Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY

LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR


KREATIF PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN
BIOLOGI DI MAN 3 KOTA PADANG

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:
NELDA ANDA YENI
NIM. 17031066/2017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................ i


DAFTAR TABEL ................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ........................................................................... 1
B.Identifikasi Masalah ................................................................... 5
C.Batasan Masalah......................................................................... 5
D.Rumusan Masalah ...................................................................... 6
E.Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
F.Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
BAB II KERANGKA TEORI
A.Kajian Teori ............................................................................... 7
B. Penelitian Yang Relevan ......................................................... 16
C.Kerangka Berpikir .................................................................... 18
D.Hipotesis .................................................................................. 19
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian........................................................................ 20
B. Definisi Operasional................................................................ 20
C. Populasi Dan Sampel .............................................................. 21
D. Variabel Dan Data................................................................... 22
E. Instrumen Penelitian ................................................................ 26
F. Teknik Analisis Data ............................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 31

i
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Hasil Angket Observasi Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas XI
IPA MAN 3 Kota Padang ................................................................................. 3
2. Randomized Control-Group Posttest Only Design ........................................... 20
3. Tahap Pembelajaran Pada Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol .................... 24
4. Kriteria Reliabilitas Soal ................................................................................... 27
5. Kriteria Kesukaran Soal .................................................................................... 28
6. Kriteria Daya Pembeda Soal ............................................................................. 28
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu yang mempelajari mengenai

fenomena alam dan isinya. Selain daripada itu IPA merupakan upaya untuk

seseorang dapat berpikir logis dan berpikir ilmiah. Dilihat dari sudut pandang

yang menyeluruh, Tumurun et al (2016: 101) mengatakan IPA atau sains

seharusnya dipandang sebagai a way of thinking, a way of investigating, a body

knowledge. Biologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan alam,

diharapkan dapat membantu para peserta didik untuk dapat memahami dirinya

sendiri, mampu mencintai alam, dan mampu melestarikan alam.

Dalam pembelajaran biologi peserta didik diharapkan untuk menemukan

konsep-konsep, oleh karena itu pembelajaran biologi dibutuhkan keterampilan

berpikir kreatif dengan cara memanfaatkan rasa ingin tahu peserta didik terhadap

pembelajaran biologi. Menurut Hoiriyah (2019: 203) berpikir kreatif dapat

diartikan sebagai kemampuan menciptakan sesuatu yang baru, sehingga

mendapatkan jawaban unik yang berbeda tapi benar. Untuk meningkatkan

keterampilan berpikir kreatif peserta didik dapat dilakukan dengan cara

melakukan beberapa percobaan dengan memanfaatkan rasa ingin tahu peserta

didik.

Keterampilan berpikir kreatif dapat meningkatkan potensi peserta didik

salah satunya adalah dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Hal ini

sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Dalam Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3

1
2

yang menyatakan “bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Keterampilan berpikir kreatif peserta didik kurang begitu diperhatikan,

guru kurang memfasilitasi peserta didik untuk berpikir kreatif. Guru banyak

memberikan pengetahuan kepada peserta didik tanpa memberikan kesempatan

untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Karena hal tersebut keterampilan berpikir

kreatif peserta didik kurang terasah. Keterampilan berpikir kreatif perlu

ditingkatkan dengan cara memberikan fasilitas dan kesempatan untuk

mengembangkan kreativitasnya.

Berdasarkan hasil observasi menggunakan instrumen yang diadopsi dari

Gaol (2020: 64), menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kreatif peserta didik

kelas XI IPA MAN 3 Kota Padang tergolong rendah. Angket observasi untuk

mengukur kemampuan berpikir kreatif diisi oleh 32 orang peserta didik. Total

pilihan jawaban adalah 160 yang terbagi dalam 4 skor dari yang terendah hingga

tertinggi. Total yang memilih skor terendah (pemula) sebanyak 49, skor dasar

sebanyak 51, skor ahli sebanyak 38, dan skor tertinggi (terdepan) sebanyak 22.

Perbandingan ini menjadi cerminan tingkat keterampilan berpikir kreatif peserta

didik yang rendah, karena peserta didik terbanyak memilih pada tingkat dasar.

Hasil angket observasi keterampilan berpikir kreatif peserta didik dapat dilihat

pada Tabel 1 berikut ini.


3

Tabel 1. Hasil Angket Observasi Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik


Kelas XI IPA MAN 3 Kota Padang.
NIndikator Berpikir Jumlah (orang)
No Kreatif Pemula Dasar Ahli Terdepan
1 Fluency 13 14 4 1
2 Flexibility 13 7 7 5
3 Originality 11 12 3 6
4 Elaboration 7 10 11 4
5 Metaphorical thinking 5 8 13 6
Total 49 51 38 22

Hasil angket observasi menunjukkan bahwa indikator fluency, flexibility

dan originality peserta didik tergolong rendah, sedangkan untuk indikator

elaboration dan metaphorical thinking tergolong sedang.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berpikir

kreatif peserta didik adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang

tepat. Model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain model

pembelajaran discovery learning, karena pada model pembelajaran penemuan

peserta didik akan dibimbing untuk mencari dan menemukan sendiri materi atau

jawaban yang sedang dipelajari.

Model discovery learning merupakan nama lain dari pembelajaran

penemuan. Sesuai dengan namanya, model ini mengarahkan peserta didik untuk

menemukan suatu konsep melalui proses pembelajaran yang dilakukan.

Yuliawati et al (2017: 223) menyatakan discovery learning merupakan model

pembelajaran yang menitikberatkan pada kemampuan peserta didik untuk

menemukan dan mengkonstruksi suatu konsep dalam kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran diawali dengan permasalahan yang ada disekitar mereka.

Discovery learning merupakan pembelajaran yang dapat memberikan


4

kesempatan peserta didik lebih aktif mengkonstruksi pengetahuannya sendiri

melalui penemuan sehingga pengetahuan yang diperoleh merupakan suatu

penemuan sendiri sesuai gaya belajarnya (Nurhayati & Wahyuni, 2020: 32).

Dalam model discovery learning peserta didik tidak hanya dihadapi oleh

sejumlah teori, tetapi mereka menghubungkan teori yang dipelajari dengan

berbagai fakta yang ada. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bariroh et

al (2019: 11-21) menunjukkan bahwa model discovery learning berpengaruh

signifikan terhadap kreativitas dan hasil belajar kognitif peserta didik. Sejalan

dengan Aldila et al (2017: 86) menyatakan bahwa kreativitas yang dimiliki oleh

peserta didik berkaitan erat dengan keterampilan berpikir kreatif yang mereka

miliki. Sehingga pengaplikasian model pembelajaran discovery learning akan

meningkatkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik.

Beberapa penelitian lain yang telah dilakukan mengenai model

pembelajaran discovery learning juga menunjukkan pengaruh positif. Nahdi &

Apriadi (2015: 66-71) menunjukkan bahwa model discovery learning lebih

signifikan meningkatkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik

dibandingkan pembelajaran konvensional. Penelitian Werdiningsih (2019: 399-

404) menunjukkan model discovery learning meningkatkan kemampuan berpikir

kreatif peserta didik tingkat SMP. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut

dapat dipahami bahwa model pembelajaran discovery learning dapat

meningkatkan kreativitas, hasil belajar kognitif, keterampilan berpikir kreatif.

Model pembelajaran discovery learning mampu menumbuhkan

motivasi peserta belajar dan membangkitkan keingintahuan peserta


5

didik. Hal ini didukung oleh pendapat Masrida (2016: 86) bahwa model

discovery learning memiliki kelebihan yaitu memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk bertukar informasi dan pengalaman dalam

suatu kegiatan diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kreatif peserta didik.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis akan melakukan

penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap

keterampilan berpikir kreatif peserta didik pada pembelajaran biologi di MAN 3

Kota Padang.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian masalah di MAN 3 Kota Padang yang telah

dipaparkan pada latar belakang, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah

penelitian sebagai berikut.

