Anda di halaman 1dari 21

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN

(BALITA - IBU HAMIL)

I. KATA PENGANTAR

Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Upaya perbaikan status gizi
masyarakat akan memberikan kontribusi nyata bagi tercapainya tujuan pembangunan nasional
terutama dalam hal penurunan prevalensi gizi kurang pada balita dan anak Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) serta Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil, yang
pada akhirnya akan dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Kegiatan pembinaan gizi
masyarakat yang akan dicapai dalam rangka pencapaian sasaran RPJMN , telah menetapkan 6
sasaran dan indikator kinerja yaitu : 1) Persentase ibu hamil KEK yang mendapat makanan
tambahan, 2) Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) 90 tablet selama
masa kehamilan, 3) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif, 4)
Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD), 5) Persentase balita kurus
yang mendapat makanan tambahan, 6) Persentase remaja puteri yang mendapat Tablet Tambah
Darah (TTD).

Pemberian suplementasi gizi merupakan suatu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka
mencukupi kekurangan kebutuhan gizi dari konsumsi makan harian yang berakibat pada
timbulnya masalah kesehatan dan gizi pada kelompok rawan gizi. Salah satu program
suplementasi yang saat ini dilaksanakan oleh pemerintah yaitu Pemberian Makanan Tambahan
pada balita, anak SD/MI dan ibu hamil. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 Tahun 2016
tentang Standar Produk Suplementasi Gizi merupakan penyempurnaan sekaligus pengganti dari
Kepmenkes Nomor 224/Menkes/SK/II/2007 Tentang Spesifikasi Teknis Makanan Pendamping
Air Susu Ibu (MP-ASI) dan Kepmenkes Nomor 899/Menkes/SK/X/2009 Tentang Spesifikasi
Teknis Makanan Tambahan Anak Balita 2-5 Tahun, Anak Usia Sekolah Dasar dan Ibu Hamil,
disesuaikan dengan perkembangan hukum, ilmu pengetahuan dan teknologi. Selanjutnya dalam
rangka penyesuaian dengan kebutuhan zat gizi pada tiap sasaran berdasarkan Angka Kecukupan
Gizi (AKG) tahun 2013 serta perbaikan tampilan produk Makanan Tambahan (MT) telah pula
dilakukan perubahan terhadap bentuk kemasan menyesuaikan dengan aturan pemberian. Agar
pemberian makanan tambahan pada Balita, Anak Sekolah dan Ibu Hamil dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien diperlukan adanya suatu Petunjuk Teknis Pemberian Makanan
Tambahan bagi tenaga kesehatan dan semua pihak terkait. Ruang lingkup petunjuk teknis ini
mencakup hal hal yang berkaitan dengan jenis dan karakteristik produk MT, pengiriman,
penyimpanan dan distribusi MT serta monitoring dan evaluasi. Kami menyadari bahwa petunjuk
teknis ini masih memiliki kekurangan, sehingga sekiranya ada masukan untuk perbaikan akan
kami terima untuk penyempurnaan pada masa yang akan datang. Jakarta, Agustus 2017 Direktur
Gizi Masyarakat Ir. Doddy Izwardy, MA 2
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Status gizi yang baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
pembangunan kesehatan yang pada dasarnya adalah bagian yang tak terpisahkan dari
pembangunan nasional secara keseluruhan. Anak balita, anak usia sekolah, dan ibu hamil
merupakan kelompok rawan gizi yang sangat perlu mendapat perhatian khusus karena dampak
negatif yang ditimbulkan apabila menderita kekurangan gizi. Berdasarkan Riskesdas tahun 2013
diketahui bahwa prevalensi balita kurus dan prevalensi balita stunting masing-masing sebesar
12,1 % dan 37,2 %, sedangkan prevalensi ibu hamil risiko Kurang Energi Kronis (KEK) sebesar
24,2%. Selain hal tersebut data Riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan kurang gizi pada anak
usia 5-12 tahun sebesar 11,2 % yang disebabkan karena berbagai hal diantaranya tidak sarapan
pagi dan lebih suka makanan yang tidak/kurang bergizi. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG)
tahun 2016 menujukkan bahwa prevalensi stunting pada balita sebesar 27,5 %, balita kurus 8,0
%, balita sangat kurus 3,1 % dan balita risiko kurus 22,8 %. Masalah gangguan tumbuh kembang
pada bayi dan anak usia di bawah 2 tahun (baduta) merupakan masalah yang perlu ditanggulangi
dengan serius. Usia di bawah dua tahun merupakan masa yang amat penting sekaligus masa
kritis dalam proses tumbuh kembang anak baik fisik maupun kecerdasan. Kurus dan stunting
pada usia sekolah akan berdampak pada performa belajar di sekolah, yang pada gilirannya akan
mempengaruhi kualitas Sumber Daya Manusia. Ibu hamil dengan status Kurang Energi Kronis
(KEK) dapat berdampak pada pertumbuhan dan kesehatan bayinya. Pemberian makanan
tambahan khususnya bagi kelompok rawan merupakan salah satu strategi suplementasi dalam
mengatasi masalah gizi. Berdasarkan data Survei Diet Total (SDT) tahun 2014 diketahui bahwa
lebih dari separuh balita (55,7%) mempunyai asupan energi yang kurang dari Angka Kecukupan
Energi (AKE) yang dianjurkan. Pada kelompok ibu hamil baik di pedesaan maupun perkotaan
lebih dari separuhnya mengalami defisit asupan energi dan protein.

 Berdasarkan hal tersebut pemberian makanan tambahan yang berfokus baik pada zat gizi
makro maupun zat gizi mikro bagi balita dan ibu hamil sangat diperlukan dalam rangka
pencegahan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan balita pendek (stunting). Pemberian makanan
tambahan ditujukan untuk sasaran kelompok rawan gizi yang meliputi balita kurus 6-59 bulan
berdasarkan hasil pengukuran berat badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan lebih kecil dari
minus dua Standar Deviasi (<-2 Sd), serta ibu hamil risiko Kurang Energi Kronis (KEK) yaitu
ibu hamil dengan hasil pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) lebih kecil dari 23,5 cm.
Penelitian Elisabeth Kristiamsson, et all, 2016 berdasarkan hasil analisis data dari 31 negara
memperlihatkan suplementasi makanan menunjukan adanya kenaikan berat badan pada keluarga
kurang mampu. Demikian halnya anak-anak usia 6 23 bulan yang diberikan makanan tambahan
selama 6 bulan menunjukan kenaikan berat badan, selanjutnya ketika MT diberikan bersama
edukasi gizi dan intervensi berbasis pangan lokal maka kenaikan berat badan menjadi lebih
besar.

