi kesehatan merupakan suatu proses yang
bertujuan memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap
kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas
mengenai pemberdayaan diri sendiri (Maulana,2009).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan data diatas kelompok merumuskan masalah pada makalah
“Bagaimana Health Education and Health Promotion?”
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan dalam
keperawatan
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah:
a. Agar mahasiswa mampu memahami pendidikan kesehatan
b. Agar mahasiswa mampu memahami promosi kesehatan
D. Manfaat penulisan
1. Bagi Penulis
Diharapkan makalah ini dapat mendeskripsikan tentang Pendidikan
dan Promosi Kesehatan, sehingga penulis mampu memahami tentang
Pendidikan dan Promosi Kesehatan.
2. Bagi Instansi Terkait (Sekolah Tinggi)

Diharapkan makalah ini dapat menambah informasi mengenai,


Pendidikan dan Promosi Kesehatan sehingga pihak sekolah dapat
membuatnya sebagai bahan ajar.

3. Bagi Pembaca
Sebagai referensi dan sarana penambah pengetahuan bagi pembaca
terutama berkaitan dengan Pendidikan dan Promosi Kesehatan.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

I. PENDIDIKAN KESEHATAN
A. Defenisi
Pendidikan kesehatan adalah istilah yang diterapkan pada
penggunaan proses pendidikan secara terencana untuk mencapai tujuan
kesehatan yang meliputi beberapa kombinasi dan kesepakatan belajar
atau aplikasi pendidikan didalam bidang kesehatan (Notoatmodjo,
2013).
Pendidikan kesehatan (health education) sebenarnya sama dengan
promosi kesehatan (health promotion) dalam ilmu kesehatan
masyarakat. Dua istilah tersebut mempunyai dua pengertian.
Pengertian yang pertama yaitu sebagai bagian dari tingkat pencegahan
suatu penyakit. Pendidikan kesehatan dalam hal ini untuk
meningkatkan status kesehatan ke arah yang lebih baik. Pengertian
yang kedua, health education diartikan sebagai upaya memasarkan,
menyebarluaskan, mengenalkan, menjual suatu kesehatan. Pendidikan
kesehatan dalam artian ini untuk memasarkan atau menjual atau
mengenalkan pesan-pesan kesehatan atau upaya kesehatan sehingga
masyarakat menerima perilaku kesehatan yang akhirnya masyarakat
berkeinginan untuk berperilaku hidup sehat (Notoatmodjo, 2010).
B. Tujuan dan manfaat pendidikan kesehatan
Tujuan dan manfaat pendidikan kesehatan secara umum yaitu
untuk mengubah perilaku individu atau masyarakat dalam bidang
kesehatan. Selain hal tersebut, tujuan dan manfaat pendidikan
kesehatan ialah:
1. Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat.
2. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada.

3
4. Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih
besar pada kesehatan (dirinya).
5. Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah
terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi parah
dan mencegah penyakit menular.
6. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat bagi pribadi,
keluarga dan masyarakat umum sehingga dapat memberikan
dampak yang bermakna terhadap derajat kesehatan masyarakat.
7. Meningkatkan pengertian terhadap pencegahan dan pengobatan
terhadap berbagai penyakit yang disebabkan oleh perubahan gaya
hidup dan perilaku sehat sehingga angka kesakitan terhadap
pnyakit tersebut berkurang (Notoatmodjo, 2007, Suliha, 2005)
C. Ruang lingkup pendidikan kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan yaitu:
1. Dimensi Sasaran
a. Pendididkan kesehatan individual dengan sasaran individu.
b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.
c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.
2. Dimensi Tempat Pelaksanaannya
a. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan
sasaran murid yang pelaksanaannya diintegrasikan dengan
Upaya Kesehatan Sekolah (UKS).
b. Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di
Pusat Kesehatan Masyarakat, Balai Kesehatan, Rumah Sakit
Umum maupun khusus dengan sasaran pasien dan keluarga
pasien.
c. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran
buruh atau karyawan.
3. Tingkat Pelayanan Pendidikan Kesehatan
a. Promosi kesehatan (Health Promotion).
b. Perlindungan khusus (Specific Protection).

