Anda di halaman 1dari 33

MK : Keperawatan Medikal Bedah

PBL

Tutor : Nurdiana Djamaludin, S.Kep, Ns, M.Kep

OLEH
KELOMPOK 3/KELAS B
Raihan Amalia S. Tahir 841420045
Muhammad Amin Oka 841420054
Novita Sania Tinaweng 841420059
Agustira Putra Albani Pakaya 841420064
Sri Fajriani Tahir 841420067
Adriyanto lasulika 841420068
Aisyah Nuur Fadilah 841420074
Putri Apriliani 841420075
Nurfadillah Abdullah 841420078
Sitti Nur Fauziyah R. Mohamad 841420081
Karmila Baks 841420082
Nur Fatiya Atuna 841420092

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
SKENARIO 1

Tn, M. dirawat di ruang interna dengan keluahan bengkak pada ekstremitas


bawah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjugtiva pucat dan kulit menghitam.
Tanda Vital TD : 150/110 mmHg, Pernapasan 22 kali/Menit, Nadi 80 kali/menit,
suhu 37 oC. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Natrium = 147 mmol/L, Kalium=6
mmol/L, Ureum= 53 mg/dl, kreatinin = 2,1 mg/dl .

1. KLARIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING


 Bengkak/Edema : Edema adalah penumpukan cairan dalam ruang di antara sel
tubuh. Edema dapat terjadi di seluruh bagian tubuh. Namun yang paling jelas terlihat
pada bagian lengan dan tungkai. (Knott,L. Patient. 2018)
 Ekstremitas bawah : Ekremitas bawah terdiri atas tulang pelvis, femur, tibia,
fibia,tarsal,metatarsal, dan tulang phalangs (Kirnanoro,H.&M., 2017)
 Konjungtiva : Konjungtiva adalah mata merah akibat peradangan pada selaput yang
melapisi permukaan bola mata dan kelopak mata bagian dalam (konjungtiva mata).
Selain mata merah, konjungtiva dapat disertai dengan rasa gatal pada mata dan mata
berair (National Health Service UK,2018)
 Tekanan Darah: Tekanan darah adalah tekanan dari darah yang dipompa oleh
jantung ke dinding arteri yang meliputi tekanan darah sistolik dan diastolic. (chindy,
2019)
a. Bayi : 70-90/50 mmHg
b. Anak-anak : 80-100/60 mmHg
c. Dewasa muda : 110-125/60-70 mmHg
d. Dewasa tua : 130-150/80-90 mmHg
 Nadi : Nadi adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah di pompa
keluar jantung. Denyut ini mudah diraba di suatu tempat dimana ada arteri melintas.
Jumlah frekuensi nadi per menit (Normal pada dewasa: 60-100 kali/menit) Takikardia
bila frekuensi nadi > 100 kali/menit, sedangkan bradikardia bila frekuensi nadi <60
kali/menit (Dhani Redhono.2018).
 Pernapasan : pernapasan adalah proses menghirup udara bebas yang mengandung
O2 (oksigen) dan mengeluarkan udara yang mengandung CO2 (karbondioksida)
sebagai sisa oksidasi keluar tubuh. Proses menghirup oksigen ini disebut inspirasi
sedangkan proses mengeluarkan karbondioksida disebut ekspirasi. Dalam proses
pernapasan, oksigen merupakan zat kebutuhan utama (Utama, 2018).
 Suhu : Suhu adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda. Alat yang
digunakan untuk mengukur suhu disebut termometer. Suhu menunjukkan derajat
panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda
tersebut.(Idawati Supu, 2016)
 Natrium : natrium dibutuhkan tubuh untuk menjaga keseimbagan elektrolit,
mengendalikan cairan dalam tubuh, dan mengatur kontraksi otot serta fungsi saraf.
Normalnya, kadar natrium di dalam darah berkisar antara 135-145 milimol/liter
(mmol/L) (Gragossian,A.,dkk , 2020)
 Kalium : berfungsi untuk mengatur irama dan pompa jantung, mejaga tekanan darah
tetap stabil, mendukung aktivitas listrik saraf, mengatur kontraksi otot dan
metabolisme sel,serta menjaga kesehatan tulang dan keseimbangan elektrolit. Dalam
darah,jumlah kalium normal berada di kisaran 3,5-5 milimol/liter. (National Institutes
of Health (2020)
 Ureum : merupakan zat sisa dari pemeahan protein dan asam amino di alam hati.
Kadar ureum dapat diukur melalui tes blood urea nitrogen (BUN). Pada pria : 8-24
mg/dl, wanita: 6-21 mg/dl, anak usia 1-17 tahun: 7-20 mg/dl. (Mayo Clinic (2019)
 Kreatinin : zat limbah dalam darah yang diproduksi oleh jaringan otot saat anda
bergerak atau beraktivitas. Pada orang dewasa berkisar antara 0,6-1,2 mg/dl untuk
pria dan 0,5 -1,1 mg/dl pada wanita. (Gounden,V. dkk 2020)

2. KATA KUNCI
 Bengkak pada ekremitas bawah
 Konjungtiva pucat (+)
 Kulit menghitam
 TD: 150/110 mmHg
 RR: 22 x/ menit
 N: 80 x/ menit
 SB: 370C
 Kalium = 6 mmol/L
 Ureum = 53 mg/dl
 Kreatinin 2,1 mg/dl
3.
III. MIND MAP

BENGKAK

Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Gagal Ginjal Akut (GGA)


Definisi :

Definisi : Gagal ginjal kronik adalah


kegagalan fungsi ginjal untuk
Gangguan ginjal akut atau Acute
mempertahankan metabolisme serta
Kidney Injury (AKI) dapat diartikan keseimbangan cairan dan elektrolit
sebagai penurunan cepat dan tiba- akibat destruksi struktur ginjal
progesif dengan menifestasi
tiba atau parah pada fungsi filtrasi penumpukan sisa metabolik (toksik
ginjal (Indriani & dr. Ida: 2017). uremik) di dalam darah (Elis &
Marsia: 2019).

