Anda di halaman 1dari 79

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TPS

(THINK PAIR SHARE) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN


KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX SMP
PENDA TAWANGMANGU PADA MATA PELAJARAN IPS
TERPADU TAHUN AJARAN 2009/2010

SKRIPSI
Oleh
Wiwik Fetiana Indarwanti
NIM X7406009

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TPS (THINK
PAIR SHARE) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN
PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX SMP PENDA TAWANGMANGU
PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU TAHUN AJARAN 2009/2010

Oleh :
Wiwik Fetiana Indarwanti
NIM X7406009

Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Soemarsono, M.Pd Dra. Dewi Kusuma W., M.Si


NIP 1947 04 20 1975 01.1.001 NIP 1970 03 26 1998 02.2.001

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :
Tanggal :

Tim penguji skripsi


Nama terang Tanda tangan
Ketua : ..................
Sekretaris : ..................
Anggota I : Drs. Soemarsono, M. Pd. ..................
Anggota II : Dra. Dewi Kusuma W., M.Si. ..................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret.
Dekan

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd.


NIP 19600727 198702 1 001

iv
ABSTRAK

Wiwik Fetiana Indarwanti. X7406009. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN


KOOPERATIF TPS (THINK PAIR SHARE) SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS
IX SMP PENDA TAWANGMANGU PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU
TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. April 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan : (1) keaktifan siswa kelas IX
SMP Penda Tawangmagu dalam mengikuti mata pelajaran IPS Terpadu khususnya
Ekonomi melalui model pembelajaran kooperatif TPS, (2) prestasi siswa kelas IX SMP
Penda Tawangmangu dalam mengikuti mata pelajaran IPS Terpadu khususnya Ekonomi
melalui model pembelajaran kooperatif TPS.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. Subyek
penelitian ini adalah siswa kelas IX B SMP Penda Tawangmangu yang berjumlah 40
siswa. Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi antara peneliti, guru kelas dan
melibatkan partisipasi siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan
berupa : (a) observasi, (b) wawancara, (c) tes. Prosedur penelitian meliputi tahap : (a)
perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi dan interprestasi, dan (d)
analisis dan refleksi
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) penerapan model
pembelajaran kooperatif TPS dapat meningkatkan keaktifan siswa selama pembelajaran.
(2) penerapan model pembelajaran kooperatif TPS dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa

v
ABSTRACT

Wiwik Fetiana Indarwanti. X7406009. THE IMPLEMENTATION OF TPS


(THINK PAIR SHARE) COOPERATIVE LEARNING MODEL AS AN EFFORT
IN INCREASING ACTIVENESS AND ACHIEVEMENT OF NINTH GRADE
STUDENT AT SMP PENDA TAWANGMANGU IN COURSE COHESIVENESS
SOCIAL KNOWLEDGE IN THE SCHOOL YEAR OF 2009/2010. Thesis.
Surakarta: Normal School. Sebelas Maret University. April 2010.

The aim of this research is to increase: 1 the activeness of class IX B students in
SMP Penda Tawangmangu in following the Course Cohesiveness Social Knowledge in
Particular Economy through TPS cooperative learning method, 2 achievement of class
IX B students in SMP Penda Tawangmangu in attending the Course Cohesiveness Social
Knowledge in Particular Economy through TPS cooperative learning method.
This research uses class-action study approach. The subject of the research is the
student of class IX B SMP Penda Tawangmangu which are 40 students. The research is
done in a collaboration between researcher, class teacher, and also involves student’s
participation. The technique of data collection is done through activities of: a
observation, b interview, c test. The research procedure covers the steps of: a action
planning, b action implementation, c observation and interpretation, and d analysis
and reflection.
Based on the result of the research, it can be concluded that : (1) the
implementation of TPS cooperative learning model can increase the student’s activation.
(2) the implementation of TPS cooperative learning model can increase the student’s
learning achievement.

vi
MOTTO

”Dan minta tolonglah kalian dengan sabar dan sholat ....”


(Q.S. Al-Baqarah: 43)

Belajar membawa kecerdasan, kecerdasan membutuhkan ketekunan, ketekunan


mewujudkan impian.
(Choirun Anwar)

Takdir dalam selembar kertas putih kehidupan, akankah berwarna, bertinta emas ataukah
hitam, kitalah yang menentukan dan bertanggungjawab atasnya
(Penulis)

vii
PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada:


Allah SWT dan Muhammad SAW
Alm Ayahku yang sampai akhir hayatnya selalu memberikan semangat dan kasih sayang
Ibuku Tercinta yang selalu memberikan do’a dan semangat juang
Mas Yusuf yang selalu memberikan perhatian dan dorongan
Kakakku Estiyani, adikku Toni dan Keponakanku Gilang
Teman-teman seperjuangan PTN’06
SMP Penda Tawangmangu
Almamater

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan dengan baik untuk memenuhi
sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan
skripsi ini namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang
timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bantuannya penulis sampaikan terimakasih
kepada yang terhormat :
1 Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
yang telah memberikan surat ijin penyusun skripsi dan memberikan ijin guna
mengadakan penelitian.
2 Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan sosial FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah menyetujui atas permohonan ijin penulisan skripsi ini.
3 Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Tata Niaga Universitas
Sebelas Maret Surakarta, yang telah menyetujui atas permohonan ijin penulisan
skripsi ini.
4 Prof. Dr. H. Soetarno J., M.Pd selaku Pembimbing akademis yang telah membimbing
dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan kuliah selama ini.
5 Drs. Soemarsono, M.Pd selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu
dan tenaga untuk memberikan pengarahan, bimbingan, dan dorongan sehingga
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
6 Dra. Dewi Kusuma W., M.Si selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan
waktu dan tenaga untuk memberikan pengarahan, bimbingan, dan dorongan sehingga
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
7 Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Tata
Niaga pada FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan bekal
ilmu pengetahuan, sehingga dapat menunjang terselesainya skripsi ini.
8 Tim Penguji Skripsi yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk menguji
penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan ujian skripsi guna menyelesaikan studi
di bangku kuliah.

ix
9 Kepala Sekolah SMP Penda Tawangmangu yang telah memberikan ijin untuk
mengadakan penelitian.
10 Ibu Wajiningsih, S.Pd. selaku guru mata pelajaran IPS Terpadu khususnya Ekonomi
yang telah membantu pelaksanaan penelitian serta memberi semangat dan motivasi
serta wawasan kepada penulis.
11 Siswa kelas IX SMP Penda Tawangmangu yang telah bersedia berpartisipasi dalam
pelaksanaan penelitian.
12 Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah
SWT.
Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca guna dapat
memperbaiki penulisan yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan juga dunia Pendidikan.

Surakarta, April 2010

Penulis

x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ......................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK .............................................................................................. v
HALAMAN MOTTO ................................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ......................................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ............................................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 7
F. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 8

BAB II LANDASAN TEORI


A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
a Pengertian Model Pembelajaran ........................................................... 10
b Pembelajaran Kooperatif ...................................................................... 10
c Prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif ................................................ 11
d Model-model Pembelajaran Kooperatif ................................................ 13
e Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (TPS)

xi
1) Komponen Model Pembelajaran TPS (Student Teams-Achievement
Divisions) ........................................................................................ 14
2) Persiapan dalam Penggunaan Model Pembelajaran TPS
(Student Teams-Achievement Divisions)........................................ 15
3) Langkah-langkah Teknik Belajar Mengajar TPS
(Student Teams-Achievement Divisions) ........................................ 16
4) Penilaian / Skoring dalam TPS
(Student Teams-Achievement Divisions)......................................... 17
2. Hakikat Keaktifan
a. Pengertian Keaktifan ...................................................................................... 19
b. Indikator Keaktifan......................................................................................... 19
c. Jenis Aktivitas Belajar ........................................................................... 20
3. Hakekat Prestasi Belajar
a Pengertian Prestasi Belajar ................................................................... 21
b Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi ......................................... 22
c Fungsi Prestasi ...................................................................................... 22
B. Penelitian yang Relevan .................................................................................... 23
C. Kerangka Pemikiran.......................................................................................... 23
D. Hipotesis Tindakan ........................................................................................... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu ............................................................................................ 27
B. Subyek dan Obyek Penelitian ........................................................................... 28
C. Metode Penelitian ............................................................................................. 28
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 30
E. Prosedur Penelitian ........................................................................................... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Peranan Model Pembelajaran Kooperatif TPS untuk Meningkatkan Keaktifan
Siswa 38
2. Peranan Model Pembelajaran Kooperatif TPS untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa ................................................................................. 57

xii
B. Pembahasan...................................................................................................... 58
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................................................... 62
B. Implikasi ........................................................................................................... 62
C. Saran ................................................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 65
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Daftar Nilai Rata-rata Nilai Ujian Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS Kelas
IX SMP Penda Tawangmangu Tahun Pelajaran 2008/2009 ........................ 2
Tabel 2. Daftar Nilai Ujian Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS Kelas IX SMP Penda
Tawangmangu Tahun Pelajaran 2008/2009 ................................................. 2
Tabel 3. Rincian Kegiatan, Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian .............................. 23
Tabel 4. Tabel Indikator Ketercapaian........................................................................ 27
Tabel 5. Pengukuran Keaktifan Siswa Pada Aspek Visual Activities Siklus I............ 37
Tabel 6. Pengukuran Keaktifan Siswa Pada Aspek Oral Activities Siklus I .............. 39
Tabel 7. Pengukuran Keaktifan Siswa Pada Aspek Listening activities Siklus I ....... 40
Tabel 8. Pengukuran Keaktifan Siswa Pada Aspek Writing Activities Siklus I.......... 41
Tabel 9. Pengukuran Keaktifan Siswa Pada Aspek Visual Activities Siklus II .......... 48
Tabel 10. Pengukuran Keaktifan Siswa Pada Aspek Oral Activities Siklus II ............. 50
Tabel 11. Pengukuran Keaktifan Siswa Pada Aspek Listening Activities Siklus II...... 51
Tabel 12. Pengukuran Keaktifan Siswa Pada Aspek Writing Activities Siklus II ........ 52

xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran .......................................................................... 21
Gambar 2. Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ................................................... 30
Gambar 3. Grafik Visual Activities Siswa Siklus I .......................................................... 38
Gambar 4. Perbandingan Persentase Visual Activities ..................................................... 38
Gambar 5. Grafik Oral Activities Siswa Siklus I ............................................................. 39
Gambar 6. Perbandingan Persentase Oral Activities ...................................................... 39
Gambar 7. Grafik Listening Activities Siswa Siklus I...................................................... 40
Gambar 8. Perbandingan Persentase Listening Activities ............................................... 41
Gambar 9. Grafik Writing Activities Siswa Siklus I ........................................................ 42
Gambar 10. Perbandingan Persentase Writing Activities ................................................ 42
Gambar 11. Grafik Visual Activities Siswa Siklus II ....................................................... 49
Gambar 12. Perbandingan Persentase Visual Activities ................................................... 49
Gambar 13. Grafik Oral Activities Siswa Siklus II.......................................................... 50
Gambar 14. Perbandingan Persentase Oral Activities ..................................................... 50
Gambar 15. Grafik Listening Activities Siswa Siklus II .................................................. 51
Gambar 16. Perbandingan Persentase Listening Activities ............................................. 52
Gambar 17. Grafik Writing Activities Siswa Siklus II ..................................................... 53
Gambar 18. Perbandingan Persentase Writing Activities ............................................... 53
Gambar 19. Grafik nilai rata-rata kelas siswa kelas IX B................................................ 55
Gambar 20. Grafik Hasil Penelitian ................................................................................. 56
Gambar 21. Grafik Prestasi Hasil Penelitian ................................................................... 56

xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus ...................................................................................................... 63
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ......................................................... 65
Lampiran 3. Pedoman Observasi Pelaksanan tindakan ................................................ 71
Lampiran 4. Pedoman Wawancara .............................................................................. 72
Lampiran 5. Lembar Observasi Penilaian Penerapan TPS ........................................... 76
Lampiran 6. Lembar Observasi Pengukuran Keaktifan Siswa ..................................... 78
Lampiran 7. Penilaian Penerapan TPS Pra Observasi .................................................. 79
Lampiran 8. Penilaian Penerapan TPS Siklus I ............................................................ 82
Lampiran 9. Penilaian Penerapan TPS Siklus II ........................................................... 85
Lampiran 10. Hasil Wawancara (siswa) ...................................................................... 89
Lampiran 11. Hasil Wawancara (guru) ......................................................................... 105
Lampiran 12. Catatan Lapangan 1 ................................................................................ 107
Lampiran 13. Catatan Lapangan 2 ................................................................................ 109
Lampiran 14. Catatan Lapangan 3 ................................................................................ 115
Lampiran 15. Hasil Pengamatan Pada Guru Siklus I.................................................... 119
Lampiran 16. Hasil Pengamatan Pada Guru Siklus II .................................................. 122
Lampiran 17. Pembagian Kelompok siklus 1 dan 2 .................................................... 124
Lampiran 18. Materi Diskusi Siklus 1 .......................................................................... 128
Lampiran 19. Materi Diskusi Siklus 2 .......................................................................... 129
Lampiran 20. Soal Kuis Siklus 1 ................................................................................ 130
Lampiran 21. Soal Kuis Siklus 2 ................................................................................ 131
Lampiran 22. Materi Kunci Siklus1.............................................................................. 132
Lampiran 23. Materi Kunci Siklus 2............................................................................. 134
Lampiran 24. Daftar Nilai Siswa ................................................................................. 137
Lampiran 25. Gambar Penelitian .................................................................................. 138
Lampiran 26. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................................... 142
Lampiran 27. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi.............................................. 146

xvi
Lampiran 28. Surat Keputusan Dekan FKIP ................................................................ 147
Lampiran 29. Surat Permohonan Ijin Research (Kepala Sekolah SMK Sudirman I) .. 148
Lampiran 30. Surat Permohonan Ijin Research (Dekan) .............................................. 149
Lampiran 31. Surat Keterangan Penelitian ................................................................... 150

