Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

JEPANG

Dosen Pengampu:
Yuli Dwi Setyowati, S.Gz., M. Si

Disusun Oleh:
1. ASHILA KHALILAH 2105025008
2. HILDA FEBRIYANI 2105025012
3. PINKAN AZAHRA AIMAR 2105025028
4. SITI DEWI NURAENI 2105025033
5. NAFISAH MUFIDAH 2105025040

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jepang merupakan salah satu negara yang sangat maju di wilayah Asia. Jepang juga
dikenal sebagai negara yang memiliki kemajuan bidang teknologi yang sangat tinggi
dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Kini Jepang menjadi negara industri, elektronik
dan otomotif yang telah mendunia. Tak hanya dikenal karena negaranya yang maju, Jepang
juga memiliki beragam kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakatnya. Selain
kebudayaannya yang beragam, Jepang juga memiliki banyak makanan-makanan yang
menjadikannya sebagai ciri khas atau identitas dari negara itu sendiri.

Makanan Jepang adalah makanan yang dimasak dengan cara memasak yang berkembang
secara unik, menggunakan teknik yang sangat variatif dan menggunakan bahan makanan
yang diambil dari wilayah Jepang dan sekitarnya. Salah satunya adalah Robatayaki yang
merupakan teknik memasak yang sangat tradisional, yaitu dengan cara memanggang bahan
makanan di atas bara api yang berupa berbagai menu mentah sudah dideretkan di sepanjang
meja. Pengunjung tinggal duduk dan memilih makanan yang hendak disantap, kemudian koki
akan memasak jenis makanan yang dipilih. Robatayaki sekarang lebih kenal dengan
Teppanyaki. Sebenarnya Teppanyaki yang merupakan cara memasak yang sama Tetapi
semua menu tidak terletak di atas meja melainkan dapat dipesan terlebih dahulu kemudian
juru masak akan memasak pesannya, yang kini telah banyak di tawarkan di restoran-restoran
Jepang. Dalam melakukan teknik ini, bahan makanan yang dimasak oleh juru masak
ditunjukkan secara langsung di depan umum.

Makanan orang Jepang berbeda-beda menurut zaman, tingkat sosial, dan daerah tempat
tinggalnya. Pada umumnya, bahan-bahan masakan Jepang berupa beras, hasil pertanian
(sayuran dan kacang-kacangan), dan makanan laut. Bumbunya berupa dashi yang dibuat dari
konbu, ikan dan shitake yang ditambahkan dengan miso dan shouyu. Masakan Jepang sama
sekali tidak menggunakan bumbu berupa rempah-rempah dari biji-bijian (merica) atau cabai
yang harus dihaluskan. Masakan Jepang juga tidak menggunakan bumbu yang berbau tajam,
tetapi menggunakan kacang kedelai sebagai bahan utama dalam olahan makanannya
tergantung apa yang akan dimasak.
1.2 Tujuan

1. Mengidentifikasi sejarah makanan negara Jepang.

2. Mengidentifikasi etika makan masyarakat Jepang.

3. Mengidentifikasi pola makan masyarakat Jepang.

4. Mengidentifikasi bumbu dan rempah masakan Jepang.

5. Mengidentifikasi alat (persiapan, pengolahan, penyajian) masakan Jepang.

6. Mengidentifikasi resep makanan populer negara Jepang (maincourse dan dessert).

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Makanan Jepang

Japan Ministry of Foreign Afairs dalam website resminya menuliskan bahwa makana
n Jepang tersentral pada nasi, setelah teknik menanam padi diperkenalkan kepada Jepang seki
tar 2000 tahun yang lalu. Tradisi memakan nasi terus berkembang hingga mencapai puncakn
ya pada masa Edo (1600-1868), dan masa itu diakui sebagai masa yang paling penting dalam
menentukan identitas makanan Jepang. Sementara itu, ajaran Budha yang telah masuk ke Jep
ang sejak abad ke-6, juga aliran Zen yang banyak dianut oleh masyarakat Jepang, ikut membe
ntuk karakter makanan Jepang. Pihak istana dan pemerintah secara bertahap mengubah pola
makan menjadi vegetarian, dengan batasan pelarangan memakan hewan darat dan unggas. Al
iran Zen yang memperkenalkan Sadou banyak mempengaruhi pemilihan makanan dan penyaj
iannya agar sesuai dengan rasa teh yang dinikmati saat upacara minum teh.

Abad ke-15, teknik mengolah makanan dengan fermentasi memulai debutnya yang ke
mudian melahirkan shoyu, miso, tofu, dan produk kedelai lainnya yang tetap menjadi bahan p
enting pada makanan Jepang saat ini. Pada abad ke-16, saat terjadi Restorasi Meiji, Jepang m
ulai menerima pengaruh dari negara luar dan perubahan terjadi di sana-sini, termasuk makana
n. Pelarangan mengkonsumsi daging dihapuskan, dan jenis makanan barat mulai banyak disaj
ikan, mulai dari rumah tangga hingga restoran. Namun, kebiasaan memakan nasi tidak pernah
hilang, bahkan makanan luar yang diterima Jepang selalu melalui pertimbangan cocok atau ti
daknya disantap bersama nasi, atau diadopsi melalui penyesuaian agar pas sebagai pendampi
ng nasi.

