Disusun Oleh:
FAKULTAS SYARIAH
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami bisa
menyelesaikan makalah pengantar ushul fiqih ini yang berjudul "Hukum Islam dan Unsur-Unsr
Pembentukannya"
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rahmad Setyawan, M.H.
selaku dosen mata kuliah pengantar ushul fiqih yang telah memberikan ilmunya kepada kita
semua.
Kami menyadari ada kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran dan kritik
senantiasa diharapkan demi perbaikan tugas makalah ini. Kami juga berharap semoga makalah
ini mampu memberikan pengetahuan kepada semua yang membacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam adalah salah satu agama samawi yang diturunkan Allah Swt kepada rasul-
Nya Muhammad Saw. Beliau menjadi penerima wahyu dan sekaligus menyampaikan wahyu
tersebut kepada umatnya, itulah yang disebut sebagai tugas rasul. Salah satu dari beberapa
macam wahyu yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad adalah Al-Quran. Al-quran
adalah wahyu yang berbentuk fisik yang diterima Nabi Muhammad. Dan Alquran adalah
pedoman kehidupan manusia, baik itu pedoman berupa perintah, larangan, anjuran, atau
disimpulkan sebagai sumber hukum dalam hidup manusia, dan alquran juga berisikan sejarah
masa lalu, dan berita umat yang akan datang.
Selain Al quran, yang dijadikan sumber hukum adalah Hadis Nabi Muhammad Saw.
Fungsi dari hadits tersebut adalah sebagai penjelas dalam atau menerangkan kalimat-kalimat
yang ada dalam Al quran. Dalam hal ini sesuai dengan kemajuan zaman, dan perbedaan
budaya dalam hidup manusia, terkadang ada hukum-hukum yang ditetapkan pada zaman
Nabi Muhammad tidak relefan dengan keadaan setelahnya. Juga ada hal-hal atau peristiwa-
peristiwa yang terjadi sekarang, belum terjadi pada zaman rasul, sahabat dan tabi’in, yang
berakibat belum jelasnya status suatu hukum pada peristiwa tersebut. Dalam mengatasi
hukum-hukum yang berkenaan dengan masalah diatas, maka yang menjadi acuan adalah
hasil dari Ijma’ Ulama.
Hukum yang diatur Al-qur’an dan hadits ada juga ditemukan pembahasan-pembahasan
hukum secara global, namun dalam paradikma para ulama hal tersebut adalah sebuah
khazanah pengetahuan dalam islam, dan hal seperti itu adalah dalam wilayah-wilayah
pembahasan Ushul Fiqh. Seperti yang akan dibahas dalam makalah ini adalah tentang Al
hukmu,Al Hakim,Mahkum Bih dan juga Mahkum alaih
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas pada makalah kali ini adalah:
C. Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui dan memahami apa saja pengertian dan penjelasan al ahkam
2.Untuk mengetahui dan memahami apa saja penjelasan terhadap mahkum bih, mahkum alaih, al
hukmu dan al hakim
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian al ahkam
Al-ahkam dilihat dari segi bahasa merupakan bentuk jamak dari kata hukmun yang
artinya keputusan / ketetapan. Sedangkan menurut istilah dalam ushul fiqih yaitu
"Apa-apa yang ditetapkan oleh seruan syari'at yang berhubungan dengan perbuatan
mukallaf (orang yang dibebani syari'at) dari tuntutan atau pilihan atau peletakan"
Dari pengertian diatas terdapat tiga poin yang menjadi bentuk dari Al-Ahkam
1. Tuntunan
Tuntunan dalam hal ini dapat berupa tuntunan melakukan sesuatu (perintah) atau pun
tuntunan untuk meninggalkan sesuatu (larangan) baik itu berupa keharusan (wajib)
ataupun hanya keutamaan
2. Pilihan
Sesuatu hal yang dalam melakukan ataupun meninggalkannya tidak ada suatu ketentuan
syara’ yang mengatur maka akan menjadi suatu kebebasan untuk memilih melakukan
ataupun tidak atau sering disebut mubah
3. Peletakan
Wadh’i adalah suatu hal yang diletakkan oleh pembuat syari'at dari tanda-tanda, atau
sifat-sifat untuk ditunaikan atau dibatalkan. Seperti suatu ibadah dapat dikatakan “sah”
atau “batal”.
Al-ahkam dalam bahasan ilmu ushul fiqih adalah hukum-hukum yang hanya terkait
dengan amalan manusia yang bersifat dhohir. Menurut istilah ahli fiqh, yang disebut
hukum adalah bekasan dari titah Allah atau sabda Rasulullah SAW. Apabila disebut
syara’ maka yang dikehendaki adalah hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia,
yaitu yang dibicarakan dalam ilmu fiqh, bukan hukum yang berkaitan dengan akidah dan
akhlak.2 Jadi, tidak termasuk bahasan al-hakam dalam ushul fiqih hukum-hukum yang
bersifat bathiniyah seperti hukum aqidah dan akhlaq.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut istilah ahli fiqh, yang disebut hukum adalah bekasan dari titah Allah atau
sabda Rasulullah SAW. Apabila disebut syara’ maka yang dikehendaki adalah hukum
yang berkaitan dengan perbuatan manusia, yaitu yang dibicarakan dalam ilmu fiqh,
bukan hukum yang berkaitan dengan akidah dan akhlak. Jadi, tidak termasuk bahasan al-
hakam dalam ushul fiqih hukum-hukum yang bersifat bathiniyah seperti hukum aqidah
dan akhlaq.
Dalam ushul fiqih hukum hukum-hukum syariat di bagi menjadi dua macam.
Al-Ahkam at-Taklifiyyah (hukum taklifiyah)
Al-Ahkam al-Wadh'iyyah (hukum wadh’iyah)
Unsur-Unsur Hukum Islam yaitu Mahkum Bih, Mahkum ‘Alaih,Al-Hukmu dan Al-
Hakim.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. Nasrun Haroen Ushul Fiqh I(Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997), 298-303.