Anda di halaman 1dari 5

Halaman TP : 1 .

1
Paraf :

1. Pembangunan FKTP/Puskesmas Baru Mantangai Tidak Dapat Diselesaikan Sesuai


Kontrak, serta Pihak Penyedia Barang/Jasa belum menyelesaikan Kewajibannya
sesuai ketentuan

Kondisi
Laporan Realisasi Anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas TA 2020 menyajikan
anggaran dan realisasi Belanja Modal masing-masing sebesar Rp7.020.000.000,00 dan
Rp5.702.123.319,00 atau 82,23%. Salah satu realisasi kegiatan tersebut adalah Pembangunan
Puskesmas Baru Mantangai.
Pekerjaan Pembangunan Puskesmas Baru Mantangai dilaksanakan oleh PT Arjuna
Utama Benidhis dengan Kontrak Nomor 2273/SDK-2/07/2020 tanggal 21 Juli 2020 sebesar
Rp12.056.398.691,39. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selama 150 hari kalender,
dimulai tanggal 21 Juli s.d. 17 Desember 2020. Terhadap pekerjaan tersebut dilakukan
perubahan kontrak dengan Addendum terakhir Nomor 457.3/SDK-2/10.2020 tanggal 30
Oktober 2020 tentang tambah kurang pekerjaan tanpa mengubah nilai kontrak serta tanpa
adanya penambahan jangka waktu pelaksanaan. Lebih lanjut, berdasarkan dokumen realisasi
pembayaran, Penyedia Barang/Jasa telah menerima pembayaran sebesar Rp7.233.839.214,84
dengan SP2D terakhir nomor 4448/SP2D/BLS/LS/DAK AFF/Diskes tanggal 23 Oktober
2020. Sesuai dengan kontrak, Penyedia Barang/Jasa telah menyerahkan Jaminan dengan
rincian berikut.
a. Jaminan Uang Muka senilai Rp2.411.279.738,28 dengan Nomor
1111403101500052/0674294.08.20(PLK) dengan pihak Penjamin adalah PT Asuransi
Mega Pratama masa berlaku 20 Juli s.d. 31 Desember 2020; dan
b. Jaminan Pelaksanaan senilai Rp602.819.934,57 dengan Nomor
1111402101500049/0680698.07.20(PLK) dengan pihak Penjamin adalah PT Asuransi
Mega Pratama masa berlaku 21 Juli s.d. 30 Desember 2020.
Berdasarkan penelusuran dokumen dan permintaan keterangan, kegiatan tersebut
mengalami deviasi negatif atas kemajuan fisik pekerjaan sampai dengan akhir jangka waktu
pelaksanaan pekerjaan, antara lain sebagai berikut.
a. Pada akhir minggu ke-10 realisasi pekerjaan baru mencapai sekitar 26,88 % dari
rencana sebesar 43,89 %1 atau deviasi negatif sebesar 17,01% serta
b. Pada akhir minggu ke-22 atau akhir pekerjaan realisasi pekerjaan baru mencapai
70,86% dari rencana sebesar 100% atau deviasi negatif sebesar 29,139%.
Atas deviasi negatif tersebut PPK tidak pernah melaksanakan Show Cause Meeting.
Namun pihaknya mengeluarkan Surat Peringatan sebanyak 2 (dua) kali kepada Penyedia
Barang/Jasa, yaitu:
a. Surat Peringatan/Teguran I Nomor 404.A/SDK-2/09.2020 tanggal 25 September 2020;
b. Surat Peringatan/Teguran II Nomor 457.A/SDK-2/10.2020 tanggal 26 Oktober 2020.
Pada tanggal 2 Desember 2020, dilakukan rapat koordinasi gabungan untuk membahas
kelanjutan pekerjaan yang dihadiri antara lain oleh Sekretaris Daerah, Kepala Dinas
Kesehatan selaku Pengguna Anggaran, PPK, Penyedia Barang/Jasa, konsultan pengawas
serta SOPD terkait lainnya. Hasil pertemuan tersebut antara lain apabila sampai akhir masa
1
Berdasarkan dokumen rencana jadwal pelaksanaan pekerjaan dari Penyedia Barang/Jasa

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia


Halaman TP : 1 . 2
Paraf :

