Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FISIKA DASAR

PROSES TERMODINAMIKA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Dasar I yang dibimbing oleh Rianita
Puspasari, ST.,

Disusun oleh :

Diana Astuti Kismaningrum 1510631140033

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2015 / 2016
ABSTRAK
Termodinamika mempelajari bagiamana kalor atau biasa disebut panas yang menimbulkan
perubahan dan dapat diubah menjadi beberapa bentuk seperti halnya mekanika. Pemanfaatan
energi yang dihasilkan akibat adanya proses dalam gas untuk menghasilkan kerja.

Banyak sekali contoh penerapan termodinamika dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya
Air Conditioner (AC), Dispenser, dll.

Dengan dibuatnya makalah ini, saya berharap dapat membantu dalam memahami konsep
Termodinamika dalam kehidupan sehari-hari.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya Penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Makalah Fisika Proses Termodinamika. Makalah
ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Fisika Dasar I.

Melalui kesempatan yang sangat berharga ini Penulis menyampaikan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini, terutama kepada yang
Terhormat:

1. Rianita Puspasari, ST. Selaku dosen Fisika Dasar I


2. Rekan-rekan program studi teknik industri angkatan 2015
3. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu dalam kesempatan ini, yang telah
memberikan bantuan moral dan materil dalam proses penyelesaian makalah ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang setimpal atas segala bantuan yang
diberikan. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya.

Bekasi, 04 Januari 2016

Diana Astuti Kismaningrum


DAFTAR ISI
COVER

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Hukum Termodinamika

2.2 Proses Termodinamika

2.2.1 Hukum I Termodinamika

2.2.2 Hukum II Termodinamika

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Hasil dan Pengaplikasian Hukum Termodinamika

BAB III PENUTUP

4.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua mahluk hidup melakukan pekerjaan. Tumbuh-tumbuhan melakukan pekerjaan
ketika mengangkat air dari akar ke cabang-cabang, hewan melakukan pekerjaan ketika
berenang, merayap, dan terbang. Kerja juga terjadi ketika pemompaan darah melalui
pembuluh darah dalam tubuh dan pada pemompaan ion-ion melewati dinding sel. Semua
kerja ini diperoleh dari pengeluaran energi kimia yang disimpan dalam makanan yang
dikonsumsi oleh mahluk hidup. Termodinamika berasal dari dua kata yaitu thermal (yang
berkenaan dengan panas) dan dinamika (yang berkenaan dengan pergerakan).
Termodinamika adalah kajian mengenai hubungan, panas, kerja, dan energi dan secara
khusus perubahan panas menjadi kerja. Hukum termodinamika pertama dan kedua
dirumuskan pada abad ke-19 oleh para ilmuan mengenai peningkatan efisiensi mesin uap.
Bagaimanapun hukum ini merupakan dasar seperti hukum fisika lainnya. Mereka membatasi
efisiensi amuba atau ikan paus seperti mereka membatasi efisiensi mobil atau tenaga nuklir
tumbuhan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
1. Apa definisi Hukum Termodinamika
2. Bagaimana proses Hukum Termodinamika
3. Apa hasil dan pengapikasian Hukum Termodinamika

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam makalah ini adalah:
1. Mengetahui definisi Hukum Termodinamika
2. Mengetahui proses Hukum Termodinamika
3. Mengetahui hasil dan pengaplikasian Hukum Termodinamika
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Hukum Termodinamika