4
c. Diagnosa dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and
Prompt Treatment).
d. Pembatasan cacat (Disability Limitation).
e. Rehabilitasi (Rehabilitation).
D. Metode pembelajaran dalam pendidikan kesehatan
1. Metode ceramah
Ceramah ialah cara menyajikan pelajaran melalui penuturan
secara lisan atau penjelasan langsung pada sekelompok peserta
didik.

Kelebihan :

a. Ceramah merupakan metode yang ’murah’ dan ’mudah’ untuk


dilakukan. Murah dalam arti proses ceramah tidak memerlukan
peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode yang
lain seperti demonstrasi atau peragaan. Sedangkan mudah,
memang ceramah hanya mengandalkan suara guru, dengan
demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit.
b. Dapat dipakai pada sasaran orang dewasa
c. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya,
materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan
pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.
d. Tidak terlalu banyak melibatkan alat bantu pengajaran

Kelemahan :

a. Pembicara harus menguasai topik pembicaraan


b. Peserta menjadi pasif
c. Dapat menjadi kurang menarik
d. Daya ingat biasanya terbatas
e. Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).

5
2. Metode diskusi kelompok
Diskusi kelompok ialah percakapan yang direncanakan atau
dipersiapkan diantara tiga orang atau lebih tentang topik tertentu
dengan seorang pemimpin, untuk memecahkan suatu permasalahan
serta membuat suatu keputusan.

Kelebihan :

a. Memberikan pemahaman pada anak audience bahwa setiap


permasalahan pasti ada penyelesaiannya
b. Audience mampu berfikir kritis.
c. Mendorong audience untuk dapat menyampaikan pendapatnya.
d. Mengambil satu atau lebih alternatif pemecahan masalah.
e. Mendorong audience memberikan masukan untuk pemecahan
masalah.
f. Audience menjadi paham tentang toleransi pendapat dan juga
mendengarkan orang lain.

Kekurangan :

a. Cocok digunakan untuk kelompok kecil.


b. Tema diskusi terbatas.
c. Dikuasai oleh orang orang yang suka berbicara.
d. Dibutuhkan penyampaian secara formal dalam berpendapat.
3. Metode panel
Panel adalah pembicara yang sudah direncanakan di depan
pengunjung tentang sebuah topik dan diperlukan tiga panelis atau
lebih serta diperlukan seorang pemimpin. Dalam diskusi panel
audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan sebagai
peninjau para panelis yang sedang berdiskusi.
4. Metode forum panel
Forum panel adalah panel yang didalamnya pengunjung
berpartisipasi dalam diskusi, misalnya audiens disuruh untuk
merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.

6
5. Metode permainan peran
Bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian
dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasikan peristiwa
sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-
kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang.
6. Metode simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan membahas
suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang
berdasarkan keahlian. Setelah para penyaji memberikan
pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka simposium
diakhiri dengan pembacaan kesimpulan.
7. Metode demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah metode penyajian
pembelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan
kepada peserta didik tentang suatu proses, situasi atau benda
tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan.

Kelebihan :

a. Audience bisa memahami secara lebih jelas tentang suatu


proses atau cara kerja.
b. Penjelasan menjadi lebih mudah dimengerti.
c. Meminimalisir kesalahan dalam menyampaikan materi lisan,
karena bukti konkret bisa dilihat.

Kekurangan:

a. Apabila benda yang didemonstrasikan terlalu kecil, audience


kesulitan dalam mengamati.
b. Jumlah audience yang terlalu banyak dapat menghalangi
pandangan audiennce secara merata.
c. Tidak semua materi bisa didemonstrasikan.
d. Memerlukan guru yang benar- benar paham, agar bisa
mendemonstrasikan dengan baik.

