Anda di halaman 1dari 12

KEEFEKTIFAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP PENANAMAN

NILAI-NILAI PANCASILA PADA SISWA TINGKAT SMA


Fina Afidatul Khusna
Economic Education Program, Faculty of Ecomics, State University Malang
finaafida202@gmail.com

Abstract: Virus corona telah banyak memengaruhi pada berbagai sektor yang ada adalam masyarakat. Salah
satu sektor yang terkena dampak dari adanya wabah ini adalah di bidang pendidikan. Perubahan proses
pembelajaran selalu berubah-ubah mengikuti kondisi yang terjadi di lingkungan sekitar. Seperti halnya pada
saat, banyak sekolah-sekolah yang meerapkan pembelajaran dengan sistem PTMT (Pembelajaran Tatap muka
terbatas). Selama pembelajaran tatap muka terbatas, pendidik juga ditekankan untuk memilih media
pembelajaran yang menarik guna menambah minat belajar siswa. Sumber dan media pembelajaran secara tatap
muka terbatas tentunya tidak terlepas dari unsur nilai-nilai pancasila. Penerapan nilai-nilai pancasila tersebut
yang akan menjadi salah satu cara membentuk karakter siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh
informasi terkait keefektifan pemilihan media pembelajaran terhadap penanaman nilai-nilai pancasila terhadap
siswa-siswi di tingkat SMA. Lokasi penelitian ini berada di salah satu MA di Kabupaten Blitar, lebih tepatnya
di kecamatan Udanawu yakni MA Ma’arif Udanawu .Metode yang digunakan dalam penelitian ini dalah
metode kulaitatif deskriptif dengan teknik wawancara. Wawancara ini dilakukan kepada salah satu tenaga
pendidik yang mengampu mata pelajaran ekonomi. Hasil dari penelitian ini berupa keefektifan dalam memilih
media pembelajaran untuk penanaman nilai-nilai pancasila pada siswa.

Kata kunci : keefektifan, bahan ajar, media pembelajaran, nilai pancasila

Abstract : The corona virus has affected many sectors of society. One of the sectors affected by this outbreak
is in the field of education. Changes in the learning process are always changing according to the conditions
that occur in the surrounding environment. As was the case at the time, many schools were implementing
learning with the PTMT system (Limited Face-to-face Learning). During limited face-to-face learning,
educators are also emphasized to choose interesting learning media to increase students' interest in learning.
Limited face-to-face learning resources and media are certainly inseparable from the elements of Pancasila
values. The application of these Pancasila values will be one way to shape the character of students. The
purpose of this study was to obtain information related to the effectiveness of the selection of learning media
on the inculcation of Pancasila values in students at the high school level. The location of this research is in
one of the MA in Blitar Regency, more precisely in the Udanawu sub-district, namely MA Ma'arif Udanawu.
The method used in this study is a descriptive qualitative method with interview techniques. This interview was
conducted with one of the educators who is in charge of economics. The results of this study are in the form of
effectiveness in choosing learning media for inculcating Pancasila values in students.

Keywords : effectiveness, teaching materials, learning media, Pancasila values

PENDAHULUAN
Sudah hampir menginjak 2 tahun dunia dihebohkan dengan adanya virus corona. Virus
Corona atau yang biasa kita sebut dengan Covid-19 merupakan virus yang berasal dari Kota Wuhan,
China. Penyebaran dari virus ini sangatlah cepat dan sudah menyebar di berbagai negara yang ada di
dunia. Pada umumnya virus ini menyerang pada sistem saluran pernafasan pada manusia dan gejala
awal biasanya seperti pilek, maskipun terlihat seperti penyakit biasa virus ini dapat menyebar dengan
cepat dan sifatnya sangat mematikan. Menurut Kemenkes (2021) terdapat 1.863.031 kasus Covid-19
di Indonesia dengan total kasus korban meninggal dunia sebanyak 51.803 jiwa.
Untuk mengurangi dan mengantisipasi terjadinya penyebaran virus Covid-19, pemerintah
sudah mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi adanya penyebaran tersebut. Diantara kebijakan
tersebut adalah PSBB ( Pembatasan Sosial Berskala Besar), Penetapan protocol kesehatan ketika
sedang keluar rumah, membatasi kegiatan diluar rumah, membatasi pertemuan di luar atau acara besar
yang melibatkan banyak orang, kebijakan bekerja dari rumah hingga kebijakan untuk beribadah dari
rumah. Kebijakan ini ditetapkan oleh beberapa pihak teruitama pemerintah yang diorentasikan pada
pemenuhan kebutuhan dan kepentingan masyarakat (Yunus & Rezki, 2020).
