Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KELUARGA IDEAL

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama

Dosen Pengampu: Imron Zabidi, M.Phil, DR

Disusun Oleh:

SHELY OKTAVIANA (11210000104)

SRI YANA (11210000094)

KELAS 1D PAGI
PRODI S1 AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA JAKARTA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Agama.

Makalah ini disusun sesuai dengan hasil pencarian kami mengenai materi
Keluarga Ideal yang kami dapatkan dari beberapa sumber dan referensi internet.
Semoga makalah ini dapat dipahami dan membuat pembaca lebih tahu mengenai
Keluarga Ideal.

Kami menyadari makalah ini masih belum sempurna. Namun, kami telah
berusaha dengan maksimal dan berharap agar makalah ini dapat memenuhi tugas
yang telah ditentukan. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak
Imron Zabidi, M.Phil, DR selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama dan
anggota kelompok 14 yang sudah berkerjasama menyelesaikan makalah ini.

Jakarta, 29 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................ii


DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................1
1.3 TUJUAN MASALAH..................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................3

2.1 PENGERTIAN KELUARGA IDEAL ..........................................................3

2.2 KLASIFIKASI KELUARGA .......................................................................4

2.3 SYARAT TERBENTUKNYA KELUARGA IDEAL ..................................6

2.4 CIRI-CIRI KELUARGA IDEAL .................................................................8

2.5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELUARGA IDEAL ......................9

2.6 IMPLEMENTASI DARI KELUARGA IDEAL ...........................................10

BAB III PENUTUP ..........................................................................................12

3.1 KESIMPULAN ............................................................................................12

3.2 SARAN .......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan Allah SWT Kepada
manusia. Karena itu, orang yang berakal dan sehat tentu mendambakan
keluarga bahagia, sejahtera dan damai. Rumah tangga yang bahagia adalah
rumah tangga dimana seluruh anggota keluarga tidak selalu mengalami
keresahaan yang menggoncang sendi-sendi keluarga. Rumah tangga sejahtera
adalah rumah tangga yang dapat dipenuhi kebutuhan hidupnya, baik lahir
maupun batin menurut tingkat sosialnya. Rumah tangga yang damai adalah
rumah tangga di mana para anggota keluarganya senantiasa damai tenteram
dalam suasana kedamaian dan bebas dari percekcokan dan pertengkaran.
Sedangkan rumah tangga yang langgeng (kekal) adalah rumah tangga yang
terjalin kokoh dan tidak terjadi perceraian selama kehidupannya.
Dari gambaran keluarga yang ideal di atas, jelas bahwa keluarga
merupakan ikatan batin yang dibangun atas dasar cinta dan kasih sayang antara
suami dan istri dan berikut kekerabatan keluarga. Dalam Al-Qur’an, keluarga
yang dibangun atas dasar cinta dan kasih sayang tersebut disebut dengan
keluarga “sakinah” yang berarti ketenangan dan kebersamaan serta ketentraman
jiwa.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan keluarga ideal?
2. Bagaimana klasifikasi dari keluarga?
3. Apa saja syarat untuk terbentuknya keluarga ideal?
4. Apa saja ciri-ciri keluarga ideal?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi keluarga ideal?
6. Bagaimana implementasi dari keluarga ideal?
1.3 TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian dari keluarga ideal.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari keluarga.

1
3. Untuk mengetahui syarat dari terbentuknya keluarga ideal.
4. Untuk mengetahui ciri dari keluarga ideal.
5. Untuk mengetahui fator yang mempengaruhi keluarga ideal.
6. Untuk mengetahui implementasi dari keluarga ideal.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KELUARGA IDEAL


