NIM : 2101072
Kelas : 1B
S1 ILMU KEPERAWATAN
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah yang berjudul “Mafia
Minyak Goreng di Indonesia” Makalah ini dibuat untuk tugas yang di berikan kepada saya,
Agar kita mengetahui penyebab mahal dan langka nya minyak goreng serta pengertian dari
Mafia minyak goreng di Indonesia.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHUUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Minyak goreng merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, dan karena itu dalam
keseharian minyak berfungsi sebagai penghantar panas dan penambah cita rasa gurih. Minyak
goreng dapat diproduksi dari berbagai bahan mentah, misalnya kelapa, kelapa sawit, kopra,
kedelai, biji jagung, biji bunga matahari, zaitun, dan lain-lain. Minyak goreng mengandung
asam lemak esensial atau asam lemak tak jenuh jamak yang akan mengalami kerusakan bila
teroksidasi oleh udara dan suhu tinggi, demikian pula beta karoten yang terkandung dalam
minyak goreng tersebut akan mengalami kerusakan (Muchtadi, 2009).
Minyak goreng bagi masyarakat Indonesia adalah salah satu kebutuhan pokok atau
merupakan salah satu dari Sembako (sembilan bahan pokok) menurut keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan. Dalam kehidupan sehari-hari minyak goreng dikonsumsi
oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia baik yang berada di perkotaan maupun perdesaan
(Amang, 1996: 37). Minyak goreng digunakan untuk memasak seperti: penumisan,
penggorengan dalam jumlah yang sedikit maupun banyak. Sebab minyak goreng dapat
memberikan aroma yang sedap, cita rasa yang lebih lezat, gurih, membuat makanan menjadi
renyah atau crispy, serta penampilan yang lebih menarik memberikan warna keemasan dan
kecoklatan daripada makanan yang dikukus, direbus atau dipanggang. Buana (2001) dalam
Utama (2013) Minyak goreng atau disebut RBD (Refined, Bleached, Deodorized) Olein
merupakan salah satu hasil olahan kelapa sawit yang menjadi bahan makanan pokok yang
mendapat perhatian khusus dari pemerintah.
Minyak goreng dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang status
sosial, ekonomi dan politik. Menurut surat Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan Nomor : 02240/B/SK/VII/1991 tentang pedoman persyaratan mutu serta label
dan periklanan makanan yang dimaksud minyak goreng (cooking oil) adalah minyak yang
diperoleh dari atau dengan cara memurnikan minyak nabati, dengan tujuan untuk
menghilangkan bahan-bahan logam, bau, asam lemak bebas dan zat-zat warna.
Minyak goreng secara umum terdiri dari dua kelompok, yakni minyak goreng hewani dan
minyak goreng nabati. Minyak nabati adalah yang paling banyak digunakan, terutama untuk
menggoreng, karena lebih mudah didapatkan. Minyak goreng nabati ini dapat dibuat dari
berbagai sumber seperti kelapa, kelapa sawit, dan kedelai. Di Indonesia minyak goreng nabati
yang paling sering digunakan adalah minyak goreng bahan baku kelapa sawit. Selain karena
Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit, minyak ini juga cukup ideal dari segi
harga dan ketersediaan (Amang, 1996:38).
Tingginya minat banyak pihak untuk mengembangkan sektor minyak membuat sektor
ini rentan akan berbagai tindak kejahatan. Adapun masalah yang sering terjadi antara lain,
monopoli harga minyak, pembajakan dalam pendistribusian, pencurian minyak,
penambangan ilegal, penyelundupan minyak,ketidakstabilan keamanan di negara penghasil
minyak dan lainnya.
PEMBAHASAN
Minyak goreng merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, dan karena itu dalam
keseharian minyak berfungsi sebagai penghantar panas dan penambah cita rasa gurih. Minyak
goreng dapat diproduksi dari berbagai bahan mentah, misalnya kelapa, kelapa sawit, kopra,
kedelai, biji jagung, biji bunga matahari, zaitun, dan lain-lain. Minyak goreng mengandung
asam lemak esensial atau asam lemak tak jenuh jamak yang akan mengalami kerusakan bila
teroksidasi oleh udara dan suhu tinggi, demikian pula beta karoten yang terkandung dalam
minyak goreng tersebut akan mengalami kerusakan (Muchtadi, 2009).
Minyak goreng bagi masyarakat Indonesia adalah salah satu kebutuhan pokok atau
merupakan salah satu dari Sembako (sembilan bahan pokok) menurut keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan. Dalam kehidupan sehari-hari minyak goreng dikonsumsi
oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia baik yang berada di perkotaan maupun perdesaan
(Amang, 1996: 37). Minyak goreng digunakan untuk memasak seperti: penumisan,
penggorengan dalam jumlah yang sedikit maupun banyak. Sebab minyak goreng dapat
memberikan aroma yang sedap, cita rasa yang lebih lezat, gurih, membuat makanan menjadi
renyah atau crispy, serta penampilan yang lebih menarik memberikan warna keemasan dan
kecoklatan daripada makanan yang dikukus, direbus atau dipanggang. Buana (2001) dalam
Utama (2013) Minyak goreng atau disebut RBD (Refined, Bleached, Deodorized) Olein
merupakan salah satu hasil olahan kelapa sawit yang menjadi bahan makanan pokok yang
mendapat perhatian khusus dari pemerintah.
Minyak goreng dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang status
sosial, ekonomi dan politik. Menurut surat Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan Nomor : 02240/B/SK/VII/1991 tentang pedoman persyaratan mutu serta label
dan periklanan makanan yang dimaksud minyak goreng (cooking oil) adalah minyak yang
diperoleh dari atau dengan cara memurnikan minyak nabati, dengan tujuan untuk
menghilangkan bahan-bahan logam, bau, asam lemak bebas dan zat-zat warna.
2.2 Mahal dan langkanya minyak goreng
Hingga saat ini, minyak goreng masih menjadi barang langka di pasaran. Sehingga,
kenapa harga minyak goreng mahal dan langka menjadi pertanyaan bagi sebagian besar
masyarakat Indonesia. Kenaikan harga minyak goreng telah terjadi sejak akhir 2021 dan
sampai saat ini belum terselesaikan. Dimulai sejak November 2021, harga minyak goreng
kemasan bermerek sempat naik hingga Rp 24.000 per liter.
Pemerintah pun turun tangan dengan mematok kebijakan satu harga untuk minyak
goreng, yakni Rp 14.000 per liter. Dikutip dari Kontan.co.id (31/12/2022), Kementerian
Perdagangan juga menerapkan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic
Price Obligation (DPO). Kemendag menerapkan kebijakan DMO dan DPO minyak goreng
mulai 27 Januari 2022. Dengan kebijakan DMO dan DPO tersebut, Menteri Perdagangan M.
Lutfi menyatakan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng berlaku baru. HET minyak
goreng menyebabkan harga turun dan berlaku mulai 1 Februari 2022. Berikut rincian harga
eceran tertinggi / HET minyak goreng mulai 1 Februari 2022:
Namun, setelah harga minyak goreng ditetapkan diangka Rp 11.500 hingga Rp 14.000
per liter saat ini ketersediaan minyak goreng di toko ritel, supermarket, pasar tradisional
justru langka. Lantas, kenapa minyak goreng mahal dan langka?
Faktor kelangkaan minyak goreng sedang penyebab pencarian dengan ketat saat ini.
Adanya dugaan penimbunan minyak goreng yang dilakukan oleh para mafia pangan pun
beredar di kalangan masyarakat. Asumsi ini tidak dapat ditolak, mengingat susahnya para
warga menemukan ketersediaan minyak goreng di pasar dan toko bahan pangan. Faktor
lainnya, yaitu gangguan logistik selama pandemi Covid-19, seperti berkurangnya jumlah
kontainer dan kapal.