Selain pembatasan sosial, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan penutupan jalan atau
akses untuk menuju ke suatu wilayah tertentu atau yang biasa kita kenal dengan Lockdown. Kegiatan
pembatasan sosial ini juga sudah menjadi bagian dari peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah
yang tertuang dalam Undang-Undang No.6 Tahun 2018 tentang kekarantinaan kesehatan. Dengan
adanya pembatasan sosial tersebut juga berdampak pada bidang pendidikan. Kegiatan pembelajaran
harus dihentikan sementara waktu sampai keadaan pulih dan kondusif kembali. Pembelajaran yang
biasanya dilakukan secara tatap muka secara langsung kini berubah menjadi pembelajaran daring atau
online. Oleh karenanya terkait hal tersebut pendidikan mengeluarkan kebijakan belajar dari rumah
atau daring.
Menurut Dewi (2020) pembelajaran daring adalah suatu proses pembelajaran yang
menggunakan computer dan jaringan internet. Pembelajaran secara daring dilakukan guna memenuhi
standart pendidikan. Dengan adanya perkembanagn teknologi pembelajaran online ini menggunakan
perangkat Laptop maupun Handphone (HP) yang yang dapat menghubungkan antara guru dengan
siswa tanpa bertemu secara langsung. Akan tetapi pada tahun 2021, pembelajaran sudah boleh
dilakukan secara tatap muka. Untuk proses pembelajaran biasanya dibagi dalam beberapa sesi. Siswa
yang datang kesekolah harus tetap menggunkan masker dan juga mematuhi protocol kesehatan demi
kelancaran dan kelangsungan dalam proses pembelajaran.
Dengan kondisi yang terbatas agar proses pembelajaran tetap berjalan, penggunaan media
dan bahan ajar harus disesuaikan dengan kondisi pada saat ini. Pada pembelajaran online, teknologi
digital merupakan salah satu kunci dalam pelaksanaan proses pemebelajaran sehingga media
pembelajaran yang digunakan pun menggunakan media berupa media digital seperti laptop, hp, dll.
Sedangkan pada masa pembelajaran bleanded learning terdapat sedikit perbedaan dalam penggunaan
medianya seperti penggunaan papan tulis dan juga zoom meeting. Pemilihan media pembelajaran
Selain itu penggunaan media harus disesuaikan kondisi saat pemilihan media pebelajaran juga harus
diesuaiakan dengan minat belajar siswa. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penilitian kualitatif. Penelitian
kualitatif merupakan proses penelitian yang memahami makna perilaku seseorang maupun kelompok
yang menggambarkan masalah yang terjadi dalam masyarakat. Menurut Fitrah (2018) penelitina
kualitatif mencakup penggunaan subyek yang ditelaah dan pengelompokkan berbagai data empiris
yang menggmbarkn makna keseharian serta problematis dalam kehidupan seseorang. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan menganalisis suatu peristiwa terhadap sesuatu. Teknik
yang digunakan adalah dengan teknik deskriptif, sehingga dalam penelitian ini menggambarkan
kondisi apa adanya tanpa memanipulasi data yang akan diteliti. Pada penelitian ini aka lebih
menekanan makna dari hasilnya dari pada kuantitasnya.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data menggunakan wawancara. Wawancara
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab kepada
informan untuk memperoleh informasi. Sedangkan menurut Edy (2016) wawancara merupakan
proses percakapan yang dilakukan oleh interviewer dan interviewe dengan tujuan tertentu, dengan
pedoman, dan dilakukan secara tatap muka secara langsung maupun meggunakan alat komunikasi
tertentu. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada salah satu tenaga pendidik yang
mengampu mata pelajaran ekonomi. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh informasi terkait
pengaruh keefektifan pemilihan media pembelajaran terhadap penanaman nilai-nilai pancasila
terhadap siswa-siswi di tingkat SMA. Hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara ini adalah
interpretasi yang diungkapkan oleh informan tersebut adalah hal yang sebenarnya agar memperoleh
data yang valid.
