Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN PRAKTIKUM AGROFORESTRI

“ADAPTASI MODEL AGROFORESTRY DALAM UPAYA


PENGEMBANGAN AGROEDUWISATA (GREENITY)”

ARSAD
M1A118092
KELOMPOK VI

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
LAPORAN PRAKTIKUM AGROFORESTRY

“ADAPTASI MODEL AGROFORESTRY DALAM UPAYA


PENGEMBANGAN AGROEDUWISATA (GREENITY)”

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meluluskan Praktikum


Mata Kuliah Agroforestry

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Adaptasi Model Agroforestry dalam Upaya Pengembangan


Agroeduwisata (Greenity)
Kelompok : 6 (Enam)
Kelas : Kehutanan B
Jurusan : Kehutanan
Fakultas : Kehutanan dan Ilmu Lingkungan

Menyetujui,
Asisten Pembimbing

1. Aladin Tunda, S.Hut 1.

2. Triska Amalia Santi, S.Hut 2.

Mengetahui,
Koordinator Mata Kuliah

Dr. Ir. Sitti Marwah, M.Si


NIP.19600101 198503 2 003

Tanggal Pengesahan : Januari 2022

iii
iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii
KATA PENGENTAR ...................................................................................... viii
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... ix
KESAN DAN PESAN ..................................................................................... x
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ............................................................................ 3

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persiapan Lahan .................................................................................. 4
2.2 Penanaman ......................................................................................... 6
2.3 Jenis Tanaman ..................................................................................... 8
2.4Penyapihan ........................................................................................... 15
2.5 Pemupukan .......................................................................................... 18
2.6 Pemeliharaan ....................................................................................... 21
2.7 Pengembangan Agroforestri ............................................................... 23

III METODE PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat .............................................................................. 29
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 29
3.3 Prosedur Kerja..................................................................................... 29
3.4 Denah Kelompok ................................................................................ 31
3.5 Analisis Data ....................................................................................... 31

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil .................................................................................................... 32
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 36

V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 39
5.2 Saran.................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 40

LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

1. Rata-rata pertumbuhan vegetatif tanaman cabai rawit


(Capsicum frutesicum) pada minggu pertama sampai ke 7 di lahan ......... 32
2. Persentase pertumbuhan tanmaan Cabai Rawit (Capsicum frutesicum)
Di lahan .................................................................................................... 33
3. Ukuran Tanaman pada lahan agroforestri ................................................. 34
4. Takaran pemberian pupuk organik ............................................................ 35
5. Nilai ekonomi tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutesicum) ................... 35
6. Pengeluaran .............................................................................................. 36

vi
DAFTAR GAMBAR

1. Denah Kelompok ..................................................................................... 31


2. Rata-rata pertumbuhan vegetatif tanaman cabai rawit ............................. 33
3. Persentase tumbuhan tanaman Cabai Rawit ............................................ 34

vii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Pengamatan Vegetatif Tanaman Cabai Rawit ........................................ 51


2. Dokumentasi Pengembangan dan Pertumbuhan Tanaman ..................... 65

viii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan

sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Shalawat serta

salam semoga curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW

yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Sehingga laporan akhir

praktikum Agroforestry dapat terselesaikan dengan baik. Laporan Praktikum

Agroforestry ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meluluskan praktikum

Mata Kuliah Agroforestry.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Agroforestry

serta Tim Asisten Dosen Agroforestry yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan

pikiran dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan kegiatan praktikum ini dengan baik serta berbagai pihak yang telah

banyak membantu dalam penyusunan laporan akhir ini.

Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna

dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,

penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya

laporan ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila

terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-

besarnya.

Kendari, Januari 2022

ARSAD
M1A118092

ix
RIWAYAT HIDUP

Nama Arsad, dilahirkan di Kendari pada tanggal 14

juli 1999. Anak ke lima dari enam bersaudara. Anak

dari pasangan orang tua bernama Muh.Aris dan

Sudiarsih. Penulis menyelesaikan TK Hati Mulia pada

tahun 2004. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan

pendidikan di Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Moramo dan selesai pada tahun 2011.

Kemudian pada tahun itu juga penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan di SMP

Negeri 4 Konawe Selatan dan selesai pada tahun 2014. Kemudian melanjutkan

jenjang pendidikan di SMA Negri 5 Konawe Selatan dan berhasil tamat pada tahun

2017. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dan penulis

berhasil di terima di Universitas Halu Oleo pada tahun 2018 melalui jalur

SMMPTN di jurusan Kehutanan Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan.

x
KESAN DAN PESAN

1. Kak Aladin Tunda, S.Hut

Kesan saya selama praktikum buat kak Aladin yaitu, orangnya baik, kadang

bercanda tetapi di waktu tertentu, orangnya juga tegas dalam mneyampaikan

arahan-arahan mengenai praktikum, selain itu juga kak aldin orangnya tidak

membeda-bedakan praktikan baik itu perempuan ataupun laki-laki, mumgkin itu

saja yang bisa saya tuliskan mengenai kesan saya terhadap kak aladin.

Pesan saya buat kak aladin yaitu, tetap menjadi asisten kami yang baik seperti

selama praktikum ini dan semoga di lancarkan segala urusannya dan di limpahkan

rezekinya aamin.

2. Kak Triska Amalia Santi, S.Hut

Kesan saya yaitu, kak triska orangnya baik, sering memerikan toleransi terhadap

praktikannya di saat pengumpulan laporan mingguan, selain itu kak triska kadang

juga bercanda.

Pesan: selalu menjadi kakak yang baik terhadap adik-adiknya dan semoga di

lancarkan segala urusannya dan di limpahkan rezekinya aamin.

xi
xii
1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agroforestri adalah suatu sistem pengelolaan lahan yang merupakan

kombinasi antara produksi pertanian termasuk pohon buah-buahan dan tanaman

kehutanan. Sistem agroforestri merupakan sistem pengelolaan sumber daya alam

yang dinamis dan berbasis ekologi dengan memadukan berbagai jenis pohon pada

tingkat lahan (petak) pertanian maupun pada suatu bentang lahan (landskap).

Pengolahan lahan dengan sistem agroforestri bertujuan untuk mempertahankan

jumlah dan keragaman produksi lahan sehingga berpotensi memberikan manfaat

sosial ekonomi dan lingkungan bagi para penggunaan lahan (Lestari, 2018).

Pengembangan agroforestri meliputi berbagai tingkatan: mikro, meso dan

makro. Keberlanjutan sistem produksi usaha tani agroforestri pada tingkatan mikro

merupakan titik berat bahan kuliah ini. Namun demikian, upaya ini tidak bisa

terlepas dari tingkatan yang lebih tinggi (meso dan makro). Kebijakan nasional,

regional dan internasional melalui pemberlakuan berbagai peraturan dan undang-

undang (hukum) dapat mendorong pengembangan atau justru menghancurkan

praktek-praktek agroforestri.Pengelolaan sistem agroforestri cukup kompleks

karena merupakan gabungan antara bidang kajian ilmu kehutanan dengan pertanian

dan bahkan peternakan, serta memadukan usaha kehutanan dengan pembangunan

pedesaan untuk menciptakan keselarasan antara intensifikasi pertanian dan

pelestarian hutan. Dengan demikian diperlukan pengetahuan yang cukup rinci

mengenai setiap komponen yang terlibat dalam sistem agroforestri tersebut

(Widianto et al., 2013)


2

Model agroforestri ini merupakan campuran antara kayu, kulit manis,

tanaman rempah dan obat. Kayu membentuk tajuk-tajuk tinggi; kulit manis dan

karet membentuk tajuk sedang; tanaman rempah dan obat berada di tajuk bagian

bawah. Kayu dapat diambil untuk kebutuhan pembangunan desa dengan jumlah

yang telah ditentukan peraturan perundangan yaitu 50 m3/tahun/pengelolaan untuk

kebutuhan pembangunan desa, seperti pembangunan tempat ibadah dan sarana

umum lainnya, kulit manis dapat dipanen pada umur tertentu dan menjadi tabungan,

karet menjadi sumber pendapatan utama yang dapat disadap setiap hari, tanaman

rempah-rempah dan obat-obatan sebagai pendapatan tambahan (Akiefnawati dan

Subekti, 2016).

Pola agroforestri memberikan peluang tumbuhnya berbagai macam

tumbuhan/pohon yang mempunyai nilai ekonomi. Masyarakat dapat mengambil

manfaat dari hasil kayu sebagai bahan bangunan untuk pembangunan desa dan

pribadi. Begitu juga dari hasil buah-buahan seperti petai, kabau, durian, duku,

cempedak, bedaro dapat mereka jual sebagai tambahan pendapatan. Masyarakat

mendapatkan penghasilan dari panen berbagai jenis tegakan pohon seperti hasil

buah durian, bedaro, petai, cempedak, duku, serta getah karet. Disamping untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga, hasil tanaman dalam pola agroforestri

tersebut mempunyai potensi jual dan pasar yang sangat bagus. Dari hasil menjual

getah karet dapat dipergunakan untuk biaya anak sekolah, membangun rumah.
3

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui tingkat pertumbahan

tanaman dan nilai ekonomi agroforstery dalam upaya pengembangan

agroedowisata (grenity)

Manfaat dari praktikum ini yaitu agar dapat mengetahui manfaatdari

manfaat sosial, ekonomi dan ekologis dari sistem agroedowisata.


II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persiapan Lahan

2.1.1 Definisi Persiapan Lahan

Persiapan lahan adalah serangkaian kegiatan mempersiapkan lahan sebagai

media tanam bagi tanaman untuk pertumbuhan yang optimal. Perlakuan tahap

persiapan lahan disesuaikan dengan kondisi tanah. Pesisir, dataran rendah dan

dataran tinggi memerlukan adaptasi perlakuan untuk persiapan lahan(Saputra,

2021).Menurut Amali (2014), persiapan lahan digunakan untuk mempersiapkan

lahan yang cocok untuk pertumbuhan. Persiapan tanah/media tanam dilakukan

sedemikian rupa sehingga dapat memelihara struktur tanah dan dapat mencegah.

Persiapan lahan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman, meliputi kegiatan

persiapan/pengolahan lahan, pemupukan dasar serta pemasangan mulsa plastik

(Salvia, 2018).Sistem persiapan lahan sebelum tanam tidak berpengaruh besar

terhadap tinggi tanaman, karena kondisi tanah sebelum tanam sudah gembur

(Ridwan et al., 2015).

2.1.2 Tujuan Persiapan Lahan

Persiapan tanah bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi

tanah. Tanah yang diolah akan menjadi gembur, aerasinya baik sehingga memberi

peluang untuk benih agar dapat menyerap air, unsur hara, udara dan panas secara

maksimum agar kebutuhan perkecambahan dan pertumbuhan dapat terpenuhi

(Birnadi, 2014). Persiapan lahan dapat mencegah hama dan penyakit, memperoleh

lahan yang terbebas dari gulma dan tanaman pengganggu lainnya(Seran, 2014).
5

Persiapan lahan menekan persaingan antara tanaman dengan gulma dalam

pengambilan unsur hara yang mungkin terjadi(Nanda, 2017).