Keluarga memiliki beberapa pengertian sebagai berikut:
1) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki beberapa arti,
yakni Ibu dan Bapak beserta anak-anaknya, orang seisi rumah yang
menjadi tanggungan, sanak saudara atau kaum kerabat, satuan kerabat
yang sangat mendasar dalam masyarakat.
2) Keluarga adalah suatu kesatuan sosial yang terkecil di dalam masyarakat,
yang diikat oleh tali pernikahan yang sah.
3) Keluarga merupakan sebuah institusi terkecil di dalam masyarakat yang
berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan yang tentram,
aman, damai dan sejahtera dalam suasana cinta dan kasih sayang diantara
anggotanya.
Ideal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sesuatu
yang sangat sesuai dengan yang dicita-citakan atau diangan-angankan atau
dikehendaki. Adapun pengertian ideal lainnya, yakni dapat disebut juga dengan
sakinah (‫ )سكینة‬yang mengandung arti “Ketenangan”.
Keluarga Sakinah adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan
yang sah, yang diliputi Sakinah (ketentraman jiwa), mawaddah (rasa cinta),
rahma (kasih sayang) dengan tujuan mampu memberikan kasih sayang kepada
anggota keluarganya sehingga mereka memiliki rasa aman, tentram, damai serta
bahagia dalam mengusahakan tercapainya kesejahteraan dunia akhirat.
Keluarga yang harmonis, sejahtera, tenteram dan damai. Jadi, kata sakinah yang
digunakan untuk menyifati kata “keluarga” merupakan tata nilai yang
seharusnya menjadi kekuatan penggerak dalam membangun tatanan keluarga
yang dapat memberikan kenyamanan dunia sekaligus memberikan jaminan
keselamatan akhir.
Membina sebuah rumah tangga atau hidup berkeluarga merupakan
perintah agama bagi setiap muslim dan muslimah. Melalui rumah tangga yang

3
islami, diharapkan akan terbentuk komunitas kecil masyarakat Islam.
Hubungan dalam lingkup rumah tangga ini mencerminkan gambaran yang
lembut dan halus, yang dari sana memancar perasaan kasih dan sayang. Allah
SWT berfirman al-Qur’an surat Ar-Rum :21

‫َبینَ ُكم َو َج َع َل إِلَی َها ِلتَس ُكنُوا أَز َوا ًجا أَنفُ ِس ُكم ِمن لَ ُكم َخلَقَ أَن آ َياتِ ِه َو ِمن‬
ً‫يَتَفَ َّك ُرونَ ِلقَوم ََليَات َٰذَلِكَ فِي ِإ َّن ۚ َو َرح َمةً َم َودَّة‬
Artinya: Dan di antara tanda-tanda (kekuasaan)-Nya ialah Dia menciptakan
pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantara kamu rasa kasih dan
sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi kamu yang berfikir”. (Q.S. Ar-Rum: 21)

2.2 KLASIFIKASI KELUARGA


Secara umum, melalui kisah rumah tangga yang tertulis di dalam Al-Qur’an,
kita dapat melihat jenis-jenis keluarga, yaitu sebagai berikut:
a. Keluarga Abu Lahab
Keluarga Abu Lahab adalah tipe keluarga yang paling buruk.
Pasalnya, suami dan istri, keduanya berada di dalam kemaksiatan kepada
Allah. Keluarga Abu Lahab adalah keluarga yang enggan beriman, selalu
melakukan kemaksiatan, dan tidak mau menerima kebenaran yang datang.
Tentunya kita pernah membaca di dalam Sirah Nabawi, bagaimana Abu
Lahab adalah orang pertama yang mengolok-olok, menyakiti dan
menghalangi dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Sementara
sang istri yang dikenal dengan Ummu Jamil, dia selalu membantu Abu
Lahab untuk melancar setiap aksinya. Kisah kelicikan keluarga Abu Lahab
diabadikan di dalam (QS. AL-Lahab: 1-5) “Binasalah kedua tangan Abu
Lahab dan benar-benar binasa dia! Tidaklah berguna baginya hartanya dan
apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak

4
(neraka). Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah).
Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.”
b. Keluarga Fir’aun
Keluarga Fir’aun adalah tipe keluarga dimana sang suami tidak taat
sedangkan istri taat kepada Allah SWT. Dengan sombongnya, Fir’aun
mengaku-ngaku dirinya sebagai Tuhan dan meminta agar semua orang
menyembahnya. Sementara sang istri yang bernama Asiyah binti Mazahim,
menyembunyikan fakta bahwa dirinya menyembah Tuhannya Nabi Musa
as. dan mengamalkan apa yang diajarkan oleh Musa As. Tipe keluarga ini
tergambar suaminya ahli maksiat, istrinya ahli taat.
c. Keluarga Nabi Nuh as dan Nabi Luth as
Tipe keluarga Nabi Nuh as dan Nabi Luth as dimana suaminya ahli
ibadah, dan istrinya ahli bid’ah. Mereka berdua merupakan Rasul utusan
Allah Swt. untuk mendakwahi umat masing-masing. Nabi Nuh As. diutus
kepada Bani Rasib, yakni suatu kaum yang menyembah patung-patung
berhala. Sedangkan Nabi Luth As. diutus untuk kaum Sodom, yakni suatu
kaum yang berperilaku seks menyimpang (LGBT).
Kondisi tersebut digambarkan oleh Allah Swt. dalam Al-Qur’an, dengan
firman-Nya:

‫ب‬
َ ‫ض َر‬ َّ ‫َعبدَي ِن تَحتَ َكانَتَا ۖ لُوط َوام َرأَتَ نُوح ام َرأَتَ َكفَ ُروا ِللَّذِينَ َمثَ ًل‬
َ ُ‫ّللا‬
‫صا ِل َحی ِن ِعبَا ِدنَا ِمن‬َ ‫ّللا ِمنَ َعن ُه َما يُغنِیَا فَلَم فَخَانَتَاهُ َما‬
ِ َّ ‫َوقِی َل شَیئًا‬
‫ار اد ُخ َل‬
َ َّ‫َّاخلِینَ َم َع الن‬
ِ ‫الد‬
Artinya:
Allah membuat istri Nuh dan istri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-
orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang
saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada
suaminya masing-masing, maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka
sedikit pun dari siksa Allah; dan dikatakan kepada keduanya: Masuklah ke
dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk neraka Jahannam (QS.
At-Tahrim: 10)

5
d. Keluarga Nabi Ibrahim as dan Nabi Muhammad SAW
Nabi Ibrahim as memiliki dua isteri, yakni Sarah dan Hajar. Dari
pernikahannya dengan Sarah lahir seorang anak bernama Nabi Ishaq As.
Dari jalur keturunan Ishaq lahir para nabi dan rasul selanjutnya, yakni Nabi
Ya’qub As, Nabi Yusuf As, dan lainnya. Sedangkan dari pernikahannya
dengan Hajar lahir seorang anak bernama Nabi Ismail As. Dari jalur
keturunan Ismail hanya lahir seorang Nabi dan Rasul penutup, yakni Nabi
Muhammad SAW (QS. Al-Ahzab: 40)
Didalam Al-Qur’an tergambar sangat jelas, model keluarga Nabi
Ibrahim As. merupakan keluarga utuh yang taat kepada Allah Swt, baik
suami maupun isteri-isterinya. Dari sanalah lahir anak-anak yang taat
kepada Allah Swt. hingga menjadi Nabi dan Rasul. Tentu hal itu karunia
Allah Swt. bagi Nabi Ibrahim As. Sebab itu, hendaknya kita berkaca dan
bercermin dari model keluarga itu.
Cerminan keluarga teladan adalah keluarga Nabi Muhammad
dengan Khadijah, dan kisah Nabi Ibrahim dengan Hajar. Bagaimana Ibunda
Khadijah mendukung dakwah Nabi secara total. Juga bagaimana Hajar yang
selalu taat dengan keputusan yang telah Allah tetapkan atasnya. Keluarga
inilah keluarga yang patut dijadikan sebagai contoh. Suami dan isteri
keduanya adalah ahli taat, ahli ibadah, ahli tauhid, ahli sedekah, ahli shalat.

2.3 SYARAT TERBENTUKNYA KELUARGA IDEAL


1) Dalam Keluarga Harus Ada Mawaddah Dan Rahmah
Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu dan
hanya melihat kejasmanian lawan jenis saja. Sedangkan rahmah adalah jenis
cinta yang lembut, siap berkorban dan siap melindungi kepada yang
dicintai. Mawaddah saja kurang menjamin kelangsungan rumah tangga,
sebaliknya, Rahmah, lama kelamaan menumbuhkan mawaddah.
2) Hubungan Antara Suami Isteri Harus Atas Dasar Saling Membutuhkan,
Seperti Pakaian Dan Yang Memakainya.