Hukum Termodinamika I adalah :
- Menetapkan adanya suatu ekivalensi antara panas dan kerja (panas ↔ kerja)
- Digunakan untuk menghubungkan dan menentukan type – type energi yang terlibat dalam
suatu proses.
- Atau menyatakan bahwa sewaktu proses berlangsung terdapat suatu keseimbangan energi.
Hukum termodinamika I merupakan pernyataan dari hukum kekekalan energy dan tidak
menyatakan sesuatu apapun mengenai arah dari proses yang berlangsung.
Proses termodinamika itu dapat berlangsung kedua arah yaitu :
- Diekspansikan (pengembangan)
- Dikompresikan (penekanan)
Hukum Termodinamika I juga belum menjelaskan kearah mana suatu perubahan keadaan
itu berjalan dan apakah perubahan itu reversible atau irreversible.
Dalam pengembangannya diterangkan dan dibahas dalam Hukum Termodinamika II. Jadi :
Hukum Termodinamika II, memberikan batasan-batasan tentang arah yang dijalani suatu
proses, dan memberikan kriteria apakah proses itu reversible atau irreversible dan salah satu
akibat dari hukum termodinamika II ialah perkembangan dari suatu sifat phisik alam yang
disebut entropi.
Perubahan entropi → menentukan arah yang dijalani suatu proses.
Hukum Termodinamika II menyatakan :
* Tidak mungkin panas dapat dirubah menjadi kerja seluruhnya, tetapi sebaliknya kerja dapat
dirubah menjadi panas.
atau : Q ≠ Wseluruhnya
W → Q (sama besarnya)
atau untuk mendapatkan sejumlah kerja (W) dari suatu siklus, maka kalor (Q) yang harus
diberikan kepada sistem selalu lebih besar.
→ Q diserap > W sehingga, η siklus < 100 %.
* Suatu yang bekerja sebagai sebagai suatu siklus tidak dapat memindahkan kalor (Q) dari
bagian yang bertemperatur rendah ke bagian yang bertemperatur lebih tinggi, tanpa
menimbulkan perubahan keadaan pada sistem yang lain.
Dari kedua hal tersebut diatas, menyatakan tentang arah proses perubahan energi dalam
dalam bentuk panas ke bentuk kerja → yang menyatakan adanya pembatasan transformasi
energi.
2.2 Proses Termodinamika
Beberapa proses dalam termodinamika antara lain, proses isotermal, proses isokhorik,
proses isobarik, dan proses adiabatik.

a.      Proses isotermal
Proses isotermal adalah proses perubahan keadaan sistem pada P1 suhu tetap. Proses ini
mengikuti hukum Boyle, yaitu :
PV = konstan. Hal ini dilakukan dengan menempatkan silinder yang dihubungkan dengan
sumber air pada suhu yang di inginkan. Silinder mempunyai dinding yang tipis yang
terbuat dari bahan yang dapat menghantarkan panas,misalnya tembaga, sehingga panas
dengan mudah mengalir secara bolak-balik antara sumber air dan gas. Sumber air cukup
besar dengan suhu yang tidak dapat dipengaruhi oleh jumlah perubahan panas dan gas.
Selama ekspansi isothermal, panas mengalir ke gas untuk menjaga suhu agar konstan (ingat,
suhu gas menurun jika panas terhalangi untuk mengalir ke gas selama ekspansi terjadi).
Untuk menghitung usaha yang dilakukan oleh sistem, P2 kita tentukan dahulu persamaan
tekanan sebagai fungsi volume berdasarkan persamaan keadaan V1 V2 V gas ideal, yaitu: P
= nRT
Dengan menggunakan rumus umum usaha yang dilakukan oleh gas diperoleh.

b.  Proses Isokhorik


Proses isokhorik adalah proses perubahan keadaan sistem pada P1 volume tetap. Karena gas
tidak mengalami perubahan volume, maka usaha P2 yang dilakukan oleh gas sama dengan
nol.
  

c. Proses Isobarik
Proses isobarik adalah proses perubahan keadaan sistem pada tekanan tetap . Usaha yang
dilakukan oleh gas adalah sesuai dengan persamaan.

