Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT, tuhan semesta alam, yang telah
memberikan kita rahmat, taufiq, hidayah dan anugerahnya sehingga kami berhasil menyusun
makalah ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DISMENORE”.
Hanya kepadanya kami memohon pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan. Shalawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan dan sari tauladan kita Nabi Muhammad
SAW yang telah membimbing kita pada jalan yang diridhai oleh Allah SWT.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk menambah dan mengembangkan
pengetahuan tentang ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DISMENORE
khususnya bagi mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Riau karena begitu pentingnya
memahami konsep dan asuhan keperawatan mengenai kasus DISMENORE ini. Makalah ini
disusun dengan urutan penyajian sedemikian rupa dari konsep dasar penyakit dismenorea dan
bagaimana asuhan keperawatan pasien tersebut sekaaligus disertai dengan contoh kasus sehingga
kita akan merasa senang untuk mendalaminya.

“Tiada Manusia Yang Sempurna” begitu pula dengan kami yang telah
mempersembahkan makalah ini yang telah kami susun sebaik mungkin. Akan tetapi, segala
kritik dan saran demi perbaikan isi makalah ini akan kami sambut dengan senang hati.
Terimakasih kepadaa pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan turut andil dalam merncerdaskan
para calon perawat indonesia, dan menjadikan para perawat Indonesia menjadi perawat yang
profesional. Wassalamualaikum Wr.Wb

Pekanbaru, 28 Oktober 2018

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................3
1.3 Tujuan...............................................................................................................................3
1.4 Manfaat.............................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................5
2.1 Definisi..............................................................................................................................5
2.2 Siklus Menstruasi..............................................................................................................6
2.3 Perubahan Pada Siklus Menstruasi...................................................................................7
2.4 Definisi Dismenore...........................................................................................................7
2.5 Derajat Nyeri Dismenore..................................................................................................8
2.6 Klasifikasi Dismenore.......................................................................................................9
2.7 Etiologi Dismenore.........................................................................................................11
2.8 Patofisiologi Dismenore..................................................................................................12
2.9 Manifestasi Dismenore...................................................................................................12
2.10 Pencegahan Dismenore...................................................................................................14
2.11 Penatalaksanaan Dismenore............................................................................................14
3.1 Pengkajian.......................................................................................................................16
3.2 Diagnosa..........................................................................................................................17
3.3 Intervensi.........................................................................................................................18
3.4 Implementasi...................................................................................................................20
3.5 Evaluasi...........................................................................................................................21
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................22
4.1 Simpulan.........................................................................................................................22
4.2 Saran................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................23

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara periodik setiap bulan seorang wanita normal mengalami menstruasi yang
terkadang disertai nyeri haid (desmenore). Desminore adalah rasa nyeri yang timbul
menjelang dan selama menstruasi, ditandai dengan gejala kram pada abdomen bagian
bawah. Gejala ini disebabkan karena tingginya produksi hormon prostaglandin (MIMS
Petunjuk Konsultasi, 2007/2008). Desminore merupakan rasa nyeri yang hebat yang
dapat mengganggu aktivitas sehari-hari (Wijayanti, 2009).
Data dari WHO didapatkan kejadian sebesar 1.769. 425 jiwa (90%) wanita yang
mengalami desminore, 10-15% diantaranya mengalami desminore berat. Hal ini
didukung dengan penelitian yang telah dilakukan di berbagai Negara dengan hasil yang
mencengangkan, dimana kejadian desminore primer di setiap Negara dilaporkan lebih
dari 50%. Di Indonesia sendiri diperkirakan 55% perempuan usia produktif yang tersiksa
oleh nyeri haid ini (Anonim, 2008). Angka kejadian desminore tipe primer di Indonesia
adalah sekitar 54, 89% sedangkan sisanya adalah penderita dengan tipe sekunder.
Olahraga adalah rangkaian gerak yang teratur dan terencana yang dilakukan
dengan kondisi sadar untuk meningkatkan kemampuan fungsional. Pada wanita yang
berolahraga dengan teratur dilaporkan dapat mengurangi intensitas nyeri dan
ketidaknyamanan pada bagian bawah abdominal. Olahraga seperti latihan aerobic dapat
membantu memproduksi bahan alami yang mamblok rasa sakit ketika haid (Proverawati
& Misarih, 2009).
Dari penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk mempelajari lebih lanjut
mengenai desminore dan konsep dasar menstruasi serta asuhan keperawatan yang efektif
diberikan guna menunjang tindakan penanganan yang professional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar menstruasi?
2. Bagaimana konsep dasar disminore?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan disminore?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
a) Menjelaskan konsep dasar menstruasi
b) Menjelaskan konsep dasar disminore
c) Menjelaskan asuhan keperawatan klien dengan disminore
2. Tujuan Khusus
a) Menjelaskan definisi menstruasi

