Abstrak
Pembelajaran PKn di sekolah dasar bertujuan untuk membekali dan mengembangkan nilai sikap dan
moral pada diri siswa. Peran guru sangatlah penting dalam proses pembelajaran PKn. Pembelajaran PKn di
Sekolah Dasar seharusnya bukan menjadi pembelajaran yang menyulitkan siswa. Namun pada kenyataannya
aktivitas dan ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SDN Gembong 1 masih kurang memuaskan. Siswa
cenderung pasif dan malas mengikuti pembelajaran PKn, dan hasil belajar siswa berada dibawah ketuntasan
belajar. Hal ini dikarenakan pembelajaran PKn tidak disajikan secara tematik integratif sesuai dengan
sebagaimana mestinya. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran PKn di kelas V
SDN Gembong 1 adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran tematik integratif pada tema Ekoistem
subtema Hubungan Antar Makhluk Hidup dengan Ekosistem materi Persatuan dan Kesatuan. Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V pada pembelajaran PKn di SDN
Gembong 1 Kabupaten Lamongan.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) dengan model kolaborasi. Dalam
penelitian ini subjeknya yaitu seluruh siswa kelas V SDN Gembong 1 Kabupaten Lamongan, dengan prosedur
penelitian (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Observasi, (4) Refleksi di setiap siklusnya. Instrumen pada
penelitian ini berupa (1) lembar pengamatan aktivitas belajar, (2) soal tes formatif (3) alat dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran tematik integratif dapat
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Peningkatan aktivitas belajar siswa dapat diketahui dengan
pengamatan ketika pembelajaran dengan diterapkan sesuai prosedur tematik integratif. Sedangkan peningkatan
hasil belajar siswa diketahui dari perolehan penilaian tes formatif. Peningkatan hasil belajar dari sebelum
tindakan, siklus I dan siklus II, yaitu dari ketuntasan siswa sebelum tindakan adalah 44% meningkat menjadi
dengan nilai 65% dan pada siklus II meningkat menjadi 76 % sehingga persentase peningkatan hasil belajar
siswa dari sebelum tindakan ke siklus II adalah sebesar 32%. Hasil ini menunjukkan bahwa penerapannya
dalam pembelajaran PKn pada siswa kelas V SDN Gembonng 1 Kabupaten Lamongan dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa.
Abstract
Learning Civics in primary schools aims to equip and develop attitudes and moral values in students. The
teacher's role is very important in the Civics learning process. Learning Civics in Primary Schools should not
be a learning problem for students. But in reality the activities and completeness of student learning outcomes
in class V SDN Gembong 1 are still not satisfactory. Students tend to be passive and lazy to follow civics
learning, and student learning outcomes are under mastery learning. This is because Civics learning is not
presented in an integrative thematic way. Efforts are being made to overcome the problem of Civics learning
in class V SDN Gembong 1 is to implement integrative thematic learning on the theme of the sub-theme
Relationship between Living Things and the Unity and Unity material Ecosystems. This study aims to improve
the activities and learning outcomes of fifth grade students in Civics Education at SDN Gembong 1 Lamongan
Regency.
This research uses classroom action research (CAR) with a collaboration model. The subjects in this study
were all fifth grade students of Gembong 1 Elementary School in Lamongan Regency, with research
procedures (1) Planning, (2) Action, (3) Observation, (4) Reflection in each cycle. The instruments in this
study were (1) observation sheet of learning activities, (2) formative test questions (3) documentation tools.
1
JTIEE, Vol 4 No 1, 26 Mei 2020
The results showed that the implementation of integrative thematic learning can improve student learning
activities and outcomes. Increased student learning activities can be seen by observing when learning is
applied according to integrative thematic procedures. While the improvement in student learning outcomes is
known from the acquisition of formative test assessments. Improved learning outcomes from before the action,
cycle I and cycle II, namely from completeness of students before the action is 44% increased to a value of
65% and in the second cycle increased to 76% so that the percentage increase in student learning outcomes
from before the action to cycle II is equal to 32%. These results indicate that the application of integrative
thematic learning in Civics learning in fifth grade students of SDN Gembonng 1, Lamongan Regency can
improve student learning activities and outcomes
PENDAHULUAN Mata
No. Nilai rata-rata kelas
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Pelajaran
sekolah dasar memiliki arti penting bagi siswa pada 1. IPA 77
pembentukan pribadi warga negara yang 2. Bahasa 71
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan Indonesia
kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia 3. IPS 68
yang cerdas, terampil dan berkarakter yang 4. Matematika 67
diamanatkan dalam Pancasila dan Undang-Undang 5. PKn 64
Dasar 1945 (Depdiknas, 2006:97-104).
