Anda di halaman 1dari 4

DINAS JAGA

Ketentuan Standar tentang Fitness of Duty

Aturan – aturan mengenai tugas jaga diatur dalam Standar of Training Certification and
Watchkeeping ( STCW ) 1995 pada Chapter VIII ( delapan ).
Chapter VIII : Standard – standard yang Berkaitan dengan Tugas Jaga
Section A – VIII / 1 : Fitness ( kebugaran ) untuk melaksanakan Tugas Jaga :
a. Semua orang yang ditunjuk untuk menjalankan tugas jaga harus diberikan waktu
istirahat paling sedikit 10 jam setiap periode 24 jam.
b. Jam – jam istirahat paling banyak hanya boleh dibagi menjadi dua periode istirahat
yang salah satu periodenya tidak boleh kurang dari 6 jam.
Waktu istirahat minimum tersebut dapat dikurangi sampai dengan 6 jam waktu
istirahat bila terjadi suatu keadaan darurat, situasi latihan atau kondisi operasional
yang mendesak.
c. Waktu istirahat minimum 6 jam tersebut dapat dilaksanakan berturut – turut asalkan
pengurangan semacam itu tidak lebih dari 2 hari dan paling sedikit harus ada 70 jam
istirahat selama periode 7 hari.

3.1. Prinsip-prinsip Umum Tugas Jaga (Principles Of Watchkeeping In Generally)

Prinsip Umum Tugas Jaga Navigasi :

a. Pengaturan jaga navigasi oleh nahkoda.


b. Dibawah pengarahan dan bimbingan nahkoda, para perwira melaksanakan tugas
jaga navigasi dan ikut bertanggung jawab atas keselamatan pelayaran selama tugas
jaga, khususnya pencegahan, tubrukan dan kandas.

Perlindungan lingkungan laut :


a. Setiap anggota tugas jaga harus memahami dan menyadari sepenuhnya, akibat
yang timbul apabila terjadi pencemaran.
b. Untuk itu harus mengambil setiap tindakan pencegahan terhadap terjadinya
pencemaran.
c. Tindakan pencegahan mengacu pada peraturan-peraturan internasional dan
peraturan nasional/setempat yang berlaku.

Pencegahan penggunaan obat – obat terlarang

a. Perusahaan pelayaran diharuskan mengikuti peraturan pemerintah mengenai kadar


alkohol maximum 0,08 % dalam darah.
b. Personel yang akan melaksanakan tugas jaga dilarang mengkonsumsi alkohol
dalam waktu paling kurang 4 jam sebelum bertugas jaga.
c. Pemerintah diharapkan membuat peraturan program skrining yang dapat
mengidentifikasi pemakaian obat terlarang dan konsumsi alkohol melebihi batas
yang ditetapkan.

3.2. Look Out (Pengamatan).

a. Pengamatan harus selalu dilaksanakan terutama untuk memenuhi aturan 5


COLLREG 72 :
1) Senantiasa waspada secara visual maupun pendengaran dan dengan segala
cara lain terhadap setiap perubahan situasi.
2) Membuat penilaian tepat terhadap situasi dan resiko tubrukan kandas dan
bahaya-bahaya navigasi lainnya.
3) Mendeteksi adanya kapal-kapal dan orang-orang di dalam keadaan
marabahaya, kerangka kapal dan bahaya navigasi lainnya.
b. Petugas pengamat harus dapat sepenuhnya melaksanakan tugas tanpa dibebani
tugas-tugas lain yang dapat mengganggu pelaksanaan tugas pengamatan.
c. Pemegang kemudi yang sedang bertugas tidak dapat ditugasi sebagai pengamat,
kecuali untuk kapal kecil, dimana posisi pengemudi tidak terhalang oleh bangunan
kapal.
d. Perwira jaga dapat melakukan jaga sendiri di siang hari, apabila :
1) Situasi yang ada telah diyakini dalam keadaan aman.
2) Faktor-faktor yang relevan telah benar-benar diperhitungkan, antara lain :
Keadaan cuaca, jarak nampak, kepadatan lalu lintas, bahaya-bahaya navigasi
yang ada, bagan pemisah
3) Bantuan petugas jaga dapat segera diperoleh.

e. Komposisi tugas jaga menjamin dilaksanakan pengamatan secara terus-menerus


dan cermat. Nahkoda perlu mempertimbangkan berbagai faktor dalam menyusun
komposisi tugas jaga navigasi :
1) Jarak tampak, keadaan laut dan cuaca
2) Kepadatan lalu lintas dan kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan di perairan
dimana kapal berlayar (latihan perang, pengerukan, pemasangan, kabel laut, dll).
3) Seberapa besar perhatian yang diperlukan jika berada di atau dekat bagan
pemisah (separation scheme).
4) Banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan di anjungan berkaitan fungsi-fungsi
kapal dan olah gerak yang mungkin harus dilakukan dengan segera.
5) Kebugaran (fitness) masing-masing personil yang ikut tugas jaga.
6) Pengetahuan dan kepercayaan diri secara professional dari para perwira jaga.
7) Pengalaman masing-masing perwira dan tingkat pengenalan terhadap setiap
peralatan navigasi, proseedur yang ada serta kemampuan olah gerak kapal.
8) Kegiatan yang dilakukan di kapal pada setiap saat, termasuk kesibukan
komunikasi radio dan kemudahan mendapat bantuan tenaga untuk segera dating
ke anjungan bila diperlukan.
9) Status operasional dari alat-alat di anjungan termasuk alat control dan alarm
karakteristik olah gerak kapal, termasuk karakteristik baling-baling dan kemudi.
10)Ukuran kapal dan besarnya sudut pandang dari tempat pengamatan.
11)Penataan anjungan yang mungkin mempengaruhi kemampuan deteksi seorang
pengamat terhadap setiap perkembangan situasi yang terjadi.
12)Setiap standard atau prosedur serta petunjuk berkaitan dengan pelaksanaan
jaga yang telah ditetapkan oleh IMO, (missal ISM Code).

Anda mungkin juga menyukai