Anda di halaman 1dari 4

Kebangkitan dunia Arab 

atau Musim Semi Arab (bahasa Inggris: The Arab Spring; bahasa


Arab: ‫الثورات العربية‬, secara harafiah Pemberontakan Arab) (lebih tepat diterjemahkan sebagai
Revolusi Arab) adalah gelombang revolusi unjuk rasa dan protes yang terjadi di dunia Arab.
Sejak 18 Desember 2010, telah terjadi revolusi di Tunisia[2] dan Mesir;[3] perang saudara di Libya;
[4]
 pemberontakan sipil di Bahrain,[5] Suriah,[6] and Yaman;[7] protes besar di Aljazair,[8] Irak,
[9]
 Yordania,[10] Maroko,[11] dan Oman,[12] dan protes kecil di Kuwait,[13] Lebanon,[14] Mauritania,[15] Arab
Saudi,[16] Sudan,[17] dan Sahara Barat.[18] Kerusuhan di perbatasan Israel bulan Mei 2011 juga
terinspirasi oleh kebangkitan dunia Arab ini.[19] Protes ini menggunakan teknik pemberontakan
sipil dalam kampanye yang melibatkan serangan, demonstrasi, pawai, dan pemanfaatan media
sosial, seperti Facebook, Twitter, YouTube, dan Skype, untuk mengorganisir, berkomunikasi,
dan meningkatkan kesadaran terhadap usaha-usaha penekanan dan penyensoran Internet oleh
pemerintah.[20] Banyak unjuk rasa ditanggapi keras oleh pihak berwajib,[21][22][23] serta milisi dan
pengunjuk rasa pro-pemerintah.[24][25][26] Slogan pengunjuk rasa di dunia Arab yaitu Ash-sha`b yurid
isqat an-nizam ("Rakyat ingin menumbangkan rezim ini").[27]

Daftar isi

 1Pengenalan
o 1.1Ringkasan protes menurut negara
 2Lihat pula
 3Catatan kaki
 4Bacaan lanjutan
 5Pranala luar

Pengenalan[sunting | sunting sumber]
Serangkaian protes dan demonstrasi di seluruh Timur Tengah dan Afrika Utara telah dikenal luas
dengan sebutan "The Arab Spring",[28][29][30][31][32][33] dan kadang "Musim Semi dan Dingin Arab",
[34]
 "Kebangkitan Arab"[35] atau "Pemberontakan Arab"[36] meski tidak semua pihak yang terlibat
dalam protes merupakan bangsa Arab. Rangkaian ini berawal dari protes pertama yang terjadi
di Tunisia tanggal 18 Desember 2010 setelah pembakaran diri Mohamed Bouazizi dalam protes
atas korupsi polisi dan perawatan kesehatan.[37][38] Dengan kesuksesan protes di
Tunisia, gelombang kerusuhan menjalar ke Aljazair, Yordania, Mesir, dan Yaman,[39] kemudian ke
negara-negara lain, dengan unjuk rasa terbesar dan paling terorganisir terjadi pada "hari
kemarahan", biasanya hari Jumat setelah salat Jumat.[40][41][42] Protes ini juga mendorong
kerusuhan sejenis di luar kawasan Arab.
Hingga Juli 2011, unjuk rasa ini telah mengakibatkan penggulingan dua kepala negara, yaitu
Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali yang kabur ke Arab Saudi tanggal 14 Januari setelah
protes revolusi Tunisia, dan di Mesir, Presiden Hosni Mubarak mengundurkan diri pada 11
Februari 2011, setelah 18 hari protes massal dan mengakhiri masa kepemimpinannya selama 30
tahun. Selama periode kerusuhan regional ini, beberapa pemimpin negara mengumumkan
keinginannya untuk tidak mencalonkan diri lagi setelah masa jabatannya berakhir.
Presiden Sudan Omar al-Bashir mengumumkan ia tidak akan mencalonkan diri lagi pada 2015,
[43]
 begitu pula Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki, yang masa jabatannya berakhir tahun 2014,
[44]
 meski unjuk rasa semakin menjadi-jadi menuntut pengunduran dirinya sesegera mungkin.
[45]
 Protes di Yordania juga mengakibatkan pengunduran diri pemerintah[46] sehingga mantan
Perdana Menteri and Duta Besar Yordania untuk Israel Marouf al-Bakhit ditunjuk sebagai
Perdana Menteri oleh Raja Abdullah dan ditugaskan membentuk pemerintahan baru.
[47]
 Pemimpin lain, Presiden Ali Abdullah Saleh dari Yaman, mengumumkan pada 23 April bahwa
ia akan mengundurkan diri dalam waktu 30 hari dengan imbalan kekebalan hukum,[48] sebuah
persetujuan yang diterima oposisi Yaman secara tidak formal pada 26 April;[49] Saleh kemudian
mengingkari persetujuan ini dan semakin memperpanjang pemberontakan di Yaman.
 Pemimpin Libya Muammar al-Gaddafi menolak mengundurkan diri dan mengakibatkan perang
[50]

saudara antara pihak loyalis dan pemberontak yang berbasis di Benghazi.[51]


Dampak protes ini secara geopolitik telah menarik perhatian global,[52] termasuk usulan agar
sejumlah pengunjuk rasa dicalonkan untuk menerima Hadiah Perdamaian Nobel 2011.
[53]
 Tawakel Karman dari Yaman merupakan salah satu penerima Hadiah Perdamaian Nobel
2011 sebagai salah seorang pemimpin penting dalam Musim Semi Arab.

Bagian dari seri artikel mengenai

Revolusi

tampil

Tipe

tampil

Metode

tampil

Sebab

tampil

Contoh

 Portal Politik

 l
 b
 s

Aljazair
Libya
Mesir
Sudan
Mauritania
—Tunisia
Maroko
Sahara
Barat
Arab Saudi
Yordania
Lebanon—
Perbatasan Israel—
Suriah
Irak
—Kuwait
—Bahrain
Oman
Yaman
      Revolusi       Perang saudara       Mengalami kerusuhan sipil dan perubahan pemerintahan       Protes dan

perubahan pemerintahan
      Protes besar       Protes kecil       Protes di luar dunia Arab

Anda mungkin juga menyukai