Persiapan lahan dilakukan dengan beberapa kegiatan diantaranya

membersihkan lahan dari sampah dan tanaman liar yang menganggu, lahan yang

sudah dibersihkan kemudian dapat di buat bedengan.Selanjutnya dilakukan

pemupukan dan penyiraman tanah yang bertujuan agar tanah menjadi lebih gembur

dan subur (Ambari et al., 2020).

2.1.3 Tahapan Persiapan Lahan

Tahapan persiapan lahan dapat di lakukan 2 minggu sebelum penanaman.

Langkah pertama, persiapan dimulai dengan membersihkan lahan dari gulma dan

tanaman liar (Handayani, 2018). Sisa tanaman yang berada pada lahan tersebut

untuk kemudian dicangkul tanahnya supaya tanah tersebut menjadi gembur.

Setelah dilakukan penggemburan tanah maka dilakukan pembuatan bedengan

setengah jadi, setelah bedengan siap maka untuk selanjutnya dilakukan

penambahan pupuk kandang (Wulandari, 2012).

Langkah kedua pemberian pupuk dasar yang dimana pupuk dasar yang baik

adalah pupuk kandang atau kompos. Pupuk dasar digunakan untuk tanah atau lahan

yang kering dan tandus. Langkah ketiga yaitu persiapan benih atau bibit tanaman

yang baik, tanaman yang sudah berusia minimal 2 bulan (Raharjo, 2020).

Persiapan lahan banyak juga yang menggunakan sistem tebas bakar yang

kebanyakan dilakukan oleh petani yaitu lahan terlebih dahulu disemprot dengan

menggunakan herbisida kemudian rumput atau gulma yang sudah mati


6

dikumpulkan dan dibakar untuk digunakan sebagai bahan pembenah tanah

(Maftuah dan Hayati, 2019).

2.2 Penanaman

2.2.1Penanaman Cabai Rawit (Capsicum frutesicum)

Penanaman adalah kegiatan memindahkan bibit dari tempat penyemaian ke

lahan pertanaman untuk di dapatkan hasil produk dari tanaman yang di

budidayakan. Penanaman Bibit tanaman cabai rawit yang telah berumur 1 bulan

segera ditanam. Menurut Mubarok (2018), penanaman sebaiknya pada sore hari

agar tanaman tidak layu. Ciri-ciri bibit yang siap tanam yakni telah berumur satu

bulan, tidak terserang hama dan penyakit pertumbuhan tanaman

seragam.Penanaman di lakukan dengan cara menyiram bibit yang akan ditanam

lalu memilih bibit yang akan ditanam. Kemudian Lepaskan bumbung atau plastik

dari bibit, padatkan tanah disekeliling tanaman bibit yang telah dimasukkan

kelubang agar tidak rebah.

Setelah penanaman dapat di lakukan penyiraman minimal 1-2 kali sehari

baik pagi maupun sore hari. Selanjutnya dapat di lakukan pemupukan yakni

seminggu sekali (Karyani, 2007). Untuk menjaga agar tanaman-tanaman tetap

tegak atau tidak tumbang dapat dilakukan dengan memasang ajir pada setiap

tanaman dengan ketinggian sekitar 1,5 – 1,75 meter pada masa tanam 21 hari

(Fauzi, 2021).

2.2.2Presentase Hidup Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutesicum)

Presentase tanaman hidup berhubungan dengan kemampuan tanaman

bertahan. Tanaman yang memiliki rata-rata kemampuan bertahan hidup tertinggi


7

juga memiliki rata-rata persentase hidup yang tertinggi (Susilawati et al., 2011).

Pengamatan tanaman dapat dilihat dari pertumbuhan dan hasil tanaman yang

meliputi persentase tanaman yang hidup (%), kemampuan tanaman bertahan hidup

(hari), tinggi tanaman (cm), jumlah daun (daun), umur berbunga (hari), jumlah

cabang (cabang), rasio tajuk akar, proporsi berat kering organ (g)/tanaman, jumlah

buah/tanaman (buah), berat buah/panen dan total berat buah (g) (Susilawatiet al.,

2011).

Rupiasih et al., (2021) mengemukakan bahwapersentase hidup tanaman

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝


Tanaman Hidup (%) = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛

2.2.3 Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutesicum)

Menurut Solikin (2013), Pertumbuhan vegetatif merupakan pertambahan

volume, jumlah, bentuk dan ukuran organ-organ vegetatif seperti daun, batang dan

akar yang dimulai dari terbentuknya daun pada proses perkecambahan hingga awal

terbentuknya organ generatif. Fase pertumbuhan vegetatif ditentukan oleh faktor

genetik dan lingkungan, tempat tumbuh tanaman.

Dalam proses pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman diperlukan

unsur-unsur hara terutamaNitrogen(N), fosfor(P) dan Kalium(K). Unsur N

diperlukan untuk pembentukan karbohidrat, protein, lemak dan persenyawaan

organik lainnya. Unsur P berperan dalam pembentukan bagian generatif tanaman

(Prasetya, 2014).Safrizalet al(2008), mengemukakan bahwa penyerapan unsur hara

pada fase pertumbuhan vegetatif tanaman cabai juga dipengaruhi penggenangan

penuh dan setengah tergenang dimana tanaman masih tetap hidup sampai umur 3
8

minggu setelah perlakuan penggenangan, arah pertumbuhan akar didominasi

pertumbuhan secara horizontal.

2.2.4 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Pertumbuhan tanaman cabai di pengaruhi oleh faktor internal dan

eksternal.Nurfalach (2010), mengemukakan bahwa faktor internal meliputi

serangan penyakit diantaranya busuk buah (colletotrichum spp), bercak daun

(cerospora sp) dan cendawan tepung (oidium sp) berkisar 5-30%. Serta beberapa

hama yakni, ulat grayak (Spodoptera litura), kutu daun (Myzus persicae Sulz), lalat

buah (Bactrocera dorsalis).Tanaman cabai juga tumbuh pada berbagai jenis tanah,

asalkan mempunyai drainase dan aerasi yang baik. Tanah yang paling ideal untuk

tanaman cabai adalah yang mengandung bahan organik sekurang-kurangnnya 1.5%

dan mempunyai pH antara 6.0 – 6.5. Keadaan pH tanah sangat penting karena erat

kaitannya dengan ketersediaan unsur hara (Undang, 2014).

Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yakni Suhu

serta iklim dan curah hujan . Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman cabai

adalah 25°–27°C pada siang hari dan 18°–20°C pada malam hari. Pembungaan

tanaman cabai tidak banyak dipengaruhi oleh panjang hari. Curah hujan yang tinggi

atau iklim yang basah kurang sesuai untuk pertumbuhan tanaman cabai. Curah

hujan yang baik untuk pertumbuhan cabai adalah sekitar 600–1200 mm per

tahun(Tsurayya, 2015).

2.3 Jenis Tanaman

Jenis tanaman yang terdapat pada lahan praktikum agroforestri yaitu terdiri

dari tanaman pertanian diantaranya yaitu cabai rawit (Capsicum frutesicum L.) dan
9

tanaman kehutanan diantaranya yaitu mangga (Mangifera indica), kersen

(Muntingia calabura), kelapa (Cocos nucifera), pucuk merah (syzygium oleana).

2.3.1 Klasifikasi Cabai Rawit (Capsicum frutesicum L.)

Menurut Simpson (2010) dalam Umah (2012), klasifikasi cabai rawit

adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum frutescens L

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu komoditas

sayuran yang keberadaannya tidak dapat ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia

dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan orang-orang Eropa, Amerika, dan

beberapa negara Asia yang lebih menyukai pedasnya lada, masyarakat Indonesia

lebih menyukai pedasnya cabai(Saraswati et al., 2012).

Rosalina (2014), mengemukakan bahwa morfologi cabai teridiri dari: Daun

cabai rawit berbentuk bulat telur dengan ujung runcing dan tepi daun rata atau tidak

bergerigi atau berlekuk. Daun merupakan daun tunggal dengan kedudukan agak

mendatar, memiliki tulang daun yang menyirip dan tangkai tunggal yang melekat

pada batang atau cabang. Batang tanaman cabe rawit memiliki struktur yang keras

dan berkayu, berwarna hijau gelap berbentuk bulat halus dan bercabang
10

banyak.Perakaran tanaman cabai rawit terdiri atas akar tunggang yang tumbuh

lurus ke pusat bumi dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke samping atau

horizontal. Bunga tanaman cabai rawit merupakan bunga tunggal yang berbentuk

bintang. Bunga tumbuh menunduk pada ketiak daun dengan mahkota bunga

berwarna putih.

Buah cabai rawit akan terbentuk setelah terjadi penyerbukan. Buah

memiliki keanekaragaman dalam hal ukuran, bentuk, warna dan rasa buah. Ukuran

buah bervariasi menurut jenisnya, cabai rawit yang kecil-kecil memiliki ukuran

panjang antara 2 cm dan lebar 5 mm sedangkan cabe rawit yang agak besar

memiliki ukuran panjang mencapai 3,5 cm dan lebar mencapai 12 cm. Warna buah

cabai bervariasi, buah muda berwarna hijau atau putih sedangkan buah yang telah

masak berwarna merah menyala atau merah jingga. Biji cabai berwarna putih

kekuning-kuningan berbentuk bulat pipih tersusun berkelompok dan saling melekat

pada empulur

2.3.2 Klasifikasi Mangga (Mangifera indica)

Menurut Suharyanti (2017),klasifikasi mangga adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Sapindales

Famili : Anarcadiaceae

Genus : Mangifera

Spesies : Mangifera indica Linn.


11

Tanaman mangga ialah tanaman buah tahunan berupa pohon yang berasal

dari negara India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara

termasuk Malaysia dan Indonesia (Oktavianto et al., 2015).Mangga dengan nama

latin Mangifera indica L. merupakan pohon yang sepanjang tahun terus memiliki

daun hijau dan dapat tumbuh hingga 10-45 m.

Tanaman ini berbentuk kubah dengan dedaunan lebat, dan biasanya

memiliki percabangan berat yang berasal dari batang yang kokoh. Daunnya

tersusun secara spiral di percabangan dengan panjang helai daun sekitar 25 cm dan

lebar 8 cm. terkadang daunnya memiliki warna merah dan lebih tipis ketika masih

muda dan mengeluarkan aroma ketika diremas. Bunga kecil berwarna putih

kemerahan atau hijau kekuningan dan tumbuh di ujung percabangan dengan jumlah

sekitar 3000. Buah tanaman mangga memiliki biji besar dan memiliki banyak

variasi dalam bentuk dan ukuran. Daging buahnya tebal dan berwarna kuning,

memiliki biji dan kulit kuning ketika matang (Luqyana dan Husni, 2019).

2.3.3 Klasifikasi Kersen (Muntingia calabura)

Menurut Sibarani (2019),klasifikasi kersen adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malvales

Famili : Muntingiaceae

Genus : Muntingia

Species : Muntingia calabura L.


12

Muntingia calabura L. yang dikenal dengan tumbuhan kersen atau seri.

Tumbuhan ini memiliki buah kecil dan manis, berwarna hijau ketika masih muda

dan berwarna merah setelah tua dan matang. Pohon kersen termasuk ke dalam

tumbuhan liar yang rindang dan mudah berkembang biak walaupun pada suhu

panas, tingginya mampu mencapai 12 meter. Pohon ini mudah dijumpai di

sepanjang jalan sebagai penyerap polusi udara dan peneduh. Selain bermanfaat

sebagai tumbuhan peneduh, kersen juga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan

manusia. Pohon kersen termasuk ke dalam tumbuhan jenis neotropik yaitu

tumbuhan yang hidup dengan baik dengan iklim tropis seperti Indonesia (Zahara

dan Suryady, 2018).

2.3.4 Klasifikasi Kelapa (Cocos nucifera)

Menurut Kurniawan (2015) dalam Kinanjar (2018), kelapa diklasifikasikan

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae

Genus : Cocos

Spesies : Cocos nucifera L.

Tanaman kelapa diketahui dapat tumbuh di daerah tropis (Mardiatmoko dan

Ariyanti, 2018).Menurut Ningrum (2019),morfologi tanamankelapa (Cocos

nucifera L) terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan buah. Akar, tanaman kelapa
13

memiliki perakaran yang kuat. Akarnya bertipe serabut sebagaimana tanaman

monokotil lain. Jumlah akar serabut berkisar antara 2.000- 4.000, tergantung

kesehatan tanaman. Sebagian akar tumbuh mendatar dekat permukaan

tanah, kadang-kadang mencapai panjang 15 m dan sebagian lagi masuk sampai

kedalaman 2-3 m.Batang, tanaman kelapa hanya mempunyai satu titik tumbuh

terletak pada ujung dari batang, sehingga tumbuhnya batang selalu mengarah ke

atas dan tidak bercabang. Tanaman kelapa tidak berkambium, sehingga tidak

memiliki pertumbuhan sekunder. Luka-luka pada tanaman kelapa tidak bisa pulih

kembalih karena tanaman kelapa tidak membentuk kalus (callus).Daun, struktur

daun kelapa terdiri atas tangkai (pelepah) daun, tulang poros daun, dan helai daun.

Tangkai daun terletak dibagian pangkal dengan bentuk melebar sebagai tempat

melekat tulang poros daun. Daun kelapa bersirip genap dan bertulang sejajar. Helai

daun berbentuk menyirip, berjumlah 100-130 lembar. Letak daun mengelilingi

batang. Tajuk dan terdiri atas 20-30 buah pelepah. Pada pohon yang sudah dewasa

panjang pelepah antara 5-8 m dengan berat rata-rata 15 kg. Jumlah anak daun 100-

130 lembar (50-65) pasang.Bunga, umumnya tanaman kelapa mulai berbunga pada

umur 6-8 tahun. Namun sekarang banyak jenis tanaman kelapa yang berbuah lebih

cepat yaitu kelapa hibrida, yang mulai berbunga pada umur 4 tahun. Bunga kelapa

pada dasarnya merupakan bunga tongkol yang dibungkus selaput upih yang keluar

dari sela-sela pelepah daun. Bunga akan terbuka namun upihnya mengering lalu

jatuh. Upih yang kering dan jatuh disebut mancung. Bunga kelapa tergolong bunga

serumah (Monoecious), artinya alat kelamin jantan dan betina terdapat pada satu

bunga.Buah, pertumbuhan tanaman kelapa dibagi kedalam tiga fase : Fase 1,


14

berlangsung selama 4-6 bulan. Pada fase ini bagian tempurung dan sabut hanya

membesar dan masih lunak. Lubang embrio juga ikut membesar dan berisi penuh

air. Fase 2, berlangsung selama 2-3 bulan. Pada fase ini tempurung berangsur-

angsur menebal tetapi belum keras betul. Fase 3, pada fase ini putih lembaga atau

endosperm sedang dalam penyusunan, yang dimulai dari pangkal buah berangsur-

angsur menuju ke ujung. Pada bagian pangkal mulai tampak bentuknya lembaga,

warna tempurung berubah dari putih menjadi coklat kehitaman dan bertambah

keras.

2.3.5 Klasifikasi Pucuk Merah(Syzygium oleana)

Menurut Putri (2019), tanaman pucuk merah dengan nama latin Syzygium

oleana memiliki klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium oleana

Pucuk Merah (Syzyginium oleana) adalah tanaman hias populer dari family

Myrtaceae dengan distribusi asli di Timur Laut India, Myanmar, Thailand,

Semenanjung Malaysia, Singapura, Sumatera, Kalimantan dan Filipina. Pohonnya

berukuran sedang dan sering ditanam sebagai tanaman pagar karena kanopinya

padat dan warna pucuknya kemerahan (Putri, 2019).


15

Bentuk dari daun pucuk merah ini berbentuk oval dengan lancip pada ujung

daunnya, untuk struktur daun pucuk merah mempunyai tulang daun dengan tumbuh

ditiap rantingnya. Warna dari daun pucuk merah ini cukup unik, karena jika daun

masih muda, daunnya akan berwarna merah, seiring waktu daunnya akan berubah

menjadi hijau. Dua warna yang dikombinasikan tersebut menjadikan tanaman ini

memiliki warna yang indah jika dilihat.

Tanaman dengan nama latin Syzygium oleana ini sering ditanam dipinggir

jalan, halaman maupun dipekarangan rumah. Pucuk merah dapat diperbanyak bisa

dengan 2 cara yakni cara Vegetatif dan cara generatif. Bunga dari tanaman pucuk

merah ini merupakan bunga yang majemuk dengan tersusun dalam malai berkarang

terbatas. Ketika bunga sudah mekar, bunga dari pucuk merah akan tampak kepala

putik yang berwarna putih dengan tangkai putik yang berukuran lebih pendek jika

dibanding benang sari dari bunganya. Letak putik tepat berada di tengah sedangkan

tangkai sari berwarna putih berukuran lebih panjang dari putiknya dan memiliki

jumlah yang banyak (Syahputra, 2019).

2.4Penyapihan

2.4.1 Pengertian Penyapihan

Penanganan benih di persemaian adalah awal dari perkembangan tanaman.

Kegiatan tersebut meliputi penyiapan benih, media benih dan media sapih,

perlakuan benih, penanaman dan penyapihan bibit(Fitria, 2017).Penyapihan

merupakan kegiatan memindahkan tanaman semai atau kecambah yang sehat dari

bak tabur ke dalam polybag yang berisi media sapih pada umur dan ukuran tertentu.
16

Ketepatan waktu penyapihan dapat ditentukan berdasarkan umur kecambah atau

struktur kecambah normal (Widyani et al., 2015).

Untuk mendapatkan benih yang baik, biasanya penyemaian biji/benih di

lakukan di persemaian yang kemudian dilakukan penyapihan sebelum benih di

tanam di lapangan(Yusriadi et al., 2011).Penyapihan bibit dari bak kecambah ke

polybag dilaksanakan setelah terbentuk kecambah normal yang ditandai dengan

telah memiliki sepasang daun, dan batang bibit/kecambah kokoh. Penyapihan

dilakukan pada sore hari, hal ini bertujuan untuk mengurangi laju evapotranspirasi

(Merisa et al., 2019).

2.4.2 Tujuan Penyapihan

Menurut Wali dan Soamole (2015), Penyapihan bibit bertujuan untuk

memberikan kemungkinan pertumbuhan agar cabang dan bulu akar yang baik,

sehingga apabila semai ditanam akan diperoleh tanaman yang tumbuh baik dengan

persentase hidup tinggi (Ramadhan et al., 2018). Penyapihan juga dapat bertujuan

untuk mengetahui kandungan unsur hara yang terkandung dalam media penyapihan

(Prananda et al., 2014).

Penyapihan bibit juga dilakukan agar tanaman benar-benar siap

dipindahkan ke pot besar dan diberi bibit yang seragam sehingga bisa ditempatkan

di lapangan. Penyapihan ini dilakukan sampai tanaman memiliki 6 helai

daun(Hendra et al., 2018).

2.4.3 Tahapan dalam Penyapihan

Penyapihan adalah proses memindahkan semai dari bak tabur/kecambah ke

dalam media sapih di dalam polybag. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam
17

kegiatan penyapihan semai adalah meminimalkan tingkat kerusakan akibat proses

penyapihan (Irawan et al., 2020).Untuk penyapihan dilakukan pada sore hari agar

dapat mencegah kematian bibit akibat stres. Hal ini menyebabkan penyapihan tidak

dapat dilakukan secara langsung, melainkan bertahap. Penyapihan juga dilakukan

di tiap perlakuan agar mudah dalam penyusunan tanaman. Setelah penyapihan

biasanya anakan tanaman akan sedikit layu selama satu atau dua hari sebelum

beradaptasi dari stress (Putra, 2011).

Menurut Wasis dan Sandrasari (2011), Tahapan yang dilakukan dalam

penyapihan bibit adalah bibit dicabut dari media tanam sebelumnya dan

dibersihkan serta akar bibit tersebut direndam di dalam air selama 30 menit.

Kemudian lubang tanam kecil dibuat di tailing dengan menggunakan kayu kecil

agar mudah menanam bibit ke dalam polybag yang berisi tailing tersebut. Setelah

bibit direndam selama 30 menit, penyapihan bibit dimulai ke dalam masing-masing

campuran tailing.

Penyapihan bibit yang relatif tua umumnya akan menghasilkan

pertumbuhan yang lambat karena mengalami stagnasi pertumbuhan. Bibit yang

lebih dahulu disapih dan ditanam telah beradaptasi lebih awal, sehingga

kemampuan fisiologisnya lebih baik dalam memanfaatkan unsur hara yang terdapat

dalam media sapih secara optimal (Yitnowati, 2020).

2.4.4 Penyapihan Bibit Cabai Rawit (Capsicum frutesicum)

Tanaman cabai yang telah memiliki 2 daun dipindahkan ke dalam polybag

kecil. Media tumbuh menggunakan tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan

1 : 1 (Hendra et al., 2018).Bibit dalam polybag diletakkan pada lubang tanam


18

dengan cara merobek plastik kantong semai dengan menghindari pecahnya media

yang dapat menyebabkan putusnya akar. Masukkan bibit pada lubang tanam. Agar

bibit dapat tumbuh dengan tegak, maka tanah di sekitar bibit ditekan sedemikian

rupa dengan kedua telapak tangan. Untuk menghindari kerusakan bibit akibat

pantulan cahaya matahari dari plastik, maka dapat dilakukan penutupan bibit

tersebut jika diperlukan. Misalnya dengan pelepah daun pisang. Penutupan

dilakukan sampai bibit tersebut benar hidup (Alif, 2017).

2.5 Pemupukan

2.5.1 Pengertian Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu tindakan pemeliharaan tanaman yang

utama untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal (Hapsoh et al.,

2017).Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk anorganik maupun

pupuk organik. Pupuk anorganik lebih banyak digunakan dengan alasan lebih cepat

dalam penyediaan unsur hara dibandingkan dengan pupuk organik. Penggunaan

pupuk organik seperti pupuk kandang dapat mengurangi penggunaan pupuk

anorganik yang dapat mencemari lingkungan (Wijayanti et al., 2013).

Pupuk organik adalah kunci dari pemupukan yang tepat karena pupuk

organik, khususnya pupuk kandang mempunyai beberapa keunggulan yaitu dapat

memperbaiki struktur fisik, kimia, dan biologi tanah serta memberikan tambahan

bahan organik dan mengembalikan hara yang terangkut oleh hasil panen

sebelumnya (Aripin, 2016). Pemupukan dapat berbentuk padatan maupun cairan

yang ditambahkan pada tanah untuk menambah satu atau lebih unsur hara esensial

untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Wirabawana, 2018).


19

2.5.2 Tujuan Pemupukan

Pemupukan bertujuan mengganti unsur hara yang hilang dan menambah

persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan produksi dan

mutu tanaman. Ketersediaan unsur hara yang lengkap dan berimbang yang dapat

diserap oleh tanaman merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan dan

produksi tanaman (Dewanto et al., 2013). Pemupukan dapat menjaga ketersediaan

unsur hara agar selalu tersedia di dalam tanah (Pratama et al., 2015).

Tujuannya agar pupuk dasar terdekomposisi dengan sempurna dan tidak

banyak terbuang akibat penguapan (Susanti, 2014). Menurut Balai Penelitian atau

Balai Teknologi Pertanian faktor yang menentukan seberapa 8 banyak unsur hara

yang diperlukan untuk koreksi ialah kondisi kesuburan tanah itu sendiri,

kemasaman tanah (pH), kelembaban tanah, tinggi rendahnya kadar bahan organik

dalam tanah, kemampuan penyerapan terhadap pupuk (zat-zat mineral) dari

tanaman, serta faktor iklim(Maulana, 2015). Pemberian pupuk organik dapat

menjaga agroekosistem terutama mencegah terjadinya degradasi lahan dan dapat

memperbaiki kesuburan tanah sehingga dapat menunjang pertumbuhan dan

perkembangan tanaman, disamping itu juga dapat menghasilkan komoditi yang

sehat (Haryadi et al., 2015).

2.5.3 Tahapan dalam Pemupukan

Tahapan pengamplikasian pupuk pada tanaman dapat dilakukan dengan dua

cara, yaitu dengan melalui perakaran dan disemprotkan melalui daun tanaman

(Swastika et al., 2017). Pemupukan harus mengacu pada enam tepat, yaitu dengan
20

dosisyang tepat, tepat cara, tepat waktu, tepat jenis, tepat harga dan tepat tempat

(Suwandi et al., 2019).

Pemupukan dasar (preplant) dilakukan dengan cara ditabur merata di areal

bedeng, sedangkan pemupukan susulan melalui irigasi tetes. Pemupukan dilakukan

dengan cara melarutkan pupuk bersama air ke dalam ember kemudian disalurkan

ke masing-masing bedeng perlakuan (Deli, 2019).

2.5.4 Pemupukan Cabai Rawit (Capsicum frutesicum)

Tahapan dalam pemupukan menggunakan kompos pada tanaman cabai

rawit dilakukan dengan tahapan kerja sebagai berikut: (a) melakukan pembibitan

cabai rawit menggunakan polybag, (b) membersihkan lahan, (c) membuat lubang

tanam menggunakan cangkul, (d) membuat lubang tanamyang sesuai dengan

ukuran polybag, (e) memberikan pupuk kompos pada setiap lubang tanam dengan

takaran pupuk 500 gram di setiap lubang ta nam, (f) menyiram lubang tanam

dengan air hingga jenuh, (g) mengiris polybag menggunakan parang sebelum di

masukan ke dalam lubang tanam, (h) mengisi satu polybag dengan satu bibit cabai

rawit, (i) memberi pelepah pisang sebagai naungan dan memberi ajir agar cabai

tetap kokoh (Raksun dan Karnan, 2019).

Pemberian pupuk di tabur disekitar tanaman kemudian ditutup dengan

tanah(Polii et al., 2019). Pupuk disiram pada tanah dengan jarak 5 cm dari batang

tanaman cabai dilakukan secara melingkar. Penyiraman pupuk dilakukan 7 hari

sekali. Pemupukan dilakukan pada sore hari (Karim et al., 2019).


21

2.6Pemeliharaan Tanaman

2.6.1 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman adalah semua tindakan manusia yang bertujuan

untuk memberi kondisi lingkungan yang menguntungkan sehingga tanaman tetap

tumbuh dengan baik dan mampu memberikan hasil atau produksi yang maksimal.

Dalam hal ini, pemeliharaan tanaman sangatlah penting, karena merupakan salah

satu faktor penentu dalam produktivitas tanaman. Semakin baik cara pemeliharaan

tanamannya, maka semakin tinggi pula produktivitas tanaman dan begitu juga

sebaliknya (Swastika et al., 2017).

Kegiatan pemeliharaan merupakan kegiatan yang dilakukan masyarakat

untuk memelihara tanaman miliknya sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh

denganbaik dan memberikan hasil yang maksimal (Oktaviyani et al.,

2017).Pemeliharaan tanaman memegang peranan yang sangat penting didalam

tumbuh kembang sebuah tanaman (Mirando, 2021).

Pemeliharaan sangat diperlukan, karena tedapat dua masalah utama setelah

kegiatan penanaman di lapangan, yaitu kematian bibit dan Pertumbuhan lambat dan

abnormal (Budi, 2016).Pemeliharaan tanaman di lapangan dilakukan agar tanaman

bisa tumbuh subur, berproduksi maksimal dan tidak mudah terserang penyakit

(Siadi et al., 2012).

2.6.2 Pengukuran Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dengan menggunakan meteran atau mistar. jika

belum tumbuh cabang, pengukuran dimulai dari pangkal batang diatas permukaan

tanah hingga pucuk (Anastasia, 2015).Pengukuran tinggi tanaman cabai rawit


22

dimulai pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah pindah tanam hingga 4

minggu setelah pindah tanam. Pengukuran dilakukan mulai dari pangkal batang

tanaman sampai titik tumbuh cabang utama tanaman menggunakan alat ukuran

meteran. Interval waktu pengukuran 1 minggu sekali (Putri, 2019).

2.6.3Langkah – langkah Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan seperti penyiraman, pemupukan,

pengendalian hama dan penyakit tanaman hingga pemangkasan daun dan cabang

(Dermawan et al., 2020). Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore

hari dengan menggunakan gembor agar media tetap lembab (Jafar et al., 2013).

Kekurangan air pada tanaman akan menyebabkan kelayuan daun, tanaman menjadi

kerdil dan hasil panen yang menurun. Kekurangan air juga akan menyebabkan

tanaman mudah diserang oleh penyakit (Ajis dan Harso, 2020).

Pemupukan adalah penambahan bahan alami atau buatan berbentuk padat

atau cairan yang ditambahkan pada tanah untuk menambah satu atau lebih unsur

hara esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Wirabawana, 2018).

Pemupukan merupakan salah satu tindakan pemeliharaan tanaman yang utama

untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal. Pupuk ialah bahan yang diberikan

ke dalam tanah baik yang organik maupun anorganik guna mencukupi kebutuhan

hara yang diperlukan tanaman (Hapsoh et al., 2017).

Tindakan pengendalian dapat digunakan berbagai cara yaitu secara

fisik/mekanik, secara biologi, khemis. Cara pengendalian yang relatif cepat dan

praktis adalah dengan cara khemis, tetapi sering kali menimbulkan efek samping

(Tanjung et al., 2018). Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman dilakukan
23

tergantung jenis hama dan penyakit tanaman tersebut. Karena beda jenis hama dan

penyakit beda pula cara untuk mengendalikannya (Meilin, 2014).

2.7 Pengembangan Agroforestri

2.7.1 Agroforestri

Agroforestri adalah suatu sistem pengelolaan lahan yang merupakan

kombinasi antara produksi pertanian termasuk pohon buah-buahan dan tanaman

kehutanan. Sistem agroforestri merupakan sistem pengelolaan sumber daya alam

yang dinamis dan berbasis ekologi dengan memadukan berbagai jenis pohon pada

tingkat lahan (petak) pertanian maupun pada suatu bentang lahan (landskap).

Pengolahan lahan dengan sistem agroforestri bertujuan untuk mempertahankan

jumlah dan keragaman produksi lahan sehingga berpotensi memberikan manfaat

sosial ekonomi dan lingkungan bagi para penggunaan lahan (Lestari, 2018).

Puspita (2015), menyatakan agroforestri sebagai pemanfaatan tanaman

kayu tahunan secara seksama (pepohonan, belukar, palem, bambu) pada suatu unit

pengelolaan lahan yang sama sebagai tanaman yang layak tanam, padang rumput

dan atau hewan, baik dengan pengaturan ruang secara campuran atau ditempat dan

saat yang sama maupun secara berurutan dari waktu ke waktu.

1.7.2 Bentuk – bentuk Agroforestri

Menurut Mahendra (2009) dalam Haq (2021), Pola pemanfaatan lahan yang

beranekaragam sangat mungkin dijumpai pada kawasan tertentu, sehingga kita

mengenal beberapa bentuk agroforestri antara lain: Agrisilviculture, yaitu pola

penggunaan lahan yang terdiri atas kombinasi tanaman pertanian (pangan) dengan

tanaman kehutanan dalam ruang dan waktu yang sama.Sylvopastoral system, yaitu
24

sistem pengelolaan lahan yang menghasilkan kayu sekaligus berfungsi sebagai

padang gembalaan. Ternak-ternak milik bos leluasa mendapatkan hijauan makanan

ternak (HMT) pada lahan tersebut. Agrosilvo-pastoral system, yaitu sistem

pengelolaan lahan yang memiliki tiga fungsi produksi sekaligus, antar lain sebagai

penghasil kayu, penyedia tanaman pangan dan juga padang penggembaaan untuk

memelihara ternak. Ketiga fungsi tersebut bisa maksimal bila lahan yang dikelolah

memiliki luasan lahan yang cukup. Bila terlalu sempit maka akan terjadi kompetisi

negatif antar komponen penyusun.

Silvofishery, yaitu sistem pengolahan lahan yang didesain untuk

menghasilkan kayu sekaligus berfungsi sebagai tambak ikan.Apiculture, yaitu

sistem pengolahan lahan yang memfungsikan pohon-pohon yang di tanam sebagai

sumber pakan lebah madu. Selain memproduksi kayu juga menghasilkan madu

yang memiliki nilai jual yang tinggi dan berkasiat obat. Semiculture, yaitu sistem

pengelolaan lahan yang menjadikan pohon-pohon untuk memelihara ulat sutera.

Sehingga murbei yang menjadi makanan pokok ulat sutera harus ada dalam jumlah

yang besar dalam lahan tersebut.Multipurpose forest tree production, yaitu sistem

pengelolaan lahan yang mengambil berbagai macam manfaat dari pohon baik dari

kayunya, buahnya maupun daunnya. Sistem ini merupakan pengoptimalan dari

pohon yang ditanam. Sistem ini merupakan kombinasi penghasil kayu, penghasil

buah maupun yang diambil daunnya untuk hijauan makanan ternak (HMT).

2.7.3 Fungsi dan Peran Agroforestri


25

Bustami (2019), mengemukakan bahwasalah satu fungsi agroforestri pada

level bentang lahan yang sudah terbukti berhasil adalah kemampuannya untuk

menjaga dan mempertahankan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan,

khususnya terhadap kesesuaian lahan. Beberapa dampak positif sistem agroforestri

pada level bentang lahan ini antara lain: (a) memelihara sifat fisik dan

kesuburan tanah, (b) mempertahankan fungsi hidrologi kawasan, (c) mempertahan

kan cadangan karbon, (d) mengurangi emisi gas rumah kaca dan (e) mempertahan

kan keanekaragaman hayati.