6
Sebagaimana dalam al-Qur’an surat Al-Baqarah: 187

‫الصیَ ِام لَیلَةَ لَ ُكم أ ُ ِح َّل‬


ِ ‫ث‬ َ ِ‫َع ِل َم ۗ لَ ُه َّن ِلبَاس َوأَنتُم لَ ُكم ِلبَاس ه َُّن ۚ ن‬
َّ ‫سائِ ُكم إِلَ َٰى‬
ُ َ‫الرف‬
َّ ‫س ُكم تَختَانُونَ ُكنتُم أَنَّ ُكم‬
ُ‫ّللا‬ َ ُ‫اب أَنف‬
َ َ‫بَا ِش ُروه َُّن فَاَلنَ ۖ َعن ُكم َو َعفَا َعلَی ُكم فَت‬
‫ب َما َوابتَغُوا‬ َّ ‫ط لَ ُك ُم يَتَبَیَّنَ َحتَّ َٰى َواش َربُوا َو ُكلُوا ۚ لَ ُكم‬
َ َ‫ّللاُ َكت‬ ُ َ‫ِمنَ اْلَبی‬
ُ ‫ض الخَی‬
‫ام أَ ِت ُّموا ث ُ َّم ۖ الفَج ِر ِمنَ اْلَس َو ِد الخَی ِط‬ ِ ‫َوأَنتُم ت ُ َبا ِش ُروه َُّن َو َل ۚ اللَّی ِل ِإلَى‬
َ ‫الص َی‬
َ‫اج ِد فِي َعا ِكفُون‬
ِ ‫س‬َ ‫ّللا ُحد ُودُ تِلكَ ۗ ال َم‬ ِ َّ ‫ّللاُ يُ َب ِینُ َك َٰذَلِكَ ۗ تَق َربُوهَا فَ َل‬
َّ ‫آ َياتِ ِه‬
ِ ‫َيتَّقُونَ َل َعلَّ ُهم ِلل َّن‬
‫اس‬
Artinya:
Dihalalkan bagimu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istrimu.
Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.
Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri.
Tetapi Dia menerima tobatmudan memaafkan kamu. Maka sekarang
campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu.
Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) benang putih dari
benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai
(datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka Ketika kamu beritikaf
dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya.
Demikian allah menerangkan ayat-ayat Nya kepada manusia agar mereka
bertakwa (QS. Al-Baqarah:187)
3) Menjunjung Tinggi Prinsip Saling Pengertian dan Saling Ridha
Pergaulan dalam sebuah keluarga tidak selalu putih. Ada hitam
datang sebagai bumbu penyedap perjalannya. Karena didalamnya kumpulan
minimalnya dua orang yang pastinya tidak satu rasa, tidak satu nalar serta
perbedaan-perbedaan lainnya. Akan tetapi jika didalamnya terdapat prinsip
saling mengerti dan saling merelakan tentunya perbedaan-perbedaan yang
ada menjadi keindahan bukan tekanan.
4) Anak-Anak Harus Menjadi Anak yang Patuh dan Taat Pada Orang Tuanya
Orang tua berkewajiban berusaha semaksimal mungkin agar anak-
anaknya menjadi anak yang patuh dan taat dengan cara penanaman nilai-

7
nilai keislaman, keabaikan, ketulusan, kelembutan serta niali-nilai baik
lainnya sehingga anak-anaknya kelak mengerti akan kewajiban-
kewajjbannya yang salah satunya patuh terhadap, kedua orang tua.
5) Menjaga Hak dan Kewajiban Antar Keduanya dengan Baik
Dalam hubungan keluarga ada hak dan kewajban yang harus dijaga
dengan baik sekalipun disesuaikan dengan kemampuan keduanya. Hak bagi
istri merupakan kewajiban bagi suami begitupun sebaliknya, hak bagi suami
menjadi sesuatu yang diwajibkan bagi istri untuk selalu dijaga dengan baik.

