Anda di halaman 1dari 7

Pontianak, 16 Maret 2022

Kepada Yth.
Majelis Hakim Pemeriksa Perkara
No.007/Pdt.G/2022/PN. Semu Fakultas Hukum UNTAN
Pada Pengadilan Negeri Semu Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura
Di
Pontianak

Perihal: EKSEPSI DAN JAWABAN TERGUGAT

Dengan hormat,

Yang bertandatangan dibawah ini,


BASUKI di Samarinda pada tanggal 17 September 1952, Petani, beralamat di Jalan
Kutilang Komp. Bersama No. 56, Pontianak Tenggara, Warga Negara Indonesia,
selanjutnya disebut “TERGUGAT 1”;

Dengan ini mengajukan Eksepsi dan Jawaban atas Gugatan Perkara


No.007/Pdt.G/2022/PN. Semu Fakultas Hukum UNTAN, terdaftar pada tanggal 11
Maret 2022 di Pengadilan Negeri Semu Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura, yang
diajukan oleh :
ABDULLAH lahir di Pontianak, 19 Desember 1970, Guru, beralamat di Jalan Patimurra
No. 09, Pontianak, Warga Negara Indonesia, selanjutnya disebut sebagai
“PENGGUGAT”

Bahwa Tergugat menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil gugatan Penggugat, kecuali
yang diakui dengan tegas kebenarannya oleh Tergugat. Adapun alasan-alasan
penolakan dan dalil-dalil Jawaban Tergugat terhadap Gugatan Penggugat
selengkapnya adalah sebagai berikut:
I. DALAM EKSEPSI

1. Eksepsi Gugatan Tergugat Tidak Lengkap

- Bahwa Gugatan dari pihak Penggugat merupakan obscuur libel. Gugatan


yang dilayangkan oleh Pihak Penggugat tidak memiliki dasar hukum yang
jelas dan tidak ada penjelasan mengenai objek hukum secara jelas, seperti
yang diatur dalam Putusan Mahkamah Agung No. 639 K/Sip/1975 tanggal
28 Mei 1977
- Bahwa hak milik Penggugat sudah secara sukarela diberikan oleh Tuan
Aminullah kepada Tergugat 1 secara tidak langsung dikarenakan oleh
wanprestasi yang terjadi pada tahun 2012 terhadap perjanjian tersebut.
Pemindahan hak milik ini dijustifikasikan sebagaimana disebutkan dalam
prinsip verbintensis yaitu persetujuan para pihak Pasal 25 UUPA dan
KUHPerdata Pasal 1348 dan alasan-alasan ini tidak dapat disebutkan
sebagai perlawanan hukum
- Bahwa tidak ada dalil keberatan yang dilayangkan sebagaimana yang
disebutkan oleh Pihak penggugat pada saat peralihan Hak atas Surat
Keterangan Tanah No.101/SKT/Sui.Rengas/1980 sebagaimana yang
dimaksud dalam PP Nomor 24 Tahun 1997
- Bahwa tidak ada sebab terlarang dalam persetujuan ataupun peralihan hak
yang dilakukan oleh Tuan Aminullah dan Tergugat 1 selama dan sesudah
perjanjian tersebut berakhir.
- Bahwa sesuai pasal 6 UUHT jo pasal 20 ayat 1 huruf (a) maka pelaksanaan
eksekusi Hak Tanggungan dapat dilakukan oleh pemegang hak
tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum. Eksekusi
berdasarkan pasal 6 UUHT, yakni apabila debitor cidera janji, maka
berdasarkan hak pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual
obyek Hak Tanggungan. (vide pasal 20 ayat 1 huruf (a) UUHT).
- Bahwa pelaksanfaan lelang berdasarkan Pasal 6 UUHT merupakan
kewenangan yang diberikan oleh undang-undang (ex lege) kepada
pemegang hak tanggungan pertama untuk melakukan penjualan melalui
pelelangan umum atas aset yang dijadikan sebagai jaminan apabila debitor
cidera janji.
- Bahwa dengan demikian undang-undang memberi kewenangan kepada
kreditor untuk melaksanakan eksekusi Hak Tanggungan tanpa memerlukan
persetujuan pihak manapun. Jadi sesungguhnya pelaksanaan pasal 6
UUHT (dalam Peraturan Menteri Keuangan disebut lelang eksekusi pasal 6
UUHT) tidak berkaitan langsung dengan titel eksekutorial yang tercantum
pada Sertifikat Hak Tanggungan (vide pasal 14 UUHT).
- Bahwa pengaturan mengenai Hak Tanggungan yang terdapat dalam UUHT
Pasal 8 ayat (1) ini menyebutkan bahwa pemberian hak tanggungan adalah
orang perseorangan atau badan hukum yang mempunyai kewenangan
untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek Hak Tanggungan yang
bersangkutan. Berdasarkan pasal ini maka jelas bahwa orang dapat
melakukan penjaminan kepada perorangan lainnya atas suatu benda tidak
bergerak atas kreditur dan debitur keduanya adalah subjek hukum yang
bukan badan hukum. Terkait dengan kasus diatas, maka jelas bahwa
perbuatan hukum yang dilakukan oleh Penggugat dan Tergugat adalah
perbuatan yang boleh dilakukan menurut UUHT. Sebagaimana hak
tanggungan mengatur bahwa objek dalam UUHT adalah benda yang tidak
bergerak, maka terkait dengan kasus diatas bahwa apa yang menjadi
objeknya adalah tanah milik Penggugat yang menjadi jaminan. Dalam
UUHT menjelaskan bahwa Pengaturan mengenai hak tanggungan tersebut
tidak hanya mengatur mengenai subjek dan objek hukum dalam Hak
Tanggungan tetapi juga mengatur bagaimana sifat, tahapan dan
pelaksanaan hak tanggungan. Salah satu dari beberapa sifat hak
tanggungan menurut UUHT pasal 6 menyebutkan bahwa apabila debitur
cidera janji maka kreditur sebagai pemegang hak tanggungan pertama
mempunyai hak untuk untuk menjual objek hak tanggungan dibawah
kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan
piutangnya dari hasil penjualan tersebut.
- Bahwa dengan adanya sifat ini, jika debitur cidera janji maka kreditur
sebagai pemegang hak tanggungan tidak perlu memperoleh persetujuan
dari pemberi hak tanggungan yang menjadi jaminan hutang. Ketentuan ini
memang jelas mengatur pemberian hak tanggungan kepada kreditur.
- Bahwa pada dasarnya setiap orang dapat membuat perjanjian, namun
setiap orang yang mengikatkan diri pada suatu perjanjian tersebut haruslah
memenuhi syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata pasal
1320. Pasal ini berlaku untuk setiap jenis perjanjian yang ada, termasuk
perjanjian tersebut adalah perjanjian hutang piutang. Sebagaimana telah
dijelaskan diatas bahwa isi perjanjian harus memperhatikan pada prinsip-
prinsip perjanjian yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Salah satu prinsip tersebut harus dilihat dari asas kebebasan
berkontrak, bahwa isi-isi dari suatu perjanjian dapat dibuat secara bebas,
namun asas ini juga membatasi bahwa suatu perjanjian tidak boleh
menyimpang dari apa yang telah diatur dalam undang-undang.
Berdasarkan hal ini maka jelaslah bahwa asas ini menghendaki para pihak
untuk membuat isi perjanjian tidaklah melawan hukum.
- Bahwa ketentuan yang diatur dalam pasal ini yang terdiri atas syarat
subjektif dan syarat objektif. Nunung dan Hani telah memenuhi apa yang
diatur dalam KUH Perdata pasal 1320. Dapat dilihat bahwa para pihak yang
membuat perjanjian tersebut adalah subjek hukum yang sudah cakap
hukum, mereka adalah orang yang mengikatkan diri dalam perikatan
tersebut berdasarkan kesepakatan.
- Bahwa dalam suatu ketentuan tanah harus memuat suatu pendaftaran
tanah yang bertujuan untuk memberikan jaminan kepastian hukum dan
perlindungan hukum dalam pendaftaran tanah, kepada pemegang hak milik
yang bersangkutan diberikan sertifikat sebagai tanda bukti haknya. Dengan
demikian jaminan kepastian hukum pendaftaran tanah hak milik meliputi
kepastian hak milik atau tanah yang didaftar, kepastian tentang subjek atau
pemegang hak milik yang didaftar dan kepastian tentang objek tanah hak
milik dapat diketahui dengan pasti nama atas tanah, letak tanah, batas-
batas tanah dan luas tanah serta berbatasan dengan siapa. Di dalam
ketentuan Pasal 37 ayat (1) PP 24/1997 suatu peralihan hak atas tanah
hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT
yang berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