3
b) Menjelaskan siklus menstruasi
c) Menjelaskan perubahan pada siklus menstruasi
d) Menjelaskan definisi disminore
e) Menjelaskan klasifikasi disminore
f) Menjelaskan etiologi disminore
g) Menjelaskan patofisiologi disminore
h) Menjelaskan manifestasi klinis desminore
i) Menjelaskan pencegahan disminore
j) Menjelaskan penatalaksanaan disminore

1.4 Manfaat
1. Mengetahui dan memahami konsep dasar menstruasi
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar disminore
3. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan klien dengan disminore

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan endometrium. (Sarwono, 2007)
1. Menstruasi atau haid mengacu pada pengeluaran darah dan sel-sel secara
periodik melalui vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. (Maulana,
2008)
2. Menstruasi adalah situasi pelepasan endometrium dalam bentuk serpihan dan
perdarahan akibat pengeluaran hormone estrogen dan progesterone yang turun
dan berhenti sehingga terjadi vasokontriksi pembuluh darah yang segera diikuti
vasodilatasi. (Manuaba, 2009)
3. Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dimana darah berasal dari
endometrium yang nekrotik. (Kusmiyati, dkk, 2008)

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan


perdarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang
terjadi setiap bulan secara terus menerus disebut sebagai siklus menstruasi. Menstruasi
biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga menopause (sekitar usia
45- 55 tahun). Normalnya menstruasi berlangsung selama 3-7 hari.
Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki
siklus 25-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun
beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi
adanya masalah kesuburan.
Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi sampai
hari dimana perdarahan dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian dihitung
sampai dengan hari terakhir yaitu satu hari sebelum perdarahan menstruasi bulan
berikutnya dimulai.
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh
wanita setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang
dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan hipotalamus, kelenjar dibawah
otak depan dan indung telur. Pada permulaan daur , lapisan sel rahim mulai
berkembang dan menebal. Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin yang
sedang tumbuh bila wanita tersebut hamil. Hormon memberi sinyal pada telur didalam
indung telur untuk mulai berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan
dari indung telur wanita dan mulai bergerak menuju tuba falopii dan menuju ke rahim.
Bila telur tidak dibuahi oleh sperma pada saat berhubungan intim, lapisan rahim akan

5
berpisah dari dinding dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina. Periode
pengeluaran darah dikenal sebagai periode menstruasi yang berlangsung sekitar 3-7
hari. Bila seorang wanita mengalami kehamilan maka, menstruasi bulanannya akan
berhenti. Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda
(walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang hamil. kehamilan dapat di
konfirmasi dengan pemeriksaan darah sederhana.

2.2 Siklus Menstruasi

1. Fase follikuler atau pra ovulasi


Ini terjadi selama hari pertama sampai hari ketiga belas. Dalam fase ini
terjadi pelepasan hormon Follicle Stimulating Hormone oleh kelanjar pituitari
atau hipofisia. Terjadi peningkatan hormon estrogen dan testosteron yang tadinya
menurun. Dengan begitu wanita menjadi lebih berenergi, nafsu makan meningkat,
dan bergairah.
2. Fase Ovulasi
Terjadi pada hari ke-14. Hormon luteinizing yang ada di sel telur yang
telah matang akan dilepaskan ke tuba fallopi. Hormon LH bisa bertahan kurang
lebih 12- 24 jam. Sedangkan hormon estrogen dan testosteron dalam tingkat yang
paling tinggi. Efeknya percaya diri dan gairah untuk melakukan hubungan akan
meningkat.

6
3. Fase luteal
Fase ini terjadi pada hari kelima belas sampai siklus menstruasi terakhir.
Dalam fase ini bekas folikel yang ditinggalkan sel telur bisa membentuk korpus
luteum yang nantinya menghasilkan hormon progesteron. Dalam masa ini kondisi
emosional lebih stabil.
4. Fase Menstruasi
Terjadinya fase ini adalah hari ke-29. Hall ini terjadi bila ovum dilepaskan
oleh folikel yang tidak terbuahi spermatozoid. Korpus luteum akan meluruh
menjadi korpus albikans. Akibat dari sekresi estrogen tersebut berakibat turunnya
hormon progesterone. Dengan demikian dinding endometrium meluruh bersama
dengan sel telur dan terjadilah menstruasi. Biasanya menstruasi berlangsung
selama 8 hari.

2.3 Perubahan Pada Siklus Menstruasi


Apabila sumbu hipotalamus-hipovisisiovarium berfungsi dengan baik, jaringan lain
mengalami respon yang dapat digunakan sebagai prediksi, misalnya:
1. Sebelum ovulasi: suhu basal wanita lebih rendah, seringkali < 37⁰C.
2. Setelah ovulasi seiring peningkatan kadar prodesteron, suhu basal meningkat.
3. Lendir pra-pasca ovulasi lengket sehingga menghambat penetrasi sperma.
4. Pada saat ovulasi lendir menjadi jernih dan cair, lendir terlihat, teraba, dan
meregang seperti putih telur (spinnbarkheit).
5. Saat ovulasi beberapa wanita mengalami nyeri abdomen terlokalisasi yang
disebut mittelschmerz (Indriyani, 2013).

