DIAJUKAN OLEH :
DISUSUN OLEH :
NAMA : DHANITYA PUTRA PRAWIRA,SH
PANGKAT/GOL : YUANA WIRA TU (III/a)
NIP/NRP : 19930425 201902 1 003 / 61993349
PPPJ/KELAS : PPPJ 77 / KELAS VI
NO. PESERTA : 13
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
ini, yang merupakan salah satu syarat untuk dinyatakan lulus sebagai Jaksa
serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
sebagai suri tauladan dan penuntun jalan kebaikan bagi seluruh umat manusia.
75/PID.SUS/2020/PN.KFM)
Kertas kerja ini penulis buat guna memenuhi salah satu persyaratan yang
Pembuatan kertas kerja ini penulis sadari tidak akan berhasil tanpa ada
bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati
i
Untung Arimuladi, SH. MHum yang telah menyediakan sarana dan prasarana
bagi penulis dan peserta diklat lainnya dalam mengikuti diklat PPPJ tahun
2020;
3. Yth. Bapak Judhy Sutoto, S.H.M.H. selaku Kepala Pusat Diklat Teknik
pengetahuan dan membuka wawasan untuk penulis dalam dunia hukum baik
7. Orang tua saya khususnya Ibu Tercinta Hj. Retno Wulandari, S.Pd., M.M,
keluarga, serta kekasih tercinta Afissa Rahma Ayunda, S.Kep.Ns yang selalu
memberikan do’a, semangat dan dukungan yang tidak ternilai bagi Penulis
dan sahabat penulis yang telah bersama suka dan duka selama 4 (empat)
bulan ini.;
ii
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
Penulis menyadari bahwa pembuatan kertas kerja ini masih jauh dari
sempurna, Semoga kertas kerja ini dapat bermanfaat di masa yang akan datang.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
1. Maksud .......................................................................... 6
2. Tujuan ............................................................................ 7
NOMOR:75/PID.SUS/2020/PN.KFM .................................. 25
iv
C. URGENSI VISUM ET REPERTUM DALAM HAL
PENCABULAN……………………………………… .............. 33
A. KESIMPULAN .................................................................... 40
B. SARAN .............................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan moral manusia. Bahwa interaksi satu dengan lainnya ini sering
adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang dengan itu kita berkata
bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moraliats
1Poespoprodjo, Filsafat Moral Kesusilaan Dalam Teori dan Praktek. Remadja Karya CV
Bandung,1986.. hlm. 102.
1
maupun sosial. Untuk itu, perlu dilakukan upaya perlindungan untuk
internasional.2
yang dekat atau yang dikenal oleh anak, seperti orang tua kandung,
orang tua tiri anak, kakek tetangga, sahabat dari orang tua atau teman,
pengasuh, guru maupun orang yang sama sekali tidak dikenal oleh
korban.
2
santun (rasa susila) setempat adalah wajar. Namun, bila itu tidak
disebutkan baik dalam pasal 289 KUHP maupun dalam Pasal 76E
pengetahuan ini.5
4 Ibid.
5 Arsyadi, Fungsi dan Kedudukan Visum et Repertum dalam Perkara Pidana, Jurnal
Ilmiah Universitas Tadulako, Fakultas Hukum, Tadulaku, 2014, Vol 2, Edisi 2,
3
Bahwa dalam hal pembuktian hukum pidana berdasarkan pasal
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
Visum et Repertum juga di atur dalam pasal 133 ayat (1) KUHAP.7
Repertum dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada
korban dan membuat terang suatu tindak pidana. bahwa terhadap tindak
6 Pasal 184 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
7 Pasal Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
4
dapat berupa paksaan tersebut harus dituangkan dalam Visum et
dengan terdakwa Agustinus Binsasi Alias Agus yang terbukti secara sah
75/Pid.Sus/2020/PN.Kfm)
B. RUMUSAN MASALAH
Nomor:75/Pid.sus/2020/PN.Kfm?
