Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BIDANG


KONTRUKSI BANGUNAN DI INDONESIA
“GIRDER TOL DEPOK-ANTASARI AMBRUK”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Semester 5

PEMBIMBING:
Edi Soerjanto, Ir. M.Si

Disusun oleh :
Kelas 3E JTD

Nama NIM No Absen


Fenny Fitriani 1941160044 11

D-IV JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL


TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Bidang Kontruksi Bangunan di Indonesia" dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang penerapan keselamatan
kerja dalam pekerjaan terutama di kontruksi pembangunan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Pengajar Edi Soerjanto untuk
Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 09 Desember 2021

Fenny Fitriani

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2


DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3
BAB I................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
1.3 Tujuan Pembahasan.......................................................................................... 5
BAB II .............................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN............................................................................................................... 6
2.1 Pengertian K3 ................................................................................................... 6
2.2 Konsep K3 ........................................................................................................ 7
2.3 Teori K3 ........................................................................................................... 7
2.4 Kasus-Kasus KAK Bidang Industri Plastik di Indonesia ................................. 7
2.5 Analisa Kasus ................................................................................................... 8
2.6 Upaya Pencegahan KAK .................................................................................. 9
BAB III ........................................................................................................................... 10
PENUTUP ...................................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 10
3.2 Saran ............................................................... Error! Bookmark not defined.

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proses pelaksanaan proyek konstruksi
sangat di utamakan oleh perusahaan-perusahaan konstruksi. Jika terjadi hal-hal yang
merugikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terutama bagi pekerja. Otomatis merugikan
perusahaan konstruksi dalam segi biaya dan waktu. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
sekarang ini telah menduduki tempat yang penting dalam perusahaan konstruksi. Karena jika
keselamatan dan kesehatan kerja tidak diutamakan, pekerja pun akan merasa tidak aman untuk
melakukan pekerjaan mereka dan perusahaan bisa rugi dalam segi biaya dan waktu. Oleh
karena itu rasa aman dan nyaman dalam bekerja merupakan tuntutan bagi perusahaan. Rasa
aman dan nyaman dalam bekerja tersebut diwujudkan dengan program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) berupa jaminan kerja bagi pekerja konstruksi di setiap perusahaan
kontruksi.
Untuk mewujudkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang sesuai dengan
yang diharapkan, banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan pekerja. Salah satunya
faktor karakteristik kesehatan pekerja. Untuk mengurangi faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan pekerja bisa dimulai dengan tahapan yang paling dasar, yaitu pembentukan budaya
keselamatan kerja dengan menggunakan Alat Pelindung Diri saat bekerja dan menjaga
kesehatan dengan istirahat yang cukup serta mengkonsumsi makanan yang sehat dan seimbang.
Jika hal ini selalu diterapkan oleh pekerja maka produktivitas pekerja akan semakin meningkat.
Kesehatan pekerja dapat terpelihara dan terjaga dengan baik.

Karena sangat pentingnya kesehatan pekerja dan untuk mengurangi kecelakaan kerja
sebagai salah satu jenis risiko kerja, sangat mungkin pada pekerja proyek konstruksi. Akibat
dari kecelakaan kerja bisa bermacam-macam mulai dari luka ringan, luka parah, cacat sebagian
anatomis, cacat sebagian fungsi, cacat total tetap, bahkan meninggal dunia. Untuk memberikan
rasa aman dalam melakukan pekerjaan merupakan tanggung jawab pemberi kerja melalui
pengalihan risiko kepada BPJS ketenagakerjaan dengan membayar iuran Jaminan Kecelakaan
Kerja bagi pekerjaanya yang jumlahnya berkisar antara 0,24% - 1,74% dari upah sebulan,
sesuai kelompok risiko jenis usaha (Program jaminan Sosial Ketenagakerjaan, Bagi pekerja
penerima upah).

4
Dan ini merupakan salah satu kebijakan pemerintah. Karena pada dasarnya pemerintah
sudah mengatur dengan undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan kerja dan
undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang juga mengatur tentang
kesehatan kerja. Begitu pentingnya peranan kesehatan pekerja pada proyek konstruksi dan
banyaknya undang-undang yang mengatur jelas tentang kesehatan pekerja, oleh sebab itu untuk
melaksanakan tindakan K3 yang tepat di kontruksi bangunan akan dijelaskan pada makalah
ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut rumusan masalah pada makalah ini:
1. Apa yang dimaksud dengan K3?
2. Bagaimana konsep pelaksanaan K3?
3. Apa saja penyakit yang sering dialami pekerja proyek konstruksi?
4. Bagaimana penerapan kesehatan kerja pada lingkungan proyek kontruksi bangunan ?
5. Kasus-kasus kecelakaan apa yang pernah terjadi di bidang kontruksi bangunan ?
6. Bagaimana upaya dalam mencegah terjadinya kembali kasus tersebut?
7. Bagaimana hubungan jumlah pekerja sakit dengan jam kerja?

1.3 Tujuan
Berikut tujuan dari pembuatan makalah ini:
1. Pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan K3.
2. Pembaca dapat memahami konsep dari pelaksanaan K3.
3. Pembaca dapat mengetahui penyakit yang sering dialami pekerja proyek konstruksi
bangunan.
4. Pembaca dapat mengetahui penerapan kesehatan dan keselamatan kerja pada
lingkungan proyek kontruksi.
5. Pembaca dapat mengetahui kasus-kasus kecelakaan yang pernah terjadi pada
kontruksi bangunan dan penyebabnya.
6. Pembaca dapat memahami dan melaksanakan upaya pencegahan terjadinya
kecelakaan tersebut terulang.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian K3

Pengertian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) umumnya terbagi menjadi 3 (tiga)


versi di antaranya ialah pengertian K3 menurut Filosofi, Keilmuan serta menurut
standar OHSAS 18001:2007. Berikut adalah pengertian dan definisi K3 (Keselamatan
dan Kesehatan Kerja) tersebut [1] :

1. Pengertian K3 Menurut Filosofi

Menurut Mangkunegara (2002, p.163), keselamatan dan kesehatan kerja adalah


suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur [2].

Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian


usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan
yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan [2].

Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan


yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup
tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja
[2].

Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa Keselamatan adalah


merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera
yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik,
mental dan stabilitas emosi secara umum [2].

Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, p.6),
mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan
yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat
dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut [2].

2. Pengertian K3 Menurut Keilmuan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua Ilmu dan Penerapannya
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran,
peledakan dan pencemaran lingkungan [1].

3. Pengertian K3 Menurut OHSAS 18001:2007

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor yang
dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang
lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja [1].

6
2.2 Konsep K3
Berdasarkan pada pengertian K3 oleh ILO, maka konsep dari adanya K3 ialah sebagai
berikut:
1. Promosi dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik secara fisik, mental,
dan kesejahtraan sosial di semua jenis pekerjaan.
2. Untuk mencegah penurunan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekrjaan mereka.
3. Melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari faktor-faktor
yang dapat mengganggu kesehatan.
4. Penempatan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan
kondisi fisiologis dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan kesesuaian antara
pekerjaan dengan pekerja dan setiap orang dengan tugasnya.

2.3 Teori K3 (Teori Domino)


Menurut penelitian yang dilakukan Heinrich, 98 persen kecelakaan disebabkan oleh
tindakan tidak aman. Maka dari itu, Heinrich menyatakan, kunci untuk mencegah kecelakaan
adalah dengan menghilangkan tindakan tidak aman sebagai penyebab kecelakaan.
Teori Domino Heinrich oleh H.W. Heinrich, salah satu teori ternama yang menjelaskan
terjadinya kecelakaan kerja. Dalam Teori Domino Heinrich, kecelakaan terdiri atas lima faktor
yang saling berhubungan [3], yaitu:
1. Kondisi kerja
2. Kelalaian manusia
3. Tindakan tidak aman
4. Kecelakaan
5. Dampak kerugian

Kelima faktor ini layaknya kartu domino yang diberdirikan. Jika satu kartu jatuh, maka
kartu ini akan menimpa kartu lain hingga kelimanya akan roboh secara bersama. Ilustrasi ini
mirip dengan mirip dengan efek domino yang telah kita kenal sebelumnya, jika satu bangunan
roboh, kejadian ini akan memicu peristiwa beruntun yang menyebabkan robohnya bangunan
lain [3].

2.4 Kasus-Kasus KAK Bidang Kontruksi Bangunan di Indonesia


Kasus yang akan diuraikan dalam tulisan ini adalah terjadinya kecelakaan kerja pada
bidang kontruksi bangunan besar yang beralokasi di Jakarta pada Januari 2018 [4].

Jakarta - Deputi Proyek Manajer PT Citra Waspphutowa Indra Purnadi memperkirakan


kerugian ambruknya enam girder Tol Depok-Antasari (Desari) seksi 1 di kawasan Simpang
Susun Antasari, Cilandak, Jakarta Selatan, lebih dari Rp 50 miliar. PT Citra Waspphutowa
merupakan pemegang konsesi pembangunan Tol Desari. Sementara kontraktornya adalah PT
Girder Indonesia."Satu balok girder saja harganya lebih dari Rp 5 miliar," kata Indra. Ia
menuturkan enam girder yang ambruk berada pada konstruksi jembatan pengganti ruas Lebak
Bulus-Kampung Rambutan. Girder Tol Desari tersebut ambruk pukul 09.45, pada Selasa 2
Januari 2018 [4].

7
Penyebab ambruknya girder tersebut, karena terhantam eskavator yang ingin memuat
tanah ke dumtruk yang ada di bawahnya. Satu balok girder yang terhantam eskavator terbalik
dan mengenai girder di sebelahnya. "Seperti efek domino sehingga enam balok girder jatuh
semuanya. Dan menimpa dumb truk di bawahnya," ucapnya. Ambruknya girder tidak akan
mempengaruhi target penyelesaian pembangunan proyek itu pada April 2018. Menurut dia,
proyek Tol Desari termasuk salah satu proyek strategis nasional, sehingga dapat dipastikan
pembangunannya akan diprioritaskan agar sesuai target yang direncanakan. Pihaknya akan
kembali mencetak girder pengganti yang roboh di Tol Depok-Antasari. Untuk membuat
girder yang baru akan memakan waktu satu bulan. Kemudian setelah umur betonnya
mencukupi baru di erection kembali ke atas pierhead. "Kami pastikan tidak akan
mempengaruhi target waktu pembangunan" [4].

Jadi akibatnya pada kecelakaan kerja ini, 6 buah balok girder pun jatuh dan menimpa 1
buah dumtruk yang sedang memuat tanah. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa
ini. Saat ini, area kejadian sudah disterilkan dan dipasang garis polisi. Pihak proyek sendiri
telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian setempat. Pihak kepolisian pun sedang melakukan
proses investigasi terhadap kepala proyek dan para operator. [4]

2.5 Analisa Kasus


Pada kasus kecelakaan kerja yang telah diuraikan, banyak faktor yang berperan dan dapat
dianalisa berdasarkan teori. Maka, kaitannya dengan teori Domino akan dijelaskan pada layer-
layer penyebab terjadinya kasus kecelekaan kerja berikut ini :

Layer I : Kondisi kerja


• Kondisi kerja mencakup latar belakang seseorang, seperti pengetahuan yang kurang
atau mencakup sifat seseorang, seperti keras kepala.
Dikarenakan penyebab utamanya adalah pekerja yang kinerjanya kurang baik, maka
dapat dikatakan pengaruhnya kondisi seorang pekerja pada bidang kontruksi
memberikan pengaruh dalam proses menjalankan proyek.

Layer II : Kelalaian manusia atau pekerja


• Kelalaian manusia meliputi stres, konflik, masalah yang berkaitan dengan fisik
pekerja, keahlian yang tidak sesuai, dan lain-lain.
Pada kasus ini dinyatakan terjadinya diduga murni human error, karena tidak terjadi
masalah dalam hal konstruksi. Bahkan, balok girder pun sudah diberi perkuatan
antara satu dengan yang lainnya.

Layer III : Tindakan tidak aman


• Tindakan tidak aman, seperti kecerobohan, tidak mematuhi prosedur kerja, tidak
menggunakan alat pelindung diri, dan lain-lain.
Diketahui pada kasus ambruknya girder dalam kontruksi jembatan ini penyebabnya
karena tersenggol ekskavator yang dikemudikan pekerja operator dan menimpa truk
tanah yang berada di bawahnya.

8
Layer IV : Kecelakaan
• Kecelakaan kerja, seperti terpeleset, luka bakar, tertimpa benda di tempat kerja
terjadi karena adanya kontak dengan sumber bahaya.
Walaupun kasusnya sempat ramai di berita, namun setelah ditinjau, Kasatlantas
Polres Jakarta Selatan AKBP Edy Surasa menegaskan, para pekerja selamat dari
peristiwa tersebut. "Enggak ada korban jiwa, nihil," ujar dia saat dikonfirmasi,
Jakarta, Selasa (2/1/2018).