7
E. Media atau alat bantu pembelajaran dalam pendidikan kesehatan
Alat bantu pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh
pendidik dalam menyampaikan bahan pengajaran dan biasanya dengan
menggunakan alat peraga pengajaran. Alat peraga pada dasarnya dapat
membantu sasaran pendidik untuk menerima pelajaran dengan
menggunakan panca inderanya. Semakin banyak indera yang
digunakan dalam menerima pelajaran semakin baik penerimaan
pelajaran.
1. Macam-macam media atau alat bantu tersebut adalah sebagai
berikut: Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja
atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan
rekaman suara.
2. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak
mengandung unsur suara, seperti film slide, foto, transparansi,
lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti
media grafis. Media audio visual, yaitu jenis media yang selain
mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang
bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide
suara. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih
menarik.
3. Media atau alat bantu berdasarkan pembuatannya
a. Alat bantu elektronik yang rumit, contohnya: film, film slide,
transparansi. Jenis media ini memerlukan alat proyeksi khusus
seperti film projector, slide projector, operhead projector
(OHP).
b. Alat bantu sederhana, contohnya: leaflet, model buku
bergambar, benda-benda nyata (sayuran, buah-buahan), papan
tulis, film chart, poster, boneka, phanthom, spanduk. Ciri-ciri
alat bantu sederhana adalah mudah dibuat, mudah memperoleh
bahan-bahan, ditulis atau digambar dengan sederhana,
memenuhi kebutuhan pengajar, mudah dimengerti serta tidak
menimbulkan salah persepsi.

8
II. PROMOSI KESEHATAN
A. Defenisi
WHO berdasarkan piagam Ottawa (1986) dalam Heri.D.J. Maulana
(2009) hal. 19, mendefinisikan promosi kesehatan adalah suatu proses
yang memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap
kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas
mengenai pemberdayaan dirisendiri. Promosi kesehatan merupakan
proses pemberdayaan seseorang untuk meningkatkan control dan
peningkatan kesehatannya.
WHO menekankan bahwa promosi kesehatan merupakan suatu
proses yang bertujuan memungkinkan individu meningkatkan kontrol
terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi
yang jelas mengenai pemberdayaan dirisendiri(Maulana,2009)
promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan
kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan
organisasi, yang direncanakan untuk memudahkan perilaku dan
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Green juga mengemukakan
bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu :
1. Faktor predisposisi (predisposising factors), yang meliputi
pengetahuan dan sikap seseorang.
2. Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana,
prasarana, dan fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan
perilaku.
3. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat
bagi seseorang untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat,
undang-undang, peraturan-peraturan dan surat keputusan.
B. Tujuan promosi kesehatan
Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk
mencapai 3 hal, yaitu :
1. Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat
2. Peningkatan perilaku masyarakat
3. Peningkatan status kesehatan masyarakat

9
Menurut Lawrence Green (1990) dalam buku Promosi Kesehatan
Notoatmodjo (2007) tujuan promosi kesehatan terdiri dari 3 tingkatan,
yaitu :

1. Tujuan Program
Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam
periode waktu tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.
2. Tujuan Pendidikan
Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai untuk mengatasi
masalah kesehatan yang ada.
3. Tujuan Perilaku
Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai
(perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu tujuan perilaku
berhubungan dengan pengetahuan dan sikap.
C. Strategi promosi kesehatan
Untuk mewujudkan promosi kesehatan, diperlukan suatu strategi
yang baik. Strategi adalah cara yang digunakan untuk mencapai apa
yang diinginkan dalam promosi kesehatan sebagai penunjang program
– program kesehatan yang lainnya seperti pemberantasan penyakit
menular, sanitasi lingkungan, status gizi masyarakat, pelayanan
kesehatan dan lain sebagainya. Strategi ini diperlukan dalam
mewujudkan visi dan misi dari promosi kesehatan (Mubarak dan
Nurul, 2009).

Berdasarkan rumusan WHO (1994), dalam Notoatmodjo


(2007), strategi promosi kesehatan secara global terdiri dari tiga hal,
yaitu :

1. Advokasi (advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain,
agar orang lain tersebut membantu atau mendukung terhadap
tujuan yang akan dicapai. Dalam konteks promosi kesehatan,
advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau
penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat,

10
sehingga para pejabat tersebut dapat mendukung program
kesehatan yang kita inginkan.
Kegiatan advokasi ini ada bermacam – macam bentuk, baik
secara formal atau informal. Secara formal misalnya, penyajian
atau presentasi dan seminar tentang issu atau usulan program yang
ingin diharapkan dukungan dari pejabat terkait. Kegiatan advokasi
secara informal, misalnya mengunjungi pejabat yang relevan
dengan program yang diusulkan, untuk secara informal minta
dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, dana atau fasilitas lain.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa advokasi adalah para
pejabat baik eksekutif dan legislatif diberbagai tingkat dan sektor
yang terkait dengan masalah kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo,
2010)
2. Dukungan sosial (social supporrt)
Strategi dukungan sosial adalah suatu kegiatan untuk
mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh formal maupun
informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar tokoh masyarakat
sebagai penghubung antara sektor kesehatan sebagai pelaksana
program kesehatan dengan masyarakat penerima program
kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial antara lain pelatihan-
pelatihan para tokoh masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan
kepada tokoh masyarakat dan sebagainya.