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan salah satu sektor penting yang harus ditangani oleh suatu
bangsa, karena pada hakekatnya pendidikan merupakan proses untuk membangun
manusia dalam mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala perubahan dan
permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan pembelajaran, suasana belajar dan proses belajar membantu
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sendiri.
Guru merupakan tenaga pendidik yang secara langsung terlibat dalam proses
belajar mengajar, maka guru sebagai pendidik memegang peranan penting dalam
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, guru sebagai ujung tombak peningkatan
mutu pendidikan, pengajar maupun pendidik sehingga guru dituntut untuk memiliki
berbagai kompetensi yang diperlukan agar materi yang disampaikan dapat diterima
dengan baik. Guru menggunakan strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa
menghafal fakta- fakta tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa membangun
pengetahuan di benak mereka sendiri.Model pembelajaran yang digunakan guru sangat
berpengaruh dalam menciptakan situasi belajar yang benar-benar menyenangkan dan
mendukung kelancaran proses belajar mengajar, serta sangat membantu dalam
pencapaian prestasi belajar yang memuaskan.
Kekurangaktifan siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran dapat terjadi
karena metode yang digunakan kurang melibatkan aktivitas siswa secara langsung.
Pembelajaran di kelas masih banyak didominasi oleh guru sehingga kurang mampu
membangun persepsi, minat, dan sikap siswa yang lebih baik. Kebanyakan anak didik
mengalami kebosanan dikarenakan model pembelajaran yang berpusat pada guru
sehingga kurangnya minat dan sikap siswa tersebut berdampak terhadap prestasi belajar
yang secara umum kurang memuaskan.

Sekolah adalah lembaga formal dalam dunia pendidikan sebagai wahana untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan menghasilkan sumber daya manusia yang
1

xviii
berkualitas. Oleh karena itu, pemerintah dengan berbagai upaya berusaha untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dengan memperbaharui kurikulum sesuai dengan
perkembangan zaman, menambah sarana dan prasarana pendidikan, meningkatkan
kualitas guru dan sebagainya.
SMP Penda merupakan salah satu Sekolah Menengah Pertama swasta yang
berada di Kecamatan Tawangmangu. Sekolah ini mempunyai masukan atau input prestasi
belajar yang beraneka ragam. Menurut hasil pengamatan yang dilakukan peneliti melalui
observasi kelas dan wawancara dengan guru mata pelajaran ekonomi kelas IX di SMP
Penda Tawangmangu tahun pelajaran 2008/2009 menunjukkan bahwa pencapaian
kompetensi mata pelajaran ekonomi pada IPS Terpadu siswa kurang optimal.
Tabel 1 : Daftar Nilai Rata-rata Nilai Ujian Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS
Kelas IX SMP Penda Tawangmangu Tahun Pelajaran 2008/2009
Kelas IX A IX B IX C IX D
Nilai rata- rata 67,90 66,15 68,02 67,80
Sumber 1 : Daftar Nilai Ujian Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS Kelas IX SMP Penda
Tawangmangu Tahun Pelajaran 2008/2009.
Data diatas dapat diketahui bahwa kelas IX B merupakan kelas yang paling
rendah prestasinya daripada kelas IX yang lain. Data tersebut dapat diuraikan kembali
nilai siswa IX B yaitu sebagai berikut:
Tabel 2 : Daftar Nilai Ujian Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS Kelas IX SMP Penda
Tawangmangu Tahun Pelajaran 2008/2009
NOMOR
Urut Induk NAMA SISWA NILAI
1 4803 Ade Ari Setiyawan 64
2 4804 Adi Prasetyo 64
3 4805 Adi Wibowo 71
4 4806 Aditiya Khustanti 67
5 4807 Agung Dwi Santoso 60
6 4809 Andriana 62
7 4810 Andriyanto 62
8 4811 Anita Yuliastutik 65

xix
9 4812 Asis Nurcahyanto 64
10 4813 Cahyono 64
11 4814 Diana Septianingrum 66
12 4815 Dwi Wahyuni 73
13 4816 Eko Adi Saputro 60
14 4817 Eko Jarwanto 62
15 4818 Ema Miranti 72
16 4819 Endang Tri Hastuti 65
17 4820 Ety Kristiawati 64
18 4821 Fendika Rudiawan 64
19 4822 Herlina Herlambang 68
20 4823 Krisna Ilham Saputra 77
21 4824 Maksum Mustofa 64
22 4825 Muhammad A.W.A 68
23 4826 Mujianto 62
24 4827 Nita Setianingrum 67
25 4828 Rina Intansari 64
26 4830 Siti Rohanah 64
27 4831 Sri Sugiatmi 66
28 4832 Surami 75
29 4833 Tatik Fitriana 74
30 4834 Tomi Setiawan 62
31 4835 Vicky Farid Aziz S. 68
32 4837 Wahyu Wulandari 69
33 4838 Wahyudi 65
34 4839 Waluyo 73
35 4840 Warsini 74
36 4841 Wulan Setyawati 64
37 4842 Yono 69
38 4843 Yudianto 62

xx
39 4844 Yulianto 62
40 4845 Dwi Handayani 62
Sumber : Daftar Nilai Ujian Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS Kelas IX SMP Penda Tawangmangu
Tahun Pelajaran 2008 / 2009.
Berdasarkan data diatas disimpulkan bahwa rata – rata nilai mata pelajaran IPS
kelas IX B adalah 66,20 sedangkan nilai siswa yang mendapat nilai lebih dari 70 hanya 8
anak. Masalah rendahnya prestasi belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu, peneliti
bersama guru mata pelajaran IPS Terpadu mengidentifikasi adanya minat siswa yang
masih rendah, siswa kurang termotivasi untuk belajar karena pembelajaran hanya
menggunakan model ceramah dan pembelajaran berjalan secara monoton tanpa ada
variasi tertentu. Ketiadaan variasi dalam pembelajaran membuat mata pelajaran IPS
Terpadu terasa menjemukan bagi sebagian besar siswa. Selain itu, siswa masih kurang
aktif, kecenderungan untuk berbicara dengan teman yang lain di saat proses belajar
mengajar sangat besar dan apabila diberi kesempatan untuk bertanya ataupun menjawab
materi dari guru maka siswa terlihat kurng aktif dan cenderung bersikap individual
sehingga kerjasama antar siswa masih kurang. Hal ini mengakibatkan siswa mengalami
kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka guru dan peneliti merasa perlu untuk
mengadakan penelitian terhadap strategi pembelajaran berkaitan dengan model
pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dalam hal ini, peneliti dan guru sepakat untuk
menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share). Berdasarkan
Pembelajaran Kooperatif, peneliti ingin mengembangkan model TPS untuk
meningkatkan penguasaan materi dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang
akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa dalam mengolah, mencari, dan
mendiskusikan dengan teman dalam kelompok kecil.
Satu metode yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut adalah
penerapan Think-Pair-Share (TPS). Metode ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan
rekan-rekan dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Keunggulan dari metode TPS
adalah mudah untuk diterapkan pada berbagai tingkat kemampuan berpikir dan dalam
setiap kesempatan. Siswa diberi waktu lebih banyak berpikir, menjawab, dan saling
membantu satu sama lain. Prosedur yang digunakan juga cukup sederhana. Bertanya

xxi
kepada teman sebaya dan berdiskusi kelompok untuk mendapatkan kejelasan terhadap
apa yang telah dijelaskan oleh guru bagi siswa tertentu akan lebih mudah dipahami.
Diskusi dalam bentuk kelompok-kelompok kecil ini sangat efektif untuk memudahkan
siswa dalam memahami materi dan memecahkan suatu permasalahan. Dengan cara
seperti ini, siswa diharapkan mampu bekerjasama, saling membutuhkan, dan saling
bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan judul penelitian sebagai
berikut: “PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TPS (THINK
PAIR SHARE) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI
BELAJAR SISWA KELAS IX SMP PENDA TAWANGMANGU PADA MATA
PELAJARAN IPS TERPADU TAHUN AJARAN 2009/2010”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah-masalah yang
muncul sehubungan dengan penggunaan dua metode tersebut. Beberapa masalah yang
muncul antara lain sebagai berikut :
1. Siswa tidak terlalu berminat terhadap mata pelajaran IPS Terpadu karena dirasa
kurang menarik, sehingga suara kelas cukup gaduh.
2. Guru merasa kesulitan dalam menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk
meningkatkan minat dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS Terpadu.
3. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran mata pelajaran IPS Terpadu yang biasa
dilakukan, siswa cenderung tidak mempergunakan kesempatan untuk bertanya
tentang kesulitan yang mereka hadapi.
4. Hasil belajar yang tercermin dari prestasi siswa belum menunjukkan hasil yang
maksimal, dengan ditandai nilai rata-rata kelas untuk mata pelajaran IPS Terpadu
rendah.

C. Pembatasan Masalah
1.Subyek Penelitian

xxii
Subyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian untuk diambil datanya.
Adapun yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas IX B semester I di SMP
Penda Tawangmangu Tahun Pelajaran 2009/20010.

2.Obyek Penelitian
Obyek penelitian merupakan suatu yang menjadi fokus masalah untuk diteliti.
Obyek penelitian yang dimaksud adalah :
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share).
2. Pengukuran keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu
dengan menilai proses dan hasil dari pembelajaran. Proses pembelajaran yang
dimaksudkan adalah proses kegiatan belajar-mengajar yang dilaksanakan di dalam
kelas. Sedangkan hasil yang ditingkatkan adalah prestasi belajar siswa setelah
mengikuti pembelajaran dalam satu siklus.

D. Perumusan Masalah
Untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai arah penelitian, rumusan
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)
dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IX SMP Penda Tawangmangu?
2. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IX SMP Penda Tawangmangu?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkan keaktifan kelas IX SMP Penda Tawangmangu pada mata pelajaran IPS
Terpadu melalui penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share).
2. Meningkatkan prestasi kelas IX SMP Penda Tawangmangu pada mata pelajaran IPS
Terpadu melalui penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share).

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis

xxiii
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan wawasan ilmu-
ilmu pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan kompetensi belajar siswa dan
peran serta siswa dalam proses pembelajaran.

2. Manfaat Praktis
1. Bagi sekolah yaitu sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan
metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.
2. Bagi guru memberikan berbagai manfaat pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair
Share) dalam meningkatkan peran serta siswa dalam proses belajar mengajar.
3. Bagi siswa yaitu untuk lebih meningkatkan kompetensi belajar siswa dengan
perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran

xxiv
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Prestasi Belajar
a) Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hal yang penting dalam proses belajar mengajar sebab
dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar
mengajar yang telah dilaksanakan. Cara untuk menilai kemampuan siswa diwujudkan
dalam bentuk nilai yang berdasarkan kriteria – kriteria yang telah ditetapkan.
Menurut Zaenal Arifin (2002: 3) menyatakan bahwa “Prestasi belajar adalah suatu
masalah yang bersifat potensial dalam suatu sejarah kehidupan manusia selalu mengejar
prestasi menurut bidang kemampuannya masing – masing”. Sedangkan menurut Nana
Sudjana (2000: 100) menjelaskan “Hasil yang diperoleh dari proses belajar disebut
pencapaian belajar disebut prestasi belajar.” Dengan kata lain, prestasi belajar atau
disebut pencapaian belajar adalah tingkat keberhasilan peserta didik selama mengikuti
kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah
hasil yang telah dicapai yang telah ditunjukkan dengan nilai tes dan nilai yang diberikan
guru yang bersifat potensial sebab sepanjang rentang kehidupan manusia selalu mengejar
prestasi menurut kemampuan yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, simbol
maupun kalimat.

b) Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi


Dalam proses pembelajaran, terdapat beberapa faktor yang berkaitan dengan
kesulitan belajar yang dapat berpengaruh bagi prestasi belajar siswa. Faktor-faktor
tersebut antara lain:
a. Faktor-faktor yang berasal dari dalam (internal) yaitu:
1) Siswa merasa sukar mencerna materi karena menganggap materi tersebut sulit.
2) Siswa kehilangan gairah belajar karena mendapatkan nilai yang rendah.
3) Siswa meyakini bahwa sulit untuk menerapkan disiplin diri dalam belajar.
4) Siswa mengeluh tidak bisa berkonsentrasi.
5) Siswa tidak cukup tekun untuk mengerjakan sesuatu khususnya belajar.
8
xxv
6) Konsep diri yang rendah.
7) Gangguan emosi.
b. Faktor-faktor yang berasal dari luar (eksternal), yaitu:
1) Kemampuan atau keadaan sosial ekonomi.
2) Kekurangmampuan guru dalam materi dan strategi pembelajaran.
3) Tugas-tugas non akademik.
4) Kurang adanya dukungan dari orang-orang di sekitamya.
5) Lingkungan fisik.
(A. Suhaenah Supamo, 2001: 52-57).