pelaksanaan pekerjaan tanggal 17 Desember 2020 pekerjaan tidak selesai, tetapi Penyedia
Barang/Jasa dipandang mampu menyelesaikan pekerjaan sampai 100%, maka akan diberikan
kesempatan untuk menyelesaikan sisa pekerjaan dengan penambahan jangka waktu
pelaksanaan pekerjaan maksimal sebanyak 50 hari kalender. Pemberian kesempatan
penyelesaian pekerjaan tersebut akan dikenakan denda keterlambatan sebesar 1/1000 per
hari.
Penyedia Barang/Jasa mengajukan permohonan perpanjangan waktu pelaksanaan
pekerjaan dengan surat nomor 12/PT.AUB/PLK/XII/2020 tanggal 3 Desember 2020 dengan
menyatakan kesanggupan menyelesaikan pekerjaan dan kesanggupan membayar sanksi
denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Berdasarkan surat tersebut dan justifikasi
teknis pemberian kesempatan atas penyelesaian pekerjaan tanggal 4 Desember 2020, PPK
mengeluarkan surat perihal persetujuan pemberian kesempatan penyelesaian pekerjaan
nomor 530.1/SDK-2/12.2020 tanggal 17 Desember 2020 yang memuat hal antara lain:
a. Progres fisik per tanggal 17 Desember adalah 70%;
b. PPK akan memberikan kesempatan penyelesaian pekerjaan sebanyak 50 hari kalender
mulai dari 18 desember 2020 s.d 05 Februari 2021;
c. Penyedia Barang/Jasa akan dikenakan denda keterlambatan sebesar 1/1000 dari nilai
kontrak setiap hari kalender; dan
d. Apabila sampai tanggal 5 Februari 2021 pekerjaan tidak selesai 100%, maka akan
dilakukan pemutusan kontrak.
Namun sampai akhir waktu pemberian kesempatan tanggal 5 Februari 2021,
berdasarkan pemeriksaan fisik oleh PPK diketahui bahwa Penyedia Barang/Jasa tidak
mampu untuk menyelesaikan pekerjaan 100%. Atas hal tersebut, PPK menerbitkan surat
nomor 192/Sek-1/000/02.2021 tanggal 05 Februari 2021 perihal pemutusan kontrak.
Selanjutnya PPK telah mengirimkan surat nomor 0204/Sek-1/000/02.2021 dan 0214/Sek-
1/000/02.2021 tanggal 5 Februari 2021 perihal permohonan pemeriksaan kepada APIP
dalam hal ini Inspektorat dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan terkait
realisasi fisik dan keuangan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas dokumen dan permintaan keterangan, diketahui
Pekerjaan Pembangunan Puskesmas Baru Mantangai (DAK Afirmasi) yang telah diputus
kontrak tersebut terdapat permasalahan sebagai berikut.
a. Uang Muka Pekerjaan sebesar Rp1.205.639.869,14 belum dipulihkan ke Rekening
Kas Umum Daerah
Hasil pemeriksaan atas dokumen pemutusan kontrak dan pembayaran
menunjukkan bahwa atas uang muka yang dibayarkan sebesar Rp2.411.279.738,28.
Pembayaran tersebut dilakukan melalui SP2D nomor 3207/SP2D/BLS/LS/DAK
AFF/Diskes tanggal 26 Agustus 2020, dimana telah dilakukan pengurangan uang muka
secara proprosional sebesar Rp1.205.639.869,14 pada termyn progres fisik 50%.
Sehingga masih terdapat sisa uang muka sebesar Rp1.205.639.869,14
(Rp2.411.279.738,28 - Rp1.205.639.869,14) yang belum dilunasi oleh Penyedia
Barang/Jasa.
b. Jaminan Pelaksanaan Pekerjaan sebesar Rp602.819.934,57 belum dicairkan dan
disetor ke RKUD

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia


Halaman TP : 1 . 3
Paraf :

Berdasarkan kesepakatan pada kontrak pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa telah


menyerahkan Jaminan Pelaksanaan sebesar Rp602.819.934,57. Atas jaminan tersebut
telah dilakukan perpanjangan masa berlaku sampai dengan tanggal 5 Februari 2021
dengan jaminan nomor 111402101500049/0679236.02.21 (PLK) tanggal 17 Desember
2020. Sampai dengan tanggal disusunnya temuan pemeriksaan ini, Jaminan Pelaksanaan
sebesar Rp602.819.934,57 belum dicairkan dan belum disetorkan ke RKUD.
c. Denda sebesar Rp241.127.973,83 atas Tidak Selesainya Pekerjaan belum
dibayarkan dan disetorkan ke RKUD
PPK telah memberikan kesempatan kepada Penyedia Barang/Jasa untuk
menyelesaikan pekerjaan mulai dari 17 Desember 2020 s.d 5 Februari 2021 atau selama
50 hari dengan kesanggupan membayar sanksi denda keterlambatan2.
Dalam Kontrak yaitu pada Syarat-syarat umum menyebutkan bahwa dalam hal
pemutusan kontrak dilakukan karena kesalahan penyedia, penyedia membayar denda
sebesar kerugian yang diderita KPA sebagaimana yang tercantum dalam SSKK yaitu
sebesar 2% dari nilai kontrak setelah PPN. Namun sampai dengan tanggal temuan
pemeriksaan, denda sebesar Rp241.127.973,83 (2% x Rp12.056.398.691,39) belum
ditagihkan ke Penyedia barang/Jasa dan disetorkan ke RKUD.
d. Denda keterlambatan sebesar Rp548.018.122,35 atas Pemberian Kesempatan
Penyelesaian Pekerjaan Selama 50 Hari Kalender Belum dibayarkan dan
disetorkan ke RKUD
PPK telah memberikan kesempatan kepada Penyedia Barang/Jasa untuk
menyelesaikan pekerjaan mulai dari 17 Desember 2020 s.d 5 Februari 2021 atau selama
50 hari dengan kesanggupan membayar sanksi denda keterlambatan. PPK telah
mengirimkan surat nomor 205/Sek-1/000/02/2021 kepada Penyedia Barang/Jasa perihal
penagihan pembayaran denda keterlambatan.
Berdasarkan peraturan3, pengenaan denda keterlambatan ditetapkan sebesar pada
kontrak sebesar 1/1000 (satu permil) dari nilai kontrak atau nilai bagian kontrak tidak
termasuk Pajak Pertambahan Nilai untuk setiap hari keterlambatan. Namun sampai
dengan tanggal temuan pemeriksaan, denda sebesar Rp548.018.122,35 (1/1000 x 50
hari x Rp10.960.362.447,00) belum disetorkan ke RKUD.
e. Penyelesaian atas Pemutusan Kontrak Belum Sesuai Ketentuan tentang Tata Cara
Penetapan Sanksi Daftar Hitam
Berdasarkan pemeriksaan dokumen dan permintaan keterangan dengan PPK,
diketahui bahwa pemutusan kontrak pekerjaan tersebut belum dilakukan proses
pengenaan sanksi sesuai Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2018 tentang Sanksi Daftar Hitam dalam Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
Kriteria
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