Tujuan utamanya agar para tokoh masyarakat sebagai


jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program
kesehatan dengan masarakat (penerima program) kesehatan.
Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui tokoh
masyarakat pada dasarnya adalah mensosialisasikan program –
program kesehatan agar masyarakat menerima dan mau
berpartisipasi terhadap program tersebut.

11
Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai
upaya membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk
kegiatan dukungan sosial ini anatara lian : pelatihan – pelatihan
tokoh masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh
masyarakat dan sebagainya. Dengan demikian sasaran utama
dukungan sosial atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat di
berbagai tingkat (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).

3. Pemberdayaan masyarakat (empowerment)


Pemberdayaan merupakan strategi promosi kesehatan yang
ditujukan kepada masyarakat langsung. Tujuan utama
pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan untuk diri mereka
sendiri. Bentuk kegiatan ini antara lain penyuluhan kesehatan,
keorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk
koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan
pendapatan keluarga pelatihan – pelatihan untuk kemampuan
peningkatan pendapatan keluarga (income generating skill).
Dengan meningkatkan kemampuan ekonomi keluarga akan
berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan
contohnya, terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa,
berdirinya polindes dan sebagainya. Kegiatan – kegiatan semacam
ini di masyarakat sering disebut gerakan masyarakat untuk
kesehatan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran
pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat itu sendiri (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010).
4.  Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Healthy Public Policy)
Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan
kepada para penentu atau pembuat kebijakan agar mereka
mengeluarkan kebijakan – kebijakan publik yang mendukung atau
menguntungkan kesehatan. Dengan kata lain, agar kebijakan dalam
bentuk peraturan, perundangan, surat – surat keputusan dan
sebagainya, selalu berwawasan atau berorientasi kepada kesehatan

12
publik. Misalnya, ada peraturan atau undang – undang yang
mengatur adanya analisis dampak lingkungan untuk mendirikan
pabrik, perusahaan rumah sakit dan sebagainya. Setiap kebijakan
yang dikeluarkan oleh pejabat publik harus memperhatikan
dampaknya terhadap lingkungan kesehatan masyarakat (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010).
5. Lingkungan yang Mendukung (Supporting Environment)
Hendaknya setiap aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat
harus memperhatikan dampak pada lingkungan sekitar agar
mempermudah promosi kesehatan. Lingkungan yang dimaksud di
sini bukan saja lingkungan fisik, tetapi lingkungan non – fisik yang
kondusif terhadap kesehatan masyarakat (Mubarak dan Nurul,
2009).
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum
termasuk pemerintah kota, agar mereka menyediakan sarana –
prasarana atau fasilitas yang mendukung terciptanya perilaku sehat
bagi masyarakat atau sekurang – kurangnya pengunjung tempat –
tempat umum tersebut. Lingkungan yang mendukung bagi
kesehatan tempat – tempat umum antara lain : tersedianya tempat
sampah, buang air besar atau kecil, air bersih, ruangan bagi
perokok dan non perokok serta lain sebagainya.
Jadi, para pengelola tempat – tampat umum seperti pasar,
terminal, stasiun kereta api, bandara, pelabuhan, mall harus
menyediakan sarana – sarana untuk mendukung perilaku sehat bagi
pengunjungnya. (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
6. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Helath Service)
Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya,
bahwa dalam pelayanan kesehatan itu ada provider dan customer.
Penyelenggara (penyedia) pelayanan kesehatan adalah pemerintah,
sedangkan swasta dan masyarakat adalah pemakai atau pengguna
pelayanan kesehatan.

