Apa yang saudara pikirkan ketika mendengar kata teori perdagangan? Mungkin ada yang akan
berpikir mengenai teori yang rumit, yang lain mungkin akan berpikir mengenai komoditasnya, atau bisa
jadi berpikir ini tidak menarik dan tidak penting untuk diketahui? Wah, bila ada yang seperti itu mohon
untuk menyingkirkan jauh-jauh pemikiran apatis saudara dan mari kita mulai membahas mengenai teori
perdagangan internasional dimulai dari perkembangannya. Ini sangat menarik untuk diketahui. Pertama-
tama, mari kita mulai dengan sebuah analogi. Anne adalah seorang desainer pakaian asal Inggris dan
memiliki 5 orang tenaga kerja yang dalam 1 bulan bisa menghasilkan 30 pakaian, sedangkan Irene adalah
seorang pemintal benang asal Prancis yang bekerja dengan 4 orang tenaga kerja dan mampu
menghasilkan 50 gulungan benang dalam 1 bulan. Anne merupakan pelanggan Irene yang setia memeli
benangnya sebanyak 30 gulungan benang tiap bulan sedangkan Irene menjadi pelanggan setia Anne
karena menyukai pakaian hasil karya Anne dimana tiap bulannya Irene bisa membeli 1 sampai 2 potong
pakaian dari Anne. Ilustrasi mengenai Anne dan Irene dapat menggambarkan perdagangan internasional
secara serderhana. Ada mobilitas faktor produksi, komoditas yang diperdagangkan, kebudayaan, politik ,
dan kebijakan perdagangan yang berbeda, ada spesialisasi dari masing-masing pemiliki komoditas karena
adanya perbedaan faktor produksi yang dimilki, selain itu ada aktivitas dagang yang berkelanjutan dari
kedua belah pihak. Lantas apakah perdagangan internasional memang telah mengutamakan spesialisasi
sejak dulu? Baiklah, Kita mulai bahasan teori perdagangan internasional ya.
Perkembangan Teori Perdagangan Internasional secara garis besar dapat kita golongkan menjadi 3 yakni
Teori Perdagangan Pra Klasik, Teori Perdagangan Klasik, dan Teori Perdagangan Modern. Teori mana saja
yang termasuk kedalamnya? Berikut penjelasannya.
Praktik Merkantilisme perlahan mulai ditinggalkan di abad ke-18 terutama karena munculnya
teori ekonomi baru yang diajukan oleh Adam Smith melalui Mahakarya nya yang diterbitkan
tahun 1776 yakni “An Inquiry Into The Nature and Causes of The Wealth of Nations” atau yang
biasa dikenal dengan sebutan “The Wealth of Nations”, dimana dalam buku nya Adam Smith
menjelaskan sumber-sumber kekayaan bangsa dan dengan tegas menyebutkan bahwa kekayaan
bangsa-bangsa (negara) tidak diukur dari kepemilikan logam mulia melainkan dari total nilai
barang dan jasa yang diproduksi negara tersebut.
Dalam Tabel 1 dimuat data perdagangan Indonesia dengan Jepang. Ada 2 komoditas yang
diperdagangkan yakni mobil dan kopi. Untuk memproduksi 1 unit mobil, Indonesia memerlukan
4 tenaga kerja sedangkan Jepang hanya membutuhkan 2 tenaga kerja. Untuk memproduksi 1
kwintal Kopi, Indonesia hanya membutuhkan 2 tenaga kerja sedangkan Jepang memerlukan 6
tenaga kerja. Berdasarkan ilustrasi tersebut, Indonesia memiliki keunggulan mutlak dalam
memproduksi Kopi sedangkan Jepang memiliki keunggulan mutlak dalam memproduksi Mobil.
