MINGGU KE – 1
PENGANTAR
KOMUNIKASI ARSITEKTUR
Sebagai makhluk sosial, manusia dikaruniai oleh Tuhan dengan berbagai perangkat
komunikasi canggih yang tidak dimiliki oleh makhluk yang lain. Sebagai contoh,
manusia dapat berbicara dengan sesamanya dengan menggunakan lidah, pita
suara, bahasa yang beraneka-ragam, dan lebih dari itu, manusia menciptakan
berbagai alat komunikasinya sendiri – hal yang bisa dilakukan oleh binatang adalah
dengan menggunakan lidahnya. Penelitian menunjukkan bahwa ikan Paus juga
dapat berkomunikasi dengan menggunakan frekuensi suara yang berubah-ubah.
Sehingga pada saat salah satu ikan paus terdampar di pantai, teman-temannya
akan berdatangan untuk menolong – yang akhirnya ikut terdampar juga.
Salah satu hal yang membuat manusia berbeda dari makhluk yang lain adalah
karena manusia memiliki otak yang sangat cerdas. Dengan kemampuan otaknya
ini, manusia dapat menciptakan alat yang dapat dipergunakan untuk mengatasi
kekurangan-kekurangan yang ada dalam dirinya.
Penggunaan berbagai media tadi tentu harus diselaraskan dengan tujuan yang
ingin dicapai oleh si perancang. Sebagai contoh: Penggunaan media sketsa
biasanya diperlukan pada saat si perancang membutuhkan solusi yang tepat dalam
waktu yang relatif singkat. Meskipun dewasa ini dimungkinkan untuk menghasilkan
gambar dengan media audio visual, atau animasi 3D, namun kecermatan dalam
memilih media apa untuk tujuan apa, menjadi sebuah ciri kematangan pengambilan
keputusan. Dengan demikian, gagasan si perancang dapat disampaikan dengan
cara yang tepat.
Arsitek dalam pekerjaannya sebagai seorang perancang, berada dalam situasi yang
dituntut untuk berpikir secara kreatif dalam upayanya untuk mewujudkan rancangan
yang di masa kini dan masa yang akan datang dapat mewadahi kebutuhan
masyarakat akan sebuah lingkungan binaan. Perancangan dalam konteks Arsitektur
merupakan sebuah proses pemecahan masalah di masyarakat yang sifatnya
kompleks, saling terkait, dan menyeluruh. Hal ini harus dapat dimengerti oleh
berbagai pihak yang terlibat sehingga ada kesepahaman dalam melihat
kemungkinan solusinya. Komunikasi grafis dengan menggunakan media sketsa,
gambar dua dimensi, gambar tiga dimensi, foto-foto, gambar bergerak, animasi,
serta penjelasan-penjelasannya, merupakan media yang efektif untuk
menyampaikan gagasan-gagasan perancang kepada pihak lain.
SEJARAH KOMUNIKASI
Pada zaman dahulu kala, manusia berusaha merekam pesan yang ingin mereka
sampaikan dalam bentuk figur yang dipahatkan di dinding-dinding gua tempat
mereka tinggal saat itu. Hal ini dilakukan sebelum ditemukannya bentuk alfabet /
huruf seperti yang kita gunakan saat ini. Bentuk / figur-figur itu mereka pahatkan
dengan harapan bahwa pesan yang ingin mereka sampaikan dapat langsung
terbaca dan dimengerti oleh pembacanya. Sehingga dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sejak awal manusia menyampaikan / mengabadikan pesannya
dengan menggunakan media komunikasi grafis agar dapat lebih mudah dimengerti
dan dipahamai oleh pembacanya.
Menurut Mary V. Knackstedt di dalam buku "Marketing and Selling Design Services"
(1993: 134), proses "menjual" suatu ide gagasan desain, akan melalui beberapa
tahap kegiatan, seperti:
- menyusun rencana pemasaran (market plan)
- membuat pertemuan (contacts)
- menggali dan menahani keinginan pemilik (observation and documentation
of need)
- membuat desain (presentation)
- presentasi desain (presentation)
- memperoleh persetujuan dari pemilik proyek (approval) dan
- penelitian kembali terhadap ide gagasan semula (confirmation).
Dengan demikian bagaimana teknik dan strategi menjual ide gagasan yang sering
dipergunakan oleh seorang arsitek atau konsultan perencana ketika memasarkan
ide gagasannya (marketing), bagaimana teknik dan strategi yang sering
dipergunakan oleh seorang arsitek atau konsultan perencana ketika ingin
memperoleh persetujuan (approval) pada tahap penyusunan gambar pra-rancangan
(preliminary design) ataupun tahap pengembangan rancangan (design
development), serta bagaimana teknik dan strategi yang sering dipergunakan oleh
seorang arsitek atau konsultan perencana ketika ide gagasan tersebut sedang
dilaksanakan di lapangan (construction), merupakan permasalahan-permasalahan
pokok yang sering dihadapi oleh seorang arsitek atau konsultan arsitektur.
Seorang arsitek atau sebuah perusahaan konsultan arsitektur adalah seorang atau
sebuah badan yang pekerjaan sehari-harinya adalah memberikan bantuan jasa bagi
masyarakat yang membutuhkannya. Dan ternyata keberhasilannya dalam
memberikan jasa tersebut sangat tergantung pada caranya berkomunikasi dengan
kliennya. Padahal klien seorang arsitek, dapat terdiri dari seorang, sekelompok
orang, sebuah organisasi atau bahkan sebuah negara. Sehingga dengan demikian,
hal tersebut menuntut tata cara tersendiri yang harus dipikirkan secara matang.
Di dalam teknik dan strategi "menjual" ide gagasan, arsitek-arsitek Indonesia sering
kali kalah bersaing apabila harus berhadapan dengan arsitek-arsitek luar negeri.
Sementara arsitek-arsitek luar negeri dengan teknik presentasi serta dukungan alat-
alat komunikasi yang tepat mampu "menjual" ide gagasannya dengan baik, arsitek-
arsitek Indonesia masih mempergunakan teknik dan strategi menjual dan alat-alat
komunikasi yang masih konvensional.
Di dalam era globalisasi sekarang ini, di mana sekat-sekat pembatas antar negara
menjadi semakin transparan, maka persaingan di dunia arsitektur pun akan menjadi
semakin ketat. Saat ini arsitek dari manca negara dengan leluasa dapat membuka
"praktek" di Indonesia. Kondisi tersebut menuntut kesiapan arsitek-arsitek Indonesia
untuk dapat mengantisipasi perkembangan zaman, dengan mempelajari berbagai
teknik dan strategi "menjual" ide gagasan yang selalu berkembang seiring dengan
perkembangan teknologi.
Media atau alat komunikasi yang sering dipergunakan dalam presentasi dan
komunikasi arsitektur, seperti: gambar, foto, komputer dan LCD, slide projection,
OHP, video tape, film, dan maket, mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Dengan
demikian, melalui pemahaman karakteristik masing-masing alat tersebut, maka
dapat ditentukan kapan dan di mana alat tersebut harus dipergunakan.
3. yang dimengerti mungkin tidak disetujui oleh pendengar (Hal ini dapat terjadi
karena sebab-sebab yang rasional atau karena sebab-sebab yang lain)
DAFTAR PUSTAKA