13
Pemahaman semacam ini harus diubah dan dioreintasikan
bahwa masyarakat bukan hanya sekedar pengguna atau penerima
pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus sebagai penyelenggara
pelayanan kesehatan baik pemerintah ataupun swasta harus
melibatkan, bahkan memberdayakan masyarakat agar mereka juga
dapat berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan
tetapi sekaligus sebagai penyelenggra kesehatan masyarakat.
Dalam mereorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi
kesehatan sangatlah penting (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
7. Keterampilan Individu (Personnel Skill)
Diharapkan tiap – tiap individu yang berada di masyarakat
mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam
memelihara kesehatannya, mengenai penyebab penyakit, mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatannya dan mampu mencari
pengobatan yang layak jika mereka atau anak – anak mereka
sedang sakit (Mubarak dan Nurul, 2009).
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang
terdiri dari individu, keluarga dan kelompok – kelompok. Jadi,
kesehatan masyarakat akan terwujud apabila kesehatan individu,
keluarga serta kelompok dapat terwujud. Strategi untuk
mewujudkan keterampilan individu (personnel skill) dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penting.
Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam
memelhara dan meningkatkan kesehatan mereka ini adalah
memberikan pemahaman – pemahaman kepada anggota
masyarakat tentang cara – cara memelihara kesehatan, mencegah
penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan ke fasilitas
kesehatan profesional, meningkatkan kesehatan dan sebagainya.
Metode dan tekhnik pemberian pemahaman ini lebih bersifat
individual daripada massa (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
8. Gerakan Masyarakat (Community Action)

14
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau,
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya seperti
tersebut dalam visi promosi kesehatan ini, maka di dalam
masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau kegiatan – kegiatan
untuk kesehatan. Oleh sebab itu, promosi kesehatan harus
mendorong serta memacu kegiatan – kegiatan di masyarakat dalam
mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat
di bidang kesehatan, niscaya terwujud perilaku yang kondusif
untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu
memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010).
D. Ruang lingkup promosi kesehatan
Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan
kesehatan menurut Notoatmodjo (2007), meliputi :
1. Promosi kesehatan pada tingkat promotif. Sasaran promosi
kesehatan pada tingkat pelayanan promotif adalah pada kelompok
orang sehat, dengan tujuan agar mereka mampu meningkatkan
kesehatannya.
2. Promosi kesehatan pada tingkat preventif. Sasaran promosi
kesehatan pada tingkat ini selain pada orang yang sehat juga bagi
kelompok yang beresiko. Misalnya, ibu hamil, para perokok, para
pekerja seks, keturunan diabetes dan sebagainya. Tujuan utama
dari promosi kesehatan pada tingkat ini adalah untuk mencegah
kelompok-kelompok tersebut agar tidak jatuh sakit (primary
prevention).
3. Promosi kesehatan pada tingkat kuratif. Sasaran promosi kesehatan
pada tingkat ini adalah para penderita penyakit, terutama yang
menderita penyakit kronis seperti asma, diabetes mellitus,
tuberculosis, hipertensi dan sebagainya. Tujuan dari promosi
kesehatan pada tingkat ini agar kelompok ini mampu mencegah
penyakit tersebut tidak menjadi lebih parah (secondary prevention).

15
4. Promosi kesehatan pada tingkat rehabilitatif. Sasaran pokok pada
promosi kesehatan tingkat ini adalah pada kelompok penderita atau
pasien yang baru sembuh dari suatu penyakit. Tujuan utama
promosi kesehatan pada tingkat ini adalah mengurangi kecacatan
seminimal mungkin. Dengan kata lain, promosi kesehatan pada
tahap ini adalah pemulihan dan mencegah kecacatan akibat dari
suatu penyakit (tertiary prevention) (Notoatmodjo, 2007).
E. Sasaran promosi kesehatan
Berdasarkan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran
dibagi dalam tiga kelompok sasaran, yaitu:
1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat
dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan
umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan
remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan
strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-
tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang
yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan
promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi
kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali
memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada
lingkungan masyarakat sekitarnya. Tokoh masyarakat yang telah
mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat
menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat
sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi
kesehatan adalah pembuat keputusan (decission maker) atau
penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu

16
harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan
oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh
bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan
dengan strategi advokasi (advocacy).
F. Prinsip-prinsip promosi kesehatan

Prinsip promosi kesehatan menurut WHO pada Ottawa Charter


for health promotion (1986) mengemukakan ada tujuh prinsip pada
promosi kesehatan, antara lain :

1. Empowerment (pemberdayaan) yaitu cara kerja untuk


memungkinkan seseorang untuk mendapatkan kontrol lebih besar
atas keputusan dan tindakkan yang mempengaruhi kesehatan
mereka.
2. Partisipative (partisipasi) yaitu dimana seseorang mengambil
bagian aktif dalam pengambilan keputusan.
3. Holistic (menyeluruh) yaitu memperhitungkan hal-hal yang
mempengaruhi kesehatan dan interaksi dari dimensi-dimensi
tersebut.
4. Equitable (kesetaraan) yaitu memastikan kesamaan atau kesetaraan
hasil yang di dapat oleh klien.
5. Intersectoral (antar sektor) yaitu bekerja dalam kemitraan dengan
instasi terkait lainnya atau organisasi.
6. Sustainable (berkelanjutan) yaitu memastikan bahwa hasil dari
kegiatan promosi kesehatan yang berkelanjutan dalam jangka
panjang.
7. Multi Strategy yaitu bekerja pada sejumlah strategi daerah seperti
program kebijakkan.

Sedangkan menurut Michael,dkk,2009 Prinsip-prinsip promosi


kesehatan antara lain sebagai berikut:

1. Manajemen puncak harus mendukung secara nyata serta antusias


program intervensi dan turut terlibat dalam program tersebut.

17
2. Pihak pekerja pada semua tingkat ini pengorganisasian harus
terlibat dalam perencanaan dan implementasi intervensi.
3. Fokus intervensi harus berdasarkan pada factor risiko yang dapat
didefinisikan serta dimodifikasi dan merupakan prioritas bagi
pekerja.
4. Intervensi harus disusun sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
pekerja.
5. Sumber daya setempat harus dimanfaatkan dalam
mengorganisasikan dan mengimplementasikan intervensi.
6. Evaluasi harus dilakukan juga.
7. Organisasi harus menggunakan inisiatif kebijakan berbasis
populasi maupun intervensi promosi kesehatan yang intensif
dengan berorientasi pada perorangan dan kelompok.
8. Intervensi harus bersifat kontinue serta didasarkan pada prinsip-
prinsippemberdayaan dan atau model yang berorientasi pada
masyarakat dengan menggunakan lebih dari satu metode.
G. Metode dan media promosi kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2007) dalam bukunya promosi kesehatan
dan ilmu perilaku promosi kesehatan, terdapat beberapa metode
pendidikan dan media promosi kesehatan yang biasa digunakan antara
lain :
1. Metode pendidikan individual, merupakan metode pendidikan
yang bersifat perorangan diantaranya: bimbingan atau penyuluhan,
dan wawancara
2. Metode pendidikan kelompok, dalam metode ini harus diingat
bahwa jumlah populasi yang akan ditujukan haruslah
dipertimbangkan. Untuk itu dapat dibagi menjadi kelompok besar
dan kelompok kecil serta kelompok massa. Apabila peserta lebih
dari 15 orang maka dapat dimaksudkan kelompok besar, dimana
dapat menggunakan metode ceramah dan seminar. Sedangkan
disebut kelompok kecil apabila jumlah kurang dari 15 orang dapat
menggunakan metode diskusi kelompok, curah pendapat, bola

18
salju, kelompok kecil, serta memainkan peran. Apabila
menggunakan metode pendidikan massa ditujukan kepada
masyarakat ataupun khalayak yang luas dapat berupa ceramah
umum, pesawat televisi, radio, tulisantulisan majalah atau koran,
dan lain sebagainya.
Selanjutnya dalam media yang digunakan menurut
Notoatmodjo (2007) terdapat 3 macam media, antara lain :
a. Media bantu lihat (visual) yang berguna dalam menstimulasi
indra mata pada waktu terjadinya proses pendidikan. Dimana
media bantu lihat ini dibagi menjadi 2 yaitu media yang
diproyeksikan misalnya slide, film, film strip dan sebagainya,
sedangkan media yang tidak diproyeksikan misalnya peta,
buku, leaflet, bagan dan lain sebagainya.
b. Media bantu dengar (audio) dimana merangsang indra
pendengaran sewaktu terdapat proses penyampaian, misalnya
radio, piring hitam, pita suara
c. Media lihat-dengar seperti televisi, video cassete dan lain
sebagainya
3. Metode ceramah, cara menyampaikan sebuah materi pelajaran
dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai.
Menurut Cuban (1993) dalam buku Yamin (2013) menyebutkan
bahwa metode ceramah merupakan metode yang paling banyak
dikritik dari seluruh metode pembelajaran yang digunakann namun
justru terus menjadi metode yang sering digunakan. Hal ini
dikarenakan metode ceramah dapat melakukan hal-hal berikut ini:
a. Membantu penerima informasi atau peserta didik memperoleh
informasi yang sulit diperoleh dengan cara-cara lain dimana
jika peserta didik tersebut mempelajari suatu materi akan
memakan waktu hingga berjam-jam lamanya.
b. Membantu penerima informasi dalam memadukan informasi
dengan sumber-sumber yang berbeda.

19
c. Ketika waktu perencanaan terbatas untuk menyusun konten,
ceramah justru menghemat waktu dan tenaga.
d. Ceramah dapat bersifat fleksibel dan hampir dapat dilakukan
pada semua bidang.
e. Metode ceramah relatif sederhana dibandingkan dengan
metodemetode lainnya.
4. Metode leaflet
Selembaran kertas yang berisi tulisan dengan
kalimatkalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan
gambar-gambar yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan
secara berlipat. Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan
singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi pengolahan air
di tingkat rumah tangga, gambaran tentang diare dan
penecegahannya, dan lain-lain.
Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat
pertemuan-pertemuan dilakukan seperti pertemuan posyandu,
kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri
dengan perbanyakan sederhana di tempat cetak seperti di photo-
copy.

Kegunaan dan keunggulan dari media leaflet yaitu:

a. Pembaca dapat mempelajari informasi yang diberikan secara


mandiri.
b. Pembaca dapat melihat isinya pada saat santai.
c. Informasi dapat dibagikan kepada keluarga dan teman.
d. Dapat memberikan detail yang tidak memungkinkan
disampaikan secara lisan.
e. Sederhana dan dapat sangat murah.
f. Pembaca dan pendidik dapat menggunakanya bersama-sama
untuk mempelajari informasi yang rumit.

Penggunaan leaflet juga memiliki beberapa keterbatasan, antara


lain:

20
a. Leaflet profesional sangat mahal
b. Leaflet tidak tahan lama dan mudah hilang.
c. Materi yang diproduksi massal dirancang untuk sasaran yang
bersifat umum, sehingga kemungkinan tidak cocok untuk
semua orang.
d. Dapat diabaikan jika tidak didukung dengan keaktifan dari
pendidik untuk melibatkan responden dalam membaca dan
menggunakan materi dari leaflet.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan kesehatan adalah istilah yang diterapkan pada
penggunaan proses pendidikan secara terencana untuk mencapai tujuan
kesehatan yang meliputi beberapa kombinasi dan kesepakatan belajar
atau aplikasi pendidikan didalam bidang kesehatan (Notoatmodjo,
2013).
Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan seseorang
untuk meningkatkan control dan peningkatan kesehatannya. WHO
menekankan bahwa promosi kesehatan merupakan suatu proses yang
bertujuan memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap
kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas
mengenai pemberdayaan diri sendiri (Maulana,2009).
B. Saran
1. Saran bagi mahasiswa
Bagi mahasiswa disarankan dengan adanya makalah ini dapat
menigkatkan kembali pengetahuan terkait pendidikan kesehatan
dan promosi kesehatan
2. Saran bagi Perguruan Tinggi
Bagi perguruan tinggi disarankan untuk menjadikan makalah ini
sebagai bahan ajar dalam meningkatkan pengetahuan mengenai
pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan
3. Saran bagi Pasien dan Perawat
a. Diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai sarana
meningkatkan pengetahuan klien atau masyarakat mengenai
pendidikan dan promosi kesehatan
b. Diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam
memberikan pelayanan pada klien

22
DAFTAR PUSTAKA

Maulana, Herry.( 2007 ). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC

Notoatmodjo, Soekidjo.( 2003 ). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan.Jakarta :


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo.(2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta :


Rineka Cipta.

Anira. 2016. Promosi kesehatan. Available:


https://aanborneo.blogspot.com/2016/05/makalah-promkes-promosi-
kesehatan.html

Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Pendidikan kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

23

Anda mungkin juga menyukai