a. Tujuan Memberikan informasi kepada petugas kesehatan dan pihak terkait tentang :
1. Jenis dan karaktristik produk makanan tambahan Balita dan Ibu Hamil
2. Pengiriman, penyimpanan dan pendistribusian MT
3. Pemberian MT kepada sasaran
4. Pemantauan dan Evaluasi kegiatan MT
b. Pengertian
a. Suplementasi Gizi merupakan penambahan makanan atau zat gizi yang diberikan dalam bentuk;
a) makanan tambahan,
b) tablet tambah darah,
c) kapsul vitamin A, dan
d) bubuk tabur gizi yang bertujuan untuk memenuhi kecukupan gizi bagi bayi
b. Makanan Tambahan Penyuluhan adalah suplementasi gizi dalam bentuk makanan tambahan dengan
formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral sebagai tambahan selain makanan
utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi.
c. Makanan Tambahan Pemulihan adalah suplementasi gizi dalam bentuk makanan tambahan dengan
formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diperuntukkan bagi kelompok
sasaran sebagai tambahan makanan untuk pemulihan status gizi.

d. MT Balita adalah suplementasi gizi berupa makanan tambahan dalam bentuk biskuit dengan
formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada bayi dan
anak balita usia 6-59 bulan dengan kategori kurus. Bagi bayi dan anak berumur 6-24 bulan,
makanan tambahan ini digunakan bersama Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
Makanan Tambahan Ibu Hamil adalah suplementasi gizi berupa biskuit lapis yang dibuat dengan
formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada ibu hamil
dengan kategori Kurang Energi Kronis (KEK) untuk mencukupi kebutuhan gizi. c. Sasaran 1.
Sasaran utama MT Balita adalah balita kurus usia 6-59 bulan dengan indikator Berat Badan (BB)
menurut Panjang Badan (PB)/Tinggi Badan (TB) kurang dari minus 2 standar deviasi (<- 2 Sd)
yang tidak rawat inap dan tidak rawat jalan. Sasaran utama MT Ibu Hamil adalah Ibu Hamil
risiko Kurang Energi Kronis (KEK) yang mempunyai Lingkar Lengan Atas (LiLA) kurang dari
23,5 cm.

Dasar Hukum 1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Peraturan


Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif 3. Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Menengah Nasional (RPJMN) tahun Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60
tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
224/Menkes/SK/II/2007 Tahun 2007 tentang Spesifikasi Teknis Makanan Pendamping Air Susu
Ibu (MP-ASI).

BAB II JENIS DAN KARAKTERISTIK PRODUK MAKANAN TAMBAHAN

A. MAKANAN TAMBAHAN BALITA 6-59 BULAN DENGAN KATEGORI KURUS

a. Kandungan Zat Gizi Makanan Tambahan Balita adalah suplementasi gizi berupa makanan
tambahan dalam bentuk biskuit dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan
mineral yang diberikan kepada bayi dan anak balita usia 6-59 bulan dengan kategori kurus. Bagi
bayi dan anak berumur 6-24 bulan, makanan tambahan ini digunakan bersama Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Tiap kemasan primer (4 keping/40 gram) Makanan
Tambahan Balita mengandung minimum 160 Kalori, 3,2-4,8 gram protein, 4-7,2 gram lemak.
Makanan Tambahan Balita diperkaya dengan 10 macam vitamin (A, D, E, K, B1, B2, B3, B6,
B12, Asam Folat) dan 7 macam mineral (Besi, Iodium, Seng, Kalsium, Natrium, Selenium,
Fosfor). b. Karakteristik Produk Bentuk : biskuit yang pada permukaan atasnya tercantum tulisan
MT Balita Tekstur/Konsistensi : renyah, bila dicampur dengan cairan menjadi lembut. Berat :
berat rata-rata 10 gram/keping. Warna : sesuai dengan hasil proses pengolahan yang normal
(tidak gosong). Rasa : Manis. Mutu dan keamanan : produk makanan tambahan balita memenuhi
persyaratan mutu dan keamanan sesuai untuk bayi dan anak balita. Masa kedaluwarsa : waktu
antara selesai diproduksi sampai batas akhir masih layak dikonsumsi, produk MT mempunyai
masa kedaluwarsa 24 bulan.

Kemasan Setiap 4 (empat) keping biskuit dikemas dalam 1 (satu) kemasan primer (berat 40
gram). Setiap 21 (dua puluh satu) kemasan primer dikemas dalam 1 (satu) kotak kemasan
sekunder (berat 840 gram). Setiap 4 (empat) kemasan sekunder dikemas dalam 1 (satu) kemasan.
C. MAKANAN TAMBAHAN IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIS (KEK)

a. Kandungan Zat Gizi Makanan Tambahan Ibu Hamil adalah suplementasi gizi
berupa biskuit lapis yang dibuat dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin
dan mineral yang diberikan kepada ibu hamil dengan kategori Kurang Energi Kronis
(KEK) untuk mencukupi kebutuhan gizi. Tiap kemasan primer (3 keping/60 gram)
Makanan Tambahan Ibu Hamil mengandung minimum 270 Kalori, minimum 6 gram
protein, minimum 12 gram lemak. Makanan Tambahan Ibu Hamil diperkaya 11 macam
vitamin(a, D E, B1, B2, B3, B5, B6, B12, C, Asam Folat) dan 7 macam mineral (Besi,
Kalsium, Natrium, Seng, Iodium, Fosfor, Selenium).

b. Karakteristik Produk Bentuk : biskuit lapis (sandwich) yang pada permukaan atas
biskuit tercantum tulisan MT Ibu Hamil. Tekstur/Konsistensi : - biskuit : renyah - isi :
krim/selai padat dan lembut.  Berat : berat rata-rata 20 gram/biskuit lapis. Warna : sesuai
dengan hasil proses pengolahan yang normal (tidak gosong). Rasa : - Biskuit : manis - Isi :
manis rasa strawberry/nenas/lemon Mutu dan keamanan : produk makanan tambahan ibu
hamil memenuhi persyaratan mutu dan keamanan sesuai untuk ibu hamil. Masa
kedaluwarsa : waktu antara selesai diproduksi sampai batas akhir masih layak dikonsumsi,
produk MT mempunyai masa kedaluwarsa 24 bulan. c. Kemasan Setiap 3 (tiga) biskuit
lapis dikemas dalam 1 (satu) kemasan primer (berat 60 gram). Setiap 7 (tujuh) kemasan
primer dikemas dalam 1 (satu) kotak kemasan sekunder (berat 420 gram). Setiap 4 (empat)
kemasan sekunder dikemas dalam 1 (satu) kemasan tersier. 12

BAB III PENGIRIMAN, PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN MAKANAN


TAMBAHAN A. PENGIRIMAN MAKANAN TAMBAHAN
Pengadaan MT oleh Direktorat Gizi Masyarakat tahun 2017 dilakukan untuk dikirim ke daerah
(MT Balita dan MT Ibu Hamil) dan stock pusat (MT Balita, MT Ibu Hamil dan MT Anak
Sekolah). Pengiriman MT ke daerah melalui pranko provinsi, dan disediakan dana sewa gudang
dan distribusi sampai puskesmas melalui dana dekonsentrasi pembinaan gizi masyarakat tahun
Pengadaan MT stok pusat untuk memenuhi kebutuhan permintaan dari daerah dalam rangka
penanggulangan kekurangan gizi, mengantisipasi kedaruratan gizi di daerah rawan bencana
seperti bencana asap, gunung meletus, banjir dan bencana lainnya serta sebagai bahan kontak
bantuan Kementerian Kesehatan untuk kunjungan Pejabat Negara. Dalam rangka penyediaan
pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi pada lingkup pelaksanaan Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat (Germas) pemberian MT merupakan upaya yang dapat dilakukan sejalan dengan
kegiatan germas lainnya. Mekanisme Pengiriman MT Balita dan MT Ibu Hamil dari Pusat ke
Provinsi (pranko Provinsi) sebagai berikut : 1. Sebelum dilakukan pengiriman ke daerah, terlebih
dahulu dilakukan pemeriksaan MT di gudang produsen/penyedia barang dan dibuatkan Berita
Acara Penerimaan Barang (BAPT) oleh Panitia Penerima Barang di tingkat pusat. 2. Direktorat
Gizi Masyarakat membuat surat pemberitahuan yang ditujukan kepada seluruh Kepala Dinas
Kesehatan tentang rencana pengiriman MT sesuai alokasi yang sudah ditetapkan. 3.
Produsen/penyedia barang memberitahukan tentang jumlah dan waktu pengiriman MT kepada
Kepala Dinas Kesehatan/Petugas Pengelola MT Dinas Kesehatan Provinsi. 4. Produsen/penyedia
barang mengirim MT ke gudang yang telah disiapkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dalam
jumlah sesuai dengan alokasi yang telah ditetapkan. 5. Apabila kapasitas gudang tidak
mencukupi sesuai dengan alokasi pengiriman, maka dapat dilakukan penyesuaian jadwal dan
jumlah 13

15 pengiriman MT berdasarkan kesepakatan bersama antara produsen/penyedia barang dengan


Dinas Kesehatan Provinsi setempat. 6. Setelah MT diterima, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
atau Petugas yang ditunjuk membuat dan menandatangani berita acara penerimaan barang sesuai
jumlah, jenis, dan kualitas yang diterima. Berita Acara Penerimaan Barang yang asli diserahkan
ke produsen/penyedia barang dan tembusan dikirim ke Direktorat Gizi Masyarakat.
B. PENYIMPANAN MAKANAN TAMBAHAN Persyaratan tempat dan cara penyimpanan
merupakan salah satu bagian penting dalam prosedur pengelolaan MT sehingga perlu
dipersiapkan dengan baik agar kualitas MT dapat tetap terjaga sampai kepada sasaran. Adapun
persyaratan gudang/tempat penyimpanan MT adalah sebagai berikut : 1. Di Gudang
Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota a. Gudang penyimpanan harus selalu higienis, tidak berdebu dan
bebas dari tikus, kecoa dan binatang pengerat lainnya; b. Ruang gudang tidak bocor dan lembab,
ruangan mempunyai ventilasi dan pencahayaan yang baik; c. Bangunan dan pekarangan sekitar
gudang harus selalu bersih, bebas kotoran dan sampah; d. Pintu gudang dapat dibuka dan ditutup
dengan rapat pada saat keluar masuk makanan tambahan; e. Makanan tambahan diletakkan di
alas/rak/palet yang kuat minimal 30 cm dari dinding; f. Penyusunan peletakan/penumpukan
makanan tambahan sedemikian rupa sehingga barang tetap dalam kondisi baik. Batas maksimum
tumpukan adalah 12 karton untuk MT Balita maupun MT Ibu Hamil. Contoh perhitungan luas
gudang penyimpanan (lihat lampiran 14). g. Penyusunan karton makanan tambahan dalam
gudang harus menggunakan alas/rak/palet dan dilarang menginjak tumpukan karton; h. Makanan
tambahan yang masuk ke gudang lebih awal dikeluarkan terlebih dahulu (First In First Out =
FIFO); i. Penyimpanan makanan tambahan tidak dicampur dengan bahan pangan lain dan bahan
bukan pangan; j. Makanan tambahan yang rusak selama penyimpanan di gudang, diambil dan
dipisahkan dari makanan tambahan yang masih baik; k. Makanan tambahan yang telah
dinyatakan rusak perlu dibuatkan Berita Acara Penghapusan oleh Tim yang ditunjuk oleh pejabat
yang berwenang/kepala Dinas Kesehatan setempat; l. Makanan tambahan dinyatakan rusak
apabila kemasan berlubang, robek, pecah, kempes dan teksturnya berubah; m. Pada waktu
melakukan bongkar muat makanan tambahan dilarang menggunakan ganco atau dibanting. 14

16 2. Di Puskesmas a. Tempat Penyimpanan harus selalu higienis, tidak berdebu dan bebas dari
tikus, kecoa dan binatang pengerat lainnya; b. Tempat penyimpanan tidak bocor dan lembab
ruangan mempunyai ventilasi dan pencahayaan yang baik; c. Makanan tambahan hendaknya
tidak diletakkan langsung di lantai; d. Penyusunan/peletakan/penumpukan makanan tambahan
sedemikian rupa sehingga barang tetap dalam kondisi baik. e. Makanan tambahan yang masuk ke
tempat penyimpanan yang lebih awal dikeluarkan terlebih dahulu (First in First Out = FIFO); f.
Penyimpanan makanan tambahan tidak dicampur dengan bahan pangan lain dan bahan bukan
pangan; g. Makanan tambahan yang rusak selama penyimpanan, diambil dan dipisahkan dari
makanan tambahan yang masih baik; h. Makanan tambahan yang telah dinyatakan rusak perlu
dibuatkan Berita Acara Penghapusan oleh Kepala Puskesmas setempat; i. Makanan tambahan
dinyatakan rusak apabila kemasan berlubang, robek, pecah, kempes dan teksturnya berubah. 3.
Di tempat pendistribusian (Posyandu, Polindes, Sekolah atau tempat penyimpanan lainnya) a.
Tempat penyimpanan MT harus selalu bersih, higienis. b. MT diletakkan diatas alas dan
usahakan tidak menempel dinding. c. Atap tidak bocor mempunyai ventilasi dan pencahayaan
yang baik serta tidak lembab. d. Tempat penyimpanan harus bebas dari tikus, kecoa, dan
binatang pengerat lainnya. e. Penyimpanan MT tidak boleh dicampur dengan bahan berbahaya. f.
MT biskuit dinyatakan rusak apabila bungkus berlubang, sobek, pecah, atau biskuit tidak renyah.
4. Di Rumah Tangga/Keluarga Makanan Tambahan yang diterima harus disimpan pada tempat
yang kering, bersih dan tertutup agar terhindar dari bahan cemaran dan binatang pengganggu.