II. DALAM POKOK PERKARA

- Bahwa, telah terjadi perjanjian utang-piutang antara Tuan Aminullah dengan


Tergugat 1 pada bulan April tahun 2008 dihadapan Kepala Desa dan
Sekretaris Desa Sui. Rengas bertempat di Kantor Desa Sui. Rengas dengan
pinjaman uang dari Tergugat 1 kepada Tuan Aminullah sebesar Rp
250.000.000,00
- Bahwa atas dasar kesepakatan yang dilakukan oleh Tuan Aminullah dan
Tergugat 1, tenggat waktu pembayaran perjanjian utang-piutang tersebut
paling lama adalah bulan Mei tahun 2012
- Bahwa, untuk menjamin pelaksanaan perjanjian tersebut, Tuan Aminullah
menyerahkan Surat Keterangan Tanah No.101/SKT/Sui.Rengas/1980 sebagai
jaminan hutangnya kepada Tergugat 1 dan diizinkan untuk mengelula dan
mengambil hasil dari seluruh kebun kelapa di atas tanah tersebut tiap hari
- Bahwa, perjanjian yang dilakukan oleh Tuan Aminullah dan Tergugat 1
mengalami wanprestasi dan tertanggal 16 Maret 2022, bahwa perjanjian
tersebut sudah daluarsa.
- Bahwa Tuan Aminullah meninggal dunia pada Bulan Juni tahun 2010 sebelum
perjanjian utang-piutang selesai dan tidak ada pelunasan yang dilakukan oleh
pihak Penggugat sampai pengadilan ini berlangsung
- Bahwa, selama kurun waktu +-9 Tahun tidak ada pengambilan tindakan yang
dilakukan oleh pihak ahli waris terhadap kepemilikan Tanah
No.101/SKT/Sui.Rengas/1980 sampai pengadilan ini berlangsung.
- Bahwa, dalam gugatan Penggugat Posita 1.5 Penggugat mendalilkan telah
terjadi konflik yang terus menerus selama lebih dari 2 tahun terhitung sejak
tanggal 21 Maret 2016 sampai dengan sekitar bulan Juni 2018.
- Bahwa, seperti Majelis Hakim ketahui bahwa gugatan penggugat baru dibuat
pada tanggal 20 Mei 2018 dan diajukan pendaftarannya ke Pengadilan pada
tanggal 1 Juni 2018. Maka tidak masuk akal jika Penggugat mendalilkan
bahwa pertengkaran terjadi sampai dengan sekitar Bulan Juni 2018 tanpa
menyebutkan secara jelas tanggal yang dimaksud.

Berdasarkan uraian seluruh dalil dan fakta hukum tersebut di atas, Tergugat
mohon agar Majelis Hakim berkenan menjatuhkan putusan sebagai berikut:

MENGADILI:
DALAM EKSEPSI

1. Mengabulkan Eksepsi Tergugat untuk seluruhnya;


2. Menyatakan Gugatan Penggugat tidak dapat diterima.

DALAM POKOK PERKARA:

1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;


2. Menyatakan perjanjian utang piutang yang dilangsungkan antara Penggugat
dengan Tergugat, pada bulan April 2008 sebagaimana ternyata dari Surat
Keterangan Tanah No.101/SKT/Sui.Rengas/1980 Tanggal 1 Januari 1980
yang dikeluarkan oleh Kantor Kepala Desa Sui. Rengas Kecamatan Kakap
Kabupaten Kuburaya adalah sudah berakhir dan tidak mengikat Penggugat
dan Tergugat;
3. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya yang timbul dari perkara ini.

Atau
Jika Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo
et bono)
Hormat kami,

BASUKI Valentine Querubin Hermanto S.H., M.H


Tergugat Kuasa Hukum

Anda mungkin juga menyukai