Anda di halaman 1dari 2

Jadi, untuk sampai pada menemukan Tuhan Yang Maha

Pencipta, tidak terlalu memerlukan pemikiran yang cerdas. Akal

manusia yang sederhana pun bisa menyimpulkan, bahwa adanya

kotoran kambing menunjukkan adanya kambing; meskipun ia

tidak melihat kambingnya. Adanya asap pada satu rumah yang

kebakaran, memastikan adanya api, meskipun dari jarak ke-

jauhan, api itu tidak terlihat. Allah Swt itu "tersembunyi di ba.

lik alam ini; dan manusia dengan akalnya harus menemukan dan

kemudian mengenal-Nya, dengan cara memahami "ayat-ayat

qauliyah” (al-wahyu) yang diturunkan kepada Utusan-Nya.

Dengan memahami fenomena alam sebagai "ayat-ayat

Allah" itulah, maka seorang ilmuwan tidak akan bersikap

sombong, angkuh, merasa bahwa ia sanggup mengatasi seluruh

gejala alam. Faktanya, ketika dihadapkan pada fenomena gu-

nung berapi dan tsunami, banyak ilmuwan tidak memprediksi.

Ilmuwan yang sampai pada pemahaman kepada Sang Khaliq,

akan bersikap tawadhu, karena meyakini, bahwa ilmu yang ia

terima adalah merupakan karunia Allah. Begitu juga ia sadar

bahwa di balik fenomena alam ini ada Dzat Yang Mahakuasa

yang mengatur alam semesta, termasuk dirinya sendiri. Orang-

orang yang gagal mencapai tujuan keilmuan ini, maka ia disa-

makan posisinya seperti binatang.

Karena itulah, Allah Swt memperingatkan bahwa nanti di

akhirat, neraka jahanam akan dijejali dengan manusia-manusia

dan jin yang mereka memiliki mata tetapi tidak sampai dapat
memahami ayat-ayat Allah; juga telinga dan akal mereka

tak sampai mengantarkan mereka kepada pemahaman dan

keimanan kepada Allah. Mereka itu seperti binatang ternak,

bahkan lebih sesat (Q.s. al-A'râf [7]: 179)....

Anda mungkin juga menyukai