1. Biologi salah satu cabang IPA yang dalam proses pembelajarannya

membutuhkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik

2. Guru kurang memfasilitasi keterampilan berpikir kreatif.

3. Model pembelajaran yang digunakan belum tepat.

4. Keterampilan berpikir kreatif peserta didik masih tergolong rendah.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, penulis membatasi

masalah pada masih rendahnya keterampilan berpikir kreatif peserta

didik pada pembelajaran biologi di MAN 3 Kota Padang.


6

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah, maka rumusan

masalah dari penelitian ini yaitu: Apakah penerapan model pembelajaran

discovery learning berpengaruh positif berarti terhadap keterampilan berpikir

kreatif peserta didik pada pembelajaran biologi di MAN 3 Kota Padang?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan

model pembelajaran discovery learning terhadap keterampilan berpikir kreatif

peserta didik pada pembelajaran biologi di MAN 3 Kota Padang.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Memberi masukan kepada guru untuk menerapkan model pembelajaran yang

tepat dan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik

2. Menjadi rujukan dan bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya dan

informasi ilmiah.
BAB II
KERANGKA TEORI

A. Kajian Teori

Pada kajian teori akan dibahas tentang model pembelajaran discovery

learning, keterampilan berpikir kreatif, dan hubungan model pembelajaran

discovery learning dengan keterampilan berpikir kreatif.

1. Model pembelajaran discovery learning

a. Pengertian model pembelajaran discovery learning

Model pembelajaran adalah pola interaksi peserta didik dengan guru dalam

kegiatan proses pembelajaran. Menurut Afandi (2013: 16) model pembelajaran

merupakan suatu proses yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Sementara itu Lufri (2010: 53) menjelaskan bahwa model

pembelajaran adalah segala bentuk rancangan, baik itu rancangan pembelajaran

maupun bahan-bahan yang akan diajarkan dengan menggunakan pendekatan atau

strategi pembelajaran yang lain, dan dilengkapi dengan langkah-langkah yang

menggambarkan urutan aktivitas proses pembelajaran.

Model pembelajaran discovery learning merupakan nama lain dari

pembelajaran penemuan. Sesuai dengan namanya, model ini membimbing peserta

didik untuk menemukan suatu konsep melalui proses pembelajaran yang

dilakukannya. Peserta didik tidak hanya dihadapi oleh sejumlah teori, tetapi

mereka berhadapan dengan berbagai fakta (Kosasih, 2014: 83). Hal ini juga

didukung oleh pendapat Singaravelu (2012: 57) discovery learning merupakan

model pembelajaran berbasis penemuan. Peran guru hanya menyediakan pokok

7
8

permasalahan yang akan dipelajari, kemudian peserta didik dapat menemukan

pokok permasalahan yang akan dipecahkan secara mandiri.

b. Tahapan model discovery learning

Terdapat beberapa tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan dalam model

discovery learning menurut Musfiqon (2015: 147-148) sebagai berikut:

1) Stimulation, pada tahap ini guru memberikan rangsangan kepada peserta didik

dapat berupa bacaan, gambar dan cerita yang sesuai dengan materi

pembelajaran yang akan dibahas.

2) Problem statement, pada tahap ini peserta didik menemukan berbagai

permasalahan berdasarkan bacaan, gambar, dan cerita terkait dengan materi

pembelajaran kemudian diberikan pengalaman untuk menanya, mengamati,

dan mencari informasi dan mencoba merumuskan masalah.