2.4 Definisi Dismenore


Istilah dismenore (dysmenorrhea) berasal dari kata dalam bahasa yunani kuno
(Greek) kata tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal; meno yang
berarti bulan; dan rrhea yang berarti aliran atau arus. Secara singkat dismenore dapat
didefinisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit atau menstruasi yang mengalami
nyeri (Anurogo, 2011). Nyeri haid disebut juga dengan dismenore (Sari, 2012).
Dysmenorrhea atau dismenore dalam bahasa Indonesia berarti nyeri pada saat
menstruasi (Icemi & Wahyu, 2013). Menurut Reeder (2013) dismenore yakni nyeri
menstruasi yang dikarakteristikan sebagai nyeri singkat sebelum atau selama
menstruasi. Nyeri ini berlangsung selama satu sampai beberapa hari selama
menstruasi. Dismenore merupakan nyeri menstruasiyang dikarakteristikan sebagai
nyeri singkat sebelum awitan atau selama menstruasi yang merupakan permasalahan
ginekologikal utama, yang sering dikeluhkan oleh wanita (Lowdermilk et al, 2011).

7
Dismenore merupakan masalah yang sering terjadi pada wanita yang sedang
mengalami haid atau menstruasi(Hendrik, 2006). Dari berbagai pendapat, dapat
disimpulkan dismenore merupakan adanya gangguan fisik pada wanita yang
mengalami menstruasi, yang dikarakteristikan dengan adanya nyeri pada saat
menstruasi, dan nyeri tersebut bisa terjadi sebelum atau selama menstruasi dalam
waktu yang singkat.
1. Disminorea adalah menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada
perut bagian bawah dan punggung serta  biasanya terasa seperti kram (Varney.
Jan M. Kriebs, 2007).
2. Disminorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat
wanita tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri sering bersamaan
dengan rasa mual, sakit kepala,  perasaan mau pingsan, lekas marah (Kapita
Selekta Kedokteran, 2008).
3. Disminorea adalah nyeri haid mungkin merupakan gejala yang  paling sering
menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan
pengobatan (Sarwono, 2009).

2.5 Derajat Nyeri Dismenore


Riyanto (2002) menyebutkan bahwa derajat dimenore ada empat yaitu derajat 0-3.
1. Derajat 0
Tanpa rasa nyeri dan aktifitas sehari-hari tak terpengaruhi.
2. Derajat 1
Nyeri ringan dan memerlukan obat rasa nyeri, namun aktifitas jarang
terpengaruh.
3. Derajat 2
Nyeri sedang dan tertolong dengan obat penghilang nyeri namun aktifitas
sehari-hari terganggu.
4. Derajat 3
Nyeri sangat hebat dan tak berkurang walaupun telah menggunakan obat dan
tidak dapat bekerja, kasus ini segera ditangani dokter.

Sementara itu menurut Potter (2005), karakakteristik paling subyektif pada nyeri
adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk
mendeskripsikan nyeri sebagai nyeri ringan, sedang atau parah. Skala deskriptif
merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif. Skala
pendeskripsi verbal (Verbal Deskriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang
terdiri dari 3-5 kata. Pendeskripsi ini dirangking dari “tidak terasa nyeri” sampai

8
“nyeri yang tidak tertahankan”. Alat VDS ini memungkinkan klien untuk
mendeskripsi nyeri. Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale, NRS) lebih
digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri
dengan menggunakan skala 0-10.

Gambar 1 Skala Intensitas Nyeri menurut Potter (2005)

Skala Intensitas Nyeri Numerik 0-10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak nyeri Sangat nyrei

Skala Intensitas Nyeri Deskriptif Sederhana

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri yang tak


nyeri ringan sedang berat tertahankan

Skala Analog Visual

Tidak nyeri Nyeri yang tak


tertahankan

2.6 Klasifikasi Dismenore


Nyeri haid dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya kelainan
yang dapat diamati. Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat dibagi menjadi,
dismenore spasmodik dan dismenore kongestif (Hendrik, 2006).
1. Nyeri Spasmodik
Nyeri spasmodik terasa dibagian bawah perut dan berawal sebelum masa
haid atau segera setelah masa haid mulai. Banyak perempuan terpaksa harus
berbaring karena terlalu menderita nyeri itu sehingga tidak dapat mengerjakan
sesuatu. Ada diantara mereka yang pingsan, merasa sangat mual, bahkan ada yang
benar-benar muntah. Kebanyakan penderitanya adalah perempuan muda
walaupun dijumpai pula pada kalangan yang berusia 40 tahun keatas. Dismenore
spasmodik dapat diobati atau paling tidak dikurangi dengan lahirnya bayi pertama
walaupun banyak pula perempuan yang tidak mengalami hal seperti itu.
2. Nyeri Kongestif
Penderita dismenore kongestif biasanya akan tahu sejak berhari-hari
sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera tiba. Penderita mungkin akan
mengalami pegal, sakit pada buah dada, perut kembung tidak menentu, beha

9
terasa terlalu ketat, sakit kepala, sakit punggung, pegal pada paha, merasa lelah
atau sulit dipahami, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan, menjadi
ceroboh, terganggu tidur, atau muncul memar di paha dan lengan atas. Semua itu
merupakan gejala yang berlangsung antara 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2
minggu. Proses menstruasi mungkin tidak terlalu menimbulkan nyeri jika sudah
berlangsung. Bahkan setelah hari pertama masa haid, orang yang menderita
dismenore kongestif akan merasa lebih baik.

