Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR LANJUTAN


ACARA II
PENENTUAN TETAPAN GAS DAN VOLUME MOLAR

DISUSUN OLEH

NAMA : MUHAMMAD RAFI


NIM : G1C021038

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2022
ACARA II
PENENTUAN TETAPAN GAS DAN VOLUME MOLAR
OKSIGEN

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Mempelajari cara penentuan tetapan gas dan volume molar oksigen
b. Mempelajari hukum-hukum gas seperti, hukum boyle, charles, gay-
lussac, dalton, tentang tekanan parsial dan hukum avogadro.
2. Waktu Praktikum
Selasa, 15 Maret 2022
3. Tempat Praktikum
Lantai 2, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Gas terbentuk dari bagian-bagian sangat kecil yang disebut
molekul. Gas memiliki molekul yang sama dengan zat padat dan cair. Akan
tetapi molekulnya lebih bebas bergerak. Jika didasarkan teori kinetik gas,gas
sendiri terbentuk oleh molekul – molekul gas yang bergerak secara acak
dengan arah gerak yang lebih konstan. Molekul gas sendiri bergerak dengan
kecepatan yang sangat tinggi dan saling bertubrukan dengan molekul –
molekul yang lainnya serta bertabrakan dengan dinding secara terus –
menerus. Teori kinetik gas memberikan jembatan antara tinjauan gas secara
mikroskopik dan makrokospik. Hukum-hukum gas seperti hukum Boyle,
Charles, dan Gay Lussac,menunjukkan hubungan antara besaranbesaran
makrokospik dari berbagai macam proses serta perumusannya. Kata kinetik
berasal dari adanya anggapan bahwa molekul-molekul gas selalu
bergerak.(Nurazmi,dkk.2020)
Gas akan berbentuk sesuai dengan wadah yang ditempatinya,
semakin besar massa suatu gas semakin besar pula volume dari gas tersebut.
Massa suatu gas biasanya dinyatakan dalam jumlah mol. Jumlah mol suatu
gas diperoleh dari besar massa total gas berbanding terbalik dengan massa
molekul dari gas tesebut. Massa gas dan massa molekul gas itu berbeda kalau
massa gas menyatakan ukuran zat tetapi massa molekul adalah massa yang
diukur pada skala relatifnya. Gas ideal dapat dirumuskan dalam tiga variabel
yaitu tekanan (p), volume (V), dan suhu (T) yang disebut sebagai kombinasi
rumusan tunggal dari hukum Boyle-Mariotte dan hukum Gay-Lussac. Untuk
gas ideal, tekanan, suhu, dan volume dihubungkan menjadi pv = TR atau
pV= nRT (Soisa,M.2018)

Pemuaian pada gas berlangsung lebih halus dibanding cairan dan


ditemukannya persamaan gas terkait suhu maka termometer gas sangat cocok
dijadikan sebagai termometer standar. Diketahuai bahwa suatu gas yang
bervolume V (yang mengalami pemuaian) dan memiliki tekanan P terkait
dengan teori gas ideal PV = nRT. Pada rumus terkenal tersebut tampak sekali
bagaimana tekanan dan volume gas berkaitan langsung dengan suhu T.
Apabila P dan V suatu gas berubah nilainya akibat suhu maka nilai suhu
dapat diperoleh dari nilai P dan V berdasarkan rumus T= PV/nR. Nilai T yang
diperoleh dengan cara tersebut merupakan nilat yang bersifat mutlak, bukan
nilai relatif yang dihasilkan skala suhu Celcius,Fahrenheit, Reamur dan
lainnya (Aminoto,T, dkk. 2020).

Hukum Charles menyatakan bahwa pada tekanan tetap, volume


gas ideal bermassa tertentu berbanding lurus terhadap temperaturnya dan
Hukum Gay-Lussac menyatakan jika gas dalam wadah tertutup volumenya
dijaga konstan maka tekanan gas berbanding lurus dengan temperatur
mutlaknya. Rancangan alat percobaan pada hukum charles adalah pada
bejana berisi air dapat didinginkan atau dipanaskan (suhu T sebagai
variabelbebas) ditempatkan tabung kaca berisi gas dengan volume . Pada
ujung bagian atas permukaan gas diisi cairan raksa agar pergerakan gas dapat
diamati. Posisi pipa kapiler diatur sedemikian rupa agar stabil berdiri di
dalam bejana. Ujung mulut pipa kapiler dibiarkan terbuka agar memperoleh
tekanan ruang yang nilainya dapat dipertahankan tetap. Sedangkan pada alat
percobaan hukum Gay-lussac, bejana yang berisi air didinginkan atau
dipanaskan (suhu T sebagai variabel bebas) ditempatkan labu kaca berisi gas
dengan volume V yang dipertahankan tetap. Posisi labu diatur sedemikian
rupa agar stabil berdiri di dalam bejana. Pada ujung mulut labu dihubungkan
dengan alat pengukur tekanan P.(Muldiani,R,F.2018)