2.4 CIRI-CIRI KELUARGA IDEAL


Berikut adalah ciri-ciri keluarga ideal, yaitu:
1) Menikah Demi Agama Karena Allah SWT dan Mengikuti Sunnah
Rasulullah SAW
Membentuk rumah tangga demi mengikuti agama Allah dan tuntunan
Rasul-Nya, mengikat cinta dan pernikahan karena Allah. Insya Allah akan
selalu dinaungi kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.
2) Memiliki Semangat Kebersamaan Secara Ikhlas
Bersikap sebagai dua orang mukmin yang saling dapat meraba rasakan hati
dan perasaan masing-masing, memiliki rasa saling memiliki, melindungi
dan menjaga.
3) Menjaga Keberisihan Aqidah
Beriman kepada Allah SWT secara benar dan bersih tanpa bercampur
dengan kepercayaan Syirik, khurafat dan tahayul.
4) Memelihara Ibadah
Menjalankan rukun Islam dan ibadah lainnya dengan ikhlas secara bersama
dan sesuai dengan ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya.
5) Giat Melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Mengajak orang berbuat baik dan mencegah perbuatan yang dilarang Allah
SWT dan Rasul-Nya demi menegakkan al-khair dan al-ma’arif.
6) Hubungan Orang Tua dan Anak Akrab

8
Keakraban orang tua dan anak dapat mendukung suasana Sakinah penuh
berkah.
7) Anak-Anaknya Shalih dan Shalihah
Menjaga, membina anak-anak yang bersikap dan berperilaku baik, santun
kepada orang tua dan taat kepada Allah SWT dalam menjalankan ibadah
kepada-Nya.
8) Hubungan Sesama Anak Baik
Anggota keluarga saling mengasihi dan bersikap lemah lembut, penuh kasih
sayang sehingga suasana keluarga penuh ketenangan dan kebajikan yang
membahagiakan.

2.5 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELUARGA IDEAL


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya keluarga yang ideal,
diantaranya yaitu:
1) Faktor Kesejahteraan Jiwa
Rendahnya frekuensi pertengkaran atau percecokan di rumah, saling
mengasihi dan saling membutuhkan serta saling tolong-menolong antar
sesama anggota keluarga adalah tanda kesejahteraan jiwa pasangan suami
istri. Prinsip yang diunggulkan bagi pasangan suami istri adalah jangan
saling berbantahan. Sebagai alternatif yang alami dari perbantahan, yaitu
diskusi terbuka antara pasangan suami istri. Jadi sesekali kedua belah pihak
berdiskusi tentang suatu permasalahan yang terjadi diantara mereka, tetapi
perlu dijaga jangan sampai meningkat ke tingkat pertengkaran.
2) Faktor Kesehatan Fisik
Agama Islam sangat memperhatikan kesehatan manusia dan
memerintahkan mereka agar menjaga kebersihan dan menjauhi hal-hal yang
najis atau kotor, serta menganjurkan agar manusia berolahraga. Kerupaan
tidak akan sempurna kecuali dibarengi dengan kesehatan tubuh. Orang yang
sehat tubuhnya akan menjadi rupawan, elok dan menawan, sementara orang
yang sakit-sakitan akan berkurang kerupawannya. Dengan demikian,

9
nampaklah bahwa Islam sangat menganjurkan pengikutnya agar memiliki
tubuh yang Prima serta sehat dan tidak sakit-sakitan sehingga dia akan
melangkah menuju pernikahan dalam keadaan siap dan sehat serta dengan
berbekal anugrah akal yang baik dan jiwa yang prima.
3) Faktor Ekonomi
Pernikahan memang tidak cukup dengan hanya mengandalkan cinta.
Dengan diisyaratkan nya suami untuk memenuhi kebutuhan nafkah
keluarga, jelas terlihat bahwa dalam sebuah pernikahan juga diperlukan
kemampuan ekonomi, maka dari itu tidak bisa dipungkiri bahwa faktor
ekonomi tidak bisa dianggap remeh. Kita semua menyadari bahwa Hidup
berumah tangga mengharuskan adanya pembiayaan. Dengan demikian
maka anggaran belanja rumah tangga harus diatur dengan sebaik-baiknya.
Sebab uang merupakan suatu tanggung jawab bersama bukan hanya
tanggung jawab satu pihak baik sedikit maupun banyak.

2.6 IMPLEMENTASI KELUARGA IDEAL


Berikut adalah implementasi dari keluarga ideal, yaitu:
1) Membuat keluarga menjadi keluarga yang ahli sujud, keluarga yang ahli
taat, keluarga yang menghiasi diringan dengan dzikrullah, dan keluarga
yang selalu rindu untuk mengutuhkan kemuliaan hidup di dunia, terutama
mengutuhkan kemuliaan di hadapan Allah SWT kelak di surga.
2) Menjadikan rumah sebagai pusat ilmu. Pupuk iman adalah pusat ilmu.
Memiliki harta tetapi kurang ilmu akan menjadikan kita diperbudaknya.
Harta dinafkahkan akan habis, ilmu dinafkahkan akan melimpah. Jadikan
agar keluarga sungguh-sungguh untuk mencari ilmu, baik ilmu tentang
hidup di dunia maupun di akhirat. Bekali anak-anak sejak kecil dengan ilmu
dan jadilah orang tua yang senantiasa menjadi sumber ilmu bagi anak-
anaknya.
3) Menjadikan keluraga sebagai pusat nasehat. Semakin hari banyak yang
harus dilakukan. Untuk itu manusia membutuhkan orang lain agar bisa

10
melengkapi kekurangan guna memperbaiki kesalahan yang ada. Keluarga
yang bahagia itu keluarga yang dengan sadar menjadikan kekayaannya
saling menasehati, saling memperbaiki, serta saling mengoreksi dalam
kebenaran dan kesabaran. Setiap koreksian bahkan pujian yang diberikan
pada keluarga patut di syukuri. Apabila sebuah keluarga saling menasihati,
maka keluarga bagaikan cermin yang akan membuat anggota keluarganya
berpenampilan lebih baik, karena tidak pernah ada koreksi yang paling
aman selain koreksi dari keluarga.
4) Menjadikan rumah sebagai pusat kemuliaan. Pastikan keluarga sebagai
contoh bagi keluarga yang lain. Berbahagialah jika keluarga dijadikan
contoh teladan bagi keluarga yang lain.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Keluarga Sakinah adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan


perkawinan yang sah, yang diliputi Sakinah (ketentraman jiwa), mawaddah
(rasa cinta), rahma (kasih saying) dengan tujuan mampu memberikan kasih
sayang kepada anggota keluarganya sehingga mereka memiliki rasa aman,
tentram, damai serta bahagia dalam mengusahakan tercapainya kesejahteraan
dunia akhirat. Syarat terbentuknya keluarga ideal, yaitu dalam keluarga harus
ada mawaddah dan rahmah, hubungan antara suami-istri harus atas dasar saling
membutuhkan, menjunjung tinggi prinsip saling pengertian dan saling Ridho,
anak-anak harus menjadi anak yang patuh dan taat pada orang tuanya, menjaga
hak dan kewajiban antar keduanya dengan baik. Implementasi dari kelarga
ideal, yaitu membuat keluarga menjadi keluarga yang ahli sujud, menjadikan
rumah sebagai pusat ilmu, menjadikan keluarga sebagai pusat nasehat,
menjadikan rumah sebagai pusat kemuliaan.

3.2 SARAN

Sebagai mahasiswa atau generasi muda perlu memahami terkait materi


keluarga ideal untuk dijadikan bekal mereka saat menjalankan kehidupan
berkeluarga kelak.

12
DAFTAR PUSTAKA

Asman, Raja. (2020). Keluarga Sakinah Dalam Kajian Hukum Islam.


https://journal.iainlangsa.ac.id/index.php/qadha/article/view/1952/1337,
diakses 10 Desember 2021.

Nisa, Khoirun. (2017). Keluarga Ideal, Pasangan Suami Istri, Pelatihan dan
Pengembangan. http://digilib.uinsby.ac.id/19021/3/Bab%202.pdf, diakses
10 Desember 2021.

Husin, Baharuddin dkk. (2018). Pendidikan Agama Khusus Untuk Mahasiswa


Muslim. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia.

13

Anda mungkin juga menyukai