Puji serta syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT, tuhan semesta alam, yang telah
memberikan kita rahmat, taufiq, hidayah dan anugerahnya sehingga kami berhasil menyusun
makalah ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DISMENORE”.
Hanya kepadanya kami memohon pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan. Shalawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan dan sari tauladan kita Nabi Muhammad
SAW yang telah membimbing kita pada jalan yang diridhai oleh Allah SWT.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk menambah dan mengembangkan
pengetahuan tentang ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DISMENORE
khususnya bagi mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Riau karena begitu pentingnya
memahami konsep dan asuhan keperawatan mengenai kasus DISMENORE ini. Makalah ini
disusun dengan urutan penyajian sedemikian rupa dari konsep dasar penyakit dismenorea dan
bagaimana asuhan keperawatan pasien tersebut sekaaligus disertai dengan contoh kasus sehingga
kita akan merasa senang untuk mendalaminya.
“Tiada Manusia Yang Sempurna” begitu pula dengan kami yang telah
mempersembahkan makalah ini yang telah kami susun sebaik mungkin. Akan tetapi, segala
kritik dan saran demi perbaikan isi makalah ini akan kami sambut dengan senang hati.
Terimakasih kepadaa pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan turut andil dalam merncerdaskan
para calon perawat indonesia, dan menjadikan para perawat Indonesia menjadi perawat yang
profesional. Wassalamualaikum Wr.Wb
Kelompok 3
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................3
1.3 Tujuan...............................................................................................................................3
1.4 Manfaat.............................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................5
2.1 Definisi..............................................................................................................................5
2.2 Siklus Menstruasi..............................................................................................................6
2.3 Perubahan Pada Siklus Menstruasi...................................................................................7
2.4 Definisi Dismenore...........................................................................................................7
2.5 Derajat Nyeri Dismenore..................................................................................................8
2.6 Klasifikasi Dismenore.......................................................................................................9
2.7 Etiologi Dismenore.........................................................................................................11
2.8 Patofisiologi Dismenore..................................................................................................12
2.9 Manifestasi Dismenore...................................................................................................12
2.10 Pencegahan Dismenore...................................................................................................14
2.11 Penatalaksanaan Dismenore............................................................................................14
3.1 Pengkajian.......................................................................................................................16
3.2 Diagnosa..........................................................................................................................17
3.3 Intervensi.........................................................................................................................18
3.4 Implementasi...................................................................................................................20
3.5 Evaluasi...........................................................................................................................21
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................22
4.1 Simpulan.........................................................................................................................22
4.2 Saran................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................23
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
a) Menjelaskan konsep dasar menstruasi
b) Menjelaskan konsep dasar disminore
c) Menjelaskan asuhan keperawatan klien dengan disminore
2. Tujuan Khusus
a) Menjelaskan definisi menstruasi
3
b) Menjelaskan siklus menstruasi
c) Menjelaskan perubahan pada siklus menstruasi
d) Menjelaskan definisi disminore
e) Menjelaskan klasifikasi disminore
f) Menjelaskan etiologi disminore
g) Menjelaskan patofisiologi disminore
h) Menjelaskan manifestasi klinis desminore
i) Menjelaskan pencegahan disminore
j) Menjelaskan penatalaksanaan disminore
1.4 Manfaat
1. Mengetahui dan memahami konsep dasar menstruasi
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar disminore
3. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan klien dengan disminore
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan endometrium. (Sarwono, 2007)
1. Menstruasi atau haid mengacu pada pengeluaran darah dan sel-sel secara
periodik melalui vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. (Maulana,
2008)
2. Menstruasi adalah situasi pelepasan endometrium dalam bentuk serpihan dan
perdarahan akibat pengeluaran hormone estrogen dan progesterone yang turun
dan berhenti sehingga terjadi vasokontriksi pembuluh darah yang segera diikuti
vasodilatasi. (Manuaba, 2009)
3. Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dimana darah berasal dari
endometrium yang nekrotik. (Kusmiyati, dkk, 2008)
5
berpisah dari dinding dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina. Periode
pengeluaran darah dikenal sebagai periode menstruasi yang berlangsung sekitar 3-7
hari. Bila seorang wanita mengalami kehamilan maka, menstruasi bulanannya akan
berhenti. Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda
(walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang hamil. kehamilan dapat di
konfirmasi dengan pemeriksaan darah sederhana.