Pada masa perang dunia kedua, untuk kepentingan penguatan sipil dan militer, pemeri
ntah Jepang saat itu mengarahkan pangan ke jenis makanan kaya protein, seperti daging dan t
elur. Makanan instan dan makanan yang diawetkan pun mulai berkembang. Namun, saat itu p
emerintah belum menentukan konsep pangan bagi masyarakat berdasarkan keseimbangan nil
ai gizi dan kalori. Mizutani menyebutkan pada tahun 1960, Jepang mencatat konsumsi daging
dan produknya mencapai 147,4 g setahun, dan meningkat menjadi 305,5 g pada tahun 1973.
Pada tahun 1973, jumlah kalori yang dikonsumsi masyarakat Jepang dari makanan mencapai
puncaknya. Sejak itu, perhatian pemerintah terhadap pangan mulai berubah. Para ibu yang m
emasak di rumah pun menginginkan adanya keseimbangan gizi bagi anak-anak dan keluarga.

Pemerintah kemudian mulai menghimbau kepada masyarakat untuk mengkonsumsi p


angan dengan jumlah kalori yang ideal dan memiliki keseimbangan gizi. Pasar dan supermar
ket diharuskan menyediakan sayur dan bahan makanan segar juga bebas pestisida. Di sisi lain,
pengaruh makanan dari luar negeri semakin tinggi, jumlah restoran yang menyediakan maka
nan barat semakin diminati, dan istilah gourmet boom mulai muncul. Gourmet boom adalah f
enomena dimana pandangan masyarakat Jepang terhadap makanan menjadi bergeser. Makan
tidak dipandang lagi sebagai kebutuhan untuk menghilangkan rasa lapar, tetapi sebagai pelen
gkap gaya hidup. Masyarakat Jepang mulai memilih makanan yang enak dan hanya memakan
yang diinginkan saja. Atmosfir seperti ini terus berlangsung seiring dengan pertumbuhan eko
nomi Jepang yang semakin pesat. Komagawa kemudian menyebutkan bahwa mengamati seja
rah perkembangan makanan Jepang dapat dilihat dari perubahan gaya hidup masyarakat, gam
baran makanan yang disajikan di rumah, sistem penyajian makanan di sekolah, dan industri
makanan.

2.2 Etika Makan Masyarakat Jepang

Jepang merupakan negara yang menjunjung tinggi sopan santun. Jepang terkenal dala
m hal budaya dan adat. Salah satunya etika makan masyarakat Jepang yang cukup unik yang
mencerminkan keseluruhan budaya. Masyarakat Jepang sangat memperhatikan etika makan k
arena setiap hal yang dikalukan dan perlengkapan yang digunakan memiliki nilai filosofis.

1. Sikap duduk ketika makan


Masyarakat Jepang biasanya akan makan dengan sikap duduk melipatkan kaki, biasan
ya disebut Seiza. Bila kamu perhatikan, dibawah kaki tersebut disediakan bantalan tipis untuk
menahan tulang bergesekan dengan lantai. Selain itu, lantainya pun dilapisi alas jerami yang
biasa disebut tatami. Jadi ga usah takut kesemutan, semua penyebab kesemutan sudah dimini
malisir
2. Oshibori
Oshibori atau handuk untuk membersihkan tangan, disediakan sebelum menyantap
makanan. Etikanya, oshibori hanya digunakan untuk tangan. Dan tidak baik bila
menggunakan Oshibori untuk membersihkan anggota badan lainnya. Setelah oshibori
digunakan, kamu harus lipatkan kembali dan simpan ditempat semula.
3. Mengucapkan “itadakimasu”
Masyarakat Jepang selalu mengucapkan “itadakimasu” dengan menempelkan kedua t
angan sebelum menyantap hidangan. Kalimat tersebut sebagai bentuk rasa syukur atas makan
an yang ada di depannya. Itadakimasu secara harfiah berarti menerima dengan rendah hati ata
u syukur menerima makanan dan bisa berfungsi sebagai ucapan selamat makan. Apapun tuju
annya, masyarakat Jepang tidak langsung melahap makanan saat di meja makan. Sebelum
menyantap makanan, masyarakat Jepang biasanya akan memuji makanan yang telah
disediakan oleh tuan rumah sebagai ungkapan terima kasih. Karena memang, makanan yang
disajikan akan dikemas sedemikian rupa agar terlihat cantik.
4. Menggunakan sumpit dengan cara yang benar

Sumpit merupakan alat utama yang digunakan di Jepang saat makan. Dalam menggun
akan sumpit di Jepang ada sejumlah etikanya. Ada beberapa aturan dalam menggunakan sum
pit saat makan, mulai dari memegang sumpit, sampai ke cara meletakkannya. Aturan tersebut
untuk menghindari orang lain merasa tidak nyaman saat makan. Sumpit harus diletakkan pad
a tempatnya. Di atas meja biasanya ada tempat untuk menaruh sumpit yang biasanya berupa t
atakan, balok kecil, atau pembungkus sumpit yang dilipat. Taruh sumpit di tempat tersebut ap
abila sedang tidak digunakan. Tidak sopan menggigit sumpit jika tidak ada makanan dan tida
k sopan juga menggerak-gerakkan sumpit saat mengobrol.

5. Memegang mangkuk

Jika sedang menyantap semangkuk nasi dan sup miso, dianggap sopan santun untuk
makan sambil memegangi mangkuk di tangan. Makan sambil memegang mangkuk di satu tan
gan dan sumpit di tangan lain dianggap membuat postur yang indah. Etika lainnya yaitu masy
arakat Jepang sensitif dengan posisi mangkuk dan sumpit saat sedang makan. Tidak diperbole
hkan menancapkan sumpit di atas mangkuk meskipun hanya sebentar. Posisi tersebut dinama
kan “tate-bashi” dan hanya dilakukan saat prosesi pemakaman. Ada posisi melintang di atas
mangkuk dinamakan “watashi-bashi” menandakan seseorang sudah selesai makan.

6. Tidak menempelkan siku di atas meja

Siku yang menempel di atas meja dianggap tidak sopan dan postur tersebut dianggap t
idak sopan dan membuat tidak nyaman bagi masyarakat Jepang.

7. Menyeruput saat makan mie dan minum teh

Menyeruput baik dilakukan ketika makan sup miso, ramen, udon, bahkan minum teh.
Suara yang dihasilkan dari menyeruput tersebut berarti menghormati dan menikmati makanan
Tetapi ketika meletakkan peralatan makan atau ketika mengunyah tetap tidak boleh bersuara
untuk tidak mengganggu kenyamanan masyarakat Jepang yang lainnya

8. Habiskan makanan yang diambil

Masyarakat Jepang tidak akan ada sisa makanan di piring atau di mangkuk karena ma
syarakat Jepang dididik untuk selalu menghabiskan makanan. Menghabiskan makanan diang
gap sebagai tindakan syukur dan berterimakasih terhadap bahan-bahan dan orang-orang yang
membuat makanan. Masyarakat Jepang makan menggunakan mangkuk dan piring kecil untuk
mengambil makanan sedikit demi sedikit tetapi habis.

9. Mengucapkan “Gochisousama Deshita”

Untuk mengakhiri sesi makan yaitu mengucapkan “gochisousama deshita”. Ucapan te


rsebut yaitu ungkapan terima kasih kepada tuan rumah yang telah menjamu atau kepada pela
yan restoran yang telah memberikan pelayanan sangat baik. Ucapan tersebut meruapakan apr
esiasi.

2.3 Pola Makan Masyarakat Jepang

Umumnya, hidangan Jepang adalah variasi dari lima makanan yang sederhana, yang
mengandung karbohidrat, vitamin, mineral, dan lemak. Jepang memiliki pola makan sendiri,
serta kaya akan makanan tradisional yang sehat, yang telah ribuan tahun diwariskan dari gene
rasi ke generasi. Masyarakat Jepang mengkonsumsi makanan dengan porsi porsi kecil. Dalam
pola makan orang Jepang, mayoritas hidangannya adalah variasi dari lima jenis makanan yan
g sederhana yang mengandung unsur gizi diantaranya dari nasi (karbohidrat) ikan dan kedelai
(protein), nori dan hijiki (mineral), buah kaki atau kesemek Jepang dan akar teratai (Renkon
Jepang) (vitamin) dan minyak ikan serta kacang-kacangan (lemak). Dalam pengolahan maka
nannya pun dilakukan, dengan cara terbaik, cukup ringan dan lembut, serta dengan teknik sed
erhana, seperti direbus, dikukus, dan mendidihkan makanan secara cepat dalam wajan. Hal in
i bertujuan untuk kesehatan dan memperoleh gizi yang seimbang.

10 Pola Makan Diet Jepang

1. Makan pelan-pelan

Orang Jepang terbiasa mengunyah makanan hingga sempurna dan makan pelan-pelan.
Dari sisi kesehatan, mengunyah makanan dengan sempurna sangat penting untuk menjaga ke
sehatan pencernaan.

2. Batasi porsi makan

Di Jepang, orang-orangnya percaya bahwa makan berlebihan tidak bagus. Masyrakat


Jepang makan makanan mereka di piring yang lebih kecil. Cara ini bisa membuat mereka mer
asa lebih cepat kenyang dan tidak tergoda menambah asupan kalori.
3. Rutin minum matcha

Mereka menjadikan teh hijau ini sebagai minuman sehari-hari. Matcha diketahui puny
a sejuta manfaat sehat. Kandungan antioksidannya yang sangat kuat bisa menyehatkan tubuh
sekaligus menjaga kecantikan kulit.

4. Rajin sarapan

Orang Jepang meyakini sarapan adalah waktu makan terpenting harian. Biasanya mer
eka menyantap menu sarapan lengkap, terdiri dari nasi putih atau bubur dengan ikan panggan
g sebagai lauknya. Ada juga pendamping sup miso. Dengan menyantap sarapan yang lengkap
mereka akan terhindar dari keinginan ngemil di siang harinya.

5. Makan sampai 80% kenyang

Orang Jepang punya prinsip makan yang terkenal, hara hachi bun me. Artinya mereka
hanya akan makan sampai 80% kenyang. Mereka menghindari makan terlalu banyak.

6. Tak banyak makan dessert

Orang Jepang tak makan dessert banyak-banyak. Mereka lebih suka mengonsumsi ma
kanan yang gurih.

7. Konsumsi banyak kedelai

Jepang punya natto, olahan kedelai fermentasi yang biasa dikonsumsi sehari-hari oleh
warganya. Mereka juga mengonsumsi banyak olahan kedelai lainnya seperti miso, tofu, dan s
usu kedelai.Kedelai mampu memasok energi sekaligus membangun otot. Tak hanya itu, kedel
ai bantu menyeimbangkan hormon dan membantu proses penurunan berat badan, dan banyak
manfaat lainnya.

8. Rajin makanan rumput laut

Selain kedelai, orang Jepang juga rutin makan rumput laut. Makanan sehat ini dinikm
ati dalam berbagai olahan, mulai dari sup hingga nori. Rumput laut kaya akan vitamin dan mi
neral. Rumput laut juga tinggi kandungan asam lemak omega 3.

9. Lebih pilih nasi dibanding roti

Nasi dianggap lebih sehat dari pada roti. Juga, roti dibuat dari tepung olahan yang dihi
ndari orang-orang Jepang untuk dikonsumsi.
10. Metode masak kukus dan tumis jadi favorit

Mereka lebih menyukai metode masak yang tak menggunakan banyak minyak. Metod
e yang jadi favorit adalah kukus, rebus, dan tumis.

2.4 Bumbu dan Rempah Masakan Jepang

Makanan Jepang dasar adalah apa yang disebut ichi ju san sai yaitu 3 macam lauk ya
ng dimakan dengan sup miso dan nasi. 3 lauk tersebut merupakan lauk utama dan 2 macam la
uk pelengkap. Ichi ju san sai ini dikembangkan oleh kaum militer Jepang pada jaman Murom
achi abad 14 hingga abad 16 yang masih terus dijadikan standard hingga sekarang. Lauk uta
ma adalah protein tinggi bukan jenis sayuran. Biasa digunakan ikan sebagai bahan utama baik
disantap mentah maupun dimasak melalui merebus, memanggang, atau yang lainnya. Salah s
atu lauk pelengkap biasanya direbus dan dibumbui, sebagai contoh adalah kentang, wortel, lo
bak, ganggang laut, atau konbu. Lauk pelengkap lainnya mungkin berupa natto (kacang kedel
ai fermentasi), tahu, kacang-kacangan yang dimasak, sayuran rebus yang direndam kaldu dan
diberi bumbu kecap asin atau cuka manis seperti berbagai acar yang paling umum adalah acar
apricot atau umeboshi. Orang Jepang sangat menyukai makanan yang bahannya diperoleh di
musim tersebut sehingga kesegaran dan rasa lezatnya terjaga. Ikan maupun sayuran akan dipi
lih yang sedang panen pada musim tersebut. Kandungan nutrisi pun sangat diperhatikan pada
pola makan ichi ju san sai. Nasi mengandung lechitin yang mampu meningkatkan kerja otak,
oligosaccharide yang menyegarkan usus, serta asam gamma amino butyric yang dapat menst
abilkan tekanan darah. Kedelai dan olahannya termasuk pasta miso yang merupakan bumbu s
up, tahu, kacang kedelai rebus maupun natto mengandung protein 35% hampir menyerupai d
aging. Selain itu juga mengandung polyphenol dan isoflavone yang bermanfaat untuk hormon
e wanita, mencegah kerapuhan tulang dan meningkatkan massa tulang, Kacang kedelai juga
memperlambat penuaan sel. Kedelai fermentasi pada mengandung asam amino yang tinggi ya
ng meningkatkan umur panjang selama berabad-abad lalu. Ikan mengandung DHA untuk me
ningkatkan kecerdasan juga mengandung EPA untuk meningkatkan sirkulasi darah. Sayuran
dan tahu serta ganggang laut semua merupakan sumber vitamin, mineral, serat, dan antioksid
an yang sangat diperlukan tubuh. Selain pola makanan dasar ini kebiasaan orang Jepang minu
m teh hijau ternyata juga sangat bermanfaat untuk hidup Panjang umur. Catechin kandungan
yang terdapat di teh hijau dapat mencegah oksidasi sel, kanker juga berbagai penyakit akibat
pola gaya hidup modern. Selain bahan masakan penggunaan bumbu tradisional juga memberi
kan rasa lezat sekaligus menambah kandungan nutrisi pada bahan masakan. Hal ini karena se
bagian besar bumbu masakan Jepang juga terbuat dari bahan bernutrisi tinggi yaitu kedelai da
n hasil ikan yang diolah melalui proses permentasi, pengeringan, perebusan dan proses lain y
ang semuanya memerlukan waktu berbulan-bulan untuk mendapatkan rasa yang optimal.

JENIS DAN PROSES PEMBUATAN CHOUMIRYO TRADISIONAL


Jenis bumbu tradisional yang akan dipaparkan pada artikel ini adalah shoyu atau kecap asin J
epang, miso yaitu bumbu dasar pembuatan sup yang berupa pasta kacang kedelai fermentasi,
konbu atau ganggang laut, dashi atau kaldu yang merupakan kunci masakan Jepang. Dashi ter
buat dari ikan, jamur shiitake, ikan kering maupun dari ganggang laut. Bumbu lain yang tak k
alah pentingnya adalah katsuo bushi atau abon ikan bonito atau ikan cakalang.

1. Miso , Miso adalah pasta bumbu yang terbuat dari kedelai, yang merupakan bumbu w
ajib untuk masakan sup Jepang, seperti shoyu.Pada setiap masakan rumahan di Jepang
sup miso atau misoshiru adalah menu keseharian yang selalu ada dan merupakan pend
ukung utama untuk bersantap. Sup ini dibuat dengan cara kaldu yang sudah jadi, diber
ikan tambahan tahu, wakame, atau bahan lain, kemudian ditambahkan pasta miso ke d
alamnya. Miso berfungsi untuk menghilangkan bau amis ikan atau daging serta meni
mbulkan rasa enak pada bahan masakan, sehingga miso ini digunakan pada masakan
yang direbus menggunakan panci di atas meja atau masakan yang direbus lama. Miso
terbuat dari kedelai yang dikukus, dihancurkan, dan digarami, kemudian dicampur de
ngan jamur koji sebagai bahan fermentasinya. Jamur koji dicampurkan pada kedelai,
beras, gandum, atau bijibijian lainnya, kemudian dibiarkan selama berbulan-bulan bah
kan setahun untuk proses fermentasi. Teknik pembuatan miso berasal dari Cina yang s
udah dikenal lebih dari 1300 tahun yang lalu. Tiga jenis utama miso yang ada di Jepan
g adalah:
a. Miso kome (campuran jamur koji dan beras)
b. Miso mugi (campuran jamur koji dan gandum mugi)
c. Miso mame (campuran jamur koji dan kacang
Miso kome merupakan miso yang paling banyak digunakan, mempunyai rasa dan war
na yang agak berlainan di tiap daerah. Masyarakat yang tinggal di daerah dingin cend
erung menyukai miso kome yang berwarna lebih gelap dengan kandungan garam yan
g lebih banyak, sedangkan Jepang wilayah selatan yang bersuhu hangat masyarakatny
a cenderung mengkonsumsi miso yang lebih muda warnanya dan rasanya pun lebih ri
ngan.
2. Shoyu, Shoyu atau kecap asin juga bumbu yang harus ada di hampir semua masakan.
Kecap asin juga terbuat dari kedelai. Kedelai, gandum, dan garam dimasukkan ke dala
m air. Kemudian ditambahkan air asin dan jamur koji, dibuat sampai menjadi bubur at
au moromi, selanjutnya akan dibiarkan beberapa bulan. Setelah proses fermentasi sele
sai bubur diperas, air yang dihasilkan direbus untuk menghilangkan bakteri. Air peras
an tersebut adalah shoyu. Ada tiga jenis shoyu yang ada di pasaran, yaitu :
a. Koi kuchi yaitu kecap asin dengan warna pekat dan rasa kuat. Jenis ini adalah jenis
yang paling populer.
b. Usu kuchi yaitu kecap asin dengan warna muda dan rasa lebih ringan. Tidak meng
ubah rasa masakan.
c. Tamari yaitu kecap asin dengan kandungan kacang kedelai yang lebih tinggi dan se
dikit kandungan garam dibandingkan dengan jenis shoyu lain

3. Dashi, Dashi atau kaldu juga merupakan kunci utama masakan Jepang. Dashi terbuat dari
kaldu ikan bonito kering, ikan kecil kering, ganggang laut konbu, jamur shiitake kering atau s
ejenisnya. Bahan kaldu ini dimasak lama untuk mengeluarkan rasa kelezatannya. Kaldu dasar
yang utama adalah dashi yang terbuat dari ganggang laut konbu dan dashi yang terbuat dari i
kan bonito kering.

a. Konbu Dashi Konbu atau ganggang laut sudah mempunyai rasa asli yang lezat. Setelah gan
ggang laut dipanen selanjutnya akan dikeringkan, biasanya hanya mengandalkan sinar matah
ari untuk proses pengeringannya. Tiga hari. Proses ini memerlukan waktu dua hingga Untuk
membuat kaldu konbu, potong konbu sesuai ukuran yang diinginkan, masukkan ke dalam pan
ci yang berisi air, kemudian panaskan hingga mendidih. Setelah mendidih keluarkan konbu.
Kaldu yang dihasilkan oleh konbu adalah kaldu yang bening, rasanya ringan sehingga cocok
untuk masakan sup suimono atau resep lain yang memerlukan kaldu yang bening.

b. Katsuo Dashi Kaldu katsuo berasal dari ikan bonito kering atau katsuo bushi atau ikan caka
lang. Ikan kering ini disebut sebagai makanan terkeras di dunia, karena menyerupai kayu. Ika
n bonito kering diserut untuk dibuat kaldu. Masukkan serutan ikan tadi ke dalam air yang sud
ah mendidih atau hampir mendidih, matikan api, diamkan sebentar kemudian angkat. Kaldu d
ari rebusan pertama ikan bonito disebut ichi ban dashi (kaldu nomer satu). Serutan ikan pada
kaldu pertama dapat digunakan kembali untuk menghasilkan ni ban dashi (kaldu nomer dua)

Katsuo bushi berasal dari ikan bonito yang dipotong potong besar untuk diambil dagingnya s
etelah dicuci. Selanjutnya potongan ikan direbus pada suhu sekitar 90 derajat agar ikan tidak
retak. Setelah proses perebusan ikan dikeluarkan dari air, tulang juga dikeluarkan, kemudian
dipotong dengan ukuran yang lebih kecil. Potongan ikan selanjutnya diasap dengan api kayu
yang menyala kecil, setelah itu didinginkan pada suhu ruang, kemudian diasap lagi, didingink
an kembali berulang hingga beberapa kali. Produk yang dihasilkan adalah arabushi. Arabushi
diserut, dibungkus dan selanjutnya bisa dikonsumsi. Namun untuk menghasilkan kaldu yang
asli masih memerlukan beberapa tahapan lagi. Arabushi harus dijemur lagi, bagian atas dan b
agian luar arabushi diserut, menghasilkan hadakabushi. Hadaka bushi kering akan disimpan d
i ruangan yang dikontrol suhu dan kelembabannya sampai tumbuh jamur aspergillus di permu
kaannya. Proses berikutnya adalah dijemur kembali, jamur berikutnya adalah dijemur kembal
i, jamur dihilangkan, disimpan kembali di ruang pengawetan, berulang kali hingga 4 kali sam
pai menghasilkan produk honbushi asli. Jamur akan mengeluarkan air pada ikan secara alami
dan perlahan-lahan sehingga ikan menjadi kering dan keras, menambah kandungan asam ami
no sekaligus menambah rasa lezat pada hasil akhir masakan.

Pada masa sekarang ini orang tidak akan repot lagi untuk membuat bumbu dasar masakan Jep
ang yang sangat Panjang pada proses pembuatannya. Mereka lebih menyukai bumbu dasar ya
ng sudah siap saji atau instan. Namun demikian perusahan-perusahaan terkenal produsen bum
bu masakan masih banyak yang melestarikan pembuatan bumbu ini secara tradisional untuk
menghasilkan umami (kelezatan) asli . Selain bumbu dasar yang telah diuraikan di atas, masi
h ada beberapa lagi choumiryo tradisional yang sering digunakan pada masakan Jepang, sepe
rti arak sake, cuka dan mirin (sake manis). Mirin mempunyai rasa yang manis, biasanya digu
nakan untuk memberikan keseimbangan rasa asin shoyu sehingga didapatkan rasa gurih. Juga
digunakan untuk mengurangi rasa asam pada cuka. Pada masakan Jepang, bumbu dengan ras
a tajam dihindari untuk menjaga rasa asli bahan masakan yang diolah. Bumbu lain yang digu
nakan adalah yang berasa atau beraroma lembut, seperti kinome (aromatic springs) dari poho
n sansho, yuzu (citrun), wasabi (Japanese horseradish), jahe, myouga, dan biji sansho kering
yang dihaluskan. Bukan hanya bahan dasar masakan yang berkualitas bagus, bumbu masakan
tradisional Jepang biasanya terdiri dari bumbu yang merupakan produk yang berasal dari ikan,
dan kedelai, beras yang mengalami proses peragian atau fermentasi. Proses yang panjang hin
gga berbulan-bulan dilakukan untuk mendapatkan rasa terbaik dari bumbu tersebut. Proses fe
rmentasi kacang kedelai menghasilkan produk miso,dan berbagai jenis shoyu. Fermentasi dar
i beras menghasilkan cuka atau su, dan arak masak (sake yang digunakan untuk bumbu), miri
n (arak manis). Proses rumit dan panjang ikan bonito menghasilkan katsuo bushi yang merup
akan bumbu dasar untuk dashi yang digunakan untuk berbagai masakan. Demikian juga gang
gang laut konbu diproses untuk menjadi bumbu dasar kaldu konbu. Masakan Jepang biasanya
mempertahankan rasa asli dari bahan asalnya bahkan beberapa dimakan mentah seperti sushi
dan sashimi. Bumbu seperti kecap asin dan miso hampir digunakan di semua masakan, bisa s
ebagai saus penyedap atau digunakan sebagai bumbu dasar sup atau masakan yang direbus.
Di negara Jepang, rempah-rempah yang sering digunakan adalah olahan wasabi, mustard,
cabe bubuk, lada hitam, lada putih, dan bumbu kari.

2.5 Alat (Persiapan, Pengolahan, Penyajian) Masakan Jepang

Alat persiapan pada makanan Jepang ada yang bernama sumpit. Sumpit berbentuk sep
erti batang kayu dan berjumlah 2 buah atau 1 pasang dengan panjang yang sama. Cara mengg
unakannya yaitu dengan menggunakan bantuan jari-jari tangan. Kegunaan sumpit adalah untu
k mengapit atau menjepit makanan yang akan dimasukkan ke dalam mulut. Kemudian, ada y
ang bernama Hashi-oki. Hashi-oki adalah sandaran sumpit yang berfungsi untuk meletakkan
sumpit agar tidak kotor, karena biasanya sumpit akan kotor apabila hanya diletakkan diatas m
eja tanpa ada alas.

Terdapat banyak sekali alat pengolahan di Jepang yang digunakan untuk memasak. Di
antara sekian banyaknya alat, salah satunya ada Makisu. Makisu merupakan alat berbentuk ti
kar penggulung yang digunakan untuk menggulung nasi saat membuat sushi. Alat ini dapat m
embuat nasi beserta isinya menjadi padat dan tidak berantakan. Selain itu, terdapat alat yang
bernama Chasen. Chasen adalah alat yang digunakan untuk mengaduk matcha atau teh hijau.
Matcha sendiri adalah bahan yang sulit larut dalam air sehingga membutuhkan Chasen saat m
elakukan proses mengaduk. Alat ini terbuat dari bambu. Alat yang ketiga yaitu Zaru. Zaru ter
buat dari bambu dan berbentuk seperti anyaman. Kegunannya yaitu untuk menyaring air pada
makanan. Di jepang, alat saringan lebih banyak menggunakan bambu, karena apabila menggu
nakan selain bambu, seperti logam, dikhawatirkan akan mempengaruhi rasa makanan.

Alat penyajian yang digunakan negara Jepang untuk menghidangkan makanannya sal
ah satunya ada yang bernama Chawan. Chawan berbentuk seperti mangkuk kecil yang berfun
gsi untuk menghidangkan nasi. Nasi yang dihidangkan merupakan nasi yang akan dimakan b
ersama dengan lauk pauk lainnya. Kedua, ada Donburi-bachi. Donburi-bachi memiliki bentuk
yang sama seperti Chawan, yaitu mangkuk. Bedanya adalah Donburi-bachi memiliki ukuran
besar dan digunakan untuk menghidangkan makanan seperti udon. Kemudian ada Chu-zara d
an Ko-zara. Kedua alat ini memiliki bentuk seperti piring. Perbedaan diantara kedua alat ini a
dalah Chu-zara memiliki ukuran sedang dan digunakan untuk menghidangkan makanan utam
a, sedangkan Ko-zara memiliki ukuran yang lebih kecil dan digunakan untuk menghidangkan
dessert ataupun lauk pauk.

2.6 Resep Makanan Populer Jepang (Sushi dan Daifuku Mochi)

Jepang memiliki berbagai macam makanan yang unik dan populer. Diantara sekian ba
nyaknya makanan khas Jepang yang diketahui, salah duanya ada Sushi dan Daifuku Mochi. S
ushi adalah makanan asal Jepang yang memiliki bentuk nasi yang dicampur oleh cuka dan ke
mudian terdapat beragam isian dan topping, seperti timun, telur dadar, ikan salmon, dan lain-l
ain. Pada umumnya beras yang digunakan untuk membuat nasi pada sushi adalah beras Jepan
g karena memiliki tekstur yang berbeda, yaitu lebih ulen dan lengket. Makanan ini dapat dija
dikan sebagai main course. Kemudian ada Daifuku Mochi. Daifuku Mochi adalah kue yang
memiliki bentuk seperti mochi serta mempunyai cita rasa manis. Makanan ini terbuat dari tep
ung beras dan berisi pasta kacang merah, serta dapat dijadikan sebagai dessert atau camilan.

 Resep yang dibutuhkan untuk membuat Sushi adalah sebagai berikut:

Bahan-bahan untuk membuat nasi:

1. 250 g beras Jepang


2. 1 potongan kecil kombu
3. 2 sdm cuka beras
4. 2 sdt gula
5. ½ sdt garam

Bahan-bahan untuk isian sushi:

1. 2 lembar rumput laut kering/nori


2. 1 buah wortel
3. 1 buah zucchini
4. ½ sdt gula pasir
5. ¼ sdt garam
6. 1 sdt wasabi
7. Air cuka
Banyaknya isian dapat ditambahkan sesuai selera. Selain yang telah disebutkan diatas, isi dan
topping untuk sushi dapat ditambahkan dengan yang lain agar lebih bervarian, seperti wortel,
telur dadar, udang, dan lain-lain.

Cara pengolahan sushi yaitu seperti berikut:

1. Masak beras menggunakan air secukupnya.


2. Setelah matang, masukkan ½ gelas cuka beras, 2 sdt gula, dan 2 sdt garam, lalu aduk
hingga merata.
3. Ambil 1 lembar rumput laut kering/nori dan letakkan diatas tikar penggulung
4. Letakan 1 genggam nasi diatas nori dan pipihkan hingga seluruh permukaan nori tertu
tup.
5. Ambil isian sesuai selera, pastikan isi tidak melebihi 1/3 bagian dari nasi.
6. Gulung perlahan.
7. Setelah digulung, potong sushi menjadi beberapa bagian.
8. Ulangi langkah diatas hingga semua bahan habis terpakai.
9. Hidangkan sushi bersama dengan wasabi dan kecap asin.

 Resep yang dibutuhkan untuk membuat Daifuku Mochi adalah sebagai berikut:

Bahan-bahan:

1. 160 gr tepung beras ketan atau tepung mochi


2. 180 ml air
3. 400 gr gula
4. Cornstarch/tepung maizena
5. Anko/pasta kacang merah

Banyaknya gram dapat disesuaikan oleh selera.