Sedangkan berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati, nyeri
haid dapat dibagi menjadi, dismenore primer dan dismenore sekunder (Morgan &
Hamilton, 2009)

1. Dismenore Primer
Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche, biasanya setelah
12 bulan atau lebih. Siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche
umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai rasa nyeri. Rasa nyeri tidak
timbul lama sebelumnya atau bersama dengan permulaan haid dan berlangsung
untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa
hari. Dismenore primer sering dimulai pada waktu mendapatkan haid pertama dan
sering bersamaan rasa mual, muntah, dan diare. Dinamakan dismenore primer
karena rasa nyeri timbul tanpa ada sebab yang dapat dikenali. Nyeri haid primer
hampir selalu hilang sesudah perempuan itu melahirkan anak pertama. Dismenore
primer biasanya dimulai 6 bulan hingga 1 tahun setelah seorang gadis
mendapatkan menstruasi pertamanya. Ini adalah waktu ketika sel telur mulai
matang setiap bulan dalam ovarium. Pematangan sel telur disebut ovulasi.
Dismenore tidak ada pada siklus jika ovulasi belum terjadi. Dismenore primer
jarang terjadi setalah usia 20 tahun (Hendrik, 2006).Dismenore primer (disebut
juga dismenore idiopatik, esensial, intrinsik) adalah nyeri menstruasi tanpa
kelainan organ reproduksi (tanpa kelainan ginekologik). Terjadi sejak menarche
dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan (Proverawati & Maisaroh :
2009).
Dismenore primer timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan
berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan
posisi rahim setelah menikah dan melahirkan (Hendrik, 2006).
2. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder berhubungan dengan kelainan yang jelas, kelainan
anatomis ini kemungkinan adalah haid disertai infeksi, endometriosis, mioma
uteri, polip endometrial, stenosis serviks, IUD juga dapat merupakan penyebab
dismenore ini (Bobak, 2004). Pasien dismenore sekunder sering mengalami nyeri

10
yang terjadi beberapa hari sebelum haid disertai ovulasi dan kadangkala pada saat
melakukan hubungan seksual (Smeltzer, 2002).

2.7 Etiologi Dismenore


Dismenore terjadi akibat endometrium mengalami peningkatan prostaglandin
dalam jumlah tinggi. Di bawah pengaruh progesteron selama fase luteal haid,
endometrium yang mengandung prostaglandin meningkat mencapai tingkat
maksimum pada awal masa haid. Prostaglandin menyebabkan kontraksi myometrium
yang kuat dan mampu menyempitkan pembuluh darah mengakibatkan iskemia,
disintegrasi endometrium dan nyeri (Morgan & Hamilton, 2009).
Prostaglandin F2 alfa adalah suatu perangsang kuat kontraksi otot polos
myometrium dan konstriksi pembuluh darah uterus. Hal ini memperparah hipoksia
uterus yang secara normal terjadi pada haid sehingga timbul nyeri berat (Corwin,
2009). Selain itu, kejadian dismenore primer juga dapat dipicu oleh faktor psikogenik
yaitu stress emosional dan ketegangan, kurang vitamin, atau rendahnya kadar gula
(Dianawati, 2003).
1. Dismenore Primer
Banyak teori yang telah ditemukan untuk menerangkan penyebab terjadi
dismenore primer, tetapi meskipun demikian patofisiologisnya belum jelas.
Etiologi dismenore primer diantaranya:
a. Faktor psikologis
Biasanya terjadi pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil.
Mempunyai ambang nyeri yang rendah, sehingga dengan sedikit
rangsangan nyeri, maka ia akan sangat merasa kesakitan.
b. Faktor endokrin
Pada umumnya nyeri haid ini dihubungkan dengan kontraksi uterus
yang tidak bagus. Hal ini sangat erat kaitannya dengan pengaruh
hormonal. Peningkatan produksi prostaglandin akan menyebabkan
terjadinya kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi sehingga
menimbulkan nyeri.
c. Alergi
Teori ini dikemukakan setelah memerhatikan hubungan antara asosiasi
antara dismenore dengan urtikaria, migren, asma bronkial, namun
belum dapat dibuktikan mekanismenya (Mitayani, 2012).
2. Dismenore sekunder
a. Faktor konstitusi seperti anemia
b. Obstruksi kanalis servikalis
c. Anomali uterus congenital
d. Leinomioma submukosa
e. Endometriosis dan adenomiosis (Mitayani, 2012).