2
Sesuai surat nomor 12/PT.AUB/PLK/XII/2020 tanggal 3 Desember 2020 dari pihak Penyedia Barang/Jasa dan
530.1/SDK-2/12.2020 tanggal 17 Desember 2020 dari PPK.
3
Perpres No 16 Tahun 2018

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia


Halaman TP : 1 . 4
Paraf :

a. Syarat-syarat Umum Kontrak pada nomor 40.2 yang menyatakan bahwa dalam hal
pemutusan kontrak dilakukan karena kesalahan penyedia, maka: Jaminan Pelaksanaan
dicairkan; Sisa Uang Muka harus dilunasi oleh penyedia atau Jaminan Uang Muka
dicairkan; Penyedia membayar denda keterlambatan (apabila sebelumnya penyedia
diberikan kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan); penyedia membayar denda
sebesar kerugian yang diderita KPA sebagaimaa yang tercantum dalam SSKK; dan
Penyedia dimasukkan dalam daftar hitam;
b. Syarat-syarat Khusus Kontrak pada huruf R antara lain menyatakan bahwa.
1) Besaran denda dibayarkan oleh penyedia apabila KPA memutuskan kontrak secara
sepihak adalah : 2% (dua persesn) dari nilai kontrak setelah PPN dalam jangka
waktu paling lambat 30 hari sejak tanggal pemutusan kontrak [dibayarkan oleh
penyedia dengan cara dipotong dari tagihan atau penyedia menyetorkan ke kas
negara/daerah];
2) Besarnya denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan sebesar 1/1000 (satu
perseribu) dari nilai kontrak sebelum PPN.
c. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 17 Tahun
2018 tentang Sanksi Daftar Hitam Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pada
Bagian Ketiga tentang Tata Cara Penetapan Sanksi Daftar Hitam Pasal 8 menyebutkan
penetapan sanksi daftar hitam dilakukan melalui tahapan yang meliputi : Pengusulan,
Pemberitahuan, Keberatan, Permintaan rekomendasi, Pemeriksaan usulan, dan
Penetapan.
Akibat
Kondisi tersebut mengakibatkan:
a. Sisa pengembalian uang muka sebesar Rp1.205.639.869,14 belum disetorkan ke
RKUD;
b. Kekurangan penerimaan daerah atas pencairan jaminan pelaksanaan senilai
Rp602.819.934,57;
c. Denda atas Tidak Selesainya Pekerjaan yang dapat dikenakan sesuai ketentuan sebesar
Rp241.127.973,83 belum disetorkan ke RKUD;
d. Denda keterlambatan dapat dikenakan yang dapat dikenakan sesuai ketentuan sebesar
Rp548.018.122,35 belum disetorkan ke RKUD;
e. Proses/Tata Cara Penetapan Sanksi Daftar Hitam belum dilaksanakan atas pemutusan
kontrak.
Sebab
Hal tersebut disebabkan:
a. Kepala Dinas Kesehatan kurang optimal melaksanakan pengendalian atas pelaksanaan
kegiatan pada SOPD;
b. KPA dan PPK belum optimal dalam melakukan penagihan sisa uang muka, jaminan
pelaksanaan, denda tidak selesainya pekerjaan, dan denda keterlambatan kepada
penyedia barang/jasa serta proses pengenaan sanksi putus kontrak belum mempedomasi
ketetuan yang berlaku.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia


Halaman TP : 1 . 5
Paraf :

Komentar Instansi
Terlampir

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai