Anda di halaman 1dari 31

17 Maret 2022

RANCANGAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR … TAHUN …
TENTANG
PEMBENTUKAN PROVINSI KEPULAUAN PAPUA UTARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk mencapai cita-cita dan tujuan Negara


Kesatuan Republik Indonesia yaitu membangun
masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu dilakukan
pembentukan daerah otonomi baru;
b. bahwa pembentukan daerah otonomi baru di wilayah
Papua perlu memperhatikan aspirasi masyarakat Papua
untuk mempercepat pemerataan pembangunan,
peningkatan pelayanan publik, dan kesejahteraan
masyarakat, serta mengangkat harkat dan martabat
Orang Asli Papua, khususnya di Kabupaten Nabire,
Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Kepulauan Yapen,
Kabupaten Waropen, dan Kabupaten Supiori;
c. bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan yang
ada belum dapat mewujudkan masyarakat adil,
makmur, dan sejahtera, khususnya di Kabupaten
Nabire, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Kepulauan
Yapen, Kabupaten Waropen, dan Kabupaten Supiori;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
membentuk Undang-Undang tentang Pembentukan
Provinsi Kepulauan Papua Utara.

1
Mengingat : Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 20, Pasal 21, dan
Pasal 22D ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA


dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI


KEPULAUAN PAPUA UTARA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden


Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
2. Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Papua Utara adalah Gubernur
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah Provinsi
Kepulauan Papua Utara.
3. Gubernur Provinsi Kepulauan Papua Utara yang selanjutnya disebut
Gubernur adalah kepala daerah dan kepala pemerintahan yang
bertanggung jawab penuh menyelenggarakan pemerintahan di Provinsi
Kepulauan Papua Utara dan sebagai wakil Pemerintah Pusat di Provinsi
Kepulauan Papua Utara.

2
4. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota adalah Bupati/Wali Kota sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota.
5. Otonomi Khusus adalah kewenangan khusus yang diakui dan diberikan
kepada Provinsi Kepulauan Papua Utara untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi dan hak dasar masyarakat Papua.
6. Dewan Perwakilan Rakyat Kepulauan Papua Utara yang selanjutnya
disingkat DPR Kepulauan Papua Utara adalah lembaga perwakilan daerah
provinsi yang berkedudukan sebagai salah satu unsur penyelenggara
pemerintahan daerah Provinsi Kepulauan Papua Utara.
7. Majelis Rakyat Papua Provinsi Kepulauan Papua Utara yang selanjutnya
disingkat MRP Provinsi Kepulauan Papua Utara adalah representasi
kultural Orang Asli Papua, yang memiliki wewenang tertentu dalam
rangka pelindungan hak-hak Orang Asli Papua dengan berlandaskan
pada penghormatan terhadap adat dan budaya, pemberdayaan
perempuan, dan pemantapan kerukunan hidup beragama sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini.
8. Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat
DPRK adalah lembaga perwakilan daerah kabupaten/kota yang
berkedudukan sebagai salah satu unsur penyelenggara pemerintahan
daerah kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Papua Utara.
9. Provinsi Papua adalah daerah otonom sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Provinsi
Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Provinsi Irian
Barat dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus bagi Provinsi Papua sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2021 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua.
10. Kabupaten Nabire adalah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Provinsi
Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Provinsi Irian
Barat, yang merupakan kabupaten asal Provinsi Papua.
11. Kabupaten Biak Numfor adalah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi

3
Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Propinsi Irian
Barat, yang merupakan kabupaten asal Provinsi Papua.
12. Kabupaten Kepulauan Yapen adalah kabupaten sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan
Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di
Propinsi Irian Barat, yang merupakan kabupaten asal Provinsi Papua.
13. Kabupaten Waropen adalah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi
Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Propinsi Irian
Barat, yang merupakan kabupaten asal Provinsi Papua jo Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi,
Kabupaten Keerom, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat,
Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten
Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Boven
Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni,
Dan Kabupaten Teluk Wondama Di Provinsi Papua, yang merupakan
kabupaten asal Provinsi Papua.
14. Kabupaten Supiori adalah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi
Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Propinsi Irian
Barat, yang merupakan kabupaten asal Provinsi Papua.
15. Orang Asli Papua yang selanjutnya disingkat OAP adalah orang yang
berasal dari rumpun ras Melanesia yang terdiri atas suku asli di Provinsi
Kepulauan Papua Utara dan/atau orang yang diterima dan diakui sebagai
OAP oleh masyarakat adat di Provinsi Kepulauan Papua Utara.
16. Peraturan Daerah Khusus yang selanjutnya disebut Perdasus adalah
Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Papua Utara dalam rangka
pelaksanaan Otonomi Khusus di Provinsi Kepulauan Papua Utara.
17. Peraturan Daerah Provinsi yang selanjutnya disebut Perdasi adalah
Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Papua Utara dalam rangka
pelaksanaan kewenangan urusan pemerintahan sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan.