Peran guru untuk membekali dan Dari tabel 1.1 pelajaran yang tergolong
mengembangkan nilai sikap dan moral pada diri memiliki nilai rata-rata rendah adalah pada mrata
siswa di sekolah dasar tentu sangat diperlukan. pelajaran PKn, Matematika dan IPS dengan nilai
Namun pengembangan nilai sikap dan moral pada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
diri siswa mustahil untuk dicapai apabila siswa di tentukan sekolah yaitu 70. Bahkan dari 35 siswa
tidak memahami konsep-konsep tentang nilai dan 19 siswa di antaranya mendapatkan nilai di bawah
moral itu sendiri. Konsep tentang nilai sikap dan rata-rata kelas, 7 siswa kurang dari nilai 70 dan 6
moral sesungguhnya telah termuat di dalam ruang mengalami pengulangan (remidi). Setelah
lingkup mata pelajaran PKn fokus terhadap dilakukan bertanya pada guru kelas V SDN
terbentuknya warga negara yang paham dan Gembong I Lamongan ditemukan bahwa pelajaran
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk yang paling tidak disukai siswa adalah pada mata
menjadi warganegara Indonesia yang terampil, pelajaran PKn. Hal ini terbukti dengan nilai rata-
cerdas serta berkarakter sesuai amanat Pancasila rata siswa pada mata pelajaran PKn yang ada di
dan UUD 1945. bawah standar ketuntasan minimal sekolah. Faktor
Pelajaran PKn sudah diberikan pada siswa penyebabnya adalah (1) kurangnya minat siswa
sejak kelas awal atau kelas 1 sekolah dasar. Namun untuk membaca materi pelajaran yang lebih
pada kenyataannya, berdasarkan observasi yang menekankan pada pemahaman siswa mengenai
dilaksanakan di SDN Gembong 1 Kabupaten materi hafalan yang bersifat abstrak seperti harga
Lamongan pada tanggal 19 Juli 2019 didapatkan diri, saling menyayangi, dan peristiwa-peristiwa
nilai rata-rata semester ganjil pada mata pelajaran penting masa lalu yang menuntut siswa untuk rajin
PKn 64. Jika dibandingkan dengan rata-rata nilai membaca, (2) guru masih berfungsi sebagai
semester ganjil dengan empat mata pelajaran umum pemberi informasi materi satu-satunya (teacher
lainnya pencapaian nilai rata-rata mata pelajaran center), (3) kurangnya keaktifan siswa dalam
PKn adalah yang paling rendah. Tabel berikut ini pembelajaran hal ini terlihat ketika pembelajaran
merupakan perbandingan nilai rata-rata dari lima berlangsung dengan metode diskusi hanya ada 7
mata pelajaran yang diperoleh siswa kelas V SDN siswa saja yang aktif mengikuti jalannya diskusi,
Gembong I pada semester ganjil. sedangkan siswa yang lainnya diam saja, serta
Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata Siswa Semester Ganjil seringnya anak minta ijin keluar kelas saat
Tahun Pelajaran 2019/2020 pembelajaran berlangsung, (4) Media pembelajaran
2
JTIEE, Vol 4 No 1, 26 Mei 2020
yang digunakan hanya papan tulis, lembar kerja, mengatasi permasalahan yang ada di kelas V SDN
buku paket yang sudah tersedia di sekolah. Gembong 1 Kabupaten Lamongan.
Berdasarkan paparan di atas perlu adanya penerapan pembelajaran tematik integratif
suatu tindakan untuk meningkatkan pembelajaran dalam penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas
PKN dengan suatu penelitian tindakan kelas (PTK). dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu peneliti
Masalah paling utama adalah menumbuhkan minat mengangkat judul penelitian “Penerapan
membaca materi dan menghubungkan antara apa Pembelajaran Tematik Integratif dalam
yang mereka pelajari dengan penerapannya di Pembelajaran PKn untuk Meningkatkan
lingkungan kehidupan sehari-hari. Siswa memiliki Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD”.
minat membaca materi pelajaran rendah hal ini Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
disebabkan penyampaian materi kurang menarik untuk meningkatkan mutu pendidikan.
dan menyenangkan.