C. PENDISTRIBUSIAN MAKANAN TAMBAHAN a. Makanan Tambahan Kirim ke Daerah 1.


Dinas Kesehatan Provinsi bersama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat rencana
distribusi MT ke masing-masing Puskesmas berdasarkan data sasaran di tiap Puskesmas. 15

17 2. Dinas Kesehatan Provinsi melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menginformasikan


secara tertulis ke Puskesmas tentang jumlah dan waktu penerimaan MT yang akan
didistribusikan ke masing-masing Puskesmas, agar Puskesmas mengetahui jumlah MT yang
akan diterima dan mempersiapkan tempat penyimpanan yang memenuhi syarat. 3. Pada kondisi
dimana tidak memungkinkan MT dikirim langsung dari Dinas Kesehatan Provinsi ke Puskesmas
karena alasan tertentu misal keterbatasan tempat penyimpanan atau kondisi geografis yang sulit
dijangkau, maka sebagai alternatif MT dari Dinkes Provinsi dapat dikirim ke puskesmas melalui
Dinkes Kabupaten/Kota. 4. Setelah MT diterima di Puskesmas, petugas Puskesmas membuat
tanda terima yang memuat jumlah dan jenis MT. Bukti penerimaan barang yang asli diserahkan
ke pihak pengirim barang dan tembusan dikirim ke Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota.
5. Penanggungjawab gudang Puskesmas melakukan pencatatan dan pelaporan administrasi
gudang, yaitu dengan membuat Surat Bukti Barang Masuk (SBBM), Surat Bukti Barang Keluar
(SBBK), Kartu Persediaan Barang (KPB) 6. Puskesmas mengirim MT ke sasaran melalui
Posyandu atau unit pelayanan kesehatan lainnya melalui Bidan di Desa (BDD) atau petugas yang
ditunjuk/kader. 7. BDD atau petugas yang ditunjuk/kader mendistribusikan MT ke sasaran dan
mencatat jumlah MT yang telah didistribusikan. BAGAN MEKANISME DISTRIBUSI MT
Produsen/Penyedia MT Dirktorat Gizi Masyarakat Dinkes Propinsi Provinsi Dinkes
Kabupaten/Kota Puskesmas SASARAN Keterangan : : : Koordinasi : Alternatif 16

18 Penjelasan Bagan MT Di dalam pendistribusian MT penyedia barang berkoordinasi dengan


Direktorat Gizi Masyarakat. MT didistribsusikan oleh produsen ke gudang provinsi yang telah
disiapkan Dinas Kesehatan Provinsi. Pada tahap selanjutnya, Dinas Kesehatan Provinsi akan
mengirimkan MT ke Puskesmas, Alternatif pendistribusian MT dari Dinkes Provinsi ke Dinkes
Kabupaten/Kota karena alasan tertentu. Puskesmas melalui BDD/petugas yang ditunjuk/kader
mendistribusikan MT ke Posyandu atau tempat lain yang ditentukan, selanjutnya diberikan ke
sasaran. Direktorat Gizi Masyarakat mengadakan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi.
Demikian juga Dinas Kesehatan Propinsi berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dalam pemantauan dan evaluasi pendistribusian MT. Pencatatan MT dilakukan
oleh penanggungjawab gudang dan diketahui pengelola program gizi. Frekuensi pencatatan
disesuaikan dengan jadwal penerimaan dan pengeluaran atau distribusi MT. b. Makanan
Tambahan Buffer Stock Mekanisme permintaan dan pendistribusian MT Buffer Stock adalah
sebagai berikut : 1. Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota, Kementerian/Lembaga,
Legislatif, Lintas program/lintas sektor, Organisasi Profesi, Organisasi Keagamaan, Organisasi
Kemasyarakatan, Yayasan, LSM serta stakeholder dan lain-lain yang membutuhkan MT buffer
stock membuat rencana permintaan sesuai kebutuhan untuk balita usia 6-59 bulan/anak sekolah
SD/MI/Ibu hamil KEK di daerah rawan gizi/keadaan darurat/bencana. 2. Pihak yang
membutuhkan MT buffer stock menyusun RAB (Rencana Anggaran Biaya) untuk biaya
operasional, pergudangan dan pendistribusian MT buffer stock. 3. Selanjutnya pihak yang
membutuhkan MT buffer stock mengirimkan surat permintaan ke Direktorat Gizi Masyarakat
Ditjen Kesehatan Masyarakat. 4. Surat permintaan MT yang masuk akan ditelaah oleh Direktorat
Gizi Masyarakat. Telaahan tersebut meliputi jumlah ketersediaan MT di pusat dan daerah,
ketersediaan biaya pengiriman, lokasi yang akan dikirim serta jumlah dan kelompok sasaran
yang akan diberikan. 5. MT buffer stock dapat diberikan setelah ditelaah secara teknis dan
memenuhi persyaratan sebagai berikut : Surat permintaan MT buffer stock tersebut ditujukan
kepada Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes RI yang dilampiri dengan jumlah sasaran balita
kurus (BB/PB/PB<-2 SD)/ anak SD/MI kurus (<-2SD)/ Ibu Hamil KEK. 17

19 Biaya pengiriman MT buffer stock dari pusat ke daerah dengan pranko gudang
Provinsi/Kabupaten/Kota ditanggung oleh pusat, sedangkan biaya pengiriman ke sasaran dari
Provinsi/Kabupaten/Kota ditanggung oleh masing-masing pihak pemohon. Pihak pemohon
menyiapkan tempat penerimaan atau penyimpanan sementara (gudang) dan menyusun rencana
distribusi (rensi) pendistribusiannya sampai ke sasaran. 6. Pengiriman MT buffer stock ke lokasi
akan dilaksanakan setelah dinyatakan layak untuk diberikan dan akan dikirimkan ke lokasi
dengan jumlah bantuan yang telah disetujui. 7. Dinas Kesehatan Kabupaten//Kota mendapatkan
pemberitahuan berupa tembusan surat bahwa ada pengiriman MT kepada pihak pemohon dan
dapat membantu memonitor pelaksanaannya pendistribusian MT kepada sasaran di tingkat
lapangan. 18

20 BAB IV PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA SASARAN Pemberian Makanan


Tambahan kepada sasaran perlu dilakukan secara benar sesuai aturan konsumsi yang dianjurkan.
Pemberian makanan tambahan yang tidak tepat sasaran, tidak sesuai aturan konsumsi, akan
menjadi tidak efektif dalam upaya pemulihan status gizi sasaran serta dapat menimbulkan
permasalahan gizi. Makanan tambahan diberikan sebagai : a. Makanan Tambahan Penyuluhan
adalah makanan tambahan yang diberikan untuk mencegah terjadinya masalah gizi. b. Makanan
Tambahan Pemulihan adalah makanan tambahan yang diberikan untuk mengatasi terjadinya
masalah gizi yang diberikan selama 90 hari makan Berikut standar pemberian makanan
tambahan dalam bentuk biskuit untuk tiap kelompok sasaran A. Makanan Tambahan Balita a.
Prinsip Dasar Pemberian : Prinsip Dasar Pemberian Makanan Tambahan Anak Balita adalah
untuk memenuhi kecukupan gizi agar mencapai berat badan sesuai umur. b. Ketentuan
Pemberian : 1. MT diberikan pada balita 6-59 bulan dengan kategori kurus yang memiliki status
gizi berdasarkan indeks BB/PB atau BB/TB dibawah -2 Sd 2. Tiap bungkus MT Balita berisi 4
keping biskuit (40 gram) 3. Usia 6-11 bulan diberikan 8 keping (2 bungkus) per hari 4. Usia
bulan diberikan 12 keping (3 bungkus) per hari 5. Pemantauan pertambahan berat badan
dilakukan tiap bulan di Posyandu 6. Bila sudah mencapai status gizi baik, pemberian MT
pemulihan pada Balita dihentikan. Selanjutnya mengonsumsi makanan keluarga gizi seimbang 7.
Dilakukan pemantauan tiap bulan untuk mempertahankan status gizi baik 8. Biskuit dapat
langsung dikonsumsi atau terlebih dahulu ditambah air matang dalam mangkok bersih sehingga
dapat dikonsumsi dengan menggunakan sendok 9. Setiap pemberian MT harus dihabiskan B.
Makanan Tambahan Anak Sekolah a. Prinsip Dasar Pemberian Pemberian makanan tambahan
dilakukan untuk memenuhi kecukupan gizi anak usia sekolah dasar 19

21 b. Ketentuan Pemberian : 1. MT diberikan pada anak usia sekolah dasar dengan kategori
kurus yaitu anak usia sekolah dasar yang memiliki status gizi berdasarkan indeks IMT/U
dibawah -2 Sd, tidak rawat inap dan tidak rawat jalan 2. Tiap bungkus MT anak sekolah berisi 6
keping biskuit (36 gram) 3. Setiap anak SD/MI diberikan satu bungkus setiap kali pemberian 4.
Bila sudah mencapai status gizi baik, pemberian MT Anak Sekolah pemulihan bisa dihentikan.
Selanjutnya mengonsumsi makanan keluarga gizi seimbang 5. Dilakukan pemantauan
pertambahan berat badan tiap bulan di sekolah 5. Setiap siswa SD/MI diwajibkan makan biskuit
di sekolah bersama-sama pada jam istirahat sesuai jadwal yang ditetapkan oleh sekolah dan
diawasi oleh guru kelas 6. Biskuit tersebut harus dimakan habis di sekolah dan tidak boleh
dibawa pulang C. Makanan Tambahan Ibu Hamil KEK a. Prinsip Dasar Pemberian Pemberian
makanan tambahan dilakukan untuk memenuhi kecukupan gizi ibu hamil. b. Ketentuan
Pemberian : 1. MT diberikan pada ibu hamil KEK yaitu ibu hamil yang memiliki ukuran Lingkar
Lengan Atas (LiLA) dibawah 23,5 cm 2. Pemberian MT pada ibu hamil terintegrasi dengan
pelayanan Antenatal Care (ANC) 3. Tiap bungkus MT ibu hamil berisi 3 keping biskuit lapis (60
gram) 4. Pada kehamilan trimester I diberikan 2 keping per hari hingga ibu hamil tidak lagi
berada dalam kategori Kurang Energi Kronis (KEK) sesuai dengan pemeriksaan Lingkar Lengan
Atas (LiLA) 5. Pada kehamilan trimester II dan III diberikan 3 keping per hari hingga ibu hamil
tidak lagi berada dalam kategori Kurang Energi Kronis (KEK) sesuai dengan pemeriksaan
Lingkar Lengan Atas (LiLA) 6. Pemantauan pertambahan berat badan sesuai standar kenaikan
berat badan ibu hamil. Apabila berat badan sudah sesuai standar kenaikan berat badan
selanjutnya mengonsumsi makanan keluarga gizi seimbang. 20

22 BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI A. Pemantauan Pemantauan merupakan


komponen penting dalam pengelolaan MT yang mencakup pemantauan dalam pelaksanaan
penyimpanan di gudang dan distribusi MT sampai kepada sasaran. Kegiatan pemantauan dan
evaluasi pemberian makanan tambahan dapat dilakukan melalui dua cara yaitu pemantauan
langsung dengan menggunakan formulir pemantauan dan melalui penggunaan aplikasi eppgbm
(elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat). 1. Pemantauan Dalam kegiatan
pemantauan distribusi meliputi pemantauan sebagai berikut : Pemantauan penyimpanan dan
pendistribusian MT di tingkat Provinsi Pemantauan penyimpanan dan pendistribusian MT di
tingkat Kabupaten/Kota Pemantauan penyimpanan dan pendistribusian MT di tingkat Puskesmas
Pemantauan pemanfaatan MT Pemantauan pemanfaatan MT Ibu Hamil Pemantauan
pemanfaatan MT Anak Sekolah Laporan pelaksanaan pemantauan pengelolaan MT a.
Pemantauan Penyimpanan dan pendistribusian MT di tingkat Provinsi Pemantauan dilaksanakan
oleh petugas Pusat dan Provinsi dengan melakukan pengamatan terhadap: Kondisi fisik gudang
meliputi : kapasitas gudang, ventilasi, kelembaban, kebersihan, lingkungan, atap bocor/tidak
Cara penyimpanan meliputi : penggunaan palet, tata letak, bebas binatang pengganggu, tidak
disatukan dengan bahan pangan dan nonpangan lainnya Catatan dan laporan administrasi gudang
meliputi MT masuk, keluar, sisa dan jumlah MT yang rusak Rencana pendistribusian MT dari
Provinsi ke Puskesmas/Dinkes Kabupaten/Kota (alokasi rencana pendistribusian dan
pemberitahuan ke Puskesmas/Dinkes Kabupaten/Kota) Pelaksanaan pendistribusian (jumlah dan
jenis MT yang telah didistribusikan, cara pendistribusian, dan jumlah yang rusak) Dalam
melakukan pemantauan petugas menggunakan Lampiran 1 (Formulir Pemantauan Penyimpanan
dan Pendistribusian MT di Tingkat Provinsi) 21

23 b. Pemantauan Penyimpanan dan pendistribusian MT di tingkat Kabupaten/Kota Pemantauan


dilaksanakan oleh petugas Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan melakukan pengamatan
terhadap: Kondisi fisik gudang meliputi: kapasitas gudang, ventilasi, kelembaban, kebersihan,
lingkungan, atap bocor/tidak. Cara penyimpanan meliputi: penggunaan palet, tata letak, bebas
binatang pengganggu, tidak disatukan dengan bahan pangan dan non-pangan lainnya. Catatan
dan laporan administrasi gudang meliputi MT masuk, keluar, sisa dan jumlah MT yang rusak.
Rencana pendistribusian MT dari Provinsi ke Puskesmas (alokasi rencana pendistribusian dan
pemberitahuan ke Puskesmas). Pelaksanaan pendistribusian (jumlah dan jenis MT yang telah
didistribusikan, cara pendistribusian, dan jumlah yang rusak). Dalam melakukan pemantauan
petugas menggunakan Lampiran 2 (Formulir Pemantauan Penyimpanan dan Pendistribusian MT
di Tingkat Kabupaten/Kota) c. Pemantauan Penyimpanan dan Pendistribusian MT di tingkat
Puskesmas Pemantauan dilaksanakan oleh petugas Kabupaten/Kota dan Puskesmas, dengan
melakukan pengamatan terhadap: Kondisi fisik gudang meliputi: kapasitas gedung, ventilasi,
kelembaban, kebersihan, lingkungan, atap bocor/tidak Cara penyimpanan meliputi: penggunaan
palet, tata letak, bebas binatang pengganggu, tidak disatukan dengan bahan pangan dan non-
pangan lainnya Catatan dan laporan administrasi gudang meliputi MT masuk, keluar, sisa dan
jumlah MT yang rusak Rencana pendistribusian MT dari Puskesmas ke sasaran (alokasi rencana
pendistribusian dan pemberitahuan ke BDD/petugas yang ditunjuk/kader) Pelaksanaan
pendistribusian (jumlah dan jenis MT yang telah didistribusikan, cara pendistribusian, dan
jumlah yang rusak) Dalam melakukan pemantauan petugas menggunakan Lampiran 3 (Formulir
Pemantauan Penyimpanan dan Pendistribusian MT di Tingkat Puskesmas) d. Pemantauan
Pemanfaatan MT di tingkat Sasaran Pemantauan dilaksanakan oleh BDD/petugas yang
ditunjuk/kader, dengan melakukan pengamatan terhadap: Cara penyimpanan (wadah, letak) Cara
penyajian (besar porsi, daya terima) Persediaan MT 22

