OLEH:
KELOMPOK II:
Puji syukur Allah AWT, karena atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan proposal praktek Stase Manajemen Keperawatan ini.
Proposal praktek Stase Manajemen Keperawatan ini dibuat untuk memenuhi
salah satu syarat dalam mengikuti Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo. Kami menyadari bahwa
laporan ini dapat selesai karena bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Prof.Dr.H.Abd Kadim Masaong.,M.Pd selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Gorontalo
2. Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep, MM., M.Kep, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo
3. Ns. Pipin Yunus, S.Kep, M.Kep selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo
4. Ns. Andi Akifa Sudirman, M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
5. Ns. Sabirin B. Syukur, M.Kep selaku Koordinator Stase Manajemen dan
Preseptor Akademik
6. Ns. Euis H. Hidayat, S.Kep.,MM selaku Koordinator Klinik RSUD Otanaha
Kota Gorontalo
7. Ns. Samsiar N. Mohune, S.Kep., selaku Preseptor Klinik Ruangan Perawatan
Anak RSUD Otanaha Kota Gorontalo
8. Ns. Haslinda Damansyah, M.Kep selaku pendamping Preseptor RSUD
Otanaha Kota Gorontalo
9. Ns. Abdul Wahab Pakaya, M.Kep.,MM selaku Supervisi RSUD Otanaha
Kota Gorontalo
10. Direktur RSUD yang telah memberikan izin praktek klinik Mahasiswa
program studi Profesi Ners UMGO
11. Kepada teman-teman Kelompok II ruangan Anak RSUD Otanaha yang telah
banyak membantu dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati kami bersedia menerima
kritik dan saran yang sifatnya membangun sebagai penyempurnaan laporan ini.
Kelompok II
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Globalisasi bisa berdampak pada semua segi kehidupan, termasuk aspek
pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan
kesehatan memiliki peran yang sangat vital dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (2020) Rumah
sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan merupakan komponen
yang sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan bagi
masyarakat. Sala satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan
dan asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari sistem pelayanan
kesehatan dengan tujuan memelihara kesehatan masyarakat seoptimal
mungkin. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan
posisi kunci, yang di buktikan oleh kenyataan bahwa 40-60% pelayanan
rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun
tatanan pelayanan kesehatan lain di lakuan oleh perawat.
Keperawatan adalah bentuk layanan atau asuhan profesional dan ilmu
keperawatan serta berorientasi pada kebutuhan nyata dari pasien, melihat
lansung pada standar profesional keperawatan dan menjadikan etika
keperawatan sebagai landasan utama tuntutan kerja (Nursalam, 2015).
Praktek keperawatan profesional yang diterapkan di rumah sakit
diharapkan dapat memperbaiki asuhan keperawatan yang diberikan untuk
pasien dimana lebih diutamakan pelayanan yang bersifat interaksi antar
individu. Pernyataan tersebut juga sesuai dengan ciri-ciri dari pelayanan
keperawatan profesional yaitu memiliki otonomi, bertanggung jawab dan
bertanggung gugat (accountability), menggunakan metode ilmiah,
berdasarkan standar praktik dan kode etik profesi, dan mempunyai aspek
legal.
Manajemen keperawatan harus dapat di aplikasikan dalam tatan
pelayanan nyata di rumah sakit, sehingga perawat perlu memahami
bagaimana konsep dan aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu
sendiri. Ciri ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain : memenuhi
standar profesi yang di tetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan
keperawatan di manfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif, aman bagi
pasien dan tenanga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenanga
keperawatan serta aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai
masyarakat di perhatikan dan di hormati. Hal ini dapat dicapai dengan adanya
manajemen yang baik.
RSUD Otanaha Kota Gorontalo merupakan RSUD milik pemerintah
Kota Gorontalo yang merupakan pengembangan dari Puskesmas perawatan
Pilolodaa yang dibangun pada tahun 1970 dengan nama balai Pengobatan
Potanga yang menempati salah satu ruangan Kantor Camat Kota Barat, pada
tahun 1975 dengan berbagai upaya dari segenap unsur pemerintah dan
masyarakat serta biaya swadaya masyarakat maka penambahan ruangan
dengan bertambah fungsinya menjadi Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA).