Kurikulum yang berlaku di sekolah dasar A. Hakikat Pembelajaran PKn di SD
saat ini adalah kurikulum 2013 versi 2016 dimana Pembelajaran pada hakikatnya adalah
pembelajaran dari kelas I hingga IV dilaksanakan proses yang diselenggarakan oleh guru untuk
dengan tematik integratif. Dinamakan tematik membelajarkan siswa supaya siswa memperoleh
integratif karena merupakan perpaduan berbagai dan memproses pengetahuan, keterampilan dan
kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam sikap (Dimyati dan Mudjiono, 2009:157). Tugas
Pelaksanaan Kurikulum 2013 versi 2016 yang guru dalam pembelajaran yang paling utama adalah
sedang diterapkan di sekolah dasar saat ini juga mengondisikan lingkungan agar menunjang
masih mengunggulkan model pembelajaran terjadinya perubahan tingkah laku. Pembelajaran
tematik integratif. Dinamakan tematik integratif memuat dua proses kegiatan yaitu kegiatan guru
karena merupakan perpaduan berbagai kompetensi dan kegiatan siswa. Kegiatan siswa adalah
dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai melakukan kegiatan belajar. Sedangkan kegiatan
tema. Adapun kompetensi yang dipadukan dalam guru adalah melakukan proses dan menjadikan
pembelajaran adalah kompetensi spiritual, sikap, siswa belajar.
keterampilan, dan pengetahuan yang saling Ruminiati (2007:2) menyatakan bahwa
berkaitan dalam satu tema. Pertimbangan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan
diterapkan model pembelajaran tematik terpadu ini mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk
di sekolah dasar kelas I sampai VI supaya warga negara yang baik. Sedangkan menurut
pembelajaran yang digunakan memberikan makna Sumarsono, dkk (2007:4) bahwa Pendidikan
yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin Kewarganegaraan (PKn) bertujuan untuk
dalam tema yang disampaikan. Jadi, pembelajaran menumbuhkan wawasan warga negara dalam hal
PKn tidak lagi diajarkan secara terpisah dengan persahabatan, pengertian antarbangsa, perdamaian
mata pelajaran yang lain, namun diajarkan secara dunia, kesadaran bela Negara, dan sikap serta
terpadu dalam satu tema yang dikaitkan dengan prilaku yang bersendikan nilai-nilai budaya bangsa.
mata pelajaran yang lain aga siswa mudag Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di
memaknai konsep-konsep pembelajaran khususnya Sekolah Dasar memiliki arti penting bagi siswa
pada pembelajaraan PKn. pada pembentukan pribadi warga negara yang
Kenyataannya di sekolah dasar SDN memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
Gembong 1 Kabupaten Lamongan, masih banyak kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia
guru yang belum memahami tentang pembelajaran yang cerdas, terampil dan berkarakter yang
tematik integratif. Hal ini menyebabkan diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang
implementasi kurikulum 2013 versi 2016 tidak Dasar 1945 (Depdiknas, 2006: 97). Berdasarkan
dilaksanakan sesuai prosedur yang seharusnya. uraian di atas maka pembelajaran PKn SD
Mata pelajaran PKn diajarkan terpisah dengan mata merupakan suatu proses yang diselenggarakan oleh
pelajaran yang lain. Oleh karena itu, peneliti guru pada mata pelajaran PKn yang bertujuan untuk
memilih pembelajaran tematik integratif untuk membekali siswa SD untuk menjadi warga negara
3
JTIEE, Vol 4 No 1, 26 Mei 2020
yang memahami sikap dan berilaku yang Hasil belajar merupakan kemampuan-
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa
B. Aktivitas Belajar menerima pengalaman belajar (Sudjana,
Belajar menurut pendapat Slameto (2010: 2010:22). Hamalik (2007: 30) mengartikan hasil
2) yang menyatakan bahwa belajar sebagai suatu belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi
baru secara keseluruhan, sebagai hasil mengerti. Sedangkan menurut Suprijono (2009:
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-
lingkungannya. Pandangan kontruktivistik nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
memandang belajar merupakan usaha pemberian apresiasi dan keterampilan.
makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui Rumusan tujuan pendidikan dalam sistem
asimilasi dan akomodasi yang menuju pada struktur pendidikan nasional baik tujuan kurikuler
kognitifnya, belajar merupakan suatu proses maupun tujuan instruksiotnal, menggunakan
pembentukan pengetahuan dimana pembentukan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom
ini harus dilakukan oleh si belajar. Dia harus aktif (dalam Sudjana, 2010: 5) yang membaginya
melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun menjadi tiga ranah sebagai berikut:
konsep dan memberi makna, tentang hal-hal yang 1. Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil
sedang dipelajari sehingga guru harus dapat menata belajar yang berkaitan dengan pengetahuan
lingkungan yang memberi peluang optimal bagi yang terdiri dari enam aspek, yakni ingatan,
terjadinya belajar. Namun pada akhirnya, yang pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis, dan
paling menentukan terwujudnya gejala belajar evaluasi.
adalah niat siswa itu sendiri atau dengan istilah lain 2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang
kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa terdiri dari lima aspek yakni penerimaan,
(Budiningsih, 2005: 58). jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi,
Poerwadarminta (2003: 23), aktivitas dan internalisasi.
adalah kegiatan. Jadi aktivitas belajar adalah 3. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil
kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang belajar keterampilan dan kemampuan
keberhasilan belajar. Menurut Hamalik (2007: bertindak. Ada enam aspek ranah
176) yang mendefinisikan aktivitas belajar psikomotoris, yakni gerakan refleks,
sebagai berbagai aktivitas yang diberikan pada keterampilan gerakan dasar, kemampuan
pembelajar dalam situasi belajar-mengajar yang perceptual, keharmonisan atau ketepatan,
didesain agar memungkinkan siswa memperoleh gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan
muatan yang ditentukan, sehingga berbagai ekspresif dan interpretatif.
maksud dan tujuan kurikulum dapat tercapai. Berdasarkan uraian di atas dapat
Aktivitas belajar dapat diartikan kegiatan yang disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
terjadi dalam proses belajar-mengajar keberhasilan seseorang setelah mengalami
berlangsung untuk mencapai tujuan pengalaman belajar. Pengalaman belajar dapat
pembelajaran Kegiatan yang diamati dalam dialami dengan mempelajari informasi verbal,
penelitian ini adalah ketika kegiatan keterampilan intelektual, kognitif, motorik, dan
berkelompok dan kegiatan selama pembelajaran sikap. Hasil belajar dalam sistem pendidikan
peta konsep berlangsung. dapat diukur dengan evaluasi atau tes hasil
Adapun aktivitas belajar yang diamati belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan
dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa dalam psikomotorik. Hasil belajar ranah kognitif
mengikuti pembelajaran dan aktivitas guru dalam tampak pada hasil tes. Hasil tes kemudian
melaksanakan pembelajaran. dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor. Hasil
C. Hasil Belajar belajar ranah afektif dapat terlihat dari sikap saat
pembelajaran berlangsung. Sedangkan ranah
4
JTIEE, Vol 4 No 1, 26 Mei 2020
5
JTIEE, Vol 4 No 1, 26 Mei 2020
discovery di mana siswa terlibat secara aktif peserta didik/guru dengan narasumber
dalam proses pembelajaran, mulai sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar
perencanaan, pelaksanaan, hingga proses dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang
evaluasi. lebih bermakna.
5. Rambu-rambu Pembelajaran Tematik Selain itu, pembelajaran tematik memiliki
Integratif kelebihan dan arti penting, yakni sebagai berikut.
Menurut Fogarty (dalam Majid, 2014: a. Menyenangkan karena berangkat dari minat
76) rambu-rambu pembelajaran tematik dan kebutuhan anak didik;
integratif adalah sebagai berikut. b. Memberikan pengalaman dan kegiatan
a. Tidak semua mata pelajaran harus disatukan. belajar-mengajar yang relevan dengan tingkat
b. Dimungkinkan terjadi penggabungan perkembangan dan kebutuhan anak didik;
kompetensi dasar lintas semester. c. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih
c. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, berkesan dan bermakna;
tidak harus dipadukan. Kompetensi dasar yang d. Mengembangkan keterampilan berpikir anak
tidak dapat diintegrasikan dibelajarkan secara didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi;
tersendiri. e. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui
d. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada kerja sama-Memiliki sikap toleransi,
tema tertentu harus tetap diajarkan baik komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan
melalui tema lain maupun disajikan secara orang lain;
tersendiri. f. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata
e. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam
kemampuan membaca, menulis, dan berhitung lingkungan anak didik.
