Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH KOMPRES WATER TEPID SPONGE TERHADAP PENURUNAN SUHU

TUBUH PADA ANAK DENGAN HIPERTERMIA

Mata Kuliah : Manajemen Keperawatan

Dosen Pembimbing : Ns. Tatiana Siregar , S.Kep, MM, M.Kep

Disusun Oleh :

Ade Rahmawati (1910701037)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UPN VETERAN JAKARTA

2021
PENGARUH KOMPRES WATER TEPID SPONGE TERHADAP PENURUNAN SUHU
TUBUH PADA ANAK DENGAN HIPERTERMIA

ARTIKEL 1
Efektivitas Tepid Water Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Dengan
Masalah Keperawatan Hipertermia : Studi Kasus

Sumber : Mulyani, Emy dkk. 2020

ARTIKEL 2

Efektivitas Water Tepid Sponge Suhu 37° C dan Kompres Hangat Suhu 37° C Terhadap
Penurunan Suhu Pada Anak Dengan Hipertermia.

Sumber : Lestari, Anggraeni Beti Dwi dkk. 2019

ARTIKEL 3

EEfektivitas Penurunan Suhu Tubuh Menggunakan Kompres Hangat Dan Water Tepid Sponge
Di Rumah Sakit DKT TK IV 02 .07.04 Bandar Lampung

Sumber : Novikasari, Linawati dkk. 2019


LATAR BELAKANG

ARTIKEL 1 : Mulyani, Emy dkk. ( 2020)

Hipertermia merupakan gejala yang paling sering muncul pada anak dengan Dengue
Haemoragic Fever (DHF). Hipertermia dapat didefinisikan dengan suatu keadaan suhu
tubuh di atas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus.
Pada anak yang mengalami demam peningkatan suhu ringan kisaran 37,5-38°C. Dampak
yang dapat ditimbulkan jika demam tidak ditangani adalah bisa menyebabkan kerusakan
otak, hiperpireksia yang akan menyebabkan syok, epilepsi, retardasi mental atau
ketidakmampuan belajar. Untuk mengatasi masalah hipertermia dapat dilakukan beberapa
tindakan keperawatan mandiri yang bisa dilakukan, salah satunya yaitu Tepid Water
Sponge (TWS). Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektifitas TWS sebagai
intervensi dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan masalah hipertermia.
Desain yang digunakan adalah studi kasus pada 2 kasus anak dengan masalah hipertermia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan TWS mampu mengatasi masalah
hipertermia pada anak. Hasil ini diharapkan dapat menjadi studi kasus manajemen
hipertermia pada anak yang kemudian dapat dikembangkan menjadi penelitian dan
landasan manajemen hipertermia pada anak.

ARTIKEL 2 : Lestari, Anggraeni Beti Dwi dkk. (2019)

Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan
pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam yang terjadi pada anak akibat
dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit yang ditandai
dengan adanya demam dapat menyerang sistem tubuh. Selain itu demam mungkin berperan
dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan nonspesifik dalam membantu
pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Sodikin, 2012). Penanganan terhadap demam
dapat dilakukan dengan tindakan farmakologi dan tindakan non farmakologis maupun
kombinasi keduanya. Tindakan farmakologis yaitu dengan menggunakan obat antipiretik,
jika tindakan non farmakologis yaitu dengan dilakukan tindakan tambahan setelah diberikan
obat antipiretik. Tindakan non farmakologis seperti memberikan minuman yang banyak,
ditempatkan dalam tempat yang suhu nya normal, menggunakan pakaian yang tidak tebal
dan kompres (Kania, 2007). Banyak ditemukan di lapangan pelaksanaan water tepid
sponge jarang dilakukan oleh perawat. Perawat cenderung lebih sering memberikan
antipiretik ketika anak mengalami hipertermi (Arieswati, 2016).

Water tepid sponge merupakan suatu prosedur untuk meningkatkan kontrol kehilangan panas
tubuh melalui evaporasi dan konduksi, yang dilakukan pada pasien yang mengalami demam
tinggi. Tujuan dari tepid sponge ini untuk menurunkan suhu tubuh pada orang yang mengalami
hipertermi (Hidayati, 2014). Selain water tepid sponge, juga terdapat tindakan non farmakologis
lain yaitu kompres hangat yang dilakukan dengan cara menggunakan handuk atau waslap yang
dicelupkan di air setelah itu ditempelkan di tempat tertentu sehingga dapat menurunkan panas
(Wardaniyah, 2015). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di bangsal anak Dahlia RSUD
Tidar Kota Magelang bahwa anak yang mengalami demam pada bulan November 2018-Januari
2019 sebanyak 326 anak dan pada bulan Januari 2019 sebanyak 123 anak. Menurut Kepala
Ruang bangsal anak Dahlia bahwa tindakan yang dilakukan perawat RSUD Tidar Kota
Magelang jika anak mengalami demam, selain diberikan antipiretik juga diberikan kompres
hangat. Dengan melihat uraian diatas, penelitian ini disusun untuk melakukan studi eksperimen
Efektivitas Water Tepid Sponge Suhu 37°C dan Kompres Hangat Suhu 37°C Terhadap
Penurunan Suhu Pada Anak dengan Hipertermia.

ARTIKEL 3 : Novikasari, Linawati dkk. 2019

Demam terjadi karena ketidak mampuan mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi
produksi panas yang berlebih sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Suhu adalah
perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan tubuh dengan jumlah panas yang hilang
ke lingkungan luar. Mekanisme kontrol suhu inti (suhu dalam jaringan) tetap konstan
walaupun suhu permukaan berubah sesuai aliran darah ke kulit dan jumlah panas yang
hilang ke lingkungan luar. Karena perubahan tersebut, suhu normal pada manusia dimana
jaringan dan sel tubuh akan berfungsi secara optimal berkisar dari 36,5 – 37,5 °C (Potter
& Perry, 2011). Uraian di atas cukup menjelaskan bahwa ketika terjadi perubahan suhu
tubuh, seperti suhu tubuh menurun kurang dari 36,5°C yang disebut dengan hipotermia
ataupun naik lebih dari 37,5ºC yang disebut dengan hipertermi atau demam (Bardu,
2014). Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu dihipotalamus. Sebagian besar demam pada anak
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus.
Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang system tubuh.
Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik
dan nonspesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Permatasari,
2013). Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam di seluruh
Dunia mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600 ribu kematian tiap tahunnya (Setyowati,
2013). Data kunjungan ke fasilitas kesehatan pediatrik di Brazil terdapat sekitar 19% sampai
30% anak diperiksa karena menderita demam. Di Indonesia penderita demam sebanyak
465 (91.0%) dari 511 ibu yang memakai perabaan untuk menilai demam pada anak
mereka sedangkan sisanya 23,1 saja menggunakan thermometer (Setyowati, 2013). Data
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2013 menyebutkan bahwa demam pada anak
usia 1- 14 tahun mencapai 4.074 anak dengan klasifikasi 1.837 anak pada usia 1-4 tahun,
1.192 anak pada usia 5-9 tahun dan 1.045 anak pada usia 10-14 tahun. Penanganan
demam terbagi menjadi dua tindakan yaitu tindakan farmakologis dan non farmakologis.
Tindakan farmakologis yaitu tindakan pemberian obat sebagai penurun demam atau yang
sering disebut dengan antipiretik. Tindakan non farmakologis adalah tindakan penurunan
demam dengan menggunakan terapi fisik seperti menempatkan anak di ruang bersuhu dan
bersirkulasi baik, mengganti pakaian anak dengan pakaian yang tipis dan menyerap keringat,
memberikan hidrasi yang adekuat, dan memberikan kompres (Hamid, 2011). Kompres adalah
salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh bila mengalami demam. Salah satu
metode kompres yang sering digunakan adalah pemberian tepid sponging (kompres
hangat). Tepid sponging merupakan tindakan untuk menurunkan suhu tubuh saat demam
yaitu dengan merendam anak di dalam air hangat, mengelap sekujur tubuh dengan air
hangat menggunakan waslap, dan dengan mengompres pada bagian tubuh tertentu yang
memiliki pembuluh darah besar (Bardu, 2014). “Pengaruh tepid sponge terhadap penurunan
suhu tubuh dan kenyamanan pada anak usia pra sekolah dan sekolah yang mengalami
demam di ruang perawatan anak Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung”, mengungkapkan
bahwa rata – rata penurunan suhu tubuh saat mendapatkan terapi tepid sponging adalah
0,97ºC dalam waktu 60 menit (Setiawati, 2009). “Pengaruh Kompres Hangat terhadap
Perubahan Suhu Tubuh Pada Klien Anak Hipertermia di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.
Moewardi Sukoharjo.” menunjukan bahwa tindakan kompres hangat efektif dalam
penurunan suhu tubuh pada anak dengan hipertermia di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.
Moewardi ( Purwanti, 2006) . “Efektifitas Kompres Hangat dalam Menurunkan Demam
Pada Klien Thypoid abdominalis di RSUD Gorontalo.”Jenis penelitian ini adalah quasi
eksperiment. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tindakan kompres
hangat efektif dalam menurunkan demam pada klien thypoid abdominalis di RSUD
Gorontalo (Mohammad, 2012).Berdasarkan pra survey yang dilakukan pada tanggal 5 – 7
Februari 2017, dari 6 orang anak yang mengalami demam secara keseluruhan hanya
diberikan kompres hangat tidak diberikan kompres dengan Water Tepid Sponge. Dari hasil
kompres hangat yang dilakukan sebanyak 2 orang terjadi penurunan suhu tubuh sebanyak
10 C dan 3 orang tidak terjadi penurunan 0,50 C dan 1 orang tidak terjadi penurunan
suhu tubuh. Keluarga klien belum mengetahui kompres hangat dengan teknik Water
Tepid Sponge dan di rumah sakit belum terdapat standar operasional prosedur tentang
teknik Water Tepid Sponge, sehingga teknik Water Tepid Sponge memang belum
dilakukan dalam penurunan demam anak.
SAMPEL