5
2. Bagaimanakah Urgensi Visum et Repertum dalam hal Pembukian
Nomor:75/Pid.sus/2020/PN.Kfm
➢ Maksud :
Nomor:75/Pid.sus/2020/PN.Kfm;
Nomor:75/Pid.sus/2020/PN.Kfm
6
➢ Tujuan :
1. Tujuan Akademis :
2. Tujuan praktis :
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. VISUM ET REPERTUM
dari arti etimologi atau tatabahasa, kata “visum” atau “visa” berarti tanda
B. TINDAK PIDANA
8
strafbaarfeit kemudian diterjemahkan dalam berbagai terjemahan dalam
pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan
9
dan diancam pidana asal saja dalam hal itu diingat bahwa larangan
formil);
4Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Cet. 6, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm. 55.
5 Eddy O.S. Hiariej, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pustaka,
Yogyakarta,2016, hlm.122
10
Moeljatno,”apakah in konkreto, yang melakukan perbuatan pidana tadi
6 Chairul Huda, dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada
2014, hlm.43.
11
Bahwa dalam mengenai definisi anak menurut undang-undang
yaitu diatur dalam pasal 1 ayat (1) uu 23 tahun 2002 yaitu Anak adalah
Dijelaskan dalam (Pasal 1 Ayat (3)) Anak adalah anak yang telah berumur
12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang
pada usia itulah si anak bukan lagi termasuk atau tergolong anak tetapi
sudah dewasa9
12
BAB III
LANDASAN TEORI
1. Asas Keadilan
nederlandse recht oleh Oetarid Sadino, Pradnya Paramita, Jakarta, Cetakan XXIV, 1990, hlm.
12.
13
rasional yang berkehendak untuk mengembangkan kepentingannya
yang dibayangkan. Adil bagi kelompok tertentu belum tentu adil bagi
2. Asas Kemanfaatan
Dalam Putusan Hakim, Sinar Grafika, Jakarta Timur, 2019, hlm. 107
14
sebaliknya, penegakan hukum malah menimbulkan keresahan
masyarakat.
5 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (suatu kajian filosofis dan sosiologis, Candra
Parata, Jakarta,1990, hlm. 88
15
lebih tertib. Hukum bertugas untuk menciptakan kepastian hukum
hukum dapat pula berarti hal yang dapat ditentukan dari hukum, dalam
16
bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh
segi yaitu:9
menurut Lilik Mulyadi, ilmu hukum acara pidana mengenal 3 (tiga) teori
positif yaitu dengan titik tolak adanya alat bukti yang secara limitatif
8 Riduan Syahrani, rangkuman intisari ilmu hukum, penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung,
1999, hlm. 23.
9 Asser C dan Paul Scholten, Penuntutan dalam mempelajari hukum perdata belanda
17
Kedua, teori hukum pembuktian menurut keyakinan hakim.
18
berdasarkan pada keyakinan saja, dan tidak perlu mempertimbangkan
yang dibentuknya itu logis atau tidak logis. Bekerjanya sistem ini benar-
bukti tertentu yang harus dipergunakan dan syarat serta cara-cara hakim
terbuka peluang yang besar untuk terjadi praktek penegakan hukum yang
Raisonne)
19
disebutkan dalam Undang-Undang maupun di luar Undang-Undang.
Bewijstheorie)
13Ibid
14 Jur Andi Hamzah. Hukum Acara Pidana Indonesia, Cet. keenam, Edisi Kedua, Sinar
Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 253
20
dahulu oleh undang-undang, baik mengenai alat-alat buktinya maupun
Keyakinan hakim sama sekali tidak penting dan bukan menjadi bahan
Bewijstheorie)
21
disertai pula keyakinan bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak
fakta yang diperoleh dari alat bukti yang ditentukan dalam undang-
KUHAP menganut sistem ini. Hal ini dapat terlihat dari isi Pasal 183
KUHAP yaitu:
dalam teori ini kriteria untuk menentukan bersalah dan tidaknya seorang
22
b. Bahwa atas dua alat bukti yang sah tersebut hakim memperoleh
dirinya.”
berpangkal tolak pada keyakinan hakim dan dasar konklusinya yang tidak
yang telah disebutkan oleh undang-undang secara limitatif, tetapi hal itu
23
BAB IV
PEMBAHASAN
A. KASUS POSISI
kamis tanggal 02 Januari 2020 sekira pukul 16.00 Wita atau setidak
tidaknya pada waktu lain dalam bulan januari tahun 2020, bertempat di
kios terdkwa di Naiola RT 004 RW 001 Desa Naiola Kec. Bikomi Selata
sebagai berikut:
terdakwa. Kemudian anak berkata kepada terdakwa “om saya mau beli
24
LELANG Alias RIRIN kemudian terdakwa dengan tangan kanannya
LELANG Alias RIRIN biscuit malkist coklat dan berkata, “pi jangan kasi
LELANG Alias RIRIN pulang namun terdakwa masih berkata lagi “nanti
Polres TTU.
NOMOR:75/PID.SUS/2020/PN.KFM
surat. Hal ini didasarkan pada ketentuan Pasal 187 KUHAP yang
menyatakan:
a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh
25
yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang
atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk
d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi
sebagai fakta atau bukti tindak pidana yang berhubungan dengan tubuh,
diserahkan saja pada penilaian hakim. Oleh karena itu penuntut umum
1
Diakses https://doktersehat.com/visum/ diakses pada tanggal 28 November 2020 pada
pukul 23.21 WITA
26
berusaha membuktikan kesalahan terdakwa di persidangan, berarti
beban pembuktian perkara pidana ada pada penuntut umum yang dalam
usaha mencari kebenaran materiil dan hakim tetap dibatasi pada alat-alat
2Jurnal “Arti visum et repertum sebagai alat bukti dalam penanganan tindak pidana
perkosaan” Diponegoro law Jurnal, Volume 5, Nomor 3, 2016, hlm 12
28
maka hakim sebelum menjatuhkan pidana telah menetapkan
membujuk anak” sebagai unsur obyektif dari suatu delik itu sendiri,
benar terjadi perbuatan cabul atau tidak barulah dapat di buktikan unsur
adalah suatu Tindakan aktif dari pelaku tindak pidana tanpa melihat
Tindakan perserta lainnya, atau perbuatan yang secara alami muncul dari
29
Commisionis per ommissionis commissa yang artinya delik yang berupa
sebagai sub unsur terhadap suatu tindakannya, jika salah satu perbuatan
30
memberikan 1 (satu) bungkus biscuit malkist coklat ukuran kecil dengan
harga Rp. 10.000 (sepuluh ribu) kepada anak korban secara Cuma-Cuma
karena saat itu anak korban yang meminta kepada terdakwa dengan
anak korban.
anak korban adalah “memaksa dan melakukan bujuk rayu anak untuk
apabila salah satu perbuatan telah terpenuhi maka unsur ini dianggapa
terpenuhi.
4
Pertimbangan Majelis Hakim Putusan Pengadilan Negeri Kefamenanu
Nomor:75/Pid.Sus/2020/Pn.Kfm Tahun 2020,Kefamenanu Hal.19
31
pidana pencabulan terhadap anak khusunya dalam Putusan Pengadilan
pembuktian, majelis hakim mengacu alat bukti lain yang diperoleh dari
dijadikan alat bukti petunjuk. Bahwa dalam hal pembuktin majelis hakim
32
C. Urgensi Visum et Repertum dalam hal Pembukian Tindak Pidana
Pencabulan
pidana kesusilaan/pencabulan adalah salah satu alat bukti yang sah dan
penting sesuai pasal 184 ayat (1) KUHAP butir c yaitu surat, dalam proses
Visum Et Repertum pada hakikatnya adalah alat bukti yang sah. Visum Et
Repertum termasuk alat bukti surat dimana dibuat atas sumpah jabatan,
pada keterangan ahli yang mana keterangan ahli itu sendiri harus
33
Hakim, penuntut umum, terdakwa dan penasehat hukum, semua
terikat pada ketentuan tata cara dan penilaian alat bukti yang ditentukan
Bagi pengadilan, kesaksian korban dipandang oleh karena saksi ini dalam
alat bukti petunjuk sesuai dengan ketentuan pasal 188.alat bukti yang ada
34
Berlandaskan alasan – alasan tersebut diatas yang ingin penulis
pidana Indonesia tidak ada satu alat bukti pun yang dapat dikatakan
harus TETAP didasarkan dengan 2 alat bukti yang sah ditambah dengan
alat bukti surat yang diajukan tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan harus
alat bukti Visum et Repertum tidak ada, maka keyakinan dari hakim
pidana, dapat berkedudukan sebagai alat bukti surat dan alat bukti
keterangan ahli. Dimana Alat Bukti Surat yang tertuang dalam Pasal 187
huruf c KUHAP yakni “surat keterangan dari seorang ahli yang memuat
Keterangan ahli (Pasal 1 Stb. 1937-350 jo Pasal 184 ayat (1) huruf b Kitab
35
350 menyatakan bahwa “Visa Reperta seorang dokter, yang dibuat baik
sebagai alat bukti berupa surat yang dimana di dalam Pasal 187
tidak dapat alat bukti dikatakan yang berdiri sendiri. Sehingga adanya
36
telah melakukan suatu tindak pidana. Hal ini sesuai dengan prinsip
bantuan kepada ahli dalam hal ini psikiater atau psikolog untuk
8 Abdul Mun’im Idriest dan Agung Legowon Tjiptomartono, Penerapan Ilmu Kedokteran
Forensik dalam Proses Penyidikan Edisi Revisi, Sagung Seto, Jakarta, 2005, hlm. 160
9 http://.kompasiana.polhukam.com/hukum/2013/06/16/3/473388/pengaduan-kdrt-dan-
37
kesimpulan yang dapat dijadikan pertimbangan hakim dalam menentukan
telah terjadi tindak pidana atau tidak dan menentukan kesalahan terdakwa
di persidangan.10
diatur dalam Pasal 180 ayat (1) KUHAP. Demikian juga dalam penjelasan
Pasal 186 diterangkan bahwa “keterangan ahli ini dapat juga sudah
10Ibid.
11Jurnal “Arti visum et repertum sebagai alat bukti dalam penanganan tindak pidana
perkosaan” Diponegoro law Jurnal, Volume 5, Nomor 3, Semarang, 2016, hlm 12
38
kesalahan terdakwa (baik kesengajaan maupun kelalaian), serta dapat
pidana lolos dari jerat hukum dan mempermudah untuk membentuk suatu
39
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bahwa untuk mencari dan menemukan kebenaran materiil (kebenaran
yang sesungguhnya), sebagaimana diuraikan dalam surat dakwaan jaksa
penuntut umum terhadap terdakwa adalah benar-benar terjadi, dan benar
terdapat kesalahan terdakwa (baik kesengajaan maupun kelalaian), serta
dapat dipertanggungjawabkannya tindak pidana tersebut oleh terdakwa
walaupun dengan tidak adanya Visum et Repertum dalam tindak pidana
pencabulan terhadap anak khususnya dalam Putusan Pengadilan Negeri
Kefamenanu NOMOR:75/PID.SUS/2020/PN.KFM dalam hal menjatuhkan
majelis hakim telah sesuai dengan ketentuan pasal 183 KUHAP yaitu
adanya minimal 2 (dua) alat bukti dan ditambah keyakinan hakim.
2. Bahwa Kekuatan hukum Visum et Repertum adalah sangat mutlak atau
sempurna dalam kasus tertentu seperti kasus Pencabulan. Alat bukti bukti
Visum et Repertum sebagai alat bukti surat yang diajukan tersebut tidak
dapat berdiri sendiri dan harus dilengkapi dengan alat bukti lainnya sesuai
dengan ketentuan. Apabila alat bukti Visum et Repertum tidak ada, maka
keyakinan dari hakim mendasari dalam pengambilan putusannya majelis
hakim, dengan demikian tidak mutlak menggantungkan putusannya
kepada ada atau tidaknya Visum et Repertum.
B. Saran
1. Pengaturan mengenai alat bukti yang sah dalam pemeriksaan
tindak pidana Pencabulan memerlukan peran aparat hukum untuk
berusaha melengkapi salah satu alat bukti yang sah, yaitu alat bukti surat
Visum et Repertum dengan suatu alat bukti yang sah lainnya, seperti
keterangan ahli, keterangan saksi, petunjuk, dan keterangan terdakwa.
2. Untuk mencari dan menemukan kebenaran materiil (kebenaran yang
sesungguhnya), yaitu bahwa tindak pidana sebagaimana diuraikan dalam
40
surat dakwaan jaksa penuntut umum terhadap terdakwa adalah benar-
benar terjadi, dan benar terdapat kesalahan terdakwa. dan menghindari
alat bukti yang minim dipersidangan, alangkah baiknya jaksa penuntut
umum menambahkan Visum et Repertum sebagai alat bukti tambahan
untuk mencegah pelaku tindak pidana lolos dari jerat hukum dan
mempermudah untuk membentuk suatu keyakinan hakim bahwa benar-
benar terdakwa bersalah melakukannya sesuai dengan ketentuan pasal
183 KUHAP.
41
DAFTAR PUSTAKA
1. BUKU
Abdul Mun’im Idriest dan Agung Legowon Tjiptomartono, Penerapan Ilmu
Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan Edisi Revisi, Sagung
Seto, Jakarta, 2005.