Layer V : Dampak kerugian


• Dampak kerugian bisa berupa pekerja mengalami cedera, cacat, atau meninggal dan
juga dari segi finansial karena kasus kecelakaan kerja yang terjadi.
Namun, telah diselidiki dan dilakukan peninjauan oleh pihak yang berwenang dan
telah dipastikan bahwa tidak ada korban jiwa. Lalu, untuk kerugiannya diduga
mencapai Rp 50 Miliar menurut Manajer PT Citra Waspphutowa yang merupakan
pemegang konsesi pembangunan Tol Desari. Sementara kontraktornya adalah PT
Girder Indonesia, dimana diketahui bahwa nilai "Satu balok girder saja harganya
lebih dari Rp 5 miliar," kata Indra.

Pada setiap layer faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja diatas, layaknya
kartu domino yang diberdirikan. Jika satu kartu jatuh, maka kartu ini akan menimpa kartu lain
hingga kelimanya akan roboh secara bersama. Ilustrasi ini mirip dengan mirip dengan efek
domino yang telah kita kenal sebelumnya, jika satu bangunan roboh, kejadian ini akan memicu
peristiwa beruntun yang menyebabkan robohnya bangunan lain

2.6 Upaya Pencegahan KAK


Untuk menghindari terjadinya KAK kembali terulang, terdapat beberapa upaya
pencegahan yang bisa dilakukan, seperti dibawah ini :
• Menugaskan personel khusus yang bertanggung jawab kepada memanajemen
kecelakaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), serta kedisiplinan lingkungan
kerja.
• Memasang rambu-rambu peringatan semisal bas benda jatuh, awas listrik, serta
rambu proyek yang lainnya.
• Menggunakan alat keselamatan kerja sebagai perlindungan diri. Mewajibkan serta
menugaskan personel khusus guna mengontrol pekerja untuk selalu mengenakan
Alat Pengaman Diri (APD).
• Memberikan penyuluhan sesering mungkin dengan mengumpulkan seluruh pekerja
sehingga bisa mengarahkan serta mengingatkan mengenai bahaya kecelakaan
proyek serta himbauan supaya untuk berhati-hati dalam bekerja.
• Meningkatkan kualitas kinerja para pekerja terutama bagian pengendali atau
pengemudi alat-alat berat kontruksi.
• Menyediakan area khusus untuk beristirahat supaya pekerja tidak mengalami
kelelahan, setress, ataupun kelalaian.
• Menaruh semua perlengkapan serta peralatan proyek dengan rapi serta aman dan
tidak berserakan.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan di atas mengenai pengaruh dan pelaksanaan
program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap produktivitas tenaga kerja pada
proyek Konstruksi, pelaksanaan prosedur K3 dalam pekerjaan konstruksi bangunan telah diatur
dengan berbagai aturan yang secara jelas memberikan batasan-batasan dalam pekerjaan
kosntruksi agar pekerjaan konstruksi berjalan dengan baik tanpa menimbulkan bahaya.
Prosedur K3 juga telah memberikan langkah-langkah dalam mencegah dan menangani bahaya
dan kecelakaan dalam proyek kosntruksi.

Setelah dianalisis, seperti yang diketahui bahwa kegiatan kontruksi dapat menimbulkan
berbagai dampak yang tidak diinginkan antara lain menyangkut aspek keselamatan kerja dan
lingkungan. Maka, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang merupakan suatu program
yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat
kerja dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi. Tujuannya
adalah untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat sehingga dapat menekan serendah
mungkin resiko kecelakaan dan penyakit serta mendukung berjalannya proses proyek
kontruksi.

10
DAFTAR PUSTAKA

[1] http://damkar.bandaacehkota.go.id/2020/07/13/keselamatan-kerja/
[2] https://medium.com/@emmarie30/pengertian-k3-secara-filosofis-e3d01ee3b849
[3] http://e-journal.uajy.ac.id/10542/3/2TS14385.pdf
[4] https://metro.tempo.co/read/1046799/girder-tol-depok-antasari-ambruk-kerugian-
di-atas-rp-50-miliar

11

Anda mungkin juga menyukai