11
2.8 Patofisiologi Dismenore
Pada dasarnya dismenorea memang berhubungan dengan prostaglandin
endometrial dan leukotrien. Setelah terjadi proses ovulasi sebagai respons peningkatan
produksi progesteron (Guyton & Hall, 2007). Asam lemak akan meningkat dalam
fosfolipid membran sel. Kemudian asam arakidonat dan asam lemak omega-7 lainnya
dilepaskan dan memulai suatu aliran mekanisme prostaglandin dan leukotrien dalam
uterus. Kemudian berakibat pada termediasinya respons inflamasi, tegang saat
menstruasi (menstrual cramps), dan molimina menstruasi lainnya (Hillard, 2006).
Hasil metabolism asam arakidonat adalah prostaglandin (PG) F2-alfa, yang merupakan
suatu siklooksigenase (COX) yang mengakibatkan hipertonus dan vasokonstriksi pada
miometrium sehingga terjadi iskemia dan nyeri menstruasi. Selain (PG) F2-alfa juga
terdapat PGE-2 yang menyebabkan dismenorea . Peningkatan level PGF2-alfa dan
PGE-2 jelas akan meningkatkan rasa nyeri pada dismenorea juga (Hillard, 2006).
Selanjutnya, peran leukotrien dalam terjadinya dismenorea adalah meningkatkan
sensitivitas serabut saraf nyeri uterus (Hillard, 2006). Peningkatan leukotrien tidak
hanya pada remaja putri tetapi juga ditemukan pada wanita dewasa. Namun peranan
prostaglandin dan leukotrien ini memang belum dapat dijelaskan secara detail dan
memang memerlukan penelitian lebih lanjut.Dismenore primer juga bisa diakibatkan
oleh adanya tekanan atau faktor kejiwaan selain adanya peranan hormon leukotrien
dan prostaglandin. Stres atau tekanan jiwa bisa meningkatkan kadar vasopresin dan
katekolamin yang berakibat pada vasokonstriksi kemudian iskemia pada sel (Hillard,
2006).Adanya pelepasan mediator seperti bradikinin, prostagandin dan substansi p,
akan merangsang saraf simpatis sehingga menyebabkan vasokonstriksi yang akhirnya
meningkatkan tonus otot yang menimbulkan berbagai efek seperti spasme otot yang
akhirnya menekan pembuluh darah, mengurangi aliran darah dan meningkatkan
kecepatan metabolisme otot yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari medulla
spinalis ke otak akan dipersepsikan sebagai nyeri.

2.9 Manifestasi Dismenore


Manifestasi pada dismenore sesuai dengan jenis dismenorenya yaitu:
1. Dismenore primer
Gejala-gejala umum seperti rasa tidak enak badan, lelah, mual, muntah,
diare, nyeri punggung bawah, sakit kepala, kadang-kadang dapat juga disertai
vertigo atau sensasi jatuh, perasaan cemas dan gelisah, hingga jatuh pingsan
(Anurogo, 2011). Nyeri dimulai beberapa jam sebelum atau bersamaan dengan
awitan menstruasi dan berlangsung selama 48 sampai 72 jam. Nyeri yang
berlokasi di area suprapubis dapat berupa nyeri tajam, dalam, kram, tumpul
dan sakit. Sering kali terdapat sensasi penuh di daerah pelvis atau sensasi
mulas yang menjalar ke paha bagian dalam dan area lumbosakralis.

12
Beberapa wanita mengalami mual dan muntah, sakit kepala, letih, pusing,
pingsan, dan diare, serta kelabilan emosi selama menstruasi (Reeder, 2013).
Sedangkan menurut Sari (2012) ciri-ciri atau gejala dismenore primer,
yaitu:
a. Nyeri berupa keram dan tegang pada perut bagian bawah
b. Pegal pada mulut vagina
c. Nyeri pinggang
d. Pegal-pegal pada paha
e. Pada beberapa orang dapat disertai mual, muntah, nyeri kepala,
dan diare.
2. Dismenore Sekunder
Nyeri dengan pola yang berbeda didapatkan pada dismenore sekunder
yang terbatas pada onset haid. Dismenore terjadi selama siklus pertama atau
kedua setelah haid pertama, dismenore dimulai setelah usia 25 tahun.
Sedangkan menurut Sari (2012) ciri-ciri atau gejala dismenore sekunder, yaitu :
a. Darah keluar dalam jumlah banyak dan kadang tidak beraturan.
b. Nyeri saat berhubungan seksual.
c. Nyeri perut bagian bawah yang muncul di luar waktu haid.
d. Nyeri tekan pada panggul.
e. Ditemukan adanya cairan yang keluar dari vagina.
f. Teraba adanya benjolan pada rahim atau rongga panggul.

Juga beberapa teori menyebutkan bahwa manifestasi dismenore sebagai


berikut:

Gejala dismenore yang paling umum adalah nyeri mirip kram di bagian bawah
perut yang menyebar ke punggung dan kaki. Gejala terkait lainya adalah
muntah, sakit kepala, cemas, kelelahan, diare, pusing, dan kembung atau perut
terasa penuh bahkan. Bebera wanita mengalami nyeri sebelum menstruasi
dimulai dan bisa berlangsung hingga beberapa hari (Ramaiah, 2006).

