Disusun Oleh:
Muhamad Supriyanto
Pembimbing:
Jeihan Ali Azhar
MADRASAH DINIYAH
PONDOK PESANTREN NURUL UMMAH
KOTAGEDE YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara hukum yang mengatur segala aspek
kehidupan warganya, salah satunya adalah mengatur hukuman bagi pelaku
kejahatan, baik itu pelanggaran ringan maupun berat, Adapun salah satu
bentuk kejahatan berat yang sedang menjadi topik perbincangan belum lama
ini adalah kejatan seksual terhadap anak-anak atau pedofilia pada anak anak,
menurut KPAI kekerasan seksual pada anak di Indonesia masih terbilang
tinggi pada tahun 2016 sejumlah 120 kasus kemudian pada tahun 2017
sejumlah 116 kasus tahun 2018 sejumlah 206 kasus tahun 2019 sejumlah 350
kasus.1
Pemerintah Indonesia telah berupaya dalam menanggulangi
permasalahan tersebut yaitu dengan menerapkan hukuman kebiri kimia bagi
pelaku kekerasan seksual anak (pedofilia) sebagi hukuman tambahan. langkah
ini diambil untuk memberikan pelajaran dan efek jera bagi pelaku dan
masyarakat pada umumnya,Indonesia bukanlah satu satunya negara yang
menerapkan hukuman ini, adapun negar negara yang menerapkan hukuman
kebiri kimia yaitu ukraina, amerika, inggris, khazakhstan, polandia dan rusia.
kemudian untuk mengatur hal itu presiden joko Widodo mengeluarkan perppu
pada tahun 2016 yang kemudian disahkan menjadi undang undang, aturan
tersebut terdapat pada pasal 81 ayat (2) UU no. 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak dan teknis pelaksanaanya diatur pada PP No. 70 Tahun
2020 tengtang cara pelaksanaan kebiri kimia. kemudian pada tahun 2019
Pengadilan Negeri mojokerto Jawa Timur menjatuhi hukuman kepada pelaku
kekerasan seksual (pedofilia) dg hukuman 12 tahun penjara dan denda 100
juta serta tambahan hukuman kebiri kimia, Adapun jumlah korban adalah 9
orang anak anak.2. kemudian terjadi pro kontra di masyarakat salah
satunya adalah LBM PWNU Jatim yang menolak putusan pengadilan
terhadap hukuman kebiri kimia PWNU menilai tidak ada maslahat dari
hukuman kebiri ini. Karena menghalangi hak seseorang untuk
berketurunan, karena dalam islam tidak mengenal hukuman kebiri,
jikalau kita terima berarti kita akan membuat hukum sendiri yang
kontra dengan pedoman hukum yang sudah ada 3. sebelumnya IDI juga
menolak pasal 81 ayat (2) UU no. 23 tahun 2002 sebagai eksekutor dalam
pelaksanaan kebiri kimia karena melanggar kode etik profesi kedokteran
yang mana bahwa bahwa setiap dokter wajib mengingat kewajiban dirinya
dalam melindungi hidup makhluk insani artinya seorang dokter harus
1
KPAI.go.id
2
https://regional.kompas.com/read/2019/09/03/22583141/kebiri-kimia-untuk-pemerkosa-
9-anak-dilakukan-di-akhir-masa-hukuman di akses tanggal 4 November 2020.
3
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4686064/pwnu-jatim-tolak-putusan-kebiri-
bagi-predator-anak
meningkatkan segala kemampuannya untuk memelihara kehidupan alami
pasiennya4
Peristiwa diatas telah kita ketahui pada dasarnya kebiri dalam islam
hal yang sangat dilarang, sesuai hadis nabi Muhammad dalam kitab bukhari
hadis No 5071
ول هللا44 كنا نزغو مع رس: قال عبد هللا: قال، عن قيس، عن اسماعيل، حدثنا جرير،حدثنا قتيبة بن سعيد
ثم رخص لنا ان ننكح المرأة، اال نستخصى؟ فنهانا عن ذلك: فقلنا، وليس لنا شيئ،صلى هللا عليه و سلم
دوا ان هللا ال يحب44 وال تعت،ل هللا لكم4ا أح4ات م44وا طيب44 (يا ايهاالذين امنوا ال تحرم: ثم قرأ علينا،بالثوب
87 : المعتدين) المائدة
maka dari itu penulis tertarik mengangkat tema tersebut karena memiliki
kesamaan dengan kebiri konvensional yaitu dalam hal menghilangkan fungsi
organ vital, walaupun secara bentuk tidak berubah melalui sudut pandang
ulama syafiiyah
.
II. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan ulama syafiiyah terhadap pelaksanaan kebiri kimia
bagi pelaku kejahatan seksual anak?
III. Tujuan dan manfaat
Tujuan:
1. Mengetahui hukum kebiri kimia yang diterapkan oleh pemerintah
Indonesia menurut ulama syafiiyah
Manfaat:
2. Sebagai penambah wawasan islami tentang hakikat hukum kebiri kimia
Messy Rachel Mariana Hutapea, jurnal hukum magnum opus dengan judul
Penerapan Hukuman Tindakan Kebiri Kimia Dalam Perspektif Hak Asasi
Manusia, dalam jurmal ini membahas hukuman kebiri belum menjadi salah
satu hukuman yang efektif dan membuat jera bagi pelaku kekerasan seksual,
sehingga undang - undang tentang penerapan hukuman kebiri kimia harus
dikaji ulang.7
Nur Mazidah, skripsi, UIN Sunan Ampel, Hadis Tentang Kebiri Dalam Kitab
Musnad Imam Ahmad Bin Hanbal No Indeks 3650, berisikan tentang hadis
hadis tentang kebiri dan derajat kesohihannya.8
V. Kerangka Teori
6
Soetedjo, Julitasari Sundoro, Ali Sulaiman, “Tinjauan Etika Dokter Sebagai
Eksekutor Hukuman Kebiri", (Jurnal Etika Kedokteran, Vol 2, No. 2, Juni 2018).
7
Messy Rachel Mariana Hutapea, “Penerapan Hukuman Tindakan Kebiri Kimia Dalam
Perspektif Hak Asasi Manusi”, (Jurnal Hukum Magnum Opus, Vol. 3, No. 1, Februari 2020 ).
8
Nur Mazidah, Hadis Tentang Kebiri Dalam Kitab Musnad Imam Ahmad Bin Hanbal No
Indeks 3650,Skripsi: UIN Sunan Ampel, 2020, hlm. 3.
.)1983، دار بن حزم: (بريوت، باب التعزير، فتح املعني بشرح قرة العني، زين الدين املعربي املليباري9
.586 .ص
berakal, karena yang demikian bukan termasuk anak kecil yang pantas
dihukum.10
Anak anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun11. Anak
yang dilahirkan atau anak anak hingga mencapai baligh.12
Kebiri kimia adalah memasukan bahan kimia yang bersifat
antiandrogen, baik melalui pil atau suntikan, kedalam tubuh pelaku tindakan
kejahatan seksual untuk melemahkan hormon testosteron sehingga
mengurangi keinginan seseorang melakukan hubungan seksual.13
VI. Metode
Metode penelitian sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang merupakan
penelitian kepustakaan ( library reseach) dengan menggunakan metode
deskriptif, yaitu sebuah metode yang bertujuan untuk memecahkan
masalah yang ada pada saat ini, dengan teknik deskriptif yaitu penelitian,
analisan dan klarifikasi.14
2. Sumber data/informasi
1. Primer: informasi utama dan sumbernya adalah al qur’an dan hadis
kitab kitab kuning karangan ulama syafiiyah yang berkaitan dengan
pembahasan.
2. Sekunder: berasal dari buku, internet jurnal, skripsi, artikel, surat atau
literatur lainnya.
5599. ص.)2001 ، دار الفكر: :( سورية، الفقه االسالمي و ادلته،وهبة بن مصطفى الزحيلي10
11
UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
.560 . ص.)1996 ، دار الفكر: (بريوت، الوسيطA معجم، وامحد حسن بن زيادAابراهيم مصطفى 12
13
sehatq.com
14
Winarto surakhman, Pengantar Penelitian Ilmiah dan Metode, (bandung : tarsito, 1982),
hlm. 138.
BAB III : 1. Pemaparan hadis, dan qoul Ulama Syafiiyah
2. Analisis deskriptif menurut Ulama Syafiiyah
BAB IV : Kesimpulan dan saran
BAB II
1. Pengertian Takzir
Hukuman yang dijatuhkan oleh seorang hakim karena perbuatan
maksiat yang pada umumnya tidak ada ketentuan hukuman had atau
kafaratnya, baik itu kaitannya dengan hak allah maupun hak manusia seperti
menggauli wanita ajnabiyah pada selain farji dan memukul tanpa adanya hak
pada umumnya.
