Anda di halaman 1dari 65

1

MODUL KETERAMPILAN
GASTROENTERO HEPATOLOGI HEPAR

PRODI PPDS I ILMU PENYAKIT DALAM


FK UNIVERSITAS SEBELAS MARET/
RSUD DR. MOEWARDI
2016

i
KATA PENGANTAR

Ilmu Penyakit Dalam merupakan spesialisasi kedokteran yang memiliki jumlah


spesialis terbanyak dengan lulusannya tersebar di berbagai daerah. Dalam rangka mencapai
derajat kesehatan masyarakat Indonesia yang paripurna diperlukan jumlah spesialis ilmu
penyakit dalam yang memadai dan tersebar merata, kualitas lulusan spesialis pun harus
dipertahankan atau bahkan ditingkatkan sesuai dengan perkembangan Ilmu dan teknologi di
bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat.

Standar kompetensi yang disusun tersebut harus diterjemahkan oleh pusat


pendidikan dalam bentuk kurikulum yang di dalamnya mencakup upaya pencapaian
kompetensi pada berbagai tahap pendidikan. Dalam proses pendidikan peserta program
diharapkan tidak hanya dapat menguasai ilmu biomedik, fisiologi, farmakologik, dan
epidemiologi klinik sebagai dasar, namun juga keterampilan klinik dan penelitian. Dalam
rangka memenuhi hal tersebut, Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis-I Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret telah menyusun Buku Kurikulum
Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 yang didasarkan pada Standar Kompetensi yang
sudah dibuat oleh KIPD dan dalam penyusunannya telah juga memperhatikan berbagai
masukan dari berbagai pihak seperti alumni, organisasi profesi dokter spesialis, dan seminat
serta memperhatikan pula perubahan dan perkembangan pola penyakit di masyarakat
Indonesia. Selain itu adanya perubahan mendasar pada berbagai peraturan seperti adanya
Undang Undang Praktik Kedokteran, Undang Undang Pendidikan Tinggi, dan Undang
Undang Kesehatan juga menjadi pertimbangan dalam penyusunan Buku Kurikulum ini.

Kami berharap, adanya buku MODUL KETERAMPILAN GASTROENTERO


HEPATOLOGI HEPAR ini dapat menjadi acuan bagi para staf pengajar dan para peserta
program dalam pelaksanaan pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam di Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang pada akhirnya dapat menghasilkan dokter
spesialis penyakit dalam yang kompeten di bidangnya dan dapat berkontribusi pada
peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia dan perkembangan ilmu kedokteran.

Ketua Program Studi PPDS I Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Dr. dr. Sugiarto, SpPD, KEMD. FINASIM

ii
VISI MISI PROGRAM STUDI PPDS 1 ILMU PENYAKIT DALAM FK.UNS / RSUD
DR.MOEWARDI

VISI

“Menjadi Pusat Pendidikan dokter spesialis ilmu penyakit dalam yang mampu menghasilkan
lulusan yang kompeten, unggul dan bereputasi di tingkat nasional dan internasional pada
tahun 2030.”

MISI

1. Menyelenggarakan pendidikan kedokteran spesialis ilmu penyakit dalam secara


professional dan berkualitas untuk menghasilkan lulusan spesialis ilmu penyakit dalam
yang kompeten, profesional, beretika serta relevan terhadap tuntutan nasional dan
internasional.
2. Menyelenggarakan riset klinik berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran
terapan, yang hasilnya dapat diterapkan bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat,
khususnya di bidang tropik dan infeksi.
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat di bidang kedokteran spesialis ilmu penyakit
dalam yang relevan, akuntabel, bermanfaat dan memberikan solusi pada masalah
kesehatan di masyarakat
4. Menyelenggarakan tatakelola program studi spesialis ilmu penyakit dalam yang
berkualitas dan berbasis good faculty governance
5. Meningkatkan kerjasama dengan berbagai institusi di dalam dan luar negeri dalam rangka
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi sebagai pendukung internasionalisasi PS ilmu
penyakit dalam, Fakultas dan Universitas Sebelas Maret

iii
DAFTAR ISI
MODUL KETRAMPILAN GASTROENTERO-HEPATOLOGI

Hal

Halaman Judul …………………………………………...................................................... i

Daftar Isi ………………………………………………………………………….. ii

Bab I Esofagogastroduodenoskopi ……………… ............................................... 1

Bab II Ligasi Varises Esofagus ……………….. .................................................... 5

Bab III Skleroterapi Endoskopi (STE) Varises Esofagus ........................................ 9

Bab IV Skleroterapi Endoskopi (STE) Histoacril……………………………… 13

Bab V Dilatasi Esophagus DenganSavary (Hollo-Centered Polyvinyl Dilator).. 17

Bab VI Kolonoskopi…………………………….. ...................................................21

Bab VII Polipektomi Perendoskopik……………… .................................................25

Bab VIII Kapsul Endoskopi……………………… ....................................................29

Bab IX Skleroterapi Hemoroid………………….. ...................................................31


.

Bab X Endoscopy Retrograde Cholangio Pancreatography (ERCP) ......................34

Bab XI Manometri Saluran Cerna…………………. ...............................................38

Bab XII Pemeriksaan Ultrasonografi (Hepatologi .....................................................41

Bab XIII …..


Aspirasi (Paracentesis) Asites……………. .................................................43

Bab XIV Aspirasi Abses Hepar………………….. .....................................................46


.

Bab XV Biopsi Hepar………………………….. ......................................................50

Bab XVI Percutaneus Trans Hepatic Billary Drainage (PTBD) .................................53

Bab XVII Radio Frequency Ablation (RFA) Pada Tumor/Kanker Hepar ...................56

Bab XVIII Fibroscan………………………………. .....................................................59

iv
BAB I
ESOFAGOGASTRODUODENOSKOPI

A. PENGERTIAN
Suatu tindakan untuk memeriksa rongga kerongkongan, (esofagus), lambung (gaster)
dan usus dua belas jari (duodenum), dengan menggunakan alat teropong yang disebut
endoskopi.

B. TUJUAN
1. Menentukan diagnosa pada penderita yang sering mengeluh, nyeri ulu hati, mual,
muntah, nyeri perut, sulit menelan, nyeri menelan, dan rasa terbakar didada yang
menetap dan yang tertelan bahan korosif.
2. Menentukan sumber perdarahan.
3. Mengambil jaringan polip.
4. Untuk menentukan lebih tepat kelaianan saluran cerna yang ditemukan pada
pemeriksaan Ro.
5. Untuk memantau proses penyembuhan pada kasus tukak peptik (ulkus Peptik) yang
telah diobati.

C. KEBIJAKAN
1. Pada pasien yang mengeluh nyeri ulu hati, mual, muntah, nyeri perut, sulit
menelan, nyeri menelan dan rasa terbakar didada yang menetap dan tertelan bahan
korosif.
2. Alat endoskopi dan asesorisnya serta ruangan harus disiapkan sebelum tindakan
dimulai.
3. Tindakan esofagoduodenoskopi (EGD) dilakukan oleh dokter staf, dokter
pelatihan, dokter PPDS endoskopi saluran cerna.
4. Tindakan EGD harus didampingi oleh perawat endoskopi saluran cerna yang
bersertifikat.

D. PROSEDUR
1. Mempersiapkan pasien
a. Memberitahukan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.

1
b. Memberitahukan surat ijin tindakan untuk ditandatangani oleh pasien atau
keluarga.
c. Menanyakan kepada pasien apakah sudah puasa 6-8 jam.
d. Mengecek laboratorium, Hb, HT, Trombosit, BT, CT, PT, APTT.
e. Mengecek hasil EKG bila pasien diatas 40 TH.
f. Memasukan data pasien kedalam mediview.

2. Mempersiapkan dan mengecek fungsi alat serta bahan yang akan digunakan Alat dan
bahan:
a. Gastroskope
b. Light Source.
c. Mediview.
d. Televisi Monitor.
e. Keyboard.
f. Water Container.
g. Suction Pump.
h. Sarung Tangan.
i. Mouth Piece.
j. Bengkok dan Tissue.
k. Lap/ Handuk kecil.
l. Biopsi Forcep.
m. Brushing.
n. Gelas berisi air minun.
o. Kasa.
p. Xylocaine 10% spray.
q. Xylocain jelly 3%.
r. Spuit 20 cc dan 50 cc.
s. Spuit 5cc dan 3cc.
t. Obat – obatan : Midazolam, Pethidine.
u. Oksigen.
v. Alat untuk memantau tanda-tanda vital (tensi, nadi, pernafasan, suhu).
w. Dua buah kom : berisi cairan enzymatic dan air bersih.

2
3. Sebelum tindakan
a. Mengecek kembali surat izin tindakan apakah sudah ditanda tangani oleh pasien
atau keluarga.
b. Mempersiapkan psikologi pasien.
c. Melengkapi checklist keperawatan.
d. Memasang monitor TandaTanda Vital.
e. Melepaskan kaca mata dan gigi palsu serta asesoris lain yang dapat mengganggu
proses tindakan bila ada.

4. Selama tindakan
a. Mencuci tangan, memakai Alat Pelindung Diri (APD) (sarung tangan, masker,
baju pelindung, dan kaca mata google bila perlu).
b. Memasang mouth piece ke mulut pasien.
c. Membantu pasien untuk miring ke kiri dan meletakkan lap/handuk kecil di bawah
dagu pasien.
d. Memberi suntikan penenang sesuai intruksi dokter. Anestesi umum oleh dokter
anestesi.
e. Mengoleskan ujung Scope dengan xylocain jelly.
f. Menghidupkan iopsy copy, light source dan suction pump dihidupkan
kemudian mediview diaktifkan.
g. Mengambil jaringan dengan forcep biopsy bila diperlukan.
h. Mengambil foto pada bagian – bagian tertentu untuk pendokumentasian.
i. Melepaskan mouth piece dari mulut pasien setelah selesai pemeriksaan .

5. Pasca-tindakan
a. Merapihkan pasien dan alat.
b. Mencuci tangan.
c. Dokumentasi.
d. Mengobservasi Tanda Tanda Vital dan keluhan pasien.
e. Memberitahukan kepada Pasien dan keluarganya agar pasien tetap
dipuasakan ± 1 jam untuk menghindari terjadinya aspirasi.
f. Semua instrument kotor/ bekas pakai dicuci dan dilakukan dekontaminasi.
g. Sampah ditempatkan pada tempatnya.

3
h. Kembalikan alat yang sudah kering pada tempatnya.
i. Mencuci tangan.

