Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM BOTANI FARMASI


“ MORFOLOGI DAN ANATOMI DAUN”

OLEH:
STIFA E 2020
KELOMPOK VI (ENAM)

ASISTEN : ANDI NUR AULIA

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI


PROGRAM STUDI STRATA SATU FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2021
BAB I
LATAR BELAKANG
I.1. Latar Belakang
Daun merupakan struktur pokok tumbuhan yang tak kalah pentingnya
dengan akar. Setiap tumbuhan pada umumnya memiliki daun. Daun dikenal
dengan nama ilmiah folium. Secara umum, daun memiliki struktur berupa
helaian, berbentuk bulat atau lonjong dan berwarna hijau (Rosanti, 2013).
Daun umumnya berbentuk pipih melebar dan berwarna hijau, tetapi
beberapadaun ada yang berbentuk jarum seperti pada pinus dan berbentuk
sisik atau duriseperti pada kaktus (Amintarti, 2014).
Daun sesungguhnya adalah cabang atau ranting yang mengalami
modifikasi. Pada tumbuhan tingkat tinggi daun merupakan tempat penting
untuk fotosinteis. Daun merupakan salah satu organ pokok pada tumbuhan.
Daun memilki fungsi antara lain sebagai resorpsi. Dalam hal ini helaian daun
bertugas menyerap zat-zat makanan dan gas. Daun juga berfungsi mengolah
makanan melalui fotosintesis. Selain itu daun juga berfungsi sebagai alat
transportasi atau pengangkutan zat makanan hasil fotosintesis ke seluruh
tubuh tumbuhan.Dan yang tak kalah penting daun berfungsi sebagai alat
transpirasi (penguapan air) dan respirasi (pernapasan dan pertukaran gas).
(Rosanti, 2013).
Dengan kemampuan membedakan setiap komponen penyusun struktur
daun,dapat dijadikan sebagai dasar ilmu taksonomi, dengan cara
mengelompokkan tumbuhan berdasarkan karakteristiknya tersebut. Dengan
mengenal stuktur daun,dapat ditelaah komponen-komponen setiap struktur
secara lebih terperinci, mulai dari bangunnya, ujung, pangkal, tepi, daging,
sistem pertulangan dan warna permukaannya, dan dapat struktur daun
antara satu jenis tumbuhan dengan tumbuhan lainnya yang ditemukan di
dalam kehidupan sehari-hari (Rosanti, 2013).
Untuk mengetahui secara langsung ciri dan morfologi daun maka
dilakukanlah praktikum botani farmasi karena sangat menunjang
pengetahuan dalam ilmu farmasi.
I.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1. Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui morfologi
daun dan mengetahui struktur anatomi daun dan bentuk-bentuk stomata.
I.2.2. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui bagian-bagian
morfologi daun dan mengetahui struktur anatomi daun dan bentuk-bentuk
stomata.
I.3. Prinsip Percobaan
Adapun prinsip dari percobaan ini adalah dilakukan dengan mengamati
morfologi daun mulai ari bentuk helai, tangkai daun, pelepah, bentuk tulang
daun. Kemudian ditentukan termasuk daun lengkap atau tidak. Kemudian
dibuat preparate membujur dan melintang, kemudian diamati dengan
mikroskop menggunakan perbesaran tertentu sampai didapatkan bayangan
benda yang fokus sehingga stomata dari daun dapat dilihat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Teori Umum
II.1. 1 Pengertian Daun
Daun sebenarnya adalah batang yang telah mengalami modifikasi yang
kemudian berbentuk pipih dan juga terdiri dari sel-sel dan jaringan seperti
yangterdapat pada batang. Perbedaannya, batang mempunyai pertumbuhan
yang tidakterbatas, sedangkan daun mempunyai pertumbuhan terbatas, yang
segera berhenti tumbuh, berfungsi untuk beberapa musim lalu gugur
(Amintarti, 2014).
Il.1.2 Pembagian Daun
Bagian-bagian pada daun yaitu : (Sri mulyani, 2011)
1. Helai daun (foliage leaves)
Helai daun pada prinsipnya merupakan organ fotosintesis.
2. Katafil
Katafil adalah sisi yang tampak pada kuncup dan batang dibawah tanah,
yang fungsinya untuk pelindung atau menyimpan bahan cadangan, daun
paling bawah dari cabang dinamakan profil. Pada monokotil bias any
hanya ada satu profil, sedangkan pada dikotil terdapat dua profil.
3. Hipsofil
Hipsofil adalah berbagai tipe braktea yang mengiringi bunga dan