ARTIKEL 1 : Mulyani, Emy dkk. ( 2020)

Total Sampel : 2 Orang

Kel Intervensi : 2

Kel Kontrol :-

ARTIKEL 2 : Lestari, Anggraeni Beti Dwi dkk. (2019)

Total Sampel : 30 Orang

Kel Intervensi : 30

Kel Kontrol :-

ARTIKEL 3 : Novikasari, Linawati dkk. 2019

\
Total Sampel : 40 Orang

Kel Intervensi : 40

Kel Kontrol :-
DESAIN INTERVENTION – Mengukur

ARTIKEL 1 : Mulyani, Emy dkk. ( 2020)

Penggunaan kompres water tepid sponge dilakukan pada pasien dengan hipertermia berupa
tekhnik tepid water sponge yang mana tindakan ini dilakukan dengan cara perpaduan
antara menyeka tubuh pasien dan dengan memberikan kompres hangat selama 15-20 menit
dipembuluh besar pasien. Dan dilakukan sampai suhu tubuh menurun. Setelah dilakukan
intervensi pemberian water tepid sponge selama 2x 2 jam, terjadi penurunan suhu tubuh
sebanyak 1ºC, dari suhu awal 38,3ºC menjadi 37,3ºC. Pada hari kedua, tindakan tepid
water sponge, klien kembali mengalami hipertermi dengan suhu 38,6ºC. Pada hari kedua
dilakukan kembali pemberian water tepid sponge sebanyak 2 kali dengan dan didapatkan
penurunan suhu 1ºC menjadi 37,6ºC setelah dilakukan intervensi water tepid sponge selama
2x2 jam. Pada hari kedua, pemberian water tepid sponge , klien lebih kooperatif dan tidak
rewel. Pada hari ketiga tindakan tepid water sponge hanya dilakukan 1 kali. Suhu tubuh
klien menjadi 37ºC setelah 1 x 2 jam dilakukan tindakan water tepid sponge . Suhu ini
turun 1ºC dari suhu awal 38ºC. Rata-rata penurunan suhu tubuh pada pasien kedua
adalah 1ºC.

ARTIKEL 2 : Lestari, Anggraeni Beti Dwi dkk. (2019)

Penggunaan kompres water tepid sponge penelitian ini dilakukan pada anak usia anak 1-5 tahun.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien anak yang dirawat di RSUD Tidar
Kota Magelang yang mengalami hipertermia. Semua responden mengkonsumsi obat antipiretik
yang sama yaitu paracetamol. Penelitian dilakukan mulai tanggal 16 Maret 2019 – 03 April
2019. Water tepid sponge merupakan kombinasi teknik blok dengan seka. Teknik ini
menggunakan kompres blok tidak hanya di satu tempat saja, melainkan langsung di beberapa
tempat yang memiliki pembuluh darah besar. Selain itu masih ada perlakuan tambahan yaitu
dengan memberikan seka dibeberapa area tubuh sehingga perlakuan yang diterapkan terhadap
klien ini akan semakin komplek dan rumit dibandingkan dengan teknik yang lain. Namun dengan
kompres blok langsung di berbagai tempat ini akan memfasilitasi penyampaian sinyal ke
hipotalamus lebih gencar. Selain itu pemberian seka akan mempercepat pelebaran pembuluh
darah perifer akan memfasilitasi perpindahan panas dari tubuh ke lingkungan sekitar yang akan
semakin mempercepat penurunan suhu tubuh.

ARTIKEL 3 : Novikasari, Linawati dkk. 2019

kompres water tepid sponge dengan menggunakan air hangat lebih efektif dalam
menurunkan demam pada pasien hipertermi. Dalam pelaksanaan terapi kompres Tepid
sponge hangat penulis menggunakan air hangat dengan suhu 37 ºC karena pasien tidak
merasa panas dan pasien mengatakan bahwa panasnya pas. Intervensi yang direncanakan
dan dilakukan bertujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan, suhu tubuh pada pasien
dalam batas normal dengan kriteria hasil suhu tubuh menurun setidaknya 0,5 ºC –1,8 ºC .
Intervensi yang disusun adalah memantau suhu tubuh setiap 4 jam sesuai dengan
kebutuhan yang rasionalisasinya digunakan untuk memantau terjadinya kenaikan suhu secara
tiba-tiba pada pasien. Melakukan kompres water Tepid sponge hangat yang rasionalisasinya
mandi air hangat membantu peredaran darah tepi di kulit melebar, sehingga pori-pori
menjadi terbuka yang selanjutnya memudahkan dalam pengeluaran panas dari tubuh. Dalam
intervensi ini penulis melakukan kompres pada pasien dan mendapatkan evaluasi dari hasil
tindakan bahwa setelah 15 menit dilakukan tindakan keperawatan Pemberian kompres Tepid
sponge dalam penelitian yang dilakukan ini terbukti dapat menurunkan demam atau suhu
tubuh pada pasien. Hasil penelitian mendapatkan bahwa suhu tubuh pada pasien anak
setelah pemberian kompres Tepid sponge hangat rata-rata dapat mengalami penurunan 1,21
ºC. Waktu yang diperlukan untuk kompres berdasarkan penelitian ini relatif sangat singkat
yaitu dalam waktu 15 menit. Pengaruh pemberian terapi kompres Tepid sponge hangat
terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien dengan hipertermia terbukti efektif dalam
menurunkan suhu tubuh pada anak yang mengalami hipertermia.
HASIL

ARTIKEL 1 : Mulyani, Emy dkk. ( 2020)

Pada pengkajian klien pertama dan kedua didapatkan adanya peningkatan suhu tubuh dan
masalah keperawatan hipertermia. Intervensi keperawatan mandiri yang bisa dilakukan
oleh perawat salah satunya yaitu dengan memberikan tepid water sponge. Pada dua klien
yang dilakukan teknik tepid water sponge terbukti dapat menurunkan demam. Terdapat
perbedaan penurunan suhu tubuh antara kedua klien yang tidak signifikan setelah
dilakukan tindakan tepid water sponge yaitu sebesar 0,2ºC. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor penurunan suhu tubuh yaitu faktor usia klien. Yang mana kasus pertama
berusia 10 tahun dan kasus kedua berusia 3 tahun.

ARTIKEL 2 : Lestari, Anggraeni Beti Dwi dkk. (2019)

Pada saat perlakuan water tepid sponge pada responden sudah sesuai dengan SOP yang
ada, terdapat penurunan suhu tubuh pada anak setelah dilakukan perlakuan water tepid
sponge. Rata rata penurunan tindakan water tepid sponge adalah pada suhu 36,503°C. Efek
yang timbul pada anak dengan hipertermia setelah dilakukan water tepid sponge adalah
anak merasa lebih nyaman dan suhu tubuh menurun. Water tepid sponge disimpulkan
efektif menurunkan demam dilihat dari hasil mean rank water tepid sponge yang hasil
nya 22,82°C. Sehingga dapat disimpulkan jika water tepid sponge lebih efektif untuk
menurunkan demam pada anak.

ARTIKEL 3 : Novikasari, Linawati dkk. 2019

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian tepid sponge bath lebih
efektif dalam menurunkan suhu tubuh anak dengan demam. Hal ini disebabkan adanya
seka tubuh pada teknik tersebut akan mempercepat vasodilatasi pembuluh darah perifer di
sekujur tubuh sehingga evaporasi panas dari kulit ke lingkungan sekitar akan lebih cepat
dibandingkan hasil yang diberikan oleh kompres air hangat yang hanya mengandalkan
reaksi dari stimulasi hipotalamus. Jumlah luas waslap yang kontak dengan pembuluh darah
perifer yang berbeda antara teknik kompres air hangat dengan tepid sponge bath akan
turut memberikan perbedaan hasil terhadap penurunan suhu tubuh pada kelompok perlakuan
tersebut. rata-rata nilai suhu sebelum water Tepid sponge 38,6°C da setelah water Tepid
sponge adalah 37,4°C. Ada pengaruh sebelum dan sesudah water Tepid sponge dengan
beda mean adalah 1,2°C. Hasil uji statistik didapatkan nilai p-value 0,000 < 0,05.
DAFTAR PUSTAKA

Lestari, Anggraeni Beti Dwi dkk. (2019). Jurnal Keperawatan Mersi. Efektivitas Water Tepid
Sponge Suhu 37° C dan Kompres Hangat Suhu 37° C Terhadap Penurunan Suhu Pada Anak
Dengan Hipertermia. 8. 50-55.

Mulyani, Emy. (2020). Jurnal Keperawatan Terpadu (Integrated Nursing Journal). Efektivitas
Tepid Water Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Dengan Masalah
Keperawatan Hipertermia : Studi Kasus. 2. 7-13.

Novikasari, Linawati dkk. (2019). Holistik Jurnal Kesehatan. Efektivitas Penurunan Suhu Tubuh
Menggunakan Kompres Hangat Dan Water Tepid Sponge Di Rumah Sakit DKT TK IV 02 .07.04
Bandar Lampung. 13. 143-151.

Anda mungkin juga menyukai