BAB II
PEMBENTUKAN, PEMBAGIAN WILAYAH, BATAS WILAYAH, DAN IBU KOTA

Bagian Kesatu

4
Pembentukan

Pasal 2
Dengan Undang-Undang ini dibentuk Provinsi Kepulauan Papua Utara di
wilayah Papua yang diberi Otonomi Khusus dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Bagian Kedua
Pembagian Wilayah

Pasal 3
(1) Provinsi Kepulauan Papua Utara berasal dari sebagian wilayah Provinsi
Papua yang terdiri atas:
a. Kabupaten Nabire;
b. Kabupaten Biak Numfor;
c. Kabupaten Kepulauan Yapen;
d. Kabupaten Waropen; dan
e. Kabupaten Supiori.
(2) Pembagian wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan
dalam peta wilayah yang tercantum dalam lampiran dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini.

Bagian Ketiga
Batas Wilayah

Pasal 4
(1) Provinsi Kepulauan Papua Utara mempunyai batas wilayah:
a. sebelah utara berbatasan dengan Samudera Pasifik;
b. sebelah timur berbatasan dengan Samudera Pasifik dan Kabupaten
Mamberamo Raya di Provinsi Papua;
c. sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Intan Jaya dan Dogiyai
di Provinsi Papua Tengah; dan
d. sebelah barat berbatasan dengan Teluk Cenderawasih dan Kabupaten
Manokwari di Provinsi Papua Barat.
(2) Batas wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam
peta wilayah lengkap dengan titik-titik koordinat dan telah mendapatkan

5
persetujuan dari pihak-pihak terkait yang tercantum dalam lampiran dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari undang-undang ini.
(3) Batas wilayah Provinsi Kepulauan Papua Utara secara pasti sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri paling lama
3 (tiga) tahun terhitung sejak peresmian Provinsi Kepulauan Papua Utara.

Bagian Keempat
Ibu Kota

Pasal 5
Ibu Kota Provinsi Kepulauan Papua Utara berkedudukan di Kabupaten Biak
Numfor.
BAB III
KEWENANGAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN PAPUA UTARA

Pasal 6
(1) Kewenangan Daerah Provinsi Kepulauan Papua Utara mencakup
kewenangan dalam seluruh bidang urusan pemerintahan, kecuali
kewenangan urusan pemerintahan pada bidang politik luar negeri,
pertahanan keamanan, moneter dan fiskal, agama, dan peradilan serta
kewenangan tertentu di bidang lain yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Provinsi
Kepulauan Papua Utara memiliki kewenangan dalam rangka pelaksanaan
Otonomi Khusus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Perjanjian internasional yang dibuat oleh Pemerintah yang hanya terkait
dengan kepentingan Provinsi Kepulauan Papua Utara dilaksanakan
setelah mendapat pertimbangan Gubernur dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Provinsi Kepulauan Papua Utara dapat mengadakan kerja sama yang
saling menguntungkan dengan lembaga atau badan di luar negeri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Gubernur berkoordinasi dengan Pemerintah dalam hal kebijakan tata
ruang pertahanan di Provinsi Kepulauan Papua Utara.
(6) Ketentuan mengenai pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

6
(7) Ketentuan mengenai tata cara pemberian pertimbangan oleh Gubernur
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Perdasus.

Pasal 7
(1) Dengan terbentuknya Provinsi Kepulauan Papua Utara, Pemerintah
Daerah Provinsi Kepulauan Papua Utara menetapkan rencana tata ruang
wilayah Provinsi Kepulauan Papua Utara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Penetapan rencana tata ruang wilayah Provinsi Kepulauan Papua Utara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah nasional serta dilakukan dengan memperhatikan rencana
tata ruang wilayah provinsi di sekitarnya.

BAB IV
PEMERINTAHAN DAERAH

Bagian Kesatu
Peresmian Daerah dan
Pelantikan Penjabat Kepala Daerah

Pasal 8
Peresmian Provinsi Kepulauan Papua Utara dan pelantikan Penjabat Gubernur
dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden paling lama 6 (enam)
bulan terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Bagian Kedua
Bentuk dan Susunan Pemerintahan

Pasal 9
(1) Pemerintahan daerah Provinsi Kepulauan Papua Utara terdiri atas
Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Papua Utara dan DPR Kepulauan
Papua Utara.
(2) Dalam rangka penyelenggaraan Otonomi Khusus di Provinsi Kepulauan
Papua Utara dibentuk MRP Provinsi Kepulauan Papua Utara yang
merupakan representasi kultural OAP yang memiliki kewenangan tertentu
dalam rangka pelindungan hak-hak OAP dengan berlandaskan pada

7
penghormatan terhadap adat dan budaya, pemberdayaan perempuan,
dan pemantapan kerukunan hidup beragama.
(3) MRP Provinsi Kepulauan Papua Utara dan DPR Kepulauan Papua Utara
berkedudukan di ibu kota Provinsi Kepulauan Papua Utara.
(4) Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Papua Utara terdiri atas
Gubernur beserta perangkat daerah.
(5) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan DPRK dibentuk di setiap
kabupaten/kota.
(6) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas Bupati/Wali Kota beserta
perangkat daerah.
(7) Badan Musyawarah Kampung dan Pemerintah Kampung atau yang
disebut dengan nama lain dibentuk di setiap Kampung.

Bagian Ketiga
Pemerintah Daerah

Pasal 10
(1) Masa jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur adalah 5 (lima) tahun dan
dapat dipilih kembali untuk satu masa jabatan berikutnya.
(2) Dalam hal Gubernur berhalangan tetap, jabatan Gubernur dijabat oleh
Wakil Gubernur sampai habis masa jabatannya.
(3) Dalam hal Wakil Gubernur berhalangan tetap, jabatan Wakil Gubernur
diisi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Apabila Gubernur dan Wakil Gubernur berhalangan tetap, maka DPR
Kepulauan Papua Utara menunjuk seorang pejabat Pemerintah Daerah
Provinsi Kepulauan Papua Utara yang memenuhi syarat untuk
melaksanakan tugas-tugas Gubernur sampai terpilih Gubernur yang
baru.
(5) Selama penunjukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) belum
dilakukan, Sekretaris Daerah menjalankan tugas Gubernur untuk
sementara waktu.
(6) Dalam hal Gubernur dan Wakil Gubernur berhalangan tetap sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), DPR Kepulauan Papua Utara menyelenggarakan
pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur selambat-lambatnya dalam
waktu 3 (tiga) bulan.

Pasal 11

8
(1) Untuk memimpin penyelenggaraan pemerintahan di Provinsi Kepulauan
Papua Utara, dipilih dan disahkan Gubernur dan Wakil Gubernur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang dilaksanakan
paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak diresmikan Provinsi Kepulauan
Papua Utara.
(2) Sebelum Gubernur dan Wakil Gubernur definitif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terpilih, sebagai pimpinan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Presiden mengangkat Penjabat Gubernur dari pegawai negeri sipil
berdasarkan usul Menteri Dalam Negeri dengan pertimbangan Gubernur
Provinsi Papua.
(3) Penjabat Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai
masa jabatan paling lama 1 (satu) tahun.
(4) Pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah pegawai
yang memiliki kemampuan dan pengalaman jabatan dalam bidang
pemerintahan serta memenuhi persyaratan untuk menduduki jabatan itu
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Dalam hal Gubernur dan Wakil Gubernur definitif belum terpilih dan
dilantik dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Presiden dapat mengangkat kembali Penjabat Gubernur untuk 1 (satu)
kali masa jabatan berikutnya paling lama 1 (satu) tahun atau
menggantinya dengan penjabat lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(6) Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi terhadap kinerja Penjabat Gubernur Kepulauan Papua Utara
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, pembentukan struktur
organisasi dan pengisian perangkat daerah, pengisian keanggotaan DPR
Kepulauan Papua Utara, dan fasilitasi pemilihan Gubernur dan/atau
Wakil Gubernur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 12
Pembiayaan pertama kali pelaksanaan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Kepulauan Papua Utara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)
dibebankan kepada Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 13

9
(1) Untuk menyelenggarakan pemerintahan di Provinsi Kepulauan Papua Utara
dibentuk perangkat daerah yang meliputi sekretariat daerah, sekretariat
DPR Kepulauan Papua Utara, dinas daerah, lembaga teknis daerah, serta
unsur perangkat daerah lainnya dengan mempertimbangkan kebutuhan
dan kemampuan keuangan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Perangkat daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah dibentuk
oleh Penjabat Gubernur paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak
tanggal pelantikan.
(3) Penjabat Gubernur dalam rangka pengisian aparatur sipil negara pada
perangkat daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengutamakan
OAP.
(4) Pengutamaan aparatur sipil negara OAP sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), dapat mencapai 80% (delapan puluh persen).
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak berlaku untuk
jabatan yang membutuhkan kompetensi khusus.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai manajemen aparatur sipil negara di
Provinsi Kepulauan Papua Utara dilaksanakan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Bagian Keempat
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Pasal 14
(1) Persyaratan dan tata cara pemilihan gubernur dan wakil gubernur
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan
wakil bupati, serta walikota dan wakil walikota.
(2) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), calon
gubernur dan wakil gubernur harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. OAP berasal dari suku wilayah adat di Provinsi Kepulauan Papua
Utara yang dibuktikan dengan surat keterangan dari Pemerintah
Daerah Provinsi Kepulauan Papua Utara;
b. berdomisili di Provinsi Kepulauan Papua Utara sekurang-kurangnya 5
(lima) tahun yang dibuktikan dengan kartu tanda penduduk dan surat
keterangan domisili yang dikeluarkan oleh distrik setempat; dan

10
c. berpendidikan paling rendah sarjana atau sederajat yang dibuktikan
dengan ijazah dan/atau surat lain yang dipersamakan dengan ijazah.

Bagian Kelima
DPR Kepulauan Papua Utara

Pasal 15
(1) DPR Kepulauan Papua Utara terdiri atas anggota yang:
a. dipilih dalam pemilihan umum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
b. diangkat dari unsur OAP.
(2) Jumlah dan tata cara pengisian keanggotaan DPR Kepulauan Papua
Utara yang dipilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Penetapan keanggotaan DPR Kepulauan Papua Utara yang dipilih
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Komisi Pemilihan
Umum Provinsi Kepulauan Papua Utara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Anggota DPR Kepulauan Papua Utara yang diangkat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b berjumlah sebanyak ¼ (satu per empat)
kali dari jumlah anggota DPR Kepulauan Papua Utara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a.
(5) Komposisi anggota DPR Kepulauan Papua Utara yang diangkat
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus memenuhi keterwakilan
perempuan paling sedikit 30% (tiga puluh persen).
(6) Anggota DPR Kepulauan Papua Utara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b mempunyai masa jabatan selama 5 (lima) tahun dan
berakhir bersamaan dengan masa jabatan anggota DPR Kepulauan
Papua Utara yang dipilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a.
(7) Kedudukan, susunan, tugas, wewenang, hak dan tanggung jawab,
keanggotaan, pimpinan, dan alat kelengkapan DPR Kepulauan Papua
Utara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(8) Kedudukan keuangan dan administratif pimpinan dan anggota DPR
Kepulauan Papua Utara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(9) DPR Kepulauan Papua Utara untuk pertama kali dibentuk berdasarkan
hasil Pemilihan Umum Tahun 2024.

11
(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai anggota DPR Kepulauan Papua Utara
yang diangkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, ayat (4),
dan ayat (5) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 16
(1) Setiap OAP yang mencalonkan diri untuk diangkat sebagai anggota DPR
Kepulauan Papua Utara melalui mekanisme pengangkatan harus
memenuhi syarat umum dan syarat khusus sebagai perwujudan
Otonomi Khusus di Provinsi Kepulauan Papua Utara.
(2) Syarat umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
a. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang dibuktikan dengan surat pernyataan;
b. setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang dibuktikan dengan surat pernyataan;
c. OAP dan berkewarganegaraan Indonesia yang berdomisili di Provinsi
Kepulauan Papua Utara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun yang
dibuktikan dengan kartu tanda penduduk dan surat keterangan
domisili yang dikeluarkan oleh Distrik setempat;
d. OAP yang berasal dari suku wilayah adat di Provinsi Kepulauan
Papua Utara yang dibuktikan dengan surat keterangan dari
Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Papua Utara;
e. berumur paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun
pada saat pendaftaran;
f. berpendidikan paling rendah sekolah menengah atas atau sederajat
yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau surat lain yang
dipersamakan dengan ljazah;
g. cakap berbicara, membaca, dan menulis dalam Bahasa Indonesia
yang dibuktikan dengan surat pernyataan;
h. berintegritas, jujur, arif, dan bijaksana ditandai dengan surat
pernyataan pakta integritas;
i. memiliki sikap dan keteladanan moral yang baik sebagai panutan
masyarakat serta memiliki komitmen untuk melindungi dan
memperjuangkan hak OAP dan penduduk dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia ditandai dengan surat pernyataan;
j. sehat jasmani dan kejiwaan yang dibuktikan dengan surat
keterangan kesehatan oleh dokter pemerintah pada rumah sakit

12
pemerintah daerah;
k. tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan
surat keterangan catatan kepolisian;
l. bebas dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif yang dibuktikan
dengan surat keterangan dari Badan Narkotika Nasional;
m. tidak dalam status sebagai tersangka atau terdakwa dan/atau status
bebas bersyarat dalam perkara pidana yang dibuktikan dengan surat
keterangan dari kepolisian dan/atau surat keterangan dari
kejaksaan;
n. tidak pernah dijatuhi hukuman pidana berdasarkan putusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau
lebih, yang dibuktikan dengan surat keterangan dari pengadilan;
o. tidak sedang dicabut hak politiknya berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, yang dibuktikan
dengan surat keterangan dari pengadilan;
p. tidak menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik dalam kurun
waktu 5 (lima) tahun terakhir dan/atau dicalonkan sebagai calon
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dewan
Perwakilan Daerah Republik Indonesia, dan DPR Kepulauan Papua
Utara pada pemilihan umum yang dibuktikan dengan surat
pernyataan;
q. bersedia bekerja penuh waktu yang dibuktikan dengan surat
pernyataan;
r. menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai aparatur sipil
negara, prajurit Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia, kepala kampung atau sebutan lain,
pengurus pada badan usaha milik negara dan/atau badan usaha
milik daerah serta badan/lembaga lain yang anggarannya bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah sejak ditetapkan sebagai calon
anggota DPR Kepulauan Papua Utara yang dibuktikan dengan surat
pernyataan;
s. menyatakan secara tertulis tidak berpraktik sebagai akuntan publik,
advokat/pengacara, notaris, pejabat pembuat akta tanah, dan tidak
melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa yang hubungannya
dengan keuangan negara atau daerah serta pekerjaan lain yang

13
dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas, wewenang,
hak dan kewajiban sebagai anggota DPR Kepulauan Papua Utara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
dibuktikan dengan surat pernyataan; dan
t. menyatakan secara tertulis tidak merangkap jabatan sebagai pejabat
negara lainnya, direksi, komisaris, dewan pengawas, dan karyawan
pada badan usaha milik daerah serta badan lain yang anggarannya
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang dibuktikan dengan
surat pernyataan.
(3) Syarat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
a. memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang situasi dan kondisi
sosial, politik, dan budaya OAP dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan dalam rangka Otonomi Khusus;
b. memiliki pengalaman dalam memperjuangkan aspirasi dan hak
dasar OAP di Provinsi Kepulauan Papua Utara sekurang-kurangnya
dalam 5 (lima) tahun terakhir; dan
c. memiliki komitmen untuk memihak, melindungi, dan
memperjuangkan hak dan kepentingan OAP yang dibuktikan dengan
surat pernyataan yang bersangkutan.
(4) Syarat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf
b dibuktikan dengan surat keterangan dari Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, lembaga adat, atau lembaga lain yang diakui
pemerintah.

Bagian Keenam
MRP Provinsi Kepulauan Papua Utara

Pasal 17
(1) MRP Provinsi Kepulauan Papua Utara mempunyai tugas dan wewenang:
a. memberikan pertimbangan dan persetujuan terhadap bakal calon
Gubernur dan Wakil Gubernur yang diusulkan oleh penyelenggara
pemilihan kepala daerah;
b. memberikan pertimbangan dan persetujuan terhadap Rancangan
Perdasus yang diajukan oleh DPR Kepulauan Papua Utara bersama-
sama dengan Gubernur;
c. memberikan saran, pertimbangan, dan persetujuan terhadap

14
rencana perjanjian kerja sama, baik yang dibuat oleh Pemerintah
maupun Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Papua Utara
dengan pihak ketiga yang berlaku di Provinsi Kepulauan Papua
Utara, khusus yang menyangkut perlindungan hak OAP;
d. memperhatikan dan menyalurkan aspirasi, pengaduan masyarakat
adat, umat beragama, kaum perempuan, dan masyarakat pada
umumnya yang menyangkut hak-hak OAP, serta memfasilitasi
tindak lanjut penyelesaiannya; dan
e. memberikan pertimbangan kepada DPR Kepulauan Papua Utara,
Gubernur, DPRK, dan Bupati/Wali Kota mengenai hal-hal yang
terkait dengan perlindungan hak-hak OAP.
(2) Ketentuan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Perdasus.

BAB V
PERSONEL, ASET, DAN DOKUMEN

Pasal 18
(1) Gubernur Papua bersama Penjabat Gubernur Kepulauan Papua Utara
mengatur dan melaksanakan pemindahan personel, penyerahan aset, serta
dokumen kepada Pemerintah Provinsi Kepulauan Papua Utara sesuai
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Papua dan Gubernur Papua.
(2) Pemindahan personel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling
lama 6 (enam) bulan terhitung sejak pelantikan Penjabat Gubernur
Kepulauan Papua Utara.
(3) Penyerahan aset dan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak pelantikan Penjabat
Gubernur Kepulauan Papua Utara.
(4) Personel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) meliputi pegawai
negeri sipil yang karena tugas dan kemampuannya diperlukan untuk
mendukung penyelenggaraan pemerintahan Provinsi Kepulauan Papua
Utara.
(5) Pemindahan personel serta penyerahan aset dan dokumen kepada
Pemerintah Provinsi Kepulauan Papua Utara difasilitasi dan dikoordinasikan
oleh Gubernur Papua.
(6) Gaji dan tunjangan pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) selama belum ditetapkannya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

15
Provinsi Kepulauan Papua Utara dibebankan pada anggaran pendapatan
dan belanja dari asal satuan kerja personel yang bersangkutan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7) Aset dan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3)
meliputi:
a. barang milik Provinsi Papua yang bergerak dan tidak bergerak
dan/atau yang dikuasai atau dimanfaatkan oleh Pemerintah Provinsi
Kepulauan Papua Utara yang berada dalam wilayah Provinsi Kepulauan
Papua Utara;
b. Badan Usaha Milik Daerah Provinsi Papua yang kedudukan, kegiatan,
dan lokasinya berada di Provinsi Kepulauan Papua Utara;
c. utang piutang Provinsi Papua yang kegunaannya untuk Provinsi
Kepulauan Papua Utara; dan
d. dokumen dan arsip yang karena sifatnya diperlukan oleh Provinsi
Kepulauan Papua Utara.
(8) Dalam hal penyerahan aset dan dokumen sebagaimana dimaksud pada
ayat (7) tidak dilaksanakan atau belum selesai dilaksanakan oleh
Gubernur Papua berdasarkan batas waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), Menteri Dalam Negeri wajib menyelesaikan penyerahan aset dan
dokumen dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun.
(9) Pelaksanaan pemindahan personel serta penyerahan aset dan dokumen
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan oleh Gubernur Papua
kepada Menteri Dalam Negeri.

BAB VI
ALOKASI DANA PERIMBANGAN, HIBAH, DAN BANTUAN DANA

Pasal 19
(1) Provinsi Kepulauan Papua Utara dan kabupaten/kota yang ada di dalam
Provinsi Kepulauan Papua Utara berhak mendapatkan dana
perimbangan, penerimaan khusus dalam rangka Otonomi Khusus, dana
tambahan dalam rangka pelaksanaan Otonomi Khusus, dan dana lainnya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pembagian penerimaan khusus dalam rangka pelaksanaan Otonomi
Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada provinsi dan
kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Papua Utara dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang undangan.