berfungsi sebagai pelindung. Hipsofil sering kali berwarna dan berfungsi
sama dengan petala.
4. Kotiledon
Kotiledon adalah daun pertama dari tumbuhan. Organ floranya juga
dipandang sebagai daun. Secara histologi, daun tersusun dari tiga tipe
jaringan yaitu epidermis, mesofil dan jaringan pembuluh.
Il.1.3 Daun Tunggal (Folium Simplex)
Daun tumbuhan dapat lengkap atau tidak lengkap, bagi daun yang
lengkap dipersyaratkan memiliki bagian upih daun, tangkai daun, dan helaian
daun. Daunyang tidak lengkap, adalah daun yang tidak memiliki salah satu
atau dua bagian utama, dapat memiliki kenampakan sebagai: (1) .daun
bertangkai; adalah daunyang hanya memiliki bagian tangkai dan helaian
daun, (2) daun berupih; adalahdaun yang hanya memiliki bagian upih dan
helaian daun, (3) daun duduk (sessile); adalah daun yang hanya memihki
helaian daun saja, dan daun duduk memiliki tipe yang duduk tatapi pangkal
helaian memeluk batang disebut duduk memeluk batang (amplexicaulis), (4).
Daun semu (filodia) adalah daun yang berkembang dan tangkai daun yang
melebar (Trisoepomo, 2010).
ll.1.4 Bentuk daun (circumscriptio)
Penentuan bentuk daun berdasarkan pada bentuk dan helaian daun,
sedangkantangkai dan upth daun tidak menentukan bentuk daun. Bentuk
daun dapat dibagimenjadi empat sen atau pola, yaitu :
a. Seri clip
Yaitu bentuk helaian daun yang memiliki bagian terlebar di tengah-
tengah helaian daun, bentuk-bentuk turunannya ditentukan berdasarkan
perbandingan p njang dan lebar helaian daun, dibedakan menjadi bentuk
bulat (orbeicularis); diidentifikasi demikian karena perbandingan panjang:
lebar = 1:1, (2). Bentuk membulat (ovalis; elipticus); diidentifikasi demikian
karen a perbandingan panjang : lebar 1.5 - 2 : 1, 3. , (3). bentuk bulat
memanjang (oblongus) perbandingan panjang : lebar 2.5 - 5 : 1, ( 4). bentuk
lanset (lanceolatus) perbandingan panjang: lebar = 5 - 10: 1 (Tjitrosoepomo,
1985).
b. Seri bulat telur
Yaitu bentuk helaian daun yang memiliki bagian terlebar di bawah
tengah-tengah helaian daun, penentuannya bukan berdasarkan ukuran tetapi
berdasarkan pengibaratan dengan bentuk benda, dibagi menjadi 2 tipe:
Pangkal helaian daun tidak bertoreh, memiliki empat variasi bentuk
antaralain: bentuk bulat telur (ovate) menyerupai bentuk telur 2 dimensi
dengan pangkal membulat,bentuk segitiga (triangulare); menyerupai bentuk
dua dimensi segitiga sama kaki, bentuk delta (deltoid) menyenipai bentuk
dnadimensi segitiga sama sisi, bentuk belah ketupat (rhomboid); menyerupai
bentuk dua dimensi segi empat dengan sisi yang tidak sama panjang. Dan
tipe Pangkal helaian daun bertoreh, memiliki lima variasi bentuk antara lain:
bentuk jantung (cordatus; ordate); bentuk ini ditandai dengan ujung
daunruncing, meruncing atau tumpul, dengan pangkal bertoreh, bentuk ginja
(reniform); bentuk ini ditandai dengan ujung daun yang membulat, dan
pangkal bertoreh,bent uk anak panah (sagitate); daun sempit ujung tajam,
pangkal daun dengan torch yang lancip, bentuk tombak (hastate); sama
dengan bentuk anak panah, tetapi torch pangkal daun lemah, sehingga
hampirmendatar, bentuk bertelinga (auriculate), seperti bangun tombak,
tetapi pangkal helaian daun memanjang dan memeluk batang.
(Tjitrosoepomo, 2010).
c. Seri bulat telur terbalik
Bentuk-bentuk turunannya antara lain bentuk bulat telur
terbalik(obovate); seperti bulat telur tetapi bagian terlebar di dekat ujung,
bentuk jantung terbalik (obcordate); seperti bangun jantung tetapi yang
terlebar didekat ujung, bentuk pasak atau segitiga terbalik (cuneate), bentuk
sudip(spathulate), serupa dengan bulat telur terbalik dengan ukuran yang
relatif panjang (Tjitrosoepomo, 2010).
d. Seri garis
Bentuk-bentuk turunannya antara lain: bentuk garis (linear); helaian
daun dengan ukuran yang panjang, dengan penampang clip tipis, dan kaku,
bentuk pita (ligulate), bentuk pedang (ensiformis); helaian daun
