KELUARGA IDEAL
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama
Disusun Oleh:
KELAS 1D PAGI
PRODI S1 AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA JAKARTA
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Agama.
Makalah ini disusun sesuai dengan hasil pencarian kami mengenai materi
Keluarga Ideal yang kami dapatkan dari beberapa sumber dan referensi internet.
Semoga makalah ini dapat dipahami dan membuat pembaca lebih tahu mengenai
Keluarga Ideal.
Kami menyadari makalah ini masih belum sempurna. Namun, kami telah
berusaha dengan maksimal dan berharap agar makalah ini dapat memenuhi tugas
yang telah ditentukan. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak
Imron Zabidi, M.Phil, DR selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama dan
anggota kelompok 14 yang sudah berkerjasama menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Untuk mengetahui syarat dari terbentuknya keluarga ideal.
4. Untuk mengetahui ciri dari keluarga ideal.
5. Untuk mengetahui fator yang mempengaruhi keluarga ideal.
6. Untuk mengetahui implementasi dari keluarga ideal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
islami, diharapkan akan terbentuk komunitas kecil masyarakat Islam.
Hubungan dalam lingkup rumah tangga ini mencerminkan gambaran yang
lembut dan halus, yang dari sana memancar perasaan kasih dan sayang. Allah
SWT berfirman al-Qur’an surat Ar-Rum :21
َبینَ ُكم َو َج َع َل إِلَی َها ِلتَس ُكنُوا أَز َوا ًجا أَنفُ ِس ُكم ِمن لَ ُكم َخلَقَ أَن آ َياتِ ِه َو ِمن
ًيَتَفَ َّك ُرونَ ِلقَوم ََليَات َٰذَلِكَ فِي ِإ َّن ۚ َو َرح َمةً َم َودَّة
Artinya: Dan di antara tanda-tanda (kekuasaan)-Nya ialah Dia menciptakan
pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantara kamu rasa kasih dan
sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi kamu yang berfikir”. (Q.S. Ar-Rum: 21)
4
(neraka). Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah).
Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.”
b. Keluarga Fir’aun
Keluarga Fir’aun adalah tipe keluarga dimana sang suami tidak taat
sedangkan istri taat kepada Allah SWT. Dengan sombongnya, Fir’aun
mengaku-ngaku dirinya sebagai Tuhan dan meminta agar semua orang
menyembahnya. Sementara sang istri yang bernama Asiyah binti Mazahim,
menyembunyikan fakta bahwa dirinya menyembah Tuhannya Nabi Musa
as. dan mengamalkan apa yang diajarkan oleh Musa As. Tipe keluarga ini
tergambar suaminya ahli maksiat, istrinya ahli taat.
c. Keluarga Nabi Nuh as dan Nabi Luth as
Tipe keluarga Nabi Nuh as dan Nabi Luth as dimana suaminya ahli
ibadah, dan istrinya ahli bid’ah. Mereka berdua merupakan Rasul utusan
Allah Swt. untuk mendakwahi umat masing-masing. Nabi Nuh As. diutus
kepada Bani Rasib, yakni suatu kaum yang menyembah patung-patung
berhala. Sedangkan Nabi Luth As. diutus untuk kaum Sodom, yakni suatu
kaum yang berperilaku seks menyimpang (LGBT).
Kondisi tersebut digambarkan oleh Allah Swt. dalam Al-Qur’an, dengan
firman-Nya:
ب
َ ض َر َّ َعبدَي ِن تَحتَ َكانَتَا ۖ لُوط َوام َرأَتَ نُوح ام َرأَتَ َكفَ ُروا ِللَّذِينَ َمثَ ًل
َ ُّللا
صا ِل َحی ِن ِعبَا ِدنَا ِمنَ ّللا ِمنَ َعن ُه َما يُغنِیَا فَلَم فَخَانَتَاهُ َما
ِ َّ َوقِی َل شَیئًا
ار اد ُخ َل
َ ََّّاخلِینَ َم َع الن
ِ الد
Artinya:
Allah membuat istri Nuh dan istri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-
orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang
saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada
suaminya masing-masing, maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka
sedikit pun dari siksa Allah; dan dikatakan kepada keduanya: Masuklah ke
dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk neraka Jahannam (QS.
At-Tahrim: 10)
5
d. Keluarga Nabi Ibrahim as dan Nabi Muhammad SAW
Nabi Ibrahim as memiliki dua isteri, yakni Sarah dan Hajar. Dari
pernikahannya dengan Sarah lahir seorang anak bernama Nabi Ishaq As.
Dari jalur keturunan Ishaq lahir para nabi dan rasul selanjutnya, yakni Nabi
Ya’qub As, Nabi Yusuf As, dan lainnya. Sedangkan dari pernikahannya
dengan Hajar lahir seorang anak bernama Nabi Ismail As. Dari jalur
keturunan Ismail hanya lahir seorang Nabi dan Rasul penutup, yakni Nabi
Muhammad SAW (QS. Al-Ahzab: 40)
Didalam Al-Qur’an tergambar sangat jelas, model keluarga Nabi
Ibrahim As. merupakan keluarga utuh yang taat kepada Allah Swt, baik
suami maupun isteri-isterinya. Dari sanalah lahir anak-anak yang taat
kepada Allah Swt. hingga menjadi Nabi dan Rasul. Tentu hal itu karunia
Allah Swt. bagi Nabi Ibrahim As. Sebab itu, hendaknya kita berkaca dan
bercermin dari model keluarga itu.
Cerminan keluarga teladan adalah keluarga Nabi Muhammad
dengan Khadijah, dan kisah Nabi Ibrahim dengan Hajar. Bagaimana Ibunda
Khadijah mendukung dakwah Nabi secara total. Juga bagaimana Hajar yang
selalu taat dengan keputusan yang telah Allah tetapkan atasnya. Keluarga
inilah keluarga yang patut dijadikan sebagai contoh. Suami dan isteri
keduanya adalah ahli taat, ahli ibadah, ahli tauhid, ahli sedekah, ahli shalat.
6
Sebagaimana dalam al-Qur’an surat Al-Baqarah: 187
7
nilai keislaman, keabaikan, ketulusan, kelembutan serta niali-nilai baik
lainnya sehingga anak-anaknya kelak mengerti akan kewajiban-
kewajjbannya yang salah satunya patuh terhadap, kedua orang tua.
5) Menjaga Hak dan Kewajiban Antar Keduanya dengan Baik
Dalam hubungan keluarga ada hak dan kewajban yang harus dijaga
dengan baik sekalipun disesuaikan dengan kemampuan keduanya. Hak bagi
istri merupakan kewajiban bagi suami begitupun sebaliknya, hak bagi suami
menjadi sesuatu yang diwajibkan bagi istri untuk selalu dijaga dengan baik.
8
Keakraban orang tua dan anak dapat mendukung suasana Sakinah penuh
berkah.
7) Anak-Anaknya Shalih dan Shalihah
Menjaga, membina anak-anak yang bersikap dan berperilaku baik, santun
kepada orang tua dan taat kepada Allah SWT dalam menjalankan ibadah
kepada-Nya.
8) Hubungan Sesama Anak Baik
Anggota keluarga saling mengasihi dan bersikap lemah lembut, penuh kasih
sayang sehingga suasana keluarga penuh ketenangan dan kebajikan yang
membahagiakan.
9
nampaklah bahwa Islam sangat menganjurkan pengikutnya agar memiliki
tubuh yang Prima serta sehat dan tidak sakit-sakitan sehingga dia akan
melangkah menuju pernikahan dalam keadaan siap dan sehat serta dengan
berbekal anugrah akal yang baik dan jiwa yang prima.
3) Faktor Ekonomi
Pernikahan memang tidak cukup dengan hanya mengandalkan cinta.
Dengan diisyaratkan nya suami untuk memenuhi kebutuhan nafkah
keluarga, jelas terlihat bahwa dalam sebuah pernikahan juga diperlukan
kemampuan ekonomi, maka dari itu tidak bisa dipungkiri bahwa faktor
ekonomi tidak bisa dianggap remeh. Kita semua menyadari bahwa Hidup
berumah tangga mengharuskan adanya pembiayaan. Dengan demikian
maka anggaran belanja rumah tangga harus diatur dengan sebaik-baiknya.
Sebab uang merupakan suatu tanggung jawab bersama bukan hanya
tanggung jawab satu pihak baik sedikit maupun banyak.
10
melengkapi kekurangan guna memperbaiki kesalahan yang ada. Keluarga
yang bahagia itu keluarga yang dengan sadar menjadikan kekayaannya
saling menasehati, saling memperbaiki, serta saling mengoreksi dalam
kebenaran dan kesabaran. Setiap koreksian bahkan pujian yang diberikan
pada keluarga patut di syukuri. Apabila sebuah keluarga saling menasihati,
maka keluarga bagaikan cermin yang akan membuat anggota keluarganya
berpenampilan lebih baik, karena tidak pernah ada koreksi yang paling
aman selain koreksi dari keluarga.
4) Menjadikan rumah sebagai pusat kemuliaan. Pastikan keluarga sebagai
contoh bagi keluarga yang lain. Berbahagialah jika keluarga dijadikan
contoh teladan bagi keluarga yang lain.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
12
DAFTAR PUSTAKA
Nisa, Khoirun. (2017). Keluarga Ideal, Pasangan Suami Istri, Pelatihan dan
Pengembangan. http://digilib.uinsby.ac.id/19021/3/Bab%202.pdf, diakses
10 Desember 2021.
13