Fungsi agroforestri itu dapat diharapkan karena adanya komposisi dan

susunan spesies tanaman dan pepohonan yang ada dalam satu bidang lahan. Sistem

agroforestri mampu mempertahankan sifat fisik tanah melalui, a) Menghasilkan

serasah, sehingga dapat menambah bahan organik tanah, b) Meningkatkan aktivitas

biologi tanah dan sistem perakaran, c) Mempertahankan dan meningkatkan

ketersediaan air dalam lapisan perakaran.

2.7.4 Agrowisata

Budiarti (2013) dalam Palit et al (2017), mengemukakan bahwa agrowisata

atau wisata pertanian didefinisikan sebagai rangkain aktivitas perjalanan wisata

yang memanfaatkan lokasi atau sektor pertanian mulai dari awal produksi hingga

diperoleh poduk pertanian dalam berbagai sistem dan skala dengan tujuan

memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan rekreasi di bidang

pertanian.

2.7.5 Prinsip Agrowisata


26

Agrowisata bermula dari ecotourism. Ecotourism adalah yang paling cepat

bertumbuh diantara model pengembangan pariwisata yang lainnya di seluruh dunia

dan memperoleh sambutan yang sangat serius. Ecotourism dikembangkan di negara

berkembang sebagai sebuah model pengembangan yang potensial untuk

memelihara sumber daya alam dan mendukung proses perbaikan ekonomi

masyarakat lokal. Ecotourism dapat menyediakan alternatif perbaikan ekonomi ke

aktivitas pengelolaan sumber daya dan untuk memperoleh pendapatan bagi

masyarakat lokal antara ecotourism dan agritourism berpegang pada prinsip yang

sama.

Prinsip-prinsip tersebut, menurut Wood dalam Kartikasari (2017),

adalah:Menekankan serendah-rendahnya dampak negatif terhadap alam dan

kebudayaan yang dapat merusak daerah tujuan wisata. Memberikan pembelajaran

kepada wisatawan mengenai pentingnya suatu pelestarian. Menekankan pentingnya

bisnis yang bertanggung jawab yang bekerjasama dengan unsur pemerintah dan

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan penduduk lokal dan memberikan manfaat

pada usaha pelestarian. Mengarahkan keuntungan ekonomi secara langsung untuk

tujuan pelestarian, menejemen sumberdaya alam dan kawasan yang

dilindungiMemberi penekanan pada kebutuhan zona pariwisata regional dan

penataan serta pengelolaan tanam-tanaman untuk tujuan wisata di kawasan-

kawasan yang ditetapkan untuk tujuan wisata tersebut. Memberikan penekanan

pada kegunaan studi-studi berbasiskan lingkungan dan sosial, dan program-

program jangka panjang, untuk mengevaluasi dan menekan serendah-rendahnya

dampak pariwisata terhadap lingkungan. Mendorong usaha peningkatan manfaat


27

ekonomi untuk negara, pebisnis, dan masyarakat lokal, terutama penduduk yang

tinggal di wilayah sekitar kawasan yang dilindungi. Berusaha untuk meyakinkan

bahwa perkembangan pariwisata tidak melampui batas-batas sosial dan lingkungan

yang dapat diterima seperti yang ditetapkan para peneliti yang telah bekerjasama

dengan penduduk lokal. Mempercayakan pemanfaatan sumber energi, melindungi

tumbuh-tumbuhan dan binatang liar, dan menyesuaikannya dengan lingkungan

alam dan budaya.

2.7.6 Pengembangan Agroeduwisata

Agroeduwisata merupakan salah satu potensi ekonomi kreatif pada sektor

pertanian yang dapat memberikan dampak positif diantaranya: memberikan nilai

tambahan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat agribisnis; mendorong

peningkatan kinerja pengelolaan aset-aset agribisnis milik masyarakat, swasta dan

pemerintah; meningkatkan nilai jual produk agro; dan berkembangnya sumber-

sumber pendapatan baru yang dapat dinikmati oleh masyarakat setempat. seperti

penyewaan homestay dan sarana rekreasi lainya, kantin, penjualan cinderamata,

dan lain-lain. Selain itu agroeduwisata juga merupakan salah satu wahana yang

efektif dalam rangka edukasi teknologi agribisnis dan sarana promosi produk-

produk agro serta budaya agro lokal (Sukmawani et al., 2014).

Salah satu pengembangan dan penerapan pertanian berkelanjutan yaitu

dengan adanya pengelolaan kawasan pertanian dan pengembangan pertanian dari

sisi hulu hingga hilir. Integrated farming system yang mencakup berbagai subsektor

pertanian ini memberikan peluang pengembangan agroeduwisata di berbagai

daerah (Novikarumasari dan Amanah, 2019).


28

Pada dasarnya agroeduwisata adalah kegiatan wisata untuk tujuan studi

yang dapat memberi pengalaman tentang alam pertanian melalui ilmu pertanian

dalam arti luas yang mencakup pertanian bercocok tanam, peternakan, perikanan,

kehutanan, baik di dalam dan luar lapang (Nugroho et al., 2019).


III METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum agroforestry ini dilaksanakan pada tanggal 29 September 2021

sampai tanggal 1 Januari 2022. Tempat praktikum ini berlokasi di lahan Greenity,

Kelurahan Lahundape, Kecamatan Kendari barat, Kota Kendari..

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat yang akan digunakan pada praktikum ini adalah

cangkul/pacul, parang digunakan untuk membersikan lahan tanam, polybag ukuran

40x30 digunakan untuk menjadi wadah pengganti pot dalam menanam tanaman,

mika plastikdigunakan sebagai tempat menyemaikan tanaman,alat tulis menulisdan

kamera digunakan untuk dokumentasi.

Adapun persiapan bahan yang akandigunakan pada praktikum ini adalah

tally sheet digunakan untuk mencatat dan mengklasifikasi data yang telah diamati,

tanah digunakan untuk media tanam, buku tulis digunakan untuk mencatat data

yang akan diamati, pupuk organik dan bibit tanaman cabai rawit (capsicum

frutesicum).

3.3. Prosedur Praktikum

Prosedur dari praktikum ini dilakukan sebagai berikut :

1. Membagi lahan menjadi plot berukuran 6 m x 4 m kemudian memasang ajir di

tiap sudutnya.

2. persiapan lahan yaitu pemilahan dan pemindahan tanaman yang lama ke area

lain untuk memberi ruang bagi tanaman baru yang akan ditanam, serta

membersihkan ranting dan rumput pada lahan.


30

3. Penyiapan media tanam yang pertama yakni membersihkan tanah dari rumput,

dan kerikil

4. Pemindahkan bibit cabai rawit kedalam polybag

5. Setelah 3 minggu pada saat penyemaian cabai rawit , kemudian Pemindahkan

bibit cabai rawit kedalam polybag

6. Setelah itu pemindahan bibit cabai rawit di lahan yang sudah di siapakan

sebelumnya

7. Menggemburkan tanah sekaligus pemberian pupuk organik.

8. Pemberian pupuk : Pupuk menjadi pemberi nutrisi paling bagus untuk cabai,

apalagi jika yang digunakan adalah pupuk kompos, organik atau kandang. Pupuk

perlu diberikan pada dua minggu awal sejak cabai ditanam.

9. Melakukan penyiramanbenihjagung dan semangka yang telah di tanam setiap

pagi atau sore hari sehingga tanahnya tidak kering

10. Menggemburkan tanah di sekitar bibit sebagai bentuk perawatan terhadap

jagung dan semangka agar tumbuh subur.

11. Mengukur tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun dan panjang daun setiap

minggunya agar dapat dilihat perkembangannya untuk dimasukkan kedalam

tally sheet.

12. Mendokumentasikan setiap minggu pertumbuhan dari tanaman tersebut dan

kegiatan yang telah dilakukan.

13. Melakukan pemanenan buah pada tanaman yang buahnya telah masuk.
31

3.4. Denah Kelompok

Denah kelompok pada praktikum ini disajikan pada Gambar 1 yaitu sebagai

berikut:

B
E
D
E
N
G
A
N
N

Gambar 1. Denah Kelompok

3.5. Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

3.5.1. Total Modal

Keterangan: TM = Total Modal


TM = n1 + n2 + n3
n (1,2,3) = Modal yang Dikeluarkan
3.5.2. Total Keuntungan
Keterangan: TK = Total Keuntungan
TK = n1 + n2 + n3 n (1,2,3) = Kentungan Yang Didapatkan

3.5.3. Keuntungan Bersih Keterangan: TM = Total Modal


TK = Total Keuntungan
KB = (TK – TM) 0,01 Ha
1 Ha = 10000 m2 (100 x 100 m)
100 m2 = 0,01 Ha
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Berdasarkan praktikum yang dilakukan, jenis tanaman yang digunakan

adalah Cabai Rawit (Capsicum frutesicum). Parameter pertumbuhan yang diamati

pada penelitian ini adalah tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, jumlah daun

serta analisis ekonomi.

4.1.1. Analisis Pertumbuhan Tanaman

Hasil pengolahan data pada sistem agroforestri terhadap parameter

pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada penjabaran berikut.

Tabel 1 Rata-rata pertumbuhan vegetatif tanaman Cabai rawit


(Capsicum frutesicum) pada minggu pertama sampai minggu ke 7
di Lahan
Total
Jumlah
Bibit
Minggu Tanaman T. J. L. P.
No Yang Yang Tanaman Daun Daun Daun
KET
Ke
Di Hidup
Tanam
1 2 40 3,55 2 0,84 1,57 Bak Kecambah
2 3 40 4,05 3 1,14 1,87 Bak Kecambah
3 1 37 3,49 3 0,84 1,55 Di Lahan
4 2 40 3,58 4 0,7 1,51 Di Lahan
5 3 40 3,97 3 0,86 1,71 Di Lahan
40
6 4 6 6,53 5 1,61 2,98 Di Lahan
7 5 18 8,65 9 1,98 4,28 Di Lahan
8 6 18 10,83 11 2,99 5,43 Di Lahan
9 7 12 12,57 13 3,23 6,15 Di Lahan
10 8 12 14,82 14 3,97 6,89 Di Lahan
Rata-rata pertumbuhan vegetatif tanaman Cabai rawit (Capsicum

frutesicum) pada minggu ke 1 sampai minggu ke 7 di Lahan dapat di lihat pada

tabel 8.
33

45
Jumlah
40 Tanaman Yang
Hidup
35 T. Tanaman
30
25 J. Daun
20

15 L. Daun

10
P. Daun
5

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Grafik 1. Rata-rata pertumbuhan vegetatif tanaman Cabai Rawit

Tabel 2. Persentase pertumbuhan tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutesicum) di


Lahan
Persentasi Tanaman Yang Tumbuh (%) Di Minggu Ke
Jenis Tanaman
Jumlah Di bak
No Total kecambah
Di Lahan
Nam Benih
a Nama Latin 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8
Lokal
Cabai Capsicum
1 40 100 100 92,5 100 100 15 45 45 30 30
rawit frutesucum

Persentase pertumbuhan tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutesicum) di Lahan di

sajikan pada tabel 2.


34

120

100

80

60

40

20

0
1 2 3 4 5 6 7 Minggu ke-

Grafik 2. Persentase tumbuh tanaman Cabai Rawit

Tabel 3. Ukuran Tanaman pada lahan Agroforestri


Jenis Tanaman Ukuran (cm)
No Keterangan
Nama Lokal Nama Latin K D T
1. Cabai Rawit Capsicum frutesicum - - 4 Semai
2. Kersen Muntingia calabura 67 21,3 450 Pohon
3. Mangga Mangifera indica 18 5,73 213 Pancang
4. Kelapa Cocos nucifera 55 17,5 375 Tiang
5. Pucuk Merah Syzygium oleana 10 3,18 243 Pancang
Keterangan:K = KelilingD = DiameterT = Tinggi
Tanaman-tanaman yang berada pada lahan agrisilvikultur ini terdiri dari

Cabai rawit (Capsicum frutesicum) yang masih termasuk dalam kategori semai,

kersen (Muntingia calabura) yang masuk dalam kategori pohon karena

diameternya 21,3 cm, Mangga (Mangifera indica) masuk ke dalam kategori

pancang karena diameternya masih berukuran 5,73 cm, Kelapa (Cocos nucifera)

yang termasuk kategori tiang dengan diameter 17,5 cm, dan Pucuk merah

(Syzygium oleana) yang berdiameter 3,18 cm dan masuk ke dalam kategori

pancang.
35

Tabel 4. Takaran pemberian pupuk organik


No Jenis Pupuk Tanaman Takaran Pupuk Satuan

1 Pupuk Organik Cabai Rawit 700 gram


2 Pupuk Organik Cabai Rawit 700 gram
3 Pupuk Organik Cabai Rawit 700 gram
4 Pupuk Organik Cabai Rawit 700 gram
5 Pupuk Organik Cabai Rawit 700 gram
6 Pupuk Organik Cabai Rawit 700 gram
7 Pupuk Organik Cabai Rawit 700 gram
8 Pupuk Organik Cabai Rawit 700 gram
9 Pupuk Organik Cabai Rawit 700 gram
10 Pupuk Organik Cabai Rawit 700 gram
11 Pupuk Organik Cabai Rawit 700 gram
12 Pupuk Organik Cabai Rawit 700 gram
13 Pupuk Organik Cabai Rawit 700 gram
14 Pupuk Organik Cabai Rawit 700 gram
15 Pupuk Organik Cabai Rawit 700 gram
16 Pupuk Organik Cabai Rawit 700 gram
17 Pupuk Organik Cabai Rawit 700 gram
18 Pupuk Organik Cabai Rawit 700 gram

Pupuk yang di gunakan yaitu pupuk organik dari sisa pembakaran

dedaunan. kadar pupuk yang di berikan pada 200 gram yang ditaburkan di

permukaan. Manfaat dari pupuk organik ini dapat memperbaiki sifat fisik seperti

permeabilitas, porositas, struktur dan daya menahan air. Pemupukan dilakukan

apabila tanah mengalami kemunduran artinya berkurang kesuburannya akibat

penghanyutan hara oleh erosi, pencucian hara dan terangkut pada saat panen

(Kartasapoetra, 2015).

Tabel 5. Nilai Ekonomi Tanaman Cabai (Capsicum frutesicum).


Jenis Tanaman Ukuran Harga Pasar (Rp.) Jumlah ∑Harga (Rp.)
Cabai Kecil 25.000/1 liter 8,4 L Rp. 210.000
36

Tabel 6. Pengeluaran
No Jenis Pengeluaran Volume Harga Total (Rp)
1. Polybag Rp. 30.000
2. Pupuk Organik 1 Karung Rp. 35.000
3. Benih 1 Bungkus Rp. 15.000
Jumlah Rp. 80.000

4.1.2. Analisis Pendapatan Petani


KB = (TK – TM)

Keterangan: KB= Keuntungan bersih, TK= Total Keuntungan, TM= Total Modal

Pendapatan = Rp. 210.000 – Rp. 80.000

= Rp. 130.000

Jadi total pendapatan yang dihasilkan dalam lokasi dengan luasan 0,0024

Ha adalah Rp. 130.000.

4.2. Pembahasan

Agroforestri adalah salah satu bentuk penggunaan lahan secara multitajuk

yang terdiri dari campuran pepohonan, semak atau tanaman semusim yang sering

disertai dengan ternak dalam satu bidang lahan(Olivi et al., 2015). Penerapan pola

agroforestri memiliki arti penting bagi kehidupan masyarakat. Secara ekologis

agroforestri memberikan manfaat mencegah timbulnya erosi. Tanaman dengan

tajuk yang tinggi bisa menjadi pelindung bagi tanaman bawah dan mempertahankan

keberadaan mata air di kawasan hutan(Mulyana et al., 2017).

Berdasarkan hasil dari analisis pertumbuhan vegetatif cabai rawit yang

diperoleh dari hasil praktikum dengan sistem agroforestri yaitu rata-rata

pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutesicum) tertinggi dan terendah

minggu terakhir dalam 20 polybag dan 1 bedengan yang diamati selama 3 minggu

pengamatan di lapangan yaitu tinggi tanaman tertinggi pada polybag 8 dan 9


37

dengan tinggi 6,4 cm dan terendah pada bedeng 1 tanaman ke 27, 28, 31 dan 34

yaitu 2,4 cm. Jumlah daun tertinggi pada polybag 4 dan 8 dengan jumlah 5 daun

dan terendah pada bedeng 1tanaman ke 22 dan 23 yaitu 1 daun. Panjang daun

tertinggi pada bedeng 1 tanaman ke 4 dengan panjang 2,5 cm dan terendah pada

bedeng 1 tanaman ke 25 yaitu 0,8 cm. Lebar daun tertinggi pada bedeng 1 tanaman

ke 40 dengan lebar 1,2cm dan terendah pada bedeng 1 tanaman ke 22 yaitu selebar

0,5 cm.

Pupuk yang di gunakan pada praktikum ini yaitu pupuk organik dari sisa

pembakaran dedaunan. kadar pupuk yang di berikan pada setiap tanaman sebanyak

500 gram yang terbagi menjadi 300 gram yang berada di bawah polibag dan 200

gram yang ditaburkan di permukaan. Manfaat dari pupuk organik ini dapat

memperbaiki sifat fisik seperti permeabilitas, porositas, struktur dan daya menahan

air. Pemupukan dilakukan apabila tanah mengalami kemunduran artinya berkurang

kesuburannya akibat penghanyutan hara oleh erosi, pencucian hara dan terangkut

pada saat panen (Kartasapoetra, 2015).

Salah satu kendala yang dapat membatasi pertumbuhan Cabaiyaitu karena

kurang suburnya tanah pada lokasi penanaman dan pemberian pupuk tidak merata

atau teratur. Hal ini di sebabkan tanaman stres yang di sebabkan oleh kurangnya

naungan di sekitar lokasi praktikum. Naungan dibuat dengan mempertimbangkan

arah sinar matahari bergerak. Prinsipnya pada pagi hari bisa mendapatkan sinar

matahari secara optimal (Piay, 2011). Adapun faktor-faktor yang menyebabkan

produksi tanaman cabai rawit menurun yakni, rendahnya tingkat kesuburan tanah,
38

tingginya penguapan air yang disebabkan oleh suhu udara serta serangan

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) (Mulyanti et al., 2017).

Nilai ekonomi dari 12 tanamandiperoleh pada tanaman cabai rawit

(Capsicum frutesicum) yaitu Rp. 210.000,-. Total pengeluaran yang dibutuhkan

selama perawatan tanaman hingga pemanenan yaitu Rp. 80.000,. Sehingga

keuntungan bersih yang diperoleh jika dikonversikan dalam bentuk hektar, maka

total keuntungan yang didapatkan yaitu Rp. 130.000. Dengan analisis jumlah

pendapatan petani jika pendapatan yang dihasilkan dari penjualan cabai rawit

dikurangi jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses pertumbuhan tanaman

yaitu sebesar Rp. 130.000,00.


V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini adalahPenerapan pola agroforestri memiliki

arti penting bagi kehidupan masyarakat. Secara ekologis agroforestri memberikan

manfaat mencegah timbulnya erosi. Tanaman dengan tajuk yang tinggi bisa

menjadi pelindung bagi tanaman bawah dan mempertahankan keberadaan mata air

di kawasan hutan. Nilai ekonomi yangdiperoleh dari tanaman cabai rawit

(Capsicum frutesicum) yaitu Rp. 210.000,-. Total pengeluaran yang dibutuhkan

selama perawatan tanaman hingga pemanenan yaitu Rp. 80.000,. Dengan analisis

jumlah pendapatan petani jika pendapatan yang dihasilkan dari penjualan cabai

rawit dikurangi jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses pertumbuhan

tanaman yaitu sebesar Rp. 130.000,00.

5.2Saran

Saran yang dapat berikan yaitu dalam pengembangan agroeduwisata di

lahan greenity terus dikembangkan agar dapat menambah tanaman-tanaman

pertanian, seperti sayur-sayuran yang di buat dalam bentuk hidroponik agar

kedepannya dapat meningkatkan minat bagi pengunjung maupun mahasiswa yang

berkunjung.
DAFTAR PUSTAKA

Ajis, A dan Harso, W. 2020. Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari dan ketersediaan
Air Terhadap Pertumbuhan tanaman Cabai Rawit (Capsicum Frutescens
L.). Biocelebes. 14 (1) : 31-36.

Alif, S. M. 2017. Kiat sukses budidaya cabai rawit. Yogyakarta. Biogenesis.

Amali, N. 2015. Diseminasi teknologi cabai merah melalui demplot GAP


[Prosiding]. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi.
Banjarbaru .

Ambari, Y., Wahyuni, K. I., Lehana, Z. R., Syamsudin, M dan Fitri, S. 2020.
Pengembangan Desa Wisata dengan Penanaman Tanaman Obat Keluarga
(Toga) di Desa Jembul Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto Propinsi
Jawa Timur. Jurnal Karinov. 3 (1) : 22-26.

Anastasia, M. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati Cair Tanotec terhadap


Pertumbuhan Tanaman Cabai Naga Morich (Capsicum ChinensisJacquin)
[Skripsi]. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Aripin, Z. 2016. Pengaruh Lama Penggunaan Mulsa dan Dosis Pupuk Kandang
Terhadap Pertumbuhan Cabai (Capsicum annum) Sebagai Bahan Penyusun
Petunjuk Praktikum Biologi Kelas XII Sma Negeri 1 Barat. Jurnal Biologi
dan Pembelajarannya. 3 (1) : 34-38.

Ashari, D. S. 2017. Peran Pupuk Bio-organik dan Pupuk NPK Majemuk terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Kelapa Sawit Umur Empat Tahun [Tesis]. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Birnadi, S. B. 2014. Pengaruh pengolahan tanah dan pupuk organik bokashi


terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine Max L.) kultivar
Wilis. Jurnal Istek. 8 (1) : 22-23.

Budi, S. W. R. 2016. Module Pelatihan Pemeliharaan Tanaman Hutan. Itto


Training Proceedings.

Bustami, M. E. 2019. Kajian Motivasi, Pola, dan Kontribusi Agroforestri Suren


(Toona sureni Merr.) Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani di Sekitar
Danau Toba Kecamatan Pematang Sidamanik [Skripsi]. Universitas
Sumatera Utara. Sumatera Utara.

Deli, S. Z. A. 2019. Optimasi Dosis Pupuk Nitrogen untuk Fertigasi melalui Irigasi
Tetes pada Budidaya Tanaman Cabai Rawit dengan Mulsa
Polyethylene [Disertasi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
41

Dermawan, R., Permana, A. D dan Faizal, A. 2020. Pemberdayaan Kelompok


Wanita Tani (KWT) Melalui Pemanfaatan Lalat Tentara Hitam dan
Trichoderma Sp. Sebagai Agen Biofungisida dan Pembuatan Pupuk
Organik di Makassar, Sulawesi Selatan. Jurnal Dinamika Pengabdian
(JDP). 5 (2) : 101-113.

Dewanto, F. G., Londok, J. J., Tuturoong, R. A dan Kaunang, W. B. 2017. Pengaruh


Pemupukan Anorganik dan Organik Terhadap Produksi Tanaman Jagung
Sebagai Sumber Pakan. Jurnal Zootek. 32 (5) : 1-8.

Fauzi, M. H. 2021. Respon Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum


Frutescens L.) Terhadap Pemberian Air Siklus Jenuh-Kapasitas Lapang
[Skripsi]. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Fitria, F. I. 2017. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Pupuk NPK Terhadap


Pertumbuhan Bibit Mahoni (Swietenia mahagoni) [Skripsi]. Universitas
Jember. Jawa timur.

Handayani, T. 2018. Analisis Pertumbuhan Mindi (Melia Azedarach L) dan


Produksi Umbi Garut (Maranta Arundinacea L dan Maranta Linearis L.
Andersson) Dalam Sistem Agroforestri [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Hapsoh, G., Amri, A. I dan Diansyah, A. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Cabai Keriting (Capsicum Annuum L.) Terhadap Aplikasi Pupuk
Kompos dan Pupuk Anorganik di Polibag. Jurnal Hort Indonesia. 8 (3) :
203-208.

Haq, K. 2021. Sistem Pengelolaan Agroforestri dan Pendapatan Petani di Desa


Jangan-Jangan Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru [Skripsi].
Universitas Hasanuddin. Makassar.

Harapan, S. M dan John, K. 2007. Bududaya Tanaman Cabai. BPTP Sumatera


Utara (FEATI 2007). Medan.

Haryadi, D., Yetti, H dan Yoseva, S. 2015. Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis
Pupuk Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kailan (Brassica
alboglabra L.) [Disertasi]. Jom Faperta. 2 (2) : 1-10.

Hasan, A. H. B dan Pakpahan, T. E. 2018. Persiapan Lahan Perkebunan. Jakarta


Selatan.

Hendra., Sarbino, S dan Syahputra, E. 2018. Pengaruh Frekuensi Penyemprotan


Insektisida Profenofos untuk Mengendalikan Lalat Buah Bactrocera Spp
pada Tanaman Cabai. Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian. 10 (1).

Husnain, D. N., Nursyamsi, S. M dan Syakir, M. 2016. Teknologi Pemupukan


Mendukung Jarwo Super. Jurnal Sumberdaya Lahan. 10 (1) : 1-10.
42

Irawan, D. 2018. Kajian Pengelolaan Lanskap Agrowisata D’Kandang Amazing


Farm, Sawangan, Depok [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Irawan, U. S., Arbainsyah., Ramlan, A., Putranto, H dan Afifudin, S. 2020. Manual
Pembuatan Persemaian dan Pembibitan Tanaman Hutan. Jakarta.
Tropenbos Indonesia.

Jafar, S. H., Thomas, A., Kalangi, J. I dan Lasut, M. T. 2013. Pengaruh Frekuensi
Pemberian Air terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Merah (Anthocephalus
macrophyllus (Roxb.) Havil). 2 (2) : 102-108.

Karim, H., Suryani, A. I., Yusuf, Y dan Fatah, N. A. K. 2019. Pertumbuhan


Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) terhadap Pemberian Pupuk
Organik Cair Limbah Pisang Kepok. Indonesian Journal of Fundamental
Sciences. 5 (2) : 89-101.

Kartikasari. 2012. Kajian Potensi Tata Hijau untuk Pengembangan Agrowisata di


Desa Lingkar Kampus [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kartikasari. 2017. Kajian Potensi Tata Hijau untuk Pengembangan Agrowisata di


Desa Lingkar Kampus Institut Pertanian Bogor [Skripsi]. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Karyani, R. D. 2007. Serangan Asphondylia sp. (Diptera: Cecidomyiidae) pada


Pertanaman Cabai Keriting Dan Cabai Rawit (Capsicum Spp.) Serta
Parasitoidnya Di Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten
Bogor [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Buku Teks Bahan Ajar Siswa
Agribisnis Tanaman Perkebunan Pembiakan Tanaman. Jakarta. Erlangga.

Kinanjar. 2018. Efektifitas Eceng Gondok (Eichornia crassipes) Sebagai Pupuk


Cair dengan Penambahan Hormon Tumbuh [Skripsi]. Politeknik Pertanian
Negeri Pangkajene dan Kepulauan. Pangkajene dan Kepulauan.

Kumalararas, R. 2018. Keanekaragaman Jenis Belalang (Orthopiera Caelifera) Di


Zona Rehabilitasi Resort Wonoasri Taman Nasional Meru Betiri [Skripsi].
Universitas Jember. Jawa Timur.

Lestari, B. 2018. Identifikasi Pola Agroforestri yang digunakan oleh Masyarakat


(Studi Kasus di Desa Sumber Makmur Kecamatan Bandar Agung
Kabupaten Oku Selatan Provinsi Sumatera Selatan) [Skripsi]. Universitas
Muhammadiyah Palembang. Palembang.

Lisdiyanti, M dan Guchi, H. 2018. Pengaruh Pemberian Bahan Humat dan Pupuk
SP-36 untuk Meningkatkan Ketersediaan Fosfor pada Tanah Ultisol. Jurnal
Pertanian Tropik. 5 (2) : 192-198.
43

Luqyana, L. Z. T. M dan Husni, P. 2019. Aktivitas Farmakologi Tanaman Mangga


(Mangifera indica L.). Jurnal Farmaka. 17 (2) : 187-194.

Maftuah, E dan Hayati, A. 2019. Pengaruh Persiapan Lahan dan Penataan Lahan
terhadap Sifat Tanah, Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah (Capsicum
annum) di Lahan Gambut. Jurnal Hort. 10 (2) : 102-111.

Mardiatmoko, G dan Ariyanti, M. 2018. Produksi Tanaman Kelapa (Cocos nucifera


L.). Ambon. Badan Penerbit Fakultas Pertanian Universitas Pattimura.

Margolang, R. D., Jamila dan Mariani S. 2018.Karakteristik Beberapa Sifat Fisik,


Kimia, dan Biologi Tanah Pada Sistem Pertanian Organik. Jurnal
Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara. 3 (2). 12-14.

Marjenah. 2018. Manajemen Pembibitan Edisi Revisi 2. Mulawarman University


Press. Samarinda.

Meilin, A. 2014. Hama dan Penyakit pada Tanaman Cabai serta Pengendaliannya.
Jambi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.

Merisa, M., Bintoro, A dan Riniarti, M. 2019. Penggunaan Berbagai Media


Tumbuh untuk Bibit Mahoni (Swietenia macrophlylla). Jurnal Hutan
Tropis. 7 (2) : 208-215.

Miftuah, E dan Afifah, H. 2019. Pengaruh Persiapan Lahan dan Penataan Lahan
terhadap Sifat Tanah, Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah (Capsicum
annum) di Lahan Gambut. Jurnal Hort. Indonesia. 10(2): 102-111.

Mubarok, M. A. 2018. Pengaruh Radiasi Sinar Gamma Co-60 Terhadap


Pertumbuhan Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L.) [Skripsi]. Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Mulyana, L. Indra, G. F. Rahmat, S dan irwan, S. B. 2017. Performapengelolaan


Agroforestri Di Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Rajabasa.
Jurnal Hutan Tropis. 5(2): 127-133.

Mustafa, S. 2020. Analysis Of Farming Chili Pepper And Watermelon To The


Income Of Farmers In The Village Sidodadi Ramunia Banyan District Deli
Serdang Regency (Doctoral Dissertation). Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara. Medan.

Nanda, R. 2017. Pengaruh Jarak Tanam dan Pemberian Air Kelapa Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Semangka (Citrulus Vulgaris
Schard.) [Skripsi]. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Medan.

Ningrum, M. S. 2019. Pemanfaatan Tanaman Kelapa (Cocos Nucifera) oleh Etnis


Masyarakat di Desa Kelambir dan Desa Kubah Sentang Kecamatan Pantai
Labu Kabupaten Deli Serdang [Skripsi]. Universitas Medan Area. Medan.
44

Novianti, T. T. 2016. Daya Hasil Cabai Keriting Dan Rawit (Capsicum Annum L.)
IPB di Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Novikarumasari, N. D dan Amanah, S. 2019. Pengembangan model agroeduwisata


sebagai implementasi pertanian berkelanjutan. Journal of Extension and
Development. 1 (2) : 67.

Nugroho, A. S., Dewi, E. R. S dan Mulyaningrum, E. R. 2019. Pengembangan


usaha produk intelektual kampus UPGRIS Farm. Journal of Dedicators
Community UNISNU Jepara. 3 (1) : 3.

Nurfalach, D. R. 2010. Budidaya Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) di


UPTD perbibitan tanaman hortikultura Desa Pakopen Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang [Skripsi]. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.

Oktavianto, Y., Sunaryo dan Suryanto, A. 2015. Karakterisasi Tanaman Mangga


(Mangifera Indica L.) Cantek, Ireng, Empok, Jempol Di Desa Tiron,
Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri. Jurnal Produksi Tanaman. 3 (2) :
91 – 97.

Oktaviyani, E. S., Indriyanto, I dan Surnayanti, S. 2017. Identifikasi Jenis Tanaman


Hutan Rakyat dan Pemeliharaannya di Hutan Rakyat Desa Kelungu
Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus. Jurnal Sylva Lestari. 5 (2) :
63-77.

Palit, I. G., Talumingan, C dan Rumagit, G. A . J. 2017. Strategi Pengembangan


Kawasan Agrowisata Rurukan. Agri-Sosioekonomi. 13 (2A) : 21-34.

Polii, M. G. M., Sondakh, T. D., Raintung, J. S. M., Doodoh, B dan Titah, T. 2019.
Kajian Teknik Budidaya Tanaman Cabai (Capsicum Annuum L.)
Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Eugenia. 25 (3) : 72-77.

Prananda, R dan Riniarti, M. 2014. Respon Pertumbuhan Bibit Jabon


(Anthocephalus Cadamba) dengan Pemberian Kompos Kotoran Sapi pada
Media Penyapihan. Jurnal Sylva Lestari. 2 (3) : 29-38.

Prasetya, M. E. 2014. Pengaruh Pupuk NPK Mutiara Dan Pupuk Kandang Sapi
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Cabai Merah Keriting Varietas
Arimbi (Capsicum annuum L.). Jurnal Agifor. 13 (2) : 91-198.

Prasetyo, N dan Kusberyunadi, M. 2015. Respon Beberapa Varietas Cabai Merah


(Capsicum annuum L.) pada Berbagai Jenis Pupuk Kandang. Jurnal
Agroteknologi. 2 (3) : 1-9.

Pratama, A. R., Yuwono, S. B dan Hilmanto, R. 2015. Pengelolaan Hutan Rakyat


oleh Kelompok Pemilik Hutan Rakyat di Desa Bandar dalam Kecamatan
45

Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Sylva Lestari. 3 (2) : 99-


112.

Puspita, S. S. T. 2015. Analisis Komposisi Jenis dan Struktur Tegakan Pola


Agroforestri di Desa Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa
[Skripsi]. Universitas Muhammadiyah Makassar. Makassar.

Putra, I. K. 2011. Uji Patogenitas Ganoderma Spp. Terhadap Bibit Tanaman


Sengon (Paraserienthes falcataria (L) Nielsen) [Skripsi]. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Putri, I. 2019. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Rawit (Capsicum


Frutescens L.) Yang Diberi Trichokompos Jerami Padi [Disertasi].
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Riau.

Putri, K. P., Widyani, N dan Nurhasybi, N. F. N. 2015. Penentuan Kriteria


Kecambah Siap Sapih Jenis Sawo Kecik (Manilkara kauki (L.)
Dubard). Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan. 3 (2) : 115-121.

Putri, O. N. E. 2019. Analisis Kandungan Klorofil dan Senyawa Antosianin Daun


Pucuk Merah (Syzygium oleana) Berdasarkan Tingkat Perkembangan Daun
Yang Berbeda [Skripsi]. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Lampung.

Rabadia, S. O. 2019. Pemanfaatan Serasah Daun Kering dalam Pembuatan Pupuk


Organik Cair dengan Perbedaan Konsentrasi Em-4 Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) [Skripsi]. Institut Agama
Islam Negeri Ambon. Maluku.

Raharjo, T., Shofwan, I., Kisworo, B., Ilyas, I dan Lestari, J. 2020. Penyuluhan
Pertanian Budidaya Ubi Jalar Organik Berbasis Sociopreneurship. Jurnal
Panjar. 2 (2) : 35-41.

Raksun, A dan Karnan, K. 2019. Pembinaan Masyarakat dalam Budidaya Tanaman


Cabai Rawit dengan Sistem Bedengan Lahan dan Aplikasi Mulsa
Plastik. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA. 2 (1) : 1-7.

Ralahalu, M. A., Hehanussa, M. L dan Oszaer, L. L. 2018. Respons Tanaman Cabai


Besar (Capsicum annuum L.) terhadap Pemberian Pupuk Organik Hormon
Tanaman Unggul. Jurnal Agrologia. 2 (2) : 144-150.

Ramadhan, D., Riniarti, M dan Santoso, T. 2018. Pemanfaatan Cocopeat Sebagai


Media Tumbuh Sengon Laut (Paraserianthes falcataria) dan Merbau Darat
(Intsia palembanica). Jurnal Sylva Lestari. 6 (2) : 22-31.

Risco, M. 2021. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sewa Lahan yang Dibayar engan
Pemeliharaan Tanaman (Studi Kasus Di Desa Panaragan Kecamatan Tulang
46

Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat) [Disertasi]. Universitas


Islam Negeri Raden Intan Lampung. Lampung.

Rosalina. 2014. Pengaruh Penggunaan Musik Rock terhadap Pertumbuhan Cabai


Rawit (Capsicum Annum) dan Cabai Keriting (Capsicum Frutescens)
[Skripsi]. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Rupiasih, N. N., Sumadiyasa, M., & Yanti, N. K. G. H. 2021. Pengaruh


Mikrogravitasi Pada Biji Cabai Rawit yang Telah Terpapar Radiasi UVC
Terhadap Laju Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum Frutescent
L.). Jurnal Fisika Indonesia. 21 (2) : 8-11.

Safitri, A. D dan Riza, L. R. 2017. Aplikasi Pupuk Organik Cair (POC) Kotoran
Kambing Difermentasikan dengan EM4 Terhadap Pertumbuhan dan
Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescents L.) Var.
Bara. Protobiont. 6 (3) : 182 – 187.

Safrizal., Santosa, E dan Bakhtiar. 2008. Pengaruh Penggenangan Terhadap


Pertumbuhan Vegetatif Cabai. Jurnal Floratek. 3 (1) : 61-67.

Salvia, E. 2018. Teknologi Budidaya Tanaman Cabai Loker Telun Berasap. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian.

Saputra, S. 2021. Buku Lapang Budidaya Lengkeng. Direktorat Buah Dan


Florikultura Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian.
Jakarta.

Saraswati, I. G. A. E., Pharmawati, M dan Junitha, I. K. 2012. Karakter Morfologi


Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Yang Dipengaruhi Sodium
Azida Pada Fase Generatif Generasi M1. Jurnal Biologi. 16 (1) : 23 – 26.

Septiany, R. 2016. Aplikasi Trehalose pada Pengeringan Cabai Rawit Hijau


(Capsicum frutescens L.) untuk Memperbaiki Karakteristik Rehidrasinya
[Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Seran, W. 2014. Pertumbuhan Tanaman Jati Unggul Nusantara (Tectona Grandis


L.) dengan Sistem Agroforestri pada Lahan Kering Di Kupang [Skripsi].
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Siadi, I. K., Raka, G. N dan Purwadi, G. N. W. 2007. Produksi Benih Cabai Rawit
(Capsicum frutescens L.) Bebas TMV (Tobacco mosaic virus) melalui Dry
Heat Treatment. Agrotrop Journal on Agricultural Sciences. 2 (1) : 77-84.

Sibarani, K. P. 2019. Formulasi Ekstrak Buah Kersen (Muntingia calabura L.) dan
Ekstrak Buah Lemon (Citrus limon) Terhadap Pembuatan Hard Candy
[Skripsi]. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Medan.
47

Sirajudin., Basman., Ella., Mahyudi, A dan Zaqie, A. 2020. Panduan Pembibitan


Program Reforestasi. Kalimantan Forests and Climate Partnership
(KFCP).

Solikin, S. 2013. Pertumbuhan vegetatif dan generatif Stachytarpeta jamaicensis


(L.) Vahl. In Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science,
Enviromental, and Learning. 10 (1).

Suarjana, I., Supadma, A dan Arthagama, I. 2015. Kajian Status Kesuburan Tanah
Sawah untuk Menentukan Anjuran Pemupukan Berimbang Spesifik Lokasi
Tanaman Padi di Kecamatan Manggis. Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 4
(4) : 314-323.

Suharyanti, S. 2017. Analisis Kandungan Pigmen Flavonoid Pada Ekstrak Mangga


(Mangifera indica L) [Skripsi]. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Suherman, C., Soleh, M. A., Nuraini, A dan Fatimah, A. N. 2018. Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Cabai (Capsicum sp.) Yang diberi Pupuk Hayati pada
Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Jurnal Kultivasi. 17 (2)
: 648-655.

Sukmawani, R., Rini, N. K dan Wahyuni, Y. S. 2014. Pengembangan kawasan


agroeduwisata (Studi Kasus di Kelurahan Cikundul Kecamatan
Lembursitu Kota Sukabumi). [prosiding] Percepatan Desa Berdikari
Melalui Pemberdayaan Masyarakat dan Inovasi Teknologi. Universitas
Jendral Soedirman. Purwokerto.

Suryani, E dan Dariah, A. 2012. Peningkatan produktivitas tanah melalui sistem


agroforestri. Jurnal Sumberdaya Lahan. 6 (2) : 101-109.

Susanti. 2014. Efisiensi Teknis Usahatani Cabai Merah Keriting di Kabupaten


Bogor: Pendekatan Stochastic Production Frontier [Skripsi]. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Susilawati. Suwignyo, R. A., Munandar, M dan Hasmeda, M. 2010. Studi Karakter


Agronomi Berbagai Varietas Cabai Merah Terhadap Cekaman Genangan
Fase Vegetatif [Prosiding]. Universitas Sriwijaya. Sumatera Selatan.

Susilowati, L. E dan Arifin, Z. 2020. Sosialisasi Penggunaan Pupuk bioorganik-


fosfat pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L). Jurnal Pepadu. 1
(4) : 429-436.

Suwandi, N., Rahajeng, Y., Hendrata, R., Purwantiningsih, D. A. A., Pertiwi, B.


A., Udiarto, S. S dan Khasanah, N. 2019. Standard Operating Procedure
(SOP): Budidaya Cabai Merah Kulonprogo. Dinas Pertanian Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.
48

Swastika, S., Pratama, D., Hidayat, T dan Andri, K. B. 2017. Buku Petunjuk Teknis
Teknologi Budidaya Cabai Merah. Riau. UR Press.

Syahputra, E. 2019. Analisis Usahatani Tanaman Hias Bunga Pucuk Merah Jakarta
(Syzygium oleana) di Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa,
Kabupaten Deli Serdang [Skripsi]. Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara. Medan.

Tamrin, M. 2016. Strategi Pengelolaan Agroforestri Berbasis Aren di Pulau Bacan


Kabupaten Halmahera Selatan [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tsurayya, S. 2015. Analisis kelembagaan dan strategi peningkatan daya saing


komoditas cabai Kabupaten Garut [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Umah, F. K. 2012. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati (Biofertilizer) dan Media


Tanam yang Berbeda pada Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Cabai
Rawit (Capsicum Frutescens L.) di Polybag [Skripsi]. Universitas
Airlangga. Surabaya.

Undang. 2014. Identifikasi Dua Spesies Cabai Rawit dan Pewarisan Karakter
Penting pada Cabai Rawit Spesies Capsicum annuum L [Tesis]. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Wali, M dan Soamole, S. 2015. Studi Tingkat Kerusakan Akibat Hama Daun pada
Tanaman Meranti Merah (Shorea Leprosula) di Areal Persemaian PT.
Gema Hutani Lestari Kec. Fene Leisela. Jurnal Agribisnis Perikanan. 8 (2)
: 36-45.

Wasis, B dan Sandrasari, A. 2011. Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos Terhadap


Pertumbuhan Semai Mahoni (Swietenia macrophylla King.) pada Media
Tanah Bekas Tambang Emas (Tailing). Jurnal Silvikultur Tropika. 3 (1)
:109 – 112.

Wijayanti, M., Hadi, M. S dan Pramono, E. 2013. Pengaruh Pemberian Tiga Jenis
Pupuk Kandang dan Dosis Urea pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Cabai (Capssicum Annum L.). Jurnal Agrotek Tropika. 1 (2) : 172-178.

Wirabawana, B. V. Y. 2018. Respon Tanaman Cabai Rawit terhadap Sumber


Pupuk N pada Fertigasi melalui Irigasi Tetes pada Budidaya Menggunakan
Mulsa Plastik [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wulandari, A. A. 2012. Budidaya Tanaman Buah Semangka (Citrullus lanatus)


Magang Mahasiswa di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pembangunan
Masyarakat Desa Oisca (Organization For Industrial Spritual And Cultural
Advancement) Karanganyar [Skripsi]. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
49

Yitnowati, D. F. 2020. Penentuan Fase Pertumbuhan pada Kegiatan Penyapihan


Bibit Kaliandra Merah (Calliandra calothyrsus) [Skripsi]. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Yusriadi., Gunawan, G dan Rozy, F. R. 2011. Uji Lapangan Beberapa Macam


Agens Hayati untuk Menekan Perkembangan Penyakit Layu pada Tanaman
Cabai Besar.

Zahara, M dan Suryady. 2018. Kajian Morfologi dan Review Fitokimia Tumbuhan
Kersen (Muntingia calabura L). Jurnal Ilmiah Pendidikan dan
Pembelajaran. 5 (2) : 69 – 74.

Anda mungkin juga menyukai