denganukuran relatif panjang, dengan penampang helaian clip dan tebal,
bentuk paku atau dabus (subulate) helaian dengan ukuran pendek seperti
sisik keras,dengan penampang helaian silindris, ujung runcing, dan berkayu,
bentuk jarum (acerose); helaian daun berukuran sangat panjang, penampang
silindris, ujung runcing (Tjitrosoepomo, 2010).
Disamping bentuk helaian daun juga penting untuk dicermati untuk
membuat deskripsi tumbuhan, adalah:
1. Ujung helaian daun
Ujung helaian daun (apex) : runcing (acute); bentuk ujung ini bersudu
truncing, tetapi dua sisiya membelok, bersudut lancip, tumpul (obtuse);
bentuk ujung ini bersudut tumpul, kurang dari 900, (membulat (rotundate);
bentuk ujung ini tak bersudut dan membulat, pada daun bulat atau jorong,
rompang (truncate) bentuk ujung rata, pada daun segitiga terbalik, terbelah(
emarginate) bentuk ujung menunjukan suatu torehan atau belahan,
kadangnampak nyata, berekor kecil (mucronate) ujung daun ditutupi oleh
daun keras (berekor (caudate); ujung daun seperti meruncing tetapi
berukuran panjang serta membelok (Tjitrosoepomo, 2010).
2. Pangkal helaian daun (basis)
Pangkal daun berdasarkan pertemuan tepi helaian daun dibedakan
antara helaian daun tidak bertemu: memilki variasi bentuk runcing,
meruncing, tumpul,membulat, rompang, dan terbelah dan helaian daun
bertemu: daun tertembus batang (perfoliatus) daun duduk tetapi batang
menembus pertengahan helaiandaun, bentuk tameng (peltatus) tangkai daun
bertumpu di bagian helaian daun, biasanya helaian berbentuk membulat
sehingga seperti layaknya perisai. (Tjitrosoepomo, 2010).
3. Tepi daun (margo folii)
Tepi daun apabila torehan tidak mempengaruhi bentuk helaian (tepi
daunmerdeka), maka berdasarkan pada besamya sudut tonjolan (angulus)
dan suduttorehan (sinus) dapat dibedakan menjadi bentuk-bentuk bergerigi
(serrate) apabila sinus bersudut runcing dan angulus bersudut runcing,
beringgit (crenate) apabila sinus bersudut runcing dan angulus bersudut
tumpul, bergigi (dentate) apabila sinus bersudut tumpul dan angulus bersudut
runcing, berombak (rephandate) apabila sinus bersudut tumpul dan angulus
bersudut tumpul, dan rata (integer) apabila tidak dijumpai sinus dan angulus
(Tjitrosoepomo, 2010).
ll.1.5 Pertulangan Helaian Daun (Nervatio)
Pertulangan daun adalah kelanjutan dan tangkai daun, sehingga
merupakankumpulan berkas pengangkutan helaian daun.Pertulangan daun
utama disebut ibu tulang daun (costa), pada umumnya membagi daun
memjadi dua sisi lateral. Ibu tulang daun memiiki percabangan yang disebut
tulangan cabang ataucabang lateral, dan dari cabang lateral tumbuh
pertulangan daun yang terhalusyang disebut urat daun (vena). Pada daun
jenis tumbuhan tertentu misalnya pisang(Musa paradisiaca), cabang lateral
ujungnya saling bertautan membentuk tulang pinggir. (Tjitrosoepomo, 2010).
ll.1.6 Daun majemuk (Folium Compositum)
Daun majemuk berbeda dengan daun tunggal apabila dilihat dari
beberapaaspek, antara lain; tata letak kuncup batang, jumlah helaian
perdaun, percabangan tangkai daun, pertumbuhan, dan gugurnya daun.
Daun majemuk disusun oleh bagian-bagian yang terdiri atas tangkai induk
(rachis) merupakan aksis pokok yang di ketiak pangkal daunnya dijumpai
adanya kuncup, dan ruas cabang (rachilla) merupakan percabangan lanjutan
dari aksis pokok, yang dapat dibedakan berdasarkan urutannya, yaitu ruas
cabang tingkat 1 (rachiolla), ruas cabang tingkat (rachiololus), dan
seterusnya. Pada bagian inikemudian ditumbuhi oleh anak daun (foliole),
tangkai anak daun (petiolole) adalah tangkai pendukung helaian daun anak
daun setara dengan daun tunggal, helaian anak daun foliolum).
(Tjitrosoepomo, 2010).
II. 2 Tanaman Daun Brotowali (Tinaspora Crispa L.)
II.2.1 Klasifikasi Daun Brotowali (Tinaspora Crispa L.) (Agoes, 2O12)
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Ranuculales
Famili : Menispermaceae
Genus : Tinospora
Spesies : (Tinospora Crispa L.)

Gambar 1. Daun brotowali (Tinospora Crispa L.)


ll.2.2 Morfologi Daun Brotowali (Tinaspora Crispa L.)
Brotowali merupakan tumbuhan merambat dengan panjang mencapai
2,5 meter atau lebih. Brotowali tumbuh baik di hutan terbuka atau semak
belukar di daerah tropis. Brotowali menyebar merata hampir di seluruh
wilayah Indonesia dan beberapa Negara lain di Asia tenggara dan India.
(Supriadi, 2011:10).
Daun Brotowali merupakan daun tunggal tersebar, berbentuk jantung
dengan ujung runcing, tepi daun rata, pangkalnya berlekuk, memiliki panjang
7-12 cm dan lebar 7-11 cm. Tangkai daun menebal pada pangkal dan ujung,
pertulangan daunmenjari dan berwarna hijau (Supriadi, 2011:10). Bunga
majemuk berbentuk tandan, terletak padabatang kelopaktiga. Memiliki enam
mahkota, berbentuk benang berwarna hijau.Benangsari berjumlahe nam,
tangkai berwarna hijau muda dengan kepala sari kuning.BuahBrotowali keras
seperti batu, berwarna hijau (Supriadi, 2011:10).
ll.2.3 Anatomi Daun Brotowali (Tinaspora Crispa L.)
1. Jaringan meristem
Jaringan Meristem terdiri dari sel-sel meristem yang mempunyai
kemampuan untuk membelah terus-menerus. Ciri sel-sel meristem adalah
penuh dengan protoplasma dan mempunyai inti (nukleus) yang besar,
dinding sel tipis dan tanpa ruang antarsel. Sel-sel meristem akan membelah
secara mitosis. Hasil pembelahannya dapat membesar dan berdiferensiasi
menjadi jaringan permanen atau tetap meristematik sehingga dapat
mengalami pembelahan Kembali Berdasarkan letaknya kita dapat
menggolongkan jaringan meristem ke dalam 3 kelompok, yaitu:
a. meristem ujung yang terletak di ujung akar dan ujung batang;
b. meristem lateral yang terletak sejajar dengan sumbu akar-batang
misalnya kambium pembuluh (vaskular) dan kambium gabus.
c. meristem interkalar yang terletak di antara jaringan dewasa, misalnya di
bagian atas buku-buku pada batang tumbuhan rumput-rumputan.
2. Jaringan Dewasa
Sel-sel hasil pembelahan jaringan meristem dapat tumbuh membesar
dan berdiferensiasi menjadi jaringan permanen. Berdasarkan fungsinya, kita
dapat membedakan jaringan dewasa ke dalam jaringan dasar, jaringan
penguat, jaringan penyalur, jaringan penutup, dan jaringan sekresi.
a. Jaringan dasar
Jaringan dasar terdapat hampir di seluruh bagian tumbuhan. Jaringan ini
berupa jaringan parenkima yang terdiri dari sel-sel parenkima dan
merupakan penyusun bagian korteks dan empulur pada akar dan batang,
mesofil pada daun, jejari pembuluh, xilem dan floem, serta bagian dari
bunga, buah dan biji. Sel-sel parenkima merupakan sel hidup berbentuk
isodiametrik/polygonal berdinding tipis dan mempunyai ruang antarsel.
Jaringan ini berfungsi sebagai tempat pembentukan dan penyimpanan
bahan makanan. Pada mesofil dan batang yang berwarna hijau, sel-sel
parenkima mengandung klorofil (disebut klorenkima) dan berfungsi
sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis.
b. Jaringan penguat
Jaringan penguat terdiri dari sel-sel yang mengalami penebalan dinding
sel. Berdasarkan sifat penebalannya, kita mengenal adanya jaringan
kolenkima dan sklerenkima. Kolenkima terdiri dari sel-sel yang mengalami
penebalan dinding sel pada bagian sudut-sudutnya. Kolenkima dijumpai
pada tangkai daun, pada bagian tumbuhan yang masih muda, pada
tumbuhan herba. Sklerenkima terdiri dari sel-sel yang mengalami
penebalan dindingsecara merata. Sklerenkima dibedaka dalam serat dan
sel batu (sklereid). Serat sklerenkima berbentuk memanjang dengan
ujung meruncing, sedangkan sklereid berbentuk pendek dengan ujung
tumpul/membulat.
c. Jaringan Penyalur
Jaringan penyalur berfungsi menyalurkan bahan-bahan dalam tubuh
tumbuhan dan yang termasuk jaringan ini adalah xilem dan floem. Xilem
berfungsi menyalurkan air dan garam-garam yang terlarut dari akar
menuju ke batang hingga ke bagian daun. Sedangkan, floem berfungsi
menyalurkan hasil fotosintesis dari daun menuju ke seluruh tubuh
tumbuhan yang memerlukannya. Xilem dan floem merupakan jaringan
kompleks yangtersusun oleh beberapa tipe sel.
Xilem disusun oleh unsur pembuluh kayu yang terdiri dari sel-sel
pembuluh kayu (trakhea), trakheid, parenkima xilem dan sklerenkima xilem.
Trakhea disusun oleh sel-sel yang tersusun berderet ke atas, dengan ujung
sel yang satu bertemu dengan ujung sel lainnya. Pada saat dewasa dinding
selnya larut sehingga membentuk pembuluh. Trakhea banyak dijumpai pada
tumbuhan Angiospermae.Trakheid merupakan tipe yang lebih primitif
dibandingtrakhea. Trakheid terdiri dari sel-sel yang tersusun tumpang tindih
dengan ujung runcing. Trakheid berfungsi ganda, yaitu sebagai jaringan
pengangkut air dan garam-garam yang terlarut sekaligus sebagai penguat.
Trakheid ini banyak dijumpai pada tumbuhan Gymnospermae dan paku-
pakuan.
Floem terdiri dari unsur pembuluh tapis, sel tapis, sel pengiring, sel
albumin, parenkima floem dan sklerenkima floem. Unsur pembuluh tapis
tersusun berderet membentuk pembuluh. Pada dinding sel penyekatnya
berlubang-lubang, seperti saringan (tapis) sehingga disebut sebagai
pembuluhtapis. Unsur pembuluh tapis dan sel pengiring merupakan sel
saudara karena berasal dari induk sel yang sama.
ll.3 Uraian Bahan
1. Aquadest (FI Edisi III, 1979:96)
Nama : AQUA DESTILLATA
Sinonim : Air suling
RM/BM : H2O/18,02
Kelarutan : Larut dalam etanol dan gliserol
Kegunaan : Sebagai medium
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berasa, dan tidak berbau
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup.
2. Kloralhidrat (FI Edisi III, 1979:142)
Nama : CHLORALHYDRAS
Sinonim : Kloralhidrat
RM/BM : C2H3Cl3O2 / 165,40
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, minyak zaitun, mudah
larut dalam etanol (95%) P, dalam kloroform P, dan
dalam eter P.
Kegunaan : Sebagai medium
Pemerian : Hablur transparan, tidak meleleh basah, tidak berwarna,
bau tajam dan khas, rasa kaostika dan agak pahit,
melebur pada suhu lebih 55° dan menguap
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, mikroskop,
objek glass dan de glass, dan silet/cutter.
III.1.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu, aquadest,
kloralhidrat, dan sampel daun mangga (mangifera indica L),.
III.2. Cara Kerja
III.2.1. Pengamatan Morfologi Daun
1. Disiapakan alat dan bahan.
2. Diamati masing-masing kelengkapan bagian, bentuk daun, ujung daun,
pangkal daun, tepi daun, susunan daun, susunan tulang daun, daging
daun dan permukaan dari sampel yang telah ditentukan.
3. Gambarkan hasil pengamatan dan beri keterangan.
III.2.2. Pengamatan Anatomi Daun
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibuat preparat dari irisan tipis masing-masing sampel daun yang telah
ditentukan secara melintang dan membujur.
3. Diletakkan irisan/ sayatan daun diatas gelas objek dan tetesi dengan air
atau kloral hidrat lalu tutup dengan gelas penutup.
4. Diamati bagian-bagiannya, hasil pengamatan di dokumentasikan dan di
beri keterangan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Tabel Pengamatan
IV.1.2 Tabel Pengamatan Morfologi Daun
No. Gambar Keterangan

1. 1. Ibu
tulang
daun
2. Tepi
daun
3. Pangkal
daun
4. Helaian
daun
5. Tangkai
6. Ujung
daun
IV.1.3 Tabel Pengamatan Anatomi Daun
No. Sampel Perbesaran Medium Gambar Ket

Stomata
1. Daun
Brotowali 4x Aquadest

Irisan
Membujur
Keatas

2. Daun 4x Aquadest Stomata


Brotowali
Irisan
Membujur
Kebawah

3. Daun 4x Aquadest Stomata


Brotowali

Irisan
Melintang
Keatas

4. Daun 4x Aquadest
Brotowali Stomata

Irisan
Melintang
Keatas
5. Daun 4x Kloralhidrat Stomata
Brotowali
Irisan
Membujur
Keatas

6. Daun 4x Kloralhidrat
Brotowali Stomata

Irisan
Membujur
Kebawah

7. Daun 4x Kloralhidrat
Brotowali
Stomata

Irisan
Melintang
Keatas
8. Daun 4x Klorlhidrat Stomata
Brotowali

Irisan
Membujur
Keatas

9. Daun 10x Aquadest


Brotowali Stomata

Irisan
Membujur
Keatas

10.
Daun 10x Aquadest Stomata
Brotowali

Irisan
Membujur
Kebawah

Stomata

11. Daun 10x Aquadest Irisan


Brotowali Melintang
Keatas

12. Daun 10x Aquadest Stomata


Brotowali
Irisan
Melintang
Kebawah

13. Daun 10x Kloralhidrat


Brotowali Stomata

Irisan
Melintang
Keatas
Irisan
Melintang
Kebawah

15. Daun 10x Kloralhidrat Stomata


Brotowali

Irisan
Membujur
Keatas

16. Daun 10x Kloralhidrat


Brotowali Stomata

Irisan
Membujur
Kebawah
IV.2 Pembahasan
Daun merupakah suatu bagian yang paling penting dan pada umumnya
tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Daun hanya terdapat pada
batang saja dan tubuh tumbuhan. Daun mengandung sejumlah besar klorofil
pigmen, berwarna hijau yang menyebabkan daun dapat mengapsorpsi energi
cahaya dan menggunakannya untuk menghasilkan gula melalui fotosintesis
(Caillian, 2012).
Dari hasil yang kami dapatkan telah sesuai dengan literatur menurut
(Saptonini,2011) daun brotowali merupakan daun tunggal yang berwarna
hijau mudah, berbentuk jantung, berujumg lancip dengan tulang daun
menjari. Daun brotowali ini memiliki ukuran Panjang 7-12 cm, dan lebar 5-10
cm.
Pada pengamatan anatomi daun brotowali, dilakukukan sayatan atau
dikupasi tipis-tipis dengan cara membujur keatas dan ,memnbujur kebawah
serta melintang keatas,dan melintang kebawah . sayatan membujur yaitu
bagian daun dipotong langsung pada bagian tengah atas maupun bagian
tengah bawah daun sejajar dengan sumbu utama. Sedangkan sayatan
melintang yaitu bagian daun disayap tegak lurus dengan sumbu horizontal
dari bagian daun. Kemudian diletakkan dikaca preparate lalu ditetesi
aquadest dan kloralhidrat kemudian ditutup dengan menggunakan penutup
glass, lalu diamati dengan mikroskop menggunakan perbesaran 4x dan 10 x.
Dari hasi pengamatan dilihat tulang daun dan stomata. Tipe stomata yang
kami dapatkan yaitu tipe stomata anomositik.
Stomata anomositik adalah yaitu sel penutup dikelilingi oleh sejumlah
sel tertentu yang tidak berbeda dengan epidermis yang lain dalam bentuk
maupun ukurannya. Terdapat pada Ranunculaceae, Capparidaceae,
Cucurbitaceae dan lain-lain. (Pandey, 2014).
Alasan penggunaan medium aquadest dan kloralhidrat yang digunakan
pada percobaan ini, karena medium aquadet dan kloralhidrat berfungsi untuk
menjernihkan preparate sehingga melarutkan Sebagian zat lain yang tidak
diperlukan pada sampel dan memudahkan agar terlihat jelas jaringan yang
diamati pada daun.
Adapun faktor kesalahan pada percobaan ini yaitu sayatan pada sampel
yang kami buat sedikit tebal, sehingga sulit untuk menemukan bagian-bagian
anatomi dari daun serta lensa pada mikroskop kurang memadai sehingga
agak sulit melihat jelas objek yang diamati.
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada percobaan
morfologi dan anatomi daun brotowali, pada pengamatan morfologi daun
brotowali dapat diamati bahwa daun brotowali merupakan daun tunggal yang
berwarna hijau mudah, berbentuk jantung, berujung lancip dengan tulang
daun menjari dengan panjang daun 7-12 cm, dan lebar 5-10 cm. Sedangkan
pada pengamatan anatomi daun brotowali didapatkan hasil bahwa pada daun
brotowali yang telah ditetesi aquadest dan kloralhidrat dengan perbesaran 4x
dan 10 x terdapat bagian-bagian struktur sel stomata tipe anomositik yang sel
penutup dikelilingi oleh sejumlah sel tertentu seperti floem dan xylem.
V.2. Saran
V.2.1 Untuk Dosen
Sebaiknya dapat hadir dalam praktikum, agar dapat mengontrol jalannya
praktikum, apabila dosen pengampuh memiliki waktu luang.
V.2.2 Untuk Asisten
Sebaiknya pada saat praktikum semua asisten diharapkan untuk hadir
agar praktikum berjalan lancar dan selalu mengontrol praktikan saat
praktikum agar praktikannya dapat lebih mengerti.
V.2.3 Untuk Laboratorium.
Sebaiknya alat dan bahan lebih lengkap agar saat praktikum dapat
berlangsung dengan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, H. (2012). Tanaman Obat Indonesia. Jakarta : Salemba Medika
Amintarti,S. 2014. Struktur Populasi Tinospora Crispa. Willd. Dikawasan
Wisata Air Terjun Tanah Laut. Seminar Nasional XII Pendidikan
Biologi FKIP UNS.
Dalimartha Setiawan.Dr, 2015 . Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 4 .
Puspaswara : Jakarta
Ditjen POM, 1979, Farrnakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta
Farial Eddyman dkk, 2012. Biologi Farmasi. UNHAS: Makassar.
Laktan benyamin, 2011. Dasar-dasar fisiologi Tumbuhan. Graffindo
Persada:Jakarta
Mulyani Sry E.S, 2010. ANATOMI TUMBUHAN. Kanisius : Yogyakarta
Pandey. 2013 Chemistry and Biological Activities Of Flavonoids : An
Overview The Scienttific World Jurnal.
Rosanti Dewi, 2013. Morfologi Tumbuhan. Erlangga: Jakarta
Trjitrosoepomo Gembong, 2010. Morfologi Tumbuhan. UGM
Press: Yogyakarta
SKEMA KERJA

Dibuat preparat dari daun


Brotowali

Letakkan pada kaca preparat kemudian tetesi medium


aquadest dan kloralhidrat, lalu ditutup menggunakan
kaca penutup

Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 4 X dan 10 x

Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran


4 X dan 10 X

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai