Anda di halaman 1dari 4

Tahapan Tradisi Ogoh-Ogoh

Setelah mengetahui pengertian dan tujuan diselenggarakannya tradisi


ogoh-ogoh ini, maka perlu diketahui pula tahapan apa saja yang ada di
tradisi upacara ogoh-ogoh. Menurut Alfattah (2017) dalam jurnalnya
bahwa Tradisi ogoh-ogoh yang merupakan peringatan tahun baru Nyepi
bagi umat Hindu berisi lima tahapan acara. 5 tahapan itu antara lain :
1. Upacara Melasti
Upacara melasti adalah upacara yang digelar oleh umat Hindu sebelum
melaksanakan ibadah Nyepi. Melasti di gelar minimal dua hari sampai
tujuh hari sebelum dilaksanakannya catur brata penyepian. Waktu
pelaksanaan Melasti tiap daerah berbeda, hal ini disebabkan karena
penentuan waktu pelaksanaan melati ini ditentukan oleh para tokoh
agama Hindu pada suatu wilayah. Upacara ini pula bersimbol sebagai
pembersihan jiwa manusia dan benda-benda sakral yang ada di dalam
Pura.
langkah awal tahap ini adalah dengan membawa pusaka-pusaka pada
suatu pantai, danau atau sumber air, yang kemudian pusaka tersebut
akan dibersihkan oleh para Mangku (orang yang disucikan) melalui
beberapa prossi ritual keagamaan. Jempono, lencingan, senjata nawa
sanga, canang rebon, cecepan, rantasan, dan suguhan, adalah
benda0benda pusaka yang sering di bawa pada upacara melati.
2. Upacara Tawur Kesanga
Upacara Tawur Kesanga adalah tingkatan upacara yang dilaksanakan
pada sehari sebelum ibadah Nyepi. Dan pelaksanaan Upacara ini tidak
tidak diikuti oleh seluruh warga, melainkan hanya diwakilkan oleh
para mangku yang membawa sesaji-sesaji yang didoakan. Upacara ini
berlangsung sekitar kurang lebih tiga puluh menit. Setelah melakukan
upacara Tawur Kesangga, masyarakat melaksanakan sembahyang
Tilem.
3. Pawai Ogoh-Ogoh
Setelah Upacara Melasti dan Upacara Tawur Kesanga, tahap
selanjutnya atau tahap ketiga adalah pawai ogoh-ogoh. Pawai ini
digelar pada waktu sore hari setelah serangkain upacara tawur
kesangga. Pawai ini lah yang ditunggu-tunggu oleh para masyarakat.
Berbeda dengan tahpan-tahapan tradisi ogoh-ogoh yang lain, tahapan
pawai ogoh-ogoh ini diikuti oleh seluruh warga setempat tanpa
membedakan latar belakang agama. Ogoh-ogoh ini simbol dari
kejahatan sifat-sifat yang ada pada diri manusia. Penampakan ogoh-
ogoh ini seperti butakala, dengan mata lebar, gigi yang tajam, lidah
panjang, dan membawa aksesoris yang menyeramkan seperti pisau dan
dibalut dengan warna-warna yang mencolok seperti merah, hijau, biru
dan lain sebagianya.
Para pemuda pemanggul ogoh-ogoh berpakaian seragam dengan
atribut kental dengan agama Hindu, yakni dengan memakai blangkon,
dan jarik batik. Setelah itu, ogoh-ogoh pawai ke tempat yang sudah
ditentukan. Ogoh-ogoh dihentakkan ke bawah lalu ke atas serta
digoyang-goyangkan. Maksud dari gerakan itu ialah, guna memanggil
roh-roh jahat yang ada disekitar. Lalu setelah sampai pada ttik terakhir
dan sudah pada waktu matahari sudah tenggelam. Ogoh-ogoh dibakar,
pembakaran ini bermaksud untuk melenyapkan kejelekkan dan
keburukan pada wilayah tersebut.
4. Catur brata penyepian
Catur brata penyepian atau bisa disebut dengan upacara Nyepi
merupakan Langkah ke empat berisi peribadahan yang dilaksanakan
pada saat tahun baru Saka. Catur brata penyepian merupakan kegiatan
untuk pengendalian diri agar masyarakat Hindu di Bali bisa
berkonsentrasi atau focus dengan tenang dan khusuk untuk kembali ke
jati diri, yang ditempuh dengan cara meditasi, shamadi, perenungan
diri sendiri di suasana yang sunyi-senyap atau “keheningan”. Catur
brata penyepian (pengendalian diri) dilaksanakan selama 24 jam, yakni
sehari setelah Tilem Sasih Kasanga (Tilem Kasanga), tepatnya pada
paroh terang pertama masa kesepuluh/panaggal sasih kadasa. Waktu
pelaksanaaan Catur brata penyepian dimulai dari terbitnya matahari
sampai terbitnya matahari keesokan harinya. Umat Hindu akan
melakukan Nyepi dan akan mencegah diri dari empat hal berikut :
a. Amati geni, Dalam bahasa Bali, geni artinya api. Dengan
demikian, amati geni berarti tidak menyalakan api atau lampu dan
tidak boleh mengumbar/mengobarkan hawa nafsu.
b. Amati lelungan, Kata lelungan berasal dari bahasa Bali, yakni
dari akar kata lunga yang berarti pergi. Oleh karena itu, amati lelungan
mengandung arti tidak berpergian kemana-mana, melainkan senantiasa
mawas diri di rumah serta melakukan pemusatan pikiran ke hadapan
Tuhan, dalam berbagai prabawa-Nya (perwujudan-Nya) yang telah
disemayamkan di dalam organ-organ manusia sepeti telah disebutkan
di atas.
c. Amati lelangenan, Kata lelanguan juga termasuk bahasa Bali,
yakni berasal dari kata langu yang berarti hiburan atau rekreasi.
Dengan demikian, amati 23 lelanguan berarti tidak mengadakan
hiburan/rekreasi atau bersenangsenang, termasuk tidak makan dan
tidak minum.
d. Amati karya. Kata karya diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
berarti kerja. Amati karya berarti tidak melakukan kerja/kegiatan fisik,
tidak bersetubuh, melainkan tekun melakukan penyucian rohani.
Kegiatan peribadahan tersebut akan dilaksanakan dalam Pura maupun
dalam rumah masing-masing.

5. Ngambek geni
Ngambek geni merupakan upacara kelima dari serangkaian acara
peringatan tahun baru Saka yang sekaligus perayaan Hari Raya Nyepi
bagi umat Hindu. Hari Ngembak Geni ini yang dirayakan pinanggal
ping kalih (tanggal 2) Sasih Kadasa (bulan X), yaitu pada ini Tahun
Caka ini memasuki hari kedua. Ngambek geni mempunyai arti
menyambut api, api dan cahaya yang dipadamkan pada saat Nyepi
kembali dinyalakan setelah mereka selesai melaksanakan Catur brata
penyepian. Ngambek geni dilaksanakan Bersama-sama di Pura Sweta
Maha Suci Lamongan. Upacara dilaksanakan pagi hari setelah
matahari terbit. Umat Hindu merayakan keberhasilan mereka dalam
menjalankan ibadah Nyepi dengan berkunjung kepadda sanak saudara
maupun tetangga terdekat setelah mereka selesai melaksankan upacara
Ngambek geni.
RUJUKAN
Alfattah, M. S. (2017). Tradisi Upacara Ogoh-Ogoh. Jurnal Antro,
4(3), 289-300.

Anda mungkin juga menyukai