6. Dokumen terkait:
a. Buku Pedoman Perawat Endoskopi, Depkes cetakan II.
b. Handbook of Gastroenterologic Procedures.
c. Buku Endoskopi Gastrointestinal.

4
BAB II
LIGASI VARISES ESOFAGUS

A. PENGERTIAN
Suatu tindakan untuk mengikat pembuluh darah vena (balik) yang melebar
tersebut dengan menggunakan bahan gelang karet sebagai pengikat dengan bantuan
alat teropong (endoskopi).

B. TUJUAN
1. Mencegah kemungkinan perdarahan/ perdarahan berulang akibat pecahnya
pembuluh darah.
2. Adanya pelebaran pembuluh darah vena (balik) dikerongkongan dengan ukuran
tertentu (derajat III – IV) yang pernah berdarah maupun yang sudah pernah
berdarah, yang diketahui setelah dilakukan pemeriksaan teropong (endoskopi).

C. KEBIJAKAN
1. Tindakan ligasi dilakukan pada pasien dengan pelebaran pembuluh darah vena
(balik) di esophagus dengan ukuran tertentu (derajat III-IV) yang pernah berdarah,
maupun yang sudah pernah berdarah, yang diketahui setelah pemeriksaan
teropong (endoskopi saluran cerna).
2. Tindakan ligasi dilakukan oleh dokter staf, dokter pelatihan endoskopi saluran
cerna.
3. Tindakan ligasi harus didampingi oleh perawat endoskopi saluran cerna yang
sudah bersertifikat.

D. PROSEDUR
1. Persiapan Pasien
a. Memberitahukan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Memberitahukan surat ijin tindakan kepada pasien dan keluarganya untuk
ditandatangani.
c. Menanyakan kepada Pasien apakah sudah puasa 6-8 jam

5
d. Memasang inpus.
e. Mengecek laboratorium, Hb, HT, Trombosit, BT, CT, PT, APTT
f. Mengecek hasil EKG bila pasien diatas umur 40 TH.
g. Masukan data pasien kedalam mediview.

2. Memersiapkan dan mengecek fungsi alat serta bahan yang akan digunakan Alat
dan bahan
a. Gastroskope.
b. Light Source.
c. Mediview.
d. Televisi Monitor.
e. Keyboard.
f. Water Container.
g. Suction Pump.
h. Sarung Tangan.
i. Mouth Piece.
j. Bengkok dan Tissue.
k. Lap/Handuk kecil.
l. karet ligasi.
m. Gelas berisi air minun.
n. Kasa.
o. Xylocaine 10% spray.
p. Xylocain jelly 3%.
q. Spuit 20 cc dan 50 cc.
r. Spuit 5cc dan 3cc.
s. Obat – obatan : Buscopan, Midazolam, Pethidine.
t. Oksigen.
u. Alat memantau tanda-tanda vital (tensi,nasi,pernafan,suhu).
v. Dua buah kom berisi : cairan enzymatic dan air bersih.

3. Sebelum Tindakan
a. Mengecek kembali surat ijin tindakan apakah sudah ditandatangani oleh pasien
atau keluarga.
b. Mempersiapkan psikologis pasien.

6
c. Melengkapi checklist keperawatan.
d. Menyiapkan pasien ketempat tidur tindakan.
e. Memasang monitor TTV.
f. Melepaskan gigi palsu dan kacamata, bila ada.

4. Selama Tindakan
a. Beri minum Gascon 3 cc dicairkan dengan Aqua s/d 5 cc.
b. Mengatur posisi tidur pasien miring ke kiri, pasang handuk kecil dibawah dagu
pasien.
c. Memasang mouth piece.
d. memberikan suntikan midazolam, buscopan sesuai intruksi dokter.
e. Memasang ligator pada ujung scope pada posisi yang benar.
f. Mengolesi xylocain jelly pada ujung scope dan ligator.
g. Melihat dan menentukan varices yang akan diikat.
h. Meletakkan ujung scope pada bagian varices yang akan diikat, mengisap
dengan alat penghisap sampai varices terlihat terangkat dalam lumen ligator
secara maksimal, dan pastikan untuk dapat diikat.
i. Melepaskan karet ligasi dengan cara menarik ujung benang ligator.
j. Dilakukan dibeberapa tempat sesuai kebutuhan.
k. Perhatikan pendarahan.
l. Tindakan selesai, scope dikeluarkan.
m. Pasien dirapihkan dan mulut dibersihkan.
n. Alat-alat/ instrument bekas pakai dibersihkan.
o. Cuci tangan.
p. Dokumentasi.

5. Sesudah Tindakan
a. Merapihkan pasien dan alat.
b. Mencuci tangan.
c. Dokumentasi.
d. Mengobservasi TTV dan keluhan pasien.
e. Memberitahukan kepada pasien dan keluaganya, serta perawat ruang rawat
agar pasien tetap dipuasakan 2 - 4 jam.

7
f. Cek Hb, HT, Trombo setiap 6 jam selama 24 jam/ sampai hasil stabil dan
makan bertahap, mulai diet cair.
g. Semua instrument kotor/ bekas pakai dicuci dan dilakukan dekontaminasi
tingkat tinggi.
h. Sampah ditempatkan pada tempatnya.
i. Kembalikan alat yang sudah kering pada tempatnya.
j. Cuci tangan.

6. Dokumen Terkait
a. Buku Pedoman Perawat Endoskopi, Depkes cetakan ke II.
b. Handbook of Gastroenterologic Procedures.
c. Buku Endoskopi Gastrointestinal.

8
BAB III
SKLEROTERAPI ENDOSKOPI (STE) VARISES ESOFAGUS

A. PENGERTIAN
Suatu tindakan menyuntikan obat tertentu kedalam pembuluh darah vena (balik) yang
melebar (varises esophagus) dengan bantuan alat teropong (endoskopi).

B. TUJUAN
Mencegah kemungkinan pendarahan berulang akibat pecahnya pembuluh darah.

C. KEBIJAKAN
1. Tindakan STE dilakukan pada pasien pelebaran pembuluh darah vena (balik)
dikerongkongan dengan ukuran tertentu (derajat III – IV) yang pernah berdarah
maupun yang sudah pernah berdarah, yang diketahui setelah dilakukan pemeriksaan
teropong (endoskopi saluran cerna).
2. Tindakan STE varises esophagus dilakukan oleh dokter staf, dokter pelatihan , dokter
PPDS endoskopi saluran cerna.
3. Tindakan STE varises esophagus harus didampingi oleh perawat endoskopi saluran
cerna yang sudah bersertifikat.

D. Prosedur
1. Mempersiapan Pasien
a. Memberitahukan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
b. Memberitahukan surat ijin tindakan kepada pasien untuk ditandatangani oleh
pasien atau keluarga.
c. Menanyakan kepada pasien apakah sudah puasa/ dipuasakan 6-8 jam.
d. Memasang Inpus.
e. Mengecek laboratorium, Hb, HT, Trombosit, BT, CT, PT, APTT.
f. Mengecek hasil EKG bila pasien diatas 40 TH.
g. Masukkan data pasien kedalam mediview.

9
2. Mempersiapan dan mengecek fungsi alat, bahan serta asesoris yang akan digunakan
Alat dan bahan:
a. Gastroskope.
b. Light Source.
c. Mediview.
d. Televisi Monitor.
e. Keyboard.
f. Water Container.
g. Suction Pump.
h. Sarung Tangan.
i. Mouth Piece.
j. Bengkok dan Tissue.
k. Lap/ Handuk kecil.
l. canul varises injector.
m. Gelas berisi air minun.
n. Kasa.
o. Xylocaine 10% spray.
p. Xylocain jelly 3%.
q. Spuit 20 cc dan 50 cc.
r. Spuit 5cc dan 3cc.
s. Obat – obatan :Aetoxisckerol 3%, Buscopan, Midazolam, pethidine.
t. Oksigen.
u. Alat untuk memantau tanda-tanda vital (tensi, nadi, suhu, pernafasan).
v. Dua buah kom: berisi cairan Enzymatic dan air bersih.

3. Sebelum tindakan
a. Mengecek kembali surat ijin tindakan apakah sudah ditandatangani oleh pasien
atau keluarga.
b. Menyiapkan psikologis pasien.
c. Menyiapkan pasien ketempat tidur pemeriksaan.
d. Melengkapi checklis keperawatan.
e. Memasang Monitor TTV.
f. Melepaskan gigi palsu dan kaca mata bila ada.

10
4. Selama tindakan
a. Cuci tangan, memakai alat pelindung diri (sarung tangan, masker, baju pelindung,
kaca mata google bila perlu).
b. Beri minum gascon 3cc dicairkan dengan aqua menjadi 5cc.
c. Memasang Mouth piece kedalam mulut pasien.
d. Membantu pasien untuk posisi miring kekiri dan meletakkan lap dibawah dagu
pasien.
e. Memberikan suntikan Midazolam, buscopan secara iv (sesuai intruksi dokter).
f. Menghubungkan gastroscope ke light source, suction pump dihidupkan kemudian
mediview diaktifkan.
g. Mengolesi ujung scope dengan xylocaine jelly.
h. Menahan mouth piece dan gastroscope supaya tidak keluar dari mulut pasien
selama pemeriksaan.
i. Menyiapkan obat – obatan sklerosan yang akan dipakai sesuai intruksi dokter
j. Jika dokter sudah menemukan lokasi varices yang akan disuntikan, perawat
memasukkan injector melalui channel biopsi dan menyuntikan obat sklerosan
sesuai instruksi dokter, dilakukan berulang kali sampai varices obliterasi.
k. Mengambil foto pada bagian – bagian tertentu untuk pendokumentasian.
l. Mengeluarkan alat gastroskop oleh dokter, dan melepaskan mouth piece dan
mulut pasien.

5. Selesai Tindakan
a. Merapihkan pasien dan alat.
b. Mencuci tangan.
c. Mengobservasi TTV dan keluhan pasien.
d. Memberitahukan kepada pasien dan keluarganya, serta perawat ruang rawat agar
pasien tetap dipuasakan 2 - 4 jam
e. Menginformasikan kepada perawat ruang rawat untuk mengecek Hb, HT, Trombo
setiap 6 jam selama 24 jam/ sampai hasil stabil dan makan bertahap, mulai diet
cair.
f. Semua instrument kotor/ bekas pakai dicuci dan dilakukan dekontaminasi.
g. Sampah ditempatkan pada tempatnya.
h. Kembalikan alat yang sudah kering pada tempatnya.
i. Mencuci tangan.