serta pananaman nilai-nilai moral. 7. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
f. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan Integratif
karakteristik siswa, lingkungan, dan daerah Secara prosedural langkah-langkah
setempat. kegiatan yang ditempuh diterapkan ke dalam tiga
6. Kelebihan Pembelajaran Tematik langkah sebagai berikut.
Integratif
Menurut Fogarty (dalam Majid, 2014: 76) a. Kegiatan Awal/ Pembukaan (Opening)
Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan Tujuan dari kegiatan membuka pelajaran
dibandingkan pendekatan konvensional, yaitu adalah pertama, untuk menarik perhatian siswa,
sebagai berikut. dapat dilakukan dengan cara seperti meyakinkan
a. Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik siswa bahwa materi; melakukan hal-hal yang
akan selalu relevan dengan tingkat dianggap aneh bagi siswa; melakukan interaksi
perkembangan anak. yang menyenangkan. Kedua, menumbuhkan
b. Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan motivasi belajar siswa, dapat dilakukan dengan cara
dengan minat dan kebutuhan peserta didik. menyapa dan berkomunikasi secara kekeluargaan;
c. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi menimbulkan rasa ingin tahu, misalnya mengajak
peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat siswa untuk mempelajari suatu kasus yang sedang
bertahan lebih lama. hangat dibicarakan; mengaitkan materi atau
d. Pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan pengalaman belajar yang akan dilakukan dengan
keterampilan berpikir dan sosial peserta didik. kebutuhan siswa. Ketiga, memberikan acuan atau
e. Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan
yang bersifat pragmatis. dilakukan, dapat dilakukan dengan cara seperti
f. Jika pembelajaran terpadu dirancang bersama mengemukakan tujuan yang akan dicapai serta
dapat meningkatkan kerja sama antarguru tugas-tugas yang harus dilakukan dalam
bidang kajian terkait, guru dengan peserta hubungannya dengan pencapian tujuan (Sanjaya,
didik, peserta didik dengan peserta didik, 2006:41).
6
JTIEE, Vol 4 No 1, 26 Mei 2020
7
JTIEE, Vol 4 No 1, 26 Mei 2020
x=
X 0 – 20% Sangat
Cukup
E 1
N
Keterangan: Indikator keberhasilan pemanfaatan peta
x = Nilai rata-rata konsep terhadap peningkatan aktivitas dan hasil
X = Jumlah nilai keseluruhan belajar siswa dapat dilihat dengan membandingkan
N = Jumlah siswa rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sampai
Untuk mengetahui persentase siswa yang siklus II. Selain itu, juga dapat membandingkan
tuntas dalam pembelajaran PKn, digunakan rumus persentase keberhasilan siswa pada siklus I sampai
ketuntasan klasikal. Perhitungan untuk nilai siklus II.
ketuntasan klasikal adalah sebagai berikut: Penerapan pembelajaran tematik integratif
dikatakan berhasil meningkatkan aktivitas dan hasil
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟 belajar siswa, jika rata-rata hasil belajar siswa pada
𝑝= 𝑥 100%
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 siklus II lebih besar daripada siklus I atau jika
Dengan : p = ketuntasan klasikal terdapat peningkatan persentase taraf keberhasilan
belajar.
(Aqib, dkk., 2009:41) Penilaian ketuntasan klasikal ini dilihat dari
jumlah siswa dalam satu kelas. Suatu kelas dapat
Kriteria : dikatakan berhasil apabila mencapai ketuntasan
>80 % = sangat tinggi belajar paling sedikit 75% dari jumlah kelompok
60% - 79% = tinggi kelas yang telah mencapai ketuntasan perseorangan
40% - 59% = sedang
20% - 39% = rendah HASIL DAN PEMBAHASAN
<20% = sangat rendah Peneliti merekap hasil temuan yang
diperoleh setelah pelaksanaan penerapan
(Aqib, dkk., 2009:41) Pembelajaran Tematik Integratif dalam
1. Aktivitas Belajar Siswa pembelajaran PKn pada siswa kelas V SDN
Analisis data pada aktivitas belajar Gembong 1 Kabupaten Lamongan. Berikut ini
diperoleh dari pedoman observasi untuk siswa. temuan penelitian dari siklus I yang perlu
Hasil observasi ini digunakan untuk mengetahui diperbaiki dalam melaksanakan tindakan di siklus
keberhasilan implementasi pembelajaran tematik II, yaitu:
integratif pada pelajaran PKn. Persentase Temuan Siklus I
keberhasilan aktivitas belajar siswa dihitung 1) Aktivitas belajar dengan Pembelajaran Tematik
dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Integratif sudah baik dan siswa senang
mengikuti pelajaran.
SkorYangDicapai
Persentase keberhasilan =
2) Hasil belajar siswa perlu ditingkatkan lagi pada
8
JTIEE, Vol 4 No 1, 26 Mei 2020
3) Mengulang kembali indikator yang masih belum Sanjaya, 2008: 124) bahwa pengetahuan bermakna
dipahami siswa akan diingat dalam jangka waktu yang lama.
2. Temuan siklus II
Berikut ini temuan penelitian dari PENUTUP
pelaksanaan siklus II. Simpulan
a. Aktivitas belajar mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
b. Hasil belajar siswa adalah 78, 2, berarti sudah dilakukan, maka peneliti membuat kesimpulan
diatas SKM. sebagai berikut.
c. Menyanyikan lagu daerah membuat 1. Penerapan pembelajaran tematik integratif
pembelajaran lebih meyenangkan. dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
Temuan Lengkap siswa kelas V SDN Gembong 1 Kabupaten
Berdasarkan temuan pada siklus I dan II Lamongan.
dapat disimpulkan bahwa implementasi 2. Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa
pembelajaran tematik integratif membuat siswa ketika penerapan pembelajaran tematik
senang dalam pembelajaran PKn. Siswa menjadi integratif. Hasil aktivitas belajar siswa siklus I
senang untuk membaca buku pegangan PKn yang dan siklus II yang diamati berdasarkan enam
dimilikinya. Terjadi peningkatan aktivitas dan hasil aspek yaitu memperhatikan penjelasan guru,
belajar siswa yang ditemui pada siklus I dan siklus kemauan mencatat, mau berpartisipasi aktif
II. Berikut disajikan diagram peningkatan hasil dalam kelompok, mampu bekerjasama dalam
belajar siswa dari prasiklus, siklus I, dan siklus II kegiatan kelompok, mampu membaca,
berdasarkan persentase ketuntasan hasil belajar mamppu membuat rangkuman memperoleh
secara klasikal. skriteria baik. Hasil ini sudah memenuhi
Peningkatan Persentase Aktivitas Belajar indicator keberhasilan penelitian yang
Siswa ditentukan oleh peneliti.
9
3. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah
Rata-rata
9
JTIEE, Vol 4 No 1, 26 Mei 2020
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Poerwadarminta. 2003. Kamus Bahasa Indonesia.
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Ruminiati. 2008. Pengembangan Pendidikan
BNSP. 2006. Standar Isi. Jakarta: BNSP Kewarganegaraan Sekolah Dasar. Jakarta:
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi.
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dasna, Wayan dan Sutrisno. 2006. Model-Model Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran
Pembelajaran Konstruktivistik Dalam Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Pembelajaran Sains Kimia. Malang: Jakarta: Kencana.
Jurusan Kimia-FMIPA Universitas Negeri
Malang. Santrock. 2002. Life Span Development
Perkembangan Masa Hidup. Jakarta:
Dahar, Wilis.Ratna, 1989. Teori-Teori Belajar. Erlangga.
Jakarta: Erlangga. Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses
Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Belajar Mengajar. Bandung: PT Remadja
Rosdakarya.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan
Pembelajaran . Jakarta: Rineke Cipta. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R
& D. Bandung: Alfabeta
Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-Dasar Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning
Pengembangan Kurikulum. Bandung: Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta:
Rosdakarya. Pustaka Pelajar.
Sumarsono,dkk. 2007. Pendidikan
Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar, Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia
Jakarta: Bumi Aksara. Pustaka Utama.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif
Lutfiana. 2015. Pengaruh Implementasi Berorientasi Kontruktivistik. Surabaya:
Pembelajaran Tematik Integratif Prestasi Pustaka.
Kurikulum 2013 Terhadap Motivasi Zaini, Hisyam, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran
Belajar Siswa Kelas V SD Se-Kota Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Yogyakarta. Yogyakarta:Universitas
Negeri Yogyakarta. Skripsi tidak
diterbitkan.
10