24 Keluhan sasaran terhadap MT Dalam melakukan pemantauan petugas menggunakan


Lampiran 4 dan 5 (Formulir Pemantauan Pemanfaatan MT Balita dan Ibu Hamil) 2. Laporan
Pemantauan MT Laporan hasil pemantauan distribusi MT yang mencakup data kualitatif dan
kuantitatif dilakukan pada di setiap jenjang. MT (stok opname) dari tingkat Pusat sampai
Puskesmas direkam dalam aplikasi Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-
ppgbm) pada menu MT. Aplikasi ini juga dapat menghasilkan format BAST untuk keperluan
administrasi. Formulir bantu manual stock opname seperti pada lampiran 9-11 Formulir BAST
seperti pada lampiran Pemantauan Konsumsi Pencatatan dan pelaporan konsumsi MT juga
dilakukan dalam bentuk elektronik melalui aplikasi e-ppgbm yang merupakan bagian dari sistem
informasi gizi terpadu untuk mencatat data sasaran individu baik data penimbangan, pengukuran
maupun pelayanan lainnya dan dapat diakses melalui http: //sigiziterpadu.gizi.kemkes.go.id.
Aplikasi ini dapat memberikan umpan balik secara langsung berdasarkan status gizi sasaran.
Menu entri Konsumsi MT, berguna untuk merekam jumlah dan jenis MT yang diterima serta
menyajikan informasi berupa grafik perubahan berat badan. Pencatatan dan pelaporan dilakukan
secara berjenjang sebagai berikut: a. Puskesmas - Puskesmas memberikan MT kepada balita
kurus dan ibu hamil KEK kemudian dicatat ke dalam formulir pencatatan bantu di Puskesmas
seperti pada lampiran Hasil pencatatan pada formulir bantu kemudian di entri kedalam aplikasi
eppgbm agar dapat diamati perubahan pertumbuhan berat badan dan status gizinya b.
Kabupaten/Kota dan Provinsi - Data sasaran balita dan ibu hamil penerima MT yang sudah
dientri oleh puskesmas ke dalam aplikasi eppgbm dapat amati dan dianalisis oleh kabupaten/kota
secara online melalui menu konsumsi PMT - Umpan balik dapat dilakukan setiap saat c. Provinsi
- Data sasaran balita dan ibu hamil penerima MT yang sudah dientri oleh puskesmas ke dalam
aplikasi eppgbm dapat amati dan dianalisis oleh provinsi online melalui menu konsumsi PMT -
Umpan balik dapat dilakukan setiap saat secara berjenjang 23

25 d. Pusat - Data sasaran balita dan ibu hamil penerima MT yang sudah dientri oleh puskesmas
ke dalam aplikasi eppgbm dapat amati dan dianalisis oleh pusat online melalui menu konsumsi
PMT - Umpan balik dapat dilakukan setiap saat secara berjenjang B. Evaluasi Kegiatan evaluasi
bertujuan untuk menilai hasil kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai tujuan yang diharapkan
dan mengkaji masalah-masalah yang ada untuk perbaikan program selanjutnya. Evaluasi yang
perlu dilakukan mencakup aspek kegiatan maupun hasil kegiatan untuk dapat menjawab apakah
kegiatan pemberian MT telah berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan status gizi sasaran
sesuai yang diharapkan. Kegiatan dilaksanakan secara berjenjang dengan mempertimbangkan
ketersediaan sumberdaya yang ada di masing-masing tingkat administrasi. Hasil dari kegiatan
evaluasi ini sebagai bahan perencanaan kegiatan pada pelaksanaan pemberian makanan
tambahan pada tahun berikutnya. 24

26 BAB VII PENUTUP Pemberian makanan tambahan kepada kelompok rawan gizi pada
dasarnya bertujuan untuk meningkatkan asupan gizi yang pada akhirnya dapat meningkatkan
status gizi sasaran. Peran serta semua pihak sangat diharapkan dalam mendukung keberhasilan
kegiatan pemberian MT kepada sasaran. Dalam kegiatan pemberian makanan tambahan disertai
dengan kegiatan konseling dan pendidikan gizi masyarakat untuk memberikan pemahaman
tentang pentingnya gizi bagi kesehatan dan upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka
pencegahan dan penanggulangan masalah gizi yang terjadi di masyarakat sebagai bagian dari
pembangunan sumberdaya manusia. Buku petunjuk teknis ini dapat menjadi panduan bagi
petugas kesehatan maupun pihak terkait lainnya dalam melaksanakan kegiatan pemberian
makanan tambahan agar mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien. 25
27 FORMULIR PEMANTAUAN PENDISTRIBUSIAN MAKANAN TAMABAHAN DI
TINGKAT PROVINSI Lampiran 1 Propinsi :.. No. INFORMASI 1. Mengetahui jadwal
penerimaan dari penyedia barang ke gudang provinsi 2. Ada gudang penyimpanan PMT, amati
penyimpanan PMT di gudang - Kebersihan - Ventilasi - Kelembaban - Atap tidak bocor -
Kapasitas - Cara penyimpanan - Tumpukan kardus - Palet - Penyimpanan terpisah dari bahan
berbahaya - Penyimpanan yang rusak terpisah 3. Penerimaan PMTtepat waktu YA JAWABAN
TIDAK KETERANGAN Lihat Surat Rencana Pengiriman dari penyedia barang ke Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi atau cek apakah ada informasi lisan melalui telepon Amati gudang
penyimpanan PMT Cocokkan dokumen SPB dengan BAPB 4. Jumlah yang diterima sesuai Surat
Pengiriman Barang (SPB) Cocokkan dokumen SPB dengan BAPB 5. Jumlah dan jenis yang
diterima sesuai dengan Surat Pengiriman Barang (SPB) 6. Ada catatan administrasi PMT -
Masuk - Keluar - Sisa - Rusak 7. Apakah ada PMT dari sumber lain 8. Ada rencana distribusi
PMT ke Puskesmas/Kab/Kota Cocokkan dokumen SPB dengan BAPB Cek catatan administrasi
gudang APBD I/dan lain-lain Lihat catatan rencana distribusi 26