Sedangkan menurut Riyanto (2002) menyebutkan bahwa gejala-gejala klinis


biasanya dimulai sehari sebelum haid berlangsung selama hari pertama haid
dan jarang terjadi setelah itu. Nyeri biasanya merupakan nyeri di garis tengah
perut (pada abdomen bawah), punggung, tulang kemaluan. Nyeri terasa timbul,
tajam dan bergelombang. Biasanya mengikuti kontraksi dan dapat menjalar ke
arah pinggang belakang. Selain rasa nyeri, dapat pula disertai mual, sakit
kepala, dan mudah tersinggung / depresi.

2.10 Pencegahan Dismenore


Pencegahan dismenore menurut Anurogo (2011) yaitu:

13
1. Menghindari stress
2. Miliki pola makan yang teratur dengan asupan gizi yang memadai, memenuhi
standar 4 sehat 5 sempurna
3. Hindari makanan yang cenderung asam dan pedas, saat menjelang haid
4. Istirahat yang cukup, menjaga kondisi agar tidak terlalu lelah, dan tidak
menguras energi yang berlebihan
5. Tidur yang cukup, sesuai standar keperluan masing-masing 6-8 jam dalam
sehari
6. Lakukan olahraga ringan secara teratur

2.11 Penatalaksanaan Dismenore


Untuk beberapa wanita yang sedang dismenore biasanya nyeri dapat dikurangi
dengan pemberian panas (kompres panas atau mandi air panas), masase, latihan fisik,
dan tidur cukup untuk meredakan dismenore primer. Panas meredakan iskemia dengan
menurunkan kontraksi dan meningkatkan sirkulasi. Perubahan diet dengan mengurangi
garam dan peningkatan penggunaan diuretik alami, seperti asparagus atau daun sup
dapat mengurangi edema dan rasa tidak nyaman yang timbul. Penggunaan obat
analgesik, obat-obatan anti radang bukan steroid (Non Steroid Anti Inflammatory
Drugs) dan diuretik untuk relaksasi uterus. Sebagai upaya terahir untuk mengatasi
dismenore yang tidak dapat dikendalikan pembedahan dapat diindikasikan (Bobak,
2004).
Ramaiah (2006) menyebutkan bahwa, salah satu cara yang sangat efektif untuk
mencegah nyeri dismenore ini adalah melakukan aktifitas olahraga. Beberapa latihan
dapat meningkatkan pasokan darah ke organ reproduksi sehingga memperlancar
peredaran darah. Olahraga teratur seperti berjalan kaki, jogging, berlari, bersepeda,
renang atau senam aerobik dapat memperbaiki kesehatan secara umum dan membantu
menjaga siklus menstruasi yang teratur. Olahraga setidaknya dilakukan tiga hingga
empat kali seminggu, khususnya selama paruh kedua siklus menstruasi. Riset
menunjukkan bahwa perempuan yang berolahraga teratur dapat meningkatkan sekresi
hormon dan pemanfaatannya, khususnya estrogen.
Olahraga penting untuk remaja putri yang menderita dismenore karena latihan
yang sedang dan teratur meningkatkan pelepasan endorfin beta (penghilang nyeri
alami) ke dalam aliran darah sehingga dapat mengurangi nyeri dismenore. Beberapa
penelitian telah mengkaitkan nyeri dismenore dengan perubahan kadar endorfin beta
(Rager, 1999).

Menurut Reeder (2013) penatalaksanaan pada disminore yaitu:


a. Dismenore primer

14
Penatalaksanaan medis pada dismenore primer terdiri atas
pemberian kontrasepsi oral dan NSAIDs. Pada kontrasepsi oral bekerja
dengan mengurangi volume darah menstruasi dengan menekan
endometrium dan ovulasi, sehingga kadar protaglandin menjadi rendah.
Golongan obat NSAID yang diberikan pada pasien dismenorea primer
yaitu ibuprofen, naproksen dan asam mefenamat. Medikasi diberikan
setelah nyeri dirasakan, dan dilanjutkan selama 2 sampai 3 hari pertama
pada saat menstruasi.
b. Dismenore sekunder
Penatalaksanaan atau terapi fisik untuk dismenorea
sekunderbergantung dengan penyebabnya. Pemberian terapi NSAIDs,
karena nyeri yang disebabkan oleh peningkatan protaglandin. Antibiotik
dapat diberikan ketika ada infeksi dan pembedahan dapat dilakukan jika
terdapat abnormalitas anatomi dan struktural.