6
3. Fase luteal
Fase ini terjadi pada hari kelima belas sampai siklus menstruasi terakhir.
Dalam fase ini bekas folikel yang ditinggalkan sel telur bisa membentuk korpus
luteum yang nantinya menghasilkan hormon progesteron. Dalam masa ini kondisi
emosional lebih stabil.
4. Fase Menstruasi
Terjadinya fase ini adalah hari ke-29. Hall ini terjadi bila ovum dilepaskan
oleh folikel yang tidak terbuahi spermatozoid. Korpus luteum akan meluruh
menjadi korpus albikans. Akibat dari sekresi estrogen tersebut berakibat turunnya
hormon progesterone. Dengan demikian dinding endometrium meluruh bersama
dengan sel telur dan terjadilah menstruasi. Biasanya menstruasi berlangsung
selama 8 hari.
7
Dismenore merupakan masalah yang sering terjadi pada wanita yang sedang
mengalami haid atau menstruasi(Hendrik, 2006). Dari berbagai pendapat, dapat
disimpulkan dismenore merupakan adanya gangguan fisik pada wanita yang
mengalami menstruasi, yang dikarakteristikan dengan adanya nyeri pada saat
menstruasi, dan nyeri tersebut bisa terjadi sebelum atau selama menstruasi dalam
waktu yang singkat.
1. Disminorea adalah menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada
perut bagian bawah dan punggung serta biasanya terasa seperti kram (Varney.
Jan M. Kriebs, 2007).
2. Disminorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat
wanita tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri sering bersamaan
dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah (Kapita
Selekta Kedokteran, 2008).
3. Disminorea adalah nyeri haid mungkin merupakan gejala yang paling sering
menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan
pengobatan (Sarwono, 2009).
Sementara itu menurut Potter (2005), karakakteristik paling subyektif pada nyeri
adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk
mendeskripsikan nyeri sebagai nyeri ringan, sedang atau parah. Skala deskriptif
merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif. Skala
pendeskripsi verbal (Verbal Deskriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang
terdiri dari 3-5 kata. Pendeskripsi ini dirangking dari “tidak terasa nyeri” sampai
8
“nyeri yang tidak tertahankan”. Alat VDS ini memungkinkan klien untuk
mendeskripsi nyeri. Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale, NRS) lebih
digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri
dengan menggunakan skala 0-10.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak nyeri Sangat nyrei
9
terasa terlalu ketat, sakit kepala, sakit punggung, pegal pada paha, merasa lelah
atau sulit dipahami, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan, menjadi
ceroboh, terganggu tidur, atau muncul memar di paha dan lengan atas. Semua itu
merupakan gejala yang berlangsung antara 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2
minggu. Proses menstruasi mungkin tidak terlalu menimbulkan nyeri jika sudah
berlangsung. Bahkan setelah hari pertama masa haid, orang yang menderita
dismenore kongestif akan merasa lebih baik.
Sedangkan berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati, nyeri
haid dapat dibagi menjadi, dismenore primer dan dismenore sekunder (Morgan &
Hamilton, 2009)
1. Dismenore Primer
Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche, biasanya setelah
12 bulan atau lebih. Siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche
umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai rasa nyeri. Rasa nyeri tidak
timbul lama sebelumnya atau bersama dengan permulaan haid dan berlangsung
untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa
hari. Dismenore primer sering dimulai pada waktu mendapatkan haid pertama dan
sering bersamaan rasa mual, muntah, dan diare. Dinamakan dismenore primer
karena rasa nyeri timbul tanpa ada sebab yang dapat dikenali. Nyeri haid primer
hampir selalu hilang sesudah perempuan itu melahirkan anak pertama. Dismenore
primer biasanya dimulai 6 bulan hingga 1 tahun setelah seorang gadis
mendapatkan menstruasi pertamanya. Ini adalah waktu ketika sel telur mulai
matang setiap bulan dalam ovarium. Pematangan sel telur disebut ovulasi.
Dismenore tidak ada pada siklus jika ovulasi belum terjadi. Dismenore primer
jarang terjadi setalah usia 20 tahun (Hendrik, 2006).Dismenore primer (disebut
juga dismenore idiopatik, esensial, intrinsik) adalah nyeri menstruasi tanpa
kelainan organ reproduksi (tanpa kelainan ginekologik). Terjadi sejak menarche
dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan (Proverawati & Maisaroh :
2009).
Dismenore primer timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan
berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan
posisi rahim setelah menikah dan melahirkan (Hendrik, 2006).
2. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder berhubungan dengan kelainan yang jelas, kelainan
anatomis ini kemungkinan adalah haid disertai infeksi, endometriosis, mioma
uteri, polip endometrial, stenosis serviks, IUD juga dapat merupakan penyebab
dismenore ini (Bobak, 2004). Pasien dismenore sekunder sering mengalami nyeri
10
yang terjadi beberapa hari sebelum haid disertai ovulasi dan kadangkala pada saat
melakukan hubungan seksual (Smeltzer, 2002).
11
2.8 Patofisiologi Dismenore
Pada dasarnya dismenorea memang berhubungan dengan prostaglandin
endometrial dan leukotrien. Setelah terjadi proses ovulasi sebagai respons peningkatan
produksi progesteron (Guyton & Hall, 2007). Asam lemak akan meningkat dalam
fosfolipid membran sel. Kemudian asam arakidonat dan asam lemak omega-7 lainnya
dilepaskan dan memulai suatu aliran mekanisme prostaglandin dan leukotrien dalam
uterus. Kemudian berakibat pada termediasinya respons inflamasi, tegang saat
menstruasi (menstrual cramps), dan molimina menstruasi lainnya (Hillard, 2006).
Hasil metabolism asam arakidonat adalah prostaglandin (PG) F2-alfa, yang merupakan
suatu siklooksigenase (COX) yang mengakibatkan hipertonus dan vasokonstriksi pada
miometrium sehingga terjadi iskemia dan nyeri menstruasi. Selain (PG) F2-alfa juga
terdapat PGE-2 yang menyebabkan dismenorea . Peningkatan level PGF2-alfa dan
PGE-2 jelas akan meningkatkan rasa nyeri pada dismenorea juga (Hillard, 2006).
Selanjutnya, peran leukotrien dalam terjadinya dismenorea adalah meningkatkan
sensitivitas serabut saraf nyeri uterus (Hillard, 2006). Peningkatan leukotrien tidak
hanya pada remaja putri tetapi juga ditemukan pada wanita dewasa. Namun peranan
prostaglandin dan leukotrien ini memang belum dapat dijelaskan secara detail dan
memang memerlukan penelitian lebih lanjut.Dismenore primer juga bisa diakibatkan
oleh adanya tekanan atau faktor kejiwaan selain adanya peranan hormon leukotrien
dan prostaglandin. Stres atau tekanan jiwa bisa meningkatkan kadar vasopresin dan
katekolamin yang berakibat pada vasokonstriksi kemudian iskemia pada sel (Hillard,
2006).Adanya pelepasan mediator seperti bradikinin, prostagandin dan substansi p,
akan merangsang saraf simpatis sehingga menyebabkan vasokonstriksi yang akhirnya
meningkatkan tonus otot yang menimbulkan berbagai efek seperti spasme otot yang
akhirnya menekan pembuluh darah, mengurangi aliran darah dan meningkatkan
kecepatan metabolisme otot yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari medulla
spinalis ke otak akan dipersepsikan sebagai nyeri.
12
Beberapa wanita mengalami mual dan muntah, sakit kepala, letih, pusing,
pingsan, dan diare, serta kelabilan emosi selama menstruasi (Reeder, 2013).
Sedangkan menurut Sari (2012) ciri-ciri atau gejala dismenore primer,
yaitu:
a. Nyeri berupa keram dan tegang pada perut bagian bawah
b. Pegal pada mulut vagina
c. Nyeri pinggang
d. Pegal-pegal pada paha
e. Pada beberapa orang dapat disertai mual, muntah, nyeri kepala,
dan diare.
2. Dismenore Sekunder
Nyeri dengan pola yang berbeda didapatkan pada dismenore sekunder
yang terbatas pada onset haid. Dismenore terjadi selama siklus pertama atau
kedua setelah haid pertama, dismenore dimulai setelah usia 25 tahun.
Sedangkan menurut Sari (2012) ciri-ciri atau gejala dismenore sekunder, yaitu :
a. Darah keluar dalam jumlah banyak dan kadang tidak beraturan.
b. Nyeri saat berhubungan seksual.
c. Nyeri perut bagian bawah yang muncul di luar waktu haid.
d. Nyeri tekan pada panggul.
e. Ditemukan adanya cairan yang keluar dari vagina.
f. Teraba adanya benjolan pada rahim atau rongga panggul.
Gejala dismenore yang paling umum adalah nyeri mirip kram di bagian bawah
perut yang menyebar ke punggung dan kaki. Gejala terkait lainya adalah
muntah, sakit kepala, cemas, kelelahan, diare, pusing, dan kembung atau perut
terasa penuh bahkan. Bebera wanita mengalami nyeri sebelum menstruasi
dimulai dan bisa berlangsung hingga beberapa hari (Ramaiah, 2006).
13
1. Menghindari stress
2. Miliki pola makan yang teratur dengan asupan gizi yang memadai, memenuhi
standar 4 sehat 5 sempurna
3. Hindari makanan yang cenderung asam dan pedas, saat menjelang haid
4. Istirahat yang cukup, menjaga kondisi agar tidak terlalu lelah, dan tidak
menguras energi yang berlebihan
5. Tidur yang cukup, sesuai standar keperluan masing-masing 6-8 jam dalam
sehari
6. Lakukan olahraga ringan secara teratur
14
Penatalaksanaan medis pada dismenore primer terdiri atas
pemberian kontrasepsi oral dan NSAIDs. Pada kontrasepsi oral bekerja
dengan mengurangi volume darah menstruasi dengan menekan
endometrium dan ovulasi, sehingga kadar protaglandin menjadi rendah.
Golongan obat NSAID yang diberikan pada pasien dismenorea primer
yaitu ibuprofen, naproksen dan asam mefenamat. Medikasi diberikan
setelah nyeri dirasakan, dan dilanjutkan selama 2 sampai 3 hari pertama
pada saat menstruasi.
b. Dismenore sekunder
Penatalaksanaan atau terapi fisik untuk dismenorea
sekunderbergantung dengan penyebabnya. Pemberian terapi NSAIDs,
karena nyeri yang disebabkan oleh peningkatan protaglandin. Antibiotik
dapat diberikan ketika ada infeksi dan pembedahan dapat dilakukan jika
terdapat abnormalitas anatomi dan struktural.
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nn. Yuli berusia 16 tahun , mengeluh kram pada abdomen bawah setiap mengalami
menstruasi. Pasien mengatakan gejala ini dirasakan sejak menarche. Ia seringkali tidak masuk
sekolah karena nyeri yang ia rasakan parah . Saat ditanyakan perawat Nn. Yuli mengatakan nyeri
yang ia rasakan berada pada skala 5. Nn. Yuli juga sering mengalami perut kembung dan nyeri
punggung saat menstruasi. Banyaknya darah menstruasi tidak terlalu banyak, biasanya
mengganti pembalut sekitar 3 – 4 kali sehari pada saat menstruasi dengan lama sekitar 5 hari .
Setelah dilakukan pemeriksaan didapat tanda – tanda vital normal, pemeriksaan
pelvic menunjukkan genitalia eksterna normal dan anverted uterus baik. pemeriksaan lab serum
beta Hcg, 5 Miu/MI, gambaran pelvic normal, kultur gonokokus dan clamidia negative.