3) Data collection, pada tahap ini peserta didik diberikan kesempatan untuk

mencari informasi yang relevan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang

sudah dirumuskan. Informasi tersebut bisa didapatkan melalui pengamatan

objek yang dipelajari dan membaca literatur.

4) Data processing, pada tahap ini semua informasi yang sudah diperoleh dari

pengamatan, bacaan kemudian diolah dengan cara diklasifikasikan dan diambil

kesimpulan sementara.

5) Verification, pada tahap ini peserta didik mengecek kembali hasil informasi

yang sudah didapatkan dan menyesuaikan apakah hipotesis yang diajukan

sudah terjawab atau belum.


9

6) Generalization, pada tahap ini peserta didik melakukan penarikan kesimpulan

yang dilanjutkan dengan menyusun generalisasi hasil.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas model langkah-langkah discovery

learning yang digunakan dalam penelitian ini adalah stimulation, problem

statement, data collection, data processing, verification, generalization

c. Kelebihan model discovery learning

Kelebihan dari model discovery learning menurut Masrida (2016: 86)

antara lain:

1) Peserta didik lebih aktif untuk menemukan sendiri inti materi yang diajarkan.

2) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertukar informasi dan

pengalaman dalam suatu kegiatan diskusi.

3) Memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam menyampaikan argumen.

4) Dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

5) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses

pengembangan pengetahuan.

d. Kekurangan model discovery learning

Kekurangan model discovery Learning menurut Hosnan (2014, 288-289)

sebagai berikut: (1) kemampuan berpikir rasional peserta didik ada yang masih

terbatas, (2) tidak semua peserta didik mampu melakukan suatu penemuan, (3)

memerlukan waktu yang banyak dikarenakan guru dituntut untuk mengubah

kebiasaan mengajar yang sebelumnya sebagai pemberi informasi namun dengan

menggunakan model ini guru sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing

peserta didik dalam belajar.


10

2. Keterampilan berpikir kreatif

Keterampilan berpikir kreatif dapat dijelaskan sebagai kemampuan untuk

menciptakan hal-hal baru, mampu menempatkan dan menggabungkan sejumlah

objek yang berbeda, yang berasal dari pemikiran manusia dengan berbagai macam

faktor yang mempengaruhinya (Mursidik et al, 2015: 26). Hal ini sejalan dengan

pendapat Moma (2017: 131), bahwa berpikir kreatif merupakan kemampuan

seseorang dalam mencari cara, strategi, ide atau gagasan baru untuk memecahkan

masalah, dimulai dengan peka terhadap hal-hal yang dihadapinya. Sedangkan

menurut Siregar et al (2017: 184) berpikir kreatif adalah proses menghasilkan ide-

ide baru yang merupakan kombinasi dari ide-ide yang sebelumnya.

Jadi, keterampilan berpikir kreatif adalah keterampilan yang berasal dari

dalam diri individu untuk menghasilkan ide, gagasan atau sesuatu yang baru

mengenai penyelesaian terhadap suatu permasalahan yang sedang dihadapi.

3. Hubungan model pembelajaran discovery learning dengan keterampilan

berpikir kreatif

Keterampilan abad 21 yang dikenal dengan prinsip 4C yaitu critical

thinking (berpikir kritis), communication (komunikasi), collaboration

(kolaborasi), dan creativity (kreativitas) dapat dicapai dengan menerapkan model

pembelajaran yang melatih keterampilan berpikir peserta didik, pembelajaran

berbasis proyek dan berbasis masalah. Menurut Mursidik et al (2015: 23)

kompetensi berpikir kreatif sangat penting bagi peserta didik dalam era persaingan
11

global abad 21 disebabkan semakin tingginya tingkat kompleksitas permasalahan

pada segala aspek kehidupan modern.

Berpikir kreatif memiliki beberapa indikator, seperti yang disarankan oleh

Treffinger et al (2002:12) sebagai berikut.

a. Fluency, merupakan kemampuan untuk menghasilkan banyak ide dalam

menanggapi pertanyaan terbuka atau mengacu pada proses berpikir seseorang.

Kemampuan ini termasuk kemampuan mengungkapkan ide, cara, saran, maupun

solusi, gagasan pertanyaan dan alternatif jawaban dalam waktu tertentu.

b. Flexibility, merupakan kemampuan yang mengacu pada keahlian mengubah arah

pemikiran seseorang atau mengubah sudut pandang seseorang. Fleksibilitas

mengarah pada keterbukaan untuk menguji ide atau pengalaman dengan cara yang

bervariasi dan tidak terduga, sehingga diperoleh kemungkinan-kemungkinan yang

mengejutkan dan menjanjikan.

c. Originality, merupakan kemampuan yang mengacu pada proses menghasilkan

ide-ide baru yang tidak biasa. Originalitas berhubungan dengan mendapatkan

gagasan yang tidak biasa atau jarang secara statistik (gagasan yang hanya sedikit

ditawarkan orang dalam kelompok).

d. Elaboration, merupakan aspek yang mengacu pada kemampuan seseorang untuk

menambahkan detail dan memperluas ide. Elaborasi mengarah pada pembuatan

ide yang lebih banyak, lebih menarik, dan lebih lengkap.

e. Metaphorical thinking, merupakan kemampuan untuk menggunakan

perbandingan atau analogi untuk membuat keterkaitan baru. Berpikir metaforis


12

berarti memikirkan sesuatu yang berbeda terlihat serupa atau berbeda, kemudian

diarahkan untuk menghasilkan kemungkinan baru.

Jadi, hubungan model pembelajaran discovery learning, dengan

keterampilan berpikir kreatif yaitu model pembelajaran discovery learning, pada

prosesnya banyak menekankan kepada kegiatan berpikir keras dalam penyelesaian

masalah, mencari ide-ide baru untuk dijadikan solusi permasalahan, sehingga

peserta didik dilatih kreativitas berpikirnya untuk menyelesaikan permasalahan

yang dihadapi. Hal ini akan berdampak pada peningkatan keterampilan berpikir

kreatif peserta didik.

B. Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian

Nahdi & Apriadi (2015) yang berjudul “Pengaruh Model Discovery Learning

Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik pada Mata Pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat

peningkatan kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang memperoleh model

discovery learning secara signifikan lebih baik daripada peserta didik yang

memperoleh pembelajaran konvensional. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian Nahdi & Apriadi adalah penelitian ini tentang pengaruh model

pembelajaran discovery learning terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta

didik di MAN 3 Kota Padang pada pembelajaran biologi, sedangkan penelitian

Nahdi & Apriadi tentang mata pelajaran ilmu pengetahuan alam.

Kemudian penelitian Werdiningsih (2019), berjudul “Pengaruh Model

Pembelajaran Discovery learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif pada


13

Peserta didik VII SMP Bekasi”. Hasil penelitian tersebut adalah terdapat pengaruh

dari penggunaan model pembelajaran discovery learning terhadap kemampuan

berpikir kreatif pada peserta didik . perbedaan penelitian ini dengan penelitian

Werdiningsih adalah penelitian ini dilaksanakan untuk pengaruh model

pembelajaran discovery learning terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta

didik di MAN 3 Kota Padang pada pembelajaran biologi, sedangkan penelitian

Werdiningsih dilakukan pada peserta didik SMP kelas VII.

Selanjutnya penelitian oleh Tumurun et al (2016) mengenai Pengaruh

Model Pembelajaran Discovery learning Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif

Peserta didik Pada Materi Sifat-sifat Cahaya, menyimpulkan bahwa pembelajaran

dengan model discovery learning dan model konvensional dapat meningkatkan

keterampilan berpikir kreatif peserta didik. Namun pembelajaran dengan

discovery learning lebih mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif

peserta didik. Sedangkan penelitian yang dilakukan yaitu mengenai pengaruh

model pembelajaran discovery learning terhadap keterampilan berpikir kreatif

peserta didik di MAN 3 Kota Padang pada pembelajaran biologi.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut.
14

Untuk menghadapi perkembangan abad ke-


21 di bidang sains diharapakan pendidikan
menghasilkan sumber daya manusia yang
memiliki keterampilan berpikir kreatif

Keterampilan Berpikir Kritis


peserta didik masih rendah

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

diberikan diberikan
Pretest Pretest
diterapkan diterapkan

Model Pembelajaran Model Pembelajaran


Langsung Discovery Learning
diberikan diberikan
Posttest Posttest

Keterampilan Berpikir Keterampilan Berpikir


Kreatif Kreatif

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Keterangan:
Keterampilan Berpikir = mengalami peningkatan
Kreatif

Berdasarkan bagan di atas, pada penelitian terdapat 1 kelas kontrol

dan 1 kelas eksperimen.Kelas kontrol menggunakan model pembelajaran

langsung sedangkan kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan

menerapkan model pembelajaran discovery learning.

Melalui penerapan model discovery learning peserta didik dapat

menemukan konsep yang dipelajarinya dari pengalaman sehingga melatih

kemampuan berpikirnya dalam memecahkan masalah. Hal ini dapat


15

mempengaruhi keterampilan berpikir kreatif peserta didik yang diharapkan

akan semakin meningkat.

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, maka

hipotesis pada penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran

discovery learning berpengaruh positif berarti terhadap kemampuan

berpikir kreatif peserta didik pada pembelajaran biologi di MAN 3

Kota Padang.
BAB III
METODE PENELITIAN

Pada metode penelitian akan dibahas tentang jenis penelitian, definisi

operasional, populasi dan sampel, variabel dan data, instrumen penelitian, dan

teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan Randomized

Control-Group Pretest-Posttest Design. Rancangan penelitian yang digunakan

dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2.Randomized Control-Group Pretest-Posttest Design


Kelas Pretest Treatment Posttest
Eksperimen T1 X T2
Kontrol T1 - T2
(Lufri & Ardi, 2014:103)
Keterangan:
X = Treatment (perlakuan)
T1 = Pretest (tes awal)
T2 = Posttest (tes akhir)

B. Definisi Operasional

1. Model pembelajaran discovery learning

Model pembelajaran discovery learning merupakan pembelajaran yang

dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih aktif dalam

membangun pengetahuannya sendiri melalui penemuan sehingga pengetahuan

yang diperoleh merupakan suatu penemuan sendiri sesuai gaya belajarnya.

Langkah-langkah discovery learning dalam penelitian ini, yaitu 1) Stimulation

(pemberian rangsangan kepada peserta didik agar muncul rasa keingintahuan

untuk menyelidiki sendiri), 2) Problem statement (peserta didik ditekankan untuk

mengidentifikasi masalah), 3) Data collection (mengumpulkan informasi), 4)

16
17

Data Processing (mengolah informasi untuk membuat hipotesis), 5) Verification

(membuktikan kebenaran hipotesisnya), dan 6) Generalization (membuat

kesimpulan)

2. Keterampilan Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif adalah keterampilan mengembangkan ide-ide

untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berinovasi dari yang telah ada

sebelumnya. Proses berpikir kreatif merupakan kemampuan berpikir

tingkat tinggi karena mengkombinasikan berpikir logis dan berpikir

divergen. Berpikir logis digunakan untuk memverifikasi ide-ide menjadi

sebuah penyelesaian yang kreatif, sedangkan berpikir divergen digunakan

untuk mencari ide-ide untuk menyelesaikan masalah. Berpikir kreatif

dalam penelitian ini terdiri dari empat indikator, yaitu 1) Fluency

(keterampilan menghasilkan banyak ide), 2) Flexibility (keterampilan

menghasilkan ide-ide yang bervariasi), 3) Originality (keterampilan

menghasilkan ide baru atau ide yang sebelumnya tidak ada), dan 4)

Elaboration (keterampilan mengembangkan atau menumbuhkan ide-ide

sehingga menghasilkan ide yang terperinci).

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA

MAN 3 Kota Padang pada Tahun Pelajaran 2021/2022 yang terdiri dari

lima kelas.
18

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini diambil menggunakan teknik simple random

sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak, artinya setiap anggota

populasi mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih.

Penentuan kelas sampel dengan melakukan langkah-langkah sebagai

berikut.

a. Menuliskan kelas XI IPA 1 eksperimen, XI IPA 1 kontrol, XI IPA 2

eksperimen, XI IPA 2 kontrol, XI IPA 3 eksperimen, XI IPA kontrol, XI IPA 4

eksperimen, XI IPA 4 kontrol, XI IPA 5 eksperimen, dan XI IPA kontrol pada

kertas yang sudah dipotong kecil.

b. Menggulung kertas yang sudah dituliskan nama masing-masing kelas.

c. Memasukkan kertas yang sudah digulung tersebut ke dalam kaleng atau tempat

sejenis.

d. Mengocok baik kaleng tersebut sehingga akan keluar dua gulungan kertas.

e. Dari kertas yang keluar dapat ditentukan mana yang kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

Berdasarkan langkah-langkah di atas diperoleh hasil bahwa yang

menjadi kelas eksperimen adalah kelas XI IPA 2 dan yang menjadi kelas

kontrol adalah kelas XI IPA 1.

D. Variabel dan Data

1. Variabel

Terdapat dua variabel dalam penelitian yaitu variabel bebas dan variabel

terikat.
19

a. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran discovery

learning.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan berpikir kreatif

peserta didik di MAN 3 Kota Padang.

2. Data

a. Jenis Data

Jenis data pada penelitian ini adalah data primer, berupa keterampilan

berpikir kreatif peserta didik.

b. Sumber Data

Sumber data adalah peserta didik kelas XI IPA MAN 3 Kota Padang yang

dijadikan sampel penelitian,

c. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan tes tertulis.

3. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap

pelaksanaan, dan penyelesaian.

a. Tahap Persiapan

Segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian

dipersiapkan oleh peneliti pada tahap ini, meliputi:

1) Menetapkan lokasi/tempat penelitian, jadwal penelitian, dan melakukan

observasi sekolah.
20

2) Menentukan kelas sampel pada sekolah.

3) Mempersiapkan perangkat pembelajaran yaitu pembuatan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

4) Mempersiapkan instrumen penelitian yaitu lembar angket observasi

keterampilan berpikir kreatif peserta didik dan lembar tes keterampilan berpikir

kreatif.

5) Melakukan validasi perangkat pembelajaran dan instrumen kepada validator.

b. Tahap Pelaksanaan

Penelitian pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran

discovery learning sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran

langsung dengan metode ceramah dan tanya jawab. Tahap pelaksanaan dapat

dilihat pada Tabel 3.

c. Tahapan penyelesaian

Pada tahap ini yang dilakukan peneliti adalah:

1) Memberikan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah

pembelajaran satu KD selesai. Tes tertulis ini diberikan untuk melihat

keterampilan berpikir kreatif peserta didik dalam menjawab pertanyaan dari

soal uraian setelah diterapkan model pembelajaran.

2) Mengelola data keterampilan berpikir kreatif peserta didik kedua kelas sampel

yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3) Menarik kesimpulan dari hasil yang didapat sesuai dengan teknik analisis yang

digunakan.

E. Instrumen Penelitian
21

Sebelum digunakan kepada peserta didik instrumen divalidasi terlebih

dahulu oleh validator. Setelah dilakukan validasi ahli kemudian dilanjutkan

dengan uji coba peserta didik untuk mendapatkan data validasi empiris,

reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda soal. Analisis item menggunakan

Anates V4.9 dan didapatkan hasil sebagai berikut.

1. Validasi Tes

2. Reliabilitas

Klasifikasi penafsiran reliabilitas tes dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Kriteria Reliabilitas Soal


Tingkat Reliabilitas Kriteria
0,00-0,20 Sangat Rendah
0,21-0,40 Rendah
0,41-0,60 Sedang
0,61-0,80 Tinggi
0,81-1,00 Sangat Tinggi
Sumber: Basuki & Hariyanto (2014: 119)

b. Tingkat Kesukaran Soal

Kriteria indeks kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Kriteria Kesukaran Soal


Indeks Kesukaran Soal Kriteria
0,70-100 Soal mudah
0,30-0,69 Soal sedang
0,00-0,29 Soal sukar
Sumber: Ambiyar (2012: 150)

c. Daya Pembeda

.Kriteria daya pembeda soal dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Kriteria Daya Pembeda Soal


Indeks Daya Beda Kriteria
0,00-0,20 Jelek
0,21-0,40 Cukup
0,41-0,70 Baik
0,71-1,00 Baik sekali
22

Sumber: Arikunto (2015: 232)

F. Teknik dan Analisis Data

Teknik dan analisis data penelitian bertujuan untuk menguji kebenaran

dari hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Setelah melakukan penelitian

kemudian mendapatkan data, maka dilakukanlah pengolahan dan analisis data

agar didapatkan hasil untuk menjawab hipotesis. Analisis data pada penelitian ini

menggunakan analisis kovarian (ANCOVA) dengan bantuan program SPSS.

Untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kreatif antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol maka dilakukan uji One-Way ANCOVA dengan

melakukan uji normalitas, homogenitas Varians, dan uji homogenitas koefisien

regresi linear terlebih dahulu.

Sebelum menganalisis dan menyimpulkan hasil dari penelitian beberapa

asumsi dari ANCOVA harus dipenuhi dahulu. Asumsi tersebut adalah sebagai

berikut.

1. Uji Normalitas

Data distribusi normal artinya memiliki sebaran yang normal pula. Dengan

kata lain, data berdistribusi normal dapat mewakili populasi dalam penelitian

(Field, 2009:133). Uji normal dianalisis menggunakan uji Shapiro-Wilk.

2. Uji Homogenitas

Homogenitas Varian diuji dengan Uji Levene.

3. Uji Homogenitas Koefisien Regresi Linear

Untuk menguji asumsi homogenitas ini, perlu menentukan model yang

mencakup interaksi antara kovariat dan variabel bebas (Field, 2009: 399). Analisis
23

dilakukan dengan uji homogenitas kemiringan regresi. Pengujian dilakukan

dengan taraf signifikansi 0,05. Kemiringan garis regresi dapat dikatakan saling

homogen jika interaksi antara kovariat dan variabel bebas memiliki nilai

signifikansi lebih dari 0,05.

Hasil uji normalitas, uji homogenitas varians serta homogenitas regresi linear

diperoleh bahwa data penelitian berdistribusi normal dengan taraf signifikansi >

0,05, varians skor yang diukur pada kedua kelas sampel memiliki variansi yang

sama dan kemiringan garis regresi antara kovariat dan variabel bebas saling

homogen. Maka uji hipotesis bisa menggunakan uji parametrik. Sesuai dengan

data maka uji hipotesis menggunakan One-Way ANCOVA.

4. Uji One-Way ANCOVA

Uji ini bertujuan untuk menguji perbedaan yang signifikan secara statistik

antara dua atau lebih sampel independen (atau tingkat dari variabel independen)

setelah secara statistik mengontrol efek dari “variabel ketiga”. Kovariat dikatakan

memiliki hubungan linear dengan variabel terikat apabila nilai signifikan kovariat

kurang dari 0,05.

Anda mungkin juga menyukai