Pada tahun 1990 beralih menjadi Puskesmas Pilolodaa dengan rawat inap
Kotamadya Gorontalo. Rumah Sakit Umum Daerah Otanaha diresmikan oleh
Walikota Gorontalo pada tanggal 19 Maret 2010 dengan jumlah pegawai 79
orang yang terdiri dari pejabat struktural 4(empat) orang dan fungsional serta
staf administrasi 79 orang, jumlah tempat tidur pasien 35 TT. Dengan
semakin meningkatnya kegiatan dan tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan, maka mulai diupayakan adanya gedung rumah sakit
yang representative berlokasi di kecamatan kota barat + 1 KM dari tempat
semula. Pada tahun 2013 secara berangsur-angsur kegiatan pelayanan rumah
sakit Otanaha pindah ke eks gedung dinas social Provinsi Gorontalo yang
bertempat di kelurahan Buladu Kecamatan Kota Barat yang diresmikan
pemakaianya oleh Walikota Gorontalo pada tanggal 14 Januari 2013.
Selanjutnya pada tanggal 13 februari 2013 Instalasi Rawat Darurat
diresmikan oleh Walikota Gorontalo. Adapun jumlah tempat tidur pasien 35
TT, dengan pembagian ruang terdiri dari Rawat jalan yang terbagi (poli
umum, poli bedah, poli anak, poli gigi, poli kebidanan) Rawat Inap terdiri
dari (perawatan bedah, anak, perawatan interna dan kebidanan) serta ruang
apotik, laboratorium, instalasi gizi dan administrasi. Selanjutnya pada bulan
desember 2013 bertambah ruang rawat inap kelas III untuk anak dengan
jumlah tempat tidur 15 TT.
Dengan semakin meningkatnya kegiatan dan tuntutan kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka mulai diupayakan adanya
gedung rumah sakit yang representative berlokasi di kecamatan kota barat + 1
KM dari tempat semula. Pada tahun 2013 secara berangsur-angsur kegiatan
pelayanan rumah sakit Otanaha pindah ke eks gedung dinas social Provinsi
Gorontalo yang bertempat di kelurahan Buladu Kecamatan Kota Barat yang
diresmikan pemakaianya oleh Walikota Gorontalo pada tanggal 14 Januari
2013. Selanjutnya pada tanggal 13 februari 2013 Instalasi Rawat Darurat
diresmikan oleh Walikota Gorontalo. Adapun jumlah tempat tidur pasien 35
TT, dengan pembagian ruang terdiri dari Rawat jalan yang terbagi (poli
umum, poli bedah, poli anak, poli gigi, poli kebidanan) Rawat Inap terdiri
dari (perawatan bedah, anak, perawatan interna dan kebidanan) serta ruang
apotik, laboratorium, instalasi gizi dan administrasi. Selanjutnya pada bulan
desember 2013 bertambah ruang rawat inap kelas III untuk anak dengan
jumlah tempat tidur 15 TT. Dengan berpindahnya kegiatan RSUD Otanaha ke
lokasi yang baru, maka perkembangan dan kemajuan yang dialami RSUD
Otanaha semakin meningkat seiring dengan perkembangannya melalui
pembangunan gedunggedung baru dan penambahan sumberdaya manusia
dalam rangka memenuhi standar rumah sakit menuju akreditas.
Perkembangan ini dapat dilihat dimana pada bulan desember 2013 dibangun
pasilitas Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk layanan 120 TT, bulan
oktober 2014 dibangun unit transfusi darah, ICU dan ruang perawatan II
Kelas III Interna yang diresmikan oleh Walikota Gorontalo pada bulan
Januari 2015. Selanjutnya tahun 2015 mulai dirintis pembangunan ruang
Radiologi dengan luas bangunan 13x14,5 M2, pembangunan gedung VIP dan
penambahan selasar yang menjadi penghubung antar gedung.
Berdasarkan berbagai pemikiran tersebut maka mahasiswa melaksanakan
praktek profesi manajemen keperawatan di ruang Perawatan 3 Anak Rumah
Sakit Umum Daerah Otanaha sehingga dapat memberikan pengalaman
pengelolaan pada salah satu unit pelayanan kesehatan, sekaligus berkontribusi
meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan
secara bertanggung jawab dan menunjukan sikap kepemimpinan yang
profesional serta langkah-langkah manajemen keperawatan
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktek profesi keperawatan Manajemen
Keperawatan mahasiswa mampu:
a. Mengidentifikasinya kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan
yang terkait dengan manajemen keperawatan berdasarkan analisis
situasi nyata di tempat praktek
b. Menetapkannya prioritas manajemen keperawatan bersama kepala
ruanngan serta perawat ruangan di tempat mahasiswa praktek
c. Menetapkannya prioritas dan alternatief penyelesaian masalah yang
disepakati bersama kepala ruangan dan para perawat ruangan serta
pembimbing
d. Melaksanakannya perencanaan penyelesaian masalah berdasarkan
kebutuhan masalah yang disepakati kepala ruangan dan para
perawat ruangan serta pembimbing
e. Mengevaluasinya proses pelaksanaan kegiatan mulai dari aspek
masukan (input), aspek proses sampai dengan proses hasil
(Output).