15
BAB III

TINJAUAN KASUS

Nn. Yuli berusia 16 tahun , mengeluh kram pada abdomen bawah setiap mengalami
menstruasi. Pasien mengatakan gejala ini dirasakan sejak menarche. Ia seringkali tidak masuk
sekolah karena nyeri yang ia rasakan parah . Saat ditanyakan perawat Nn. Yuli mengatakan nyeri
yang ia rasakan berada pada skala 5. Nn. Yuli juga sering mengalami perut kembung dan nyeri
punggung saat menstruasi. Banyaknya darah menstruasi tidak terlalu banyak, biasanya
mengganti pembalut sekitar 3 – 4 kali sehari pada saat menstruasi dengan lama sekitar 5 hari .
Setelah dilakukan pemeriksaan didapat tanda – tanda vital normal, pemeriksaan
pelvic menunjukkan genitalia eksterna normal dan anverted uterus baik. pemeriksaan lab serum
beta Hcg, 5 Miu/MI, gambaran pelvic normal, kultur gonokokus dan clamidia negative.

3.1 Pengkajian
1. Identitas
Nama : Nn . Yuli
Usia : 16 Tahun
2. riwayat kesehatan
a. keluhan utama : nyeri abdomen dengan skala 5.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Nn. Yuli mengeluh nyeri dibagian perut dan punggung serta kembung
pada bagian perut . Nyeri tersebut dirasakan setiap kali menstruasi.
c. Riwayat penyakit terdahulu
3. Analisis data

Data Etiologi Masalah


DS : Klien mengeluh Fungsi endokrin Nyeri
kram diabdomen bawah ↓
setiap menstruasi, nyeri Produk prostaglandin
punggung ↓
Gastroentestinal
DO : TTV normal, ↓
skala nyeri 5, Mual dan Muntah
pemeriksaan pelvic ↓
menunjukkan genitalia Nutrisi
ekternal normal dan ↓
anverted uterus baik . Nyeri
pemeriksaan Lab serum
Beta Hcg , 5 Miu/ MI ,
Gambaran pelvic
normal , kultur
gonokokus dan
clamidia negative .

16
DS : Klien seringkali Fungsi endokrin Intoleransi
tidak masuk sekolah ↓ Aktivitas
karena nyeri yang Produk prostaglandin
dirasakan parah . ↓
Gastroentestinal
DO : TTV normal ↓
Mual dan Muntah

Nutrisi

Nyeri

Hambatan mobilitas

DS : Klien mengatakan Fungsi endokrin Ansietas


masa menstruasinya ↓
lama sampai 5 hari , Produk prostaglandin
Klien seringkali tidak ↓
masuk sekolah karena Gastroentestinal
nyeri yang dirasakan ↓
parah . Mual dan Muntah

DO : TTV Normal Nutrisi

Nyeri

Kurangnya pengetahuan

Ansietas

3.2 Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan meningkatnya kontraktilitas uterus dan
hipetrsensitivitas.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri.
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.

17
3.3 Intervensi

No Dx Tujuan Intervensi Rasional

1 1 Setelah diberikan 1. Hangatkan bagian perut 1. Dapat mengurangi


askep selama 1x24 vasodilatasi.
jam diharapkan nyeri 2. Massage daerah perut
pasien berkurang yang nyeri dan lakukan 2. Mengurangi nyeri
dengan kriteria hasil  : pijatan punggung. karena adanya
stimulus sentuhan
1. Pasien 3. Lakukan teknik relaksasi teurapeutik.
menyatakan rasa nafas dalam.
nyaman setelah 3. Mengontrol nyeri dan
4. Menganjurkan pasien mengurangi tekanan
nyeri berkurang. istirahat. agar lebih rileks
2. Pasien mampu 5. Kolaborasi pemberian
mengontrol nyeri 4. Mengurangi rasa nyeri
analgetik (aspirin,
3. Pasien tidak kafein,fanasetin). 5. Mengurangi nyeri
mengalami agar pasien dapat
gangguan tidur. istirahat

4. Pasien mampu
menggunakan
teknik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi nyeri

2 Setelah diberikan 1. Kolaborasi dengan tenaga 1. Mengurangi resiko


askep selama 1x24 rehabilitasi medic dalam kesalahan dalam
jam diharapkan merencanakan program pemberian terapi
pasien menunjukkan terapi yang tepat. pada klien.
perbaikan toleransi
aktivitas dengan 2. Bantu klien untuk 2. Memandirikan pasien
kriteria hasil  : mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan. 3. Mengurangi resiko
1. Mampu cidera.
melakukan 3. Bantu pasiien dan
keluarga untuk 4. Menumbuhkan
aktivitas sehari- semangat pasien
hari secara mengidentifikasi

18
mandiri. kekurangan dalam untuk beraktivitas.
beraktivitas.
2. Mampu untuk
pindah dengan 4. Bantu klien untuk
atau tanpa mengembangkan motifasi
bantuan alat. diri dan penguatan

3. Berpartisipasi
dalam aktivitas
fisik tanpa
disertai
peningkatan
tekanan darah,
nadi, dan RR.

4. Energy
psikomotor
meningkat.

5. Level kelemahan
berkurang.

3 Setelah diberikan Berikan pendidikan kesehatan Membantu meningkatkan


askep selama 1x24 mengenai disminore dan pengetahuan pasien
jam ansietas perawatannya. mengenai disminore dan
berkurang dengan perawatannya.
kriteria hasil :