Tanda dan gejala menurut Tanda dan gejala (Vania & I Made,
2019) :
Alodokter:
- Penurunan fungsi
- Jumlah dan frekuensi urine
ginjal(Glomerulus Filtration
berkurang
- Pembengkakan pada tungkai Rate) <60 ml/min/1.73mm2
akibat penumpukan cairan - Rasio almbuminuria :
- Tubuh mudah lelah kreatinin sebesar >30mg/g
- Sesak napas - Tekanan darah tinggi
- Gangguan irama jantung - Sesak napas
- Nyeri atau sensasi tertekan di
- Bagian tangan, kaki, dan
dada
- Napas berbau tidak sedap wajah bengkak
- Muncul ruam atau rasa gatal - Malaise, aritmia jantung
di kulit - Anemia
- Nafsu makan menurun - Warna kulit kuning,
- Mual dan muntah kecoklatan
- Demam
- Sakit di perut dan di
punggung
TABEL PENYORTIRAN
Penyakit

Tanda dan GGA GGK

gejala
Bengkak pada √ √
ekstremitas bawah
Kongjungtiva pucat √ √

Kulit menghitam - √

Tekanan darah tinggi √ √

Kalium 6 mmol/L √ √

Ureum 53 mg/dl √ √

Kreatinin 2,1 mg/dl √ √

I. PERTANYAAN PENTING
1. Apa penyebab bengkak pada pada bagian eksremitas bawah?
2. Penyebab konjungtiva pucat?
3. Apa penyebab kulit menghitam?
4. Apa penyebab meningkatnya nilai laboratorium seperti Natrium,kalium,ureum
dan kreatinin?
5. Apa penyebab hipertensi pada kasus di atas?

II. JAWABAN PENTING


1. Edema terjadi adanya penumpukan pada kaki dipengaruhi oleh kondisi
kesehatan seseorang, penderita ginjal dan jantung umumnya akan mengali
pembengkakan kaki (Martin,2017)
2. Konjungtivitis sering kali disebabkan oleh infeksi virus . ada juga akibat alergi
dan bakteri (Mayo Clinic,2017)
3. Hiperpigmentasi terjadi ketika tubuh memproduksi zat melanin dalam jumlah
berlebihan. Melanin sendiri merupakan zat pigmen yang berperan dalam
memberi warna kulit tubuh. (Yoon,2018)
4. Peningkatan kadar natrium umumnya disebabkan oleh kurangnya konsumsi
air, dehidrasi berat,demam, diare. (Balci,2013)
5. Kondisi kadar kalium berlebihan (hiperkalemia) disebabkan oleh gagal ginjal
dan dehidrasi berat.(Khna,2017)
6. Penyabab kadar ureum meningkat adalah konsumsi makanan berprotein tinggi
terlalu berlebihan,dehidrasi berat,penyakit gagal ginjal,nefropati diabetik
(Vietetta,2013)
7. Mekanisme hipertensi meliputi volume berlebih, aktivitas simpatis
berlebihan, retensi garam, disfungsi endotel, dan perubahan sistem hormonal
yang mengatur tekanan darah. CKD berkaitan dengan aktivitas sistem Renin-
Angiotensin-Aldosteron oksidatif, proses inflamasi dan proses renin-
angiotensin-aldosterone yang terlalu aktif (RAAS) juga berkontribusi terhadap
kerusakan ginjal (Lin et al., 2018).

III. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Diharapkan agar bisa memahami dan mendalami materi mengenai sistem
perkemihan
2. Diharapkan agar bisa menganalisa penyakit yang terdapat pada kasus
3. Untuk mengetahui pemeriksaan selanjutnya dan menegakkan diagnosa dari
kasus yang diberikan
4. Untuk mengetahui adanya penatalaksanaan dari kasus yang diberikan
IV. INFORMASI TAMBAHAN
Biomedika, Volume 12 No 1, Februari 2020

 Penyakit tubulointerstitial merupakan suatu kondisi yang berkaitan dengan

intersisium dan tubulus ginjal. Penyakit tersebut bisa diakibatkan oleh

obstruksi (batu, striktur, kelainan anatomi, pembesaran prostat), infeksi

saluran kencing, dan pengaruh akibat obat-obatan dan minuman berenergi.