2.Hakikat Keaktifan
a. Keaktifan Belajar
“ Pada hakekatnya keaktifan belajar terjadi dan terdapat pada semua perbuatan
belajar, tetapi kadarnya yang berbeda-beda tergantung pada jenis kegiatannya, materi
yang dipelajari dan tujuan yang hendak dicapai “.(Oemar Hamalik, 2003: 137). Menurut
T.Raka Joni dalam A. Tabrani Rusyan, Atang Kusnidar dan Zaenal Arifin (1989:130)
menjelaskan bahwa “ hakekat Cara Belajar Siswa Aktif menunjuk pada keaktifan mental,
meskipun untuk maksud ini dalam banyak hal dipersyaratkan keterlibatan langsung
dalam berbagai keaktifan fisik”. Jadi, yang dimaksud dengan keaktifan belajar bukan
berarti peserta didik dapat melakukan kegiatan yang asal saja. Kegiatan siswa
diorientasikan pada pembekalan bagaimana belajar itu sebenarnya. Bila siswa dilatih
menyelesaikan masalah, maka mereka akan mampu mengambil keputusan karena telah
memiliki keterampilan di dalam mengumpulkan informasi dan menyadari betapa
perlunya meneliti kembali hasil belajar yang diperolehnya.

b. Jenis Aktivitas Belajar


Paul B. Dierich dalam A. Tabrani Rusyan (1989:178), menjelaskan bahwa
membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan belajar siswa yang antara lain
digolongkan sebagai berikut:
a. Visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar demonstrasi,
percobaan, mengamati pekerjaan orang lain, dan sebagainya.
b. Oral activities, seperti menanyakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi, dan
sebagainya
c. Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik
pidato, dan sebagainya.

xxvi
d. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, angket, laporan, tes, menyalin,
dan sebagainya.
e. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan
sebagainya.
f. Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model
mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.
g. Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani,
tenang, gugup dan sebagainya.

Dalam penelitian ini kegiatan belajar sebagai aspek keaktifan siswa dibatasi:
visual activities, oral activities, listening activities dan writing activities. Pembatasan ini
disesuaikan dengan mata pelajaran IPS Terpadu khususnya ekonomi.

3. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif


a) Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Joyce Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dalam tutorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
film,computer, kurikulum, dan lain-lain (Trianto, 2007: 5).
Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends, model
pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya
tujuan – tujuan pembelajaran, tahap – tahap dalam kgiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Agus Suprijono, 2009: 46)

b) Pembelajaran Kooperatif
Menurut Eggen & Kauchak (dalam Trianto, 2007: 42), “Pembelajaran kooperatif
merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara
berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama”.

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan
temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu
memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakekat sosial dan penggunaan
kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur

xxvii
kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana
keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu
sendiri (Etin Solihatin & Raharjo, 2007: 4).
Metode pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi pembelajaran di
kelas. Tidak ada kelas yang sunyi selama proses pembelajaran, karena pembelajaran
dapat dicapai ditengah-tengah percakapan antara siswa. Guru dapat menciptakan suatu
lingkungan kelas yang baru tempat siswa secara rutin dapat saling membantu satu sama
lain, guna menuntaskan bahan ajar pada akademiknya.

c) Ciri – Ciri Pembelajaran Kooperatif


Model pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Siswa belajar dalam kelompok, produktif mendengar, mengemukakan pendapat,
dan membuat keputusan secara bersama.
b. Kelompok siswa terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
c. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari berbagai ras, suku, agama,
budaya dan jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam setiap
kelompok terdapat ras, suku, agama, dan jenis kelamin yang berbeda pula.
d. Penghargaan lebih mengutamakan pada kerja kelompok daripada kerja
perorangan.
Berdasarkan ciri diatas, maka bukanlah pembelajaran kooperatif jika para siswa
duduk bersama dalam kelompok-kelompok kecil tetapi menyelesaikan masalah sendiri-
sendiri atau mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk menyelesaikan seluruh
pekerjaan kelompok.

d) Tujuan Pembelajaran Kooperatif


Menurut Ibrahim,et al. (dalam Isjoni, 2009: 27), model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai 3 tujuan utama yaitu:
1) Hasil belajar akademik
Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga
memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Model
struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil
belajar. Di samping itu, cooperative learning dapat memberi keuntungan, baik

xxviii
pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama
menyelesaikan tugas-tugas akademik.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model cooperative learning adalah penerimaan secara luas dari
orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan,
dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi
siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling
bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan
kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada siswa
keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial
penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam
keterampilan sosial.

e) Kelebihan dan Kelemahan Metode Kooperatif


Metode pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibanding
metode lain, di antaranya:
(a) Meningkatkan kemampuan siswa.
(b) Meningkatkan rasa percaya diri.
(c) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian
(d) Memperbaiki hubungan antar kelompok.
Metode pembelajaran kooperatif juga mempunyai kelemahan-kelemahan, antara
lain:
a) Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakan.
b) Bila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk.
c) Bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa dalam kelompok
mengakibatkan usaha kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya.
d) Adanya siswa yang tidak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam kelompok
belajar (Slavin, 1995:2).

Melihat kelemahan-kelemahan ini maka dalam pelaksanaan metode pembelajaran


kooperatif diperlukan seorang guru yang mampu menjadikan kondisi kelas yang kondusif
dan sepenuhnya menguasai tentang metode pembelajaran kooperatif sehingga proses
pelaksanaannya akan menjadi lancar dan siswa dapat berperan secara aktif dalam proses
pembelajaran, serta siswa dapat bersaing secara positif.

f) Model – Model Pembelajaran Kooperatif


Terdapat empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan
strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif. Diantaranya adalah

xxix
STAD, JIGSAW, Investigasi Kelompok (Teams Games Tournaments atau TGT), dan
Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head
Together (NHT). (Trianto, 2007: 49).

g) Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)


a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS)
Think-Pair-Share adalah suatu strategi pembelajaran yang tumbuh dari penelitian
pembelajaran kooperatif dan waktu tunggu Strategi Think Pair Share (TPS) atau berpikir
berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Metode pengajaran tipe Think-Pair-Share ini
dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland pada
tahun 1985.
Seperti namanya “Thinking”, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan
pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru
memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya. Selanjutnya, “Pairing”,
pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang – pasangan. Beri kesempatan
kepada pasang – pasangan itu untuk berdikusi. Diharapkan diskusi ini dapat
memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif
dengan pasangannya. Hasil diskusi intersubjektif di tiap – tiap pasangan hasilnya
dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan “Sharing”. Dalam
kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengontruksian
pengetahuan secara integratif. Peserta didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan
yang dipelajarinya (Agus Suprijono, 2009; 91)
Andaikan guru baru saja menyelesaikan suatu pengkajian singkat, atau siswa telah
membaca suatu tugas atau situasi teka-teki telah ditemukan. Guru menginginkan siswa
memikirkan secara lebih mendalam tentang apa yang telah dijelaskan atau didalami. Guru
akan membiarkan dan memberi kesempatan kepada anak didik untuk mencari dan
menemukan sendiri informasi. Untuk menggairahkan anak didik dalam menerima
pelajaran dari guru, anak didik diupayakan untuk belajar sambil bekerja dan belajar
bersama dalam kelompok.
Anak didik yang bergairah belajar seseorang diri akan semakin bergairah bila dilibatkan
dalam kerja kelompok. Tugas yang berat dikerjakan seorang diri akan menjadi mudah
bila dikerjakan bersama. Anak didik yang egois akan menyadari pentingnya kehidupan
bersama dalam hal tertentu. Anak didik untuk terbiasa menghargai pendapat orang lain

xxx
dari belajar bersama yaitu anak didik yang belum mengerti penjelasan guru akan menjadi
mengerti dari hasil penjelasan dan diskusi mereka dalam kelompok.

b. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS)


Think Pair Share yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas
Maryland yaitu bertujuan memperkenankan siswa untuk berpikir sebelum berbagi
diantara pasangan atau kelompoknya atau dengan seluruh anggota kelas. Para siswa
seringkali berharap bisa berbagi ide dalam pasangan atau kelompoknya dan kemudian
menyajikannya ke seluruh anggota kelas. Strategi ini membuat para siswa berusaha
menyajikan ide mereka dalam sebuah dialog yang saling mendukung. Berpikir dan
berbicara tentang sebuah ide juga membantu siswa merumuskan pemikiran mereka dan
mempertajam ide-idenya saat mereka saling mendengar. Pada tahap akhir, siswa yang
telah memiliki kepercayaan diri mendapatkan kesempatan untuk berbagi ide atau jawaban
dengan pasangannya, sementara siswa yang masih belum memiliki kepercayaan diri
masih memiliki kesempatan mendengarkan dari pasangannya.

c. Langkah – langkah Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS)


Guru menggunakan langkah – langkah (fase) sebagai berikut:
a. Langkah 1 : Berpikir (Thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan
pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir
sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara
atau mengerjakan bukan bagian berpikir.
b. Langkah 2 : Berpasangan (Pairing)
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang
telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan
jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila
suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu
tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
c. Langkah 3 : Berbagi (Sharing)
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan – pasangan untuk berbagi dengan
keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling
ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian
pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan. (Trianto, 2007: 61-62).

xxxi
Dalam tahapan Thinking, Pairing dan Sharing inilah, kecakapan siswa dalam
berkomunikasi yang meliputi kecakapan mendengar, berbicara, membaca maupun
menuliskan gagasan atau pendapatnya ketika pembelajaran berlangsung akan terlihat.
Adanya pemberian masalah dilakukan untuk melihat penguasaan dan pemahaman siswa
mengenai materi yang telah dipelajarinya.

d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share


(TPS)
Anita Lie (2008: 46) mengemukakan bahwa, model kelompok berpasangan
memiliki beberapa kelebihan antara lain:
1) Meningkatkan partisipasi.
2) Cocok untuk tugas sederhana.
3) Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota
kelompok.
4) Interaksi lebih mudah.
5) Lebih mudah dan cepat membentuknya.

Model Think Pair Share ini memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk
menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Selain itu, Think Pair Share juga
dapat memperbaiki rasa percaya diri. Model ini bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik.
Menurut Anita Lie (2008: 46), model kelompok berpasangan juga memiliki
beberapa kelemahan antara lain:
1) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
2) Lebih sedikit ide yang muncul.
3) Jika ada perselisihan tidak ada penengah.

Dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan Think Pair
Share (TPS) ini sangatlah sistematis sedemikian sehingga waktu yang diberikan siswa
untuk berpikir cukup banyak dan memungkinkan siswa dapat memecahkan suatu masalah
yang diberikan guru. Pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

e. Prosedur pembelajaran kooperatif tipe Berpikir-Berpasangan-Berbagi adalah


sebagai berikut:

xxxii
Adapun langkah – langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Think-
Pair-Share (TPS) pada siklus I dan siklus II secara rinci sebagai berikut:
1) Guru membuka proses belajar mengajar.
2) Guru mempresentasikan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS)
kepada siswa.
3) Guru menyampaikan materi pelajaran.
4) Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang berkaitan dengan pelajaran.
5) Guru meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri
jawaban atau masalah.
6) Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan teman sebangkunya dan
mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh selama 4 atau 5 menit.
7) Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas
mengenai permasalahan yang telah didiskusikan.
8) Guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah diajarkan dan didiskusikan
tadi.
9) Memberikan tes ujian atau kuis yang bersifat individual.
10) Memberikan waktu kepada siswa untuk mengerjakan kuis.
11) Pengumpulan kuis secara individual.
12) Pembahasan kuis.
13) Memberikan reward kepada siswa yang terbaik.
14) Guru menutup proses belajar mengajar.

Pembelajaran kooperatif mendorong siswa untuk bekerja sama dalam menemukan


penyelesaian dari suatu masalah, dan mereka mengkoordinasikan mereka agar saling
berinteraksi. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa juga mempelajari keterampilan-
keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif dimana salah satunya adalah
keterampilan berkomunikasi agar tidak mengalami kesulitan dalam memberikan
gagasannya.

B. Penelitian yang Relevan


Hasil penelitian yang relevan yang dapat mendukung dalam penelitian ini adalah
penelitian dari Rosmaini S, Evi Suryawati dan Mariani N. L (2004) yang berjudul

xxxiii
”Penerapan Pendekatan Struktural Think-Pair-Share (TPS) untuk Meningkatkan Hasil
Belajar dan Aktivitas Siswa Kelas 1.7 SLTPN 20 Pekanbaru pada Pokok Bahasan
Keanekaragaman Hewan TA. 2002/2003”. Penelitian tersebut bertujuan agar dapat
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa kelas I.7 SLTPN 20 Pekanbaru. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa meningkat yaitu daya serap
siswa 74,85% (kategori baik), ketuntasan belajar siswa 90,48% (kategori tuntas), aktivitas
siswa meningkat rata-rata 69,27% (kategori baik). Dengan demikian penerapan
pendekatan struktural Think-Pair-Share dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas
siswa.

