DISUSUN OLEH MARIA VERONIKA TRESNANDONIA DANDO (17119101)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MUSIK
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG 2021 Tradisi Sepa/Keso Api (Sepak/Menginjak api) Sepa/Keso api adalah atraksi yang unik dan menarik perhatian masyarakat pendukung adat maupun simpatisan yang hadir, terdapat seorang tua adat sebagai petugas khusus untuk menyepak api yang sedang menyala. Adapun api itu disiapkan oleh empat orang Ana Susu masing-masing membakar tujuh buah tempurung yang sudah dijemur sampai kering di rumahnya, ketika api sedang menyala, datanglah sekelompok masyarakat sambil menari dan meminta api ke rumah Ana Susu. Permintaan itu disampaikan dalam bentuk lagu, yang syairnya sebagai berikut : Ine ko toa ree, tii kami api mati, mati api mai, mai api mai. Arti syair lagu, adalah melukiskan sifat manusia bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan yaitu sifat baik dan sifat jahat/tidak baik. Selanjutnya api dalam keadaan menyala itu, dibawa oleh isteri Ana susu sambil menari sepanjang jalan dan diiringi dengan syar lagu di atas sampai tiba di Puu Peo, kemudian dilanjutkan ke rumah Ana susu yang lain. Setelah tempurung dan api dari ke empat Ana susu digabungkan di Puu Peo, maka petugas khusus sepa api, tua-tua adat dan semua peserta menari-nari mengelilingi tumpukkan tempurung sambil menyanyikan lagu adat yang lain secara berulang-ulang serta diiringi dengan tepuk tangan yang merih, untuk menantikan saat yang tepat yaitu ketika semua tempurung terbakar. Pada saat semua tempurung terbakar dengan arang yang masih utuh, petugas khusus masih dalam keadaan menari menyepak tumpukkan aranag tempurung yang sedang membara dan kemudian diikuti oleh semua masyarakat, baik masyarakat setempat, maupun simpatisan dari desa-desa tetangga yang ingin mengalami sendiri sepak dan menginjak api yang sedang membara. Pada saat arang diinjak-injak, semua peserta tetap dalam posisi menari, menyanyi dan bertepuk tangan sehingga nampak sekali nmasyarakat meluapkan rasa kegembiraan, karena api dalam kepercayaan masyarakat Desa Pautola melambangkan kehidupan. Juga api melambangkan kematian. Ketika api dihidupkan, dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti menerangi kegelapan, memasak makanan, menghangatkan tubuh yang kedinginan. Jadi api merupakan alat yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Selain api melambangkan kehidupan, api juga melambangkan kematian atau bencana/kekejaman dunia, jika manusia menyalah gunakan api seperti membakar hutan, membakar rumah kediaman dan ketika badan kita terkena sentuhan api maka akan berdampak buruk/sesuatu yang merugikan dan tidak baik bagi manusia. Adapun syair lagu yang dinyanyikan ketika menantikan tempurung terbakar di Puu Peo, ialah : Api ko raba jawa baru dhora raga re Loki kau keke re, re keke re, re keke re …. Artinya sebagai berikut : Api adalah lambang kehidupan manusia, karena dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Api juga melambangkan bencana atau kekejaman dunia, bila manusia sudah menggunakannya.