Anda di halaman 1dari 7

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pepaya (Carica Papaya L) merupakan tanaman daerah tropis. Tanaman ini

diperkirakan berasal dari Meksiko bagian selatan dan Nikaragua, dan masuk ke

Indonesia pada abad 17 dengan dibawa oleh pedagang-pedagang Gujarat dari India.

Sebagai tanaman tropis basah maka pepaya dapat dibudidayakan pqda suhu

mulai 15°C sampai dengan 43°C. Akan tetapi suhu yang optimal untuk pertumbuhan

pepaya berkisar antara 22°C sampai dengan 26OC. Pada penelitian yang dilakukan

terhadap kuditas pepaya varietas Solo diketahui bahwa makin rendah suhu rata-rata

di suatu lokasi tanam maka makin rendah pula kualitas buah yang dibasilkan,

sedangkan curah hujan yang sesuai untuk tanaman pepaya berkisar antara 1500-2000

mm setahun. Produksi akan semakin meningkat pada daerah yang lembab dengan

curah hujan tinggi. Lokasi ideal untuk penanaman buah pepaya adalah pada lahan

yang mempunyai pH antara 6,5-7 (Kalie, 1999).

Bogor yang terletak pada 106.48' Bujur Timur dan 6.36' Lintang Selatan

merupakan daerah perbukitan yang bergelombang dengan ketinggian antara 0 sampai

dengan >350m dari penukaan laut d e ~ g a ntype tanah terbesar bejenis l2tosal dan

rata-rata curah hujan antara 3000-4000 mrnttahun. Suhu rata-rata daerah Bogor

adalah 26°C dan suhu tertinggi 30,J°C dengan kelembaban udara rata-rata *70%

(Bappeda kota Bogor, Data Pokok Kota Bogor Tahun 2000). Dengan kondisi diatas
I

maka Bogor telah menjadi sentra produksi buah dan sayuran di Jawa Barat, Iennasuk

diantaranya menjadi sentra produksi pepaya yang memasok sebanyak 54%


produksi pepaya di Jawa Barat. Populasi terbesar tanaman pepaya terdapat di

Kecamatan Sukatani. khususnva Desa Sukatani dan Desa Sukatani. vang masuk

dalam wilavah administrasi Kabuoaten Bogor serta di Desa Cimahoar dan sekitamva

vane masuk dalam wilavah administrasi Kota Boeor denean luas areal *75 ha.

Disamping itu Bogor iuga dikenal sebagai penghasil salah satu ienis varietas pepaya

vang disebut sebaaai Pepava Cibinong. Pevava vang dihasilkan oleh ketiga desa

tersebut umumnva diiual dalam bentuk buah seear keoada aedaeane oeneumoul. dan

oedaeane uenmun~ulinilah vane kemudian mendistribusikannva keoada ~edaeane-

pedagang besar di pasar induk Jakarta, Bogor dan kota besar lainnva. Di ketiga desa

tersebut telah terbentuk Ko~erasiUsaha Bersama (KUB) vang dibentuk qleh para

netani oepava tersebut dari ke.katan usaha mereka.

Denean diberlakukannva Undane-Undane Nomor 22 Tahun 1999 tentane

Pemerintah Daerah vang memberi kewenangan yang luas kepada daerah, maka

daerah hams jeli untuk menggali dan memanfaatkan potensi dan kekayaan daerahnya

guna peninekatan keseiahteraan masvarakatnva. Peluang untuk menggarap potensi

ketiga desa tersebut terbuka dengan mengolah pepaya meniadi papain dan pektin. dua

diantara sekian banyak produk turunan pepaya yang mampu memberikan nilai

tambah yang berlipat jika dibandingkan peniualan pepaya dalam bentuk buah segar.

Enzim Papain terdapat dalam getah seluruh bagian tanaman, yaitu batang, daun

dan buah pepava muda, kecuali akar dan biii. Getah vang mengandung enzim

pemecah protein (proteolitik) tersebut disebut papain. Enzim papain sering

dipergunakan dalam berbagai industri, antara lain industri pengolahan daging,

industri pakan temak. industri kimia. industri penyamakan kulit. industri minuman
bir, industri farmasi, industri kosmetik, kain, keju, kue serta industri minuman

(Daryono. 1974).

Senyawa Pektin terkandung dalam seluruh bagian tanaman seperti akar, batang,

daun, bunga dan buah. Fungsi pektin dalam tanaman ialah sebagai perekat yang

melekatkan satu sel dengan sel lain. Perekat sel tersebut sering disebut jug? sebagai

protopektin. Pektin juga dipakai dalam berbagai industri antara lain pada indutri

makanan dan minuman, industri farmasi, kosmetika, sabun, pasta gigi, industri baja

dan perunggu, industri karet, plastik, tekstil dan film.

Apabila ditelaah dari aspek peluang pemasarannya maka baik enzim papain

maupun pektin tidak hanya dapat memasok pasar dalam negeri saja tetapi juga

pasaran luar negeri. Negara-negara pengekspor utama papain adalah India, Thailand

dan negara-negara Afn'ka Selatan, sedangkan negara-negara pengimpor utama papain

adalah Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat seperti Inggns, Belanda,

Perancis dan Jerman. Harga papain dunia saat ini berfluktuasi pada kisaran

US$ 100 - US$ 120ikg, sedangkan harga eceran pektin di Ipdonesia

* Rp. 200.0001kg (PT Agro Java Papain, 2000).


Mengingat harga pektin cukup tinggi dan teknologi pembuatannya juga relatif

sederhana dengan bahan baku dari limbah sisa sadap industri papain, mqka pada

jangka panjang pengusahaan industri papain biasanya juga diikuti dengan

pengusahaan industri pektin. Sebagai salah satu negara penghasil buah pepaya

(+ 400 tonftahun) (Kalie. 1999), Indonesia sendiri ban1 melakukan ekspor buah

pepaya dengan negara tujuan terbatas seperti Singapura, Australia, Korea Selatan,
Arab Saudi, Perancis dan Belanda, namub deinikian baik volume m a u p h liiiai

ekspord)tl itihih ssiiigdt kecif.

Kebutuhan papain dunia tiap tahun rata-rata sebesar 1000 metrik ton per tahun

dan kebutuhan tersebut tiap tahun akan terus meningkat sejalan dengan pesatnya

perkembangan industri dunia. Dari kebutuhan sebesar 1000 metrik ton tersebut barn

dapat terpenuhi oleh negara-negara penghasil papain sebesar 900 metrik ton yang

sebagian besar diantaranya dipasok dari India (daerah Bengalore), (Quenum, 2001

dan Gumbira-Sa'id, 2002).

Indonesia sendiri sebagai negara terbesar keempat penghasil pepaya, belunl optimal

dalam penanganar? bisnis papain. Terdapat beberapa industri kecil dan rumah tangga

yang mulai mencoba memanfaatkan peluang ini, namun hasilnya b e l q begitu

menggembirakan. Di Semarang misalnya PT Agro Java Papain sedang dalam uji coba

pengembangan papain dalam skala industri, bermitra dengan petani pepaya setempat

dalam pengadaan bahan mentahnya.

Menurut hasil wawancara peneliti dengan Buntoro (salah seorang direksi

PT. Gistex di Jawa Barat), PT Gistex, perusahaan tekstil terbesar kedua setelah

Texmaco juga bennaksud untuk membudidayakan pepaya dan memprosesnya

menjadi papain dengan luas lahan ya.ng direncanakan sebesar 50 ha, kini kegiata~nya

sudah sampai pada penanaman pepaya di daerah Leuwigajah (Cimahi) dan

Purwakarta.

Dengan keadaan seperti ini, maka kebutuhan industri di Indonesia terhadap

papain masih harus diimpor dari luar. Namun dengan didirikannya KUB Agropaptin

yang mau menekuni pembudidayaan pepaya dan pengolahan papain diharapkan


nantinya mampu menempatkan Indonesia dan Bogor khususnya sebagai salah satu

negara produsen papain dunia dan mampu menghela peningkatan kesejahteraan

petani pepaya di Indonesia sebagai kesatuan hulu dari kegatan tersebut.

1.2. Identifikasi Masalah

1. Terdapat kesenjangan yang cukup besar antara pasokan dan kebutuhan papain

dunia.

2. Belum dikembangkannya papain sebagai agribisnis yang mempunyai nilai

ekonomis tinggi untuk meningkatkan pendapatan petani pepaya di Bogor.

3. Belum adanya cetak biru (blue print) strategi pengembangan agribisnis papain

oleh KUB Agropaptin.

1.3. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya permasalahan yang tipbul berkaitan dengan

pengembangan agribisnis papain di kota Bogor, maka penelitian ini hanya akan

difokuskan pada perurnusan svategi pengembangan agribisnis papain di Bogor yang

akan direkomendasikan baik kepada petani pepaya yang tergabung dalam KUB

Agropaptin di ketiga desa tersebut maupun kepada Pemda Bogor sebagai pemegang

otoritas wilayah. Sebagai industri pemula banyak ha1 yang masih harus dilakukan

untuk pengembangan agribisnis papain, antara lain strategi pemasaran yang paling

optimal, manajemen transportasi, distribusi serta kajian produk yang akan

dikembangkan setelah mempertimbangkan skala ekonomisnya dengan permintaan

pasar. namun ha1 itu tidak dibahas dalam tulisan ini.


1.4. Perurnusan Masalah

Pada saat kebutuhan papain dunia makin meningkat sedangkan pasokan yang

ada kurang akan menyebabkan tejadinya kesenjangan yang pada akhimya

menyebabkan harga papain menjadi semakin tinggi dan barang akan menjadi sulit

diperoleh. Dilain fihak sebagai negara penghasil buah pepaya no. 4 terbesar dunia

yang memiliki sejumlah besar Perguruan Tinggi dan lembaga penelitian, Indonesia

belum memanfaatkan peluang tersebut.

Fenomena tersebut kemudian berusaha ditangkap oleh KUB Agropaptin yang

mendapat pendampingan dari MMA P B atas fasilitasi Direktorat Jenderal IKAH,

Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia dengan mewadahi

petani pepaya yang berada di Desa Sukatani, Sukatani dan Cimahpar, Bogor untuk

memanfaatkan peluang tersebut dengan melakukan produksi papain menggunakan

lokasi bekas kantor Koperasi Unit Desa Sukatani berdekatan dengan lokasi tanam

pepaya para petani anggotanya. Berdasarkan keterangan diatas maka permasalahan

yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang dapat mempengaruhi

kegiatan usaha KUB Agropaptin dalam pengembangan agribisnis papain.

2. Bagaimana altematif strategi pengembangan agribisnis pepain yqng tepat

dan efektif sehingga dapat menjamin kelangsungan keberadaan KUB

Agropaptin dan usahanya.

3. Strategi bisnis apa yang paling tepat dan sebailcnya diterapkan ojeh KUB

Agropaptin.
1.5. Tujuan Penlitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan ekstemal yang dapat

mempengaruhi kegiatan usaha KUB Agropaptin dalarn pengembangan

agribisnis papain.

2. Merumuskan beberapa altematif strategi bisnis yang dapat digunakan oleh

KUB Agropaptin dalam pengembangan agribisnis papain dan kelangsunganl

keberadaan operasinya.

3. Memilih formulasi strategi bisnis yang tepat dan sesuai dengan kondisi KUB

Agropaptin dan diharapkan formulasi ini dapat digunakan sebagai bahan

rekomendasi untuk dilaksanakan oleh KUB Agropaptin dimasa yang akan

datang.

Anda mungkin juga menyukai