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Nama : Nn . Yuli
Usia : 16 Tahun
2. riwayat kesehatan
a. keluhan utama : nyeri abdomen dengan skala 5.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Nn. Yuli mengeluh nyeri dibagian perut dan punggung serta kembung
pada bagian perut . Nyeri tersebut dirasakan setiap kali menstruasi.
c. Riwayat penyakit terdahulu
3. Analisis data
16
DS : Klien seringkali Fungsi endokrin Intoleransi
tidak masuk sekolah ↓ Aktivitas
karena nyeri yang Produk prostaglandin
dirasakan parah . ↓
Gastroentestinal
DO : TTV normal ↓
Mual dan Muntah
↓
Nutrisi
↓
Nyeri
↓
Hambatan mobilitas
3.2 Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan meningkatnya kontraktilitas uterus dan
hipetrsensitivitas.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri.
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
17
3.3 Intervensi
4. Pasien mampu
menggunakan
teknik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi nyeri
18
mandiri. kekurangan dalam untuk beraktivitas.
beraktivitas.
2. Mampu untuk
pindah dengan 4. Bantu klien untuk
atau tanpa mengembangkan motifasi
bantuan alat. diri dan penguatan
3. Berpartisipasi
dalam aktivitas
fisik tanpa
disertai
peningkatan
tekanan darah,
nadi, dan RR.
4. Energy
psikomotor
meningkat.
5. Level kelemahan
berkurang.
Klien mengerti
tentang penyakit
disminore dan
perawatannya
19
3.4 Implementasi
20
mandiri. motifasi diri dan dilakukan.
2. Mampu penguatan 3. Membantu
untuk pindah pasiien dan
dengan atau keluarga untuk
tanpa bantuan mengidentifikasi
alat. kekurangan
3. Berpartisipasi dalam
dalam beraktivitas.
aktivitas fisik 4. Membantu klien
tanpa disertai untuk
peningkatan mengembangkan
tekanan motifasi diri dan
darah, nadi, penguatan
dan RR.
4. Energy
psikomotor
meningkat.
5. Level
kelemahan
berkurang.
Klien mengerti
tentang penyakit
disminore dan
penanganannya
3.5 Evaluasi
1. Pasien dapat mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau menurunkan
nyeri
2. skala nyeri berkurang
3. pasien dapat melakukan aktivitas
4. pasien tenang dan dapat mengekspresikan perasaannya
5. pasien tau dan mengerti mengenai disminore dan penanganannya
21
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid/menstruasi yang dapat
mengganggu aktivitas dan memerlukan pengobatan yang ditandai dengan nyeri atau rasa
sakit di daerah perut maupun pinggul.
Penyebab nyeri haid ini belum ditemukan secara pasti meskipun telah banyak
penelitian yang dilakukan untuk mencari penyebabnya. Ada beberapa factor yang
menyebabkan dismenore yaitu factor psikologis, factor endokrin, dan alergi.
Makalah ini disusun agar masyarakat terkhusus mahasiswa keperawatan lebih
meningkatkan dan mengembangkan lagi pengetahuan terkait menstruasi terutama tentang
dismenore sehingga ke depannya dapat memberikan asuhan yang komprehensif dan
meningkatkan pelayanan keperawatan yang profesional dan berkualitas.
4.2 Saran
Disarankan bagi wanita banyak mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
olahraga secara teratur dan mengupayakan pola hidup sehat dan periksa kesehatan secara
berkala.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar
penulis dapat menyusun makalah yang lebih baik dari yang sebelumnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.undip.ac.id/50871/3/
WIZURAI_HAKIM_22010112110125_Lap.KTI_2016_BAB_II.pdf
http://repository.unimus.ac.id/937/3/BAB%20II.PDF
http://repository.unimus.ac.id/937/3/BAB%20II.pdf
https://id.scribd.com/document/357135074/Konsep-Dismenore-Dan-Konsep-Nyeri
Nurarif,Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Askep Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda : NIC NOC . Yogyakarta : Mediaction
24