PEMBAHASAN
Kondisi Pembelajaran di Sekolah
Pada dasarnya untuk mengembangkan suatu potensi pada diri setiap orang membutuhkan
adanya pembelajaran . Inti dari adanya pembelajaran adalah proses pembelajaran. Menurut Kustandi
da Sujipto (2011) pembelajaran merupakan serangkaian proses suatu rencana dalam rngka mengelola
sumber belajar agar terjadi suatu proses belajar pada siswa.
Perubahan proses pembelajaran selalu berubah-ubah mengikuti kondisi yang terjadi di
lingkungan sekitar. Seperti halnya pada saat, banyak sekolah-sekolah yang meerapkan pembelajaran
dengan sistem PTMT (Pembelajaran Tatap muka terbatas). Setelah proses pembelajaran dilakukan
secara online hampir satu tahun, kebiasan – kebiasaan belajar pada siswa banyak mengalami
perubahan, mulai dari hilangnya semanagat dalam belajar, kurangnya tanggung jawab terhadap tugas
yang diberikan oleh guru hingga sulitnya pemahaman materi oleh siswa. Sehingga penerapan sistem
pembelajaran tatap muka secara terbatas dilakukan untuk menghindari terjadinya gejala Learning
Loss (berkurangnya jam dan semangat siswa dalam belajar).
Dalam penerapannya pun terdapat beberapa ketentuan yang telat diatur dalam SKB 4 menteri
terkait penerapan protocol kesehatan yaitu 1) Kondisi kelas mulai dari tingkat SD/MI hingga
tingkatan SMA/SMK harus memeperhatikan jarak 1,5 m dan maksimal terdapat 18 siswa per
kelasnya, dan untuk siswa SDLB, MILB, SMPLB, MTsLB, hingga SMLB harus memperhatikan
jarak 1,5 meter dan maksimal 5 siswa seiapkelasnya; 2) Hari , jumalh, dan jam pelajaran tatap muka
terbatas dengan pembagian rombongan belajar.; 3) Menggunakan masker kain 3 lapis atau masker
bedah dengan menutup hidung atau mulut. Cuci tangan dan menggunakan hand sanitizer serta tidak
melakukan kontak fisik.; 4) Siswa maupun tenaga pendidik harus dalam keadaan sehat.; 5) Dilarang
melakukan kegiatan yang memicu terjadinya keramian seperti kantin, ekstakulikuler maupun
kegiatan lainnya yang memicu terjadiya keramaian.
Pada umumnya pelaksanaan sistem PTMT (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas) dilakukan
dengan cara membagi menjadi 2 sesi atau kelompok dan pembagian kelompok didasarkan pada
nomor absen. Kelompok 1 untuk siswa dengan nomor ganjil dan sesi 2 untuk siswa dengan absen
genap. Pembagian sesi ini dilakukan secara bergantian setiap minggunya, sehingga siswa dapat
merasakan proses pembelajaran tatap muka pada pagi hari maupun siang hari. Untuk jam
pembelajaran dilakukan dalam 45 menit setiap mata pelajaran. Dalam satu hari setiap siswa
ditargetkan menerima 4 mata pelajaran, sehingga para pengajar atau tenaga pendidik juga
melaksanakan proses pembelajaran dua kali setiap harinya, yakni pagi dan siang.

Selain pengurangan jam untuk pemebelajaran offline,pada sistem Pembelajaran Tatap Muka
Terbatas ini dilakukan dengan menggunakan pembelajaran daring dengan menggunakan LMS
(Learning Management System) sehingga jika kelompok 1 melakukan pembelajaran offline maka
kelompok 2 dapat melakukan pembelajaran lewat LMS yang telah disediakan oleh sekolah, hal
tersebut juga berlaku sebaliknya yakni, jika kelompok 2 melakukan pembelajaran offline maka
kelompok 1 dapat belajar lewat LMS yang telah disediakan oleh sekolah. Meskipun setiap kelas
pembelajarannya dibagi menjadi 2 kelompok , antara kelompok 1 dan kelompok 2 harus
mendapatkan materi dan waktu yang bersamaan.

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan maupun kekurangan, seperti halnya pada
PTMT (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas) juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
dari model pembelajaran ini adalah efisien waktu dan biaya, materi pembelajaran dapat diakses
dimanapun bagi kelompok yang melakukan pembelajaran daring, dan guru dapat menambahkan
materi lewat LMS. Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran ini adalah keterbatasan fasilitas
yang dimiliki oleh siswa seperti HP dan laptop, Sulitnya akses internet di setiap daerah,dan model
pembelajaran ini sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung.

Media Pembelajaran yang Digunakan Saat Ini

Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, terdapat komponen utama dalam suatu proses
pembelajaran yakni media pembelajaran.Media pembelajaran merupakan bagian penting yang tidak
bisa terpisahkan dari proses pembelajaran itu sendiri. Media pembelajaran merupakan alat-alat bantu
yang digunakan sebagai perantara pada saat proses pembelajaran.Menurut Yuliani, dkk (2020).Media
pembelajaran dimaknai sebagai setiap orang, materi, atau peristiwa yang dapat memeberikan
kesempatan bagi siswa untuk memeperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dari beberapa
pendapat tersebut dapat diatarik kesimpulan bahwa media pembelajaran merupakan wadah untuk
menyampaikan pesan tau materi untuk mencapai suatu tujuan dalam proses pembelajaran.
Media pembelajaran memiliki beberapa ciri-ciri umum antara lain adalah, 1) Memiliki
pengertian fisik atau terdapat wujudnya; 2) Memiliki pengertian non – fisik (softwere); 3) Sebagai
alat bantu pada saat proses belajar mengajar, baik diluar maupun didalam kelas; 4) Digunakan sebagai
alat komunikasi dan interaksi antara guru dengan siswa; 5) Media pembelajaran dapat digunakan
secara individu dan kelompok, baik itu kelompok kecil maupun kelompok besar; 6) Dalam media
pembelajaran meliputi sikap, perbuatan, organisasi, strategi dan manajemen yang berhubungan
dengan menerapkan suatu ilmu.
Sebelum memilih dan menerapkan media dalam suatu pembelajaran hendaknya seorang guru
harus memahami dasar-dasar proses belajar sehingga akan mempermudah dalam pemilihan dan
penggunaan media pembelajaran disetiap mata pelajaran. Dengan pemilihan media yang tepat dapat
menunjang keefektifan proses belajar mengajar, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan dan
pembelajaran sesuai yang diharapkan. Selain itu dengan pemahaman dasar proses pembelajaran,
seorang guru dapat menginovasikan media-media pembelajaran sesuai dengan perkembangan
teknologi yang berkembang sekarang.
Dalam pemilihan media pembelajaran sendiri terdapat beberapa dasar pada saat pemilihnnya
yaitu berdasarkan tingkatan (umum dan meneluruh), dari segi teori belajar, dan dari segi konsep
bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional. Dasar pemilihan media pembelajaran pada
tingkat umum dan menyeluruh antara lain adalah 1) hambatan pengembangan dan pembelajaran
(dana, fasilitas, peralatan penunjang, dan waktu); 2) persyaratan isi, tugas, dan jenis pembelajaran; 3)
hambatan dari sisi siswa; 4) kemampuan mengakomodasi penyajian stimulus yang tepat; 5)
kemampuan mengakomodasi umpan balik dan respon siswa; 6) dan pemilihan yang disesuikan
dengan tujuan dan kebutuhan pembelajaran.
Dasar pemilihan media yang didasarkan pada konsep bahwa media sebagai bagian dari sistem
instruksional adalah 1) pemilihan media harus diseuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai; 2) Tepat
untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, dan prinsip; 3) Keterampilan guru dalam
menggunakan media pembelajaran; 4) pengelompokan sasaran, baik dari kelompok besar, kelompok
kecil, hingga perorangan. Sedangkan pemilihan media pembelijaran dari segi teori didasarkan pada
motivasi, perbedaan individual, tujuan pembelajaran, emosi, persiapan sebleum menagajar, umpan
balik (feedback), latihan, partisipasi, organisasi isi, dan penerapan
Terdapat beberapa fungsi dari media pembelajaran ini, salah satunya adalah untuk menarik
perhatian siswa. Terkadang tidak semua materi pelajaran dapat diterima dengan baik oleh siswa
dengan alas an materi yang sulit maupun membosankan, sehingga dengan adanya media
pembelajaran yang sesuai dapat membangkitkan suasana kelas agar dapat bersemangat kembali dan
konsentrasi pada saat proses pembelajaran. Selain itu media pembelajaran berfungsi sebagai perantara
untuk menjelaskan materi yang mungkin sulit dijelaskan dengan lisan, dengan adanya media
pembelajaran seperti gambar dan video siswa akan mudah memahami materi apa yang dismpaikan
oleh tenaga pendidik.
Pada saat pembelajaran PTMT (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas), Media dan bahan ajar
yang digunakan selama pembelajaran tatap muka terbatas tentuya berbeda dengan pembelajaran
online. Pembelajaran tatap muka terbatas ini akan meminimalisir interaksi penggunaan teknologi
digital. Dimana teknologi digital tersebut telah menjadi modal utama keberhasilan pembelajaran
selama daring (Astuti,Nia., dkk, 2021). Selama pembelajaran tatap muka terbatas, pendidik juga
ditekankan untuk memilih media pembelajaran yang menarik guna menambah minat belajar siswa.
Bahkan berbagai penyesuaian materi serta RPP dilakukan dengan tujuan agar materi yang diberikan
dapat dipahami siswa dengan baik dan sesuai dengan sistem pembelajaran yang diberlakukan.
Terdapat beberapa jenis media pembelajaran yang sering ditemui dan digunakan pada saat
proses pembelajaran antara lain:
a. media cetak. Contoh media pembelajaran yang berasal dari media cetak adalah buku, modul,
majalah, poster, foto-foto, gambar, dll.
b. Media audio seperti radio, music, dan juga lab bahasa.
c. Media audio visual seperti film san video.
d. E-Learning. Media pembelajaran e-learning ini biasnya telah disediakan oleh sekolah dan
penggunaannya terbatas, akan tetapi terdapat beberapa contoh e-learning yang sering ditemui
selain LMS yakni google classroom, academia, ruangguru dan beberapa media e-learning
lainnya.
e. Media Realita. Karena tidak semua materi dapat dijelaskan dengan lisan, suatu materi dapat
dijelaskan melalui benda-benda nyata seperti uang kertas, uang logam dll.
Selain sebagai penunjang pada saat proses pembelajaran, media pembelajaran juga
bermanfaat bagi tenanga pendidik. Karena dengan adanya media pembelajaran, metode pembelajaran
dapat lebih bervariasi, sehingga dapat merangsang siswa agar lebih aktif dan merasa tidak bosan saat
proses pembelajaran. Selain itu media pembelajaran yang tepat dapat memfokuskan siswa terhadap
materi yang sedang dipelajari. Manfat media pembelajaran lainnya bagi tenaga pendidik adalah
memudahkan saat mejelaskan materi yang rumit, sehingga akan lebih efisien waktu dan juga tenaga.
Bahan Ajar yang Digunakan dalam Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang melibatkan banyak komponen. Dalam
kegiatannya bahan ajar merupakan salah satu komponen yang terpenting, karena bahan pembelajaran
merupakan bahan yang harus dikaji dan dijadikan bahan materi yang akan dipelajari oleh peserta
didik. Bahan pembelajaran (learning materials) merupakan seperangkat materi yang disusun secara
runtut dan sistematis serta menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam
kegiatan pembelajaran (Hernawan, 2012). Bahan ajar ini nantinya akan dijadikan menjadi pedoman,
sehingga tanpa bahan ajar maka proses suatu pembelajaran tidak akan tercapai.
Dalam kegiatan pembelajaran bahan ajar memiliki peranan yang sangat penting. Apabila
bahan ajar disusun secara lengkap bahan ajar dapat digunakan sebagai bahan belajar mandiri. Bahan
pembelajaran yang disusun secara lengkap dalam penyusunannya harus dilengkapi dengan tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran yang diuaraikan dalam kegiatan belajar, ilustrasi media, dan
contoh-contah soal latihan dan tes formatif yang dilengkapi dengan kunci jawaban dan daftar pustaka.
Penyusunan bahan ajar memiliki beberapa fungsi anatar lain; 1) Sebagai pedoman dan arahan bagi
aktivitas pembelajaran siswa; 2) Sebagai pedoman bagi tenaga pendidik saat melakukan kegiatan
proses pembelajaran; 3) Sebagai alat evaluasi hasil pembelajaran.
Bahan pembelajaran terbagi menjadi 2 bentuk, yakni bahan pembelajaran yang didesain
lengkap dan bahan pembelajaran yang didesain tidak lengkap. Pada bahan pembelajaran yang
didesain tidak lengkap, komponen bahan ajar terbatas sumber belajar dan alat peraga yg digunakan.
Bahan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 2 yakni, printed materials dan Electronic
materials. Bahan pembelajaran printed materials terdiri dari bahan ajar yang berbentuk hard file,
biasanya bahan ajar ini terdiri dari handout, buku pelajaran dan modul. Sedangkan Bahan ajar yang
berbentuk electronic materials berbentuk CD, radio, dll.
Pada saat proses pembelajaran bahan ajar yang digunakan, di MA Ma’arif sendiri
menggunakan buku paket ekonomi. Setiap siswa akan diberikan fasilitas untuk meminjam buku paket
tersebut di perpustakaan. Selain buku paket bahan ajar yang digunakan pada proses pembelajaran
juga menggunakan video dan power point. Pengajar atau guru yang mengampu mata pelajaran
ekonomi akan membuat video maupun power point yang kemudian akan diupload di elarning
madrasah, sehingga siswa dapat mengakses video tersebut dimanapun maupun kapanpun. Untuk
medianya sendiri menggunakan LCD Proyektor, video dan power point yang telah dibuat oleh guru
akan diputar melalui LCD tersebut. Akan tetapi media yang sering digunakan menggunakan papan
tulis, karena papan tulis merupakan media yang mudah dicari dan juga digunakan.
Media dan bahan Ajar yang Cocok untuk Menerapkan Nilai-nilai Pancasila
Sumber dan media pembelajaran yang digunakan saat proses pembelajaran tentunya tidak
terlepas dari unsur nilai2 pancasila. Pancasila ini menjadi landau yang wajib untuk diterapkan kepada
siswa. Penerapan nilai-nilai pancasila inilah yang akan menjadi salah satu cara membentuk karakter
siswa terutama bagi anak yang masih duduk di bangku sekolah. Sekolah tersebut wajib untuk mampu
untuk mengembangkan pendidikan karakter terhadap siswa. Dalam penerapannya pancasila dijadikan
sebagai landasan dalam menanamkan pancasila. Karena dalam butir-butir pancasila terdapat nilai-
nilai yang dapat membentuk karakter siswa . Untuk membangun karakter bangsa yang berkualitas
seorang siswa sebagai penerus bangsa harus mampu menerapkan nilai yang terkandung dalam
pancasila dalam kehidupannya (Fira & Ayu, 2021).
Sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional dalam UU No. 20 Thun 2003 tentang
sistem pendidikan di Indonesia menyatakan bahwa “ Pendidikan Nasional berfungi mengembangkan
dan memebentuk watak dan peradaban bangsa, dan berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan tanggung jawab.
Dari makna tujuan pendidikan tersebut dapat disimpulkan bahwasanya penanaman nilai-nilai
pancasila pada semua mata pelajaran sangatlah penting.
Sekolah sendiri menjadi salah satu tempat untuk menanamkan nilai-nilai pancasila, karena
disekolah siswa tidak hanya berinteraksi dengan teman tetapi juga berinteraksi dengan guru dan
tenaga pendidik lainnya yang memiliki latar belakang, baik itu agama, suku, maupun sosial yang
berbeda. Selain itu pancasila lahir dari keberagaman Indonesia seperti keragaman agama, adat-
istiadat, suku, pulau, bhkan warna kulit yang dapat disatukan oleh pancaila. Penanaman nilai
pancasila tidak hanya tugas dari seorang guru PPKN saja, melainkan tanggung jawab semua guru
tanpa terkecuali. Tugas guru sebagai pendidik tidak hanya mentransfer ilmunya saja. Menurut Sukadi
(2007) bahwa tugas guru adalah sebagai pengajar, pendidik, serta pelatih yang baik agar peserta didik
dapat dapat menjadi peserta didik yang baik, sehingga pada saat proses pembelajaran seorang tenaga
pendidik dapat memasukkan usnur nilai-nilai pancasila.
Dalam menanamkan nilai-nilai pancasila terdapat langkah-langkah yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Menentukan karakter siswa
Pada saat proses pembelajaran, sorang tenaga pendidik hendaknya dapat menentukan luaran
dan siakap seperti apa yang diperoleh setelah adanya proses pembelajaran selesai.
2. Penanaman sikap dan karakter
Penanaman sikap dapat dilakukan dengan pengintregasian nilai-nilai pancasila pada
pembelajaran yang akan dilakukan.
3. Pembiasaan Perilaku
Untuk membentuk siswa yang berkarakater, pembiaaan-pembiasaan sikap yang telah
ditanamkan sangat perlu dilakukan. Dengan dilakukannya secara berulang-ulang maka sikap
tersebut akan tertanam dengan sendirinya pada diri siswa tersebut.