Mengapa demikian?? Karena masing-masing negara tersebut dapat menghasilkan suatu produk
dengan biaya yang secara absolut lebih rendah dari negara lainnya diukur dari penggunaan tenaga
kerja). Berdasarkan teori keunggulan mutlak, masing-masing negara akan memperoleh
keuntungan jika melakukan spesialisasi. Indonesia berspesialisasi dalam menghasilkan Kopi
sedangkan Jepang berspesialisasi dalam menghasilkan Mobil. Dasar spesialisasi ini adalah
keunggulan mutlak dalam berproduksi.
Pada level industry, Porter menjelaskan mengapa suatu negara memiliki keunggulan dalam
perdagangan internasional. Berdasarkan investigasi / penelitian terhadap 100 industri di 10
negara, Porter menemukan bahwa ada empat faktor yang membentuk keunggulan kompetitif,
yakni Kondisi Faktor (Factor Conditions), Kondisi Permintaan (Demand Conditions), Industri
Terkait dan Pendukung (Related and Supporting Industries), dan Strategi, Struktur, dan
Persaingan Perusahaan (Firm strategy, structure, and rivalry). Keempat faktor ini membentuk
lingkungan di mana perusahaan lokal bersaing dan menentukan keberhasilan suatu negara dalam
persaingan internasional. Dalam gambar dapat dilihat bahwa masing –masing faktor saling terkait
dan membentuk sistem yang saling memperkuat di mana efek dari satu faktor bergantung pada
keadaan faktor lainnya. Masing-masing faktor akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Kondisi Faktor
Unsur pertama dari model Diamond Porter adalah kepemilikan negara atas faktor-faktor
produksi. Konsisten dengan teori proporsi faktor produksi (Heckscher-Ohlin), setiap negara
memiliki faktor produksi tertentu yang melimpah. Porter membedakannya ke dalam faktor
dasar dan lanjutan. Faktor-faktor dasar adalah faktor-faktor seperti tanah, iklim, sumber daya
alam atau demografi, sedangkan faktor-faktor lanjutan berhubungan dengan faktor-faktor
yang lebih canggih, termasuk stok sumber daya pengetahuan negara (misalnya pengetahuan
ilmiah, teknis atau pasar),tenaga kerja terampil, tingkat kecanggihan infrastruktur
transportasi dan komunikasi (Rugman/Collinson 2012, hal. 303).
Dalam Diamond Model, faktor-faktor lanjutan dianggap lebih signifikan pengaruhnya untuk
meciptakan keunggulan kompetitif. Faktor-faktor ini dapat diciptakan melalui pelatihan,
penelitian dan inovasi. Asumsi dasarnya adalah bahwa suatu bangsa harus terus
meningkatkan atau menyesuaikan kondisi faktornya. Faktor-faktor dasar memberikan
keuntungan awal bagi negara yang selanjutnya dapat diperkuat dengan berinvestasi pada
faktor-faktor lanjutan.
2. Kondisi Permintaan
Kondisi permintaan mengacu pada ukuran dan sifat dasar konsumen untuk produk /selera
konsumen, yang juga mendorong inovasi dan peningkatan produk. Semakin besar dan luas
akses pasar serta semakin dinamis pangsa pasar yang dimiliki maka akan menuntut
perusahaan untuk melakukan diferensiasi produk dan inovasi pada produk.
3. Industri Terkait dan Pendukung
Industri terkait dan pendukung mengacu pada industri hulu dan hilir yang memfasilitasi
inovasi melalui pertukaran ide. Ini dapat memacu inovasi tergantung pada tingkat
transparansi dan transfer pengetahuan. Industri pendukung terkait dalam model Diamond
sesuai dengan pemasok dan pelanggan yang dapat mewakili ancaman atau peluang.
4. Strategi, Struktur, dan Persaingan Perusahaan
Strategi, struktur, dan persaingan perusahaan mengacu pada fakta dasar bahwa persaingan
menyebabkan perusahaan menemukan cara untuk meningkatkan produksi dan
pengembangan inovasi teknologi. Dalam Hal ini kekuatan dan ketepatan pesaing dalam
menentukan konsentrasi kekuatan pasar, tingkat persaingan, dan kemampuan perusahaan
pesaing untuk memasuki pasar suatu negara sangat berpengaruh.