Berdasarkan percobaan yang dilakukan Robert Boyle, gas pada


suhu gas konstan, tekanan gas bertambah, volume gas akan semakin
berkurang. Demikian juga sebaliknya ketika tekanan gas berkurang, volume
gas semakin bertambah “Pada suhu konstan, tekanan gas berbanding terbalik
dengan volume gas”. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan Charles,
pada saat tekanan konstan, maka apabila suhu mutlak gas bertambah, volume
gas pun akan bertambah. Demikian juga sebaliknya, ketika suhu mutlak gas
berkurang, volume gas juga akan berkurang. “Pada saat tekanan konstan,
suhu gas berbanding lurus dengan volume gas.” Dan Berdasarkan percobaan
yang dilakukan Gay-Lussac, gas pada volume konstan, tekanan gas
bertambah, suhu mutlak gas juga bertambah. Demikian juga sebaliknya
ketika tekanan gas berkurang, suhu mutlak gas juga akan berkurang. Tekanan
gas sebanding dengan suhu mutlak gas, bila diukur pada volume yang
konstan. (Purba,L,S,L. 2020)

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat Praktikum
a. Batang pengaduk
b. Bunsen
c. Corong kaca
d. Dongkrak
e. Erlenmeyer 250 mL
f. Gelas Arloji
g. Gelas Kimia 200 mL
h. Klem
i. Korek api
j. Labu alas dasar
k. Pipet tetes
l. Selang penghubung
m. Statif
n. Tabung reaksi
o. Tabung ukur 100 mL
p. Termometer
q. Timbangan Analitik
r. Tissu
2. Bahan Praktikum
a. Aquades (H2O(l))
b. Kalium Klorat (KClO3)
c. Mangan Oksida ( MnO2)

D. SKEMA KERJA
 Ditimbang satu tabung reaksi yag kosong dan dalam
keadaan kering
Hasil
 Ditimbang 1,2 gram campuran bubuk KClO2 dan MnO2
 Dimasukkan kedalam tabung reaksi
 Ditimbang kembali
Hasil
 Dimasukkan larutan kedalam labu alas dasar
 + Aquades hingga setengah tabung
 Dihubungkan dengan labu erlenmeyer, menggunakan
selang
Hasil
 Tutup selang dengan klem pada sisi erlenmeyer
 Tiup selang bagian lainnya, sampai air dalam selang
penuh dan tidak menggelembung
Hasil
 Dipasang tabung reaksi dan isinya ke selang
 Dipanaskan sambil klem pada selang dibuka
Hasil
 Diukur suhu gas
 Diamati dengan termometer
 Diberhentikan pembakaran, jika air sudah berhenti
menetes dan tidak ada uap
Hasil
 Diukur volume air dalam erlenmeyer menggunakan
gelas ukur
 Ditimbang kembali tabung reaksi beserta isinya yang
telah dipanaskan
Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
( Terlampir )
F. ANALISIS DATA
1. Gambar Alat

Keterangan gambar dan fungsinya :


1. Pembakar Spiritus (Bunsen)
Fungsi : Untuk memanaskan tabung reaksi dan isinya
2. Tabung reaksi
Fungsi : Tempat KClO3 dan MnO2
3. Selang
Fungsi : Untuk menghubungkan tabung reaksi dengan labu alas dasar
4. Termometer
Fungsi : Sebagai pengukur suhu aquades
5. Labu alas dasar
Fungsi : Sebagai tempat aquades
6. Statif
Fungsi : Sebagai penyangga labu alas datar
7. Selang penghubung erlenmeyer
Fungsi : Sebagai penghubung antara labu alas dasar dengan erlenmeyer
8. Klem
Fungsi : Untuk membuka dan menutup selang
9. Labu Erlenmeyer
Fungsi : Tempat menampung tetesan air yang keluar dari selang
10. Dongkrak
Fungsi : Sebagai tempat labu erlenmeyer agar sejajar atau tingginya
Sama dengan labu alas datar.
2. Persamaan Reasksi
MnO2(s)
2KClO3(s) 2KCl(s) + 3O2(g)

