Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP EPIDEMIOLOGI (SEHAT SAKIT) DAN


ASKEP KOMUNIKASI

Milda Aulia (14.401.19.037)

Moh Nur Fiqih Bagas Saputra (14.401.19.038)

Mohamad Rizal Fahmi (14.401.19.039)

Muhammad Rifki Cahyono (14.401.19.040)

Nadia Azkal Uyun (14.401.19.041)

Nadia Yuliandra (14.401.19.042)

Naidatul Khairiyah (14.401.19.043)

Nanda Riski Putri Amalia (14.401.19.044 )

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

PRODI DIII KEPERAWATAN

KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI

2022

KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan banyak
nikmat dan taufik serta hidayah. Sehingga kita dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KONSEP EPIDEMIOLOGI (SEHAT SAKIT) DAN ASKEP KOMUNIKASI ”. Dengan
baik tanpa ada halangan yang berarti.

Makalah ini kita selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terimakasih kepada segenap pihak
yang telah berkonstribusi secara maksimal dalam menyelesaikan makalah ini.

Diluar itu penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, penyusun kalimat
maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, kita sebagai penyusun menerima
segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Krikilan, 14 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
BAB 1...................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan masalah......................................................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
TINJAUN PUSTAKA.........................................................................................................................6
A. DEFINISI EPIDEMIOLOGI.....................................................................................................6
B. KONSEP SEHAT SAKIT DAN PENYEBAB PENYEBARAN PENYAKIT..........................7
C. SURVEILLANCE EPIDEMIOLOGI........................................................................................7
D. INDIKATOR...........................................................................................................................10
E. PENYEBAB DAN CARA PENYEBARAN PENYAKIT YANG BERKEMBANG DI
INDONESIA...................................................................................................................................11
KONSEP ASKEP KOMUNITAS.....................................................................................................12
A. PENGKAJIAN........................................................................................................................12
B. DIAGNOSA............................................................................................................................15
C. INTERVENSI..........................................................................................................................15
D. IMPLEMENTASI...................................................................................................................17
E. EVALUASI.............................................................................................................................17
BAB III...............................................................................................................................................19
PENUTUP..........................................................................................................................................19
A. KESIMPULAN.......................................................................................................................19
B. SARAN...................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................20
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Epidemiologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan


penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia/masyarakat serta faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Prinsip Epidemiologi, merupakan rangkaian
kegiatan tertentu yang dilakukan untuk mengkaji masalah-masalah kesehatan
sehingga diperoleh kesejelasan dari masalah tersebut. Kegunaan Studi Epidemiologi
adalah untuk menentukan penyebab utama kesakitan, kecacatan, dan kematian
untuk menetapkan prioritas tindakan dan riset serta mengidentifikasi kelompok
penduduk risiko tinggi dari suatu penyakit, sehingga tindakan dapat segera
diprioritaskan.
Triad epidemiologi terjadi dari agen, host (pejamu) dan lingkungan. Ketiga
faktor saling terkait dan bersinergi satu sama lain. . Penyakit (disease) suatu kondisi
adanya gangguan dari struktur atau fungsi normal bagian, organ atau sistem tubuh
yang dimanifestasikan dengan sejumlah karakteristik dari gejalah dan tanda
pengyakit. Sakit (ilness) merupakan sebuah proses abnormal dimana aspek sosial,
fisik, emosional atau intelektual seseorang berada dalam kondisi dan fungsi yang
menurun atau melehmah dibandingkan dengan kondisi orang tersebut sebelumnya.
Seseorang dikatakan sakit atau didasrkan diagnosis yang telah ditegakkan kriteria
diagnosis biasanya didasarkan pada gejala, tanda , riwayat dan hasil tes.
Gambaran tentang derajat kesehatan meliputi indikator Mortalitas (kematian),
Morbiditas (kesakitan), dan Status Gizi. Angka mortalitas dapat dilihat dari Angka
Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Balita (AKABA)
per 1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran
hidup. Angka Morbiditas dilihat dari angka kesakitan beberapa penyakit balita dan
dewasa.
Selain dipengarui oleh faktor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan
sumber daya kesehatan, derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor
lain seperti faktor ekonomi, pendididkan, lingkungan, sosial serta faktor-faktor lain
yang kondisinya indikator angka kesakitan Malaria per 1000 penduduk, Angka
Kesembuhan TB Paru per 1000 penduduk, Angka Acute Flaccid Paralysis (AFP)
2/100.000 usia.

B. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud epidemiologi dan konsep terjadinya penyakit ?
b. Apa yang dimaksud dengan konsep sehat sakit daan penyebab penyebaran
penyakit ?
c. Apa yang dimaksud dengan surveillance ?
d. Bagaimana penyusunan indikator dari epidemiologi ?
e. Apa yang di maksud dengan penyebab dan cara penyebaran penyakit yang
berkembang di indonesia ?
f. Bagaimana cara penyusuanan askep komunitas?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep empiologi sehat sakit dan caya penuyusunan aksep
komunitas
2. Tujuan khusus
a. Dapat mengetahui pengertian epidemiologi dan konsep penyakit
b. Dapat mengetahui konsep sehat sakit dan penyebab penyebaran
penyakit
c. Dapat mengetahui dengan surveillance
d. Dapat menyusun indikator dari epidemiologi
e. Dapat mengetahui penyebab penyebaran penyakit di indonesia
f. Dapat menyusun askep komunitas
BAB II

TINJAUN PUSTAKA
A. DEFINISI EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan determinan
kejadian penyakit dan kondisi penyakit dan kondisi kesehatan lainnya pada populasi
umum atau khusus untuk memberikan masukan kebijakan kesehatan dalam
mengontrol masalah kesehatan. (Eliana, 2016, hal. 30)
Triad epidemiologi atau segitiga epidemiologi merupakan sutau model yang
mengilustrikan bagaimana penyakit menular menyebar. Triad epidemiologi terjadi
dari agen, host (pejamu) dan lingkungan. Ketiga faktor saling terkait dan bersinergi
satu sama lain. Ketika salah satu dimensi tidak seimbang, misal ketika imunisasi
pejamu rentan atau lingkungan cuaca berubah, atau jumlah sumber penyakit
bertambah akan menyebabkan ketidakseimbangan kesehatan seseorang yang akan
menyebabkan sakit
Tiga faktor triad yang bersinambungan, yaitu :
1. Agent
Faktor penyebab dapat berupa unsur mati atau hidup yangterdapat dalam
jumlah berlebih atau kurang. Agent adalah mikroorganisme, zat kimia atau
radiasi yang ada, keberadaanya berlebihan atau faktor seperti cenderung tidak
ada dalam menimbulkan suatu penyakit. Sejumlah besar mikroorganisme
menyebabkan penyakit kepada manusia. Infesi merupakan masuk dan
berkembangnya agen menular pada pejamu. Agen bisa meliputi agen biologik
(virus, bakteri, protozoa, dll), gizi (lemak jenuh, kurang serat) dan fisika
(cahaya, kelembaban)
2. Host
Faktor pejamu atau host adalah orang atau hewan termasuk burung dan
artopoda yang menyediakan tempat yang cocok untuk agen infeksius agar
tumbuh dan berkembang biak dalam kondisi alamiah. Titik titik masuk ke
pejamu bervariasi dengan agen dan termasuk kulit, selaput lendir, dan
pernafasan dan saluran pencernaan
3. Lingkungan
Faktor lingkungan adalah semua unsur diluar dari faktor individu pejamu yang
mempengaruhi status kesehatan populasi, meliputi faktor ekonomi,
lingkungan, biologi dan lingkungan fisik. Lingkungan memainkan peran
penting dalam perkembangan penyakit menular. Suhu, populasi, cuaca, dan
kualitas air merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi semua tahap
dalam rantai infeksi.

B. KONSEP SEHAT SAKIT DAN PENYEBAB PENYEBARAN PENYAKIT


Konsep sakit secara umum yang berada di masysrakat adalah bila seseorang tidak
mampu melaksanakan aktivitas sehari hari bila fisik terasa tidak nyaman dan benar
benar sakit bila psikis sehingga tidaak mampu mengandalikan aktivitas. Penyakit
(disease) suatu kondisi adanya gangguan dari struktur atau fungsi normal bagian,
organ atau sistem tubuh yang dimanifestasikan dengan sejumlah karakteristik dari
gejalah dan tanda pengyakit. Sakit (ilness) merupakan sebuah proses abnormal
dimana aspek sosial, fisik, emosional atau intelektual seseorang berada dalam kondisi
dan fungsi yang menurun atau melehmah dibandingkan dengan kondisi orang tersebut
sebelumnya. Seseorang dikatakan sakit atau didasrkan diagnosis yang telah
ditegakkan kriteria diagnosis biasanya didasarkan pada gejala, tanda , riwayat dan
hasil tes.
C. SURVEILLANCE EPIDEMIOLOGI
Menurut WHO Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
Interprestasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi
kepada Unit yang membutuhkan untuk diambil tindakan. Surveilans kesehatan
masyarakat adalah Pengumpulan, analisis, dan analisis data secara terus menerus dan
sistematis yang kemudian Didiseminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang
bertanggungjawab dalam Pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya
(DCP2, 2008).
Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit,
Mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor yang
Mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada agen,
vektor, Dan reservoir. Selanjutnya surveilans menghubungkan informasi tersebut
kepada pembuat Keputusan agar dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dan
pengendalian penyakit (Last, 2001). Kadang digunakan istilah surveilans
epidemiologi. (Eliana, 2016, hal. 98)
Ada beberapa jenis surveilans sebagai berikut :
1. Surveilans Individu

Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor


individu-individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya
pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu
memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak,
sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh,
karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas
orang-orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus
penyakit menular selama periode menular. Tujuan karantina adalah mencegah
transmisi penyakit selama masa inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last,
2001). Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS
1980an dan SARS. Dikenal dua jenis karantina, yaitu: karantina total dan
karantina parsial.

2. Surveilans Penyakit

Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-


menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui
pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan
penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian
surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di banyak negara,
pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertikal
(pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans
malaria. Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi
tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena
pemerintah kekurangan biaya. Banyak program surveilans penyakit vertikal
yang berlangsung paralel antara satu penyakit dengan penyakit lainnya,
menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk
sumberdaya masingmasing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga
mengakibatkan inefisiensi.
3. Surveilans Sindromik

Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan


pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit,
bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi
indikator-indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati
sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-
indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau
temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum
diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit. Surveilans
sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional.
Sebagai contoh, Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala nasional terhadap
penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-like illnesses) berdasarkan
laporan berkala praktik dokter di AS.

4. Surveilans Berbasis Laboratorium

Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor


penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui
makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk
mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit
dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan
pelaporan sindroma dari klinik-klinik

5. Surveilans terpadu

Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua


kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/
kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu
menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi
mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian
penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan
perbedaan kebutuhan data khusus penyakitpenyakit tertentu (WHO, 2001,
2002; Sloan et al., 2006).

6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global


Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia
dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas
negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara
berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya
epidemi global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring
yang terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan,
peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman
aneka penyakit menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit
lama yang muncul kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit
yang baru muncul (newemergingdiseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan
SARS. Agenda surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor-aktor
baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi .

Adapun kegunaan surveilans dalam pelayanan kesehatan Masyarakat adalah


sebagai berikut:

a. Mempelajari pola kejadian penyakit dan penyakit potensial pada populasi


sehingga dapat efektif dalam investigasi, controling dan pencegahan
penyakit di populasi.
b. Mempelajari riwayat alamiah penyakit, spektrum klinik dan epidemiologi
penyakit (siapa, kapan dan dimana terjadinya, serta keterpaparan faktor
resiko).
c. Menyediakan basis data yang dapat digunakan untuk memperkirakan
tindakan pencegahan dan kontrol dalam pengembangan dan pelaksanaan.
(Ridwan, 2010)

D. INDIKATOR
Untuk mengukur keberhasilan Pembangunan kesehatan diperlukan indikator. Derajat
kesehatan merupakan salah satu kelompok penting indikator Indonesia Sehat atau
merupakan indikator hasil.
Gambaran tentang derajat kesehatan meliputi indikator Mortalitas (kematian),
Morbiditas (kesakitan), dan Status Gizi. Angka mortalitas dapat dilihat dari Angka
Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Balita (AKABA)
per 1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran
hidup. Angka Morbiditas dilihat dari angka kesakitan beberapa penyakit balita dan
dewasa.
Selain dipengarui oleh faktor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan
sumber daya kesehatan, derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor
lain seperti faktor ekonomi, pendididkan, lingkungan, sosial serta faktor-faktor lain
yang kondisinya indikator angka kesakitan Malaria per 1000 penduduk, Angka
Kesembuhan TB Paru per 1000 penduduk, Angka Acute Flaccid Paralysis (AFP)
2/100.000 usia.

E. PENYEBAB DAN CARA PENYEBARAN PENYAKIT YANG BERKEMBANG


DI INDONESIA

Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan hingga saat ini. ISPA dan
diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10 besar
penyakt di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia. Menurut Profil Ditjen PP&PL thn
2006, 22,30% kematian bayi di Indonesia akibat pneumonia. sedangkan morbiditas
penyakit diare dari tahun ketahun kian meningkat dimana pada tahun 1996 sebesar
280 per 1000 penduduk, lalu meningkat menjadi 301 per 1000 penduduk pada tahun
2000 dan 347 per 1000 penduduk pada tahun 2003. Pada tahun 2006 angka tersebut
kembali meningkat menjadi 423 per 1000 penduduk. enis penyakit berbasis
lingkungan yang pertama disebabkan oleh virus seperti ISPA, TBC paru, Diare, Polio,
Campak, dan Kecacingan; yang kedua disebabkan oleh binatang seperti Flu burung,
Pes, Anthrax ; dan yang ketiga disebabkan oleh vektor nyamuk diantanya DBD,
Chikungunya dan Malaria.

Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan untuk Indonesia, menurut


hasil survei mortalitas Subdit ISPA pada tahu 2005 di 10 provinsi diketahui bahwa
pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada bayi (22,3%) dan pada balita
(23,6%). Diare, juga menjadi persoalan tersendiri dimana di tahun 2009 terjadi KLB
diare di 38 lokasi yang tersebar pada 22 Kabupaten/kota dan 14 provinsi dengan
angka kematian akibat diare (CFR) saat KLB 1,74%. Pada tahun 2007 angka
kematian akibat TBC paru adalah 250 orang per hari. Prevalensi kecacingan pada
anak SD di kabupaten terpilih pada tahun 2009 sebesar 22,6%. Angka kesakitan DBD
pada tahun 2009 sebesar 67/100.000 penduduk dengan angka kematian 0,9%.
Kejadian chikungunya pada tahun 2009 dilaporkan sebanyak 83.533 kasus tanpa
kematian. Jumlah kasus flu burung di tahun 2009 di indonesia sejumlah 21, menurun
dibanding tahun 2008 sebanyak 24 kasus namun angka kematiannya meningkat
menjadi 90,48%.

KONSEP ASKEP KOMUNITAS


A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan tahap pertama dalam proses
keperawatan komunitas. Perawat berupaya untuk mendapatkan informasi atau data
tentang kondisi kesehatan komunitas dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
kesehatan komunitas. Dalam tahap pengkajian ini, ada empat kegiatan yang
dilakukan, yaitu pengumpulan data, pengorganisasian data, validasi data, dan
pendokumentasian data.
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses mendapat informasi tentang kondisi
kesehatan dari klien. Dalam hal ini kesehatan komunitas. Proses
pengumpulan data harus dilakukan secara sistematik dan terus menerus
untuk mendapatkan data atau informasi yang signifikan yang menggambarkan
kondisi kesehatan komunitas.
2. Pengorganisasian data
Dalam pengkajian komunitas ada beberapa data yang perlu dikumpulkan,
yaitu data inti komunitas, subsistem komunitas, dan persepsi. Agar lebih
jelas bagi Anda ikutilah uraian tentang data inti komunitas, subsistem
komunitas dan persepsi.
a. Data inti komunitas
Data komunitas ini merupakan data yang dikumpulkan dalam inti
komunitas yang
meliputi,
1) Sejarah atau riwayat (riwayat daerah dan perubahan daerah);
2) demografi (usia, karakteristik jenis kelamin, distribusi ras dan
distribusi etnis);
3) tipe keluarga (keluarga/bukan keluarga, kelompok
4) status perkawinan (kawin, janda/duda, single);
5) statistik vital (kelahiran, kematian kelompok usia,dan penyebab
kematian);
6) nilai-nilai dan keyakinan;
7) agama.
b. Data subsistem komunitas
Data subsistem komunitas yang perlu dikumpulkan dalam pengkajian
komunitas sebagai berikut.
1) Lingkungan fisik
Sama seperti pemeriksaan fisik klien individu, di komunitas juga
dilakukan pemeriksaan fisik lingkungan komunitas. Panca indera
yang digunakan dalam pengkajian fisik adalah inspeksi, auskultasi,
tanda-tanda vital, review sistem, dan pemeriksaan laboratorium.
2) Pelayanan kesehatan dan sosial

Pelayanan kesehatan dan sosial perlu dikaji di komunitas, yaitu


Puskesmas, klinik, rumah sakit, pengobatan tradisional, agen
pelayanan kesehatan di rumah, pusat emergensi, rumah perawatan,
fasilitas pelayanan sosial, pelayanan kesehatan mental, apakah ada
yang mengalami sakit akut atau kronis.

3) Ekonomi

Data yang perlu dikumpulkan terkait dengan ekonomi adalah,


karakteristik keuangan keluarga dan individu, status pekerja,
kategori pekerjaan dan jumlah penduduk yang tidak bekerja, lokasi
industri, pasar, dan pusat bisnis.

4) Transportasi dan keamanan


Data yang perlu dikumpulkan terkait dengan transportasi dan
keamanan adalah: alat transportasi penduduk datang dan ke luar
wilayah, transportasi umum (bus, taksi, angkot, dan sebagainya
serta transportasi privat (sumber transportasi atau transpor untuk
penyandang cacat). Layanan perlindungan kebakaran, polisi,
sanitasi, dan kualitas udara.
5) Politik dan pemerintahan

Data yang perlu dikumpulkan meliputi data pemerintahan (RT,


RW, desa/kelurahan, kecamatan, dan sebagainya), kelompok
pelayanan masyarakat (posyandu, PKK, karang taruna, posbindu,
poskesdes, panti, dan sebagainya)serta data politik, yaitu kegiatan
politik yang ada di wilayah tersebut serta peran peserta partai politik
dalam pelayanan kesehatan.

6) Komunikasi
Data yang dikumpulkan terkait dengan komunikasi dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu komunikasi formal yang meliputi
surat kabar, radio dan televisi, telepon, internet, dan hotline, serta
komunikasi informal yang meliputi papan pengumuman, poster,
brosur, halo-halo, dan sebagainya.
7) Pendidikan
Data yang terkait dengan pendidikan meliputi, sekolah yang ada
di komunitas, tipe pendidikan, perpustakaan, pendidikan khusus,
pelayanan kesehatan di sekolah, program makan siang di sekolah,
dan akses pendidikan yang lebih tinggi.
8) Rekreasi.

Data yang perlu dikumpulkan terkait dengan rekreasi yang


meliputi, taman, area bermain, perpustakaan, rekreasi umum dan
privat, serta fasilitas khusus.

c. Data persepsi
1) Tempat tinggal yang meliputi bagaimana perasaan masyarakat
tentang komunitasnya, apa yang menjadi kekuatan mereka,
permasalahan, tanyakan pada masyarakat dalam kelompok yang
berbeda (misalnya, lansia, remaja, pekerja, profesional, ibu rumah
tangga, dan sebagainya).
2) Persepsi umum yang meliputi pernyataan umum tentang kesehatan
dari komunitas, apa yang menjadi kekuatan, apa masalahnya atau
potensial masalah yang dapat diidentifikasi.
3. Validasi Data
Informasi yang dikumpulkan selama tahap pengkajian harus lengkap,
faktual dan akurat, sebab diagnosa keperawatan dan intervensi
keperawatan didasarkan informasi ini. Validasi merupakan verifikasi data
untuk mengkonfirmasi bahwa data tersebut akurat dan faktual. Validasi
data sangat membantu perawat dalam melaksanakan tugas, meyakinkan
bahwa informasi pengkajian sudah lengkap, serta data subjektif dan objektif
dapat diterima.

4. Analisis komunitas

Dalam melakukan analisis komunitas ada beberapa tahap yang perlu


dilakukan, yaitu kategorisasi, ringkasan, perbandingan, dan kesimpulan.