Pada penelitian ini penyakit tubulointerstitial menjadi faktor risiko

terjadinya gagal ginjal kronik di urutan ke 3. Terdapat 17 pasien atau sekitar

(19,3%) dari keseluruhan sampel yang mengalami penyakit

tubulointerstitial, terdiri dari 11 orang menderita batu saluran kemih, 4


orang mengalami gagal ginjal kronik akibat konsumsi minuman berenergi

dan 2 orang mengalami karsinoma vesica urinaria sehingga menyebabkan

terjadinya hidronefrosis. Penelitian kohort dengan meta-analisis terhadap

4.770.691 partisipan, didapatkan hasil adanya batu saluran kemih akan

meningkatkan risiko terjadinya gagal ginjal kronik (Zhe and Hang, 2017).

Adanya batu saluran kemih dapat menghambat pengeluaran aliran urin dan

menyebabkan kegagalan fungsi ginjal (Berns, 2019).

 Bila glomeruloneflitis bersifat sementara maka fungsi ginjal akan kembali

normal, namun bila glomerulonefritis bersifat permanen dapat menyebabkan

masalah ginjal yang serius seperti sindrom nefrotik, hipertensi renal dan juga

gagal ginjal kronik

V. KLASIFIKASI INFORMASI
 Gagal ginjal kronik saat ini memiliki prioritas sebagai masalah kesehatan
utama di masyarakat dunia. Menurut Global Burden of Disease Study (2010),
gagal ginjal kronik menduduki peringkat ke 27 sebagai penyebab kematian di
seluruh dunia pada tahun 1990, peringkat tersebut naik menjadi peringkat ke
18 pada tahun 2010 (Kemenkes RI, 2017). Hal tersebut menunjukkan adanya
peningkatan jumlah penderita gagal ginjal kronik dalam 2 dekade terakhir.

Data terbaru menurut 7th Report Of Indonesian Renal Registry, setiap


tahunnya Indonesia mengalami peningkatan pasien yang menjalani
hemodialisa, diperkirakan terdapat 17.193 pasien baru dan 11.689 pasien
aktif dengan angka kematian mencapai 2.221 pada tahun 2014 (Perhimpunan
Nefrologi Indonesia (Pernefri), 2014).

 Penyakit ginjal dijuluki sebagai silent disease karena seringkali tidak

menunjukkan tanda-tanda peringatan. Hal tersebut akan memperburuk

kondisi penderita dari waktu ke waktu dan akhirnya jatuh kedalam kondisi

penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK). Berdasarkan data 7th Report of


Indonesian Renal Registry, urutan penyebab gagal ginjal pasien yang

mendapatkan haemodialisis berdasarkan data tahun 2014, karena hipertensi

(37%), penyakit dibetes mellitus atau nefropati diabetika (27%), kelainan

bawaan atau glomerulopati primer (10%), gangguan penyumbatan saluran

kemih atau nefropati obstruksi (7%), karena asam urat (1%), penyakit lupus

(1%) dan penyebab lain lain-lain (18%) (Pernefri, 2014).

 Penyakit tubulointerstitial merupakan suatu kondisi yang berkaitan dengan

intersisium dan tubulus ginjal. Penyakit tersebut bisa diakibatkan oleh

obstruksi (batu, striktur, kelainan anatomi, pembesaran prostat), infeksi

saluran kencing, dan pengaruh akibat obat-obatan dan minuman berenergi.

VI. ANALISA & SINTESA INFORMASI

 Berdasarkan kasus Tn,M. dirawat di ruangan interna dengan keluhan

bengkak pada eksremitas bawah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan

konjungtiva pucat dan kulit menghitam. Tanda Vital Td: 150/110 mmHg,

Pernapasan 22x/m, Nadi: 80x/m, suhu 370C. hasil pemeriksaan laboratorium

Natrium = 147 mmoI/L, kalium = 6mmol/L, ureum = 53 mg/dl, kreatinin =

2,1 mg/dl bahwa klien mengalami penykit Gagal Ginjal Kronik sesuai

dengan data pendukung dari hasil observasi pada klien.

VII. LAPORAN DISKUSI


 Konsep Medis
 Konsep Keperawatan
BAB II

KONSEP MEDIS

SKENARIO 1BENGKAK

A. Definisi

Gagal ginjal kronis adalah kondisi ketika fungsi ginjal menurun secara
bertahap akibat kerusakan jaringan ginjal.Secara medis, gagal ginjal kronis
didefinisikan sebagai penurunan laju penyaringan ginjal selama 3 bulan atau lebih.
Fungsi utama ginjal adalah menyaring limbah (zat sisa metabolisme tubuh) dan
kelebihan cairan dari darah untuk dibuang melalui urine.Setiap hari, kedua ginjal
menyaring sekitar 120–150 liter darah dan menghasilkan sekitar 1–2 liter urine.

Gagal ginjal kronis merupakan masalah kesehatan global yang jumlahnya


terus meningkat. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 oleh
Kementerian Kesehatan RI, sebanyak 0,2% dari seluruh penduduk Indonesia
menderita gagal ginjal kronis. Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, prevalensi gagal
ginjal kronis berdasar diagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,2%. Prevalensi tertinggi
di Sulawesi Tengah sebesar 0,5 %, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara
masingmasing 0,4 %. Sementara Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Lampung,
Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur masing–masing 0,3 %.
Provinsi Sumatera Utara sebesar 0,2% (Riskesdas, 2013).

B. Etiologi

Etiologi penyakit ginjal kronis dapat dibedakan menjadi penyebab vaskular,


gangguan glomerulus, gangguan tubulointerstisial, dan penyebab lainnya.
a. Penyakit Vaskular
Penyakit vaskular yang dapat menyebabkan penyakit ginjal kronis, di
antaranya:
- Stenosis arteri renalis
- Vaskulitis
- Ateroemboli
- Nefrosklerosis akibat hipertensi
- Trombosis vena renal
b. Penyakit Glomerulus
Penyakit glomerulus yang menyebabkan penyakit ginjal kronis dapat
bersifat primer maupun sekunder.Penyebab primer misalnya
nefropatimembranosa, sindrom Alport, dan nefropatiIgA. Penyebab sekunder
dapat diakibatkan oleh rheumatoidarthritis, lupus, endokarditis, skleroderma,
hepatitis B dan hepatitis C.

c. Penyakit Tubulointerstisial

Penyebab penyakit tubulointerstisial adalah obat yang bersifat nefrotoksik


seperti allopurinol dan sulfonamida.Penyakit tubulointerstisial juga dapat
disebabkan oleh penyakit, di antaranya adalah infeksi, sindrom Sjögren,
hipokalemia atau hiperkalsemia kronis, dan sarkoidosis.

d. Penyebab Lain
Penyakit ginjal kronis juga dapat disebabkan oleh obstruksi saluran kemih
atau komplikasi dari gagal ginjal akut.Obstruksi saluran kemih dapat diakibatkan
oleh pembesaran prostat jinak, batu ginjal, striktur uretra, tumor, defek kongenital
ginjal, neurogenicbladder, atau fibrosisretroperitoneal.

Gagal ginjal kronis umumnya terjadi akibat penyakit yang menyebabkan


kerusakan pada ginjal. Kerusakan ini biasanya akan terus memburuk dengan
kecepatan yang berbeda-beda bagi setiap orang. Jika penyakit penyebab gagal
ginjal kronis ini tidak diatasi dengan baik, kerusakan ginjal dapat memburuk
dengan lebih cepat.

Penyakit penyebab gagal ginjal kronis meliputi:


- Diabetes, karena kadar gula dalam darah yang terlalu tinggi dapat merusak
penyaring dalam ginjal.
- Hipertensi atau tekanan darah tinggi, karena kondisi ini seiring waktu akan
menambah tekanan pada pembuluh darah kecil di ginjal dan menghambat
ginjal untuk bekerja secara normal.
- Glomerulonefritis atau peradangan pada glomerulus ginjal.
- Nefritis intersititial, yaitu peradangan pada tubulus ginjal dan jaringan
sekitarnya.
- Infeksi ginjal berulang yang akhirnya merusak jaringan ginjal.
- Penyakit ginjal polikistik, yaitu pertumbuhan kista dalam jumlah yang
banyak pada ginjal.
- Gangguan saluran urine yang berkepanjangan, contohnya karena batu
ginjal, pembesaran prostat, kanker serviks, atau kelainan bentuk saluran
kemih sejak lahir.
- Gagal ginjal akut yang tidak sembuh.
- Penggunaan obat-obatan yang berpotensi merusak ginjal, seperti lithium
dan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), dalam jangka panjang.
- Penyakit pembuluh darah ginjal, seperti penyempitan pembuluh arteri
ginjal (stenosis arteri ginjal) atau gumpalan darah di pembuluh vena ginjal
(trombosis vena ginjal).
- Lupus nefritis
- Penyakit asam urat

C. Manifestasi Klinis

Manifestasi kardiovaskular pada gagal ginjal kronis mencakup hipertensi,


gagaljantung kongestif dan edema pulmoner sedangkan gejala dermatologi yang
sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah dan gejala gastrointestinal juga sering
terjadi mencakup anoreksia, mual, muntah, dan cegukan.

Beberapa gejala dan pemeriksaan yang dapat dijadikan pegangan /indikator


telah terjadinya penurunan fungsi ginjal yang signifikan yaitu:
1. Jumlah urin (kemih) berkurang atau tidak ada urin. Jumlah urin < 500
mV24 iam atau < 20 m/KgBB/jam pada orang dewasa dan < 10 g/dl.
2. Mual, muntah dan tidak nafsu makan.
3. Nafas berat, mudah sesak bila banyak minum atau melakukan kerja berat.
4. Rasa sangat lemah.
5. Sering cegukan/sedakan (hiccup) yang berkepanjangan.
6. Rasa gatal di kulit.
7. Pemeriksaan laboratorium yang penting: ureum darah sangat tinggi (nilai
normal ureum).
D. Patofisiologi
Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik (GGK) pada awalnya tergatung dari
penyakit yang mendasarinya. Tetapu dalam perkembangan selanjutnya proses yang
terjadi kurang lebih sama. Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi
struktual dan fungsional nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai
upaya kompensasi yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan
growth factors. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh
peningkatan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung
singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih
tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan fungsi nefron yang progresif, walaupun
penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan aktifitas aksis renin-
angiostensin-aldosteron intrarenal ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya
hiperfiltrasi, sklerosis dan progresifitas tersebut. Aktivitas jangka panjang aksis renin-
angiostensin-aldosteron, sebagian diperantarai oleh growth factor seperti transforming
growth factor β (TGF- β). Beberapa hal yang juga dianggap berperan terhadap
progresifitas penyakit ginjal kronis adalah albuminuria, hipertensi, hiperglikemia,
dislipidemia.Terdapat variabilitas interindividual untuk terjadinya sklerosis dan
fibrosis glomelurus maupun tubulointersitial.
Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi peningkatan kadar air dan natrium
dalam tubuh.Hal ini disebabkan karena gangguan ginjal dapat mengganggu
keseimbangan glomerulotubular sehingga terjadi peningkatan intake natrium yang
akan menyebabkan retensi natirum dan meningkatkan volume cairan ekstrasel.
Reabsorbsi natirum akan menstimulasi osmosis air dari lumen tubulus menuju kapiler
peritubular sehingga dapat terjadi hipertensi. Hipertensi akan menyebabkan kerja
jantung meningkat dan merusak pembuluh darah ginjal. Rusaknya pembuluh darah
ginjal mengakibatkan gangguan filtrasi dan meningkatkan keparahan dari hipertensi
(Rahman 2013, yang dimuat oleh Mas Azahri 2020)
E. Prognosis
Pengukuran fungsi ginjal terbaik adalah dengan mengukur Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG).Melihat nilai laju filtrasi glomerulus (LFG) baik secara langsung
atau melalui perhitungan berdasarkan nilai pengukuran kreatinin, jenin kelamin dan
umur seseorang.Pengukuran LFG tidak dapat dilakukan secara langsung, tetapi hasi;
estimasinya dapat dinilai melalui bersihan ginjal dari suatu penanda filtrasi.Salah satu
penanda tersebut yang sering digunakan dalam praktik klinis adalah kreatinin serum.
Menurut Chronic Kidney Disease Improving Global Outcomes (GGK KDIGO)
proposed classification, dapat dibagi menjadi :

Stadium LFG (ml/min/1.73 m2) Terminologi

G1  90 Normal atau meningkat

G2 60-89 Ringan

G3a 45-59 Ringan – sedang

G3b 30-44 Sedang – berat

G4 15-29 Berat

G5 < 15 Terminal

Berdasarkan albumim didalam urin (albuminuia), penyakit ginjal kronis dibagi menjadi :

AER
Kategori ACR (approximate equivalent)
(mg/24 hours)
Terms
(mg/g)
(mg/mmol)

< 30 <3 < 30


A1 Normal
peningkatan
ringan

30-300 3 – 30 30-300
A2 Sedang*
300  30  300
A3 Berat**
* Berhubungan dengan remaja dan dewasa
** Termasuk nephritic syndrome, dimana biasanya eskresi albumin > 220mg/24
jam
F. Pemeriksaan Penunjang
Berikut ini adalah pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosa gagal ginjal kronik (prabowo 2014):
a. Biokimiawi
b. Urinalisis
c. Ultrasonografi ginjal
d. Imaging (gambaran)
G. Penatalaksanaan
a. Terapi PGK
Bila ditemukan tanda dan gejala penyakit ginjal, maka yang harus
dilakukan adalah :
1) Kontrol gula darah pada penderita diabetes,
2) Kontrol tekanan darah pada penderita hipertensi,
3) Pengaturan pola makan yang sesuai dengan kondisi ginjal.

Penyakit ginjal kronik tidak dapat disembuhkan, tetapi kita masih dapat
mempertahankan agar tetap berfungsi seoptimal mungkin, yaitu melalui :

b. Pencegahan Primer
1) Terapi dengan obat-obatan
2) Transplantasi (cangkok) ginjal
3) Dialisis (cuci darah)
4) Modifikasi gaya hidup
c. Melakukan diet sehat, diantaranya :

Mengkonsumsi roti dan sereal gandum whole grain, buah segar dan sayur-
sayuran, pilih asupan rendah kolesntrol dan lemak, batasi asupan makanan olahan
yang banyak mengadung kadar gula dan sodium tinggi, batasi penggunaan garam
dan racikan yang mengadung sodium tinggi saat memasak makanan, pertahankan
kecukupan kalori, pertahankan berat tubuh yang ideal, asupan kalium dan fosfor
biasanya tidak dibatasi kecuali bagi yang kadar di dalam darah di atas normal dan
pertahankan tekanan darah pada level normal.
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
a) Identitas pasien
Nama : Tn. M
Usia : Tidak Terkaji
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Pendidikan : Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Suku Bangsa : Tidak Terkaji
Tanggal masuk : Tidak Terkaji
Tanggal Keluar : Tidak Terkaji
No. Registrasi : Tidak Terkaji
Diagnosa Medis : Gagal Ginjal Kronik (GGK)
b) Identitas penanggung jawab
Nama : Tidak Terkaji
Umur : Tidak Terkaji
Pendidikan : Tidak Terkaji
Agama : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Hubungan dengan klien : Tidak Terkaji
c) Keluhan utama : Bengkak pada ekstremitas bawah
d) Riwayat penyakit sekarang : Tn. M dirawat di ruang interna dengan
keluhan bengkak pada ekstremitas bawah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
konjugtiva pucat dan kulit menghitam. Tanda Vital TD : 150/110 mmHg,
Pernapasan 22 kali/Menit, Nadi 80 kali/menit, suhu 37°C. Hasil Pemeriksaan
Laboratorium Natrium = 147 mmol/L, Kalium=6 mmol/L, Ureum= 53 mg/dl,
kreatinin = 2,1 mg/dl .
e) Riwayat penyakit dahulu -Tidak Terkaji
f) Riwayat kesehatan keluarga - Tidak Terkaji
g) Data psikososial -Tidak Terkaji
h) Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Pasien tampak lemas
 TTV :
- Tekanan darah : 150/ 110 mmHg
- Nadi : 80 x permenit
- Pernapasan : 22 x permenit
- Suhu : 37˚ C
 Tinggi Badan : Tidak Terkaji
 Berat badan : Tidak Terkaji
 Natrium : 147 mmol/L
 Kalium : 6 mmol/L
 Ureum : 53mg/dl
 Kreatinin : 2,1 mg/dl
Keadaan Fisik :

 Kepala : Tidak Terkaji


 Leher : Tidak Terkaji
 Dada : Tidak Terkaji
 Abdomen : Tidak Terkaji
B. PATHWAY

Infeksi saluran kemih, penyakit Penyakit vaskuler, glomelurus, Penyakit metabolic ( DM,
peradangan dan tubolointerstisial Hipertensi, obesitas )
C.

Kerusakan
D. glomelurus Gagal ginjal kronis Sekresi eritropoietin
E. permeabilitas kapiler
Meningkatnya

Produksi sel darah merah


Kekurangan protein
Anemia
Proteinuria masif
Oksihemoglobin
Hipoalbumin
Menurunnya suplai
Menurunnya tekanan onkotik oksigen ke jaringan

Transudasi cairan intravaskuler ke


Perfusi Perifer tidak
interstisial efektif

Aktivitas renin angiotensi aldosteron

Retensi Na & H2O

Adanya perubahan pigmen


Edema

Kulit Menghitam
Hipervolemia

Gangguan integritas
Kulit/jaringan
F. ANALISIS DATA

PROBLEM ETIOLOGI SYMPTOM

Ds : Klien mengeluh GGK Hipervolemia (D.0022)


bengkak pada ekstremitas
Kerusakan Glomelorus
bawah
Do :
 TTV Meningkatnya
- TD : 150/110 permeabilitas kapiler
mmHg
- Nadi : 80 x/menit
Kekurangan Protein
- RR : 22 x/menit
- Suhu : 37°C
 Pemeriksaan Lab
Protenuria masif
- Natrium = 147
mmol/L
- Kalium=6 mmol/L, Hipoalbumin
- Ureum= 53 mg/dl,
- Kreatinin = 2,1
Menurunnya tekanan
mg/dl
onkotik

Transudasi cairan
intravacular ke intertisil

Aktivitas renin angiotensi


aldosteron

Retensi Na & H2O

Edema

Hipervolemia
Ds: - GGK Perfusi Perifer Tidak
Efektif (D.0009)
Do:Konjungtiva pucat
↓ Sekresi eritroprotein

↓ Produksi sel darah merah

Oksihemoglobin menurun

Menurunnya suplai O2 ke
jaringan

Perfusi Perifer Tidak


Efektif

Ds: - GGK Gangguan Integritas


Kulit/Jaringan (D.0129)
Do: Kulit menghitam
Kerusakan Glomelorus

Meningkatnya
Permeabilitas Kapiler

Kekurangan Protein

Protenuria Masif

Hipoalbumin
Menurunnya Tekanan
Onkotik

Transudasi Cairan
Intravacular Ke Intertisil

Aktivitas Renin Angiotensi


Aldosteron

Retensi Na & H2o

Edema

Adanya perubahan pigmen

Kulit menghitam

Gangguan Integritas
Kulit/Jaringan
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Hipervolemia (D.0077)
Kategori : Fisiologis
Sub kategori : Nutrisi dan Cairan
Hipervolemia b.d berhubungan dengan penurunan kemampuan ginjal untuk
mengeluarkan air dan menahan natrium d.d adanya edema/pembengkakan.
2) Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Sirkulasi
Perfusi perifer tidak efektif b.d menurunnya suplai oksigen ke jaringan d.d
konjungtiva pucat/anemia
3) Gangguan Integritas Kulit/Jaringan (D.0129)
Kategori : Lingkungan
Sub kategori : Keamanan dan Proteksi
Gangguan integritas kulit/jaringan b.d adanya perubahan pigmen d.d kulit
menghitam.
E. INTERVENSI KEPERAWATAN

N SDKI SLKI SIKI RASIONALISASI


O
1 Hipervolemia (D.0077) Keseimbangan Cairan Manajemen Hipervolemia Observasi
(L.03020) (I.03114)
Kategori : Fisiologis - Untuk mengetahui
Kriteria Hasil Definisi : tanda dan gejala
Sub kategori : Nutrisi dan
hipervolemi
Cairan Setelah dilakukan Mengidentifikasidan mengelola
- Untuk mengetahui
tindakan keperawatan kelebihan volume cairan
Definisi penyebab
selama 3x24 jam intravaskuler dan ekstraseluler
Peningkatan volume cairan hipervolemi
masalah hipervolemia serta mencegah terjadinya
intravaskuler,interstisial,dan/ata - Untuk mengontrol
teratasi dengan komplikasi.
u untraseluler. status hemodinamik
indikator:
Tindakan pasien. Sebagaimana
Penyebab 1. Edema menurun
Observasi : Hemodinamik adalah
1. Kelebihan asupan cairan (5) pemeriksaan aspek
2. Tekanan darah - Periksa tanda dan gejala
2. Kelebihan asupan natrium fisik sirkulasi darah,
membaik (5) hipervolemia
Gejala Dan Tanda Mayor fungsi jantung dan
Turgor kulit membaik (mis,ortopnea,dispnea,edem
karakterisitik
Subjektif: - a,JVP/CVP meningkat
(5) fisiologis vaskular
Objektif refleks hepatojugular
perifer
positif,suara nafas
1. Edema anasarka dan/atau tambahan) - Untuk mengontrol
edema perifer - Identifikasi penyebab intake dan output
hipervolemia cairan.
- Monitor status - Untuk mengontrol
Gejala Dan Tanda Minor
hemodinamik(mis,frekuensi tanda
Subjektif jantung,tekanan mokonsentarasi

(tidak tersedia) darah,MAP,CVP,PAP,PC - Untuk mengontrol


WP,CO,CI)jika tersedia efek samping
Objektif
- Monitor intake dan output diuretic
1. Kadar Hb/Ht turun cairan
2. Intake lebih banyak dari - Monitor tanda
Terapeutik
output (balans cairan hemokonsentrasi (mis,
- Untuk mengontrol
positif) kadar natrium,
bun/hematokrit, berat jenis asupan cairan dan

urine) garam yang dapat


Kondisi Klinis Terkait
- Monitor efek samping berpengaruh pada
Penyakit ginjal: gagal ginjal diuretic (mis, hipotensi kondisi hipervolemia
akut/kronis sindrom, nefrotik ortostatik, hipervolemia,
hipokalemia, hiponatremia) Edukasi
Terapeutik
- Agar pasien
- Batasi asupan cairan dan mengetahui cara
garam mengukur dan
mencatat asupan dan
haluaran cairan
Edukasi
- Agar pasien
- Ajarkan cara mengukur dan mengetahui cara
mencatat asupan dan membatasi cairan
haluaran cairan
- Ajarkan cara membatasi
Kolaborasi
cairan
-

Kolaborasi

Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
diuretic

2 Perfusi Perifer Tidak Efektif Perfusi Perifer Perawatan Sirkulasi (I.02079) Observasi
(D.0009) (L.02011)
Definisi - Untuk mengetahui
Kategori: Fisiologis
sirkulasi perifer (mis.
Subkategori: Sirkulasi Kriteria Hasil Mengidentifikasi dan merawat
Nadi perifer, edema,
area lokal dengan keterbatasan
Setelah dilakukan pengisian kapiler,
Definisi tindakan keperawatan sirkulasi perifer warna, suhu, ankle-
Penurunan sirkulasi darah pada selama 3 x 24 jam pada brachial index)
Tindakan
level kapiler yang dapat masalah perfusi perifer - Untuk mengetahui
mengganggu metabolisme dapat teratasi dengan Observasi faktor risiko
tubuh. indikator: 1. Periksa sirkulasi perifer gangguan sirkulasi
(mis. Nadi perifer, edema, (mis. Diabetes,
- Kekuatan nadi
pengisian kapiler, warna, perokok, orang tua,
Penyebab perifer meningkat
suhu, ankle-brachial index) hipertensi dan kadar
(5)
1. Penurunan konsentrasi kolestrol tinggi)
- Warna kulit pucat 2. Identifikasi faktor risiko
hemoglobin - Untuk mengontrol
menurun (5) gangguan sirkulasi (mis.
2. Peningkatan tekanan darah panas, kemerahan,
- Turgor kulit Diabetes, perokok, orang
tua, hipertensi dan kadar nyeri, atau bengkak
membaik (5)
Gejala dan Tanda Mayor kolestrol tinggi) pada extermitas
- Tekanan darah
sistolik membaik 3. Monitor panas, kemerahan,
Subjektif
(5) nyeri, atau bengkak pada Terapeutik
(Tidak Tersedia) extermitas
- Tekanan darah
- Untuk menghindari
diastolic membaik Terapeutik
rasa sakit pada
Objektif (5) 1. Hindari pengukuran extermitas
tekanan darah pada - Untuk menghindari
1. Warna kulit pucat
extermitas dengan adanya rasa tidak
2. Turgor kulit menurun
keterbatasan perfusi nyaman pada pasien
2. Hindari penekanan dan akibat tekanan dan
pemasangan tourniquet pemasangan
Gejala dan Tanda Minor:
pada area yang cedera tourniquet.
Subjektif: - 3. Lakukan perawatan kaki - Untuk menjaga
dan kuku kebersihan pada
kuku dan kaki pasien
Objektif
Edukasi
1. Edema
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan
obat penurun tekanan - Agar tekanan darah
Kondisi Klinis Terkait
darah, antikoagulan, dan dan kolesterol pasien
1. Anemia penurun kolestrol, jika dapat di antisipsi jika
perlu terjadi peningkatan
2. Anjurkan minum obat secara tiba-tiba.
pengontrol tekanan darah - Agar tekanan darah
secara teratur pasien dapat dapat
Anjurkan melakukan terkontrol
perawatan kulit yang tepat - Agar kelembaban
(mis. Melembabkan kulit kulit pada pasien
kering pada kaki) tetap terjaga
3 Gangguan Integritas Integritas Kulit dan Perawatan Integritas Kulit Observasi
Kulit/Jaringan (D.0129)
Kategori : Lingkungan Jaringan (L.14125) (I.11353) - Untuk mengetahui
apa yang
Subkategori : Keamanan dan
menyebabkan
proteksi
Kriteria Hasil Definisi
gangguan pada
Definisi: integritas kulit
Setelah melakukan Mengidentifikasi dan
Kerusakan kulit (dermis tindakan keperawatan mengelolah asupann nutrisi yang
dan/atau epidermis) atau selama 3 x 24 jam pada seimbang Terapeutik: -
jaringan (membran mukosa, masalah integritas kulit
Tindakan
kornea, fasia, otot, tendon, dapat teratasi dengan
tulang, kartilago, kapsul sendi indikator: Edukasi

dan/atau ligamen). Tindakan - Untuk dapat


1. Perfusijaringan
meningkat (5) Observasi mempertahanka

Penyebab 2. Kerusakan n kelembapan


- Identifikasi penyebab
jaringan kulit
1. Kekurangan/kelebihan gangguan integritas kulit
volume cairan menurun (5)
2. Perubahan pigmentasi (mis. perubahan sirkulasi,
3. Kerusakan
perubahan status nutrisi,
lapisan kulit
Gejala dan Tanda Mayor: penurunan kelembaban,
menurun (5)
suhu lingkungan ekstrem,
Subjektif 4. Pigmentasi
penurunan mobilitas)
abnormal (5)
(Tidak tersedia)
Terapeutik: -

Objektif Edukasi

- Kerusakan jaringan - Anjurkan minum air


dan/atau lapisan kulit yang cukup

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
(Tidak tersedia)

Objektif: -

Kondisi klinis terkait:

1. Gagal ginjal
F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari/ Kode DX Implementasi Evaluasi


Tanggal/Jam

Hipervolemia (D.0077) Manajemen Hipervolemia (I.03114) S : Pasien tidak


lagi mengeluh
Tindakan bengkak pada
Observasi bagian ekstremitas
bawah
- Memeriksa tanda dan gejala hipervolemia
O :Bengkak pada
(mis, ortopnea, dispnea, edema, JVP/CVP
ekstremitas bawah
meningkat refleks hepatojugular positif, perlahan-lahan
suara nafas tambahan) menghilang

- Mengidentifikasi penyebab hipervolemia


- Memonitor status hemodinamik (mis, A :Masalah teratasi
frekuensi jantung, tekanan darah, MAP,
CVP, PAP, PCWP, CO, CI) jika tersedia P : Lanjutkan
- Memonitor intake dan output cairan intervensi
- Memonitor tanda hemokonsentrasi (mis,
kadar natrium, bun/hematokrit, berat jenis
urine)
- Memonitor efek samping diuretic (mis,
hipotensi ortostatik, hipervolemia,
hipokalemia, hiponatremia)

Terapeutik
- Membatasi asupan cairan dan garam

Edukasi
- Mengajarkan cara mengukur dan mencatat
asupan dan haluaran cairan
- Mengajarkan cara membatasi cairan

Kolaborasi
- Berkolaborasi penggantian kehilangan
kalium akibat diuretic

Perfusi Perifer Tidak Perawatan Sirkulasi (I.02079) S :Perawat menilai


Efektif (D.0009) konjungtivapasien
Tindakan
perlahan mulai
Observasi
membaik dan
- Memeriksa sirkulasi perifer (mis. Nadi
tekanan darahnya
perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
perlahan mulai
suhu, ankle-brachial index)
normal
- Mengidentifikasi faktor risiko gangguan
sirkulasi (mis. Diabetes, perokok, orang O : Konjungtiva
tua, hipertensi dan kadar kolestrol tinggi) pasien perlahan
- Memonitor panas, kemerahan, nyeri, atau mulai membaik dan
bengkak pada extermitas. tekanan darahnya
perlahan mulai
Terapeutik normal
- Menghindari pengukuran tekanan darah
A : Masalah
pada extermitas dengan keterbatasan
teratasi
perfusi
- Menghindari penekanan dan pemasangan P : Lanjutkan

tourniquet pada area yang cedera intervensi

- Melakukan perawatan kaki dan kuku

Edukasi
- Menganjurkan menggunakan obat
penurun tekanan darah, antikoagulan, dan
penurun kolestrol, jika perlu
- Menganjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur
- Menganjurkan melakukan perawatan kulit
yang tepat (mis. Melembabkan kulit
kering pada kaki)
Gangguan Integritas Perawatan Integritas Kulit (I.11353) S : Perawat
Kulit/Jaringan menilaiwarna kulit
Tindakan
(D.0129) pasien perlahan
Observasi
mulai membaik
- Mengidentifikasi penyebab gangguan
integritas kulit (mis. perubahan sirkulasi, O : Warna kulit
perubahan status nutrisi, penurunan pasien perlahan
kelembaban, suhu lingkungan ekstrem, mulai membaik
penurunan mobilitas)
A :Masalah teratasi

Terapeutik: - P : Lanjutkan
intervensi

Edukasi

- Menganjurkan minum air yang cukup

Anda mungkin juga menyukai