C. Kerangka Pemikiran
1. Peranan Metode Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Dalam
Meningkatkan Keaktifan Siswa.
Pembelajaran yang selama ini dilakukan di dalam kelas belum berhasil untuk
membuat siswa lebih aktif dan menunjukkan motivasi atau ketertarikan mengikuti mata
pelajaran IPS khususnya ekonomi. Ketiadaan variasi dalam model pembelajaran
membuat pembelajaran mata pelajaran terasa menjemukan bagi sebagian siswa. Selain
itu, siswa masih terlihat kurang aktif dan cenderung bersikap individual sehingga
kerjasama antar siswa masih kurang. Siswa yang bersikap tertutup dan malu bertanya
kepada guru mengenai materi pelajaran IPS Terpadu khususnya ekonomi yang belum
dimengerti. Siswa kurang aktif selama proses pembelajaran mata pelajaran IPS Terpadu
khususnya ekonomi, ditunjukkan dengan kurangnya antusiasme siswa dalam bertanya
dan jarang terjadi diskusi kelas. Hal ini mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam
memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga berakibat rendahnya prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu khususnya ekonomi.
Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Think-
Pair-Share (TPS) diduga dapat meningkatkan peran serta siswa, sebab dalam
pelaksanaannya siswa dilibatkan secara langsung, mulai dari perencanaan, baik dalam
menentukan topik maupun cara mempelajarinya melalui investigasi. Metode
pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skill).

xxxiv
Dengan demikian siswa selau aktif dan selalu dilibatkan dalam proses pembelajaran
sehingga tercipta belajar bermakna dan siswa termotivasi untuk belajar, yang kemudian
akan dapat meningkatkan kompetensi siswa.

2. Peranan Metode Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share (TPS) Dalam


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi siswa kurang
optimal. Asumsi dasar yang menyebabkan hasil belajar ekonomi siswa kurang optimal
tersebut adalah karena metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar belum melibatkan keaktifan siswa secara keseluruhan. Metode pembelajaran
yang digunakan lebih didominasi oleh siswa yang memiliki pencapaian kompetensi
belajar ekonomi relatif tinggi. Mereka lebih aktif dalam bertanya dan menjawab
pertanyaan dari guru. Sebaliknya siswa yang mempunyai pencapaian kompetensi belajar
relatif rendah, mereka lebih pasif menerima pengetahuan dari guru tanpa berusaha untuk
mencari informasi lebih mendalam.
Pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS) akan dapat
berhasil apabila ada kerjasama antara siswa yang dituntut untuk selalu aktif dan guru
sebagai fasilitator yang memberi kemudahan dalam belajar. Guru mempersiapkan strategi
belajar yang selalu berpusat pada siswa, melakukan penilaian secara berkesinambungan
dan menyeluruh didukung fasilitas sekolah yang lengkap dan sumber belajar yang
diperlukan oleh siswa untuk membantu memahami materi yang dipelajarinya. Proses
pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS) peserta
didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit yang dapat
mereka diskusikan dengan siswa yang lain. Siswa yang aktif dalam Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) cenderung lebih aktif dalam bertanya dan menggali informasi dari guru
maupun sumber belajar yang lain sehingga cenderung memiliki pencapaian hasil belajar
yang lebih tinggi, sehingga proses pembelajaran dengan menggunakan metode TPS
diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.

xxxv
Berdasarkan alur peneitian diatas, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran
sebagai berikut:

Guru belum Prestasi belajar


Kondisi menggunakan Ekonomi rendah
awal model pembelajaran
kooperatif

Guru menggunakan
Tindakan model pembelajaran
kooperatif Think Pair Siklus I
Share (TPS)

Kondisi Akhir Siklus n

Peningkatan keaktifan siswa yang Peningkatan hasil belajar 75% siswa


ditandai dengan pencapaian batas pada tes formatif yang ditandai dengan
minimal 75% kelompok aktif dalam tercapainya nilai batas tuntas
menjalankan investigasi kelompok, keberhasilan belajar siswa yaitu: 65.
menyiapkan laporan akhir dan
presentasi hasil kerja kelompok

xxxvi
Gambar 1 : Bagan Kerangka Pemikiran

D.Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut: Melalui model pembelajaran kooperatif Think Pair
Share (TPS) dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IX SMP
Penda Tawangmangu pada mata pelajaran IPS Terpadu tahun ajaran 2009/2010.

xxxvii
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu


1. Tempat penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini penulis mengambil lokasi penelitian di SMP
Penda Tawangmangu tahun pelajaran 2009/2010, yang beralamat di Nglebak,
Tawangmangu.Alasan pemilihan sekolah dan kelas IX, karena pertama, sekolah belum
pernah digunakan penelitian sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan adanya
penelitian ulang. Kedua, guru yang mengajar mata pelajaran IPS Terpadu belum
mengenal banyak mengenai pembelajaran kooperatif. Ketiga, terdapat permasalahan
kurangnya keaktifan dan rendahnya prestasi belajar siswa kelas IX B pada mata
pelajaran IPS Terpadu.

2.Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan November 2009 sampai dengan April 2010 untuk
lebih jelasnya, rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 3 : Rincian Kegiatan, Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
Bulan
No Jenis kegiatan
Nov'09 Des’09 Jan’10 Feb’10 Mar’10 Apr’10
1 Persiapan
survey awal
sampai
penyusunan
proposal
2 Penentuan
informan,
penyiapan
peralatan dan
instrumen
3 Pengumpulan
data
4 Analisis data
5 Penyusunan
laporan
Keterangan : : minggu ke-

21xxxviii
B. Subyek Dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas IX B SMP Penda Tawangmangu
Tahun Pelajaran 2009/2010 dengan guru kolaborator guru kelas. Alasan pemilihan kelas
IX B sebagai tempat penelitian adalah karena peneliti sudah memiliki hubungan yang
cukup baik dengan siswa dan guru yang mengampu mata pelajaran IPS Terpadu
khususnya ekonomi.

2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah berbagai kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama
berlangsungnya proses belajar- mengajar yang terdiri dari :
a. Suasana belajar saat berlangsungnya proses belajar-mengajar.
b. Keaktifan siswa selama proses belajar-mengajar.
c. Prestasi belajar siswa

C. Metode Penelitian
Jenis Penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research). Berdasarkan tujuan penelitian, maka jelas penelitian ini
tidak menguji hipotesis secara kuantitatif, akan tetapi lebih bersifat untuk
mendeskripsikan data, fakta dan kegiatan yang ada.
Menurut Mulyasa (2006: 152), action research adalah kegiatan penelitian untuk
mendapatkan kebenaran dan manfaat praktis dengan cara melakukan tindakan secara
kolaboratif dan partisipasif. Kolaborasi adalah adanya kerjasama antara berbagai disiplin
ilmu, keahlian, dan profesi dalam memecahkan masalah. Partisipasif adalah dilibatkannya
khalayak sasaran dalam mengidentifikasi masalah, merencanakan, melaksanakan
kegiatan, dan melakukan penilaian akhir.

Pendekatan yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc Taggar dalam


Kasihani Kasbolah (2001) yang berupa model spiral. Dalam perencanaan, kemmis
menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan,
pengamatan, refleksi dan perencanaan kembali sebagai dasar untuk suatu ancang-ancang
masalah.

xxxix
D. Teknik Pengumpulan Data
Suatu penelitian akan berhasil atau tidak tergantung pada tepat atau tidaknya data
yang dikumpulkan dan digunakan dalam analisis data yang tepat dengan subjek
penelitian, maka diperlukan instrumen pengumpulan data yang tepat pula. Sesuai dengan
masalah yang diteliti, maka dalam penelitian ini menggunakan metode observasi,
wawancara, dokumentasi dan tes hasil belajar.

1. Metode Observasi
Menurut Nana Syaodih (2006:220)”observasi (observation) atau pengamatan
merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”. Tujuan dari observasi adalah
untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat
diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan. Observasi dapat dilakukan
secara partisipatif ataupun nonpartisipatif. Observasi dilaksanakan oleh peneliti dengan
mengamati proses pembelajaran di kelas saat guru tengah memberikan materi pelajaran.
Observasi dalam penelitian ini adalah observasi nonpartisipatif karena peneliti tidak ikut
serta dalam kegiatan hanya berperan sebagai pengamat pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif Think Pair Share (TPS). Data yang dikumpulkan dalam pengamatan adalah
penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS).

2. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas
terlihat dari sudut pandang yang lain. Menurut Nana Syaodih (2006:216) wawancara atau
interviu (interview) ditujukan untuk memperoleh data dari individu dan dilaksanakan
secara individual. Beberapa bentuk wawancara antara lain :
a. Wawancara terstruktur adalah apabila bahan wawancara sudah dipersiapkan terlebih
dahulu.
b. Wawancara setengah berstruktur, adalah bentuk wawancara yang sudah disisipkan
terlebih dahulu, akan tetapi memberikan keleluasaan untuk menerangkan lebih jauh,
namun tidak langsung pada topik bahasan, atau mungkin mengajukan topik bahasan
sendiri selama wawancara berlangsung.

xl
c. Wawancara tidak berstruktur, prakarsa untuk memilih topik bahasan diambil oleh
responden.

Dalam penelitian ini yang diterapkan adalah pedoman wawancara terstruktur.


Wawancara yang dilakukan peneliti berfokus pada siswa dan guru. Teknik ini digunakan
untuk memperoleh data dari informan mengenai kesulitan yang dialami dalam
pembelajaran mata pelajara IPS Terpadu serta faktor-faktor penyebabnya, serta untuk
mengetahui tanggapan dan harapan siswa mengenai model pembelajaran yang diterapkan
oleh guru.

3. Dokumentasi
Cara lain untuk memperoleh data dari responden adalah menggunakan teknik
dokumentasi. Dokumentasi merupakan upaya untuk memberikan gambaran bagaimana
sebuah penelitian tindakan kelas dilakukan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan mengambil
gambar kegiatan para siswa dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran saat penelitian
dilaksanakan. Data yang dihasilkan dari kegiatan ini berupa gambar atau foto kegiatan
pembelajaran.

4. Tes Hasil Belajar


Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa
berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan
pengajaran. Tes berupa kuis yang dilaksanakan setelah pertemuan ke satu atau dua.

E. Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilakukan oleh peneliti
direncanakan dalam tiga kali pertemuan dalam satu siklus . Kegiatan yang akan
dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan Tindakan
a. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
Menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi: rencana pelaksanaan
pembelajaran dan silabus mata pelajaran ekonomi, merancang strategi dan
skenario pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Think-

xli
Pair-Share (TPS) dimana siswa dapat mendengar, melihat, mendiskusikan, dan
menerapkan topik pembelajaran.
b. Menyusun instrumen penelitian dan menetapkan indikator ketercapaian.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Lembar
observasi tersebut digunakan untuk mengetahui suasana belajar saat
berlangsungnya proses belajar mengajar dengan adanya penerapan model
pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS) dan mengetahui keaktifan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung baik pada siklus I maupun siklus
selanjutnya dengan materi mengenai APBN dan APBD.
Tabel 4. Indikator Ketercapaian
Aspek Presentase Cara Mengukur
Ketercapaian
Keaktifan siswa dalam kelas yang 75% mencapai Diamati saat
ditujukkan dengan indikator pembelajaran dengan
1) Meningkatnya Visual activities. keaktifan menggunakan lembar
seperti membaca, memperhatikan. observasi oleh peneliti
2) Meningkatnya Oral activities, dan dihitung dari
seperti merumuskan, bertanya, jumlah siswa yang
mengeluarkan pendapat, memberi menampakkan
saran. kesungguhan dalam
3) Meningkatnya Listening mengikuti mata
activities, seperti mendengarkan pelajaran IPS Terpadu
uraian, mendengarkan pendapat khusunya ekonomi
siswa lain dalam diskusi
4) Meningkatnya Writing activities,
seperti merangkum
Peningkatan prestasi belajar siswa 75% dari Dilihat dari nilai kuis
ditunjukkan dengan siswa yang jumlah siswa yang dilaksanakan
memperoleh nilai minimal 65 lebih mencapai nilai setiap akhir periode
dari 75 % jumlah siswa di atas batas
tuntas belajar,
yaitu 65

c. Menyiapkan sumber bahan yang sesuai dengan standar kompetensi dan


kompetensi dasar.
Materi pokok yang digunakan dalam model pembelajaran Think-Pair-Share
(TPS) untuk sikus I dan siklus berikutnya adalah: APBN dan APBD.

xlii
Kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah: Mendeskripsikan kebijakan
pemerintah di bidang fiskal. Indikator :
 Mendeskripsikan pengertian pajak
 Mengidentifikasi pajak dan pungutan resmi lainnya sebagai sumber
pendapatan negara dan daerah
 Menghitung pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan
d. Menyiapkan media pembelajaran yang sesuai dengan skenario pembelajaran
berupa white board,spidol dan LKS.
e. Mendesain alat evaluasi berupa soal tes untuk mengetahui tingkat hasil belajar
siswa setelah adanya pelaksanaan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS).
2. Pelaksanaan Tindakan
Keseluruhan tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa yang sebelumnya dirasakan kurang
menarik dan kurang maksimal. Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai pengajar
adalah guru mata pelajaran IPS Ekonomi (Wajiningsih, S. Pd). Pada tahap ini dilakukan
suatu tindakan untuk menghasikan adanya peningkatan dalam proses pembelajaran yang
berupa pembelajaran menjadi lebih efektif, siswa menjadi lebih aktif dan hasil belajar
meningkat. Hal – hal yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan implementasi
model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) yang telah disusun oleh peneliti.
Adapun langkah – langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Think-
Pair-Share (TPS) pada siklus I dan siklus berikutnya secara rinci sebagai berikut:
1. Guru membuka proses belajar mengajar.
2. Guru mempresentasikan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS)
kepada siswa.
3. Guru menyampaikan materi pelajaran.
4. Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang berkaitan dengan pelajaran.
5. Guru meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri
jawaban atau masalah.
6. Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan teman sebangkunya dan
mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh selama 4 atau 5 menit.

xliii
7. Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas
mengenai permasalahan yang telah didiskusikan.
8. Mengumumkan hasil diskusi dan memberikan reward kepada siswa.
9. Guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah diajarkan dan didiskusikan
tadi.
10. Memberikan tes ujian atau kuis yang bersifat individual.
11. Memberikan waktu kepada siswa untuk mengerjakan kuis.
12. Pengumpulan kuis secara individual.
13. Guru menutup proses belajar mengajar.