d. Proses Adiabatik
Proses adiabatik adalah proses perubahan keadaan sistem tanpa
adanya kalor yang masuk ke atau keluar dari sistem (gas), yaitu Q = 0.
Hali ini karena dikelilingi oleh silinder dengan bahan-bahan penyekat seperti asbes atau
streafoam jika gas ideal di kembangkan secara adiabatic, 8 suhu dan tekanan menurun.
Sistem tersebut ditunjukan oleh garis penuh AB pada Kurva adiabatik lebih curam dibanding
kurva isotermal. Usaha yang dilakukan oleh sistem (gas) hanya mengubah energi dalam,
sebab sistem tidak menerima ataupun melepas kalor. Besarnya usaha yang dilakukan oleh
sistem dapat ditentukan dengan menerapkan persamaan sehingga menghasilkan hubungan.
Selain itu, dengan menggunakan hukum termodinamika I (akan dibahas kemudian), usaha
yang dilakukan oleh gas pada proses adiabatik.
Apabila keadaan awal dan keadaan akhir dari suatu proses adiabatik diketahui, usaha yang
dilakukan oleh gas pada proses adiabatik tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan. Proses adiabatik sangat penting dalam bidang rekayasa. Beberapa contoh proses
adiabatic adalah pemuaian gas panas dalam suatu mesin diesel, pemuaian gas cair dalam
sistem pendingin, dan langkah kompresi dalam mesin diesel.

2.2.1 Hukum I Termodinamika


Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan perubahan
energi dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan total dari jumlah energi
kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan terhadap sistem. Hukum
pertama termodinamika adalah konservasi energi.Secara singkat, hukum tersebut menyatakan
bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan tetapi hanya dapat berubah
dari bentuk yang satu ke bentuk yang lainnya. Untuk tujuan termodinamik, perlu lebih
spesifik dan menguraikan hukum tersebut secara lebih kuantitatif. Termodinamika
memperhitungkan hubungan antara system S, misalnya gas dalam silinder dan lingkungan ε
di sekelilingnya. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar system yang dapat
mempengaruhi system, dimana pada banyak kasus termasuk pada sekeliling system. Sistem
dan lingkungan merupakan semesta U. Energi sestem (Es) adalah jumlah energi kinetik
molekul-molekul system ( energi termal) dan energi potensial atom-atom dalam molekul
(energi kimia). Energi Es bergantung pada keadaan system, berubah ketika keadaan berubah.
Sumber panas meningkatkan energi termal system. Jika sumber panas adalah bagian dari
lingkungan, energi Eε lingkungan juga berubah. Hukum pertama termodinamika mengatakan
bahwa energi Eu semesta
Eu = Es + Eε
Tidak berubah. Ini berarti, jika Es dan Eε adalah energi sistem dan lingkungan
ketika sistem berada pada satu keadaan dan E’s dan E’ε adalah energi ketika system berada
pada keadaan lain, maka
E’s + E’ε = Es + Eε atau (E’s – Es ) + ( E’ε - E ε )
Seperti sebelumnya, delta digunakan sebagai awalan yang berati “perbedaan dalam” atau
“perubahan dari”. Secara spesifik ΔES adalah energi dari keadaan akhir, sistem dikurangi
energi dari keadaan awal,
ΔES = E’S – ES
Dan ΔES adalah energi akhir lingkungan dikurangi energi awal
ΔEε = E’ε – Eε
Hubungan simbol-simbol persamaan 11.2 dapat dituliskan
ΔES + ΔEε = 0 atau
ΔES = - ΔEε hukum pertama
Ini adalah ungkapan matematika yang sesuai untuk hukum pertama termodinamika.
Persamaan tersebut digunakan untuk menghitung perubahan energi sistem jika perubahan
energi lingkungan diketahui, dan sebaliknya.
Untuk Lebih Jelasnya:
Aliran kalor atau kerja (usaha) yang dialami oleh suatu sistem dapat menyebabkan system
tersebut memperoleh atau kehilangan energi, tetapi secara keseluruhan energi itu tidak ada
yang hilang, energi tersebut hanya mengalami perubahan. Berdasarkan hukum kekekalan
energi tersebut, hukum I termodinamika dirumuskan sebagai berikut:
Untuk setiap proses, apabila kalor Q diberikan kepada sistem dan sistem melakukan usaha
W, maka selisih energi, Q – W, sama dengan perubahan energi dalam U dari system.

Perjanjian tanda untuk Q dan W adalah sebagai berikut :


- Jika sistem melakukan usaha, nilai W bertanda positif,
- Jika sistem menerima usaha, nilai W bertanda negatif
- Jikasistem menerima kalor, nilai Q bertanda positif,
- Jika sistem melepas kalor, nilai Q bertanda negatif.

Perubahan energi dalam


Energi dalam suatu gas merupakan ukuran langsung dari suhu. Karena itu perubahan energy
dalam ΔU hanya tergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir, tidak tergantung pada
proses bagaimana keadaan sistem berubah.

2.2.2 Hukum II Termodinamika


Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan bahwa total
entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat seiring dengan
meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya. Sebuah benda dengan massa m
dilepaskan dari ketinggian h secara spontan jatuh ke tanah, kemudian diam. Pada situasi ini
energi semesta adalah jumlah energi termal benda, energi termal tanah dan energi mekanik
benda. Sebelum dilepaskan, benda mempunyai energi mekanik yang sama dengan energi
potensialnya U = mgh, dan setelah benda tersebut diam di tanah, energi mekaniknya nol.Pada
proses ini, dengan demikian energi mekanik semesta berkurang dari mgh menjadi nol. Jika
energi total semesta tidak berubah (hukum pertama termodinamika), energi termal semesta
dapat meningkat dengan mgh.Peningkatan energi termal menunjukan peningkatan yang kecil
pada temperatur benda dan tanah.

Sebagaimana diketahui dari pengalaman sehari-hari bahwa suatu benda yang awalnya
diam di tanah tidak akan pernah secara spontan meloncat ke udara. Hal tersebut tidak
mungkin terjadi karena melanggar hukum pertama.Jika sebuah benda meloncat ke udara,
akan terjadi peningkatan energi mekanik semesta.Hal ini tidak akan melanggar hukum
pertama, bagaimanapun jika terdapat hubungan penurunan energi termal semesta. Hukum
pertama tidak menjelaskan mengapa benda tidak pernah meloncat ke udara secara spontan.
Proses benda meloncat ke udara secara spontan adalah kebalikan dari proses benda jatuh ke
tanah secara spontan. Satu proses terjadi dengan mudah. Sedangkan proses kebalikannya
tidak akan pernah terjadi sama sekali. Banyak proses irreversible yang lain yang dapat terjadi
hanya dalam satu arah. Sebagai contoh, ketika benda yang dingin dan benda panas
bersentuhan, kalor selalu mengalir dari benda panas ke benda yang dingin, dan tidak pernah
dari benda dingin ke benda yang panas. Akibatnya suhu benda yang panas menurun,
sedangkan suhu benda yang dingin meningkat.Jika proses kebalikan yang terjadi, benda yang
dingin akan menjadi lebih dingin sedangkan benda yang panas akan lebih panas. Contoh lain,
tinta diteteskan kedalam segelas air, menyebar hingga tinta tersebut dalam air. Proses
kebalikannya, dimana campuran air dan tinta secara spontan memisah menjadi air murni dan
tinta murni, tidak akan pernah terjadi Formulasi Kelvin-Planck atau hukum termodinamika
kedua menyebutkan bahwa adalah tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang
bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata mengubah energi panas yang diperoleh dari
suatu reservoir pada suhu tertentu seluruhnya menjadi usaha mekanik.
Hukum kedua termodinamika mengatakan bahwa aliran kalor memiliki arah dengan
kata lain, tidak semua proses di alam semesta adalah reversible (dapat dibalikkan arahnya).
Sebagai contoh jika seekor beruang kutub tertidur di atas salju, maka salju dibawah tubuh
nya akan mencair karena kalor dari tubuh beruang tersebut. Akan tetapi beruang tersebut
tidak dapat mengambil kalor dari salju tersebut untuk menghangatkan tubuhnya. Dengan
demikian, aliran energi kalor memiliki arah, yaitu dari panas ke dingin. Satu aplikasi penting
dari hukum kedua adalah studi tentang mesin kalor.

Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor C suatu zat adalah banyaknya kalor Q yang diperlukan untuk menaikkan
suhu suatu zat sebesar 1 kelvin. Secara matematis ditulis :
Q = m C ΔT
Kapasitas kalor untuk gas ada dua macam, yaitu untuk volume tetap (CV) dan untuk tekanan
tetap (CP).
Kapasitas kalor untuk proses isokhorik diperoleh dari persamaan sebagai berikut.
Q = nR(ΔT)
Kapasitas kalor untuk proses isobarik diperoleh dari persamaan sebagai berikut.
Q = ΔU +P(Δ V )=  nR(ΔT) =  nR( ΔT)
Dari persamaan diperoleh bahwa :
Cp – Cv = nR
Kapasitas kalor yang diperoleh pada persamaan adalah untuk gas monoatomik. Untuk gas
diatomik, besar CV dan CP tergantung pada derajat kebebasan gas. Sebagai acuan praktis
dapat digunakan pembagian suhu sebagai berikut:
- pada suhu rendah (± 250 K) : CV = nR dan CP =   nR
- pada suhu sedang (± 500 K) : CV =   nR dan CP =  nR
- pada suhu tinggi (± 1000 K) : CV = nR dan CP =  nR

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Hasil dan Pengaplikasian Hukum Termodinamika


Hukum termodinamika telah berhasil diterapkan dalam penelitian tentang proses kimia
dan fisika. Hukum pertama termodinamika didasarkan pada hukum kekekalan energi. Hukum
kedua termodinamika berkenaan dengan proses alami atau proses spontan dimana fungsi
yang memprediksi kespontanan reaksi ialah entropi, yang merupakan ukuran ketidakteraturan
suatu sistem. Hukum kedua ini menyatakan bahwa untuk proses spontan, perubahan entropi
semesta haruslah positif. Sedangkan hukum ketiga termodinamika memungkinkan untuk
menentukan nilai entropi mutlak (Chang, 2002: 165).
        Berikut beberapa contoh aplikasi termodinamika yang biasa digunakan dalam
kehidupan sehari-hari :
1. Air Conditioner (AC)
       Sistem kerja AC terdiri dari bagian yang berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan
tekanan supaya penguapan dan penyerapan panas dapat berlangsung.
       Kompresor yang ada pada sistem pendingin dipergunakan sebagai alat untuk
memampatkan fluida kerja (refrigent), jadi refrigent yang masuk ke dalam kompresor
dialirkan ke kondenser yang kemudian dimampatkan di kondenser.
Di bagian kondenser ini refrigent yang dimampatkan akan berubah fase dari refrigent fase
uap menjadi refrigent fase cair, maka refrigent mengeluarkan kalor yaitu kalor penguapan
yang terkandung di dalam refrigent. Adapun besarnya kalor yang dilepaskan oleh kondenser
adalah jumlahan dari energi kompresor yang diperlukan dan energi kalor yang diambil
evaparator dari substansi yang akan didinginkan.
Pada kondensor, tekanan refrigent yang berada dalam pipa-pipa kondensor relatif jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan tekanan refrigent yang berada pada pipi-pipa evaporator.
       Setelah refrigent lewat kondensor dan melepaskan kalor penguapan dari fase uap ke fase
cair maka refrigent dilewatkan melalui katup ekspansi, pada katup ekspansi ini refrigent
tekanannya diturunkan sehingga refrigent berubah kondisi dari fase cair ke fase uap yang
kemudian dialirkan ke evaporator, di dalam evaporator ini refrigent akan berubah
keadaannya dari fase cair ke fase uap, perubahan fase ini disebabkan karena tekanan refrigent
dibuat sedemikian rupa sehingga refrigent setelah melewati katup ekspansi dan melalui
evaporator tekanannya menjadi sangat turun.
         Hal ini secara praktis dapat dilakukan dengan jalan diameter pipa yang ada
dievaporator relatif lebih besar jika dibandingkan dengan diameter pipa yang ada pada
kondenser.
         Dengan adanya perubahan kondisi refrigent dari fase cair ke fase uap maka untuk
merubahnya dari fase cair ke refrigent fase uap maka proses ini membutuhkan energi yaitu
energi penguapan, dalam hal ini energi yang dipergunakan adalah energi yang berada
didalam substansi yang akan didinginkan.
        Dengan diambilnya energi yang diambil dalam substansi yang akan didinginkan
maka entalpi, substansi yang akan didinginkan akan menjadi turun, dengan turunnya entalpi
maka temperatur dari substansi yang akan didinginkan akan menjadi turun. Proses ini akan
berubah terus-menerus sampai terjadi pendinginan yang sesuai dengan keinginan.
Berikut rangkaian gambar skema kerja dari AC :
2. Dispenser
Prinsip kerja pemanas air
Proses pemanasan air terjadi pada saat air masuk kedalam tabung pemanas. Tabung
pemanas merupakan tabung yang terbuat dari logam yang disekitar tabung tersebut
dikelilingi oleh elemen pemanas, sehingga ketika air mengalir dari tampungan menuju
tabung pemanas sensor suhu yang ada pada tabung pemanas akan memicu elemen pemanas
untuk bekerja, suhu tinggi yang dihasilkan elemen pemanas diserap oleh air yang suhunya
lebih rendah, setelah suhu air dalam tabung pemanas tinggi maksimal sensor suhu yang ada
pada tabung pemanas akan memutuskan arus listrik pada elemen pemanas, pada saat elemen
pemanas menyala lampu indikator pemanas menyala dan pada saat elemen pemanas mati
lampu indikator pemanas mati.
Pada tabung dispenser dipasang Heater/pemanas serta sensor suhu atau thermostat yang
berfungsi untuk membatasi kerja heater agar tidak bekerja terus-menerus yang akan
menimbulkan suhu air dalam tabung dispenser berlebihan, karena apabila heater berkerja
berlebih, heater akan panas dan bahkan heater tersebut akan terjadi kerusakan didalamnya.
Untuk mengurangi terjadinya resiko tersebut, di heater dipasang thermostat yang berguna
untuk mengatur suhu.
Ketika suhu air yang dipanaskan oleh heater mencapai suhu tertentu sehingga melebihi suhu
kerja sensor/thermostat maka sensor akan bekerja dan memutuskan arus yang mengalir ke
heater, dengan demikian heater akan berhenti bekerja sehingga suhu air tetap terjaga sesuai
dengan kebutuhan, bisa dilihat di lampu indikator dari warna merah akan berganti warna
hijau. Heater akan bekerja kembali manakala suhu air pada tabung menurun sampai suhunya
berada dibawah suhu kerja sensor, sensor dipasang seri dengan heater, dengan demikian
fungsi dari sensor ini mirip seperti saklar, hanya saja bekerjanya secara otomatis berdasarkan
perubahan suhu.

Prinsip kerja pendingin air


        Proses pendinginan air pada dispenser pada umumnya dibedakan menjadi 2 yaitu:
1.     Pendinginan Air dengan Fan
Proses pendinginan air menggunakan fan dilakukan dengan cara menghisap suhu tinggi pada
air ketika air berada pada tampungan air kedua yang letaknya berada dibawah tampungan air
pertama, namun pada kenyataannya fan hanya alat bantu untuk mempercepat pembuangan
panas pada air, sehingga temperatur air hanya akan turun sedikit saja. Setelah melewati
tampungan air kedua air akan dikeluarkan melalui keran dan siap untuk diminum.
2.     Pendinginan Air dengan Sistem Refrigran
Pendinginan air pada dispenser menggunakan sistem refrigran sama seperti sistem refrigran
pada kulkas hanya saja evaporatornya dimasukkan kedalam tampungan air kedua yang
berada dibawah tampungan air pertama, sehingga air disekitar evapurator akan menjadi air
dingin. Hasil pendinginan air pada dispenser menggunakan sistem refrigran lebih maksimal
dibandingkan pendinginan air menggunakan fan. Setelah air melalui proses pendinginan pada
tampungan air kedua, air akan mengalir dan keluar memalui keran.
 Nama komponen pada dispenser:
1.      Saklar On/Off
2.      Thermostat 1
3.      Thermostat 2
4.      Saluran daya utama
5.      Elemen pemanas
6.      Saluran air panas 
7.      Saluran air normal
8.      Pipa pembuangan

3. Rice Cooker
       Pada rice cooker, energi panas ini dihasilkan dari energi listrik. Suatu cairan akan
menguap bila tekanan uap gas yang berasal dari cairan adalah sama dengan tekanan dari
cairan ke sekitarnya (Puap = Pcair). Jadi, titik didih suatu cairan sebenarnya bisa
dimanipulasi dengan meningkatkan tekanan di luar cairan (tekanan eksternal). Pada penanak
nasi biasa, air akan dididihkan dengan tekanan eksternal biasa, yaitu 101 kPa, dan mendidih
pada titik didih biasa, yaitu 100°C (373 K).
       Sementara, pada penanak nasi yang memanipulasi tekanan (pressure cooker,
atau electric pressure cooker) jika tutup lubang uapnya dibuka, makapressure cooker akan
bekerja seperti penanak nasi biasa, karena tekanan eksternalnya sama dengan tekanan udara
luar.
            

Namun, jika tutup lubang uapnya (biasanya berupa katup) ditutup, akan ada perubahan
pada tekanan udara di ruang dalam pressure cooker dan titik didih cairan akan berubah.
Ketika katupnya ditutup, kondisi sistem berubah karena uap airnya hanya dapat berada di
dalam ruang pressure cooker.
Karena ada tambahan massa (tutup katup), tekanan makin tinggi dan titik kesetimbangan
antar fase (dalam hal ini, antara fase cair dan fase uap) berubah ke temperatur yang lebih
tinggi, dan terbentuklah titik didih baru.
      Massa tutup katup menentukan tekanan di dalam ruang pressure cooker, karena lubang
katup akan membiarkan uap air keluar ketika tekanannya telah mencapai titik tertentu.
Kelebihan tekanan akan dikurangi dengan melepaskan sedikit uap melalui katup.
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hukum pertama termodinamika (first law of thermodynamics). ”Jika energi panas yang
diberikan sistem dikurangi dengan usaha yang dilakukan oleh sistem sama dengan
perubahan energi dalam sistem”. Dengan demikian, hukum pertama termodinamika
menyatakan bahwa “sejumlah kalor (Q) yang diterima dan usaha (W) yang dilakukan
terhadap suatu gas dapat digunakan untuk menambah energi dalam”.
Usaha pada berbagai proses termodinamika, meliputi isobarik (tekanan konstan), isokhorik
(volume konstan), isotermik (suhu konstan), dan adiabatik (tanpa panas). Keempat proses ini
memiliki aplikasi masing-masing dalam kehidupan sehari-hari, proses ini merupakan salah
satu penerapan termodinamika yang dapat dilihat secara jelas.
Pada proses merebus air, dua buah sistem (api/gas dan air) yang berbeda suhunya
digabungkan. Telah diketahui bahwa temperatur akhir yang dicapai oleh kedua sistem akan
berada di antara temperatur awal kedua sistem. Proses perpindahan kalor dari suatu benda ke
benda lain menyangkut perpindahan energi dapat dihitung secara pasti. Sejumlah kalor Q
yang diterima gas dapat digunakan untuk melakukan usaha W dan menambah energi
dalam gas.

DAFTAR PUSTAKA

 Bambang Ruwanto.(2002).Matematika untuk fisiks dan tehnik.1.yogyakarta: Adicipta


 Bambang Ruwanto.(2002).Matematika untuk fisiks dan tehnik 2.yogyakarta: Adicipta
 Beiser,A.1990.Konsep Fisika Modern.Jakarta: Erlangga
 Darmawan,1990, Termodinamika,Bandung: Jurusan Fisika

Anda mungkin juga menyukai