Cara pengolahan daifuku mochi yaitu sebagai berikut:

1. Campurkan tepung mochi dan air di dalam mangkuk dan aduk sampai rata.
2. Kukus adonan mochi selama 20 menit.
3. Pindahkan mochi yang sudah dikukus ke dalam panci dan masak dengan api sedang d
an tambahkan gula. Kemudian aduk rata.
4. Tambahkan sisa gula dan masak hingga gula larut. Beri waktu agar gula meleleh, teta
pi jangan sampai gula gosong.
5. Keluarkan mochi dari panci ke loyang yang sudah ditaburi dengan tepung maizena.
6. Pipihkan adonan mochi menggunakan tangan, kemudia beri pasta kacang merah secu
kupnya. Bulatkan.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sejarah makanan Jepang dimulai dari masa Edo yang merupakan masa paling penting
dalam menentukan identitas makanan Jepang, diikuti dengan ajaran Buddha dan aliran Zen
yang ikut serta membentuk karakter makanan Jepang. Seiring berkembangnya abad, mulai
muncul teknik mengolah makanan dengan fermentasi, serta mulai menerimanya negara
Jepang oleh pengaruh negara luar. Dampak yang disebabkan yaitu terjadinya perubahan,
termasuk dalam hal makanan, seperti dibolehkannya mengonsumsi daging. Seiring
berkembangnya zaman dan pertumbuhan ekonomi Jepang yang pesat, makanan Jepang
mengalami perubahan dilihat dari gaya hidup masyarakatnya serta industri makanan yang
tersedia.

Jepang terkenal akan sopan santun yang dijunjung tinggi, salah satunya dalam etika m
akan. Setiap hal yang dilakukan dan perlengkapan yang digunakan memiliki nilai filosofis.
Contoh etika makan di Jepang yaitu seperti menggunakan sumpit yang baik dan benar, sikap
duduk ketika makan, menghabiskan makanan yang diambil, cara memegang mangkuk yang
benar, dan lain-lain. Dalam pola makan pun, masyarakat Jepang mengonsumsi makanan deng
an porsi kecil. Mayoritas hidangannya adalah variasi dari lima jenis makanan yang sederhana
serta mengandung unsur gizi, diantaranya karbohidrat, protein, mineral, vitamin, dan lemak.
Dalam pengolahan makanannya pun dilakukan dengan cara terbaik, cukup ringan dan lembut,
serta dengan teknik sederhana. Hal ini bertujuan untuk kesehatan dan memperoleh gizi yang s
eimbang. Di Jepang, terdapat beberapa pola makan diet, seperti tidak memakan banyak
dessert, lebih memilih nasi dibanding roti, membatasi porsi makan, dan lain sebagainya.

Orang Jepang sangat menyukai makanan yang bahannya diperoleh di musim yang
sedang terjadi, sehingga kesegaran dan rasa lezatnya terjaga. Ikan maupun sayuran akan dipili
h yang sedang panen pada musim tersebut. Terdapat banyak sekali bumbu tradisional yang
digunakan oleh negara Jepang, seperti “miso” yang merupakan pasta bumbu yang terbuat dari
kedelai, “shoyu” atau kecap asin, dan “dashi” atau kaldu yang merupakan kunci masakan
Jepang. Di negara Jepang, rempah-rempah yang sering digunakan adalah olahan wasabi,
mustard, cabe bubuk, lada hitam, lada putih, dan bumbu kari. Selain bumbu dan rempah,
dalam memasak pun juga dibutuhkan alat. Alat pengolahan dibutuhkan untuk mempermudah
proses memasak seperti “makisu”, “chasen”, ataupun “zaru”. Selain alat pengolahan, terdapat
juga alat penyajian dan persiapan, seperti sumpit, “chawan”, “Donburi-bachi”, “Chu-zara”,
“Ko-zara”, dan lain-lain.

Sushi dan Daifuku Mochi menjadi salah satu main course dan dessert populer di
Jepang. Sushi merupakan nasi yang dicampur cuka, kemudian digulung bersama nori, serta
memiliki berbagai isian. Daifuku Mochi merupakan makanan berbentuk mochi yang berisi
pasta kacang merah dan memiliki cita rasa manis. Resep yang digunakan pun mudah. Untuk
sushi hanya perlu membutuhkan bahan-bahan seperti beras Jepang, cuka, garam, gula, nori,
wasabi, kecap asin, dan isian yang dibutuhkan, seperti alpukat, ikan salmon, timun, dan lain-
lain. Sedangkan Daifuku Mochi memerlukan bahan seperti tepung beras ketan, air, tepung
maizena, gula, dan pasta kacang merah.

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, S., & Izmayanti, D. K. (2015). Orang Jepang dan Pola Makan: Dampaknya
Terhadap Kesehatan. Abstract of Undergraduate Research, Faculty of Humanities,
Bung Hatta University, 1(3).
Becker, K. (2020). Mochi Magic: 50 Traditional and Modern Recipes for the Japanese Treat.
North Adams: Storey Publishing.

Mulya, A. T., Amanda, I., & Khair, S. R. (2020). Pengolahan Dan Penyajian Makanan
Negara Jepang. Jurnal Pendidikan Tata Boga dan Teknologi, 1(1):26-35.

Mulyadi, B. (2014). Model pendidikan karakter dalam masyarakat Jepang. Izumi, 3(1):69-80.

Noviana, F., Trahutami, S. I., ANR, E. I. H., & Rosliana, L. (2017). Pelatihan Membuat Sushi
Sebagai Salah Satu Upaya Mencetak Wirausahawan. Harmoni: Jurnal Pengabdian Kepa
da Masyarakat, 1(1):12-17.

Szwillus, M. (2007). Sushi. Silverback Books.

Trahutami, S. W. I. (2019). Choumiryou Tradisional Pada Masakan Jepang Modern.


KIRYOKU, 3(3):181-187.

Anda mungkin juga menyukai