2. Dalil penetapan Takzir
Adapun dalil takzir berdasarkan perkataaan nabi saw: : ال يضرب فوق
) (متفق عليه. عشرة اسواط اال يف حد من حدود اهلل. dalil nash ini merupakan
dasar bahwasannya hakim boleh mentakzir dengan memukul dalam rangka
sebagai pembelajaran, dan dalam jinayah jismiyah untuk menimbulkan efek
jera, para pembesar dikalangan sahabat juga melaksanakan hukuman takzir
dengan cara memukul, memenjara dan eksekusi mati. dan dikatakan oleh
shabat umar bahwa ia bersama para pembesar shabat bermusyawarah
mengenai hukuman bagi pelaku liwath, mereka berfatwa meniadakan
hukuman pembakaran bagi pelaku liwath. ditetapkan juga oleh shabat ali
bahwasanya ia menemui seorang laki laki dan perempuan yang istimta’ tidak
sampai jimak, maka beliau menghukumnya setengah dari seratus cambukan
(50 kali cambukan).
3. Syarat Wajib Takzir
Setiap insan yang berakal. laki-laki, perempuan muslim atau kafir,
baligh atau anak kecil yang berakal dapat dikenakan hukuman takzir.
sedangkan anak kecil tidak termasuk kategori hukuman ini. imam mawardi
berkata bahwa anak kecil dan orang gila amaliyah keduanya bukanlah
terrmasuk maksiat seperti apa yang telah disebutkan pada bab as syariqoh
dalam ahkam sultoniyah.
4. Kadar Takzir
Adapun kadar takzir berdasarkan kadar kejahatan, adapun tingkatan
hukuman seorang penjahat berdasrkan ijtihat hakim, terkadang dengan
teguran dan bentakan, dipenjara, ditampar, atau samapai dibunuh sesuai
kasusu kejahatan sodomi menurut ulama malikiyah, atau dicopot jabatannya,
menyuruhnya berdiri dan pergi dari majlis, menghinanya atau
mendeskriditkannya seperti ucapan “ hai dzalim, hai orang yang melampaui
batas”. tidak apapa apa mencoret coret wajahnya, diarak ramai ramai disertai
menyebut nyebut kesalahan dan kejahatannya serta memukulinya. boleh juga
menyalibnya dan tidak boleh menghalang halangi dari makan dan berwudhu.
5. sifat sifat takzir
Pertama: apabila takzir berkaitan dengan haq allah dalam kasus pelanggaran
larangan agama, maka tidak wajib dilaksanakan, Adapun bila berkaitan
dengan haq ana kadam bila tidak mendapatkan maaf dari korban maka wajib
melaksanakannya. Adapun apabila imam menegakan takzir kemudian korban
meninggal maka imamlah yang bertanggung jawab.
disebutkan menurut at tabrani bahwa takzir ada dua macam:
pertama: takzir yang bersifat wajib yaitu, takzir dalam perkara qadzafnya
seorang budak dan kafir dzimmi, atau mewati’ wanita lain pada selai farzi,
kemudian apabila seorang imam melaksanakan takzir kepada pelaku
kemudian terjadi kerusakan maka imam tidak menanggungnya atas apa yang
terjadi.
kedua, tidak wajib, apabila berperilaku buruk didalam majlis hakim, dan jika
hakim mentakzirnya dan mati ...hakimlah yang bertanguung jawab. dan
pendapat yang pertama adalah yang paling benar.
Kedua, pukulan cambuk dalam takzir adalah yang paling keras, karena secara
kuantitatif hukuman takzir memungkinkan untuk diperingan dengan
dikuranginya jumlah cambukan, maka tidak boleh diperingan pukulannya,
supaya maksud dan tujuan yang diinginkan tetap tercapai, yaitu memeberi
efek jera. kemudian cambukan pada tingkatan berikutnya adalah cambukan
had zina, had meminum khamr kemudian had hadzaf.
2. kebiri
hukum kebiri bukanlah sebuah peristiwa yang baru banyak dari berbagai negara
melaksanakan hukuman ini, akan tetapi dalam islam dilarang karena nabi Muhammad
saw melarang para sahabat melaksanakannya seperti keterangan hadis yang telah
lalu, pada zaman sekarang bahwa kebiri dapat dilakukan menggunakan cairan kimia
dengan bantuan suntikan, Adapun pembahas akan menerangkan dalil dalil yang
berkaitan dengan kebiri kimia:
bahwasannya nabi Muhammad saw telah memberikan contoh dalah hal keringanan
dalam meniikah, jikalau seseorang tidak mampu memberikan mahar dan biaya
menikah maka dapat menahannya dengan berpuasa untuk menjaga syahfatnya dari
perbuatan zina. disebutkan dalam hadis :
ومن مل،رجAAن للفAAر واحصAAه اغض للبصAA فان،تزوجAAاءة فليAAتطع البAAباب من اسAAر الشAAا معشAAي
Sementara itu kebiri kimia, berbeda dengan kebiri fisik, tidak dilakukan
dengan mengamputasi testis. Pihak eksekutor akan memasukkan zat kimia
antiandrogen yang dapat memperlemah hormon testosteron. Caranya bisa lewat pil
ataupun suntikan. Bila hormon testosteron melemah, maka kemampuan ereksi, libido,
atau hasrat seksual seseorang akan berkurang bahkan hilang sama sekali. Pengaruh
kebiri kimia ini tak berlangsung permanen. Jika pemberian cairan dihentikan, libido
dan kemampuan ereksi akan kembali berfungsi. Beberapa jenis obat yang banyak
digunakan adalah medroxyprogesterone acetate (MPA) dan cyproterone acetate
(CPA). 13 Pengaruh obat ini ada dalam rentang 40 jam hingga 3 bulan. Dorongan
seksual atau gairah seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor
terpenting ialah hormon testosteron.15
15
Nuzul Qur’aini Mardiyah, “Penerapan Hukum Kebiri Bagi Pelaku Kekerasan Seksual”,
(Jakarta: Jurnal konstitusi, Vol. 14, No. 1, Maret 2017).
menurut pasal 6 UU no 70 tahun 2020 menyatakan hukuman kebiri kimia di
Indonesia dapat dilaksanakan melalui beberapa tahapan diantaranya adalah penilaian
klinis, kesimpulan dan pelaksanaan. Adapun penilaian klinis terdiri dari wawancara
klinis dan psikiatrik, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. apabila
pemeriksaan fisik telah dilaksanakan akan tetapi hasil dari pemeriksaan tersebut
bahwa terpidana tidak layak untuk dihukum kebiri kimia maka akan ditunda selama 6
bulan dan setelah itu dilakukan uji klinis ulang untuk memastikan layak atau tidak
dikenakan hukuman kebiri kimia, bila dinyatakan tidak layak kembali maka jaksa
akan memberitahu secara tertulis kepada pengadilan tingkat pertama dengan
melampirkan hasil penilaian klinis ulang dan kesimpulan ulang. artinya bahwa
terpidana tidak mendapat hukuman kebiri kimia akan tetapi hanya pemsangan
pendeteksi elektronik dan pengumuman identitas pelaku.
Dalam uu No 70 tahun 2020 pelaksanaan kebiri kimia pemerintah telah
menjamin bagi terpidana kebiri kimia mendapatkan rehabilitasi setelah hukuman
yang ditentukan telah berakhir yaitu Pasal 18 ayat (1) Rehabilitasi diberikan kepada
Pelaku Persetubuhan yang dikenakan Tindakan Kebiri Kimia berupa: a.
rehabilitasipsikiatrik; b. rehabilitasi sosial; dan c. rehabilitasi medik.
Kemudian pada pasal 19 ayat (2) dan (3) Jangka waktu pelaksanaan
rehabilitasi sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan Tindakan Kebiri Kimia dan
dapat diperpanjang untuk paling lama 3 (tiga) bulan setelah pelaksanaan Tindakan
Kebiri Kimia terakhir.
dari perbandingan diatas kebiri kimia tidaklah menghilangkan syahwat
sepenuhnya, yang menaandakan boleh dilaksanakan berdasarkan perintah imam
ataupun hakim yang memiliki legalitas dalam penerapan hukuman kebiri
kimia,adapun kebiri konvensional jelas dalil pelarangannya berdasarkan hadis
kemudian hukuman bagi kejahatan seksual ini memiliki kadar hukuman sesuai
kejahatannya, melalui pertimbangan hakim kemudian diputuskan beberapa
hukumannya antara lain: hukuman mati, penjara seumur hidup, penjara minimal 10
tahun dan maksimal 20 tahun, denda berupa materi dan hukuman tambahan yaitu
kebiri kimia, pengumuman identitas diri dan pemasangan pendeteksi elektronik.
semua ini sesuai kaidah takzir bahwasannya kadar hukuman dan putusan hukuman
berdasarkan hakim dengan payung hukum dari pemerintah (undang undang) sebagai
landasan beracara.
BAB IV