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (suatu kajian filosofis dan sosiologis, Candra
Parata, Jakarta,1990.
Adami Chazawi. Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi.Cet.1, Bayu Media
Pulishing, Malang, 2011.
Asser C dan Paul Scholten, Penuntutan dalam mempelajari hukum perdata
belanda bagian umum, Gajah Mada University Press, Yogyakarta,
1983
Bisma Siregar, Keadilan Hukum dalam Berbagai aspek Hukum Nasional,
Rajawali, Jakarta,1986.
Chairul Huda, dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada
Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan; Tinjauan Kritis
Terhadap Teori Pemisahan Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban
Pidana, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2006.
Didik Endro Purwoleksono, Hukum Acara Pidana, Airlangga University Press,
Surabaya, 2015.
Eddy O.S. Hiariej, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pustaka,
Yogyakarta,2016.
Jur Anrdi Hamzah. Hukum Acara Pidana Indonesia, Cet. keenam, Edisi Kedua,
Sinar Grafika, Jakarta, 2012.
Kartonegoro, Diktat Kuliah Hukum Pidana, Balai Lektur Mahasiswa,
Jakarta.2002.
Lilik Mulyadi. Pembalikan Beban Pembuktian Tindak Pidana Korupsi. Alumni,
Bandung, 2007.
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Cet. 6, Rineka Cipta, Jakarta, 2000.
42
Margono, SH, M.Hum, MM, Asas Keadilan, Kemanfaatan dan Kepastian Hukum
Dalam Putusan Hakim, Sinar Grafika, Jakarta Timur, 2019.
Poespoprodjo, Filsafat Moral Kesusilaan Dalam Teori dan Praktek. Remadja
Karya CV Bandung,1986..
R.Atang Ranoemihardja, Ilmu Kedokteran Kehakiman (Forensic Science),
Tarsito bandung ,Banding, 1991.
R. Soeparmono, Keterangan Ahli &Visum Et Repertum Dalam Aspek Hukum
Acara Pidana, CV. Madar Maju Bandung,Bandung, 2016.
Riduan Syahrani, rangkuman intisari ilmu hukum, penerbit Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1999.
Satjipto Rahardjo, “Ilmu Hukum: Pencarian, Pembebasan dan Pencerahan;
Catatan Kuliah Ilmu Hukum dan Teori Hukum, PDIH Universitas
Diponegoro, Semarang,2003.
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta,
1999, hlm. 145
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta,
1999.
Tongat, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia dalam Perpektif
Pembaharuan,UMM Press, Malang, 2009.
Van Apeldoorn, pengantar ilmu hukum, terjemahan dari inleiding tot de studie het
nederlandse recht oleh Oetarid Sadino, Pradnya Paramita, Jakarta,
Cetakan XXIV, 1990.
Wirjono Prodjodikoro. Hukum acara Pidana di Indonesia. Cetakan keduabelas,
Sumur Bandung, Bandung, 1985.
2. PERUNDANG-UNDANGAN
43
3. JURNAL
Hamidah Siadari “Arti visum et repertum sebagai alat bukti dalam penanganan
tindak pidana perkosaan” Diponegoro law Jurnal, Volume 5, Nomor 3,
2016, hlm 12
4. ARTIKEL
Artikel judul “Kekerasan Seksual: Mitos dan Realitas,Kelemahan Aturan dan
Proses Hukum, Serta Strategi Menggapai Keadilan”
5. WEBSITE
https://doktersehat.com/visum/ diakses pada tanggal 28 November 2020
http://.kompasiana.polhukam.com/hukum/2013/06/16/3/473388/pengaduan-
kdrt-dan-Visum.html. diakses pada tanggal 01 Desember 2020
6. PUTUSAN
Putusan Pengadilan Negeri Kefamenanu
NOMOR:75/PID.SUS/2020/PN.KFM,Kefamenanu 2020
44