28 - Jumlah - Jenis - Waktu distribusi 9. Pelaksanaan distribusi PMT - Sesuai jumlah - Sesuai
jenis - Sesuai waktu - PMT tahap ke berapa - Kalau tidak sesuai sebutkan alasannya 10.
Pendistribusian PMT : - Dikirim oleh Petugas Provinsi/Perusahaan Jasa Pengiriman Barang PMT
ke Puskesmas/Kab/Kota Lihat dokumen SBBK Lihat dokumen pengiriman PMT.20.. Petugas
Pemantau Provinsi Pusat.. 27

29 FORMULIR PEMANTAUAN PENDISTRIBUSIAN MAKANAN TAMBAHAN DI


TINGKAT KABUPATEN/KOTA Lampiran 2 Kabupaten Propinsi :.. :.. No. INFORMASI 1.
Mengetahui jadwal penerimaan dari Dinkes Provinsi ke Dinkes Kabupaten/Kota 2. Ada gudang
penyimpanan PMT, amati penyimpanan PMT di gudang - Kebersihan - Ventilasi - Kelembaban -
Atap tidak bocor - Kapasitas - Cara penyimpanan - Tumpukan kardus - Palet - Penyimpanan
terpisah dari bahan berbahaya - Penyimpanan yang rusak terpisah YA JAWABAN TIDAK
KETERANGAN Lihat Surat Rencana Pengiriman dari Dinkes Provinsi ke Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atau cek apakah ada informasi lisan melalui telepon Amati gudang
penyimpanan PMT 3. Penerimaan PMT tepat waktu Cocokkan dokumen SPB dengan BAPB 4.
Jumlah yang diterima sesuai Surat Pengiriman Barang (SPB) Cocokkan dokumen SPB dengan
BAPB 5. Jumllah dan jenis yang diterima sesuai dengan Surat Pengiriman Barang (SPB)
Cocokkan dokumen SPB dengan BAPB 6. Ada catatan administrasi PMT - Masuk Cek catatan
administrasi gudang 28

30 - Keluar - Sisa - Rusak 7. Apakah ada PMT dari sumber lain 8. Ada rencana distribusi PMT
ke Puskesmas - Jumlah - Jenis - Waktu distribusi 9. Pelaksanaan distribusi PMT - Sesuai jumlah
- Sesuai jenis - Sesuai waktu - PMT tahap ke berapa - Kalau tidak sesuai sebutkan alasannya 10.
Pendistribusian PMT : - Dikirim oleh Petugas Kabupaten/Kota /Perusahaan Jasa Pengiriman
Barang APBDII/lain-lain Lihat catatan rencana distribusi PMT ke Puskesmas Lihat dokumen
SBBK Lihat dokumen pengiriman PMT.20.. Petugas Pemantau Kabupaten/Kota Provinsi.. 29

31 FORMULIR PEMANTAUAN PENDISTRIBUSIAN MAKANAN TAMBAHAN DI


TINGKAT PUSKESMAS Lampiran 3 Puskesmas Kabupaten Propinsi :. :. :. No. INFORMASI
1. Mengetahui jadwal penerimaan dari Dinkes Kabupaten/Kota 2. Ada gudang penyimpanan
PMT, amati penyimpanan PMT di gudang - Kebersihan - Ventilasi - Kelembaban - Atap tidak
bocor - Kapasitas - Cara penyimpanan - Tumpukan kardus - Palet - Penyimpanan terpisah dari
bahan berbahaya - Penyimpanan yang rusak terpisah YA JAWABAN TIDAK KETERANGAN
Lihat Surat Rencana Pengiriman dari Dinkes kabupaten/kota ke Kepala Puskesmas atau cek
apakah ada informasi lisan melalui telepon Amati gudang penyimpanan PMT 3. Penerimaan
PMTtepat waktu Cocokkan dokumen SPB dengan BAPB 4. Jumlah yang diterima sesuai Surat
Pengiriman Barang (SPB) Cocokkan dokumen SPB dengan BAPB 5. Jumlah dan jenis yang
diterima sesuai dengan Surat Pengiriman Barang (SPB) Cocokkan dokumen SPB dengan BAPB
6. Ada catatan administrasi PMT Cek catatan administrasi 30

32 - Masuk - Keluar - Sisa - Rusak 7. Apakah ada PMT dari sumber lain 8. Apakah ada data
sasaran: - Balita 6-59 bulan - Bumil KEK gudang APBDII/lain-lain Cek data sasaran PMT di
seluruh desa wilayah kerja Puskesmas 9. Apakah ada rencana kegiatan distribusi PMT Cek
dokumen rencana distribusi PMT 10. Apakah sebelum pendistribusian PMT, ada pemberitahuan
dari Puskesmas Cek arsip surat pemberitahuan distribusi PMT dari Puskesmas ke BDD/petugas
yg ditunjuk/kader 11. Apakah pendistribusian PMT sesuai rencana - Jumlah - Jenis - Waktu
distribusi Cek kesesuaian jumlah PMT yang dikirim dengan jumlah sasaran 12. Bagaimana cara
pendistribusian PMT 13. Apakah ada PMT dari sumber lain yang didistribusikan : - Sumber -
Nama produk - Jenis - Jumlah - Sasaran Jelas Jelas.20.. Petugas Pemantau Puskesmas
Kabupaten/Kota.. 31

33 Lampiran 4 FORMULIR PEMANTAUAN PEMANFAATAN MAKANAN TAMBAHAN


BALITA Provinsi : Nama Ibu : Kabupaten/Kota : Nama Anak : Kecamatan : Umur Anak :.. bln
Puskesmas : Desa : Posyandu : NO PERTANYAAN JAWABAN 1. Apakah anak ibu mendapat
PMT Jelas 2. Jenis PMT apa yang anak ibu terima Jelas 3. Sejak kapan anak ibu menerima PMT
Jelas 4. Berapa jumlah PMT yang diterima Jelas 5. Dimana tempat penyimpanan PMT (wadah,
letak) dan bagaimana cara penyimpanannya? Amati tempat penyimpanan dan cara penyimpanan
6. Siapa saja yang mengonsumsi PMT Jelas 7. Apakah ibu pernah mendapat penjelasan cara
penyiapan PMT Sebutkan dari mana ibu mendapatkan penjelasan 8. Bagaimana ibu menyiapkan
PMT Ibu mempraktekkan cara menyiapkan PMT, bagaimana besar porsinya 9. Berapa kali PMT
diberikan dalam satu hari Sebutkan 10. Apakah anak ibu suka PMT yang diberikan? DInilai dari
habis atau tidak habis dimakan 11. Bagaimana kesehatan anak ibu setelah mengonsumsi PMT?
Menurut pendapat Ibu dan lihat KMS jika ada atau catatan lainnya 12. Apakah BB anak ibu
bertambah setelah mengonsumsi PMT? 13. Apakah ada keluhan anak pada saat dan setelah
mengonsumsi PMT? Kalau ada keluhan, apa keluhannya? Bagaimana cara mengatasinya?
Menurut pendapat Ibu dan lihat KMS jika ada atau catatan lainnya Informasi diperoleh dari
pendapat ibu misalnya: muntah, diare, sembelit, dll. Petugas Pemantau: BDD/Kader.
Puskesmas.. 32