Kalau kita lihat data yang ada komitmen dari produsen CPO itu sudah mencapai 351 juta
liter selama 14 hari, kebutuhan kita selama per bulan sebenarnya berkisar antara 279 sampai
300 juta liter, kata Ketut dilansir dari Antara dan dikutip Kompas.com, Selasa (1/3/2022). Dia
mengatakan, dengan pasokan CPO yang dipenuhi oleh produsen untuk kebutuhan dalam
negeri seharusnya membuat pasar dalam negeri kebanjiran produk minyak goreng dalam
jangka waktu sebulan. Namun yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu ketersediaan produk
minyak goreng masih sedikit atau langka di pasaran baik pasar modern maupun pasar
tradisional.
Dia mengatakan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi bersama dengan jajarannya dan
juga Satgas Pangan telah turun ke lapangan dalam beberapa minggu terakhir untuk mengurai
simpul-simpul permasalahan yang menyebabkan pasokan minyak goreng tersendat di
pasaran. Ketut mengakui memang terdapat temuan Satgas Pangan ada oknum-oknum yang
sengaja menimbun minyak goreng dan tidak mendistribusikannya ke pasaran.Oleh karena itu
kami beserta jajaran juga sedang mencari di mana letak simpulnya ini apakah ada yang
menimbun. Dan memang ada beberapa hal seperti temuan Satgas Pangan di Sumatera Utara,
termasuk di Kalimantan, dan sebagainya. Ini yang teman-teman beserta tim Satgas pangan
kabupaten kota dan provinsi sedang melakukan langkah-langkah evaluasi tersebut, kata dia.
Selain itu Ketut juga mengungkapkan masih ada masyarakat yang membeli minyak
goreng dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan biasanya sehingga menyebabkan
ketersediaan produk yang kian menipis. Masyarakat kita sendiri juga karena ada informasi
kekurangan ketersediaan minyak akhirnya mereka berbondong-bondong beli, bahkan satu
keluarga biasanya sudah beli, besoknya beli, sorenya beli. Sehingga kadang-kadang di salah
satu ritel modern dibuka langsung habis, katanya. Ketut mengatakan semua pihak harus
bersama-sama memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak perlu melakukan panic
buying agar ketersediaan minyak goreng tercukupi. Jadi, itulah alasan kenapa minyak goreng
mahal dan langka.
Mudah didefinisikan, tetapi kartel tidaklah mudah dibuktikan. Apalagi, sebagian besar
praktik kartel dilakukan secara diam-diam. Inilah yang membuat otoritas pengawas seringkali
kesulitan mendapatkan bukti-bukti sahih guna menyeret pelaku kartel. Bahkan, sampai saat
ini Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) belum berhasil menghukum semua pelaku
kartel. Karena keterbatasan ini, muncul pengulangan-pengulangan modus masa lalu: tiap ada
masalah muncul budaya “melempar batu sembunyi tangan” (pointing finger) dan kambing
hitam (scape goat). Kartel dan mafia pangan selalu jadi sasaran.
Untuk minyak goreng, perilaku kartel para produsen sudah pernah dihukum oleh
KPPU pada 2012. Saat itu 20 pabrik minyak goreng dinyatakan terbukti melakukan kartel
harga dan melanggar Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 11 UU No. 5/1999 tentang Anti Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
2.4 Menanti Sosok Mafia Minyak Goreng
Hari-hari belakangan ini kita makin sering disuguhi pemandangan yang kontradiktif
terkait minyak goreng. Kalau sebelumnya orang-orang rela antre berjam-jam karena barang
langka akibat penerapan harga eceran tertinggi, kini antrean terjadi karena minyak goreng
murah untuk masyarakat menjadi barang langka. Kalau saja masyarakat punya daya beli yang
tinggi, minyak goreng premium yang dijual di toko-toko retail dengan harga mencekik leher,
pasti akan dibeli. Sebelumnya minyak goreng kemasan tiba-tiba saja serempak langka begitu
ada penetapan harga eceran tertinggi (HET) melalui Peraturan Menteri Perdagangan nomor 6
tahun 2022 pada 26 Januari 2022.
Indonesia memang negeri penuh kejutan. Bayangkan saja ketika minyak goreng
diharuskan dijual dengan harga Rp14 ribu per liter, barangnya seolah mendadak lenyap dari
muka bumi. Berjuta kilah pun dimunculkan pihak-pihak yang punya urusan perminyakan ini.
Kalau pun ada, cuma dalam hitungan menit langsung ludes dibeli warga. Tapi begitu harga
dilepas dengan pasaran Rp24 ribu per liter, barang-barang yang tadinya tenggelam di dasar
bumi langsung memenuhi rak-rak toko ritel dan pasar. Lebih menyakitkan ketika ada pejabat
pemerintah yang justru menyalahkan emak-emak karena memborong minyak sehingga
menjadikan barang itu langka.
Yang hebat adalah Menteri Perdagangan M Lutfi langsung mengumumkan akan ada
tersangka mafia yang membuat kacau minyak goreng. Tapi sebulan berlalu, pak menteri tak
juga ngomong siapa sosok mafia itu. Enggak jelas juga apa alasan beliau bungkam. Tak
berani bilang karena ada tekanan, atau karena hal lain. Tapi yang pasti, pelaku kekacauan ini
memang terbilang mafia yang hebat, karena membuat negara bertekuk lutut. Setali tiga tiga
uang, Komisi Pengawas Persaingan Usaha, KPPU, mengungkapkan kabar serup. Seperti
dituliskan Editorial Media Indonesia Rabu 30 Maret 2022 berjudul Memukul Kartel Minyak
Goreng, temuan satu alat bukti atas dugaan kartel minyak goreng. Itu memang kabar baik
meski tidak mengagetkan.
Setali tiga tiga uang, Komisi Pengawas Persaingan Usaha, KPPU, mengungkapkan
kabar serup. Seperti dituliskan Editorial Media Indonesia Rabu 30 Maret 2022 berjudul
Memukul Kartel Minyak Goreng, temuan satu alat bukti atas dugaan kartel minyak goreng.
Itu memang kabar baik meski tidak mengagetkan. Temuan itu merupakan hasil investigasi
KPPU sejak Januari 2022. Satu alat bukti telah cukup membawa proses penegakan hukum
soal dugaan kartel naik ke proses penyelidikan. Kita tentu saja mengapresiasi kerja KPPU
dan proses penegakan hukum mestinya berujung ke penuntutan. Itu merupakan hasil wajar
dan, bahkan minimal. Sebab kejanggalan pasokan sangat mudah dirasakan orang awam
sekalipun.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tingginya minat banyak pihak untuk mengembangkan sektor minyak membuat sektor
ini rentan akan berbagai tindak kejahatan. Adapun masalah yang sering terjadi antara lain,
monopoli harga minyak, pembajakan dalam pendistribusian, pencurian minyak,
penambangan ilegal, penyelundupan minyak,ketidakstabilan keamanan di negara penghasil
minyak dan lainnya.
3.2 SARAN
Agar kita mengetahui tentang kelangkaan dan mahalnya minyak goreng di Indonesia
serta mengetau tentang mafia minyak goreng di Indonesia ini. Dan kami menyadari bahwa
makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Kami juga akan
terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran kepada pembaca terutama pada dosen mata kuliah ini, agar dalam pembuatan makalah
selanjutnya menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://amp.kontan.co.id/news/ini-penyebab-kenapa-minyak-goreng-mahal-dan-langka-
menurut-kemendag-1
https://m.mediaindonesia.com/opini/482789/menanti-sosok-mafia-minyak-goreng
https://m.mediaindonesia.com/opini/482789/menanti-sosok-mafia-minyak-goreng
https://www.cnbcindonesia.com/news/20220326190729-4-326284/terungkap-alasan-mafia-
minyak-goreng-tak-kunjung-dibongkar/amp