Penanaman nilai-nilai pancasila pada sila ke-1 yaitu Ketuhanan Yang maha Esa terkandung
bahwa kita harus bersyukur, percaya, dan mematui atas apa yang diperintahkannya. Penanaman sila
pertama dapat diterapkan untuk mengarahkan siswa agar bersyukur dan percaya akan keberadaan
tuhan . Unsur-unsur pancasila yang pertama menupakan landsasan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penerapannya siswa dibiasakaan untuk berdoa sebelum maupun sesudah melakukan kegiatan
pembelajaran maupun kegiatan lainnya, selain itu siswa juga diajarkan untuk membaca Asmaul
Qusna secara bersama-sama setiap pagi. Selain itu penanaman nilai pancasila yang pertama dapat
diterapkan dengan selalu mengingatkan untuk beribadah sesuaia keyakinannya masing-masing.
Pada sila ke-dua didasari oleh sila pertama. penanaman nilai pancasila dapat dilakukan dengan
memberikan contoh sikap yang baik dan sopan kepada teman, guru, maupun masyarakat,pada saat
proses pembelajaran. Penanaman nilai moral dan sikap yang baik setiap kali proses pembelajaran
dapat membentuk kebiasaan peserta didik untuk terbiasa bersikap dan bertingkah laku sebaigamana
mestinya.
Sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia” bahwa Indonesia terdiri dari berbagai
kemajemukan mulai dari suku, agama, ras, bahasa, dan budaya. Setiap lingkungan sekolah memiliki
kemajemukan yang beragam, sehingga penanaman nilai-nilai pancasila dapat dilakukan dengan
menghargai adanya perbedaan dan toleransi. Pada saat proses pembelajaran maupun diskusi kelas
seringkalai adanya perbedaan pendapat, sehingga penerapan nilai nilai pancasila dapat dilakukan
dengan sikap saling menghargai perbedaan pendapat tersebut.
Penanaman nilai-nilai pancaila sila ke-4 yaitu, siswa diberikan kebebasan dengan tanggung
jawab, sehingga dalam penerapannya penanaman nilai-nilai pancasila pada siswa lebih kea rah
demokrasi. Dalam hal ini penerapannya dapat dilakukan dalam musyawarah menentukan kelompok
dan kebebasan berpendapat yang artinya siswa bebas mengemukakan pendapatnya dengan guru
maupun teman saat melakukan diskusi kelas
Sedangkan pada sila kelima, nilai-nilai pancasila mengandung makna keadilan. Makna tersebut
berarti bahwa keadilan berhak diperoleh siapaun tanpa. Dalam penerapannya disekolah keadilan
tersebut dapat tercermin pada keadilan memperoleh hak dan kewenangan seperti hak memperoleh
ilmu dan tugas yang sama dengan peserta didik lainnya. Peroleha hak keadilan tidak hanya diperoleh
di lingkungan saja tetapi dalam kehidupan bermasyarakat hak tersebut wajib dimiliki oleh semua
orang. Karena bangsa yang mengedepankan keadilan adalah bangsa yang mampu berkomitmen untuk
mewujudkan keadilan untuk kesejahteraan negaranya (Fira, 2021).
Dari perwujudan-perwujudan tersebut, sebagai tenaga pendidik seorang guru memiliki
peranan penting dalam menerapkan nilai-nilai pancasila. Disini peran seorang guru selain sebagai
pemebentukan karakter, seorang guru harus bisa membuat proses pembelajaran menjadi lebih inovatif
dan menyenangkan. Dalam penerapannya agar tujuan tercapai seorang guru harus memilih dan
menerapan media pembelajaran yang menarik untuk membangun semangaat siswa dalam belajar.
Media pembelajaran yang dipilih sebaiknya media yang lebih menarik minat siswa dalam belajar.
Dalam menanamkan nilai-nilai pancasila pada mata pelajaran ekonomi media dan bahan ajar yang
sering digunakan adalah menggunakan video. Dengan memutarkan video akan mendorong inisiatif
siswa untuk belajar aktif dalam berdiskusi. Selain itu dengan diskusi tersebut akan menciptakan
stimulus siswa dalam berfikir dan mengemukakan pendapat mengenai materi yang disampaikan.
Sejauh ini belum ditemukan kendala-kendala pada saat proses pembelajaran menggunakan media
maupun bahan ajar. Pada saat proses pembelajaran guru harus mengatur secara tepat agar suasana
pembelajaran dapat berjalan secara kondusif.

KESIMPULAN

Virus corona merupakan virus yang mematikan dan mudah menyebar kepada siapa saja. Untuk
mengurangi dan mengantisipasi terjadinya penyebaran virus Covid-19, pemerintah sudah
mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi adanya penyebaran tersebut salah satunya adalah
pembataan sosial. Dengan adanya pembatasan sosial tersebut juga berdampak pada bidang
pendidikan. Pembelajaran yang biasanya dilakukan secara tatap muka secara langsung kini berubah
menjadi pembelajaran daring atau online. Dengan menurunnya kasus pandemic ini
pemerintahmengeluarkan kebijakan baru dengan pembelajaran tatap muka secara terbatas. Tetapi
Perubahan proses pembelajaran selalu berubah-ubah mengikuti kondisi yang terjadi di lingkungan
sekitar. Seperti halnya pada saat, banyak sekolah-sekolah yang meerapkan pembelajaran dengan
sistem PTMT (Pembelajaran Tatap muka terbatas). Setelah proses pembelajaran dilakukan secara
online hampir satu tahun, kebiasan – kebiasaan belajar pada siswa banyak mengalami perubahan,
mulai dari hilangnya semanagat dalam belajar, kurangnya tanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan oleh guru hingga sulitnya pemahaman materi oleh siswa. Sehingga penerapan sistem
pembelajaran tatap muka secara terbatas dilakukan untuk menghindari terjadinya gejala Learning
Loss (berkurangnya jam dan semangat siswa dalam belajar).
Penggunaan media pembelajaran pada saat pembelajaran online dan offline pastinya terdapat
perbedaan. Pada saat pembelajaran online penggunaan media pembelajaran lebih keranah elektronik,
hal tersebut digunakan karena sistem pembelajaran yang dilakukan dari rumah atau pembelajaran
jarak jauh. Sumber dan media pembelajaran yang digunakan saat proses pembelajaran tentunya tidak
terlepas dari unsur nilai2 pancasila. Pancasila ini menjadi landasan yang wajib untuk diterapkan
kepada siswa. Penerapan nilai-nilai pancasila inilah yang akan menjadi salah satu cara membentuk
karakter siswa terutama bagi anak yang masih duduk di bangku sekolah. Sekolah tersebut wajib untuk
mampu untuk mengembangkan pendidikan karakter terhadap siswa. Dalam penerapannya pancasila
dijadikan sebagai landasan dalam menanamkan pancasila. Karena dalam butir-butir pancasila
terdapat nilai-nilai yang dapat membentuk karakter siswa. Dengan kondisi tersebut, para guru harus
cermat dalam memilih media pembelajaran yang akan digunakan, selain itu para pendidik juga harus
menguasai banyak media pembelajaran yang berkembang agar pembelajaran tidak monoton dan
membuat para siswa menjadi bosan dalam belajar. Media pembelajaran yang cenderung monoton
dapat membuat siswa cepat bosan dan berdampak pada efeisiensi waktu belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Dwiputri, F. A., & Anggraeni, D. (2021). Penerapan Nilai Pancasila dalam Menumbuhkan Karakter
Siswa Sekolah Dasar yang Cerdas Kreatif dan Berakhlak Mulia. Jurnal Pendidikan Tambusai,
5(1), 1267-1273.
Edi, F. R. S. (2016). teori wawancara Psikodignostik. Penerbit LeutikaPrio.
Fitrah, M. (2018). Metodologi penelitian: penelitian kualitatif, tindakan kelas & studi kasus. CV Jejak
(Jejak Publisher).
Hernawan, A. H., Permasih, H., & Dewi, L. (2012). Pengembangan Bahan Ajar. Direktorat UPI,
Bandung, 4(11)
Hidayah, A. A. F., Al Adawiyah, R., & Mahanani, P. A. R. (2020). Efektivitas Pembelajaran Daring
di Masa Pandemi Covid 19. JURNAL SOSIAL :Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu
Sosial,21(September), 53–56.
Yuliani, M., Simarmata, J., Susanti, S. S., Mahawati, E., Sudra, R. I., Dwiyanto, H., ... & Yuniwati,
I. (2020). Pembelajaran daring untuk pendidikan: Teori dan penerapan. Yayasan Kita
Menulis.
Yunus, N. R., & Rezki, A. (2020). Kebijakan pemberlakuan lock down sebagai antisipasi penyebaran
corona virus Covid-19. Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 7(3), 227-238.
Riyana, C. (2012). Media pembelajaran. KEMENAG RI.
Sri, A. (2008). Media pembelajaran. Surakarta: UPT UNS Press Universitas Sebelas Maret.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai