Rani Wahyoe P
Penatalaksanaan Osteoporosis
OSTEOPOROSIS
Osteoporosis adalah penyakit skeletal sistemik yang ditandai dengan penurunan
masa tulang (hilangnya mineralisasi tulang, dan matriks tulang) dan perubahan
mikroarsitektur jaringan tulang dengan konsekuensi lebih sering terjadi fraktur.
Diagnosis osteoporosis ditegakkan dengan pemeriksaan densitas massa tulang
dengan menggunakan alat tertentu seperti DEXA (dual energi x-ray absorptiometry)
atau Quantitative Computed Tomography (QCT) dari tulang belakang. Kriteria WHO
untuk mendiagnosa osteoporosis menggunakan Bone Mass Density (BMD). Kriteria ini
menggunakan massa tulang puncak dan menilai risiko osteoporosis dengan menghitung
simpangan baku antara densitas massa tulang (BMD) dan massa tulang puncak (T
score). BMD normal jika T score-nya 0-1, osteopeni bila –1 - -2, osteoporosis bila < -2
dan osteoporosis berat bila T-score-nya < -2,5 dengan fraktur fragilitas. Kriteria ini
membantu untuk menentukan risiko dan beratnya osteoporosis secara individual.
PENATALAKSANAAN
Tidak ada cara yang aman dan efektif untuk mengembalikan kualitas tulang dari
osteoporosis, sehingga pencegahan menjadi sangat penting. Tindakan yang bisa
dilakukan adalah memaksimalkan masa tulang puncak dan menurunkan resorbsi tulang
post menopause dan akibat bertambahnya usia.
Latihan fisik
Stres pada tulang meningkatkan pembentukan tulang, sementara imobilisasi
menyebabkan resorbsi tulang yang lebih cepat. Latihan yang berat meningkatkan
densitas massa tulang. Manfaat utama dari oleh raga pada usia tua adalah untuk
mencegah resorbsi tulang akibat disuse dan untuk meningkatkan mobilitas dan
kekuatan otot.
Estrogen
Terapi sulih hormon pada wanita post menopause efektif menurunkan turnover
tulang dan menurunkan kecepatan resorbsi tulang. Penggunaannya terbukti pula
bermanfaat dalam menurunkan risiko fraktur terutama pada panggul, pergelangan
tangan dan vertebra. Estrogen secara langsung mengurangi kecepatan resorbsi tulang,
terutama pada wanita yang mengalami dfsei estogen, tidak tergantung pada umur.
Dosis minimum yang digunakan adalah 0.625 mg estrogen atau 1-2 mg estradiol.
Penggunaan Estrogen berhubungan dengan meningkatnya kejadian karsinoma
payudara dan rahim sehingga penggunaannya mulai dikurangi. Jenis lain dari terapi
sulih hormon yang lebih aman karena tidak mempunyai efek samping terhadap kejadian
keganasan adalah Selective Estrogen Receptor Modulator (SERM)
Kalsitonin
Wanita yang tidak bisa menggunakan estrogen, obat anti resorptif lainnya dapat
digunakan, antara lain kalsitonin yang menghambat resorbsi tulang dan dapat
mencegah osteoporosis trabekular perimenopause. Kalsitonin bermanfaat pada
osteoporosis akibat turnover tulang yag tinggi dan terbukti menurunkan kejadian fraktur
akibat osteoporosis.
Obat ini mempunyai efek analgetik pada dosis 50-100 unit subcutan 3 x/
minggu, tetapi cara pemberian ini sudah tidak digunakan lagi, akhir-akhir ini tersedia
sediaan formulasi nasal dengan dosis 100 – 200 unit perhari. Kalsitoni sangat
bermanfaat pada osteoporosis akibat steroid.
Bisfosfonat
Bisfosfonat merupakan derivat pirofosfat yang aktif dan stabil yang akan terikat
pada kalsium apatit.Obat ini merupakan inhibitor yang kuat terhadap remodeling tulang
dengan menurunkan resorbsi dan formasi tulang, meskipun demikian, mekanisme
kerjanya belum diketahui dengan jelas.
Tidak banyak efek samping yang ditmeukan. Etidronat meningkatkan densitas
tulang pada osteoporosis yang sudah terjadi sampai 5% dan penggunaannya selama 4
tahun akan menurunkan insidensi fraktur vertebra baru, tetapi penggunaan jangka
panjang akan mengganggu mineralisasi tulang dan mengakibatkan osteomalasia. Dosis
untuk mencegah dan mengobati osteoporosis pada post menopause adalah 400 mg/hari
selama 2 minggu, diulang tiap 3 bulan.
Alendronat adalah generasi kedua bisfosfonat dan telah disetujui oleh FDA. Obat
ini menghambat turnover tulang tetapi tidak berpengaruh pada mineralisasi tulang.
Dosis yang digunakan adalah 10 mg/hari untuk mencegah resorbsi tulang post
menopause dan meningkatkan densitas tulang belakang sampai 6% dalam 2-3 tahun.
Penggunaan obat ini terbukti menurunkan kejadian fraktur vertebra.
Bisfosfonat diabsorbsi sangat rendah dalam saluran cerna dan dipengaruhi pula
oleh kalsium dan kopi. Disarankan untuk menelan obat ini dalam keadaan perut kosong
untuk meningkatkan absorbsinya dan kemudian penderita tetap tegak sampai 1 jam
setelah menelan obat.
REFERENSI
1. Krane SM, Holick MF, Metabolic Bone Disease in: Fauci et al (editors), Harrison’s
Principles of Internal Medicine 14th ed, McGraw-Hill, 1998.
2. Delaney, MF, LeBoff MS, Metabolic Bone Disease, in Ruddy S, Harris ED Jr, Sledge
CB (eds) Kelley’s textbook of Rheumatology 6 th ed, WB Saunders
Company, 2001.
3. Lane, NE, Osteoporosis and Metabolic bone diseases, in: Klippel JH, Primer on the
Rheumatic Diseases 11th ed, Arthritis Foundation, 1997.