Klien mengerti
tentang penyakit
disminore dan
perawatannya

19
3.4 Implementasi

No Dx Tujuan Intervensi Implementasi

1 1 Setelah diberikan 1. Hangatkan bagian perut 1. Melakukan kompres


askep selama 1x24 2. Massage daerah perut air hangat.
jam diharapkan nyeri yang nyeri dan lakukan 2. Melakukan message
pasien berkurang pijatan punggung daerah perut dan
dengan kriteria hasil  baguan bawah. punggung bagian
: 3. Teknik relaksasi nafas bawah.
dalam. 3. Mengajarkan dan
1. Pasien 4. Menganjurkan pasien melakukan teknik
menyatakan rasa istirahat. relaksasi nafas dalam.
nyaman setelah 5. Kolaborasi pemberian 4. Memberikan waktu
nyeri berkurang. analgetik (aspirin, istirahat untuk pasien
2. Pasien mampu kafein,fanasetin). 5. Memberikan analgetik.
mengontrol nyeri
3. Pasien tidak
mengalami
gangguan tidur.
4. Pasien mampu
menggunakan
teknik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi
nyeri

2 Setelah diberikan 1. Kolaborasi dengan 1. Melakukan


askep selama 1x24 tenaga rehabilitasi kolaborasi
jam diharapkan medic dalam dengan tenaga
pasien menunjukkan merencanakan rehabilitasi dalam
perbaikan toleransi program terapi yang merencanakan
aktivitas dengan tepat. program terapi
kriteria hasil  : 2. Mengidentifikasi yang tepat
aktivitas yang mampu 2. Membantu klien
1. Mampu dilakukan. untuk
melakukan 3. Mengidentifikasi mengidentifikasi
aktivitas kekurangan dalam aktivitas yang
sehari-hari beraktivitas. mampu
secara 4. Mengembangkan

20
mandiri. motifasi diri dan dilakukan.
2. Mampu penguatan 3. Membantu
untuk pindah pasiien dan
dengan atau keluarga untuk
tanpa bantuan mengidentifikasi
alat. kekurangan
3. Berpartisipasi dalam
dalam beraktivitas.
aktivitas fisik 4. Membantu klien
tanpa disertai untuk
peningkatan mengembangkan
tekanan motifasi diri dan
darah, nadi, penguatan
dan RR.
4. Energy
psikomotor
meningkat.
5. Level
kelemahan
berkurang.

3 Setelah diberikan Berikan pendidikan kesehatan Melakukan pendidikan


askep selama 1x24 mengenai disminore dan kesehatan pada pasien dan
jam ansietas penanganannya. keluarga mengenai
berkurang dengan disminore dan penangannya.
kriteria hasil :

Klien mengerti
tentang penyakit
disminore dan
penanganannya

3.5 Evaluasi
1. Pasien dapat mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau menurunkan
nyeri
2. skala nyeri berkurang
3. pasien dapat melakukan aktivitas
4. pasien tenang dan dapat mengekspresikan perasaannya
5. pasien tau dan mengerti mengenai disminore dan penanganannya

21
22
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan
Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid/menstruasi yang dapat
mengganggu aktivitas dan memerlukan pengobatan yang ditandai dengan nyeri atau rasa
sakit di daerah perut maupun pinggul.
Penyebab nyeri haid ini belum ditemukan secara pasti meskipun telah banyak
penelitian yang dilakukan untuk mencari penyebabnya. Ada beberapa factor yang
menyebabkan dismenore yaitu factor psikologis, factor endokrin, dan alergi.
Makalah ini disusun agar masyarakat terkhusus mahasiswa keperawatan lebih
meningkatkan dan mengembangkan lagi pengetahuan terkait menstruasi terutama tentang
dismenore sehingga ke depannya dapat memberikan asuhan yang komprehensif dan
meningkatkan pelayanan keperawatan yang profesional dan berkualitas.

4.2 Saran
Disarankan bagi wanita banyak mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
olahraga secara teratur dan mengupayakan pola hidup sehat dan periksa kesehatan secara
berkala.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar
penulis dapat menyusun makalah yang lebih baik dari yang sebelumnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.undip.ac.id/50871/3/
WIZURAI_HAKIM_22010112110125_Lap.KTI_2016_BAB_II.pdf

http://repository.unimus.ac.id/937/3/BAB%20II.PDF

Anggun, Agita. 2014/2015. MAKALAH SISTEM REPRODUKSI I: Asuhan Keperawatan Klien


Dengan Disminore. STIKES HANG TUAH: SURABAYA

http://repository.unimus.ac.id/937/3/BAB%20II.pdf

https://id.scribd.com/document/357135074/Konsep-Dismenore-Dan-Konsep-Nyeri

Mitayani.2009.Asuhan keperawatan maternitas.Jakarta: Salemba Medika

Heffner,Linda J dkk.2008.At A Glance system Reproduksi. Jakarta : Erlangga

Nurarif,Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Askep Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda : NIC NOC . Yogyakarta : Mediaction

24

Anda mungkin juga menyukai