34 Lampiran 5 FORMULIR PEMANTAUAN PEMANFAATAN MAKANAN TAMBAHAN


IBU HAMIL Provinsi : Nama Ibu : Kabupaten/Kota : Nama Suami : Kecamatan : Umur Ibu :..
thn Puskesmas : Desa : Posyandu : NO PERTANYAAN JAWABAN 1. Apakah ibu mendapat
PMT Jelas 2. Jenis PMT apa yang ibu terima Jelas 3. Sejak kapan ibu menerima PMT Jelas 4.
Berapa jumlah PMT yang ibu diterima Jelas 5. Dimana tempat penyimpanan PMT (wadah, letak)
dan bagaimana cara penyimpanannya? Amati tempat penyimpanan dan cara penyimpanan 6.
Siapa saja yang mengonsumsi PMT Jelas 7. Apakah ibu pernah mendapat penjelasan cara
penyiapan PMT Sebutkan dari mana ibu mendapatkan penjelasan 8. Bagaimana ibu menyiapkan
PMT Ibu mempraktekkan cara menyiapkan PMT, bagaimana besar porsi 9. Berapa kali ibu
mengonsumsi PMT satu hari Sebutkan 10. Apakah ibu menyukai PMT yang diterima? DInilai
dari habis atau tidak habis dimakan 11. Bagaimana kesehatan ibu setelah mengonsumsi PMT?
Menurut pendapat atau catatan lainnya 12. Apakah BB Ibu bertambah setelah mengonsumsi
PMT? Menurut pendapat Ibu dan lihat KMS jika ada atau catatan lainnya 13. Apakah ada
keluhan ibu pada saat dan setelah mengonsumsi PMT? Kalau ada keluhan, apa keluhannya?
Bagaimana cara mengatasinya? Informasi diperoleh dari pendapat ibu misalnya: muntah, diare,
sembelit, dll. Petugas Pemantau: BDD/Kader. Puskesmas. 33

35 LAPORAN PEMANTAUAN PENDISTRIBUSIAN MAKANAN TAMBAHAN DI


TINGKAT PROVINSI TAHUN. Lampiran 6 Provinsi : 1. Data Sasaran PMT a. Jumlah seluruh
balita : anak b. Jumlah balita kurus :... anak (..%) c. Jumlah seluruh anak usia SD/MI :..anak d.
Jumlah anak usia SD/MI kurus :..anak ( %) e. Jumlah seluruh Ibu Hamil :.orang f. Jumlah ibu
hamil KEK : orang (...%) 2. Jumlah PMT Jumlah PMT Balita dan PMT Ibu Hamil berdasarkan
data di Gudang/tempat penyimpanan PMT Balita - Jumlah PMT yang ada :..kg, seharusnya :.kg -
Jumlah PMT yang rusak:...kg - Jumlah PMT yang hilang:....kg PMT Ibu Hamil - Jumlah PMT
yang ada :..kg, seharusnya :.kg - Jumlah PMT yang rusak:...kg - Jumlah PMT yang hilang:...kg 3.
Sarana dan Prasarana Penyimpanan PMT - Gudang/tempat penyimpanan PMT :.. memenuhi
syarat/cukup memenuhi syarat/kurang memenuhi syarat *) - Sarana tempat penyimpanan PMT
(palet, alat angkut, dll) : Baik/cukup baik/kurang baik *) 4. Prosedur Penerimaan PMT :
Baik/cukup baik/kurang baik *) 5. Prosedur Penyimpanan PMT : Baik/cukup baik/kurang baik *)
6. Prosedur Pendistribusian PMT : Baik/cukup baik/kurang baik *) 7. Prosedur Pencatatan dan
Pelaporan PMT : Baik/cukup baik/kurang baik *) 34

36 8. Masalah dan Hambatan dalam pengelolaan PMT : 9. Upaya yang dilakukan dalam
mengatasi masalah dan hambatan yang ada : 10. Kesimpulan 11. Saran Pelapor Provinsi Pusat..
Keterangan : Sarana dan prasarana *) - Baik : jika > % memenuhi persyaratan - Cukup : jika > %
memenuhi persyaratan - Kurang : jika 60 % memenuhi persyaratan Prosedur *) - Baik : jika > %
sesuai prosedur - Cukup : jika > % sesuai prosedur - Kurang : jika 60 % sesuai prosedur 35

37 LAPORAN PEMANTAUAN PENDISTRIBUSIAN MAKANAN TAMBAHAN DI


TINGKAT KABUPATEN/KOTA TAHUN. Kabupaten/Kota :... Provinsi : 12. Data Sasaran
PMT g. Jumlah seluruh balita : anak h. Jumlah balita kurus :... anak (..%) i. Jumlah seluruh anak
usia SD/MI :..anak j. Jumlah anak usia SD/MI kurus :..anak ( %) k. Jumlah seluruh Ibu
Hamil :.orang l. Jumlah ibu hamil KEK : orang (...%) 13. Jumlah PMT Jumlah PMT Balita dan
PMT Ibu Hamil berdasarkan data di Gudang/tempat penyimpanan PMT Balita - Jumlah PMT
yang ada :..kg, seharusnya :.kg - Jumlah PMT yang rusak:...kg - Jumlah PMT yang hilang:....kg
PMT Ibu Hamil - Jumlah PMT yang ada :..kg, seharusnya :.kg - Jumlah PMT yang rusak:...kg -
Jumlah PMT yang hilang:...kg 14. Sarana dan Prasarana Penyimpanan PMT - Gudang/tempat
penyimpanan PMT :.. memenuhi syarat/cukup memenuhi syarat/kurang memenuhi syarat *) -
Sarana tempat penyimpanan PMT (palet, alat angkut, dll) :... Baik/cukup baik/kurang baik *) 15.
Prosedur Penerimaan PMT : Baik/cukup baik/kurang baik *) 16. Prosedur Penyimpanan PMT :
Baik/cukup baik/kurang baik *) 17. Prosedur Pendistribusian PMT : Baik/cukup baik/kurang
baik *) Lampiran 7 36

38 18. Prosedur Pencatatan dan Pelaporan PMT : Baik/cukup baik/kurang baik *) 19. Masalah
dan Hambatan dalam pengelolaan PMT : 20. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah
dan hambatan yang ada : 21. Kesimpulan 22. Saran Pelapor Kabupaten/Kota Provinsi..
Keterangan : Sarana dan prasarana *) - Baik : jika > % memenuhi persyaratan - Cukup : jika > %
memenuhi persyaratan - Kurang : jika 60 % memenuhi persyaratan Prosedur *) - Baik : jika > %
sesuai prosedur - Cukup : jika > % sesuai prosedur - Kurang : jika 60 % sesuai prosedur 37

 Menunjukkan lagi
KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI

Anda mungkin juga menyukai