3. Observasi
Bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan, peneliti melakukan observasi
terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan dari penerapan model pembelajaran kooperatif
Think Pair Share (TPS). Observasi merupakan proses perekaman dengan mengamati
semua peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama penelitian tindakan kelas berlangsung.
Tujuan dari observasi tersebut adalah untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan
tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan menghasilkan perubahan yang
diinginkan.
Peneliti bertugas sebagai pengamat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Fokus
pengamatan ditekankan pada implementasi pembelajaran kooperatif Think Pair Share
(TPS) terhadap kualitas pembelajaran secara menyeluruh yang meliputi:
a. Kondisi atau suasana belajar pada saat proses belajar mengajar.
b. Prestasi belajar siswa.
c. Keaktifan siswa saat proses belajar mengajar.
d. Kemampuan mengerjakan soal diskusi.
e. Tanggapan siswa terhadap strategi pembelajaran dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS).

4. Analisis dan Refleksi


Kegiatan refleksi ini mencakup analisis, interpretasi dan evaluasi atas informasi
yang diperoleh dari kegiatan observasi hendaknya harus secepatnya dianalisis dan

xliv
diinterpretasi (diberi makna) sehingga dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan
mencapai tujuan interpretasi (pemaknaan) hasil observasi ini menjadi dasar untuk
melakukan evaluasi sehingga dapat disusun langkah – langkah berikutnya dalam
pelaksanaan tindakan.
Berdasarkan pelaksanaan tahap observasi dan evaluasi sebelumnya, data yang
diperoleh selanjutnya menjadi bahan refleksi bagi peneliti untuk perbaikan metode
pembelajaran materi berikutnya (pada sikus n). Salah satu aspek penting dari kegiatan
refleksi ini adalah melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan
tindakan.

Secara skematis prosedur penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Perencanaan
permasalahan Tindakan I
Pengamatan /
Pengumpulan Data
Siklus I Refleksi I I

Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan


baru hasil Tindakan n Tindakan n
refleksi
xlv
Siklus n
Pengamatan /
Refleksi n Pengumpulan Data
n

Apabila
permasalahan belum Dilanjutkan ke siklus berikutnya
terselesaikan

(Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2006)


Gambar 2 : Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Adapun prosedur Penelitian Tindakan Kelas secara rinci adalah :


a. Siklus pertama
1) Merencanakan tindakan yang dilakukan pada siklus I
2) Melaksanakan observasi atau pengamatan terhadap tindakan atau pelaksanaan
pembelajaran (KBM) antara guru-siswa dengan materi APBN dan APBD.
3) Membuat refleksi atau tindakan pada siklus I oleh peneliti dan guru.
4) Melakukan revisi atau perbaikan oleh peneliti.

b. Siklus ke - n
Apabila indikator hasil yang ditetapkan pada siklus I belum dapat tercapai dengan
baik, maka perlu dilakukan penyempurnaan, yaitu dengan melakukan
pembelajaran siklus n.
1) Merencanakan tindakan pada siklus n yang mendasarkan pada revisi atau
perbaikan pada siklus I
2) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah diperbaiki pada
siklus sebelumnya (siklus I) wujudnya berupa peningkatan keaktifan dan
prestasi belajar siswa.

xlvi
3) Melaksanakan observasi atau pengamatan terhadap tindakan atau pelaksanaan
pembelajaran (KBM) guru-siswa.
4) Melakukan revisi atau perbaikan oleh peneliti.

xlvii
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian


1. Peranan Model Pembelajaran Kooperatif TPS untuk Meningkatkan Keaktifan
dan Prestasi Siswa
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan proses pembelajaran sebelum diterapkan
model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) terdapat beberapa permasalahan.
Permasalahan yang muncul tersebut adalah kurangnya partisipasi siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar di kelas dan pencapaian prestasi belajar yang kurang optimal.
Kegiatan siswa di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung hanya
mendengarkan penjelasan dari guru dan mencatat penjelasan dari guru apabila diminta.
Selama KBM siswa cenderung pasif dan hanya terdapat beberapa siswa yang bertanya
kepada guru dan umumnya siswa tersebut adalah siswa yang pandai.
Mata pelajaran IPS Terpadu khususnya Ekonomi siswa dihadapkan pada banyak
konsep dan fakta, maka ada pemikiran untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif
dalam pembelajaran IPS Terpadu khususnya Ekonomi kelas IX SMP Penda
Tawangmangu agar prestasi belajar siswa meningkat. Pembelajaran kooperatif lebih
sering menekankan partisipasi siswa. Pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS)
berbeda dengan metode diskusi yang biasanya dilaksanakan di kelas, karena
pembelajaran kooperatif TPS menekankan pembelajaran pada kelompok kecil. Pada
model TPS siswa belajar dan bekerja sama dengan teman sebangkunya untuk mencapai
tujuan yang optimal.
Dengan pembelajaran kooperatif TPS siswa menjadi lebih bersemangat dalam
mengikuti KBM sebab siswa dapat bekerja sama atau berdiskusi dengan teman
sebangkunya dalam menyelesaikan permasalahan dalam KBM, siswa juga dapat
mengeluarkan pendapatnya, dan tidak malu lagi untuk bertanya jika ada materi yang
belum jelas. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk aktif mengikuti KBM mulai
dari kegiatan berdiskusi dan melakukan presentasi.
Model pembelajaran kooperatif TPS memiliki beberapa kelebihan. Pertama,
optimalisasi partisipasi siswa karena memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk

xlviii
menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain Kedua, model ini mengajarkan
kepada siswa untuk lebih mandiri dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan sehingga
dapat membangkitkan rasa percaya diri siswa. Ketiga, adanya diskusi dalam bentuk
kelompok-kelompok kecil sehingga sangat efektif untuk memudahkan siswa dalam
memahami materi dan memecahkan suatu permasalahan.
Dalam kegiatan belajar mengajar sebelum adanya model pembelajaran kooperatif
Think Pair Share (TPS) peneliti mendapatkan beberapa temuan antara lain :
a. Proses belajar mengajar di kelas masih didominasi dengan kegiatan mendengarkan
penjelasan guru dan mencatat materi pelajaran yang diberikan oleh guru.
b. Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa cenderung pasif, jarang sekali
ada siswa yang bertanya maupun mengeluarkan pendapat tentang materi yang
disampaikan.
Berdasarkan data awal prestasi siswa yang diperoleh dari guru menunjukkan
bahwa ketercapaian prestasi siswa masih kurang optimal. Oleh karena itu, sebagai tindak
lanjut observasi awal, untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa, peneliti
menerapkan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS).

a. Penelitian Siklus I
1) Perencanaan Tindakan
a) Menyiapkan Perangkat Pembelajaran
Peneliti dibantu guru menyiapkan silabus mata pelajaran IPS Terpadu- Ekonomi kelas
IX, kemudian peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang lengkap
dengan skenario pembelajaran. Setelah itu, peneliti mendiskusikannya dengan guru
selaku pengajar yang akan menerapkan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share
(TPS). Siklus I direncanakan akan dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Skenario
pembelajaran yang direncanakan adalah sebagai berikut.:
Pertemuan I, Sabtu, 16 Januari 2010
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
Kegiatan :
1) Salam pembuka, mengabsen siswa dan apersepsi
2) Sosialisasi model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS)

xlix
3) Pengulangan sedikit materi yang terdahulu
4) Penjelasan materi diselingi tanya jawab dengan siswa
5) Penutup
Pertemuan II, Sabtu, 23 Januari 2010
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
Kegiatan :
1) Salam pembuka dan mengabsen siswa
2) Pembentukan kelompok
3) Diskusi kelompok
4) Presentasi tiap kelompok
5) Kesimpulan dari guru
6) Penutup
Pertemuan III, Sabtu, 30 Januari 2010
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
Kegiatan :
1) Salam pembuka dan mengabsen siswa
2) Pembagian soal kuis
3) Pengerjaan kuis individu oleh siswa
4) Pengumpulan kuis
5) Pembahasan soal kuis
6) Pemberian reward kepada siswa terbaik
7) Penutup
b) Menyiapkan Instrument
Peneliti menyiapkan instrument penelitian, yang terdiri dari lembar observasi
mengenai model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) untuk mencatat hasil
pengamatan kegiatan siswa dari awal sampai akhir pembelajaran.
c) Menyiapkan materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar.
d) Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan skenario
pembelajaran.

l
e) Mendesain alat evaluasi berupa soal kuis untuk mengetahui tingkat prestasi
belajar siswa setelah adanya pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Think
Pair Share (TPS).

2) Pelaksanaan Tindakan I
Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, seperti yang telah
direncanakan, yaitu tanggal 16, 23, dan 30 Januari 2010 di ruang kelas IX B SMP Penda
Tawangmangu. Pertemuan dilaksanakan selama 6 x 45 menit sesuai dengan skenario
pembelajaran dan RPP.
Materi pada pelaksanaan tindakan I ini adalah kebijaksanaan pemerintah di
bidang fiskal. Pada pertemuan pertama, guru menjelaskan materi tentang kebijakan fiskal
dan perpajakan, kemudian pada pertemuan kedua, siswa diminta untuk melaksanakan
diskusi dan presentasi dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS).
Pertemuan ketiga diisi dengan evaluasi belajar siswa dari siklus I.
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut :
Pertemuan ke-1 (Siklus I), Sabtu, 16 Januari 2010
1. Pada awal pelaksanaan tindakan, guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam, mengabsen siswa dan apersepsi.
2. Guru memberikan penjelasan tentang model pembelajaran kooperatif
Think Pair Share (TPS), hal ini bertujuan agar siswa tidak mengalami
kebingungan selama proses pembelajaran yaitu diskusi dan presentasi.
3. Guru memberikan penjelasan materi tentang arti kebijakan fiskal,
kebijakan fiskal dan perpajakan.
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
materi yang belum dimengerti serta melakukan tanya jawab dengan siswa.
5. Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan
diskusi tentang materi yang telah dibahas dengan model pembelajaran
kooperatif Think Pair Share (TPS), sehingga siswa-siswa disuruh belajar
dan mempersiapkan diri.
6. Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah dibahas.
7. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

li
Pertemuan ke-2 (Siklus I), Sabtu, 23 Januari 2010
1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengabsen siswa dan
mengingatkan kembali secara singkat mengenai proses pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS).
2) Guru merapikan tempat duduk siswa dan menyuruh siswa agar berpasangan
serta mengisi tempat duduk kosong yang ada di depan.
3) Guru memberikan soal/ permasalahan kepada setiap kelompok untuk
didiskusikan.
4) Guru menyuruh masing-masing siswa agar memikirkan sendiri dahulu
mengenai jawabannya sebelum disikusikan dengan temannya sekitar 2 menit.
5) Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangkunya
mengenai permasalahan yang diajukan tadi sekitar 5 menit.
6) Setelah selesai berdiskusi, guru mengarahkan kelompok-kelompok tadi untuk
melakukan presentasi di depan kelas diselingi tanya jawab dengan siswa.
Demikian seterusnya sampai setiap kelompok telah melakukan presentasi.
7) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah dibahas.
8) Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan selanjutnya akan diadakan
kuis individu sehingga siswa disuruh agar giat belajar.
9) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
Pertemuan ke-3 (Siklus I), Sabtu, 30 Januari 2010
1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam serta mengabsen siswa.
2) Guru merapikan tempat duduk siswa dan menyuruh siswa agar mengisi
tempat duduk yang kosong yang ada di depan.
3) Guru menyuruh siswa agar mengeluarkan segala buku yang berhubungan
dengan materi pelajaran untuk dikumpulkan di depan agar mereka bisa
mengerjakan sesuai dengan kemampuan mereka sendiri.
4) Guru membagikan soal kuis kepada siswa dan menyuruh siswa untuk segera
mengerjakannya.
5) Guru memperingatkan siswa bahwa jangan ada kerjasama dan ramai serta
mengerjakan soal dengan rapi.
6) Setelah waktu habis, jawaban segera dikumpulkan dan tidak boleh ramai.

lii
7) Guru mengulas jawaban dari kuis tadi agar siswa mengetahui letak
kesalahannya.
8) Guru mengumumkan hasil kuis dan memberikan reward kepada siswa yang
mendapatkan nilai terbaik.
9) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

3). Observasi dan Interprestasi


Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dengan berpedoman pada lembar
observasi yang telah disusun. Observasi dilakukan untuk mengetahui keaktifan siswa
dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif TPS yang diterapkan. Observasi dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, selama observasi berlangsung guru memantau
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif TPS serta membantu siswa yang kurang
paham terhadap tugas yang mereka kerjakan berkaitan dengan materi yang dibahas. Guru
juga melakukan penilaian terhadap keaktifan siswa.
Berikut ini adalah hasil observasi penerapan model pembelajaran kooperatif TPS :
a) Visual Activities
Tabel 5: Tabel Pengukuran Keaktifan Siswa Pada Aspek Visual Activities Siklus I
PERSENTASE (%) Keterangan
KRITERIA SEBELUM SIKLUS I
BS 0 0 BS : Baik Sekali
B 5 15 B : Baik
C 35 67,50 C : Cukup
K 47,50 17,50 K : Kurang
KS 2,5 0 KS : Kurang Sekali

liii
VISUAL ACTIVITIES
80
60
40 (%) Sebelum
20 (%) Siklus I
0
BS B C K KS

Gambar 3 : Grafik Visual Activities Siswa Siklus I

VISUAL ACTIVITIES
100%

(%) Sebelum
50%
(%) Siklus I
0%
Sebelum Siklus I

Gambar 4 : Perbandingan Persentase Visual Activities

Data tabel 5 pada aspek Visual Activities ada peningkatan persentase


indikatornya. Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS untuk indikator
BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator B (Baik) persentasenya 5%, untuk
indikator C (Cukup) persentasenya 35%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya
47,50% dan untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 2,50%. Setelah
menerapkan model pembelajaran pembelajaran kooperatif TPS pada siklus I diperoleh
hasil, untuk indikator BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator B (Baik)
persentasenya 15%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 67,50%, untuk indikator K
(Kurang) persentasenya 17,50% dan untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya
0%.

liv
b) Oral Activities
Tabel 6 : Pengukuran Keaktifan Siswa Pada Aspek Oral Activities Siklus I
KRITERIA PERSENTASE (%) Keterangan
SEBELUM SIKLUS I BS : Baik Sekali
BS 0 0 B : Baik
B 5 20 C : Cukup
C 22.50 52.50 K : Kurang
K 62.50 27.50 KS : Kurang Sekali
KS 10 0

ORAL ACTIVITIES
80
60
40 (%) Sebelum
20 (%) Siklus I
0
BS B C K KS

Gambar 5 : Grafik Oral Activities Siswa Siklus I

ORAL ACTIVITIES
80%
60%
(%) Sebelum
40%
20% (%) Siklus I
0%
Sebelum Siklus I

Gambar 6 : Perbandingan Persentase Oral Activities

Data tabel 6 pada aspek Oral Activities ada peningkatan persentase indikatornya.
Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS untuk indikator BS (Baik
Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator B (Baik) persentasenya 5%, untuk indikator

lv
C (Cukup) persentasenya 22,50%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 62,50% dan
untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 10%. Setelah menerapkan model
pembelajaran kooperatif TPS pada siklus I diperoleh hasil, untuk indikator BS (Baik
Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator B (Baik) persentasenya 20%, untuk
indikator C (Cukup) persentasenya 52,50%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya
27,50% dan untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya berkurang menjadi 0%.

c) Listening Activities
Tabel 7 : Pengukuran Keaktifan Siswa Pada Aspek Listening Activities Siklus I
KRITERIA PERSENTASE (%) Keterangan
SEBELUM SIKLUS
I BS : Baik Sekali
BS 0 0 B : Baik
B 17.50 22.50 C : Cukup
C 45 62.50 K : Kurang
K 35 15 KS : Kurang Sekali
KS 2.50 0

LISTENING ACTIVITIES
80
60
40 (%) Sebelum
20 (%) Siklus I
0
BS B C K KS

Gambar 7 : Grafik Listening Activities Siswa Siklus I

lvi
LISTENING ACTIVITIES
100%
(%) Sebelum
50%
(%) Siklus I
0%
Sebelum Siklus I

Gambar 8 : Perbandingan Persentase Listening Activities

Data tabel 7 pada aspek ada peningkatan persentase indikatornya. Sebelum


menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS untuk indikator BS (Baik Sekali)
persentasenya 0%, untuk indikator B (Baik) persentasenya 17,50%, untuk indikator C
(Cukup) persentasenya 45%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 35% dan untuk
indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 2,50%. Setelah menerapkan model
pembelajaran pembelajaran kooperatif TPS pada siklus I diperoleh hasil, untuk indikator
BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator B (Baik) persentasenya
22,50%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 62,50%, untuk indikator K (Kurang)
persentasenya 15% dan untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0%.

d) Writing Activities
Tabel 8 : Pengukuran Keaktifan Siswa Pada Aspek Writing Activities Siklus I
KRITERIA PERSENTASE (%) Keterangan
SEBELUM SIKLUS I
BS 0 0 BS : Baik Sekali
B 0 10 B : Baik
C 65 67.50 C : Cukup
K 30 22.50 K : Kurang
KS 5 0 KS : Kurang Sekali

lvii
WRITING ACTIVITIES
80
60
40 (%) Sebelum
20 (%) Siklus I
0
BS B C K KS

Gambar 9 : Grafik Writing Activities Siswa Siklus I

WRITING ACTIVITIES
80%
75%
70% (%) Sebelum
65%
60% (%) Siklus I
55%
Sebelum Siklus I

Gambar 10 : Perbandingan Persentase Writing Activities


Data tabel 8 pada aspek ada peningkatan persentase indikatornya. Sebelum
menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS untuk indikator BS (Baik Sekali)
persentasenya 0%, untuk indikator B (Baik) persentasenya 0%, untuk indikator C
(Cukup) persentasenya 65%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 30% dan untuk
indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 5%. Setelah menerapkan model
pembelajaran pembelajaran kooperatif TPS pada siklus I diperoleh hasil, untuk indikator
BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator B (Baik) persentasenya 10%,
untuk indikator C (Cukup) persentasenya 67,50%, untuk indikator K (Kurang)
persentasenya 22,50% dan untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0%.

4). Analisis dan Refleksi


Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif TPS dapat meningkatkan keaktifan siswa. Hal ini
ditunjukkan dari lembar observasi yang menunjukkan bahwa ada perbedaan keaktifan

lviii
siswa antara sebelum dan sesudah diterapkannya model pembelajaran kooperatif TPS.
Pada siklus I diperoleh hasil tingkat keaktifan siswa pada aspek Visual Activities
82,50%, Oral Activities 72,50%, Listening Activities 85% dan Writing Activities 77,50%
tetapi apabila dicermati lebih jauh pada grafik perbandingan, memperlihatkan bahwa
ketercapaian indikator keaktifan sebelum penelitian dan sesudah penelitian mengalami
perubahan. Dengan kata lain pada siklus I indikator yang sudah mencapai 75 % adalah
Visual Activities, Listening activities dan Writing Activities.
Penerapan model pembelajaran kooperatif TPS ini juga mampu meningkatkan
prestasi belajar siswa, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas.
Sebelum menetapkan model pembelajaran kooperatif TPS rata-rata kelas adalah 66,20
tetapi setelah penerapan model pembelajaran kooperatif TPS rata-rata kelas 69,33. Pada
siklus I jumlah siswa yang mencapai nilai di atas 65 adalah 23 siswa atau sekitar 57,50%
siswa tuntas dari jumlah keseluruhan 40 siswa.
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I peneliti menemukan beberapa
kelemahan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS).
Kelemahan pada siklus I diantaranya sebagai berikut:
a. Segi guru
1. Guru kurang mengontrol pada saat proses belajar mengajar sehingga siswa
masih ada yang ramai pada saat awal pembelajaran dan bertanya-tanya
tentang model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS).
b. Segi siswa
1. Dalam diskusi kelompok ada beberapa siswa yang cenderung masih pasif
dan malu berpendapat, malah ada juga yang ngantuk sehingga ada
beberapa kelompok yang mengerjakan sendiri tanpa berdiskusi dengan
teman sebangkunya.
2. Siswa masih belum berani berpendapat di depan guru, siswa masih
cenderung berani berpendapat dengan teman sebaya.
Berdasarkan observasi dan analisis di atas, maka tindakan refleksi yang dapat
dilakukan adalah :

lix
1. Guru meningkatkan kontrol dan penguasaan kelas untuk meningkatkan
disiplin kelas serta lebih tegas lagi menegur siswa yang kurang
memperhatikan.
2. Guru meningkatkan pendekatan kepada siswa agar siswa bisa dengan mudah
berkomunikasi dengan guru dan lebih berani lagi bertanya serta
mengemukakan pendapatnya.

b. Siklus II
1) Perencanaan Tindakan II
a.) Menyiapkan Perangkat Pembelajaran
Peneliti dibantu guru menyiapkan silabus mata pelajaran IPS Terpadu kelas IX,
kemudian peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang lengkap
dengan skenario pembelajaran. Setelah itu, peneliti mendiskusikannya dengan guru
selaku pengajar yang akan menerapkan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share
(TPS). Siklus II direncanakan akan dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Skenario
pembelajaran yang direncanakan adalah sebagai berikut.:
Pertemuan I, Sabtu, 6 Februari 2010
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
Kegiatan :
1) Apersepsi oleh guru
2) Pemberitahuan sedikit tentang model pembelajaran kooperatif Think Pair Share
(TPS)
3) Pengulangan sedikit materi yang terdahulu
4) Penjelasan materi diselingi tanya jawab dengan siswa
5) Penutup
Pertemuan II, Sabtu, 13 Februari 2010
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
Kegiatan :
1) Salam pembuka dan mengabsen siswa
2) Mengulas sedikit materi dan menanyakan tugas rumah
3) Melanjutkan menjelaskan materi

lx
4) Pembentukan kelompok
5) Diskusi kelompok
6) Presentasi tiap kelompok
7) Kesimpulan dari guru
8) Penutup
Pertemuan III, Sabtu, 20 Februari 2010
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
Kegiatan :
1) Salam pembuka dan mengabsen siswa
2) Pembagian soal kuis
3) Pengerjaan kuis individu oleh siswa
4) Pengumpulan kuis
5) Pembahasan soal kuis
6) Pemberian reward kepada siswa terbaik
7) Penutup
b) Menyiapkan Instrument
Peneliti menyiapkan instrument penelitian, yang terdiri dari lembar observasi
mengenai model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) untuk mencatat hasil
pengamatan kegiatan siswa dari awal sampai akhir pembelajaran.
c) Menyiapkan materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar.
d) Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan skenario
pembelajaran.
e) Mendesain alat evaluasi berupa soal kuis untuk mengetahui tingkat prestasi
belajar siswa setelah adanya pelaksanaan model pembelajaran kooperatif
Think Pair Share (TPS).

lxi
2.Pelaksanaan Tindakan II
Pelaksanaan tindakan II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, seperti yang telah
direncanakan, yaitu tanggal 6 Februari, 13 Februari, dan 20 Februari 2010 di ruang kelas
IX B SMP Penda Tawangmangu. Pertemuan dilaksanakan selama 6 x 45 menit sesuai
dengan skenario pembelajaran dan RPP.
Materi pada pelaksanaan tindakan II ini adalah pajak dan pungutan resmi lainnya
serta penghitungan Pajak Penghasilan dan Pajak Bumi dan Bangunan. Pada pertemuan
pertama, guru menjelaskan materi tentang pajak dan pungutan resmi lainnya dan Pajak
Penghasilan, kemudian pada pertemuan kedua, dilanjutkan materi tentang Pajak Bumi
dan Bangunan, serta siswa diminta untuk melaksanakan diskusi dan presentasi dengan
model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). Pertemuan ketiga diisi dengan
evaluasi belajar siswa dari siklus II.
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut :
Pertemuan ke-1 (Siklus II), Sabtu, 6 Februari 2010.
1. Pada awal pelaksanaan tindakan, guru membuka pelajaran dengan apersepsi.
2. Guru memberitahukan bahwa akan dicoba lagi pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS), hal ini bertujuan agar siswa
tidak mengalami kebingungan selama proses pembelajaran yaitu diskusi dan
presentasi.
3. Guru memberikan penjelasan materi tentang pajak dan pungutan resmi
lainnya serta Pajak Penghasilan.
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi
yang belum dimengerti serta melakukan tanya jawab dengan siswa.
5. Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan berikutnya akan dilanjutkan
materi tentang dampak kerjasama antar negara terhadap perekonomian serta
diadakan diskusi tentang materi yang telah dibahas dengan model
pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS), sehingga siswa-siswa
disuruh belajar dan mempersiapkan diri.
6. Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah dibahas dan
mengingatkan agar siswa tidak lupa mengerjakan tugasnya.
7. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

lxii
Pertemuan ke-2 (Siklus II), Sabtu, 13 Februari 2010
1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengabsen siswa dan
mengingatkan kembali secara singkat mengenai proses pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS).
2) Guru mangulas sedikit materi yang telah dijelaskan pada pertemuan
sebelumnya.
3) Guru menunjuk salah satu siswa agar menuliskan jawaban dari tugas yang
telah diberikan.
4) Guru melanjutkan menjelaskan materi tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
5) Guru merapikan tempat duduk siswa dan menyuruh siswa agar berpasangan
serta mengisi tempat duduk kosong yang ada di depan.
6) Guru memberikan soal/ permasalahan kepada setiap kelompok untuk
didiskusikan.
7) Guru menyuruh masing-masing siswa agar memikirkan sendiri dahulu
mengenai jawabannya sebelum disikusikan dengan temannya sekitar 2 menit.
8) Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangkunya
mengenai permasalahan yang diajukan sekitar 5 menit.
9) Setelah selesai berdiskusi, guru mengarahkan kelompok-kelompok tadi untuk
melakukan presentasi di depan kelas diselingi tanya jawab dengan siswa.
Demikian seterusnya sampai setiap kelompok telah melakukan presentasi.
10) Guru mengumumkan hasil diskusi dan memberikan rewrd kepada kelompok
yang terbaik.
11) Guru memberikan kesimpualan tentang materi yang telah dibahas.
12) Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan selanjutnya akan diadakan
kuis individu sehingga siswa disuruh agar giat belajar.
13) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
Pertemuan ke-3 (Siklus II), Sabtu, 20 Februari 2010
1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam serta mengabsen siswa.
2) Guru merapikan tempat duduk siswa dan menyuruh siswa agar mengisi
tempat duduk yang kosong yang ada di depan.

lxiii
3) Guru menyuruh siswa agar mengeluarkan segala buku yang berhubungan
dengan materi pelajaran untuk dikumpulkan di depan agar mereka bisa
mengerjakan sesuai dengan kemampuan mereka sendiri.
4) Guru membagikan soal kuis kepada siswa dan menyuruh siswa untuk segera
mengerjakannya.
5) Guru memperingatkan kepada siswa bahwa jangan ada yang bekerjasama dan
ramai serta mengerjakan soal dengan rapi.
6) Setelah waktu habis, jawaban segera dikumpulkan dan tidak boleh ramai.
7) Guru mengulas sedikit jawaban dari kuis tadi agar siswa mengetahui letak
kesalahannya.
8) Guru mengumumkan hasil kuis dan memberikan reward kepada siswa yang
mendapatkan nilai terbaik.
9) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

3).Observasi dan Interprestasi


Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dengan berpedoman pada lembar
observasi yang telah disusun. Observasi dilakukan untuk mngetahui keaktifan siswa
dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif TPS yang diterapkan. Observasi dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, selama observasi berlangsung guru memantau
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif TPS serta membantu siswa yang kurang
paham terhadap tugas yang mereka kerjakan berkaitan dengan materi yang dibahas. Guru
juga melakukan penilaian terhadap keaktifan siswa.

lxiv
Berikut ini adalah hasil observasi penerapan model pembalajaran kooperatif TPS:
a) Visual Activities
Tabel 9 : Pengukuran Keaktifan Siswa Pada Aspek Visual Activities Siklus II
KRITERIA PERSENTASE (%)
SEBELUM SIKLUS SIKLUS
I II Keterangan :
BS 0 0 5 BS : Baik Sekali
B 5 15 45 B : Baik
C 35 67.50 50 C : Cukup
K 47.50 17.50 0 K : Kurang
KS 2.50 0 0 KS : Kurang Sekali

VISUAL ACTIVITIES
80
60 (%) Sebelum
40
(%) Siklus I
20
0 (%) Siklus II

BS B C K KS

Gambar 11 : Grafik Visual Activities Siswa Siklus II

VISUAL ACTIVITIES
100%
(%) Sebelum
50%
(%) Siklus I
(%) Siklus II
0%
Sebelum Siklus I Siklus II

Gambar 12 : Perbandingan Persentase Visual Activities

Data tabel 9 pada aspek Visual Activities ada peningkatan persentase


indikatornya. Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS untuk indikator

lxv
BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator B (Baik) persentasenya 5%, untuk
indikator C (Cukup) persentasenya 35%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya
47,50% dan untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 2,50%. Setelah
menerapkan model pembelajaran pembelajaran kooperatif TPS pada siklus I diperoleh
hasil, untuk indikator BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator B (Baik)
persentasenya 15%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 67,50%, untuk indikator K
(Kurang) persentasenya 17,50% dan untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya
0%. Setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS pada siklus II diperoleh
hasil, indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 5%, indikator B (Baik) persentasenya
45%, indikator C (Cukup) persentasenya 50%, indikator K (Kurang) persentasenya 0 %,
dan indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0 %.

b) Oral Activities
Tabel 10 : Pengukuran Keaktifan Siswa Pada Aspek Oral Activities Siklus II
KRITERIA PERSENTASE (%) Keterangan
SEBELUM SIKLUS SIKLUS
I II BS : Baik Sekali
BS 0 0 22,50 B : Baik
B 5 20 35 C : Cukup
C 22,50 52,50 42,50 K : Kurang
K 62,50 27,50 0 KS : Kurang Sekali
KS 10 0 0

ORAL ACTIVITIES
80
60 (%) Sebelum
40
(%) Siklus I
20
(%) Siklus II
0
BS B C K KS

Gambar 13 : Grafik Oral Activities Siswa Siklus II

lxvi
ORAL ACTIVITIES
100%
(%) Sebelum
50%
(%) Siklus I
(%) Siklus II
0%
Sebelum Siklus I Siklus II

Gambar 14 : Grafik Listening Activities Siswa Siklus II

Data tabel 10 pada aspek Oral Activities ada peningkatan persentase


indikatornya. Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS untuk indikator
BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator B (Baik) persentasenya 5 %, untuk
indikator C (Cukup) persentasenya 22,50%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya
62,50% dan untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 10%. Setelah menerapkan
model pembelajaran pembelajaran kooperatif TPS pada siklus I diperoleh hasil, untuk
indikator BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator B (Baik)
persentasenya 20%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 52,50%, untuk indikator K
(Kurang) persentasenya 27,50% dan untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya
berkurang menjadi 0%. Setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS pada
siklus II diperoleh hasil, indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 22,50%, indikator B
(Baik) persentasenya 35%, indikator C (Cukup) persentasenya 42,50%, indikator K
(Kurang) persentasenya 0 %, dan indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0 %.

c) Listening Activities
Tabel 11 : Pengukuran Keaktifan Siswa Pada Aspek Listening Activities Siklus II
KRITERIA PERSENTASE (%) Keterangan
SEBELUM SIKLUS SIKLUS
I II BS : Baik Sekali
BS 0 0 10 B : Baik
B 17,50 22,50 65 C : Cukup
C 45 62,50 25 K : Kurang
K 35 15 0 KS : Kurang Sekali
KS 2,50 0 0

lxvii
LISTENING ACTIVITIES
80
60 (%) Sebelum
40
(%) Siklus I
20
(%) Siklus II
0
BS B C K KS

Gambar 15 : Grafik Listening Activities Siswa Siklus II

LISTENING ACTIVITIES
100%
(%) Sebelum
50%
(%) Siklus I
(%) Siklus II
0%
Sebelum Siklus I Siklus II

Gambar 16 : Perbandingan Persentase Listening Activities

Data tabel 11 pada aspek ada peningkatan persentase indikatornya. Sebelum


menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS untuk indikator BS (Baik Sekali)
persentasenya 0%, untuk indikator B (Baik) persentasenya 17,50%, untuk indikator C
(Cukup) persentasenya 45%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 35% dan untuk
indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 2,50%. Setelah menerapkan model
pembelajaran pembelajaran kooperatif TPS pada siklus I diperoleh hasil, untuk indikator
BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator B (Baik) persentasenya
22,50%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 62,50%, untuk indikator K (Kurang)
persentasenya 15% dan untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0%. Setelah
menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS pada siklus II diperoleh hasil, indikator
BS (Baik Sekali) persentasenya10%, indikator B (Baik) persentasenya 65%, indikator C

lxviii
(Cukup) persentasenya 25%, indikator K (Kurang) persentasenya 0 %, dan indikator KS
(Kurang Sekali) persentasenya 0 %.

d) Writing Activities
Tabel 12 : Pengukuran Keaktifan Siswa Pada Aspek Writing Activities Siklus II
KRITERIA PERSENTASE (%) Keterangan
SEBELUM SIKLUS SIKLUS
I II BS : Baik Sekali
BS 0 0 7,50 B : Baik
B 0 10 75 C : Cukup
C 65 67,50 17,50 K : Kurang
K 30 22,50 0 KS : Kurang Sekali
KS 5 0 0

WRITING ACTIVITIES
80
60 (%) Sebelum
40
(%) Siklus I
20
(%) Siklus II
0
BS B C K KS

Gambar 17 : Grafik Writing Activities Siswa Siklus II

WRITING ACTIVITIES
100%
(%) Sebelum
50%
(%) Siklus I
(%) Siklus II
0%
Sebelum Siklus I Siklus II

Gambar 18 : Perbandingan Persentase Writing Activities

lxix
Data tabel 12 pada aspek ada peningkatan persentase indikatornya. Sebelum
menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS untuk indikator BS (Baik Sekali)
persentasenya 0%, untuk indikator B (Baik) persentasenya 0%, untuk indikator C
(Cukup) persentasenya 65%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 30% dan untuk
indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 5%. Setelah menerapkan model
pembelajaran pembelajaran kooperatif TPS pada siklus I diperoleh hasil, untuk indikator
BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator B (Baik) persentasenya 10%,
untuk indikator C (Cukup) persentasenya 67,50%, untuk indikator K (Kurang)
persentasenya 22,50% dan untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0%.
Setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS pada siklus II diperoleh hasil,
indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 7,50%, indikator B (Baik) persentasenya 75%,
indikator C (Cukup) persentasenya 17,50%, indikator K (Kurang) persentasenya 0 %, dan
indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0 %.

4). Analisis dan Refleksi


Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan dapat dilihat bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif TPS dapat meningkatkan keaktifan siswa
antara sebelum dan sesudah diterapkannya model pembelajaran kooperatif semua aspek,
yaitu Visual Activities, Oral Activities, Listening Activities dan Writing Activities
mencapai 100 %.
Hal ini berarti semua aspek keaktifan siswa telah mencapai indikator kinerja
ketercapaian tindakan. Jika ditinjau dari ketercapaian indikator kinerja bertujuan dari
segi prestasi 34 siswa berhasil mendapatkan nilai di atas 65, dengan kata lain 85% siswa
telah mencapai indikator kinerja yang direncanakan sebesar 75%. Setelah menganalisis
dan mengolah data hasil observasi serta refleksi siklus II diperoleh kesimpulan bahawa
kedua indikator kinerja ketercapaian tujuan penelitian , baik dilihat dari variabel
keaktifan maupun variabel prestasi belajar siswa terpenuhi. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa tndakan kelas telah berhasil sehingga tidak perlu dilakukan tindakan
perbaikan siklus berikutnya.

lxx
b. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TPS
(Think Pair Share) untuk Meningkatkan Prestasi Siswa
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, rata-rata nilai awal (diambil dari nilai
ujian semeter ganjil) sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif TPS sebesar
66,20. Meskipun nilai rata-rata siswa berselisih sedikit dengan nilai batas tuntas atau
batas minimal yaitu 65 namun data yang diperoleh menunjukkan prestasi belajar siswa
kurang optimal. Hal ini ditunjukkan dari 40 siswa, 20 siswa mendapat nilai dibawah 65,
sedangkan yang mendapatkan nilai diatas 65 dicapai oleh 20 anak. Dari data tersebut
menunjukkan hanya 50% siswa yang mencapai nilai di atas 65 dan sisanya, 50%
mendapatkan nilai di bawah batas ketuntasan.
Penyajian materi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS dapat
meningkatkan prestasi belajar. Hal ini terbukti pada siklus I nilai ulangan harian siswa
berkisar antara 55 – 88 dengan nilai rata-rata kelas 69,33. Terjadi peningkatan nilai rata-
rata siswa sebesar 3,13 atau 7,83% dibandingkan sebelum diterapkannya model
pembelajaran TPS. Sebanyak 23 siswa (57,50%) mendapatkan nilai di atas 65. Pada
siklus II nilai ulangan harian siswa berkisar antara 62 - 92 dengan nilai rata-rata kelas
76,73 sehingga terjadi peningkatan dibanding siklus I. Sebanyak 34 siswa (85%) sudah
mencapai batas ketuntasan 65 dari 75% target yang direncanakan.
Berdasarkan data dari siklus I dan siklus II diperoleh hasil belajar yang selalu
mengalami peningkatan. Jika digambarkan dengan grafik sebagai berikut :

Nilai Rata-rata
80
75
70
Nilai Rata-rata
65
60
Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Gambar 19 : Grafik nilai rata-rata siswa kelas IX B

Berdasarkan grafik di atas bisa diketahui bahwa nilai rata-rata kelas siswa selalu
mengalami peningkatan. Nilai ulangan siswa sebelum penerapan model pembelajaran

lxxi
kooperatif TPS yaitu dengan nilai rata-rata kelas 66,20. Setelah pembelajaran TPS pada
siklus I, nilai rata-rata kelas menjadi 69,33. Nilai ulangan siswa setelah pembelajaran
TPS pada siklus II, nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 76,73.

f) Pembahasan
Hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II menunjukkan bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif TPS (Think-Pair-Share) dapat meningkatkan keaktifan
dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu Khususnya Ekonomi.
Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa dapat dilihat pada grafik sebagai
berikut:

GRAFIK HASIL PENELITIAN


100%
80%
60% Kondisi Awal
40%
Siklus I
20%
Siklus II
0%
Visual Oral Listening Writing
Activities Activities Activities Activities

Gambar 20 : Grafik Hasil Penelitian

Grafik tersebut memberikan informasi bahwa pada siklus I diperoleh hasil tingkat
keaktifan siswa pada aspek Visual Activities 82,50%, Oral Activities 72,50%, Listening
Activities 85% dan Writing Activities 77,50%. Hal ini berarti semua aspek keaktifan siswa
telah mencapai indikator kinerja ketercapaian tindakan. Dari keempat aspek keaktifan
siswa terdapat tiga aspek keaktifan yang telah mencapai indikator kinerja ketercapaian
tujuan tindakan, yaitu pada aspek Visual Activities, Listening Activities dan Writing
Activities sedangkan satu aspek keaktifan yang belum mencapai indikator kinerja
ketercapaian tujuan tindakan adalah pada aspek Oral Activities. Pada siklus II diperoleh
hasil tingkat keaktifan siswa pada aspek Visual Activities 100%, Oral Activities 100%,
Listening Activities 100% dan Writing Activities mencapai 100%. Hal ini berarti semua
aspek keaktifan siswa telah mencapai indikator kinerja ketercapaian tindakan.

lxxii
GRAFIK PRESTASI HASIL
PENELITIAN
80
Nilai Rata-rata 75
Kondisi Awal
70
65 Siklus I
60 Siklus II
Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Gambar 21 : Grafik Prestasi Hasil Penelitian


Grafik tersebut memberikan informasi bahwa pada nilai rata-rata kelas mengalami
peningkatan. Sebelum adanya penerapan model pembelajaran kooperatif TPS nilai rata-
rata kelas siswa adalah 66,20 tetapi setelah penerapan model pembelajaran kooperatif
TPS nilai rata-rata kelas siswa menjadi 69,33 pada siklus I dan 76,73 pada siklus II.
Terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa sebesar 3,13 dibandingkan sebelum
diterapkannya model pembelajaran TPS. Sebanyak 23 siswa (57,50%) mendapatkan nilai
di atas 65 dari 75% target yang direncanakan. Pada siklus II nilai rata-rata kelas 76,73
sehingga terjadi peningkatan dibanding siklus I. Sebanyak 34 siswa (85%) sudah
mencapai nilai di atas 65 dari 75% target yang direncanakan.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang sebelumnya yang
dilaksanakan oleh Rosmaini S, Evi Suryawati dan Mariani N. L yang berjudul
”Penerapan Pendekatan Struktural Think-Pair-Share (TPS) untuk Meningkatkan Hasil
Belajar dan Aktivitas Siswa Kelas 1.7 SLTPN 20 Pekanbaru pada Pokok Bahasan
Keanekaragaman Hewan TA. 2002/2003”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa rata-
rata hasil belajar siswa meningkat yaitu daya serap siswa 74,85% (kategori baik),
ketuntasan belajar siswa 90,48% (kategori tuntas), aktivitas siswa meningkat rata-rata
69,27% (kategori baik). Dengan demikian penerapan pendekatan struktural Think-Pair-
Share dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa.
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) ini dilaksanakan dalam
dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu : (1) perencanaan
tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interprestasi, (4)analisis dan

lxxiii
refleksi tindakan. Adapun deskripsi hasil penelitian dari siklus I sampai siklus II dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survey awal untuk
mengetahui kondisi yang ada di SMP Penda Tawangmangu. Berdasarkan hasil survey
tersebut, peneliti menemukan bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS
Terpadu kelas IX B masih kurang optimal. Oleh karena itu, peneliti mengadakan diskusi
dengan guru mata pelajaran IPS Terpadu untuk mencari solusi dan mengatasi masalah
tersebut, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share
(TPS).
Pada siklus I peneliti dibantu guru menyiapkan silabus mata pelajaran IPS
Terpadu kelas IX, kemudian peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang lengkap dengan skenario pembelajaran. Materi yang dibahas adalah
kebijakan pemerintah di bidang fiskal. Setelah perangkat siap, peneliti mendiskusikannya
dengan guru sebagai pelaksana pembelajaran. Siklus I dilaksanakan dalam 3 kali
pertemuan. Penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) pada
siklus I berjalan cukup lancar, siswa pun dapat ikut berpartisipasi di dalam KBM
meskipun ada beberapa siswa yang ramai dan kurang memperhatikan. Berdasarkan hasil
pengamatan terhadap proses belajar mengajar pada siklus I masih terdapat kekurangan
yaitu siswa belum bisa bekerja sama secara optimal dengan teman sebangkunya. Selain
itu, siswa juga belum berani untuk mengemukakan pendapatnya di depan teman-teman
dan guru. Prestasi belajar siswa pada siklus I juga masih rendah meskipun sudah ada
beberapa siswa yang mendapatkan nilai di atas 65. Peneliti bersama guru mencari solusi
dengan merencanakan siklus II.
Materi pada siklus II adalah pajak dan pungutan resmi lainnya serta Pajak
Penghasilan dan Pajak Bumi dan Bangunan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap
proses pembelajaran pada siklus II siswa terlihat semakin aktif dan kelemahan pada
siklus I sudah teratasi pada siklus II. Siswa yang sebelumnya masih terlihat malu-malu
untuk mengemukakan pendapat sekarang mulai berani bertanya dan memberikan
pendapatnya kepada teman ataupun guru.
Kegiatan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap siswa setelah siklus I dan
siklus II diperoleh keterangan bahwa siswa merasa lebih memahami materi pelajaran

lxxiv
dengan model pembelajaran kooperatif TPS. Siswa juga mengungkapkan bahwa prestasi
belajar mereka mengalami peningkatan. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru
diperoleh keterangan bahwa partisipasi siswa dalam proses pembelajaran mengalami
peningkatan sehingga prestasi belajar siswa juga meningkat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) upaya peningkatan prestasi belajar mata pelajaran IPS Terpadu khususnya
ekonomi melalui model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) bagi siswa
kelas IX B SMP Penda Tawangmangu tahun ajaran 2009/2010 adalah berhasil dan dapat
dipertanggungjawabkan hasilnya. Hal ini dikarenakan PTK telah dilaksanakan sesuai
dengan prosedur penelitian mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi. Berdasarkan keempat tahap tersebut diperoleh hasil bahwa
prestasi belajar siswa mengalami peningkatan pada pembelajaran mata pelajaran IPS
Terpadu khususnya Ekonomi.

lxxv
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TPS dapat Meningkatkan Keaktifan
Siswa
Berdasarkan hasil observasi penelitian, maka dapat diambil simpulan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan
keaktifan siswa selama pembelajaran. Hal ini ditunjukkan adanya perubahan sikap siswa
dalam pembelajaran, diantaranya adalah interaksi dan kerja sama antar siswa semakin
baik, siswa semakin mempunyai keberanian untuk mengemukakan ide dan pendapat di
depan kelas. Pusat pembelajaran tidak lagi pada guru. Siswa dituntut untuk aktif mencari
informasi serta harus dapat saling bertukar pikiran.
2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TPS dapat Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa
Berdasarkan data berupa nilai kuis sebelum dan sesudah penelitian, dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS)
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Peningkatan ini disebabkan siswa
mempunyai kesempatan untuk mempelajari materi secara berulang – ulang dan
kemudahan memahami materi yang disampaikan oleh teman sebaya. Siswa dituntut
untuk bertukar informasi atau mengajarkan materi kepada temannya sehingga dapat
meningkatkan pemahaman dan ingatan siswa pada materi yang dipelajari serta
bertanggung jawab pada saat kuis.

B. Implikasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu berasal dari pihak
guru maupun siswa, faktor dari pihak guru, yaitu kemampuan guru dalam
mengembangkan materi, kemampuan guru dalam menyampaikan materi, kemampuan
guru dalam mengelola kelas, dan metode yang digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran. Sedangkan faktor dari siswa, yaitu minat belajar atau motivasi siswa serta
keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran IPS Terpadu khususnya Ekonomi.

59
lxxvi
Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain sehingga harus
diupayakan secara maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru dan
siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Apabila guru memiliki
kemampuan baik maka guru dapat menyampaikan materi dengan baik. Materi tersebut
akan diterima siswa dengan baik apabila siswa juga memiliki minat yang tinggi dan aktif
dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan
dengan lancar, kondusif, efektif dan efisien.
Penelitian ini juga memberikan gambaran secara jelas bahwa melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif TPS dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar
siswa. Bagi guru mata pelajaran IPS Terpadu khususnya Ekoomi ataupun mata pelajaran
lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif pilihan dalam meningkatkan
kualitas proses dan hasil pembelajaran. Di samping itu dapat menjadikan siswa lebih aktif
dan menghapus pandangan siswa bahwa pembelajaran yang membosankan menjadi
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Apalagi bagi guru yang memiliki
kemampuan dalam mengajak siswa untuk dapat berkomunikasi dengan baik, sehingga
siswa menjadi tidak malu bertanya atau maju di depan kelas menyampaikan pendapatnya
dan hasil pekerjaannya.

C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran peneliti untuk meningkatkan proses dan
hasil pembelajaran di kelas IX B SMP Penda Tawangmangu Tahun Pelajaran 2009/2010
adalah sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Bagi beberapa siswa yang masih mengalami kebosanan dalam mengikuti
pelajaran serta belum termotivasi untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan belajar
mengajar dan memiliki prestasi belajar yang masih rendah, maka:

a. Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau


pemikirannya pada proses pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar dapat
berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan.

lxxvii
b. Meminta kepada guru agar bisa memilih pasangan yang akrab dengannya pada
saat sesi diskusi dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS),
sehingga mereka bisa nyaman dan lebih berani dalam mengemukakan pendapat
satu sama lain.
c. Meminta kepada guru agar memberikan waktu tunggu/ berpikir lebih lama pada
saat pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share
(TPS), sehingga mereka bisa memikirkan apa yang akan mereka keluarkan dalam
diskusi nanti dan akhirnya mereka memiliki peran dalam diskusi tersebut.

2. Bagi Guru
Proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
Think Pair Share (TPS), belum sepenuhnya meningkatkan prestasi belajar semua siswa.
Ada beberapa siswa yang belum termotivasi untuk bisa berpartisipasi dalam kegiatan
belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share
(TPS), sehingga mereka kurang memahami materi pelajaran dan akhirnya prestasi
belajarnya masih rendah. Untuk itu guru perlu menciptakan suasana kelas yang kondusif
untuk belajar diantaranya:
a. Guru aktif memotivasi siswa yang kurang memperhatikan dengan cara mengarahkan
siswa agar mereka memikirkan terlebih dahulu dari permasalahan yang diajukan
dengan memberikan waktu tunggu lebih lama, sehingga mereka memiliki bekal saat
dilaksanakannya diskusi.
b. Dalam sesi diskusi ada beberapa siswa yang kurang aktif bekerjasama dengan
temannya, sehingga guru harus memberikan pendekatan dan bimbingan baik secara
individu maupun kelompok dengan cara memberikan nasehat dan arahan agar tercipta
komunikasi antara guru dengan siswa tersebut.
c. Guru membangkitkan rasa percaya diri beberapa siswa yang kurang merespon dengan
cara mendekati siswa tersebut dan memberikan dorongan agar mereka berani dalam
melakukan presentasi di depan kelas dan mengemukakan ide/ pendapatnya.
d. Pada bentuk-bentuk materi pelajaran yang banyak menghitung, guru perlu
menciptakan variasi dari model TPS ini dengan memberi soal latihan untuk

lxxviii
dikerjakan di rumah sehingga pada waktu diskusi mereka sudah memiliki jawabannya
karena mereka lebih banyak memiliki waktu untuk berpikir.

3. Bagi Sekolah
Dalam rangka perbaikan mutu sekolah khususnya untuk meningkatkan prestasi
belajar siswanya, maka sekolah perlu:
a. Mensosialisasikan model PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan) dan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) kepada
guru-guru dengan sharing pembelajaran agar mereka bisa menerapkannya di dalam
kelas sehingga pembelajaran menjadi tidak monoton.
b. Menerapkan waktu jeda yaitu saat ganti pelajaran, dengan begitu siswa bisa memiliki
kesiapan dan bisa konsentrasi dalam mengikuti pelajaran yang selanjutnya, sehingga
mereka akan lebih mendalami materi yang diajarkan karena di sekolah ini saat ganti
pelajaran guru langsung masuk kelas.

lxxix

Anda mungkin juga menyukai