11
6. Dokumen terkait
a. Buku Pedoman Perawat Endoskopi, Depkes cetakan II.
b. Handbook of Gastroenterologic Procedures.
c. Buku Endoskopi Gastrointestinal.

12
BAB IV
SKLEROTERAPI ENDOSKOPI (STE) HISTOACRIL

A. PENGERTIAN
Suatu tindakan menyuntikan pembuluh darah vena (balik) yang melebar dengan
bahan tertentu dengan bantuan alat teropong (endoskopi).

B. TUJUAN
Mencegah kemungkinan perdarahan/perdarahan berulang akibat pecahnya pembuluh
darah fundus dan cardia.

C. KEBIJAKAN
1. Tindakan STE histoacril dilakukan pada pasien dengan pelebaran pembuluh darah
vena (balik) di fundus, cardia dengan ukuran tertentu (derajat III-IV) yang pernah
berdarah, maupun yang sudah pernah berdarah, yang diketahui setelah dilakukan
pemeriksaan teropong (endoskopi saluran cerna).
2. Tindakan STE histoacril dilakukan oleh dokter staf, dokter pelatihan , dokter PPDS
endoskopi saluran cerna.
3. Tindakan STE histoacril harus didampingi oleh perawat endoskopi saluran cerna yang
sudah bersertifikat.

D. PROSEDUR
1. Mempersiapkan Pasien
a. Memberitahu kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
b. Memberitahukan surat ijin tindakan kepada pasien dan keluarganya untuk
ditandatangani.
c. Menanyakan kepada pasien apakah sudah puasa 6-8 jam.
d. Memasang Inpus.
e. Mengecek laboratorium, Hb, HT, Trombosit, BT, CT, PT, APTT.
f. Mengecek hasil EKG bila pasien diatas 40 TH.
g. Masukkan data pasien kedalam mediview

13
2. Mempersiapkan dan mengecek fungsi alat serta bahan yang akan digunakan alat dan
bahan
a. Gastroskope.
b. Light Source.
c. Mediview.
d. Televisi Monitor.
e. Keyboard.
f. Water Container.
g. Suction Pump.
h. Sarung Tangan.
i. Mouth Piece.
j. Kaca mata gogle.
k. Bengkok dan Tissue.
l. Lap/ Handuk kecil.
m. Canul varises injector no G 21.
n. Gelas berisi air minun.
o. Kasa.
p. Xylocaine 10% spray.
q. Xylocain jelly 3%.
r. Spuit 20 cc dan 50 cc.
s. Spuit 5cc dan 3cc.
t. Obat – obatan : Lipiodol, Histroacril, Buscopan, Midazolam, Pethidine.
u. Oksigen.
v. Monitor TTV.
w. Dua buah kom: berisi cairan Enzymatic dan air bersih.

3. Sebelum Tindakan
a. Mengecek kembali surat ijin tindakan apakah sudah ditanda tangani oleh pasien
atau keluarga.
b. Mempersiapan psikologi pasien.
c. Melengkapi checklist keperawatan.
d. Menyiapkan pasien ketempat tidur pemeriksaan.
e. Memasang Monitor TTV.
f. Melepaskan gigi palsu dan kaca mata bila ada.

14
4. Selama Tindakan
a. Cuci tangan, memakai APD (sarung tangan, masker, baju pelindung, kaca mata
google bila perlu).
b. Beri minum gascon 3cc dicairkan dengan aqua menjadi 5cc
c. Memasang Mouth piece kedalam mulut pasien.
d. Membantu pasien untuk posisi miring kekiri dan meletakkan lap dibawah dagu
pasien.
e. Memberikan suntikan Midazolam, buscopan secara iv (sesuai intruksi dokter).
f. Menghubungkan gastroscope ke light source, suction pump dihidupkan kemudian
mediview diaktifkan.
g. Mengolesi ujung scope dengan xylocaine jelly.
h. Menahan mouth piece dan gastroscope supaya tidak keluar dari mulut pasien
selama pemeriksaan.
i. Menyiapkan obat – obatan sklerosan 1vial histroacril dicampur 0.5 ml ditambah
lipiodol 0.6ml, disiapkan 3 sampai 4 dalam 2 cc spuit.
j. Dalam penyuntikan metode yang digunakan : selang injection, aqua, nacl,
lipiodol, sesuai dengan metode yang akan dipilih.
k. Penyuntikan secara cepat kegunaannya untuk menghindari kebuntuan pada
catheter injector, perlu diperhatikan ketebalan dari dinding varices dan jarum
injector yang keluar dari catheter turut menentukan masuknya glu kedalam
varices.
l. Jika dokter sudah menemukan lokasi varices yang akan disuntikan, perawat
memasukkan injector melalui channel biopsi dan menyuntikan obat sklerosan
tersebut dilakukan berulang kali sampai varices obliterasi.
m. Mengambil foto pada bagian – bagian tertentu untuk pendokumentasian.
n. Mengeluarkan alat gastroskop oleh dokter, dan melepaskan mouth piece dan
mulut pasien.

5. Sesudah Tindakan
a. Merapihkan pasien dan alat.
b. Mencuci tangan.
c. Dokumentasi.
d. Mengobservasi TTV dan keluhan pasien.

15
e. Memberitahukan kepada pasien dan keluarganya serta perawat ruang rawat agar
pasien tetap dipuasakan 2 – 4 jam.
f. Menginformasikan kepada perawat ruang rawat untuk mengecek Hb, HT, Trombo
setiap 6 jam selama 24 jam/ sampai hasil stabil, dan makan bertahap mulai diet
cair.

6. Dokumen Terkait
a. Buku Pedoman Perawat Endoskopi, Depkes cetakan II.
b. Handbook of Gastroenterologic Procedures.
c. Buku Endoskopi Gastrointestinal.

16
BAB V
DILATASI ESOPHAGUS DENGAN MENGGUNAKAN
SAVARY (HOLLO-CENTERED POLYVINYL DILATOR)

A. PENGERTIAN
Melebarkan spingter esophagus dengan menggunakan Gastroskope dan savary dilator
dengan bantuan Floroskopi.

B. TUJUAN
Untuk membuka spingter esophagus pada pasien yang menderita penyempitan
diesophagus agar dapat makan dan menelan makanan kembali.

C. KEBIJAKAN
a. Tindakan savary dilator dilakukan pada pasien dengan penyempitan diesophagus.
b. Tindakan savary dilator dilakukan oleh dokter staf, dokter pelatihan , dokter PPDS
endoskopi saluran cerna.
c. Tindakan savary dilator harus didampingi oleh perawat endoskopi yang sudah
bersertifikat.

D. PROSEDUR
1. Mempersiapan Pasien
a. Beritahu kepada pasien tindakan yang akan dilakukan
b. Buat surat izin tindakan
c. Konfirmasi dengan unit radiologi
d. Puasa 6-8 jam sebelum tindakan.
e. Cek hasil Laboratorium Hb, Ht, Trombosit, BT, CT, PT, aPTT.
f. Cek EKG bila pasien diatas 40 TH.
g. Observasi TTV.
h. Pasang Infus.
i. Masukan data pasien kedalam mediview.

17
2. Mempersiapan dan mengecek fungsi alat serta bahan yang akan digunakan alat dan
bahan
a. Gastroskope.
b. Light Source.
c. Mediview.
d. Televisi.
e. Keyboard.
f. Water Container.
g. Mouth Piece.
h. Satu set savari dilator.
i. Apron Radiology.
j. Biopsi Forcep.
k. Brushing.
l. Gelas berisi air minum.
m. Xylocaine Spray.
n. Bengkok dan Tissue.
o. Obat –obat sedasi : Midazolam, Pethidine, Adrenaline, SA, Buscopan
p. Ky jelly, Xylocain jelly
q. Kasa.
r. Handuk kecil untuk alas dagu.
s. Suction.
t. Monitor TTV.
u. Sarung tangan, masker.
v. Oksigen.
w. Dua buah kom berisi : Cairan Enzymatic dan air bersih

3. Sebelum Tindakan
a. Memberi motivasi kepada pasien tindakan apa yang akan dilakukan.
b. Menyiapkan pasien diruang radiology.
c. Cuci tangan, memakai alat pelindung diri lengkap.
d. Memasang monitor TTV.
e. Melepaskan gigi palsu, kaca mata bila ada.

18
4. Selama Tindakan
a. Atur posisi tidur pasien miring ke kiri.
b. Memberikan sedasi sesuai dengan program dokter.
c. Menghubungkan gastroskope ke ligthsource, suction pump dihidupkan dan
mengaktifkan mediview untuk pengambilan gambar.
d. Olesi ujung scope dengan xylocain jelly/ ky jelly
e. Dokter memasukkan gastroskope melalui mouth piece.
f. Scope dihentikan dekat esophagus yang menyempit.
g. Masukan Guidewire (dari dilator set) melewati lubang esophagus yang
menyempit.
h. Dengan bantuan floroskopi melihat posisi guidewire sampai lambung.
i. Mengeluarkan gastroskop dengan mempertahankan guidewire.
j. Olesi savary dengan xylocain jelly.
k. Mulailah dengan urutan yang terkecil sesuai kebutuhan, dan memasukkan savary
dilator dengan bantuan guidewire.
l. Melihat posisi savary dilator pada bagian yang menyempit dengan bantuan
floroscopi, perlu dicermati tanda ujung dilator telah menyampai diafragma.
m. Menghentikan tindakan dilatasi setelah bagian yang menyempit cukup terbuka.
n. Alat-alat dikeluarkan dari mulut pasien.
o. Merapihkan pasien dan alat.
p. Mencuci tangan.
q. Dokumentasi.

5. Sesudah Tindakan
a. Mengobsevasi tanda-tanda vital.
b. Memberitahu kepada Pasien dan keluarganya, serta perawat ruang rawat agar
pasien masih dipuasakan 2 jam setelah tindakan.
c. Memberitahukan kepada perawat ruang rawat agar mengececek HB,Trombosit,
setiap 6 jam sampai 24 jam, bila Hb stabil pemeriksaan dihentikan, lapor dokter
bila ada tanda - tanda yang mencurigakan misalnya perdarahan dll.
d. Memberitahukan kepada perawat ruang rawat agar pasien makan bertahap, mulai
diet cair.
e. 5. Semua instrument kotor/ bekas pakai dicuci dan dilakukan
dekontaminasi tingkat tinggi.

19
f. Sampah ditempatkan pada tempatnya.
g. Kembalikan alat yang sudah kering pada tempatnya.
h. Mencuci tangan.

6. Dokumen Terkait
a. Buku Pedoman Perawat Endoskopi, Depkes cetakan ke II
b. Handbook of Gastroenterologic Procedures
c. Buku Endoskopi Gastrointestinal

20
BAB VI
KOLONOSKOPI

A. PENGERTIAN
Suatu tindakan untuk memeriksa secara langsung saluran cerna bagian bawah dengan
menggunakan kolonoscope mulai dari anus, rectum, sigmoid, colon desenden, flecsura
lienalis, colon tranversum, flecsura hepatica,colon asenden,secum,sampai ileum
terminalis.

B. TUJUAN
1. Mengevaluasi kelainan usus besar yang ditemukan pada pemeriksaan radiologi.
2. Mengevaluasi perdarahan saluran cerna yang tidak diketahui sumbernya.
3. Evaluasi adanya keganasan usus besar, termasuk follow up pasca pengangkatan tumor
usus besar.
4. Menegakkan diagnosa dan pengobatan pada penyakit usus besar inflamasi.
5. Mengenali tempat terjadinya perdarahan/pengangkatan polip yang tidak terdeteksi
dengan perabaan atau infeksi saat operasi.

C. KEBIJAKAN
1. Tindakan kolonoskopi dilakukan pada pasien Anemia, diare berkelanjutan yang
belum diketahui penyebabnya.
2. Pasien, alat endoskopi dan asesorisnya serta ruangan harus disiapkan sebelum
tindakan dilakukan
3. Tindakan dilakukan oleh dokter staf , dokter pelatihan, dokter PPDS endoskopi
saluran cerna.
4. Perawat endoskopi yang bersertifikat harus mendampingi selama tindakan

D. PROSEDUR
1. Mempersiapan Pasien
Sebelum pemeriksaan kolonoskopi dilakukan, kolon harus dibersihkan dari feses dan
kotora lainnya. Perawat memberikan penerangan tentang pembersihan kolon seperti :
a. Pasien dianjurkan makan bubur kecap saring/sumsum tanpa santan sejak 2 hari
sebelum tindakan.

21
b. Dianjurkan banyak minum air putih.
c. Bila pasien susah BAB diberikan sirup laxadin 3x1 sendok makan atau minum
laxadin tablet 3x1 tablet.
d. Malam terakhir sebelum hari pemeriksaan, pasien makan bubur sumsum terakhir
jam 19.00 setelah itu puasa tapi boleh minum.
e. Pada jam 20.00 malam pasien minum garam inggris 30 gr dalam ½ gelas air
hangat atau obat pencahar lainya pengganti garam inggris tergantung dari intruksi
dokter.
f. Usai minum garam inggris pasien akan sering BAB maka dianjurkan minum
banyak.
g. Pagi jam 05.00 masukkan dulcolak supp 1 buah kedalam anus atau obat pengganti
dulcolak supp sesuai intruksi dokter, sehingga diharapkan pasien BAB lagi dan
kolonnya benar-benar bersih.
h. Memberitahu tentang tindakan yang akan dilakukan.
i. Memberitahukan surat izin tindakan untuk ditandatangani oleh pasien atau
keluarganya.
j. Mengecek hasil laboratorium, HB, HT, Trombosit, BT, CT, PT, APTT.
k. Mengecek hasil EKG Bila pasien diatas 40 TH.
l. Masukan data pasien kedalam mediview.

2. Mempersiapkan dan mengecek fungsi alat serta bahan yang akan digunakan alat dan
bahan
a. Kolonoskope.
b. Light Source.
c. Mediview.
d. Televisi Monitor.
e. Keyboard.
f. Water Container.
g. Suction Pump.
h. Sarung Tangan.
i. Mouth Piece.
j. Bengkok dan Tissue.
k. Celana Bolong.
l. Biopsi Forcep.

22
m. Brushing.
n. Gelas berisi air minun.
o. Kasa.
p. Xylocaine 10% spray.
q. Xylocain jelly 3%.
r. Spuit 20 cc dan 50 cc.
s. Spuit 5cc dan 3cc.
t. Obat – obatan : Midazolam, pethidine.
u. Oksigen.
v. Monitor TTV.
w. Dua buah kom berisi : cairan Enzymatic dan air bersih.

3. Sebelum Tindakan
a. Mengecek kembali Surat ijin tindakan apakah sudah diandatangani oleh pasien
atau keluarganya.
b. Mempersiapkan psikologis pasien.
c. Melengkapi checklist keperawatan.
d. Mengganti pakaian bawah dengan celana bolong
e. Memasang monitor TTV
f. Membantu pasien untuk tidur miring.

4. Selama Tindakan
a. Cuci tangan, memakai APD (sarung tangan, masker, apron, baju kerja)
b. Memasang infus bila belum terpasang.
c. Memberi suntikan penenang sesuai intruksi dokter. Anestesi umum oleh dokter
anestesi.
d. Menghubungkan kolonoscope ke light source dan suction pump dan mediview
kemudian diaktifkan.
e. Pada waktu pemeriksaan sebaiknya lampu kamar pemeriksa dimatikan.
f. Mengambil jaringan melalui porcep biopsi bila diperlukan.
g. Mengambil foto pada bagian – bagian tertentu untuk pendokumentasian.
h. Merapihkan pasien dan alat.
i. Mencuci tangan.
j. Dokumentasi.

23
5. Sesudah Tindakan
a. Merapihkan pasien dan alat.
b. Mencuci tangan.
c. Dokumentasi.
d. Mengobservasi TTV dan keluhan pasien.
e. Memberitahu kepada pasien boleh langsung makan kecuali dengan anestesi
tunggu sampai pasien benar-benar sadar.
f. Semua instrument kotor/bekas pakai dicuci dan dilakukan dekontaminasi.
g. Sampah ditempatkan pada tempatnya
h. Kembalikan alat yang sudah kering pada tempatnya.
i. Cuci tangan.

6. Dokumen Terkait
a. Buku Pedoman Perawat Endoskopi, Depkes cetakan II.
b. Handbook of Gastroenterologic Procedures.
c. Buku Endoskopi Gastrointestinal.

24
BAB VII
POLIPEKTOMI PERENDOSKOPIK

A. PENGERTIAN
Prosedur tindakan terapetik untuk mengangkat polip di dalam saluran cerna (atas atau
bawah) melalui endoskopi saluran cerna dengan alat listrik dan Snar polipektomi.

B. TUJUAN
Menghilangkan atau mengangkat polip dalam saluran cerna dengan endoskopi.

C. KEBIJAKAN
1. Tindakan polipektomi dilakukan pada pasien dengan polip didalam saluran cerna (atas
atau bawah).
2. Tindakan dilakukan oleh dokter staf, dokter pelatihan, dokter PPDS endoskopi saluran
cerna.
3. Tindakan polipektomi harus didampingi oleh perawat endoskopi saluran cerna yang
telah bersertifikat.

D. Prosedur
1. Mempersiapkan pasien
a. Memberitahukan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
b. Memberitahukan kepada pasien surat ijin tindakan untuk ditandatangani oleh
pasien atau keluarga.
c. Menanyakan kepada pasien apakah sudah puasa 6-8 jam
d. Memasang infus.
e. Mengecek laboratorium, Hb, HT, Trombosit, BT, CT, PT, APTT
f. Mengecek hasil EKG bila pasien diatas 40 TH.
g. Masukan data pasien kedalam mediview.

2. Mempersiapkan dan mengecek fungsi alat serta bahan yang akan digunakan alat dan
bahan
a. Gastroskope/kolonoskope tergantung dimana lokasi polipnya.
b. Light Source.

25
c. Mediview.
d. Televisi Monitor.
e. Keyboard.
f. Water Container.
g. Suction Pump.
h. Sarung Tangan.
i. Mouth Piece.
j. Bengkok dan tissue.
k. Lap/Handuk kecil.
l. Snar polipektomi.
m. Canul injector.
n. Gelas berisi air minun.
o. Kasa.
p. Xylocaine 10% spray.
q. Xylocain jelly 3%.
r. Spuit 20 cc dan 50 cc.
s. Spuit 5cc dan 3cc.
t. Obat – obatan :Adrenaline, Buscopan, Midazolam, Pethidine
u. Oksigen.
v. Surgical Unit.
w. Monitor TTV.
x. Duah buah Kom berisi : cairan Enzymatic dan air bersih.

3. Sebelum Tindakan
a. Mengecek kembali surat izin tindakan apakah sudah ditandatangani oleh pasien
atau keluarganya.
b. Mempersiapkan psikologis pasien.
c. Melengkapi checklis keperawatan.

4. Selama Tindakan
a. Memasang alat kolonoskop bila polipnya di saluran cerna bagian bawah,
(pelaksanaannya sama seperti pasien Kolonoskopi).
b. Memasang alat gastroskop bila polipnya di saluran cerna bagian atas,
(pelaksanaannya sama seperti pasien EGD).

26
c. Memasang monitor TTV.
d. Cuci tangan, memakai Alat pelindung diri (sarung tangan, masker, apron, baju
kerja).
e. Mengatur posisi tidur pasien.
f. Memberikan oksigen dan penenang sesuai program dokter, bila dengan anestesi
umum dilakukan oleh dr anestesi.
g. 7. Menghubungkan Scope dengan sumber cahaya light source dan suction
dihidupkan, mediview di nyalakan untuk pengambilan gambar.
h. Mengoleskan xylocain jelly/ky jelly pada ujung scope, pada saat pengolesan
jangan sampai terkena lensa.
i. Menghubungkan snar polipektomi pada elektro surgical unit,dan plate pada kaki
pasien.
j. Dokter memasukkan scope sampai terlihat polip yang akan di angkat, perawat
mengobservasi TTV, Tingkat kesadaran pasien dan melaporkan bila tidak stabil.
k. Mempertahankan posisi scope pada posisi yang diperlukan.
l. Merubah posisi pasien sesuai dengan kebutuhan.
m. Setelah tampak polip, memasukkan snar polip melalui chanel biopsi.
n. 14. Untuk polip sesil bila ditakutkan akan memimbulkan perforasi, maka
sebelumnya disuntikan dulu Nacl 0,9% 1-2 Cc ditepi polip sub mukosa.
o. Mengeluarkan snar polipektomi dengan cara mendorong handle snare perlahan-
lahan sesuai dengan intruksi dokter.
p. Masukkan polip kedalam snar polipektomi, atur posisi snar sehingga tepat berada
di batas polip yang akan diangkat, pertahankan posisi snar bila polip sudah
terjerat, jangan sampai polip putus sebelum di bakar /di cauter.
q. Perawat mengambil jaringan polip tersebut, dengan snar, atau basket kemudian
polip beserta scope dikeluarkan bersama-sama.
r. Jaringan polip dimasukkan kedalam botol formalin 10%, untuk PA.
s. Mengobservasi dan merapihkan pasien.
t. Alat-alat dibersihkan.
u. Cuci tangan.
v. Dokumentasi.

27
5. Sesudah Tindakan
a. Mengobservasi TTV dan keluhan pasien.
b. Memberitahukan kepada Pasien dan keluarganya,serta perawat ruang rawat agar
pasien masih dipuasakan 2 - 4 jam
c. Menginformasikan kepada perawat ruangan untuk mengecek Hb, HT, Trombo
setiap 6 jam selama 24 jam/sampai hasil normal,makan bertahap mulai diet cair.
d. Semua instrument kotor/bekas pakai dicuci dan dilakukan dekontaminasi.
e. Sampah ditempatkan pada tempatnya.
f. Kembalikan alat yang sudah kering pada tempatnya.
g. Semua instrument kotor/bekas pakai dicuci dan disterilkan.
h. Sampah ditempatkan pada tempatnya.
i. Kembalikan alat yang sudah kering pada tempatnya.
j. Cuci tangan.

6. Dokumen Terkait
a. Buku Pedoman Perawat Endoskopi, Depkes cetakan ke II.
b. Handbook of Gastroenterologic Procedures.
c. Buku Endoskopi Gastrointestianal.

28
BAB VIII
KAPSUL ENDOSKOPI

A. PENGERTIAN
1. Kapsul endoskopi adalah cara untuk merekam gambar pada saluran pencernaan untuk
digunakan dalam kedokteran.
2. Penggunaan utama kapsul endoskopi ini untuk mengetahui wilayah di usus kecil yang
tidak dapat dilihat oleh jenis endoskopi lainnya seperti kolonoskopi atau gastroskopi.

B. TUJUAN
1. Kapsul endoskopi digunakan untuk menguji bagian dari saluran pencernaan yang
tidak dapat dilihat dengan jenis-jenis endoskopi lainnya.
2. Untuk mendiagnosa kelainan di usus halus yang tidak dapat dicapai oleh alat
endoskopi biasa, seperti polip, divertikel maupun keganasan usus halus.
3. Mencari penyebab perdarahaan di saluran cerna yang tidak dapat dilihat dengan
tindakan endoskopi biasa.

C. KEBIJAKAN
1. Pasien dengan diagnosa GERD harus dilakukan manometri saluran cerna.
2. Tindakan ini dilakukan oleh dokter staf / konsultan Gastroentero Hepatologi

D. PROSEDUR
1. Persiapan Pasien
a. Memberitahukan tindakan yang akan dilakukan.
b. Memberitahukan kepada pasien untuk menandatangani surat izin tindakan oleh
pasien atau keluarga.
c. Pasien dipersiapkan dengan pembersihan isi saluran pencernaan dengan obat
pencahar.
d. Memberitahukan kepada Pasien harus puasa 6-8 jam sebelum minum kapsul
endoskopi.
e. Memberitahukan kepada Pasien harus bekerja sama dan harus tenang.

29
2. Mempersiapan dan mengecek fungsi alat serta bahan yang akan digunakan alat dan
bahan
a. Kapsul Endoskopi sesuai type.
b. Alat perekam yang ditempelkan di perut (dengan menggunakan semacam sabuk
atau ikat pinggang)
c. Satu gelas air.

E. Pelaksanaan
1. Memberi motivasi pada pasien tentang prosedur apa yang harus dilakukan.
2. Pada hari pemeriksaan, pada pasien dipasang alat perekam yang ditempelkan di perut
dengan menggunakan semacam sabuk atau ikat pinggang.
3. Sebelum kapsul ditelan,kapsul ditempelkan pada alat perekam, di mana akan terlihat
sinyal merah menyala pada alat perekam yang menandakan bahwa sudah ada
hubungan/konektisitas antara kapsul endoskopi dengan alat perekam.
4. Selanjutnya, pasien menelan kapsul endoskopi dengan segelas air dan kira-kira
selama 8-10 jam kapsul tersebut berada di dalam perut sampai keluar melalui anus
bersama feses.
5. Dua jam setelah kapsul ditelan, pasien boleh makan dan minum.
6. Selama pemeriksaan pasien pun tetap dapat beraktivitas baik bekerja maupun
berolahraga.
7. Kapsul endoskopi bersifat disposable, sekali pakai (setelah dipakai tidak dapat dipakai
lagi
8. Setelah tenggang waktu pemeriksaan dirasa cukup (8-10 jam) maka alat perekam
dapat dilepas oleh petugas untuk dilakukan analisa rekaman gambar.

F. Dokumen Terkait
a. Buku pedoman keperawatan Depkes cetakan ke II.
b. Handbook of Gastroenterologic Procedures.
c. Buku Endoskopi Gastrointestinal.

30
BAB IX
SKLEROTERAPI HEMOROID

A. PENGERTIAN
Prosedur tindakan terapetik untuk mengobati hemoroid dengan cara menyuntikan obat
sklerosan dengan bantuan anoskop dan jarum suntik.

B. TUJUAN
1. Untuk mengobati hemoroid menjadi sklerotik.
2. Untuk menghentikan pendarahan aktif hemoroid.

C. KEBIJAKAN
1. Tindakan ini tidak boleh dilakukan apabila pasien tidak kooperatif.
2. Terdapat infeksi akut / abses pada hemoroid.
3. Tindakan ini dilakukan oleh dokter staf, dokter pelatihan, doter PPDS endoskopi
saluran cerna.
4. Tindakan ini harus didampingi oleh perawat endoskopi yang telah bersertifikat.

D. PROSEDUR
1. Mempersiapan Pasien
a. Memberitahu kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Memberitahukan surat izin tindakan yang harus ditandatangani oleh pasien atau
keluarganya.
c. Menanyakan pada pasien apakah pasien sudah puasa 6-8 jam, dan persiapan
sebelum tindakan untuk memasukkan dulcolak supp, atau yal kedalam anus pada
jam 06.00 untuk mengeluarkan sisa feses yang masih ada disekitar rectum sudah
dilakukan oleh pasien.

2. Mempersiapan dan mengecek fungsi alat serta bahan yang akan digunakan alat dan
bahan
a. Anuscop logam.
b. Ppinset anatomi.

31
c. Sarung tangan, masker.
d. Lampu kepala.
e. Kasa steril, alcohol, betadine.
f. Kom steril
g. Bengkok
h. Spuit 1cc , spuit 5 cc.
i. Obat injection hemoroid, etoxiskerol / polidokanol
j. water for injection.
k. Xylocain jelly.

3. Sebelum Tindakan
a. Mengecek kembali surat izin tindakan apakah sudah ditandatangani oleh pasien
atau keluarganya.
b. Melengkapi cheklis keperawatan

4. Selama Tindakan
a. Cuci tangan, memakai Alat pelindung diri lengkap.
b. Atur posisi pasien untuk tidur miring (posisi sim).
c. Menyiapkan obat hemoroid sesuai intruksi dokter.
d. Mengoleskan Xylocain jelly kedalam anus pasien dan anusskop logam.
e. Memberi motivasi kepada pasien bila terasa sakit untuk menarik nafas dalam, bila
pasien tidak dengan anestesi.
f. Beritahu pasien untuk tidak bangun selama 5 -10 menit, sampai kasa yang
didalam anus di cabut.
g. Merapihkan pasien dan alat.
h. Mencuci tangan.
i. Dokumentasi.

5. Sesudah Tindakan
a. Mengobservasi TTV dan keluhan pasien.
b. Memberitahukan kepada Pasien boleh langsung makan kecuali dengan anestesi
tunggu sampai pasien benar-benar sadar.
c. Semua instrument kotor/ bekas pakai dicuci dan dilakukan dekontaminasi
tingkat tinggi.

32
d. Sampah ditempatkan pada tempatnya.
e. Kembalikan alat yang sudah kering pada tempatnya.
f. Cuci tangan.

E. Dokumen Terkait
1. Buku Pedoman Perawat Endoskopi, Depkes cetakan II.
2. Handbook of Gastroenterologic Procedures.
3. Buku Endoskopi Gastrointestinal.

33
BAB X
ENDOSCOPY RETROGRADE CHOLANGIO PANCREATOGRAPHY
(ERCP)

A. PENGERTIAN
Pemeriksaan saluran pankreas dan saluran empedu dengan zat kontras melalui
endoskop dengan bantuan floroskopi, sehingga dapat diperoleh gambaran saluran bilier
(empedu) dan pankreas. Sekaligus melakukan tindakan terapi sesuai diagnosa yang
didapatkan seperti pengangkatan batusaluran empedu dan pankreas atau pemasangan
stent kedalam saluran empedu dan pankreas.

B. TUJUAN
1. Untuk mendiagnosa ikterus yang tidak jelas sebabnya.
2. Untuk mengetahui adanya keganasan dalam hati dan pankreas.
3. Untuk mendiagnosa radang pankreas menahun.
4. Untuk menegakan diagnosa tumor dan kista pankreas.
5. Untuk mendiagnosa nyeri perut bagian atas tanpa kelainan pada pankreas, lambung,
usus dua belas jari dan hati.
6. Untuk mengambil batu disaluran empedu dan pankreas.
7. Untuk pemasangan stent kedalam saluran empedu maupun pankreas sesuai indikasi.

C. KEBIJAKAN
1. Tindakan ERCP dilakukan pada pasien yang menderita penyakit kuning (ikterus)
yang tidak jelas sebabnya.
2. Tindakan ERCP dilakukan oleh dokter staf, dokter pelatihan, dokter PPDS endoskopi
saluran cerna.
3. Tindakan ERCP harus didampingi oleh perawat endoskopi saluran cerna yang telah
bersetifikat.

D. PROSEDUR
1. Mempersiapkan Pasien
a. Memberitahukan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan

34
b. Memberitahukan surat izin tindakan untuk ditandatangani oleh pasien atau
keluarganya.
c. Menanyakan kepada Pasien apakah sudah puasa 6-8 jam
d. Memasang infus.
e. Mengecek laboratorium, Hb, HT, Trombosit, BT, CT, PT, APTT.
f. Mengecek hasil EKG bila pasien diatas 40 TH.
g. Masukkan data pasien kedalam mediview.

2. Mempersiapkan dan mengecek fungsi alat serta bahan yang akan digunakan alat dan
bahan
a. Duodenoskope pandang samping (side view).
b. Light Source.
c. Mediview.
d. Televisi Monitor.
e. Keyboard.
f. Water Container.
g. Suction Pump.
h. Sarung Tangan.
i. Mouth Piece.
j. Bengkok dan Tissue.
k. Lap/ Handuk kecil.
l. Apron radiologi.
m. Canul kateter ERCP, Guidewire, Spingthrotomi.
n. Electro surgical unit.
o. Gelas berisi air minun.
p. Kasa.
q. Xylocaine 10% spray.
r. Xylocain jelly 3%.
s. Spuit 20 cc dan 50 cc.
t. Spuit 5cc dan 3cc.
u. Obat – obatan : Adrenaline, Buscopan, Midazolam, Pethidine, Urografin 76 %.
v. Oksigen.
w. Monitor TTV.
x. Dua buah baskom: Berisi cairan enzymatic dan air bersih.

35
3. Sebelum Tindakan
a. Mengecek kembali surat izin tindakan apakah sudah ditandatangani oleh pasien
atau keluarganya.
b. Melengkapi cheklist keperawatan
c. Melepaskan kaca mata dan gigi palsu bila ada.
d. Memberi minum gascon yang sudah diencerkan.
e. Menyiapkan pasien ketempat tidur pemeriksaan.
f. Memasang monitor TTV.

4. Selama Tindakan
a. Memasang mouth piece ke dalam mulut pasien.
b. Membantu pasien untuk tidur tengkurap, dengan kepala miring ke kiri.
c. Memberi oksigen.
d. Memberi penenang sesuai instruksi dokter, Anestesi umum dilakukan oleh dokter
anestesi,
e. Menghubungkan scope ke light source, suction pump dihidupkan serta
mengaktifkan mediview untuk pengambilan gambar.
f. Mengolesi ujung scope dengan xylocaine jelly.
g. Menahan mouth piece dan doudenoscope supaya tidak terlepas dari mulut pasien
selama pemeriksaan.
h. Menyiapkan bahan kontras apabila canul telah menempel pada papilla vateri dan
melihat TV monitor.
i. Memasukkan kateter kanulasi kedalam channel opening.
j. Menyemprotkan kontras apabila kanul telah menempel pada papilla vateri dan
melihat pada tv monitor.
k. Membuat foto rontgen oleh dr radiologi apabila pankreas dan saluran empedu
terisi kontras, melanjutkan tindakan yang diperlukan dengan memakai alat – alat
yang disediakan.
l. Mengeluarkan mouth piece dari mulut pasien apabila pemeriksaan telah selesai
dilakukan.
m. Mengembalikan posisi pasien dalam posisi terlentang untuk diambil foto radiologi
bila kontras masih ada.
n. Merapihkan pasien dan alat.
o. Cuci tangan.

36
p. Dokumentasi.

5. Setelah Tindakan
a. Memberitahukan kepada Pasien dan keluarganya serta perawat ruang rawat agar
pasien masih dipuasakan 4 jam
b. Mengobservasi TTV dan keluhan pasien.
c. Mengecek Hb, HT, Trombo setiap 6 jam selama 24 jam/ sampai hasil stabil dan
makan bertahap mulai diet cair.
d. Semua instrument kotor/ bekas pakai dicuci dan dilakukan dekontaminasi tingkat
tinggi.
e. Sampah ditempatkan pada tempatnya.
f. Kembalikan alat yang sudah kering pada tempatnya cuci tangan.

E. Dokumen Terkait
a. Buku Pedoman Perawat Endoskopi, Depkes cetakan II.
b. Handbook of Gastroenterologic Procedures.
c. Buku Endoskopi Gastrointestinal.

37
38
BAB XI
MANOMETRI SALURAN CERNA

A. PENGERTIAN
Suatu tindakan untuk mengumpulkan data diesophagus LES dan EUS yaitu dengan
cara memakai cateter dan mesin POLIGRAF ID.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Fungsi-fungsi dari Esophagus dan organ yang ada pada esophagus
antara lain upper esophagus sphingter (LES dan EUS).
2. Untuk menganalisa diagnosa dari pasien yang mengalami GERD.

C. KEBIJAKAN
1. Pasien dengan diagnosa GERD harus dilakukan manometri saluran cerna.
2. Tindakan ini dilakukan oleh dokter staf, dokter pelatihan, dokter PPDS Endoskopi
saluran cerna
3. 3. Tindakan ini harus didampingi oleh perawat Endoskopi yang telah
bersertifikat.

D. PROSEDUR
1. Persiapan Pasien
a. Memberitahukan tindakan yang akan dilakukan.
b. Pasien harus menghentikan obat-obatan, seperti nitrates, calcium channel blocker,
prokinetic agents, sedative, analgesic, antideppresi, anticholinergic.
c. Memberitahukan kepada pasien untuk menandatangani surat izin tindakan oleh
pasien atau keluarga.
d. Memberitahukan kepada Pasien harus puasa 6-8 jam sebelum tindakan.
e. Memberitahukan kepada Pasien harus bekerja sama dan harus tenang.

2. Mempersiapan dan mengecek fungsi alat serta bahan yang akan digunakan alat dan
bahan
a. Catheter manometry saluran cerna.
b. Sarung tangan,masker.

39
c. Satu gelas air dan sedotan.
d. Bengkok dan tissue
e. Xylocaine jelly.

3. Pelaksanaan
a. Memberi motivasi pada pasien tentang prosedur apa yang harus dilakukan.
b. Memberitahukan kepada pasien untuk tidak bergerak, tertawa, atau menelan ludah
selama pemeriksaan dan sebelum ada perintah.
c. Cuci tangan, memakai sarung tangan, masker
d. Periksa TTV, tensi, nadi, suhu, dan pernapasan.
e. Posisikan pasien tegak lurus.
f. Lumaskan ujung dari Caterter, beri xylocain jelly.
g. Mulai memasukkan catheter kedalam hidung.
h. Anjurkan pasien untuk tarik napas normal dan menelan ludah saat catheter mulai
memasuki nasopharing, untuk memudahkan pasien telan ludah bisa dengan
memberi minum.
i. Periksa keadaan pasien.
j. Perintahkan pasien untuk nafas secara normal dan santai.
k. Mulai perekaman.
l. Posisi perekaman tidur terlentang.

4. Pasca Perekaman
a. Lepaskan catheter manometri dari hidung pasien.
b. Bersihkan hidung pasien dan rapihkan alat.
c. Cuci tangan.
d. Pendokumentasian.

5. Penyelesaian
a. Semua instrument kotor/bekas pakai dicuci dan disterilkan.
b. Sampah ditempatkan pada tempatnya.
c. Kembalikan alat yang sudah kering pada tempatnya.
d. cuci tangan.
e. Prosedur administrasi untuk pulang/ pindah ke unit rawat inap.

40
E. Dokumen terkait
1. Buku pedoman keperawatan Depkes cetakan ke II.
2. Handbook of Gastroenterologic Procedures.
3. Buku Endoskopi Gastrointestinal.

41
BAB XII
PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI
(HEPATOLOGI)

A. Pengertian
1. Ultrasonografi medis (sonografi) adalah sebuah teknik diagnostik pencitraan
menggunakan suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ internal dan otot,
ukuran mereka, struktur, dan luka patologi, membuat teknik ini berguna untuk
memeriksa organ.
2. Ultrasonografi (hepatologi) adalah sebuah teknik diagnostik pencitraan menggunakan
suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan bentuk,ukuran,fungsi dari organ hati
dan sistem billier.

B. TUJUAN
Untuk mengetahui bentuk, ukuran, fungsi dan normalitas organ hati dan sistem billier.

C. KEBIJAKAN
Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan oleh staff / konsultan Gastroentero Hepatologi.

D. PROSEDUR
1. Mempersiapkan Pasien
a. Memberitahukan kepada pasien tentang pemeriksaan/tindakan yang akan
dilakukan.
b. Menanyakan kepada pasien apakah sudah puasa 6-8 jam
c. Mengecek laboratorium,khususnya LFT.
d. Mengecek hasil EKG bila pasien diatas 40 TH sebagai bahan rujukan.
e. Masukan data pasien

2. Mempersiapkan dan mengecek fungsi alat serta bahan yang akan digunakan alat dan
bahan
a. Unit Ultrasonografi
b. Probe USG
c. Printer

42
d. Print out hasil USG.
e. Jelly
f. Sarung Tangan.
g. Oksigen (bila diperlukan).

3. Sebelum Tindakan
a. Mengecek kembali data pasien.
b. Mempersiapkan psikologis pasien.
c. Membri penjelasan pada pasien agar kooperative.

4. Selama Tindakan
a. Dokter melakukan pemeriksaan USG, perawat membantu mengatur posisi pasien.
b. Bila pemeriksaan sudah selesai print out hasil USG diambil untuk dilakukan
analisa secara tertulis.
c. Mengobservasi dan merapihkan pasien.
d. Alat-alat dibersihkan.
e. Cuci tangan.
f. Dokumentasi.

5. Sesudah Tindakan
a. Bersihkan probe USG dari kotoran dan jelly
b. Sampah ditempatkan pada tempatnya.
c. Semua instrument kotor/bekas pakai dicuci dan disterilkan.
d. Kembalikan alat yang sudah kering pada tempatnya.
e. Cuci tangan.

E. DOKUMEN TERKAIT
1. Handbook of Ultrasonografi
2. Departemen Kesehatan RI (2007). Pemeriksaan USG.

43
BAB XIII
ASPIRASI (PARACENTESIS) ASITES

A. PENGERTIAN
Paracentesis adalah suatu tindakan mengeluarkan cairan asites dari rongga abdomen
menggunakan jarum atau kateter.

B. TUJUAN
1. Diagnostik : Untuk menganalisis cairan asites yang berfungsi untuk menegakkan
suatu diagnose penyakit.
2. Terapeutik : Untuk mengeluarkan cairan asites sebagai langkah terapi

C. KEBIJAKAN
Tindakan aspirasi asites dilakukan oleh staff / konsultan Gastroentero Hepatologi dan
peserta PPDS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Gastroentero-hepatologi.

D. PROSEDUR
1. Mempersiapkan Pasien
a. Memberitahukan kepada pasien tentang pemeriksaan/tindakan yang akan
dilakukan.
b. Informed consent
c. Mengecek hasil laboratorium,khususnya LFT.
d. Mengecek hasil EKG bila pasien diatas 40 TH sebagai bahan rujukan.
e. Mempersiapkan Unit USG jika tindakan dilakukan dengan guiding USG
f. Masukkan data pasien
g. Memastikan pasien sudah terpasang infus
h. Mengukur tanda vital.

