Anda di halaman 1dari 8

BAB I

A.PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang


Berfikir merupakan hal yang selalu dilakukan oleh manusia, dan berpikir pula
merupakan keistimewaan yang diberikan oleh Allah swt kepada kita manusia. Akal yang
diberikan oleh-Nya merupakan suatu pembeda antara kita dengan makhluk lainnya.
Para ilmuan-ilmuan yang terkemuka memberikan definisi tentang ilmu Filsafat namun
masing-masing definisi mereka berbeda akan tetapi tidak bertentangan, bahkan saling
mengisi dan saling melengkapi dan terdapat kesamaan yang saling mempertalikan semua
definisi itu. Hal tersebut baik untuk menambah wawasan kita karena dengan mengetahui
pengertian dari para ilmuan-ilmuan sebalum kita, kita banyak belajar dari sana.
Filsafat merupakan suatu upaya berfikir yang jelas dan terang tentang seluruh
kenyataan, filsafat dapat mendorong pikiran kita untuk meraih kebenaran yang dapar
membawa manusia kepada pemahaman, dan pemahaman membawa manusia kepada tindakan
yang lebih layak.
Untuk mengetahui dan membuka wawasan rekan-rekan  mahasiswa khususnya, kami
penyusun makalah akan membahas sejarah singkat tentang filsafat umum, pengertian,
manfaat mempelajari filsafat dan ruang lingkup filsafat.
1.2      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada makalah ini sebagai
berikut:
1.    Apa pengertian filsafat?
2.    Bagaiamana manfaat mempelajari filsafat?
3.    Bagaiamana ruang lingkup filsafat?
1.3   Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan dari makalah ini sebagai
berikut:
1.      Untuk  mengetahui pengertian dari filsafat.
2.      Untuk  mengetahui manfaat mempelajari filsafat.
3.      Untuk  mengetahui ruang lingkup filsafat.
BAB II

B. PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
Pengertian filsafat, dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan, antara satu
ahli filsafat dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda, dan hampir sama banyaknya dengan ahli
filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni secara etimologi dan
secara terminologi.
1.      Filsafat secara Etimologi
Kata filsafat, yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani
philosophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia
yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta
kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Dengan demikian,
seorang filsuf adalah pencinta atau pencari kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali
digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM). Arti filsafat pada saat itu belum begitu jelas,
kemudian pengertian filsafat itu diperjelas seperti yang banyak dipakai sekarang ini dan juga
digunakan oleh Socrates (470-399 M).
2.      Filsafat secara Terminologi
Secara terminologi dalam arti yang dikandung oleh istilah filsafat. Dikarenakan
batasan dari filsafat itu banyak maka sebagai gambaran perlu diperkenalkan beberapa
batasan.
a) Plato berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai
pengetahuan tentang kebenaran yang asli.
b) Menurut Aristoteles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang
didalamnya terkandung  ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika (filsafat keindahan).

Adapun Ali Mudhofir dalam buku Surajiyo memberikan arti filsafat sangat beragam,
yaitu sebagai beriku.
a) Filsafat adalah suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta. Sikap secara filsafat
adalah sikap menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran, dan selalu bersedia meninjau
suatu problem dari semua sudut pandang.
b) Filsafat sebagai metode, artinya cara berpikir secara mendalam (reflektif),
penyelidikan yang menggunakan alasan, berpikir secara hati-hati dan teliti. Filsafat
berusaha untuk memikirkan seluruh pengalaman manusia secara mendalam dan jelas.
c) Filsafat sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah,
kebanyakan filsuf memakai metode analisis untuk menjelaskan arti suatu istilah dan
pemakaian bahasa. Beberapa filsuf mengatakan bahwa analisis tentang arti bahasa
merupakan tugas pokok filsafat dan tugas analisis konsep sebagai satu-satunya fungsi
filsafat.
Filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
terakhir, tidak secara dangkal atau dogmatis seperti yang kita lakukan pada kehidupan sehari-
hari atau bahkan dalam kebiasaan ilmu pengetahuan. Akan tetapi secara kritis, dalam arti:
setelah segala sesuatunya diselidiki problem-problem apa yang dapat ditimbulkan oleh
pertanyaan-pertanyaan yang demikian itu dan setelah kita menjadi sadar dari segala
kekaburan dan kebingungan, yang mmenjadi dasar bagi pengertian kita sehari-hari.

B.       Manfaat Mempelajari Filsafat


Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha untuk memahami alam semesta,
maknanya dan nilainya. Oemar A. Hosein mengatakan: Ilmu memberi kepada kita
pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada
keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran.
Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy menyebutkan: Tugas filsafat bukanlah
sekedar mencerminkan semangat masa ketika kita hidupi, melainkan membimbingnya maju.
Fungsi filsafat adalah kreatif, menerapkan nilai, menerapkan tujuan, menentukan arah dan
menuntun pada jalan baru.
Berbeda dengan pendapat Soemadi Soejabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah
untuk mempertajam pikiran maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup
diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat
kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun
Metafisika (hakikat keaslian).Manfaat mempelajari filsafat ada bermacam-macam. Namun
sekurang-kurangnya ada empat macam faedah, yaitu :
1.    Agar terlatih berpikir serius
2.    Agar mampu memahami filsafat
3.    Agar mungkin menjadi filsafat
4.    Agar menjadi warga negara yang baik
Berfilsafat ialah berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan
menggunakan pemikiran secara serius. Kemampuan berpikir serius diperlukan oleh orang
biasa, penting bagi orang-orang penting yang memegang posisi penting dalam membangun
dunia. Plato menghendaki kepala negara seharusnya filosuf. Belajar filsafat merupakan salah
satu bentuk latihan untuk memperoleh kemampuan memecahkan masalah secara serius,
menemukan akar persoalan yang terdalam, menemukan sebab terakhir satu penampakkan.
Dengan uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa secara kongkrit manfaat mempelajari
filsafat adalah :
1.      Filsafat menolong mendidik, membangun diri kita sendiri; dengan berpikir lebih
mendalam, kita mengalami dan menyadari kerohanian kita. Rahasia hidup yang kita selidiki
justru memaksa kita berpikir,untuk hidup dengan sesadar-sadarnya, dan memberikan isi
kepada hidup kita sendiri.
2.      Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan
persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari. Orang yang hidup secara dangkal saja,tidak
mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat pemecahannya. Daalam filsafaat kita di
latih melihat dulu apa yang menjadi persoalan dan ini merupakan syarat mutlak untuk
memacahkaannya.
3.         Filsafat memberikan pandangan yang luas, membendung akuisme dan aku-sentrisme
(dalam segala hal yang melihat dan mementingkan kepentingan dan kesenangan si aku ).
4.         Filsafat merupakan latihan untuk berpikir sendiri, hingga kita tak hanya ikut-ikutan
saaja, membuntut pada pandangan umum, percaya akan setiap seboyan  dalam surat kaabar,
tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri,
berdiri sendiri, dengan cita-cita mencari kebenaran.
5.         Filsafat memberikan dasar,-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika)
maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, Ilmu jiwa, ilmu
mendidik, dan sebagainya.
Tujuan filsafat adalah mencari hakikat dari suatu objek atau gejala secara mendalam,
sedangkan pada ilmu pengetahuan empiris hanya membicarakan gejala-gejala.
Membicarakan gejala untuk masuk kepada hakikat itulah yang menjadi fokus filsafat.Untuk
sampai kepada hakikat harus melalui suatu metode yang khas dari filsafat. Jadi, dalam filsafat
itu harus reflektif, radikal, dan integral. Reflektif di sini berarti manusia  menangkap objek
secara intensional, dan sebagai hasil dari proses tersebut adalah keseluruhan nilai dan makna
yang diungkapkan manusia dari objek yang di hadapinya.Filsafat juga bersifat integral yang
berarti mempunyao kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan yang utuh sebagai suatu
keseluruhan. Jadi, Filsafat ingin memandang  objeknya secara utuh. Filsafat membahas
lapisan terakhir dari segala sesuatu atau membahas yang paling mendasar.

C.      Ruang Lingkup Filsafat


Secara umum, filsafat mempunyai objek yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin
ada dan boleh juga diaplikasikan, yaitu tuhan, alam semesta, dan sebagainya. Objek adalah
sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap
ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek, yang dibedakan menjadi dua, yaitu objek material
dan objek formal. Apabila diperhatikan secara seksama objek filsafat tersebut dapat
dikatagorikan kepada dua:
1.      Objek Material Filsafat
Objek material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu. Objek material juga adalah hal yang diselidiki, dipandang,
atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup apa saja, baik hal-hal konkret
ataupun hal yang abstrak.
Objek material dari filsafat ada beberapa istilah dari para cendekiawan, namun semua
itu sebenarnya tidak ada yang bertentangan.
a) Mohammad Noor Syam berpendapat, ‘Para ahli menerangkan bahwa objek filsafat itu
dibedakan atas objek material atau objek materil filsafat; segala sesuatu yang ada dan
yang mungkin ada, baik materil konkretm psikis maupun nonmateril abstrak, psikis.
Termasuk pula pengertian abstrak-logis, konsepsional, spiritual, dan nilai-nilai. Dengan
demikian, objek filsafat tidak terbatas.
b) Poedjawijatna berpendapat, ‘jadi, objek material filsafat ialah ada dan yang mungkin ada.
Dapatkah dikatakan bahwa filsafat itu keseluruhan dari segala ilmu yang menyelidiki
segala sesuatunya juga?’ Dapat dikatakan bahwa objek filsafat yang kami maksud adalah
objek materialnya – sama dengan objek material dari ilmu seluruhnya. Akan tetapi,
filsafat tetap filsafat dan bukan merupakan kumpulan atau keseluruhan ilmu.
c) Louis O. Kattsoff berpendapat, ‘lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya, meliputi
segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu apa saja yang ingin diketahui manusia’.
d) Abbas Hammami M. berpendapat, sehingga dalam filsafat objek materil itu adalah ada
yang mengatakan, alam semesta, semua keberadaan, masalah hidup, masalah manusia,
masalah Tuhan, dan lainnya. Karena untuk menjadikan satu pendapat tentang tumpuan
yang berbeda akhirnya dikatakan bahwa segala sesuatu ada lah yang merupakan objek
materil.
Setelah meneropong berbagai pendapat dari para ahli di atas dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa objek material dari filsafat sangat luas mencakup segala sesuatu yang ada.
Adapun permasalahn dalam kefisafatan mengandung ciri-ciri seperti yang
dikemukakan Ali Mudhofir, yaitu sebagai berikut.
a) Bersifat sangat umum. Artinya, persoalan kefilsafatan tidak bersangkutan dengan
objek-objek khusu. Sebagian besar masalah kefilsafatan berkaitan ide-ide dasar.
Misalnya, filsafat tidak menanyakan “berapa harta yang Anda sedekahkan dalam satu
bulan?” Akan tetapi, filsafat menyakan “apa keadilan itu?”
b) Tidak menyangkut fakta disebabkan persoalan filsafat lebih bersifat spekulatif.
Persoalan yang dihadapi dapat melampaui pengetahuan ilmiah.
c) Bersangkutan dengan nilai-nilai (values), artinya persoalan kefilsafatan bertalian
dengan nilai, baik nilai moral, estetis, agama, dan sosial. Nilai dalam pengertian ini
adalah suatu kualitas abstrak yang ada pada sesuatu hal.
d) Bersifat kritis, artinya filsafat merupakan analisis secara kritis terhadap konsep dan
arti yang biasanya diterima dengan begitu saja oleh suatu ilmu tanpa pemeriksaan
secara kritis.
e) Bersifat sinoptik, artinya persoalan filsafat mencakup struktur kenyataan secara
keseluruhan. Filsafat merupakan ilmu yang membuat susunan kenyataan sebagai
keseluruh.
f) Bersifat implikatif, artinya kalau sesuatu persoalan kefilsafatan sudah dijawab, dari
jawaban tersebut akan memunculkan persoalan baru yang saling berhubungan.
Jawaban yang dikemukakan mengandung akibat lebih jauh yang menyentuh berbagai
kepentingan manusia.

2.      Objek Formal Filsafat


Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek
materialnya. Suatu obyek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga
menghasilkan ilmu yang berbeda-beda. Objek formal ini dapat dipahami melalui dua
kegiatan:
a.       Aktivitas berfikir murni (reflective thinking) artinya kegiatan akal manusia dengan
usaha untuk mengerti dengan usaha untuk mengerti secara mendalam segala sesuatunya
sampai ke akar-akarnya.
b.    Produk kegiatan berfikir murni, artinya hasil dari pemikiran atau penyelidikan dalam
wujud ilmu atau ideologi.
Mengenai objek formal ini ada juga yang mengindentikan dengan metafisika, yaitu
hal-hal diluar jangkauan panca indra, seperti persoalan esensi dan substansi alam, yaitu sebab
utama terjadinya alam. Metafisika berasal dari bahasa yunani, yaitu metha artinya di
belakang, sedangkan fisika artinya fisik atau nyata. Untuk itu dapat dipahami pengertian
methafisika adalah pemikiran yang jauh dan mendalam dibalik apa yang bisa dijangkau oleh
panca indra seperti Tuhan, asal alam, hakikat manusia, dan sebagainya.
Bagi plato (+ 427-347 SM) filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-
asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada. Sementara bagi Aritoteles (+ 384-322
SM) filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya mempelajari “peri ada selaku ada”
(being as being) atau “peri ada sebagaimana adanya” (being as such). Dari dua pernyataan
tersebut, dapatlah diketahui bahwa “ada” merupakan objek materi dari filsafat. Karena fisafat
berusaha memberikan penjelasan tentang dunia seluruhnya, termasuk dirinya sendirinya,
maka “ada” disini meliputi segala sesuatu yang ada dan, bahkan, yang mungkin ada atau
seluruh ada. Jadi, secara singkat dapat dikatakan, jika filsafat itu bersifat holistik atau
keseluruhan, sementara ilmu pengetahuan lainnya bersifat Fragmental atau bagian-bagian.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini sebagai berikut:
1. Kata filsafat, yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani
philosophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan
sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat
berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya.
2.     Ruang lingkup filsafat yaitu filsafat mempunyai objek yaitu segala sesuatu yang ada
dan mungkin ada dan boleh juga diaplikasikan, yaitu tuhan, alam semesta, dan
sebagainya. Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian atau
pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek, yang
dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal.

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu .Cet. II; Jakarta: Pt. Rajawali Pers, 2005.
Bambang  dan  Hambali. Filsafat Untuk Umum. Cet. I; Jakarta: Kencana, 2003.
Hamami, Abba.  Filsafat (Suatu Pengantar Logika Formal-Filsafat Pengetahuan). Cet. I;  
Yogyakarta: Yayasan Pembinaan Fakultas Filsafat UGM, 1976.
Lasiyo dan Yuwono. Pengantar Ilmu Filsafat .Cet. I; Yogyakarta: Liberty, 1985.
Poedjawijatna.  Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat. Cet. V; Jakarta: Pembangunan, 1980.
Surajiyo. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar.  Cet. I ; Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Syadali, Ahmad Dan Mudzakir. Filsafat Umum. Cet II ; Bandung: Pustaka Setia, 2004.
Syam Mohammad.  Pengantar Tinjauan Pancasila dari Segi Filsafat.  Cet. I; Labotarium
Pancasila IKIP Malang, 1981.

Anda mungkin juga menyukai