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Pasien
Dengan adanya program ini di Rumah Sakit di harapkan pasien
merasakan pelayanan yang optimal, serta mendapat kenyamanan dalam
pemberian asuhan keperawatan sehingga tercapai kepuasan klien yang
optimal.
1.3.2 Bagi Perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
b. Terbinanya hubungan antara kepala ruangan, ketua tim dan perawat
asosiate
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat
d. Meningkatkan profesionalisme keperawatan
1.3.3 Bagi Rumah Sakit
a. Mengetahui masalah masalah yang ada di Ruang Perawatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan professional
b. Dapat menganalisis masalah yang ada dengan metode SWOT serta
menyusun rencana strategis
1.3.4 Bagi Mahasiswa
Mengerti dan memahami penerapan sistem pemberian pelayanan
keperawtan professional
Mampu mengembangkan sistem informasi Manajemen
Keperawatan di Ruangan dalam menerapkan sistem pemberian
pelayanan keperawatan professional.
BAB II
ANALISA SITUASI
MISI
TUJUAN
b) Pelayanan Perawatan
c) Pemeriksaan Feses
d) Pemeriksaan Bakteriologis
e) Pemeriksaan Imunoserologi (Tes Widal, Tes HCG, HbsAG,
Gol darah, Pemeriksaan Antigen, dll)
f) Pemeriksaan Kimia darah (Gula darah, Cholesterol,
trigleserida, Creatinin, Uric Acid, Ureum, Bilirubin, Protein,
SGOT, SGPT)
g) Pemeriksaan Elektrolit
h) Pemeriksaan Antigen/PCR
2.2 Pengumpulan Data
2.2.1 Data Umum Ruangan Praktek
a. Tenaga dan Pasien (M1-Man)
1) Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI PELAYANAN KEPERAWATAN
RSUD OTANAHA KOTA GORONTALO
RUANGAN PERAWATAN P3 ANAK
DIREKTUR
dr. Grace Tumewu
KEPALA RUANGAN
Ns. Samsiar N. Mohune, S.Kep
KETUA TIM I
KETUA TIM II
Sri Wulandawati Madina, A.Md. Kep
Vivi Suryaningsih Suratman, A.Md.Kep
ANGGOTA
ANGGOTA
Panto Abdurahman, A.Md.Kep
Megawati Tuliabu, A.Md.Kep
Varadilla Pakaja, A.Md.Kep
Ns. Irwan Harun Djamadi, S.Kep
Yulian Angio, A.Md.Kep
Ns. Sri Rahayu Tahir, S.Kep
Ratna Monoarfa, A.Md.Kep
Susilawaty Hasan, A.Md.Kep
Ns. Herawati Mohamad, S.Kep
ADMINISTRASI
Risna Utina, S.KM
2) Karakteristik ketenagaan berdasarkan spesifikasi pekerjaan
Jumlah Tenaga di Ruang Perawatan Anak RSUD Otanaha
6% 6%
Kepala Ruagan
13%
Ketua Tim
Perawat Pelaksana
Admin
75%
BTCLS
Sudah Mengikuti Belum Mengikuti
100%
28%
72%
K3RS
Sudah Mengikuti Belum Mengikuti
42%
58%
17%
83%
38% D III
NERS
62%
33%
> 5 TAHUN
< 5 TAHUN
67%
2. Rumus Gillies
Ruang perawatan Anak rumah sakit otanaha berkapasitas
tempat tidur 24 tempat tidur, jumlah pasien yang dirawat 7 orang
per hari. Kriteria pasien yang dirawat adalah 2 orang minimal care
dan 5 orang partial care. Pendidikan perawat yaitu S-1 Ners dan D-
3 keperawatan. hari kerja efektif 6 hari perminggu. Berdasarkan
situasi tersebut maka dapat di hitung kebutuhan tenaga perawat di
ruang tersebut adalah sebagai berikut
1) Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang
di butuhkan per hari.