2. Mempersiapkan dan mengecek fungsi alat serta bahan yang akan digunakan alat dan
bahan
a. Unit Ultrasonografi
b. Probe USG
c. Jelly

44
d. Sarung Tangan.
e. Oksigen (bila diperlukan).
f. Lidocain amp (jika diperlukan)
g. IV catheter G 14 / G 16
h. Transfusi set
i. Spuit dispossable 10 cc
j. Botol spesimen
k. Blanko pengantar pemeriksaan
l. Kassa steril
m. Bethadin
n. Alkhohol 70 %
o. Plester/hipavix
p. Gunting plester
q. Duk lobang

3. Sebelum Tindakan
a. Mengecek kembali informed consent dan data pasien.
b. Mengecek kembali persiapan peralatan
c. Mempersiapkan psikologis pasien.
d. Memberi penjelasan pada pasien agar kooperative.
e. Pasang oksigen jka diperlukan
f. Mengukur vital sign

4. Selama Tindakan
a. Memberitahu pasien bahwa tindakan akan dilakukan
b. Dokter menetukan area yang akan dilakukan aspirasi cairan asites dengan atau
tanpa guiding USG
c. Desinfeksi area kulit yang akan dilakukan aspirasi dengan alkhohol 70 %
d. Suntikkan lidocain (jika diperlukan) sesuai kebutuhan.
e. Jika untuk diagnostik aspirasi cairan asites degan spuit 10 cc kemudian masukkan
ke dalam botol spesimen dan diberi label untuk dilakukan analisa/pemeriksaan
cairan asites.

45
f. Jika untuk therapy dokter melakukan insersi dengan needle G 14/G16, perawat
membantu mengatur posisi pasien, kemudian menghubungkan needle dengan
selang/transfusi set ke tempat/botol penampung cairan asites.
g. Pertahankan posisi needle agar cairan asites dapat terus mengalir ke dalam botol
penampung.
h. Selama tindakan monitor tanda vital pasien.
i. Jika jumlah cairan asites yang sudah dikeluarkan dirasa cukup needle/jarum
dicabut
j. Tutup luka dengan kassa bethadin
k. Fixasi dengan plester/hipavix
l. Pasien dirapikan
m. Alat-alat dibersihkan.
n. Cuci tangan.
o. Catat jumlah cairan yang telah teraspirasi
p. Dokumentasi.

5. Sesudah Tindakan
a. Bersihkan probe USG dari kotoran dan jelly
b. Semua instrument kotor/bekas pakai dicuci dan disterilkan.
c. Sampah ditempatkan pada tempatnya.
d. Kembalikan alat yang sudah kering pada tempatnya.
e. Cuci tangan.

E. DOKUMEN TERKAIT
1. Handbook of Ultrasonografi
2. Departemen Kesehatan RI (2007). Pemeriksaan USG.
3. Gallego C et al.Congenital and acquired anomalies of the portal venous system.
Radiographics 2002;22:141.

46
BAB XIV
ASPIRASI ABSES HEPAR

A. PENGERTIAN
1. Diagnostik :
Suatu tindakan untuk mengeluarkan isi abses hepar dengan menggunakan jarum
aspirasi untuk menegakkan suatu diagnose penyakit hati dengan atau tanpa guiding
USG.
2. Terapeutik :
Suatu tindakan untuk mengeluarkan isi abses hepar dengan menggunakan jarum
aspirasi dengan atau tanpa guiding USG sebagai langkah therapi.

B. TUJUAN DIAGNOSTIK
Untuk menegakkan suatu diagnose penyakit hati

C. TUJUAN TERAPEUTIK
1. Untuk mengeluarkan cairan abses
2. Untuk memasukkan antibiotika

D. KEBIJAKAN
Tindakan aspirasi abses hepar dilakukan oleh staff / konsultan Gastroentero Hepatologi.

E. PROSEDUR
1. Mempersiapkan Pasien
a. Memberitahukan kepada pasien tentang pemeriksaan/tindakan yang akan
dilakukan.
b. Informed consent
c. Mengecek laboratorium, khususnya liver function test (LFT).
d. Mengecek hasil EKG bila pasien diatas 40 TH sebagai bahan rujukan.
e. Memperisapkan Ubit USG jika tindakan dilakukan dengan guiding USG
f. Masukan data pasien
g. Memastikan pasien sudah terpasang infus
h. Mengukur tanda vital.

47
2. Mempersiapkan dan mengecek fungsi alat serta bahan yang akan digunakan alat dan
bahan
a. Unit Ultrasonografi
b. Probe USG
c. Printer
d. Print out hasil USG.
e. Jelly
f. Sarung Tangan.
g. Oksigen (bila diperlukan).
h. Lidocain amp
i. Antibiotika (metronidazole) jika diperlukan
j. Spuit dispossable 10 cc
k. Spuit 20 cc
l. Spuit 50 cc
m. Jarum Apirasi ( Ciba G18 / G 20 )
n. Botol spesimen
o. Botol/tempat cairan abses
p. Blanko pengantar pemeriksaan
q. Kassa steril
r. Bethadin
s. Alkhohol 70 %
t. Plester/hipavix
u. Gunting plester
v. Duk lobang
3. Sebelum Tindakan
a. Mengecek kembali informed consent dan data pasien.
b. Mengecek kembali persiapan peralatan
c. Mempersiapkan psikologis pasien.
d. Memberi penjelasan pada pasien agar kooperative.
e. Pasang oksigen jka diperlukan
f. Mengukur vital sign
4. Selama Tindakan
a. Memberitahu pasien bahwa tindakan akan dilakukan

48
b. Dokter menetukan area yang akan dilakukan aspirasi dengan atau tanpa guiding
USG
c. Desinfeksi area kulit yang akan dilakukan aspirasi dengan alkhohol 70 %
d. Suntikkan lidocain sesuai kebutuhan
e. Dokter melakukan Guiding USG dan mengatur posisi jarum aspirasi, perawat
membantu mengatur posisi pasien dan melakukan aspirasi cairan abses sesuai
petunjuk dokter.
f. Masukan cairan abses yang sudah diaspirasi ke dalam botol spesimen,beri label.
g. Masukkan cairan abses yang sudah diaspirasi ke dalam botol/tempat cairan abses.
h. Selama tindakan monitor tanda vital pasien.
i. Bila dirasa cairan abses sudah habis masukkan antibiotika(metronidazole) melalui
jarum aspirasi sesuai petunjuk dokter.
j. Tutup luka dengan kassa bethadin
k. Fixasi dengan plester/hipavix
l. Pasien dirapikan
m. Alat-alat dibersihkan.
n. Cuci tangan.
o. Catat jumlah cairan yang telah teraspirasi
p. Dokumentasi.
5. Sesudah Tindakan
a. Bersihkan probe USG dari kotoran dan jelly
b. Memberitahukan pada pasien agar bedrest selam +/- 6 jam
c. Memberitahukan pada pasien agar posisi tidur miring ke kanan
d. Semua instrument kotor/bekas pakai dicuci dan disterilkan.
e. Sampah ditempatkan pada tempatnya.
f. Kembalikan alat yang sudah kering pada tempatnya.
g. Cuci tangan.

F. DOKUMEN TERKAIT
1. Handbook of Ultrasonografi
2. Departemen Kesehatan RI (2007). Pemeriksaan USG.
Ahmad M, Khan AH, Mubarik A. Fatal amoebic liver abscess: an autopsy study.
Journal of Gastroenterology and Hepatology 1991.

49
BAB XV
BIOPSI HEPAR

A. PENGERTIAN
Biopsi hati adalah suatu tindakan pengambilan sampel jaringan hati yang sangat kecil
untuk dilakukan analisis.

B. TUJUAN
Untuk analisis keadaan/kerusakan hati yang berfungsi untuk menegakkan suatu diagnose
penyakit hati.

C. KEBIJAKAN
Tindakan biopsi hepar dilakukan oleh staff / konsultan Gastroentero Hepatologi.

D. PROSEDUR
1. Mempersiapkan Pasien
a. Memberitahukan kepada pasien tentang pemeriksaan/tindakan yang akan
dilakukan.
b. Informed consent
c. Mengecek hasil laboratorium,khususnya LFT.
d. Mengecek hasil EKG bila pasien diatas 40 TH sebagai bahan rujukan.
e. Memperisapkan Unit USG jika tindakan dilakukan dengan guiding USG
f. Masukkan data pasien
g. Memastikan pasien sudah terpasang infus
h. Mengukur tanda vital.

2. Mempersiapkan dan mengecek fungsi alat serta bahan yang akan digunakan alat dan
bahan
a. Unit Ultrasonografi
b. Probe USG
c. Jelly
d. Sarung Tangan.
e. Oksigen (bila diperlukan).

50
f. Lidocain amp
g. Jarum biopsy (hepavix/hepacut)
h. Spuit dispossable 10 cc
i. Botol spesimen
j. Blanko pengantar pemeriksaan
k. Kassa steril
l. Bethadin
m. Alkhohol 70 %
n. Plester/hipavix
o. Gunting plester
p. Duk lobang

3. Sebelum Tindakan
a. Mengecek kembali informed consent dan data pasien.
b. Mengecek kembali persiapan peralatan
c. Mempersiapkan psikologis pasien.
d. Memberi penjelasan pada pasien agar kooperative.
e. Pasang oksigen jka diperlukan
f. Mengukur vital sign

4. Selama Tindakan
a. Memberitahu pasien bahwa tindakan akan dilakukan
b. Dokter menetukan area yang akan dilakukan biopsi dengan atau tanpa guiding
USG
c. Desinfeksi area kulit yang akan dilakukan aspirasi dengan alkhohol 70 %
d. Suntikkan lidocain sesuai kebutuhan
e. Dokter melakukan biopsy hepar, perawat membantu mengatur posisi pasien.
f. Masukan sampel jaringan hati ke dalam botol spesimen,beri label.
g. Selama tindakan monitor tanda vital pasien.
h. Tutup luka dengan kassa bethadin
i. Fixasi dengan plester/hipavix
j. Pasien dirapikan
k. Alat-alat dibersihkan.
l. Cuci tangan.

51
m. Catat jumlah cairan yang telah teraspirasi
n. Dokumentasi.

5. Sesudah Tindakan
a. Bersihkan probe USG dari kotoran dan jelly
b. Memberitahukan pada pasien agar bedrest selam +/- 6 jam
c. Memberitahukan pada pasien agar posisi tidur miring ke kanan
d. Semua instrument kotor/bekas pakai dicuci dan disterilkan.
e. Sampah ditempatkan pada tempatnya.
f. Kembalikan alat yang sudah kering pada tempatnya.
g. Cuci tangan.

E. DOKUMEN TERKAIT
1. Handbook of Ultrasonografi
2. Departemen Kesehatan RI (2007). Pemeriksaan USG.
3. Alan Fransiscus,HCV diagnostic tools,: grading and staging of liver biopsy

52
BAB XVI
PERCUTANEUS TRANS HEPATIC BILLARY DRAINAGE
(PTBD)

A. PENGERTIAN
Suatu manajemen tindakan dekompressi penderita obstruksi biliaris dengan prosedur
menempatkan jarum kecil dari luar kulit bagian upper abdominal dextra yang berfungsi
sebagai drainase pada obstruksi billier.

B. TUJUAN
Untuk memberikan dekompresi (mengurangi / menurunkan tekanan) intra billier pada
penderita obstruksi biliaris.

C. KEBIJAKAN
Tindakan Percutaneus Trans Hepatic Billiary Drainage (PTBD) dilakukan oleh staff /
konsultan Gastroentero Hepatologi.

D. PROSEDUR
1. Mempersiapkan Pasien
a. Memberitahukan kepada pasien tentang pemeriksaan/tindakan yang akan
dilakukan.
b. Informed consent
c. Mengecek laboratorium,khususnya LFT.
d. Mengecek hasil EKG bila pasien diatas 40 TH sebagai bahan rujukan.
e. Memperisapkan Unit USG
f. Memasukkan data pasien
g. Memastikan pasien sudah terpasang infus
h. Mengukur tanda vital.
i. Memasang oksigen (bila diperlukan)

2. Mempersiapkan dan mengecek fungsi alat serta bahan yang akan digunakan alat dan
bahan.
a. Unit Ultrasonografi

53
b. Probe USG
c. Printer
d. Print out hasil USG.
e. Jelly
f. Sarung Tangan.
g. Oksigen (bila diperlukan).
h. Lidocain amp
i. Spuit dispossable 10 cc
j. Jarum PTBD
k. Botol penampung cairan billier.
l. Kassa steril
m. Bethadin
n. Alkhohol 70 %
o. Plester/hipavix
p. Gunting plester
q. Duk lobang

3. Sebelum Tindakan
a. Mengecek kembali informed consent dan data pasien.
b. Mengecek kembali persiapan peralatan
c. Mempersiapkan psikologis pasien.
d. Memberi penjelasan pada pasien agar kooperative.
e. Pasang oksigen jka diperlukan
f. Mengukur vital sign

4. Selama Tindakan
a. Memberitahu pasien bahwa tindakan akan dilakukan
b. Dokter menetukan area yang akan dilakukan Insersi jarum PTBD dengan guiding
USG.
c. Desinfeksi area kulit yang akan dilakukan aspirasi dengan alkhohol 70 %
d. Suntikkan lidocain sesuai kebutuhan
e. Dokter melakukan Guiding USG dan melakukan insersi jarum PTBD.
f. Setelah cairan biler keluar dari ujung jarum maka guiding wire (penuntun kateter)
dimasukkan.

54
g. Perawat membantu mengatur posisi pasien sesuai petunjuk dokter dan
mengalirkan cairan billier dengan menggunakan tube catheter yang berfungsi
sebagai drainase,alirkan ke dalam botol penampung.
h. Fiksasi draine/wire dengan kassa betyhadin dan plester/hipavix.
i. Selama tindakan monitor tanda vital pasien.
j. Pasien dirapikan
k. Alat-alat dibersihkan.
l. Cuci tangan.
m. Dokumentasi.

5. Sesudah Tindakan
a. Bersihkan probe USG dari kotoran dan jelly
b. Memberitahukan pada pasien agar bedrest selam +/- 6 jam
c. Semua instrument kotor/bekas pakai dicuci dan disterilkan.
d. Sampah ditempatkan pada tempatnya.
e. Kembalikan alat yang sudah kering pada tempatnya.
f. Cuci tangan.

E. DOKUMEN TERKAIT
1. Handbook of Ultrasonografi
2. Departemen Kesehatan RI (2007). Pemeriksaan USG.
3. A. Hatzidakis, D. Tsetis, E. Chrysou, E. Sanidas, J. Petrakis, N. Gourtsoyiannis
(2001) Nitinol stents for palliative treatment of malignant obstructive jaundice.

55
BAB XVII
RADIO FREQUENCY ABLATION (RFA)
PADA TUMOR/KANKER HEPAR

A. PENGERTIAN
Adalah pengobatan kanker hati (hepato celluler carcinoma) dengan menggunakan jarum
elektroda melewati kulit ( perkutan) kedalam tumor hati yang mana ujung jarum dengan
energi radio frequency (RF) akan menyebabkan nekrose sel kanker hati.

B. TUJUAN
Untuk mematikan sel kanker/tumor hati dengan menggunakan jarum elektroda.

C. KEBIJAKAN
Tindakan RFA pada kanker/tumor hati dilakukan oleh staff / konsultan Gastroentero
Hepatologi.

D. PROSEDUR
1. Mempersiapkan Pasien
a. Memberitahukan kepada pasien tentang pemeriksaan/tindakan yang akan
dilakukan.
b. Informed consent tindakan
c. Inform consent anastesi (jika diperlukan)
d. Mengecek laboratorium,khususnya LFT.
e. Mengecek hasil EKG bila pasien diatas 40 TH sebagai bahan rujukan.
f. Memperisapkan Unit USG
g. Memasukkan data pasien
h. Memastikan pasien sudah terpasang infus
i. Mengukur tanda vital.
j. Memasang oksigen (bila diperlukan)

2. Mempersiapkan dan mengecek fungsi alat serta bahan yang akan digunakan alat dan
bahan.
a. Unit Ultrasonografi

56
b. Unit RFA
c. Probe USG
d. Printer
e. Print out hasil USG.
f. Jelly
g. Sarung Tangan.
h. Oksigen (bila diperlukan).
i. Lidocain amp
j. Jarum elektroda
k. Spuit dispossable 10 cc
l. Kassa steril
m. Bethadin
n. Alkhohol 70 %
o. Plester/hipavix
p. Gunting plester
q. Duk lobang

3. Sebelum Tindakan
a. Mengecek kembali informed consent dan data pasien.
b. Mengecek kembali persiapan peralatan
c. Mempersiapkan psikologis pasien.
d. Memberi penjelasan pada pasien agar kooperative.
e. Pasang oksigen jka diperlukan
f. Mengukur vital sign

4. Selama Tindakan
a. Memberitahu pasien bahwa tindakan akan dilakukan
b. Bila menggunakan jasa anastesi tindakan dilakukan setelah pasien dalam stadium
anastesi/tertidur.
c. Desinfeksi area kulit yang akan dilakukan aspirasi dengan alkhohol 70 %
d. Suntikkan lidocain sesuai kebutuhan
e. (jika tidak menggunakan jasa anastesi)
f. Dokter melakukan Guiding USG dan melakukan insersi jarum elektroda ke dalam
kanker hati, perawat membantu mengatur posisi pasien sesuai petunjuk dokter.

57
g. Dokter melakukan ablasi pada kanker/tumor hati.
h. Selama tindakan monitor tanda vital pasien.
i. Ablasi tumor dilakukan selama 6-12 menit (tergantung besar tumor)
j. Dressing luka bekas tusukan jarum dengan kassa bethadin.
k. Tutup luka dengan kassa bethadin
l. Fixasi dengan plester/hipavix
m. Pasien dirapikan
n. Alat-alat dibersihkan.
o. Cuci tangan.
p. Dokumentasi.

5. Sesudah Tindakan
a. Bersihkan probe USG dari kotoran dan jelly.
b. Setelah pasien sadar,memberitahukan pada pasien agar bedrest selam +/- 6 jam
c. Memberitahukan pada pasien agar posisi tidur miring ke kanan.
d. Semua instrument kotor/bekas pakai dicuci dan disterilkan.
e. Sampah ditempatkan pada tempatnya.
f. Kembalikan alat yang sudah kering pada tempatnya.
g. Cuci tangan.

E. DOKUMEN TERKAIT
1. Handbook of Ultrasonografi
2. Departemen Kesehatan RI (2007). Pemeriksaan USG.
3. Di Bisceglie AM. Hepatitis C and hepatocellular carcinoma. Hepatoloy 1997
4. Rilling WS, Drooz A. Multidisciplinary management of hepatocellular carcinoma.
JVasc Interv Radiol 2002

58
BAB XVIII
FIBROSCAN

A. PENGERTIAN
Suatu modalitas pencitraan dengan ultrasonografi yang menggambarkan kelastisan
jaringan hepar.

B. TUJUAN
Mengetahui kelastisan jaringan hepar berdasarkan derajat fibrosis yang didapatkan

C. KEBIJAKAN
Pengoperasian fibroscan dilakukan oleh dokter staff / konsultan gastroentero-hepatologi
dan perawat yang telah terlatih.

D. PROSEDUR
1. Persyaratan
a. SDM yang telah terlatih.
b. Satu daya sesuai dengan kebutuhan alat.
c. Unit fibroscan lengkap dan baik.
d. Bahan operasional tersedia.

2. Persiapan
a. Tempatkan alat pada ruangan pemeriksaan/ tindakan.
b. Siapkan bahan operasional.
c. Hidupkan unit fibroscan.

3. Pelaksanaan
a. Perhatikan SPO pelayanan.
b. Masukkan data pasien.
c. Lakukan pemeriksaan pasien dengan probe
d. Cetak hasil pemeriksaan.

59
4. Hasil Pemeriksaan
Hasil tercetak dalam satu kesatuan hasil pemeriksaan unit fibroscan dengan satuan
elastisitas jaringan hepar (kPa, disetarakan dengan derajat fibrosis F1-F4)

5. Pengemasan/Penyimpanan
a. Kembalikan semua setingan peralatan keposisi awal.
b. Matikan unit fibroscan.
c. Lepaskan hubungan alat dengan daya.
d. Lepaskan probe dari unit fibroscan.
e. Bersihkan probe dan alat lainnya
f. Kembalikan alat ketempat penyimpanan.

E. DOKUMEN TERKAIT
1. Buku pedoman pengoperasian unit fibroscan.

60

Anda mungkin juga menyukai