3. Perhitungan
a. Massa tabung reaksi = 12,33 gr
b. Massa (KClO3(s) + MnO2(s) ) = 1,2 gr
c. Massa tabung reaksi + Massa = 12,33 + 1,2 gr
(KClO3(s) + MnO2(s) ) = 13,53
d. Massa (M tabung reaksi+KClO3) = 13,25
setelah dipanaskan
e. Massa O2 reaksi+KClO3(S) = (M tabung reaksi+KClO3)
- ( M tabung reaksi +
KClO3(S) + MnO2(s)
setelah pemanasan )
= 13,53 – 13,25
= 0,28
Massa 𝑂2
f. Mol O2 = Mr O2
0,28
=
32
= 0,008
g. Volume O2 = Volume H2O yang tertampung di
erlenmeyer
= 100 mL
= 0,1 L
h. Suhu O2 = 30oC
= 303 K
i. Penentuan tetapan gas
a = 1,360 L2 atm/mol2
b = 0,318 L/mol
p = 1 atm
Persamaan Van der Waals
𝑎𝑛2
[𝑃 + ] + [ 𝑉 − 𝑛𝑏 ] = n.R.T
𝑉2
𝑎𝑛2
[𝑃+ ] [ 𝑉−𝑛𝑏 ]
𝑉2
R =
𝑛.𝑇
1,360(0,008)2
[1+ ] [ 0,1−0,008 𝑥 0,318 ]
0,12
R =
0,008 𝑥 303
[1+ 0,0008704] [ 0,097456 ]
R =
2,424

R = 0,040 L atm/mol.k

j. Penentuan Volume molar O2


P.Vm = n.R.T
𝑛.𝑅.𝑇
Vm =
𝑃
0,008 𝑥 0,040 𝑥 303
Vm =
1
= 0,09696 L
k. Persentase O2 dalam KClO3
MnO2(s)
2KClO3(s) 2KCl(s) + 3O2(g)
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐾𝐶𝑙𝑂3
 Mol KClO3 = x mol O2
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑂2
2
= x 0,008
3
= 0,005 mol
 M KClO3 = Mol KClO3 x Mr KClO3
= 0,0089 x 122,5
= .1,0902 gr
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑂2
 % O2 dalam KClO3 = x 100%
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐾𝐶𝑙𝑂3
0,43
= x 100%
1,092
= 39,44 %

G. PEMBAHASAN

Oksigen merupakan unsur non logam yang sangat penting bagi


kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Didalam unsur
oksigen terdapat dalam keadaan bebas maupun berkaitan dengan unsur lain
(membentuk senyawa). Dalam keadaan bebas oksigen bersifat tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Penentuan tetapan gas dan volume
molar oksigen maka harus dipahami terlebih dahulu tetang hukum gas,
persamaan gas nyata. Pada percobaan yang dilakukan pada praktikum ini
menggunakan metode pendesakan oleh gas, dalam hal ini digunakan 1,2 gram
campuran bubuk KClO3 dan MnO2, dimana bubuk MnO2 ini bertindak
sebagai katalis yang mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi. Digunakan
bubuk KClO3 berfungsi sebagai bahan yang bersifat oksidator sehingga
ketika dilakukan pemanasan terhadap bubuk KClO3 ini akan memperoleh gas
oksigen.
Sebelum proses pembakaran campuran KClO3 dan MnO2 ,
selang penghubung yang digunakan ditiup dahulu agar gelembung-
gelembung udara didalam selang tersebut hilang dan bertujuan agar oksigen
yang diperoleh tidak terkontaminasi oleh CO2. Oksigen yang terbentuk akan
mendesak air pada labu alas datar sehingga mengakibatkan air mengalir ke
Erlenmeyer. Volume air yang keluar sama dengan volume O 2 yang
terbentuk. Oksigen yang dihasilkan mendorong air yang berada dalam labu
alas datar yang tekanan udaranya sudah disamakan dengan tekanan udara
luar. Hal ini disebabkan karena sifat dasar materi yang selalu menempati
ruang, sehingga oksigen yang terurai tadi mencari ruang untuk ditempati.
Dari sifat dasar materi inilah dapat diketahui bahwa volume ruang ditempati
oleh air terdorong keluar sebelumnya adalah sama dengan volume ruang yang
ditempati oleh oksigen atau dengan kata lain volume oksigen yang terurai
sama dengan volume air yang didorong keluar labu alas datar oleh oksigen.
Setelah diadakan pengukuran, volume air didalam Erlenmeyer yang diperoleh
adalah 67 ml.
Pada saat pemanasan bubuk KClO3 dan MnO2 dalam tabung
reaksi dimiringkan agar pada saat pemanasan, panas dari pembakaran spritus
merata terhadap tabung reaksi yang berisi bubuk KClO3 dan MnO2.
Kemudian ditutup rapat, pada penutup tabung reaksi terdapat selang yang
menghubungkan dengan labu alas datar. Labu alas datar juga ditutup rapat
agar tidak ada udara yang masuk. Didalam labu alas datar pada saat
pembakaran akan terdapat gelembung-gelembung udara tersebut adalah
oksigen dan gelembung-gelembung inilah yang akan mendesak atau
mendorong air dalam labu alas datar akan mengalir ke erlenmeyer yang
selangnya sudah dibuka klemnya. Volume air yang dihasilkan di erlenmeyer
inilah menjadi volume oksigen saat reaksi berlangsung, maka semakin
banyak volume air maka semakin banyak volume oksigen pada saat bereaksi,
begitu pula sebaliknya. Dari persamaan bubuk KClO3 terurai menjadi gas
oksigen dengan bubuk MnO2 sebagai katalis.
Pada saat pemanasan di hentikan, tabung reaksi di lepas dan di
timbang lagi. Selisih dari massa tabung sebelum pemanasan dan setelah
pemanasan akan menjadi massa dari oksigen, dari praktikum ini
menghasilkan massa oksigen adalah 0,43 gram, volumenya 0,1 liter pada
suhu 303 k. Kadar oksigen dalam KClO3 adalah 39,44 %.Perbedaan volume
dengan STP yang diketahui 22,4 L dikarenakan oleh mol O2 tidak terurai
seluruhnya pada KClO3.
Berdasarkan hasil perhitungan tabung gas yang didapatkan
dengan menggunakan persamaan van der waals adalah 0,040 L.atm/mol.k.
Nilai ini sangat berbeda jauh dengan tetapan yang di sepakati yaitu 0,082
L.atm/mol.k. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor salah satunya karena
klem kurang sempurna terpasang yang menyebabkan tetesan air mengalir
sedikit, akibat tekanan oksigen menetes dan menyebabkan kurang telitinya
hasil yang didapatkan. Selain itu juga dikarenakan pengukuran suhu, volume,
berat massa senyawa nya yang kurang teliti, seperti saat menimbang.

H. KESIMPULAN
1. Volume molar oksigen dapat dilakukan dengan melakukan percobaan
sederhana, dengan persamaan gas ideal dan Van der Waals. Didapatkan
nilai R : 0,040 atm/mol.k dan %O2 = 39,44 %
2. Volume air yang keluar melalui selang sama dengan volume gas oksigen
yang dihasilkan dari pembakaran bubuk KClO2 dan MnO2. Dan bubuk
MnO2 Sebagai Katalis
DAFTAR PUSTAKA

Aminoto, T., Dani, R., & Lestari, N. (2020). Penerapan Inovasi Termometer Gas
Sebagai Media Pembelajaran Fisika di SMAN 3 dan SMAN 5 Sungai
Penuh. Jurnal Karya Abdi Masyarakat, 4(1) : 54-62.

Muldiani, R. F., & Hadiningrum, K. (2018). Optimasi Alat Praktikum


Termodinamika Hukum Charles Gay-Lussac untuk Mahasiswa
Rekayasa Politeknik Negeri Bandung. In Prosiding SNFA (Seminar
Nasional Fisika dan Aplikasinya),Vol. 3: 237-245).

Nurazmi, N., dkk (2020). An Analysis on the Relationship between the Number of
Particles and the Volume by Using the Gas Kinetic Theory Model. Jurnal
Pendidikan Fisika, 8(1), 87-93.

Purba,L,S,L. (2020), KIMIA FISIKA 1, Jakarta : UKI Press

SOUISA, M. (2011). Penentuan Jumlah Mol Udara dalam Selinder dan Bola
Menggunakan Hukum Boyle-mariotte. BAREKENG: Jurnal Ilmu
Matematika dan Terapan, 5(1), 41-45.

Anda mungkin juga menyukai