5. Pendokumentasian Data

Untuk melengkapi tahap pengkajian, perawat perlu mencatat data klien.


Dokumentasi secara akurat sangat penting dan dapat meliputi semua data
yang dikumpulkan tentang status kesehatan klien (komunitas). Data yang
dikumpulkan merupakan kondisi yang benarbenar yang faktual bukan
interpretasi dari perawat. (Ns. Wahyu Widagdo, 2016, hal. 134)

B. DIAGNOSA
Diagnosis adalah suatu pernyataan tentang sintesis analisis data. Diagnosis
keperawatan adalah respon manusia terhadap masalah kesehatan aktual atau
risiko dan potensial, serta perawat diberi kewenangan untuk mengatasi. Penulisan
diagnosis keperawatan kelompok dan komunitas berbeda dengan individu dan
keluarga. Menurut Freeman (1970) dalam Ervin (2008), upaya atau action
pelayanan keperawatan komunitas haruslah berlandaskan pengkajian yang akurat
yang dilakukan oleh seluruh komponen yang ada di dalam komunitas, sehingga
diagnosis keperawatan komunitas adalah kunci utama pelayanan keperawatan yang
dilakukan di komunitas. (Ns. Wahyu Widagdo, 2016, hal. 155)

C. INTERVENSI
Perencanaan terdiri atas beberapa tahapan, yaitu: (1) memprioritaskan diagnosis
komunitas; (2) menetapkan sasaran intervensi yang diharapkan; (3) menetapkan
tujuan yang diharapkan; dan (4) menetapkan intervensi keperawatan.
1. Memprioritaskan diagnosis komunitas
Perawat tidak bisa melakukan penyelesaian terhadap seluruh
diagnosis keperawatan yang telah diidentifikasi. Hal ini disebabkan
karena keterbatasan sumber daya yang ada (tenaga, dana dan waktu).
Untuk itu perlu menetapkan metode dalam memprioritaskan diagnosis
keperawatan komunitas.
Dalam menetapkan prioritas diagnosis keperawatan komunitas perlu
melibatkan masyarakat atau komunitas dalam suatu pertemuan
musyawarah masyarakat. Masyarakat atau komunitas akan
memprioritaskan masalah yang ada dengan bimbingan atau arahan
perawat kesehatan komunitas. Masyarakat atau komunitas dalam
musyawarah tersebut dapat memprioritaskan masalah tersebut dengan
menggunakan scoring. Adapun aspek yang disekor (diberi nilai) meliputi hal-
hal sebagai berikut.
a. Risiko terjadinya masalah tersebut di komunitas.
b. Risiko parah dari masalah tersebut.
c. Potensial untuk dilakukan pendidikan.
d. Minat dari masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut.
e. Kemungkinan masalah tersebut diatasi.
f. Kesesuaian dengan program pemerintah.
g. Tersedianya tempat untuk mengatasi.
h. Tersedianya waktu untuk mengatasi masalah.
i. Tersedianya dana untuk mengatasi masalah.
j. Tersedianya fasilitas untuk mengatasi masalah.
k. Tersedianya sumber daya manusia untuk mengatasi masalah.
2. Menetapkan sasaran

Setelah menetapkan prioritas masalah kesehatan, maka langkah


selanjutnya adalah menetapkan sasaran. Sasaran merupakan hasil yang
diharapkan. Dalam pelayanan kesehatan sasaran adalah pernyataan situasi ke
depan, kondisi, atau status jangka panjang, dan belum bisa diukur. Berikut ini
adalah contoh dari penulisan sasaran.

a. Meningkatkan cakupan imunisasi pada bayi.


b. Memperbaiki komunikasi antara orang tua dan guru.
c. Meningkatkan proporsi individu yang memiliki tekanan darah.
d. Menurunkan kejadian penyakit kardiovaskuler.
3. Menetapkan Tujuan.

Tujuan adalah suatu pernyataan hasil yang diharapkan dapat diukur,


dibatasi waktu, dan berorientasi pada kegiatan. Berikut ini merupakan
karakteristik dalam penulisan tujuan.

a. Menggunakan kata kerja.


b. Menggambarkan tingkah laku akhir.
c. Menggambarkan kualitas penampilan.
d. Menggambarkan kuantitas penampilan.
e. Menggambarkan bagaimana penampilan diukur.
f. Berhubungan dengan sasaran (goal).
g. Adanya batasan waktu.
4. Menetapkan rencana intervensi

Rencana intervensi dalam keperawatan komunitas berorientasi pada


promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, dan
manajemen krisis. Dalam menetapkan rencana intervensi keperawatan
kesehatankomunitas, maka harus mencakup:

a. Apa yang akan dilakukan?


b. Kapan melakukannya?
c. Berapa banyak?
d. Siapa yang menjadi sasaran?
e. Lokasinya di mana?
(Ns. Wahyu Widagdo, 2016, hal. 164)
D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap kegiatan setelah perencanaan kegiatan
keperawatan komunitas dalam proses keperawatan komunitas. Fokus pada tahap
implementasi adalah bagaimana mencapai sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya, tetapi yang sangat penting dalam implementasi
keperawatan kesehatan komunitas adalah melakukan tindakan-tindakan berupa
promosi kesehatan, memelihara kesehatan atau mengatasi kondisi tidak sehat,
mencegah penyakit, dan dampak pemulihan. (Ns. Wahyu Widagdo, 2016, hal. 174)
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan serangkaian prosedur untuk menilai suatu program dan
memperoleh informasi tentang keberhasilan pencapaian tujuan, kegiatan, hasil, dan
dampak serta biayanya. Fokus utama dari evaluasi adalah mencapai perkiraan
yang sistematis dari dampak program. Dengan demikian, evaluasi merupakansuatu
usaha untuk mengukur suatu pencapaian tujuan atau keadaan tertentu dengan
membandingkan dengan standar nilai yang sudah ditentukan sebelumnya.
Evaluasi adalah prosedur secara menyeluruh yang dilakukan dengan menilai
masukan, proses dan indikator keluaran untuk menentukan keberhasilan dari
pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Proses evaluasi dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menetapkan atau memformulasikan tujuan evaluasi, yakni tentang apa yang
akan dievaluasi terhadap program yang dievaluasi.
b. Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan keberhasilan
program yang akan dievaluasi.
c. Menetapkan cara atau metode evaluasi yang akan digunakan.
d. Melaksanakan evaluasi, mengolah dan menganalisis data atau hasil
pelaksanaan evaluasi tersebut.
e. Menentukan keberhasilan program yang dievaluasi berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan tersebut serta memberikan penjelasan-penjelasan.
f. Menyusun rekomendasi atau saran-saran tindakan lebih lanjut terhadap
program berikutnya berdasarkan hasil evaluasi tersebut. (Anwar, 2019)
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Epidemiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan
determinan kejadian penyakit dan kondisi penyakit dan kondisi kesehatan lainnya
pada populasi umum atau khusus untuk memberikan masukan kebijakan kesehatan
dalam mengontrol masalah kesehatan. Triad epidemiologi terjadi dari agen, host
(pejamu) dan lingkungan. Penyakit (disease) suatu kondisi adanya gangguan dari
struktur atau fungsi normal bagian, organ atau sistem tubuh yang dimanifestasikan
dengan sejumlah karakteristik dari gejalah dan tanda pengyakit. Sakit (ilness)
merupakan sebuah proses abnormal dimana aspek sosial, fisik, emosional atau
intelektual seseorang berada dalam kondisi dan fungsi yang menurun atau melehmah
dibandingkan dengan kondisi orang tersebut sebelumnya.

B. SARAN

Untuk mendapatkan manfaat yang sempurna dari makalah yang kelompok buat  ini,
hendaknya pembaca  memberikan kritik dan saran serta melakukan pengkajian ulang
(diskusi) terhadap penulisan sehingga dapat terhindar dari kekeliruan.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, A. (2019). Ilmu Kesehatan Masyarakat . Jakarta: Binarupa.

Eliana, S. d. (2016). Kesehatan Masyarakat . Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Ns. Wahyu Widagdo, M. S. (2016). Keperawatan Keluarga Dan Komunitas . Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia .

https://www.academia.edu/signup?a_id=34642196

diakses pada tanggal 15 febuari 2022 jam 14.00

https://www.academia.edu/8215168/konsep_sehat_sakit

diakses pada tanggal 15 febuari 2022 jam 18.00

Anda mungkin juga menyukai