16
Pasal 20
(1) Pemerintah:
a. Kabupaten Nabire;
b. Kabupaten Biak Numfor;
c. Kabupaten Kepulauan Yapen;
d. Kabupaten Waropen; dan
e. Kabupaten Supiori.
sesuai dengan kesanggupannya memberikan hibah berupa uang untuk
menunjang kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Provinsi Kepulauan
Papua Utara setiap tahun selama 2 (dua) tahun berturut-turut.
(2) Pemerintah Provinsi Papua memberikan bantuan dana untuk menunjang
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Provinsi Kepulauan Papua Utara
setiap tahun selama 2 (dua) tahun berturut-turut.
(3) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) serta pemberian
bantuan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
terhitung sejak pelantikan Penjabat Gubernur Kepulauan Papua Utara.
(4) Penjabat Gubernur Kepulauan Papua Utara menyampaikan laporan
pertanggungjawaban realisasi penggunaan hibah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan bantuan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
kepada Gubernur Papua.
(5) Penjabat Gubernur Kepulauan Papua Utara menyampaikan laporan
pertanggungjawaban realisasi penggunaan dana hibah dan dana bantuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) kepada Menteri Dalam
Negeri.

Pasal 21
Penjabat Gubernur Kepulauan Papua Utara berkewajiban melakukan
penatausahaan keuangan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB VII
PEMBINAAN

17
Pasal 22
(1) Untuk mengefektifkan penyelenggaraan pemerintahan daerah, Pemerintah
dan Pemerintah Provinsi Papua melakukan pembinaan atau koordinasi
dan fasilitasi secara khusus terhadap Provinsi Kepulauan Papua Utara
dalam waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak diresmikan.
(2) Pemerintah bersama Gubernur Provinsi Papua melakukan evaluasi
terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Kepulauan Papua Utara
sesuai peraturan perundang-undangan.
(3) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dijadikan acuan
kebijakan lebih lanjut oleh Pemerintah dan/atau Gubernur Papua sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 23
(1) Badan Pengarah Percepatan Pembangunan Otonomi Khusus Papua
melakukan sinkronisasi, harmonisasi, evaluasi, dan koordinasi
percepatan pembangunan dan pelaksanaan Otonomi Khusus di Provinsi
Kepulauan Papua Utara.
(2) Sinkronisasi, harmonisasi, evaluasi, dan koordinasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi perencanaan, pelaksanaan, serta
pembinaan dan pengawasan percepatan pembangunan dan pelaksanaan
Otonomi Khusus di Provinsi Kepulauan Papua Utara.

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 24
(1) Sebelum terbentuknya DPR Kepulauan Papua Utara, Penjabat Gubernur
Kepulauan Papua Utara menyusun Rancangan Peraturan Gubernur
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan
Papua Utara untuk tahun anggaran berikutnya.
(2) Rancangan Peraturan Gubernur Kepulauan Papua Utara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan setelah disahkan oleh Menteri
Dalam Negeri.

18
(3) Pengesahan dan penetapan Peraturan Gubernur Kepulauan Papua Utara
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 25
Sebelum Gubernur Kepulauan Papua Utara bersama DPR Kepulauan Papua
Utara menetapkan Perdasi dan/atau Perdasus, dan Gubernur Kepulauan
Papua Utara menetapkan Peraturan Gubernur sebagai pelaksanaan Undang-
Undang ini, semua peraturan daerah provinsi dan/atau Perdasus dan
Peraturan Gubernur Papua sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-
Undang ini tetap berlaku di Provinsi Kepulauan Papua Utara.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 26
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Provinsi Kepulauan
Papua Utara harus disesuaikan dengan Undang-Undang ini.

Pasal 27
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-


Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal ...

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta

19
pada tanggal ...

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,


REPUBLIK INDONESIA

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ... NOMOR ...

PENJELASAN
ATAS
RANCANGAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
PEMBENTUKAN PROVINSI KEPULAUAN PAPUA UTARA

20
I. UMUM

Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan tujuan Negara Kesatuan


Republik Indonesia antara lain yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta membangun masyarakat
Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu
dilakukan pembentukan daerah otonomi baru.
Pembentukan daerah otonomi baru di wilayah Papua tersebut perlu
memperhatikan aspirasi masyarakat Papua untuk mempercepat
pemerataan pembangunan, peningkatan pelayanan publik, dan
kesejahteraan masyarakat, serta mengangkat harkat dan martabat Orang
Asli Papua, khususnya di Kabupaten Nabire, Kabupaten Biak Numfor,
Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten Waropen, dan Kabupaten Supiori.
Pengaturan mengenai Provinsi Kepulauan Papua Utara perlu diatur
dalam undang-undang tersendiri untuk mendorong perkembangan dan
kemajuan di Provinsi Kepulauan Papua Utara, khususnya di Kabupaten
Nabire, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten
Waropen, dan Kabupaten Supiori. Selain itu adanya aspirasi yang
berkembang dalam masyarakat di wilayah pedalaman, dipandang perlu
meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat. Sehubungan dengan adanya pemekaran provinsi di Provinsi
Kepulauan Papua Utara, serta memperhatikan kondisi wilayah yang secara
geografis berada di wilayah pedalaman dan terisolir, dengan kemampuan
ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, politik, jumlah penduduk, luas
daerah, faktor pertahanan dan keamanan serta pertimbangan lainnya di
Kabupaten Nabire, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Kepulauan Yapen,
Kabupaten Waropen, dan Kabupaten Supiori, serta meningkatnya beban
tugas dan volume kerja dibidang pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan di Provinsi Kepulauan Papua Utara, perlu ada penyesuaian
wilayah yang masih termasuk dalam Provinsi Papua. Oleh karena itu, perlu
disusun pembentukan daerah otonomi baru melalui Undang-Undang
tentang Provinsi Kepulauan Papua Utara.
Pembentukan daerah otonomi baru merupakan salah satu materi
penting dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2021 tentang Perubahan

21
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus Bagi Provinsi Papua. Dalam undang-undang tersebut,
pembentukan daerah otonomi baru dapat dilakukan oleh Pemerintah atau
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonsia tanpa melalui daerah
persiapan sebagaimana diatur umumnya dalam peraturan perundang-
undangan.
Provinsi Papua memiliki luas wilayah ±289.388,43 Km2 yang terdiri atas
28 (dua puluh delapan) kabupaten dan 1 (satu) kota, dengan jumlah
penduduk pada tahun 2020 berjumlah ±4.303.707 jiwa, perlu memacu
peningkatan penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka memperkukuh
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kabupaten Nabire yang mempunyai luas wilayah ±11.112,61 Km2
dengan jumlah penduduk pada Tahun 2021 berjumlah ±172.960 jiwa
terdiri atas 15 (lima belas) distrik. Kabupaten Biak Numfor yang
mempunyai luas wilayah ±2602,00 Km2 dengan jumlah penduduk pada
Tahun 2020 berjumlah ±145.952 jiwa terdiri atas 19 (sembilan belas)
distrik. Kabupaten Kepulauan Yapen yang mempunyai luas wilayah
±7.146,16 Km2 dengan jumlah penduduk pada Tahun 2020 berjumlah
±113.099 jiwa terdiri atas 16 (enam belas) distrik. Kabupaten Waropen yang
mempunyai luas wilayah ±22.004,87 Km2 dengan jumlah penduduk pada
Tahun 2019 berjumlah ±31.514 jiwa terdiri atas 11 (sebelas) distrik.
Kabupaten Supiori yang mempunyai luas wilayah ±678,32 Km2 dengan
jumlah penduduk pada Tahun 2020 berjumlah ±24.369 jiwa terdiri atas 5
(lima) distrik. Ke-5 (lima) kabupaten ini memiliki potensi yang dapat
dikembangkan untuk mendukung peningkatan penyelenggaraan
pemerintahan.
Pembentukan Provinsi Kepulauan Papua Utara sebagai salah satu upaya
dalam menata daerah merupakan solusi dalam rangka mengoptimalkan
pelayanan publik karena dapat memperpendek rentang kendali (span of
control) pemerintahan, sehingga lebih efisien dan efektif sejalan dengan
prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) guna
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat, memperkuat daya
saing daerah dan memperkokoh keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesai (NKRI) di wilayah perbatasan dengan negara lain/negara
tetangga.
Pembentukan Provinsi Kepulauan Papua Utara yang merupakan
pemekaran dari Provinsi Papua terdiri atas 5 (lima) kabupaten, yaitu

22
Kabupaten Nabire, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Kepulauan Yapen,
Kabupaten Waropen, dan Kabupaten Supiori. Provinsi Kepulauan Papua
Utara memiliki luas wilayah keseluruhan ±43.543,96 Km2 dengan jumlah
penduduk ±487.894 jiwa pada tahun 2020 serta terdiri dari 66 (enam puluh
enam) distrik.
Dengan terbentuknya Provinsi Kepulauan Papua Utara sebagai daerah
otonom, Pemerintah Provinsi Papua berkewajiban membantu dan
memfasilitasi terbentuknya kelembagaan Dewan Perwakilan Rakyat
Kepulauan Papua Utara dan Perangkat Daerah yang efisien dan efektif
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, serta membantu dan
memfasilitasi pemindahan personil, pengalihan aset dan dokumen untuk
kepentingan penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka
meningkatkan pelayanan publik serta untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat di Provinsi Kepulauan Papua Utara.
Dalam melaksanakan otonomi daerah, Provinsi Kepulauan Papua Utara
perlu melakukan berbagai upaya peningkatan kemampuan ekonomi,
penyiapan sarana dan prasarana pemerintahan, pemberdayaan, dan
peningkatan sumber daya manusia, serta pengelolaan sumber daya alam
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Lampiran peta cakupan wilayah yang digambarkan dengan skala
1:250.000.

Yang dimaksud dengan “persetujuan pihak-pihak terkait” antara


lain diberikan oleh bupati/walikota yang menjadi cakupan daerah

23
otonom baru, bupati/walikota daerah perbatasan langsung
dengan daerah otonom baru, gubernur provinsi induk, gubernur
yang wilayah cakupannya berbatasan dengan daerah otonom baru
pada peta yang diterbitkan Badan Informasi Geospasial (BIG).
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Dalam rangka pengembangan Provinsi Kepulauan Papua Utara
khususnya guna perencanaan dan penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan
masyarakat pada masa yang akan datang, serta pengembangan
sarana dan prasarana pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan di wilayah perbatasan dan pedalaman diperlukan
adanya kesatuan perencanaan pembangunan. Untuk itu, Tata
Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Papua Utara harus disusun
secara serasi dan terpadu dalam satu kesatuan sistem Rencana
Tata Ruang Wilayah yang terpadu dengan Tata Ruang Nasional,
Provinsi, dan Kabupaten/Kota.
Pasal 8
Peresmian Provinsi dan pelantikan Penjabat Gubernur Kepulauan Papua
Utara dapat dilakukan secara bersamaan dan pelaksanaannya dapat
dilakukan di ibu kota negara atau ibu kota provinsi.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.

24
Pasal 13
Ayat (1)
Pembentukan dinas daerah perlu memperhatikan urusan yang
menjadi prioritas di daerah, misalnya memprioritaskan
pembentukan dinas pendidikan dan dinas kesehatan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “tata cara pemilihan gubernur dan wakil
gubernur” meliputi Asas dan prinsip pelaksanaan, persyaratan
calon gubernur dan wakil gubernur, penyelenggara pemilihan,
pendaftaran bakal calon, uji publik, pendaftaran calon, verifikasi
dukungan calon dan penelitian kelengkapan persyaratan calon,
penetapan calon, hak memilih dan penyusunan daftar pemilih,
kampanye, perlengkapan pemilihan, pemungutan suara,
penghitungan suara, pemungutan suara ulang, penghitungan
suara ulang, dan rekapitulasi hasip penghitungan suara ulang,
pemilihan lanjutan dan pemilihan susulan, pemantau,
partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemilihan,
penanganan laporan penyelenggaraan pemilihan, pelanggaran
kode etik, pelangaran administrasi, penyelesaian sengketa,
tindak pidana pemilihan, sengketa tata usaha negara, dan
perselisihan hasil pemilihan, pengesahan pengangkatan dan
pelantikan, pendanaan, pengisian wakil gubernur, dan
ketentuan pidana.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.

25
Huruf b
Yang dimaksud dengan “berdomisili di Provinsi Kepulauan
Papua Utara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun” dalam
ketentuan ini adalah domisili calon gubernur dan wakil
gubernur Provinsi Kepulauan Papua Utara secara
akumulatif.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “berdomisili di Provinsi Kepulauan
Papua Utara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun” dalam
ketentuan ini adalah domisili calon anggota DPR Kepulauan
Papua Utara secara akumulatif.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.

26
Huruf l
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Huruf o
Cukup jelas.
Huruf p
Cukup jelas.
Huruf q
Cukup jelas.
Huruf r
Cukup jelas.
Huruf s
Cukup jelas.
Huruf t
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Untuk mencapai daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan
kemasyarakatan digunakan pegawai, tanah, gedung perkantoran

27
dan perlengkapannya, serta fasilitas pelayanan umum yang telah
ada selama ini dalam pelaksanaan tugas Pemerintah Provinsi
Papua dalam wilayah Provinsi Kepulauan Papua Utara.
Dalam rangka tertib administrasi, diperlukan tindakan hukum
berupa penyerahan personel, aset, dan dokumen dari
Pemerintah Provinsi Papua kepada Pemerintah Provinsi
Kepulauan Papua Utara.
Badan usaha milik daerah (BUMD) Pemerintah Provinsi Papua
yang berkedudukan, kegiatan, dan lokasinya berada di Provinsi
Kepulauan Papua Utara, diserahkan oleh Pemerintah Provinsi
Papua kepada Pemerintah Provinsi Kepulauan Papua Utara.
Dalam hal badan usaha milik daerah (BUMD) yang
pelayanan/kegiatan operasionalnya mencakup kabupaten induk
dan kabupaten baru, pemerintah daerah yang bersangkutan
melakukan kerja sama.
Utang piutang yang penggunaannya dimanfaatkan untuk
Pemerintah Provinsi Kepulauan Papua Utara diserahkan oleh
Pemerintah Provinsi Papua kepada Pemerintah Provinsi
Kepulauan Papua Utara.
Berkenaan dengan pengaturan penyerahan tersebut perlu dibuat
daftar inventaris.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Penyerahan aset dan dokumen dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Pasal 19
Ayat (1)
Alokasi dana lainnya ke daerah dilakukan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan mengoptimalkan pelayanan publik
serta tidak digunakan hanya untuk pembangunan dan/atau
pengadaan sarana prasarana di antaranya kantor
pemerintahan, rumah dinas, dan kendaraan dinas.

28
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR ...

29
LAMPIRAN I
PETA WILAYAH ADMINISTRASI PROVINSI KEPULAUAN PAPUA UTARA
(AKAN DISESUAIKAN DENGAN MEMASUKAN KABUPATEN NABIRE)

30
31

Anda mungkin juga menyukai