Adapun waktu perawatan berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien adalah:
- Self care di butuhkan ½ X 4 jam : 2 jam
- Partial care di butuhkan ¾ X 4 jam : 3 jam
- Total care di butuhkan 1 – 1 ½ X 4 jam : 4-6 jam
- Intensive Care di butuhkan 2 X 4 jam : 8 jam
a. Keperawatn langsung
Keperawatan mandiri 15 orang pasien X 2 jam : 30 jam
Keperawatan sebagian 9 orang pasien 9 X 3 jam : 27 jam
Jumlah : 57 jam
b. Keperawatan tidak langsung
24 orang pasien X 1 jam = 24 jam
c. Penyuluhan kesehatan
24 orang pasien X 0,25 jam = 6 jam
2) Menentukan jumlah total jam keperawatan
yang dibutuhkan per pasien per hari adalah
81 jam : 24 pasien = 3,375 jam (dibulatkan menjadi 3
jam)
3) Menetukan jumlah kebutuhan tenaga
keperawatan pada ruangan tersebut adalah
langsung dengan menggunakan rumus
gillies di atas sehingga di dapatkan hasil
sebagai berikut
3 jam/pasien/hari X 24 pasien/hari X 365 hari
(365 hari – 81) X 6 jam
= 26.280 = 15,42 ( dibulatkn menjadi 15 orang)
1.704
20% X 24 jam = 4,8 orang (dibulatkan menjadi 5
orang)
3. Menurut Depkes
Rata-rata jam Jumlah jam
Rata-rata
No Jenis/Kategori perawatan perawatan/
pasien/hari
pasien/hari Hari
Perawatan
1. 16 4,5 72 jam
Anak
72
7 = 10,2 (dibulatkan menjadi 10)
78
X 10 = 2,7 ( Dibulatkan jadi 3)
287
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas non keperawatan
(8+2) X 25%
(10+3) X 25%
(10+3) +3 = 16 orang
Wawancara :
Observasi :
1) Dari hasil observasi, didapatkan keseluruhan tenaga keperawatan
berjumlah 12 orang dan Kepala ruangan 1 orang.
2) Berdasarkan Rumus Depkes 2011 Ruang anak membutuhkan 16
orang karena disesuaikan dengan rumus DEPKES 2011.
3) Berdasarkan rumus gillies jumlah perawat yang dibutuhkan dalam
satu ruangan anak berjumlah 12 orang. Dan yang didapatkan di
lapangan jumlah perawat di ruangan anak berjumlah 12 + 1
kepala ruangan = 13 orang.
4) Berdasarkan rumus Douglas jumlah perawat yang dibutuhkan
untuk bertugas per hari diruang anak adalah 8 orang.
5) Jumlah tenaga keperawatan diruangan anak Ners sebanyak 4
orang dengan jumlah persentasi 38%, D3 sebanyak 9 orang
dengan jumlah persentasi 62%.
Masalah : Berdasarkan hasil perhitungan rumus DIKES 2011 jumlah
perawat yang dibutuhkan di ruang anak sebanyak 16 orang,
sementara jumlah perawat yang saat ini berada di ruang perawat anak
berjumlah 9 orang perawat pelaksana + 2 orang kepala tim + 1 orang
kepala ruangan + 1 orang perawat orientasi jadi saat ini ada
kekurangan 3 orang. Sementara itu berdasarkan diagram ketenagaan
perawat tingkat pendidikan di ruangan perawatan anak RSUD
Otanaha perawat yang berpendidikan Ners berjumlah 4 orang dengan
persentasi sebanyak 38%, dan yang berpendidikan D3 sebanyak 9
orang dengan persentasi sebanyak 62%.
Rencana penyelesaian : Perlu adanya penambahan jumlah perawat
diruang anak serta perlu juga adanya pembaharuan tingkat pendidikan
perawat diruangan anak RSUD Otanaha.
b. Bangunan, Sarana dan Prasarana (M2- Material)
1) Penataan bangunan/lokasi dan denah ruangan
Bangunan ruangan perawatan Interna ini adalah bangunan
baru di RSUD Otanaha Kota Gorontalo Dengan uraian denah
sebagai berikut:
a) Sebelah Utara terdapat tangga untuk akses pasien masuk
b) Sebelah Timur ruang perawatan
c) Sebelah Selatan terdapat tangga untuk akses pejalan kaki
d) Sebelah Barat ruang perawatan
KM
KM R. TINDAKAN/ KM HELLO
DORAEMON R. KEPALA SINCHAN
KITTY
KM RUANGAN KM
KM KAMAR KM
TWITTY MICKEY
PERAWAT NERS
KM
KM STATION
Menurut permenkes 2016 Atap harus kuat, tidak bocor, tahan lama
dan tidak menjadi perindukan serangga, tikus dan binatang pengganggu
lainnya, langit-langit harus kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkan,
dinding harus keras, tahan api, kedap air, tahan karat, dan mudah
dibersihkan. Disamping itu diniding tidak harus mengkliap. Lantai harus
terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna
terang dan mudah dibersihkan, Kontruksi atas bangunan rumah sakit
terbuat dari kontruksi beton, kontruksi baja, kontruksi kayu atau kontruksi
dengan bahan dan teknologi khusus, Toilet pasien harus aksesibel, pintu
toilet membuka keluar, Pintu keluar/masuk utama memiliki lebar bukaan
minimal atau dapat dilaluli brankar pasien dan didaerah sekitar pintu
masuk sedapat mungkin dihindari adanya perbedaan ketinggian lantai,
Pintu darurat setiap bangunan rumah sakit yang bertingkat lebh dari 3
lantai harus dilengkapi dengan pintu darurat, Pintu khusus untuk kamar
mandi dirawat inap dan pintu toilet untuk aksesibel harus terbuka keluar,
Rumah sakit harus mampu secara struktural stabil selam kebakaran, Alat
pemadam api ringan atau (APAR) harus ditunjukan untuk menyediakan
sarana bagi pemadaman api pada tahap awal. Kontruksi apar dapat darai
jenis portable (jinjing atau beroda), Sistem deteksi dan alaram kebakaran
berpungsi untuk mendeteksi secara dini terjadinya kebakaran baik secara
otomatis mupun manual, Sistem pencahayaan darurat diperlukan
khususnya pada keadaan darurat misalnya tidak berpungsinya
pencahayaan normal dari PLN atau tidak dapat beroperasinya dengan siaga
dari disel generator.
Wawancara : Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan pada tanggal 01 Maret
2022 di dapatkan hasil di ruangan perawatan anak, Struktur bangunan
terbuat dari beton dan baja, Pintu masuk dapat dilalui oleh brankar pasien
dan ada perbedaan ketinggian lantai, Tidak terdapat pintu darurat karena
bangunan hanya berlantai 2
Observasi : Berdasarkan hasil observasi dimana tidak terdapat
adanya ruang perawatan anak yang atapnya mengalami kebocoran, langit-
langit dicat putih dan bersih, dinding ruangan kuat, keras tidak retak, tidak
berkarat dan bersih, lantai keramik, bersih dan kering, Toilet cukup luas,
lantai tidak licin, Pintu masuk dapat dilalui oleh brankar pasien. dan ada
perbedaan ketinggian lantai, Tidak terdapat pintu darurat karena bangunan
hanya berlantai 2, Sistem proteksi pasif sudah memenuhi standar, Sistem
proteksi aktif diruangan memiliki alat pemadam api ringan atau APAR,
Sistem komunikasi dalam rumah sakit telephone dengan penempatan kabel
sejajar dengan kabellistri
2) Peralatan dan Fasilitas
Tabel : Daftar Peralatan dan Fasilitas Kesehatan Di Ruang
Perawatan 3 Anak RSUD Otanaha Kota Gorontalo
No Nama Barang Jumlah Kondisi Idela Usulan
1. Tempat tidur 24 Baik 1:1 -
Buah
2. Sampiran 2 Buah Baik 1:1 -
3. Tirai - - - Perlu diadakan
3. Tiang infuse 21 Baik 1:1 Perlu ditambahkan 3
Buah
4. Lemari pasien 22 Baik 1:1 Perlu ditambahkan 2
Buah
5. AC 3 Buah 1 Rusak 1:1 Perlu diperbaiki
7. Kamar mandi 8 Buah Baik 1:1 -
8. Wastafel 8 Buah 3 Rusak 1:1 Perlu diperbaiki
9. Lampu 70 29 Mati 1:1 Perlu diganti
Buah
10. APPAR 1 Buah Baik 1:1 -
11. Handscrub 9 Buah Baik 1:1 -
12. Alur masuk Ada Baik 1:1 -
ruangan pasien
13. Struktur 1 Buah Baik 1:1 -
organisasi
14. Papan informasi 1 Buah Baik 1:1 -
15. Nurse Station / Ada Baik 1:1 -
Ruang admin
16. Ruang Tindakan 1 Buah Baik 1:1 -
17. Loker 1 Buah Baik 1:1 -
18. Meja 1 Buah Baik 1:1 -
Administrasi
19. Kursi admin 1 Buah Baik 1:1 -
20. Lemari Gizi 1 Baik 1:1 -
21. Lemari BHP 1 Buah Baik 1:1 -
22. Tempat obat 31 Baik - -
pasien Buah
23. Jam dinding 2 Buah Baik 1:1 -
24. Rak Sepatu 1 Buah Rusak Perlu diganti
25. Label yang - - - Perlu di adakan
membedakan
jenis kelamin
26. Label yang - - - Perlu di adakan
membedakan
nama yang sama
27. Selogan - - - Perlu diadakan
kebersihan
dalam setiap
kamar mandi
Kepala
Ruangan
Pasien Pasien
3. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah catatan otentik yang dapat dibuktikan atau
dijadikan bukti dalam persoalan hokum. Komponen dari
dokumentasi mencakup aspek komunikasi, proses keperawatan,
standar keperawatan. Manfaat dan pentingnyan dokumentasi
keperawatan terkadang sering terabaikan oleh sebagian besar
perawat. Manfaat dan pentingnya dokumentasi keperawatan antara
lain dari segi hukum, karena semua catatan informasi tentang
pasien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum, oleh
karena itu data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif
dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan atau perawat. Dalam hal
ini perlu dicantumkan waktu dan sebaiknya dihindari adanya
penulisan yang dapat menimbulkan intreperstasi yang salah. Dari
segi jaminan mutu (kualitas pelayanan), pencatatan data pasien
yang lengkap dan akurat akan memberi kemudahan perawat untuk
menyelesaikan masalah pasien serta untuk mengetahui sejauh mana
masalah dapat teratasi (Nursalam, 2017).
a) Dari hasil wawancara: Kepala ruangan mengtakan bahwa
perawat pelaksana dalam dokumentasian asuhan keperawatan
dan pengkajian tersedia format formulir dan menggunakan
referensi SDKI SLKI SIKI
b) Dari hasil observasi: Terdapat buku status pasien, dan juga
rencana keperawatan sudah sesuai dengan buku SDKI, SLKI
dan SIKI.
c) Hasil kuisioner: Pendokumentasian asuhan keperawatan sudah
sesuai SOP dan SAK serta perawat melakukan evaluasi asuhan
keperawatan dan membuat catatan perkembangan pasien
Masalah : Pendokumentasian asuhan keperawatan sudah
menggunakan SDKI, SLKI dan SIKI.
4. Supervisi
Supervise merupakan hal yang penting dilakukan untuk
memastikan pelayann dan Asuhan Keperawatan berjalan sesuai
standar mutu yang ditetapkan. Supervise merupakan salah satu
bentuk kegiatan dari manajemen keperawatan dan merupakan cara
yang tepat untuk menjaga mutu pelayan keperawan. Supervise
adalah teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah mempelajari
dan memperbaiki secara bersama-sama. Kunci sukses supervise
yaitu 3F, Fair, Feedback dan Follow Up (Nursalam, 2017)
a) Hasil wawancara: Kepala ruangan mengatakan selalu di
lakukan supervise setip 3x seminggu di dukung dengan adanya
jadwal rencana kegiatan bulanan yang terdapat didalam
ruangan kepala ruangan,dan hasil dari wawancara dari perawat
di ruangan p3 anak supervise di lakukan setiap bulan
b) Hasil observasi: Tidak terdapat bukti fisik untuk lembar
kegiatan bulanan
c) Masalah: Masalah yang di dapatkan dalam supervise yaitu :
1. Tidak adanya bukti lembar kegiatan harian
5. Ronde Keperawatan
Ronde keprawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh
perawat dengan pasien atau keluarga terlibat aktif dalam diskusi
dengan membahas masalah keperawatan serta mengevaluasi hasil
tindakan yang telah dilakukan. Ronde keperawatan akan menjadi
media perawat untu meningkatkan kemampuan kongnitif, afektif
dan psikomotor, kepekaan dan cara berfikir kritis perawat akan
tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan
mengaplikasikan konsep teori kedalam praktik keperawatan konsep
teori kedalam praktik keperawatan, pengetahuan perawat sangat
diperlukan dalam pelaksanaan ronde keperawatan (Ibrahim,2016)
1) Hasil wawancara: Dari beberapa perawat diruangan perawatan
3 anak pada tanggal 1-2 Maret 2022 didapatkan bahwa
pelaksanaan ronde keperawatan diruangan sudah optimal,
tetapi diruangan ini belum ditemukan pasien dengan masalah
yang langkah dan belum teratasi dalam kurun waktu
berminggu-minggu.
2) Hasil observasi: Belum terlihat adanya perawat yang
melakukan ronde keperawatan dikarenakan belum ditemukan
pasien dengan masalah yang langkah dan belum teratasi dalam
kurun waktu berminggu-minggu.
3) Masalah : Tidak terdapat masalah dalam ronde keperawatan.
385
BOR =
X 100%
Tabel: Distribusi BOR di ruang Perawatan Anak
Jumlah Hari
No Periode Jumlah Bed BOR
Perawatan
1. JANUARI 385 24 385(24 x 31).
100% = 51,74%
899
ALOS =
(24x31) - 385
TOI =
x 100%
116
744 – 385
= x 100%
116
x 100%
Jumlah Tempat Tidur
116
BTO = x 100%
24
2. Alur BPJS
f. Fungsi Perorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan atau pengaturan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi melalui supervise,
komunikasi, dan koordinasi dengan unit kerja lain secara vertikal atau
atasan dan horizontal atau bawahan, ( Depkes RI, 2019).
Pengorganisasian merupakan pelayanan keperawatan untuk proses
pengelompokan kegiatan terhadap tugas, wewenang, tanggung
jawab,dan koordinasi kegiatan vertikal maupun di lakukan oleh tenaga
kerja keperawatan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi ini
mencakup penetapan tugas – tugas dilakukan, siapa yang harus
melakukan, seperti apa tugas pengelompokan, siapa yang melaporkan
ke siapa, dan dimana serta kapan keputusan harus di ambil oleh seorang
perawat.
1) Struktur Organisasi
Pengadaan struktur organisasi dalam rungan penting karena
adanya struktur organisasi dapat dijelaskan pembagian aktivitas
kerja serta dapat memperhatikan hubungan fungsi dan aktivitas
sampai batas tertentu. Struktur organisasi menjelaskan dan susunan
kewenangan serta hubungan peloporan.
g) Fungsi Pengarahan
1) Timbang terima
Metode timbang terima menurut Nursalam 2011 timbang
terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima
(sesuatu laporan) yang berkaitan harus dilakukan sebelum
pergantian dinas. Selain laporan antar dinas, dapat
disampaikan juga informasi yang berkaitan dengan rencana
kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.
Hasil wawancara didapatkan bahwa timbang terima sudah
dilakukan di ruangan pada saat operan sift, dilakukan 3x sehari
yaitu pada sift pagi ke sift sore, sift sore ke sift malam, dan sift
malam ke sift pagi. Namun, pelaksanaan Pre dan Post
Conference dilakukan secara bersamaan(digabung).
Hasil Observasi timbang terima dilakukan dengan cara
membentuk lingkaran di nurse station (sudah sesuai dengan
prosedur timbang terima menurut Nursalam, 2015), kedua tim
yang akan melakukan timbang terima sudah siap dengan
laporan shiftnya masing-masing lalu kepala ruangan membuka
kegiatan dengan salam dan mempersilahkan perawat jaga
untuk melaporkan masalah/pasiennya masing-masing.
Sebelum mengakhiri dilanjutkan dengan pertanyaan dan
berdoa. Kemudian dilanjutkan diruangan pasien. Pada saat
timbang terima perawat menejlaskan kondisi pasien sesuai
dengan format SBAR dan pada saat diruangan pasien perawat
menjelaskan tentang pergantian shift dan menyebutkan nama-
nama perawat yang bertugas.
Masalah : tidak ada masalah
2) Pre dan post conferment
Menurut Sitorus dalam Sani (2011) Pre-Conference
merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari dan
merupakan langkah awal kegiatan sift perawat Pre-Conference
dilakukan diawal jaga setelah melakukan operan dinas, baik
dinas pagi, dinas sore, atau dinas malam sesuai dengan jadwal
dinas perawat pelaksana.
Hasil wawancara dengan perawat di ruangan bahwa pre dan
post conference sudah dilakukan dengan optimal dan ber
dasarkan wawancara dengan katim, katim mengatakan pre dan
post conference sudah dilakukan setiap selesai timbangterima.
Hasil observasi pada tanggal 01 April 2022 pre dan post
conference dilakukan oleh perawat di ruangan setelah
dilakukan timbangterima.
Hasil Kuisioner pre-conference dan post-conference
dilakukan setiap pergantian shift, diikuti oleh perawat dan
kepala ruangan dan dipimpin oleh kepala ruangan, apabila
kepala ruangan tidak hadir didelegasikan kepada ketua tim
Skor Persentase
Pernyataan Skor Kategori
No.
Ideal (%)
Pelaksanaan Post Confrence Setiap Sangat
1 10 10 100%
Pergantian Shift Baik
Sangat
2 Selalu Mengikuti Post Confrence 10 10 100%
Baik
Kepala Ruangan Memimpin Post Sangat
3 10 10 100%
Confrence Baik
Sangat
Rata-rata 10 10 100%
Baik
4) Pendelegasian
Pendelegasian wewenang adalah pemberian wewenang dan
tanggung jawab kepada orang yang ditunjukan oleh otoritas.
Atasan memberi kekuasan kepada staf atau bawahan sehingga
dapat melakukan tugas-tugas itu dengan baik dan dapat
mempertanggung jawabkan hal-hal yang didelegasikan
kepadanya. Pendelegasian wewenang oleh atasan kepada
bawahan diperlukan untuk pencapaian efisiensi fungsi dalam
organisas. Karena tidakada satu orang pun yang dapat secara
pribadi merampungkan ata secara penuh melksanakan dan
mengawasi semua tugas.
Hasil wawancara dengan kepala ruangan dan perawat di
ruangan bahwa pendelegasian dilakukan jika kepala ruangan
sedang dalam keadaan cuti atau tugas luar. Delegasi diberikan
kepada ketua tim melalui bentuk lisan atau tulisan (surat resmi)
yang di tanda tangani oleh kepala ruangan, ketua tim dan kasie
keperawatan.
Masalah : Tidak terdapat masalah
5) Supervise
Supervisi adalah suatu aktivitas pengawasan yang biasa
dilakukan untuk memastikan bahwa suatu proses pekerjaan
dilakukan sesuai dengan yang seharusnya. Dalam aktivitas
supervisi ini pihak yang melakukan supervisi disebut
supervisor. Seorang supervisor dituntut untuk dapat
menguasai paling tidakdua hal penting agar proses supervisi
menjadi bernilai tambah, yaitu kemampuan teknis sesuai
proses pekerjaan yang ditangani dan kemampuan managemen
(simamora, 2012).
Hasil wawancara dengan kepala ruangan, bahwa kepala
ruangan melakukan supervisi setiap setiap bulan dimana
jadwal tersebut sudah di atur didalam kegiatan bulanan kepala
ruangan.
Hasil observasi supervise sudah dijalankan tapi belum ada
bukti fisik dari hasil kuisioner perawat pelaksana yang tahu
tetang supervisi 45% pelaksanaan supervise 10 %
Masalah : Supervisi sudah dijalankan tapi belum ada bukti
fisik
6) Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan
untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan
oleh perawat dengan pasien atau keluarga terlibat aktif dalam
diskusi dengan membahas masalah keperawatan serta
mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan. Ronde
keperawatan akan menjadi media perawat untuk meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor, kepekaan dan
cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui
suatu transfer pengetahuan dan mengaplikasikan konsep teori
kedalam praktik keperawatan konsep teori kedalam praktik
keperawatan. Pengetahuan perawat sangat diperlukan dalam
pelaksanaan ronde keperawatan (Ibrahim, 2016).
Hasil wawancara kepala ruangan mengatakan bahwa di
ruangan dilakukan ronde keperawatan
Hasil observasi yang dilakukan tidak terlihat adanya perawat
yang melakukan ronde keperawatan.
Hasil Kuisioner terdapat perawat yang mengetahui tentang
ronde keperawataan dan ronde sudah pernah dilakukan di
ruangan perawatan III Anak
1. Input
3. Output
Umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian askep dan
pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil
atau keluaran.
4. Kontrol
A. Definisi Kepemimpinan
Metode CARL merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk
menentukan prioritas suatu masalah apabila data yang tersedia adalah data
kualitatif. Metode ini dilakukan dengan menentukan skor atas kriteria
tertentu, seperti kemampuan (capability), kemudahan (accessibility), kesiapan
(readiness), serta pengungkit (leverage). Semakin besar skor yang diperoleh,
maka semakin besar pula suatu masalah yang dihadapi, sehingga menjadi
semakin tinggi letaknya pada urutan prioritasnya. Penggunaan metode CARL
untuk menetapkan prioritas masalah dilakukan apabila pelaksana program
menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam menyelesaikan masalah.
Penggunaan metode ini menekankan pada kemampuan pelaksana program,
sehingga diharapkan dengan digunakannya metode ini dapat mempermudah
pelaksana program untuk menentukan prioritas masalah.
L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang
lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.
CARL ( C x A x R x L ).